Anda di halaman 1dari 75

PRAKTIKUM BLOK 10 SISTEM STOMATOGNASI

PRAKTIKUM 1
Judul : ANATOMI WAJAH DAN KEPALA
Pendahuluan : Wajah adalah bagian depan kepala yang merupakan jaringan lunak
terletak pada 2/3 inferior kepala. Wajah terdiri atas pipi pada rahang
atas dan rahang bawah, mata, hidung, bibir dan dagu.
Tulang kepala merupakan pelindung jaringan lunak pada daerah
kepala dan wajah. Tulang-tulang ini merupakan sistem skeletal yang
yang mengalami mineralisasi. Morfologi tulang kepala terdapat
penonjolan-penonjolan (prosesus), lekukan dan cekungan (fossa),
lubang (foramen), bagian-bagian tulang yang tidak menonjol atau
tidak cekung disebut plate. Cekungan merupakan tempat perlekatan
otot-otot, tendon dan ligamen. Lubang (foramen) tempat lewatnya
pembuluh darah dan saraf-saraf.
Tujuan Umum : Mahasiswa dapat menentukan anatomi wajah dan kepala.
Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat menentukan regio-regio wajah pada gambar 1.
2. Mahasiswa dapat menentukan regio dan bagian-bagian kepala
pada tengkorak dan gambar 2.
3. Mahasiswa dapat menentukan otot-otot wajah (origo dan insersi)
pada gambar 5.
4. Mahasiswa dapat menentukan foramen –foramen pada tulang
kepala dan menyebutkan arteri dan saraf yang melewatinya pada
tengkorak dan gambar 3.
5. Mahasiswa dapat menentukan sinus-sinus pada tengkorak dan
gambar 4.

Alat dan bahan : 1. Tengkorak kepala


2. Gambar anatomi wajah dan kepala
3. Pensil warna
4. Notebook/laptop untuk masing-masing kelompok

1
Prosedur : 1. Setiap kelompok dibagikan tengkorak kepala masing-masing 2 set dan
CD yang berisi gambar-gambar anatomi wajah dan kepala.
2. Aplikasi anatomi wajah dan kepala oleh dosen pengampu (20 menit)
3. Setiap kelompok mendiskusikan nama-nama bagian dan letaknya
pada tulang kepala (45 menit)
4. Menuliskan jawaban dan mewarnai bagian-bagian dan letak tulang
kepala pada lembar latihan. (45 menit)
5. Presentasi mahasiswa (ditentukan oleh dosen pengawas praktikum)
tentang bagian, letak, nama-nama bagian tulang kepala pada
tengkorak kepala dan gambar. (10 menit).
6. Buku praktikum dikumpulkan.

Definisi Operasional :
Nomenklatur Anatomi : Sistem penamaan dari struktur anatomi
Anterior : Bagian/arah depan dari bagian tubuh.
Apex : Titik / ujung dari struktur yang conus/runcing.
Contralateral : Struktur pada sisi yang berlawanan dari tubuh.
Distal : Daerah yang menjauhi bagian tengah (median) tubuh.
Dorsal : Bagian punggung/belakang tubuh.
Deep : Struktur yang terletak pada bagian dalam tubuh.
External : Sisi/bagian luar tubuh.
Inferior : Daerah yang menjauhi bagian kepala/atas dan mendekati
Bagian kaki/bawah.
Internal : Sisi/bagian dalam tubuh.
Lateral : Daerah yang menjauhi bagian tengah (median) tubuh/struktur.
Medial : Daerah yang mendekati bagian tengah tubuh/struktur.
Median : Struktur pada bagian tengah .
Posterior : Bagian/arah belakang dari bagian tubuh.
Superfisial : Struktur yang terletak pada permukaan tubuh.
Superior : Daerah yang mendekati bagian kepala/atas dan menjauhi
bagian kaki/bawah.

2
Ventral : Bagian perut/depan tubuh.
Buccal : Struktur yang mendekati bagian dalam pipi.
Facial : Struktur yang mendekati permukaan wajah.
Labial : Struktur yang mendekati bagian/arah bibir.
Lingual : Struktur yang mendekati bagian/arah lidah
Palatal : Struktur yang mendekati bagian/arah palatum.
Apertura : Pembukaan atau orifice pada tulang
Arch : Lengkung pada struktur tulang
Articulation : Area dimana terdapat hubungan antara satu tulang dan lainnya
Canal / Kanalis : Saluran yang panjang, sempit seperti tabung
Condyle / Kondilus : Tonjolan tulang berbentuk oval
Cornu : Penonjolan kecil seperti tanduk
Crest : Puncak dari permukaan tulang
Eminence (Eminensia) : Penonjolan atau peninggian bulat pada permukaan tulang
Fisssure : Pembukaan sempit pada tulang seperti cleft (celah)
Foramen / Foramina : Lubang atau pembukaan pendek seperti jendela
Fossa / Fossae : Cekungan atau penekanan pada permukaan tulang
Incisura atau Notch : Lekukan pada pinggiran tulang
Joint : Hubungan atau gabungan 2 tulang atau lebih
Meatus : Pembukaan atau saluran pada tulang
Spine / spina : Penonjolan kecil pada tulang
Sulcus / Sulci : Lekukan dangkal pada permukaan tulang
Sutura : Hubungan / sambungan tulang-tulang yang tidak bergerak
Tubercle / Tuberkel : Penonjolan kecil,bulat pada permukaan tulang.
Tuberosity / Tuberrositas : Penonjolan luas dan kasar pada permukaan tulang.

3
TUGAS LATIHAN 1
ANATOMI WAJAH DAN KEPALA

Gambar 1. Regio kepala (pandangan frontal) (1)

1. Isilah bagian-bagian regio kepala (pandangan frontal) yang ditunjuk oleh garis di atas,
pada nomor di bawah ini :

1. 7.

2. 8.

3. 9.

4. 10.

5. 11.

6. 12.

4
Gambar 2. Tulang-tulang tengkorak kepala (pandangan lateral) (1)

2. Tulislah bagian tulang tengkorak kepala (pandangan lateral) yang ditunjuk oleh garis di atas
dan deskripsikan pada nomor di bawah ini :
1. 12.

2. 13.

3. 14.

4. 15.

5. 16.

6. 17.

7. 18.

8. 19.

9. 20.

10. 21.

11.

5
Table 1. Isilah tabel di bawah ini setelah mengerjakan soal no. 2

Ada/Tidak
No. Morfologi Tulang ( + ) Nama Bagian
(+ / - )
1. Sutura _
_
_

2. Regio tulang _ _
_ _
_ _
_ _
_ _
_

3. Prosessus _
_
_
_

4. Meatus _

5. Foramen _

6
Gambar 3. Tengkorak Kepala (pandangan internal) dan syaraf-syaraf Cranial(1)

3. Tulislah nama bagian Syaraf-syaraf yang ditunjuk oleh garis di atas pada nomor di bawah
ini :

1. 6.

2. 7

3. 8

4. 9

5. 10

11

7
Tabel 2. Isilah tabel di bawah ini setelah mengerjakan latihan 3.

Foramen / Fissure / Ada /


No. Meatus pada Tidak ( + ) Nama syaraf yang melewati
tulang (+ / - )
1. Cribriform Plate - Nervus ………….

2. Foramen Optic/
Canal - Nervus ………….

3. Fissure Orbital - Nervus ………….


- Superior - Nervus .................
- inferior
- Nervus .................

4. Foramen Rotundum - Nervus ………….

5. Foramen ovale - Nervus ………….

6. Meatus Acustians
- Nervus ………….
Internal

7. Foramen Jugular - Nervus ………….


- Nervus ………….
- Nervus ………….

8. Canal Hypoglosal - Nervus ………….

9. Foramen Magnum - Nervus ………….

8
1

Gambar 4. Sinus paranasal (aspek lateral) (1)

Gambar 4A Sinus paranasal

4A. Tulislah nama sinus paranasal (aspek lateral) yang ditunjuk oleh garis di atas pada nomor
di bawah ini :
1. 4.
2. 5.
3.

9
Gambar : 4 B. Lokasi Sinus Paranasal
4B. Tentukan letak sinus - sinus paraniaslis pada gambar 4B, sebutkan pada tulang manakah
sinus tersebut terdapat?

4C. Sebutkan gigi-gigi yang akarnya berdekatan dengan sinus maksillaris !

