Anda di halaman 1dari 13

RENTANG SEHAT DAN SAKIT

Oleh :
Nabila Naswa
223302040060

Dosen Pengampu :
Murni Aritonang, S.Kep., Ns., M.K.M

Program Studi Sarjana Keperawatan


Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Universitas Prima Indonesia
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya.Dalam makalah ini saya akan membahas
mengenai “RENTANG SEHAT SAKIT”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,saya mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu kami meminta saran dan kritik yang dapat membangun untuk
menyempurnakan makalah saya ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Medan,30 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Definisi sehat
selama beberapa dekade masih dipertentangkan dan belum ada kata sepakat dari ahli kesehatan
maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World Health Organization (WHO) membuat
definisi universal yang menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental
dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan.
Bebas dari penyakit atau kecacatan tidak serta merta dapat dialami oleh setiap pasien.
Pasien dengan DQS memiliki masalah yang paling utama adalah nyeri, bengkak pada ibu jari
serta parasthesia sehingga penderita kesulitan dalam melakukan aktifitas dan bergerak pada
daerah pergelangan tangan serta jari-jari tangan. Dalam Syndrome De Quervain, terowongan
(kompartemen ekstensor pertama, dimana tendon menyempit karena penebalan jaringan lunak
yang membentuk terowongan. Tangan dan ibu jari gerak menimbulkan rasa sakit, terutama
dengan menggenggam kuat atau memutar (ASSH, 2014). DQS merupakan sebuah
permasalahan yang berupa problem nyeri yang dihasilkan oleh adanya peradangan tendon pada
daerah pergelangan tangan tepatnya pada daerah ibu jari (Ilyass, 2008).
Nyeri DQS merupakan sebuah peradangan dari tendon-tendon otot ekstensor pollicis
brevis serta otot abductor pollicis longus yang keduanya bersama-sama masuk dalam satu
selubung tendon. Penyebab dari DQS adalah idiopatik atau tidak diketahui tetapi trauma
berulang, penggunaan dari aktifitas yang berlebihan atau overuse (terutama ibu jari) sering
memunculkan kasus ini. Gejala dan keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrome ini antara
lain rasa nyeri saat menggerakkan pergelangan tangan, timbulnya bengkak sekitar pergelangan
tangan, spasme m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis, serta adanya nyeri
tekan sekitar processus styloideus radii. Akibat pergesekan yang terlalu banyak atau lama
dimana selubung tendon menjadi radang dan menebal (Katana. 2012).
Dalam sebuah Penelitian yang sudah ada, dilakukan di sebuah institusi medis bernama
PRAXIS, salah satu pusat pengobatan dan rehabilitasi di Sarajevo Amerika Selatan. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa pada usia di atas 40 tahun (antara 45 – 64 tahun) merupakan
usia yang beresiko tinggi dan rentan berkembangnya De Quervain Desease. Dalam penelitian
tersebut terdapat 50 responden yang tediri dari 34 atau 68% responden wanita dan 16 atau 23%
responden pria. Dan dari jumlah tersebut terbukti bahwa respoden wanita jauh lebih beresiko
terkena De Quervain Desease daripada responden pria (Katana, 2012). Gangguan pada
muskuloskeletal seperti DQS merupakan salah satu masalah yang dapat ditangani oleh
fisioterapi. Dengan adanya fisioterapi, diharapkan dapat mengurangi keluhan-keluhan yang
timbul akibat adanya sindrome ini dan dapat memulihkan keadaan penderita untuk dapat
kembali beraktifitas dengan semestinya. Fisioterapi merupakan salah satu bentuk pelayanan di
bidang kesehatan. Pedoman pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan Menteri Kesehatan
Republik Indonsia, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan dibidang kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan masyarakat atau kelompok agar mereka dapat mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan
(KEMENKES No. 778/SK/VIII/2008).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah US dapat mengurangi nyeri pada De Quervain Syndrome?


