Anda di halaman 1dari 7

RESUME KEPERAWATAN KRITIS

ISU END OF LIFE DI KEPERAWATAN KRITIS DAN PSIKOSOSIAL ASPEK DARI


KEPERAWATAN KRITIS

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis)

DOSEN PENGAMPU:

Tri Suwarto, S.Kep., Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH:
920173070 IKE DWI LESTIYANI
920173085 ROHMATUL AIMAH
920173071 INDAH SETYAWATI
920173086 SATYA DEVANA
920173073 ISNA MEY CAHYANI
920173087 SHEILA FIRDAYANI
920173074 KHOIRUNNISA'
920173089 TRI SISWANTI
920173075 LEILA ANGGRY ERVIANA 920173090 VINA HANDAYANI
920173076 MARISA KHUSNUL FIRDA 920173091 YOGA DZAKIY MUFADHOL
920173077 MUHAMMAD HASANUDIN 920173093 WAHYU KHODDRIATUL K
920173080 NILA SOVYA HUDA 920173142 AFIYANTI RIYANA DEWI
920173081 NILTA FITRIA 920173143 DITAWATI PUTRIANI DEWI
920173082 NISRINA ROSYADA 920173147 RULY ROHADI
920173083 NOVITA EKA MUFARRCHAH 920173149 ILHAM ARIFIYANTO

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2020
ISU END OF LIFE
A. PENGERTIAN
End Of LifeEnd of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo,2016). End of life care
adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka (NHS Choice,2015).

B. Prinsip-Prinsip End Of Life Menurut NSW Health Prinsip End Of Life antara lain:

1.Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian Tujuan utama dari perawatan
adalah menpertahankan kehidupan,namun ketika hidup tidak dapat dipertahankan, tugas
perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien yang
sekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam melakukannya.

2. Hak untuk mengetahui dan memilih Semua orang yang menerima perawatan
kesehatan memiliki hak untuk diberitahu tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan
mereka. Mereka memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan dalam
memperpanjang hidup.Pemberi perawatan memiliki kewajiban etika dan hukum untuk
mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai dengan pedoman.

3. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup Perawatan


end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang terbaik untuk
individu.Iniberarti bahwa tujuan utama perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan
martabat,maka menahan atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin
diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.

4.Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan tenaga kesehatan


memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat keputusan bagi pasien yang
kurang bisa dalam pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.

5.Transparansi dan akuntabilitas Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima


perawatan, dan untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses
pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat
didokumentasikan.

6.Perawatan non diskriminatif Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-
diskriminatif dan harus bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan
kondisimedis, nilai-nilai dan keinginan pasien.

7.Hak dan kewajiban tenaga kesehatan Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk
memberikan perawatan yang tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat
bagi pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan
norma-norma profesional dan standar hukum

8.Perbaikan terus menerus Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam
memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life baik kepada
pasien maupun kepada keluarga.

C. Kriteria The Peaceful End of Life

Teori Peacefull EOL ini berfokus pada beberapa kriteria utama dalam perawatan end of life
pasien yaitu :

1.Terbebas dari Nyeri Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama
diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan
ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau
potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).

2.Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara


inclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram
dan damai
PSIKOLOGI ASPEK DALAM
KEPERAWATAN KRITIS
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi perawat
pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan
stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan
psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan.

FENOMENA STRES

ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress, tidak
hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman yang baik tentang
stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit keperawatan kritis. Pemahaman
ini dapat memungkinkan perawat untuk mengurangi efek destruktif stress dan meningkatkan
potensi positif dari stress baik pada pasien dan dirinya sendiri.

Stres

Stress didefinisikan sbg respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami
individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen
& Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu fenomena komplek, dimana sekumpulan
komponen saling berinteraksi dan bekerja serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu
komponen subsistem, maka keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Jika tuntutan untuk
berubah menyebabkan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem, maka terjadilah
stress. Individu kemudian memobilisasi sumber-sumber koping untuk mengatasi stress dan
mengembalikan keseimbangan. Idealnya, stress bergabung dengan perilaku koping yang tepat
akan mendorong suatu perubahan positif pada individu. Ketika stress melebihi kemampuan
koping seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis dapat terjadi.

Stresor

Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu
dan berakibat pada terjadinya fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Sumber
stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau masyarakat. Stressor biofisik
antara lain organisme infeksius, proses penyakit atau nutrisi yang buruk. Sedangkan contoh
stressor psikososial adalah harga diri yang rendah, masalah hubungan interpersonal, dan
krisis perkembangan. Stressor ini berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi
polusi dan teknologi tinggi.
Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada persepsinya tentang
stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan (additive). Jika seseorang
mendapat serangan stressor yang multipel, maka respon stress akan lebih hebat.

Respon stres

Rspon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor social.
Hans Selye dalam Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya tentang stress
kedalam suatu model stress yang disebut general adaptation syndrome (GAS). GAS terdiri
atas 3 tahap yaitu (a) alarm respon, (b) stage of resistance dan stage of exhaustion.

Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat, singkat,
melindungi/memelihara kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system saraf
simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah menyerang atau lari (fight-or-flight
response).

Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh beradaptasi terhadap


ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh bertahan pada tahap ini sampai
stressor yang membahayakan hilang dan tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis. Jika
semua energi tubuh tubuhnya digunakan untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang ketiga
yaitu tahap kelelahan.

Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk koping, maka tubuh
mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik, gangguan psikososial dan
kematian.

KLIEN

Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah menderita
akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya. Konsekuensinya, perawat
yang melakukan asuhan keperawatan pada unit keperawatan kritis didesign untuk memelihara
atau mengembalikan semua fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu
oleh keadaan sakitnya.

Respon psikososial

Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin dimediasi


oleh fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme koping atau oleh
fenomena eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi lingkungan.

Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika


menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari kematian. Klien
dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi emosional yang dapat diprediksi dimana
mempunyai cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan sakitnya. Takut dan kecemasan secara
umum adalah reaksi pertama yang tampak. Klien mungkin mengalami nyeri yang
menakutkan, prosedur yang tidak nyaman, mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau
meninggal.
Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan. Depresi seringkali
merupakan respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman kehilangan dapat memicu
memori dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih yang lebih hebat.

Marah dapat terjadi setelah atau selama depresi. Seringkali marah menyembunyikan
adanya depresi dan dapat mencegah klien jatuh ke dalam depresi yang lebih dalam. Klien
dapat merasa marah atau benci tentang sakitnya dan seringkali mengeluh bahwa hidup
tidaklah adil.

Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari maupun tidak
disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang berpotensi mengancam dan membuat
kembali ke dalam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Strategi koping klien
merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas emosional, menguasai lingkungan,
mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh
karena sakit/penyakit. Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya
untuk suatu informasiberbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya,
mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi masalah
dengan dengan melakukan beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif,
menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan obat, menarik diri,
menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri sendirimenghindar dan berkonsultasi
dengan ahli agama..
DAFTAR PUSTAKA

Mardiyono. 2018. Perawatan End of Life Instalasi GawatDarurat. Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

http://blog.umy.ac.id/ararindjani/2018/09/04/perawatan-end-of-life-di-instalasi-gawat-
darurat/diakses pada tanggal 6 Oktober 2020

Emanuelsen, et. Al., 1998. Handbook of Critical Care Nursing. New York: A Wiley Medical
Publication

Anda mungkin juga menyukai