PRAKTIKUM 2
10
Judul : ANATOMI MAKSILA, MANDIBULA DAN TMJ
Pendahuluan : Rahang terdiri dari Rahang atas (maksila) dan Rahang bawah
(mandibula). Kedua rahang bertemu pada sendi rahang (Temporo-
mandibular Joint / TMJ). Gigi geligi tertanam pada kedua rahang.
Rahang dilapisi oleh jaringan mukosa mulut. Ada beberapa bentuk
lengkung rahang, yaitu : Square, oval dan tappered. Rahang dan TMJ
merupakan persendian yang sangat kompleks, sehingga sangat penting
bagi mahasiswa kedokteran gigi untuk mengetahui anatomi dan
histologi rahang dan TMJ secara detil.
Tujuan Umum : Mahasiswa dapat menentukan anatomi rahang atas , rahang bawah,
anatomi dan histologi TMJ.
Tujuan khusus : 1. Menentukan morfologi dan posisi bagian-bagian tulang pada
maksila dan mandibula
2. Menentukan anatomi dan histologi TMJ.
3. Menentukan otot-otot dan ligamen yang berperan pada pergerakan
rahang.
4. Menentukan foramen-foramen pada rahang atas dan rahang bawah,
serta menyebutkan arteri dan saraf yang melewatinya.

Topik : 1. Maksila
2. Mandibula
3. TMJ

Alat dan bahan : 1. Tulang maksila dan mandibula


2. Gambar anatomi, histologi rahang dan TMJ.
3. Pensil warna
4. Notebook/laptop untuk masing-masing kelompok

Prosedur : 1. Setiap kelompok dibagikan tulang maksila dan mandibula masing-


masing 2 set.
2. Aplikasi anatomi maksila, mandibula dan TMJ.
3. Setiap kelompok mendiskusikan nama-nama bagian tulang
maksila dan letaknya pada tulang maksila (40 menit)

11
4. Menuliskan jawaban dan mewarnai bagian-bagian dan letak tulang
maksila pada lembar latihan ( 15 menit)
5. Setiap kelompok mendiskusikan nama-nama bagian tulang
mandibula dan letaknya pada tulang mandibula (40 menit)
6. Menuliskan jawaban dan mewarnai bagian-bagian dan letak tulang
mandibula pada lembar latihan. (15 menit)
7. Presentasi mahasiswa (ditentukan oleh dosen pengawas praktikum)
tentang nama-nama bagian dan letaknya pada tulang maksila dan
mandibula. (10 menit)
8. Buku Praktikum dikumpulkan

G
ambar 6. Bentuk Lengkung Rahang (3)

TUGAS LATIHAN 2 A
ANATOMI RAHANG
12
1. Tentukan bentuk lengkung rahang maksila dari panthom yang anda amati :
square
ovoid
tapered

2. Tentukan bentuk lengkung rahang mandibula dari panthom yang anda amati :
square
ovoid
tapered

TUGAS LATIHAN 2 B
ANATOMI RAHANG

13
Gambar 7. Basis Cranii dan Palatum keras (pandangan inferior) (1)
1. Isilah bagian palatum keras (pandangan inferior) yang ditunjuk oleh garis di atas pada
nomor di bawah ini :

1. 8. 15

2. 9. 16

3. 10 17

4. 11 18

5. 12 19

6. 13 20

7. 14 21

14
Gambar 8 A. Tulang maksila dan bagian-bagiannya (aspek lateral) (1)

2. A. Tulislah bagian tulang maksila (aspek lateral) yang ditunjuk oleh garis pada gambar
8A di atas pada nomor di bawah ini :

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10.

15
Gambar 8B. Gambar Maksilla dan Persyarafan

2.B. Sebutkan nervus yang mempersyarafi maksilla dan cabang-cabangnya, dari foramen

mana nervus tersebut keluar! (gambar 8B)

16
Gambar 9A. Tulang mandibula (pandangan lateral) (1)

3.A. Tulislah bagian tulang mandibula (pandangan lateral) yang ditunjuk oleh garis pada
gambar 9A di atas pada nomor di bawah ini :
1 8.

2. 9.

3. 10.

4. 11.

5. 12.

6. 13.

7. 14.

17
Gambar 9B. Gambar Mandibula dan Persyarafannya

3.B. Sebutkan nervus yang mempersarafi mandibula dan cabang-cabangnya, dari foramen
mana nervus tersebut keluar? (gambar 9B)

18
Gambar 10. Tulang mandibula dan bagian-bagiannya (pandangan medial) (1)
3. Tulislah bagian tulang mandibula (pandangan medial) yang ditunjuk oleh garis di atas
pada nomor di bawah ini :

1. 7.

2. 8.

3. 9.

4. 10.

5. 11.

6.

19
2.

Gambar 11. Temporomandibularjoint (TMJ) (pandangan lateral) (2)

4. Tulislah bagian TMJ (pandangan lateral) yang di tunjuk oleh garis di atas pada nomor di
bawah ini

1 6.

2 7.

3 8.

4 9.

5 10

20
Gambar 12. Temporomandibularjoint (TMJ) (pandangan internal) (1)

5. Tulislah bagian TMJ (pandangan internal) yang ditunjuk oleh garis di atas pada nomor di
bawah ini :

1. 4.

2. 5

3. 6.

21
Gambar 13. Temporomandibularjoint (TMJ) (dipotong sagital dengan
pergerakan kapsul sendi) (1)

6. Tulislah bagian TMJ (dipotong sagital) yang ditunjuk oleh garis di atas pada nomor di
bawah ini :

1. 5.

2. 6.

3. 7.

4. 8.

22
1 2

3
4
5

7 6

Gambar 14. Otot-otot Pengunyahan(1)

13. Tulislah nama bagian-bagian tulang dan otot yang di tunjuk oleh garis di atas pada nomor
di bawah ini:

1 5

2 6

3 7
Paraf Tutor
4

( )

Kepustakaan
1. Fehrenbach MJ and Herring SW. Anatomy of the Head and Neck 3rd edition. Saunders
Elsevier. St. Louis – Missori. 2007 : 12-80, 99, 111, 190.
2. Fehrenbach Margaret J. Dental Anatomy Coloring Book. Saunders Elsevier, 2008:
155, 181, 191, 287
3. Braz J. Oral science. Dental Arch Morphology in Normal Occlusions 10(1). 65-68

23
PRAKTIKUM 3

Judul : MORFOLOGI GIGI DESIDUI DAN PERMANEN REGIO


ANTERIOR
Pendahuluan : Gigi desidui merupakan gigi yang pertama tumbuh pada rongga mulut
manusia. Keberadaan gigi desidui di dalam rongga mulut sangat penting
untuk mastikasi, estetis, dan untuk perkembangan rahang. Secara umum
bentuk gigi desidui dan permanen hampir sama. Pada gigi desidui
ukurannya lebih kecil, warna lebih putih dan jumlah akar berbeda.Regio
anterior gigi desidui dan permanen terdiri dari gigi insisivus 1, gigi
insisivus 2 dan kaninus.
Tujuan Umum : Mahasiswa dapat membedakan antara gigi desidui dan gigi permanen
region anterior.
Tujuan Khusus : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa FKG USU mampu :
1. Menentukan gigi desidui dan permanen anterior rahang
atas/rahang bawah, kiri/kanan.
2. Menentukan aspek mesial, distal, insisal, labial dan palatal
gigi desidui/permanen anterior rahang atas.
3. Menentukan aspek mesial, distal, insisal, labial dan lingual
gigi desidui/permanen anterior rahang bawah.
4. Melakukan perhitungan lebar mesio-distal, labio-
lingual/labio-palatal dan panjang gigi desidui dan posterior region
anterior.

Topik : 1. Menentukan bagian-bagian dari masing-masing gigi.


2. Mengukur lebar mesio-distal, labio-lingual/labio-palatal dan
panjang gigi

Alat dan bahan : 1. Model gigi desidui


2. Model gigi permanen
3. Kaliper sorong / jangka / mistar besi (mm)
4. Notebook / laptop (masing-masing kelompok membawa 1 unit)

24
Prosedur : 1. Setiap kelompok (meja) dibagikan 2 model gigi desidui, 3 model
gigi permanen, dan 1 CD
2. Aplikasi praktikum oleh dosen pengampu (10 menit)
3. Mahasiswa menentukan bagian-bagian gigi
desidui/permanen dari aspek mesial, distal, labial, insisal,
palatal/lingual (25 menit).
4. Jawab pertanyaan bagian-bagian gigi pada lembar latihan
(15 menit)
5. Mahasiswa mengukur lebar mesio-distal, labio-
lingual/labio-palatal dan panjang gigi keseluruhan dari masing-
masing gigi dengan menggunakan kaliper sorong atau jangka dan
mistar besi (mm). (50 menit)
6. Catatlah pengukuran gigi tersebut pada lembar latihan (10
menit)
7. Presentasi mahasiswa (dipilih secara acak) tentang
praktikum gigi desidui/permanen region anterior. (10 menit)

Defenisi Operasional :

Mahkota / korona : Bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel/ enamel dan normal terletak
di luar jaringan gingiva
Akar / radix : Bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang
alveolar dari maksila dan mandibula :
Garis servikal /  semento-enamel  junction
: Batas antara jaringan sementum dan enamel, merupakan pertemuan
antara mahkota dan akar gigi.
Ujung akar/apeks : Titik terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk
kerucut seperti akar gigi.
Tepi insisal (insisal edge)
:Suatu tonjolan kecil yang panjang pada bagian korona
dari  permukaan insisivus yang digunakan untuk memotong / mengiris
makanan.
Tonjolan /cusp : Tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan gigi posterior,
merupakan bagian dari permukaan oklusal.