2. Apakah Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, mengurangi spasme dan menambah
kekuatan otot pada De Quervain Syndrome?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui manfaat UltraSound dalam mengurangi nyeri pada kasus De


Quervain Syndrome
2. Untuk mengetahui manfaat Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri, mengurangi
spasme dan menambah kekuatan otot abduktor pollicis longus dan otot ekstensor
pollicis brevis.
D. MANFAAT

1. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman secara


mendalam dalam pelaksanaan Ultra Sound dan Terapi Latihan pada kasus De Quervain
Syndrome sinistra.
2. Bagi Masyarakat Untuk menambahkan wawasan dan pengetahuan terhadap masyarakat
umum tentang bagaimana pelaksanaan Fisioterapi berupa Ultra Sound dan Terapi
Latihan terhadap kasus De Quervain Syndrome sinistra.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Sehat dan Sakit

1.Konsep Sehat

Pepatah terkenal mengatakan “Mensana in Corporesano” yang artinya di dalam tubuh


yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pernyataan tersebut sudah sejak lama dikenal oleh banyak
orang. Kebenaran bahwa dalam tubuh sehat memang terdapat jiwa yang kuat, sehingga orang
rutin melakukan olah raga agar memiliki tubuh yang sehat dan bugar. Tubuh yang sehat akan
membuat kita dapat melakukan kegiatan seharI-hari dengan baik, bersemangat, tidak mudah
lelah, dan tidak mudah terserang penyakit. Selain itu, di dalam tubuh yang sehat, terdapat psikis
atau jiwa yang sehat pula, selalu berprasangka baik, mampu mengelola setiap emosi dengan
baik pula. Semua tercermin dalam menjalani kehidupan ini, seseorang melaluinya dengan
tenang dan bahagia apapun kondisinya.

Upaya mencapai kedamaian dengan diri sendiri merupakan suatu perjalanan panjang.
Memiliki kondisi sehat adalah sebuah upaya. Hal itu bisa dilakukan oleh individu sendiri
maupun bantuan orang lain yang memiliki kepedulian terhadap sesama. Keyakinan akan sehat
timbul pada setiap diri individu. Seseorang merasa dirinya sehat akan tampak dari raut wajah
dan semangatnya dalam menghadapi kehidupan dan setiap permasalahan yang dihadapi. Raut
wajah yang segar, tegar, dan kuat sering kali ditampakkan badan diri seseorang yang merasa
sehat. Keyakinan ini sangat penting, sebagai bentuk prasangka baik terhadap diri atas karunia
Tuhan kepadanya.
Sehat adalah keadaan tubuh yang normal baik jasmani, rohani, dan sosial, tidak terbatas
dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan menurut WHO. UU No.36 tahun
2009, yang dimaksud kesehatan dimana kondisi baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial dimana setiap orang mampu hidup produktif baik sosial maupun ekonominya. Ada
pandangan bahwa tolok ukur yang digunakan untuk menetapkan apakah seseorang sehat,
haruslah berdasarkan kajian yang dilakukan oleh profesional (Yuliandari, 2018: 20). Namun,
ada juga pandangan bahwa keyakinan sehat bergantung dari persepsi seseorang akan kondisi
dirinya.

Berbicara tentang sehat yang berkaitan dengan kesehatan manusia melibatkan dua
aspek, yaitu aspek psikologi dan aspek psikososial. Karena manusia adalah individu sekaligus
sebagai makhluk sosial.

Konsep sehat sangat berhubungan dengan sikap, nilai, perilaku yang berkembang.
Sehat merupakan tanggungjawab diri sendiri, sehingga pilihan akan makna sehat yang
sesungguhnya bergantung pada pandangan dan cara memperoleh kesehatan setiap individu.
Menurut John Wayne (dalam Yuliandari, 2018: 24) bahwa ada 6 parameter kesehatan, yaitu :

1) fungsi fisik, orang sehat tidak mengalami gangguan fisik,

2) kesehatan mental, dimana perasaan nyaman, mampu mengontrol emosi diri, perilaku
positif,

3) sosial well-being, hubungan interpersonal aktif,

4) fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan dengan sesama,

5) persepsi umum, pandangan diri tentang kesehatan pribadi,

6) symtom-symtom, tidak ada gangguan fisiologi maupun psikologi.

Sehingga dari keenam parameter tersebut saling berkaitan. Difinisi sehat yang di
kemukakan oleh WHO:

a. Merekflesikan perhatian pada manusia.

b. Sehat dari sudut pandang lingkungan dari dalam dan luar.

c. Pemaknaan sehat sebagai pola hidup aktif berkarya dan berproduksi.