25
Permukaan Mesial/ Mesial Surface/Facies Mesialis
  : Permukaan/sisi gigi yang dekat dengan garis median
Permukaan Distal/ Distal Surface/Facies Distalis
: Permukaan/sisi gigi yang jauh dari garis median
Permukaan labial/Labial Surface/Facies Labialis
: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan dengan bibir/labial (gigi
anterior)
Permukaan lingual/Lingual Surface/Facies Lingualis
: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan dengan lidah/lingua (gigi
rahang bawah)
Permukaan palatal/Palatal Surface/Facies Palatinalis
: Permukaan atau sisi gigi yang berhadapan dengan langit-
langit/Palatum (gigi rahang atas)
Permukaan Insisal/Incisal Surface/ Facies Incisalis
: Permukaan puncak gigi yg digunakan untuk memotong/menggigit
(gigi anterior)
Permukaan proksimal/ Proximal Surface/Facies Proximalis
: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan dengan permukaan
gigi tetangga pada lengkung rahang yang sama
Embrassure : Ruangan yang terletak antara dataran oklusal dengan titik kontak 
Contact Area : Tempat berkontaknya permukaan proksimal suatu gigi dgn bagian
proksimal gigi tetangganya dalam satu lengkung rahang
Contact Point /Titik Kontak 
: Persentuhan berupa titik pada daerah kontak
Processus Alveolaris/Tulang Alveolar
: Bagian tulang rahang dimana akar-akar gigi terletak, yang mengikat
gigi dalam suatu posisi relasi terhadap gigi lainnya dalam satu
lengkung gigi
Alveolus  : Lubang tempat akar-akar gigi tertanam pada tulang rahang

26
Gingiva/Gusi : Suatu lekukan/cekungan atau depresi yang bulat, lebar, dangkal dan
tak rata yang terdapat pada permukaan gigi
PIT  : Titik terdalam sebesar ujung jarum, terdapat pada permukaan
oklusal gigi molar, merupakan pertemuan/persilangan developmental
groove
Groove : Lekukan/depresi yang dangkal, sempit, panjang; yang terdapat pada
suatu permukaan gigi.
Fissura/Fissure : Celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi
(oklusal, fasial, proksimal)yang merupakan dasar dari
developmental groove.
Sulcus : Celah yang panjang pada permukaan oklusal, antara ridge dan cusp.
Ridge/Crista/Edge : Tonjolan runcing dan panjang pada permukaan gigi, menurut letak
dan bentuknya
Tuberkel/Tubelcle : Tonjolan kecil pada beberapa bagian korona gigi dari pembentukan
enamel yang berlebihan.
Singulum : Tonjolan kecil pada bagian 1/3 servikal dari permukaan palatal
/lingual dari gigi
Mamelon : Tonjolan pada insisal gigi desidui yang baru tumbuh
Fossa : Lekukan yang bundar, lebar, dangkal, dan tidak rata terletak pada
permukaan gigi.
Foramen apikal : Lubang di apeks gigi, tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga
pulpa
Fossa Palatal/Lingual 
: Fossa yang terdapat pada permukaan palatal/ lingual dari gigi incisivus
dan caninus
Triangular Fossa : Fossa berupa suatu segitiga, terdapat pada permukaan oklusal gigi
molar dan premolar yang letaknya sebelah mesial/distal marginal
ridge; atau pada permukaan palatal/lingual gigi incisivus yang
terbentuk dari pertemuan marginal ridge dan singulum
Crest : Titik terluar dari garis luar labial/bukal/palatal/lingual dari gigi
Developmental groove
: Groove yang dangkal, tempat pertemuan antara korona dan radiks

27
Keterangan tambahan :
Indeks Pont
Indeks Pont digunakan untuk menentukan lebar lengkung gigi anterior dan posterior
bertujuan untuk:
 Menentukan apakah lebar lengkung gigi normal atau kurang
 Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral
 Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar dan
molar

Nilai lebar lengkung ideal dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
a) Nilai ideal lebar lengkung gigi anterior = SUI x 100/80
Nilai ideal lebar lengkung gigi anterior (interpremolar) diperoleh dengan
menjumlahkan empat insisivus maksila dibagi 80 kemudian dikali 100.
b) Nilai ideal lebar lengkung gigi posterior = SUI x 100/64
Nilai ideal lebar lengkung gigi posterior (intermolar) diperoleh dengan
menjumlahkan empat insisivus maksila dibagi 64 kemudian dikali 100.

Lengkung gigi yang normal mempunyai hubungan konstan antara jumlah lebar
mesiodistal keempat insisivus permanen rahang atas (SUI). Lengkung gigi yang ideal
adalah gigi-geligi yang terletak dalam lengkung rahang tanpa adanya crowded. Terdapat
korelasi antara lebar lengkung gigi intermolar dan lebar lengkung gigi interpremolar
dengan jumlah lebar mesiodistal gigi empat insisivus rahang atas.

Gambar 15. Lebar Interpremolar (A)


dan Intermolar (B)

28
Lebar lengkung di daerah premolar disebut sebagai pengukuran nilai interpremolar
(MPV). MPV adalah jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar pertama kanan
atas ke distal pit premolar pertama kiri atas. Lebar lengkung molar disebut sebagai
pengukuran nilai intermolar (MMV), MMV adalah jarak dari mesial pit pada permukaan
oklusal kanan atas ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atas. Jika hasil
pengukuran MPV dan MMV sama dengan hasil pengukuran lebar lengkung gigi anterior
dan posterior menurut indeks Pont, dikatakan lebar lengkung gigi tersebut sesuai dengan
ukuran gigi geligi pada lengkung rahang dan dapat meletakkan gigi dalam lengkung
rahang tanpa adanya crowded.

Studi Bolton adalah hubungan kontak interdigitasi antara gigi-geligi rahang atas dengan
rahang bawah :
a) Jumlah 6 gigi mandibula adalah jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus satu, insisivus
dua dan kaninus regio kanan dan kiri rahang bawah.
b) Jumlah 6 gigi maksila adalah jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus satu, insisivus
dua dan kaninus regio kanan dan kiri rahang atas bawah.
c) Jumlah 12 gigi mandibula adalah jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus satu,
insisivus dua, kaninus, premolar satu, premolar dua dan molar satu regio kanan dan
kiri rahang bawah.
d) Jumlah 12 gigi maksila adalah jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus satu, insisivus
dua, kaninus, premolar satu, premolar dua dan molar satu regio kanan dan kiri rahang
atas.

Analisa Bolton

Diskrepansi ukuran gigi merupakan ketidakharmonisan antara lebar mesiodistal


gigi maksila dengan lebar mesiodistal gigi mandibula dalam lengkung rahang. Hubungan
ukuran mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar penting untuk
menentukan ideal interdigitasi antara gigi maksila dan mandibula. Analisa Bolton adalah
analisa rasio interdigitasi yang dirancang untuk melokalisasi perbedaan ukuran gigi
dengan membandingkannya dengan standard yang normal sehingga kekurangan ruang
rahang dapat ditentukan. Tujuan lain adalah mengetahui perbedaan ukuran gigi antara
rahang mandibula terhadap rahang maksila.

Keseimbangan yang tepat harus ada antara lebar mesiodistal gigi pada maksila dan
mandibula untuk memastikan proper digilitation, overjet, overbite yang normal.
Analisa Bolton terbagi kepada dua yaitu rasio anterior (AR) dan rasio keseluruhan (OR).
a) Menentukan Rasio Anterior (AR)
Rasio Anterior (AR) adalah persentase dengan menambahkan jumlah lebar
mesiodistal keenam gigi anterior mandibula ( dari kaninus kanan ke kaninus kiri ) dibagi

29
dengan jumlah keenam gigi anterior maksila ( dari kaninus kanan ke kaninus kiri ),
didapat nilai 77,2% ± 2SD (1,65).

Rasio anterior diperoleh dengan rumus :


Jumlah 6 gigi anterior mandibula (Kaninus kanan ke Kaninus kiri) x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila (Kaninus kanan ke Kaninus kiri)

Gambar 16. Rasio Anterior Analisa Bolton3

Jumlah lebar mesiodistal gigi anterior mandibula seharusnya 77,2% ± 2SD dari
lebar mesiodistal gigi anterior maksila. Apabila diperolehi rasio anterior lebih kecil dari
77,2% ± 2SD, maka kelebihan lebar materi gigi anterior diindikasikan pada maksila. Ini
bermaksud adanya diskrepansi pada mandibula.

Kelebihan materi gigi dapat dirumuskan dengan rumus :


maksila 6 – (mandibula 6 X 100%)
77,2% ± 2SD

Apabila diperolehi rasio anterior lebih besar dari 77,2% ± 2SD, maka kelebihan lebar
materi gigi anterior diindikasikan pada mandibula.

Kelebihan materi gigi dapat dirumuskan dengan rumus :


mandibula 6 – (maksila 6 X 77,2% ± 2SD)
100

b) Menentukan Rasio Keseluruhan (OR)


Rasio Keseluruhan (OR) adalah persentase dengan menambahkan jumlah lebar
mesiodistal keduabelas gigi mandibular (dari molar satu kiri ke molar satu kanan) dibagi
dengan jumlah lebar mesiodistal keduabelas gigi maksila (dari molar satu kiri ke molar
satu kanan), diperoleh nilai rata-rata 91,3% dengan standard deviasi ± 2SD.

Rasio keseluruhan dapat diperoleh dengan rumus :


Jumlah 12 mandibula x 100 % = 91,3%
Jumlah 12 maksila

30
Gambar 17. Rasio Keseluruhan Analisa Bolton

Standar Bolton untuk rasio keseluruhan adalah 91,3% , yaitu jumlah lebar
mesiodistal gigi dari distal molar satu kanan ke distal molar satu kiri. Apabila diperoleh
rasio keseluruhan lebih kecil dari 91,3% ± 2SD, maka kelebihan lebar materi gigi anterior
diindikasikan pada maksila.

Kelebihan materi gigi dapat dirumuskan dengan rumus:


maksila 12 – (mandibula 12 X 100)
91,3% ± 2SD

Apabila diperoleh rasio keseluruhan lebih besar dari 91,3% ± 2SD, maka
kelebihan lebar materi gigi anterior diindikasikan pada mandibula. Kelebihan materi gigi
dapat dirumuskan dengan rumus:
mandibula 12 – (maksila 12 X 91,3% ± 2SD)
100

31
LATIHAN 3
GIGI DESIDUI / PERMANEN REGIO ANTERIOR

1. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

Gambar 18. Gigi insisivus 1 permanen maksila

1 4 7

2 5

3 6

2. Isilah bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada disamping
gambar :

Gambar 19. Gigi Insisivus 1 desidui mandibula

32
3. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

10.
Gambar 20. Gigi kaninus permanen maksila
4. Perhatikan model gigi desidui dan gigi permanen yang ada pada meja anda. Tandai (v)
Persamaan dan Perbedaan gigi insisivus dan kaninus desidui dan permanen pada tabel
dibawah ini ;

Cemento Mesial Linguo Distal


Lingual Incisal
Gigi Enamel Cingulum Margina incisal marginal
Fossa Ridge
Junction l Ridge edge ridge
I1Permanen
Maksilla
I1 Decidui
Maksila
I2 Permanen
maksila
I2 Desidui
maksila
I1Permanen
Mandibula
I1 Decidui
Mandibula
I2 Permanen
Mandibula
I2 Desidui
Mandibula

33
Mesial gigi
5. Lakukan pengukuran Mesial
permanenMesio
pada model Cemento
gigi dan isilah kolom di bawahDistal
ini : Disto
Lingual
Gigi cusp Marginal lingual Cingulum Enamel cusp lingual
ridge
Ridge Ridge Fossa Junction ridge fossa
Kaninus
Permanen
Maksilla
Kaninus
Decidui
Maksila
Kaninus
Permanen
Mandibula
Kaninus
Decidui
Mandibula

Rahang atas :
Mesio
Labio- Bukal - Panjang gigi
Gigi
distal
palatal palatal Mahkota Akar Seluruhnya
I (insisivus1) -
II(Insisivus 2) -
III (kaninus) -
Note : Diukur dalam satuan mm
Rahang bawah :
Mesio Labio- Bukal - Panjang gigi
Gigi
distal lingual lingual Mahkota Akar Seluruhnya
I (insisivus1) -
II(Insisivus 2) -
III (kaninus) -
Note : Diukur dalam satuan mm
6. Dengan menggunakan rumus (Indeks Pont dan Analisa Bolton), tentukan :
a. Nilai ideal lengkung gigi anterior :
Nilai ideal lebar lengkung gigi anterior = SUI x 100/80

b. Nilai Rasio gigi anterior :


Jumlah 6 gigi anterior mandibula (Kaninus kanan ke Kaninus kiri) x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila (Kaninus kanan ke Kaninus kiri)

Paraf Tutor,

( )

PRAKTIKUM 4

34
Judul : MORFOLOGI GIGI DESIDUI DAN PERMANEN REGIO
POSTERIOR
Pendahuluan : Gigi permanen erupsi menggantikan gigi susu, kecuali gigi molar 1, 2 dan
3. Pada gigi desidui regio posterior terdiri dari gigi molar 1 dan molar 2,
sedangkan pada gigi permanen, regio posterior terdiri dari gigi premolar 1,
premolar 2, molar 1, molar 2 dan molar 3. Gigi permanen memiliki ukuran
yang lebih besar dari gigi desidui dan warnanya tidak seputih gigi desidui.
Tujuan Umum : Mahasiswa dapat membedakan antara gigi desidui dan gigi permanen regio
posterior.

Tujuan Khusus : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa FKG USU mampu :
1. Menentukan gigi desidui dan permanen posterior rahang
atas/rahang bawah, kiri/kanan.
2. Menentukan aspek mesial, distal, oklusal, bukal dan palatal
gigi desidui/permanen posterior rahang atas.
3. Menentukan aspek mesial, distal, oklusal, nukal dan
lingual gigi desidui/permanen posterior rahang bawah.
4. Melakukan perhitungan lebar mesio-distal, labio-
lingual/labio-palatal dan panjang gigi desidui dan posterior regio
posterior.

Topik : 1. Menentukan bagian-bagian dari masing-masing gigi.


2. Mengukur lebar mesio-distal, bukal-lingual/bukal-palatal dan panjang,
gigi.

Alat dan bahan : 1. Model gigi permanen dan gigi desidui


2. Gambar-gambar gigi desidui / permanen posterior, rahang atas dan
bawah.
3. Kaliper sorong
4. Kalkulator
5. Laptop/notebook, masing-masing kelompok membawa 1 unit

35
Prosedur : 1. Setiap kelompok (meja) dibagikan 1 model gigi desidui dan 1 model
gigi permanen dan 1 buah CD
2. Aplikasi praktikum oleh dosen pengampu (10 menit)
3. Mahasiswa menentukan bagian-bagian gigi desidui dan
permanen regio posterior dari aspek mesial, distal, bukal oklusal,
palatal/lingual. (45 menit)
4. Jawab pertanyaan bagian-bagian gigi pada lembar latihan
(15 menit)
5. Mahasiswa mengukur lebar mesio-distal, bukal-
lingual/bukal-palatal dan panjang gigi keseluruhan dari masing-
masing gigi posterior permanen dengan menggunakan kaliper sorong
atau jangka dan mistar besi (mm). (30 menit)
6. Catatlah pengukuran gigi tersebut pada lembar latihan (10
menit)
7. Presentasi mahasiswa (dipilih secara acak) tentang
praktikum gigi desidui dan permanen regio posterior (10 menit).

Definisi Operasional :

Permukaan bukal/Buccal Surface/Facies Buccalis


  : Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan dengan pipi/bukal
Permukaan oklusal/Occlusal Surface/Facies Occlusalis
: Permukaan puncak gigi yang digunakan untuk mastikasi /
pengunyahan
Fossa Central  : Fossa yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar,
dimana merupakan pertemuan beberapa developmental groove,
yang merupakan suatu depresi sentral
Triangular Fossa : berupa suatu segitiga, terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan
premolar yang letaknya sebelah mesial/distal marginal ridge;
Bifurkasi : tempat di mana 2 akar bertemu
Trifurkasi : tempat di mana 3 akar bertemu.