Dari beberapa pernyataan tentang keyakinan konsep sehat, maka dapat penulis
simpulkan bahwa konsep sehat adalah suatu keadaan/kondisi fisik yang lengkap dan normal,
dan kondisi mental serta sosial yang baik tanpa gangguan yang berarti, sehingga akan
menimbulkan kebahagian bagi diri orang tersebut. orang sehat akan mampu menjalani aktivitas
kehidupan dengan baik

2. Sakit

2.1 Pengertian Sakit

Kata penyakit dan sakit adalah dua kondisi yang berbeda, namun penggunaannya sering
tertukar. Kata sakit identik dengan sesuatu yang tidak beres atau abnormal. Perlu kita bedakan
orang yang sakit (gangguan fisiologis/tubuh) dengan orang yang bermasalah. Penyakit adalah
merupakan istilah medis yang di gambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi saat tubuh tidak seimbang serta
keadaan yang tidak normal.

Menurut Hidayah (2014) sakit adalah suatu keadaan dimana emosional, fisik, sosial,
intelektual, perkembangan, atau seseorang terganggu atau berkurang, bukan hanya kondisi
terjadinya proses penyakit. Secara umumnya dinyatakan terkena suatu penyakit apabila sudah
menimbulkan perubahan fungsi tubuh yang tidak semestinya dan keluhan lain yang
menyebabkan munculnya tanda atau gejala.

Perwujudan penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi


(seperti peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang). Ada
dua jeins penyakit, yaitu kronis dan tidak kronis. Dikatakan kronis bila gangguan kesehatan
berlangsung lama, kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Apabila sudah
terlanjur parah, bisa berujung kematian. Biasanya menyerang usia produktif, yaitu diantara usia
25-50 tahun. Hipertensi, stroke , diabetes, kanker, bahkan penyakit jantung yang rawan
menyerang usia produktif di karenakan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok, obesitas,
kurang aktif bergerak, dan pengelolahan stress yang buruk merupakan beberapa penyebab
seseorang menderita penyakit kronis di usia muda.

Dari beberapa definisi sakit di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa sakit adalah
suatu kondisi tidak nyaman, adanya ketidaknormalan atau gangguan pada sistem metabolisme
tubuh, gangguan pada pola pikir atau perasaan yang tidak nyaman atau yang berkaitan dengan
psikologi seseorang, sehingga akan berpengaruh pada terganggunya proses menjalani
kehidupannya.
Dari beberapa uaraian di atas, maka kita sangat perlu menjaga asupan makanan dan
minuman yang kita konsumsi, Tuhan menyediakan begitu banyak makanan dan minuman yang
berasala dari tanaman dan binatang yang halal dan baik untuk menjaga tubuh kita tetap sehat.
Pola dan gaya hidup sehat dengan menjauhi makanan dan minuman yang berbahaya dan rajin
berolahraga menjadikan sistem kekebalan tubuh kita juga akan baik. 2.2 Penyakit Jantung
Berdasarkan data Kementrian kesehatan RI, Penyakit Tidak Menular (PTM) menyumbangkan
63% sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. 9 juta dari 36 juta kematian karena penyakit
tidak menular terjadi meninggal sebelum usia 60 tahun. Ironisnya hal itu 90% terjadi pada
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan penyakit tidak menular penyumbang
terbesar adalah penyakit jantung. Penyumbatan pembuluh darah adalah faktor penyebab
penyakit jantung. Ada banyak macam penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan
paling terkenal adalah penyakit jantung koroner dan stroke. Faktor resiko terbagi menjadi
resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat
dimodifikasi contohnya, hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, kurang aktivitas fisik, diet
tidak sehat, stres. Sedangkan faktor resiko yang tidak dimodifikasi antara lain: riwayat
keluarga, umur, jenis kelamin, dan obesitas.

Timbulnya penyakit jantung didasari oleh beberapa faktor resiko . Menurut ahli penyait
jantung (Soesetyo, 2003: 122), faktor resiko penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu faktor mayor dan minor. Yang termasuk faktor resiko mayor antara lain:
hiperkolesterolema, hipertensi, merokok, diabetes melitus, genetik/ riwayat keluarga.
Sedangkan faktor resiko minor, antara lain: laki-laki, obesitas, stress, kurang olah raga,
menopouse, dan lain-lain.