36
TUGAS LATIHAN 4
GIGI POSTERIOR

7. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

Gambar 21.Gigi Premolar 1. Maksila Permanen

37
8. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

Gambar 22. Gigi Premolar 1 Mandibula Permanen

3. Dari gambar dan bentuk gigi premolar 1 permanen maksila dan mandibula, tentukan
persamaan dan perbedaannya.

Distolingua
Distal Dista Lingual
l Transvers
Gigi Marginal l triangular
triangular e ridge
groove fossa ridge
groove
Premolar 1
permanen
maksila
Premolar 1
permanen
mandibula

38
4. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

Gambar 23. Gigi Premolar 2 Permanen Maksila

39
5. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

2
5
111 4 1
3 11 11

12
6 7 13
14

11 8

15
10 18
9

17 16

Gambar 24. Gigi Molar 2 Permanen Mandibula

1 10
2 11

3 12
4 13
5 14

6 15

7 16

8 17

9 18
40
6. Dari gambar dan bentuk gigi premolar 2 permanen maksila dan mandibula, tentukan
persamaan dan perbedaannya.

Gigi Mesial Bucal Bucal Lingua Mesio Cement Mesial Centra Distal
Margina cervica triangula l cusp lingua o fossa l Margin
l Ridge l ridge r ridge l Enamel groove al
Ridge
groov Junctio
e n
Premolar 2
permanen
maksila
Premolar 2
permanen
mandibula

7. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

1 1
9
2

8 3

7
4
6 5

Gambar 25. Gigi molar 1 maksila desidui

1 6

2 7

3 8

4 9

5 10

41
8. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

Gambar 26. Gigi molar 1 maksila permanen

42
9. Dari gambar dan bentuk gigi molar 1desidui dan permanen maksila, tentukan persamaan
dan perbedaannya.

Persamaan dan Perbedaan

Mesio Cemento Disto Disto


Mesiobucal Cusp of Lingual Disto bucal
Gigi lingual Enamel lingual lingual
root carabelli root cusp
cusp Junction groove cusp
Molar 1
desidui
Maksila
Molar 1
permanen
maksila

10. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

1 2
12
3
11 4
10
5
9

8 6
7

Gambar 27. Gigi molar 2 desidui maksila

1 7

2 8

3 9

4 10

5 11

6 12

43
11. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

Gambar 28. Gigi molar 2 maksila permanen

44
8. Dari gambar dan bentuk gigi molar 2 desidui dan permanen maksila, tentukan persamaan
dan perbedaannya.

Persamaan dan Perbedaan

Disto Cemento Disto Disto


Cusp of Distobucal Lingual Mesio
Gigi lingual Enamel lingual lingual
carabelli root root bucal cusp
cusp Junction groove cusp
Molar 2
desidui
maksila
Molar 2
permanen
maksila

9. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada dibawah
gambar :

1 2
3
4 1
2
5 3
10
9
45
5
6

8 7

Gambar 29. Gigi molar 1 desidui mandibula

1 6

2 7

3 8

4 9

5 10

45
10. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

Gambar 30. Molar 1 permanen mandibula

46
11. Dari gambar dan bentuk gigi molar 1 desidui dan permanen mandibula, tentukan
persamaan dan perbedaannya.

Persamaan dan Perbedaan


Gigi Mesiobucal Cusp Mesio Distobuc Lingual Cemento Disto Disto Disto bucal
root of lingual al root root Enamel lingual lingual cusp
carabe cusp Junction groove cusp
lli
Molar 1
desidui
mandibula
Molar 1
permanen
mandibula

12. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
dibawah gambar :

11 1
10 2
3
1
4
5

6
9 8 7

Gambar 31. Gigi molar 2 desidui mandibula

1 7

2 8

3 9

4 10

5 11

47
13. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjuk oleh garis dibawah ini pada nomor yang ada
disamping gambar :

Gambar 32. Gigi molar 2 permanen

48
14. . Dari gambar dan bentuk gigi molar 2 desidui dan permanen mandibula, tentukan
persamaan dan perbedaannya.

Gigi Mesiobucal Cusp of Mesio Distobuc Lingual Cemento Disto Disto Disto bucal
root carabell lingual al root root Enamel lingual lingual cusp
i cusp Junction groove cusp
Molar 1
desidui
mandibula
Molar 1
permanen
mandibula

15. Lakukan pengukuran gigi permanen pada model gigi dan isilah kolom di bawah ini :
Rahang atas :
Gigi Mesio Bukal - Panjang gigi
distal palatal Mahkota Akar Seluruhnya
Premolar 1
Premolar 2
Molar 1
Molar 2
Note : Diukur dalam satuan mm

Rahang bawah :
Gigi Mesial- Bukal - Panjang gigi
distal lingual Mahkota Akar Seluruhnya
Premolar 1 -
Premolar 2 -
Molar 1 -
Molar 2
Note : Diukur dalam satuan millimeter

16. Dengan menggunakan rumus (Indeks Pont dan Analisa Bolton), tentukan :
c. Nilai ideal lengkung gigi Posterior:
Nilai ideal lebar lengkung gigi posterior = SUI x 100/64
49
d. Dengan menggunakan pengukuran pada gigi anterior (praktikum 4), hitunglah
Nilai Rasio Keseluruhan :
Rasio keseluruhan dapat diperoleh dengan rumus :

Jumlah 12 mandibula x 100 % = 91,3%


Jumlah 12 maksila

Paraf Tutor

( )

Referensi :
1. Fehrenbach Margaret J. Dental Anatomy Coloring Book. Saunders Elsevier, 2008:
155, 181, 191, 287
2. Braz J. Oral science. Dental Arch Morphology in Normal Occlusions 10(1). 65-68
3. Balogh Mary Bath, Ferenbanch Margaret J. Dental Embryology, Histology and
nd
Anatomy. 2 Edition. Saunders Elsevier, St. Louis – Missouri 2006 : 248-50, 258,
265, 268, 275, 282, 286, 291, 293, 307, 316.

Pertemuan ke 5
Judul : KELENJAR SALIVA DAN SALIVA

50
Pendahuluan : Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang
diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjara saliva yaitu kelenjar
Saliva
Mayor terdiri atas kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
Kontribusi pada tiap kelenjar berbeda, pada kelenjar parotis tanpa
stimulasi adalah 20% dan yang distimulasi 50%, kelenjar
submandibular tanpa stimulasi adalah 65% dan yang distimulasi 30%,
pada kelenjar sublingualis tanpa stimulasi 7-8% dan yang distimulasi
10%. Sedangkan kelenjar saliva minor (terdiri atas kelenjar labialis,
bukalis, palatinalis dan lingualis), kontribusinya tanpa stimulasi
adalah 7-8% dan yang distimulasi 10%.
Sifat saliva ditentukan oleh asal kelenjar. Kelenjar parotis sekresinya
terutama cairan serus yang kaya karbohidrat, submandibular dengan
campuran antara cairan serus dan mukus, dan sublingual dan kelenjar
saliva minor sekresinya terutama cairan mukus dan kelenjar ini
berproduksi pada malam hari. Kelenjar submandibular dan kelenjar
sublingual bersama dengan banyak kelenjar saliva minor, yang
merupakan sumber utama dari mucin saliva.

Gambar 1. Kelenjar saliva mayor dan struktur terkait

Kelenjar Parotis merupakan kelenjar terbesar, berpasangan dan


bilobular dan terletak diantara ramus mandibularis dan prosesus
mastoideus. Duktus ekskretorius kelenjar parotis disebut duktus
Stensen. Kelenjar Submandibularis, terletak di bawah rami mandibula,
51
bagian superfisialnya yang besar berada diantara pinggir bawah
mandibula yang menutupinya dan muskulus digastrikus. Duktus
ekstretoriusnya: duktus Whartoni
Kelenjar Sublingualis, merupakan kelenjar saliva terbesar ketiga,
terdiri dari lobus mayor dan lobus minor. Terletak di dasar mulut di
dekat permukaan dalam mandibula pada regio gigi Insisivus, Kaninus
dan Premolar.
Nilai rata-rata saliva yang dihasilkan adalah 500-1000 mL perhari.
Rata-rata aliran saliva: aliran saliva istirahat 0,3±0,22mL/menit.
Aliran saliva yang distimulasi 1,7±2,1mL/menit.
Parameter aliran saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi rata-rata
selama istirahat (tanpa stimulasi) diklasifikasikan sebagai normal,
rendah atau sangat rendah (hiposalivasi). Pada dewasa normal total
aliran saliva yang distimulasi ± 1-3 mL/menit, rendah dari 0,7-1,0
mL/menit dan hiposalivasi < 0,7 mL/menit. Aliran saliva normal
tanpa stimulasi dari 0,25-0,35 mL/menit, rendah 0,1-0,25 dan
hiposalivasi <0,1 mL/menit.
Dengan aliran saliva dan viskositas saliva yang baik maka efek self
cleansing dari saliva akan bekerja dengan baik sehingga resiko karies
gigi dapat berkurang. Bila aliran saliva berkurang, tidak hanya gigi
yang akan cepat karies, tetapi juga mukosa oral akan menjadi mudah
terserang bakteri, virus, dan infeksi jamur. Jadi, pasien dengan mulut
kering kronis cenderung untuk berkembang menjadi karies, karena
berkurangnya perlindungan dari saliva, sangat mudah untuk
perkembangan dari infeksi rongga mulut, sebagai hasil dari
perlindungan yang berkurang, khususnya, komposisi protein dari
saliva.
pH saliva normal adalah 6,7–7,4. Buffer saliva (daya dapar) berguna
untuk mempertahankan homeostatis (keseimbangan asam–basa) di
rongga mulut.
Sifat sekresi kelenjar terdapat perbedaan diantara kelenjar yang
menghasilkan sekresi serus (cair & tipis, kaya akan non-enzimatik dan
protein enzimatik mengandung beberapa polisakarida) dengan sekresi
mukus (kental & tebal, kaya dengan polisakarida dan mengandung

52
beberapa protein non-enzimatik) dan kelenjar yang memproduksi
cairan campuran (seromukus).
Sel Mukous: secara histologi bentuknya tergantung pada keadaan
aktivitas sel tersebut, baik dalam keadaan istirahat maupun aktif. Pada
keadaan istirahat sel mukus berbentuk irisan yang berisi inti yang oval
maupun rata. Sitoplasma eosinofilik dan dibungkus oleh butiran
mucinogen dan glikoprotein mucin
Sel Serous: Sel serous berbentuk irisan yang terletak pada di sekitar
lumen yang sangat kecil, Inti selnya berbentuk bola, rapat, dan
terletak pada basal sel . Pada sitoplasma intranuclear, terdapat banyak
Rerikulum Endoplasmik (RE), sedangkan sitoplasma apikalnya
granular. Sel ini juga dinamakan sel seromukous, lumen dari sel ini
dihubungkan oleh kanalikuli sekretori.

Gambar 2. Histologis kelenjar parotis Gambar 3. Histologis kelenjar submandibula

53
Gambar 4. Histologis kelelenjar sublingualis Gambar 5. Sel asinar kelenjar saliva. Sel serus,

mucus dan campuran seromukus. Amati besar sel, bentuk

Tujuan Umum : Mahasiswa dapat menentukan anatomi dan histology kelenjar saliva
Tujuan Khusus :1. Mengetahui bentuk anatomis kelenjar saliva
2. Mengetahui histologis kelenjar saliva
3. Membedakan sel serus dan sel mucus kelenjar saliva
4. Melakukan perhitungan volume saliva

Topik 1. Bentuk anatomis kelenjar saliva


2. Histologi kelenjar saliva
3. Histologi sel serus dan mucus kelenjar saliva
4. Pengukuran volume saliva
Alat-alat: :
1. Wadah penampung saliva
2. Botol minuman yang berisi minuman asam (jus jeruk keasan
disediakan oleh masing-masing kelompok
3. Stop watch
4. Kain lap / kertas tisu
5. Stiker untuk nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengambilan saliva

54
Prosedur
1. Setiap kelompok diberikan pot penampung saliva dan CD berisi gambar anatomi dan
histology kelenjar saliva
2. Aplikasi mengenai anatomi, histology kelenjar saliva dan volume saliva dari dosen
pengampu (15 menit)
3. Mahasiswa mendiskusikan letak kelenjar saliva mayor dan minor dan menuliskannya
pada jurnal
4. Mahasiswa mendiskusikan histology kelenjar saliva, membedakan sel serus dan sel
mukus kelenjar saliva dan menggambarkannya pada jurnal
5. Setiap kelompok mahasiswa, diambil 5 orang (subjek) untuk diambil whole saliva –
nya untuk pengukuran volume salivanya tanpa stimulasi oleh 5 orang lainnya sebagai
operator dan 1 orang mencatat hasil (tiap kelompok) dengan cara:
a. Mahasiswa yang menjadi subjek duduk dengan santai, kepala dimiringkan sedikit
ke depan, mata terbuka, pot saliva diletakkan di bawah labium inferior (bibir
bawah), dan minimalisasi pergerakan rongga mulut . Saliva dibiarkan mengalir dan
terkumpul (5 menit)
b. Hitunglah volume saliva yang diperoleh dengan melihat, ukuran volume pada
dinding pot saliva dan catatlah hasil pada jurnal (2 menit)
c. Interpretasikan hasil yang diperoleh, apakah nilai rata-rata saliva yang dihasilkan
perhari termasuk normal, rendah, hiposaliasi atau hipersalivasi dengan melihat
perhitungan selama sehari (24 jam)
6. Setiap kelompok mahasiswa, diambil 5 orang yang berbeda subjek sebelumnya,
diinstruksikan untuk meminum minuman asam sebanyak setengah botol jus kemasan.
7. Pengukuran volume saliva terstimulasi dilakukan pada objek ini (no 6) dengan cara
sama seperti no 5 yaitu
a. Mahasiswa yang menjadi subjek duduk dengan santai, kepala dimiringkan sedikit
ke depan, mata terbuka, pot saliva diletakkan di bawah labium inferior (bibir
bawah), dan minimalisasi pergerakan rongga mulut . Saliva dibiarkan mengalir dan
terkumpul (5 menit)
b. Hitunglah volume saliva yang diperoleh dengan melihat, ukuran volume pada
dinding pot saliva dan catatlah hasil pada jurnal (2 menit)
c. Interpretasikan hasil yang diperoleh, apakah nilai rata-rata saliva yang dihasilkan
perhari termasuk normal, rendah, hiposaliasi atau hipersalivasi dengan melihat
perhitungan selama sehari (24 jam)
8. Jurnal dikumpulkan

55
Prosedur pengukuran volume saliva tanpa stimulasi dan dengan stimulasi
- Cara:
Kepala sampel dimiringkan sekitar 45◦
-

Wadah saliva didekatkan kesudut mulut

Biarkan saliva mengalir spontan ke dalam


wadah saliva

Baca ukuran volume saliva yang ditampung


pada dinding wadah saliva

Setelah 5 menit atat hasilnya pada lembar


latihan

Definisi Operasional
Saliva : cairan yag dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva
minor
Kelenjar Parotis : Kelenjar yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva
mayor dan merupakan terbesar, berpasangan dan bilobular
Kelenjar Submandibular : Kelenjar yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva
mayor dan merupakan kedua terbesar
Kelenjar Sublingualis : Kelenjar yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva
mayor dan merupakan kelenjar saliva terbesar ketiga, terdiri dari
lobus mayor dan lobus minor.
Aliran saliva : jumlah saliva yang mengalir ke rongga mulut dalam mL/menit
Volume saliva : Jumlah saliva yang dihasilkan kelenjar saliva/hari

56
TUGAS LATIHAN 5
SALIVA

Nama/ NIM :
KELOMPOK :

1. Menggambarkan histologis kelenjar saliva

Gambar kel. parotis Gambar kel. submandibula Gambar kel. sublingualis

2. Menggambarkan Sel asinar salivary

Gambar kel. sel asinar saliva

57
3. Mengukur volume saliva tanpa stimulasi dan dengan rangsangan minuman asam

Interpretasi
Jumlah Volume Saliva Stimulasi dengan minuman
Subjek (nama) Tanpa stimulasi
asam
1.
2.
3
4.
5.

Interpretasi sampel :
Volume saliva ………………………………………………………………………

Paraf tutor

( )

KEPUSTAKAAN

58
1. Berkovitz B.K.B; Linden R. W. A; Moxham B. J. and Sloan A. J. Salivary glands,
saliva and salivation. Master Dentistry Oral Biology volume 3. Toronto. Churchill
Livingstone Elsevier.2011:79-85; 268.
2. Almeida PDV. Saliva composition and functions: A comprehensive Review. The
Journal of Contemporary Dental Practice, Vol 9. No.3 March 1. 2008: 2.
3. Balogh MB; Fahrenbach MJ. Illustrated Dental Embryoloy, Hieristology and Anatomi
3th
Ed. Elsevier Saunders.2011:131-37.
4. Wong D. Salivary gland. Wiley-Blackwell. New Delhi. 2007:27.
5. Avery J; Chiego DJ. Essential oral histology and oral 3th Ed. : 195-200
6. Van Rensburg, B.G. Jensen. Oral biology. Germany, Quintessence Publishing Co/
1995:459-65.

Praktikum 6

59
Judul : HISTOLOGI GIGI DAN JARINGAN PERIODONTAL
Pendahuluan :. Gigi terdiri dari Enamel, Dentin, Pulpa dan Cementum. Jaringan
paling keras pada gigi adalah Enamel, yang merupakan bagian terluar
dari gigi dan terlihat secara klinis. Susunan kimia kompleks Enamel
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluoride), Air
1% dan bahan organik 2%. Ukuran Enamel adalah sebesar 1.3 mm
sampai dengan 2.5 mm dengan bagian paling tebal (cups, incisal
edges) dan paling tipis (cervical margin).
Krital hidroksiapatit pada enamel jauh lebih besar dari Kristal
hidroksiapatit pada dentin (diameter 35 nm pada enamel sedangkan
pada dentin berkisar 68 nm). Permukaan enamel aprismatik yang
striae menambah garis Retzius mencapai permukaan dan muncul
sebagai alur perikymata, terdapat batas cincin seperti gelombang
pada permukaan konsentris sejajar dengan cementum-enamel
junction. Alur perikymata terpisah satu sama lain oleh ridge
perikymata seperti gelombang.
Permukaan enamel berbeda dari bagian dibawahnya yaitu dentin.
Enamel lebih keras, kurang berpori, kurang larut dan lebih radio-
paque dari permukaan enamel. Hal ini dikarenakan lebih kaya akan
beberapa unsur (terutama Fluorida) tetapi kurang mengandung
karbonat.
Sebagai permukaan gigi, enamel kontak dengan minuman dan
makanan serta zat lainnya yang berasal dari luar maupun dalam
tubuh. Permukaan enamel memperlihatkan tampilan yang variabel,
menunjukkan gambaran seperti enamel aprismatic, perikymata,
prisma-end markings, crack, pori dan elevasi. Retak kecil sering
ditemukan pada permukaan enamel. Orientasi dari prisma enamel
ketika mencapai permukaan dapat menentukan apakah perpanjangan
prisma mudah terjadinya retak kecil.

Tujuan Umum : Memahami mikroanatomi dan ultrastruktur gigi dan jaringan periodontal
60
Tujuan Khusus : 1. Mikroanatomi dan ultrastruktur enamel
2. Mikroanatomi dan ultrastruktur dentino-pulpa
3. Mikroanatomi dan ultrastruktur jaringan periodontal
Topik : 1. Enamel
2. Dentino-pulpa
3. Jaringan periodontal
Alat dan bahan : 1. Preparat histo
2. Gambar-gambar histologi gigi dan jaringan periodonsium
3. Mikroskop
4. Pensil warna
Prosedur : 1. Setiap kelompok (meja) dibagikan 2 mikroksop dan preparat
2. Aplikasi praktikum oleh dosen pengampu (20 menit)
3. Isilah bagian-bagian jaringan gigi dan periodonsium pada
lembar latihan (40 menit)
4. Gambarkan histologi jaringan gigi dan jaringan
perodonsium yang anda lihat pada mikroskop di lembar latihan (40
menit)
5. Presentasi mahasiswa (dipilih secara acak) tentang
praktikum histologi gigi dan jaringan periodonsium (20 menit)

Definisi Operasional :
Enamel : Jaringan terkeras dari gigi, berada di permukaan paling luar mahkota
gigi tersusun dari sel ameloblas.
Dentin : Jaringan gigi yang paling luas terletak disebelah dalam enamel. Pada
bagian mahkota ditutupi oleh enamel, pada bagian akar ditutupi oleh
sementum dihasilkan oleh sel odontonblas, merupakan atap bagi rongga
pulpa.
Sementum : Jaringan gigi yang menutupi dentin pada bagian akar
Pulpa : berisi jaringan ikat, pembuluh darah dan syaraf Semento-enamel junction
(SEJ)
: batas antara jaringan sementum dan enamel, yaitu pertemuaan antara
mahkota dan akar gigi
Dentin-enamel junction : batas antara dentin dan enamel (DEJ)
Enamel tufts : hipomineralisasi enamel menyerupai pita yang memanjang
dari dentinoenamel junction ke 1/5 sampai 1/3 enamel.
Enamel spindles : hasil pembentukan antara ameloblast dan oddontoblast yang
tidak sempurna, ditemukan pada dentinoenamel junction ke
arah enamel sering terdapat pada ujung cups gigi (lebih
pendek dari enamel tufts)

61
TUGAS LATIHAN 6
HISTOLOGI

1
8
2

4
7
5

Gambar 33. Bagian-bagian gigi1

1. Isilah bagian-bagian gigi yang ditunjukkan oleh garis pada gambar di atas dan isilah pada
kolom di bawah ini :
1 5
2 6
3 7
4 8

Gambar 34. Histologi gigi2


2. Isilah bagian-bagian yang ditunjuk oleh huruf-huruf di atas pada huruf di bawah ini :
A D F
B E G
C

62
4
2
3

6
\
Gambar 35. Histologi Dentino-Enamel
3. Isilah bagian-bagian histologi dentino-enamel pada gambar di atas yang ditunjuk oleh
garis pada nomor di bawah ini :

1 3 5
2 4 6

4. Isilah bagian-bagian histologi dentino-enamel pada gambar berikut yang ditunjuk oleh
garis pada nomor di samping gambar :

Gambar 36. Histologi Dentin-enamel

63
1

4
2

5
3

Gambar 37. Ligamen Periodontal3

5. Isilah bagian-bagian ligamen periodontal pada gambar di atas yang ditunjuk oleh garis
pada nomor di bawah ini :

1 4
2 5
3

1 9
3 6

4 7

5 8
Gambar 38. Pulpa Dentin complex
6. Isilah bagian-bagian pulpa-dentin kompleks pada gambar di atas yang ditunjuk oleh garis
pada nomor di bawah ini :

1 4 7
2 5 8
3 6 9

7. Isilah macam-macam dento-alveolar fiber grup pada gambar di bawah yang ditunjuk oleh
garis pada nomor di bawah ini :
64
1

5
Gambar 39. Dento alveolar fiber grup3

1
5

2
6
3

7
4

Gambar 40. Gingival fiber grup3

8. Isilah macam-macam gingival fiber grup pada gambar di atas yang ditunjuk oleh garis
pada nomor di bawah ini :

1 5
2 6
3 7
4

9. Isilah bagian persyarafan dan suplai darah pada gambar di bawah yang ditunjuk oleh garis
pada nomor di bawahnya :
65
1

Gambar 41. Persyarafan dan suplai


darah pada tulang alveolar

1 3

2 4

10. Gambarkan histologi jaringan yang Anda lihat di mikroskop

Paraf Tutor

( )

KEPUSTAKAAN :

66
7. Balogh MB; Fahrenbach MJ. Illustrated dental embryoloy, histology and anatomi 3th Ed.
Elsevier Saunders.2011:179-208
8. Berkovitz BKB, Holland GR and Moxham BJ. Oral anatomy, histology and
embryology 4th Ed. Mosby Elsevier, Toronto. 2009 : 105 - 205
9. Avery J; Chiego DJ. Essential oral histology and oral 3th Ed. : 97-157
10. Nanci A. Ten Cate’s Oral Histology 7th Ed. Mosby Elsevier, Missouri. 2008 : 141-239

67
Pertemuan ke 7
Judul : PENGECAPAN / SENSASI RASA PADA LIDAH
Pendahuluan : Saat makan atau minum kita dapat merasakan suatu sensasi di dalam
mulut yang sering disebut sebagai sensasi rasa. Terdapat lima dasar
sensasi rasa yang dapat dikecap oleh lidah, yaitu manis, asam, asin,
pahit dan umami. Terdapat reseptor pengecapan untuk masing-masing
rasa. Reseptor manis terletak di daerah anterior ujung lidah, reseptor
asin terletak di daerah lateral anterior lidah, reseptor asam pada lateral
posterior lidah, reseptor pahit pada daerah posterior lidah dan reseptor
umami tersebar di seluruh permukaan lidah. Lidah berfungsi sebagai
salah satu organ pengecapan yang menerima rangsangan rasa di dalam
mulut. Lidah tersusun atas otot-otot intrinsik dan ekstrinsik. Terdapat
empat jenis papila lidah yaitu, papila filiformis yang menyebar di
seluruh permukaan lidah, papila fungiformis pada bagian dua pertiga
anterior lidah, papila foliata pada daerah posterior lateral lidah dan
papila circumvalatte pada daerah posterior dorsum lidah. Pada papila
lidah terdapat reseptor pengecapan yang disebut kuncup kecap (taste
buds). Dari keempat jenis papila hanya tiga jenis papila yang memiliki
reseptor pengecapan di dalamnya, yaitu papila fungiformis, papila
foliata dan papila circumvallate. Papila-papila di permukaan lidah
dipersarafi oleh nervus facial (VII) pada daerah dua pertiga anterior
lidah, nervus glossopharyngeal (IX) pada daerah sepertiga posterior
lidah dan faring dan nervus vagus (X) pada daerah laring, esofagus dan
epiglotis.

68
Taste Buds
Taste buds disebut juga sebagai kuncup pengecapan. Fungsi
dari taste buds adalah untuk membantu proses pengecapan. Taste buds
merupakan suatu badan ovoid yang berukuran 50-70 μm. Taste buds
terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel yang termodifikasi, beberapa
diantaranya disebut sebagai sel sustenkular dan lainnya disebut sebagai
sel pengecap. Sel-sel pengecap terus menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya. Kisaran ketahanan
setiap selnya adalah sekitar 10 hari.
Ujung-ujung luar dari sel pengecap tersusun di sekitar pori-pori
pengecap yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel beberapa
mikrovili atau rambut pengecap menonjol ke luar menuju pori-pori
pengecap mengarah ke rongga mulut. Sehingga satu-satunya bagian
yang dapat dicapai oleh cairan dalam rongga mulut adalah ujung
mikrovili.
Pada manusia, taste buds terletak di mukosa epiglotis, palatum
serta di dinding papila fungiformis, papila circumvallate dan papila
foliata. Terdapat lima taste buds di tiap puncak papila fungiformis.
Pada papila circumvallate terdapat lebih banyak taste buds yaitu
sekitar 100 taste buds. Jumlah lainnya terletak pada papila foliata di
daerah lipatan-lipatan sepanjang permukaan lateral lidah.

Modalitas Pengecapan Dasar


Reseptor rasa manis terletak paling banyak pada daerah anterior
ujung lidah. Reseptor asin terletak pada daerah lateral anterior lidah.
Reseptor asam terletak pada lateral lidah. Reseptor pahit terletak di
daerah posterior lidah dan reseptor umami tersebar di seluruh
permukaan lidah.

Transmisi Sinyal Pengecap ke Sistem Saraf Pusat


Impuls pengecapan dari dua pertiga daerah anterior lidah
berjalan dalam cabang korda timpani nervus facial (V). Impuls
pengecapan dari daerah sepertiga posterior lidah mencapai batang otak
melalui nervus glossopharyngeal (IX). Serat-serat lain selain lidah
mencapai batang otak melalui nervus vagus (X).

69
Impuls dari ketiga saraf tersebut dihantarkan ke nukleus traktus
solitarius di medula oblongata. Kemudian akan bersinapsis dengan
neuron ordo-kedua dan bertemu dengan leminiskus medialis dan
berakhir di thalamus. Dari sini, impuls dihantarkan ke daerah proyeksi
pengecapan di korteks cerebrum di ujung bawah girus postsentralis.

Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat membedakan sensasi rasa manis, asam, asin
dan pahit pada lidah

Tujuan Khusus : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa FKG USU mampu :
1. Menentukan sensasi pengecapan rasa manis, asam, asin dan pahit
pada lidah.
2. Menentukan peta lokasi rasa pada lidah

Topik : 1. Sensasi rasa pada lidah.


2 Peta lokasi papilla lidah berdasarkan anatomi dan sensasi rasa pada
lidah.

Alat dan bahan :


1. Aquadest.
2. Larutan sukrosa dengan konsentrasi larutan 40%, 20%, 10%, 5%.
3. Larutan asam sitrat dengan konsentrasi larutan 30%, 16,5%, 9%, 5%.
4. Larutan sodium klorida dengan konsentrasi larutan 25%, 10%, 4%, 1,6%.
5. Larutan quinin hidroklorida dengan konsentrasi larutan 0,6%, 0,24%, 0,09%, 0,04%.
6. Stopwatch

Prosedur : 1. Mahasiswa diinstruksikan untuk berkumur-kumur dengan air mineral


sebanyak 60 ml selama kurang lebih 60 detik.
2. Lidah dibersihkan dengan cotton roll.
3. Mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok rasa, yaitu manis, asam,
asin dan pahit
4. Masing-masing rasa terdiri dari 4 konsentrasi yang berbeda.

70
a. Untuk kelompok rasa manis, uji pengecapan dilakukan di daerah
anterior lidah dengan konsentrasi larutan sukrosa 5%, 10%, 20%,
40%. Uji dimulai dari konsentrasi terendah sampai tertinggi.
b. Untuk kelompok rasa asam, uji pengecapan dilakukan di daerah
lateral posterior lidah dengan konsentrasi larutan asam sitrat 5%,
9%, 16,5%, 30%. Uji dimulai dari konsentrasi terendah sampai
tertinggi.
c. Untuk kelompok rasa asin, uji pengecapan dilakukan di daerah
lateral anterior lidah dengan konsentrasi larutan sodium klorida
1,6%, 4%, 10%, 25%. Uji dimulai dari konsentrasi terendah sampai
tertinggi.
d. Untuk kelompok rasa pahit, uji pengecapan dilakukan di daerah
posterior lidah dengan konsentrasi larutan quinine hidroklorida
0,04%, 0,09%, 0,24%, 0,6%. Uji dimulai dari konsentrasi terendah
sampai tertinggi.
5. Seluruh hasil dimasukkan kedalam tabel yang telah tersedia.
6. Masing-masing subkelompok pada akhir jam praktikum
mempresentasikan hasil yang dilaporkan.

Definisi operasional :

Rasa Manis :
Rasa manis tidak dibentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa
tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alkohol, aldehid,
keton, amida, ester, asam, amino, beberapa protein kecil, asam sulfat, asam halogenasi dan
garam-garam anorganik dari timah dan berilium.

Rasa Asam :
Rasa asam disebabkan oleh asam. Reseptor ini dirangsang oleh kation H +, dan bukan
anion yang terkait. Untuk setiap zat asam, rasa asam sebanding dengan konsentrasi H+. Tetapi
asam-asam organik biasanya lebih asam daripada asam mineral dengan konsentrasi H + yang
sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh asam organik lebih cepat menembus sel daripada
asam mineral.

71
Rasa Asin :
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda
antara satu garam dengan garam yang lain. Rasa asin dihasilkan oleh Na+. Beberapa senyawa
yang terasa asin yaitu seperti, dipeptida lisiltaurin, ornitiltaurin dan NaCl.

Rasa Pahit :
Rasa pahit tidak hanya dibentuk oleh satu tipe substansi kimia saja. Substansi yang
membentuk rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organik. Dua golongan
substansi yang cenderung memberikan rasa pahit, yaitu : substansi organik rantai panjang yang
mengandung nitrogen, dan alkaloid. Zat yang sering digunakan untuk menguji rasa pahit
adalah kina sulfat. Senyawa lainnya adalah morfin, nikotin, kafein dan ureum.

72
TUGAS LATIHAN 7
PENGECAPAN

1. Tentukan lokasi rasa pada gambar lidah di bawah ini :

Rasa ....

Rasa .....
..
..

Rasa .....

Rasa ....
Gambar 42. Lokasi rasa pada lidah

2. Tentukan letak papila pada gambar lidah di bawah ini

Papilla ....

Papilla ....

Papilla ....

Gambar 43. Letak papilla pada lidah

73
3. Peta Sensasi Rasa

Rasa Manis

Konsentrasi Terdapat Rasa(+) Tidak Rasa Lain


N larutan uji Spontan < 1 1-2 Terdapat
o rasa Manis menit menit Rasa(-) Asin Asam Pahit Umami
1 5%
2 10%
3 20%
4 40%
1. Kelompok Rasa Manis

2. Kelompok Rasa Asam


Rasa Asam
Terdapat Rasa(+) Tidak Rasa Lain
N Konsentrasi Spontan <1 1-2 Terdapat
o larutan uji menit menit Rasa Asin Manis Pahit Umami
rasa Asam (-)
1 5%
2 9%
3 16,5%
4 30%

3. Kelompok Rasa Asin


Rasa Manis Asin
Terdapat Rasa(+) Tidak Rasa Lain
N Konsentrasi Spontan <1 1-2 Terdapat
o larutan uji menit menit Rasa Manis Asam Pahit Umami
rasa Asin (-)

1 1,6%
2 4%
3 10%
4 25%

Rasa Pahit
Terdapat Rasa(+) Tidak Rasa Lain
Terdapat

74
N Konsentrasi Sponta <1 1-2 Rasa Asin Asam Manis Umami
o larutan uji n menit menit (-)
rasa Pahit
1 0,04%
2 0,09%
3 0,24%
4 0,6%
4. Kelompok Rasa Pahit

Paraf Tutor

( )

Referensi :

1. Triphati Y. Concise textbook of physiology for dental students. India: Elsevier, 2007 : 413-7.
2. Khurana I. Textbook of human physiology for dental students. India: ELSEVIER, 2007: 767-
70.
3. Banerjee A. Development of an automatic electrogustometer. Thesis. University of Sussex
2011 : 15-21.
4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta: Universitas Trisakti: 105-7.

75

Anda mungkin juga menyukai