Gejala yang sering di temui oleh penderita jantung adalah sebagai berikut (Soesetyo,
2003: 130):

a. Nyeri dada

b. Sesak nafas ( terutama saat beraktivitas atau ketika berbaring datar).

c. Rasa pegal pada pergelangan tangan dan jari.

d. Disertai mual, muntah, badan lemas,, pusing, berdebar, dan keringat dingin Gejala
yang timbul pada pasien jantung berbeda-beda.
Ada orang yang hampir tidak memiliki gejala sama sekali atau yang hanya merasakan
gejala ringan selama beberapa tahun. Namun, akibat sesak nafas yang semakin memburuk
maka pembengkakan jantung berada pada level parah.

2.2 Penyakit Jantung

Berdasarkan data Kementrian kesehatan RI, Penyakit Tidak Menular (PTM)


menyumbangkan 63% sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. 9 juta dari 36 juta kematian
karena penyakit tidak menular terjadi meninggal sebelum usia 60 tahun. Ironisnya hal itu 90%
terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan penyakit tidak menular
penyumbang terbesar adalah penyakit jantung. Penyumbatan pembuluh darah adalah faktor
penyebab penyakit jantung. Ada banyak macam penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling
umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung koroner dan stroke. Faktor resiko terbagi
menjadi resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat
dimodifikasi contohnya, hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, kurang aktivitas fisik, diet
tidak sehat, stres. Sedangkan faktor resiko yang tidak dimodifikasi antara lain: riwayat
keluarga, umur, jenis kelamin, dan obesitas.

2.3 Hubungan Stres Dengan Penyakit

Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak akan terlepas dari suatu permasalahan.
Selalu saja akan ada peristiwa atau kondisi dimana harapan dan impian tidak seindah kenyataan
yang harus dilalui. Hal itu yang membuat diri kita merasakan stres, memikirkan secara berlarut-
larut. Membuat kepala kita pusing, bahkan mual hingga terkadang muntah. Hal itu merupakan
pertanda kita sedang mengalami stres.

Menurut Feldman (dalam Fausiah, 2005: 9), stres adalah suatu proses yang menantang,
mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, kognitif, dan perilaku. Beberapa peristiwa penyebab stres bisa juga sesuatu yang
positif (misalnya, merencakan pernikahan, merencanakan hajat qitan anak, merencanakan
melanjutkan kuliah di jenjang yang lebih tinggi, dan sebagainya). Atau bisa juga sesuatu yang
negatif (misalnya, kematian anggota keluarga, kebakaran toko, dan sebagainya). Sesuatu
didefinisikan sebagai peristiwa yang membuat seseorang tertekan atau tidak, semua bergantung
dari respon individu yang menghadapinya.

Lazarus dan Folkman (dalam Ekawarna, 2018: 141) mengartikan stres sebagai suatu
kondisi ketidakmampuan individu menghadapi ancaman atau bahaya dalam hubungannya
dengan lingkungan hubungan antara individu dengan lingkungan. Tanpa memandang usia,
keadaan ekonomi, jenjang pendidikan, maupun profesi, siapa saja bisa mengalami stres. Jika
otak tersa lelah, sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu membuat keputusan sederhana, masalah
kecil seolah masalah besar, inilah adalah salah satu gejala stress. Pikiran kacau dan bila
dibiarkan terus menerus, maka pikiran menjadi tegang, tidak punya kesabaran, merasa putus
asa dan tidak mempunyai semangat hidup.

Chandra Patel (dalam Ekawarna, 2018: 204- 207) merangkum gejala stress menjadi tiga
gejala, yaitu gejala stress mental, emosional, fisik, dan perilaku. Gejala mental diantaranya:
terganggunya konsentrasi, kesulitan membuat keputusan sederhana, kurang percaya diri,
penyimpangan memori, bingung, pelupa, canggung, hilang gairah, hilangnya rasa humor,
pandangan kosong, mudah marah. Sedangkan gejala emosional terlihat seperti kemarahan
meledak, cemas, rasa takut, perasaan putus asa, merasa bersalah, sinisme, depresi, mimpi
buruk, bersedih/menangis, murung, takut akan kritik.

B. Health Seeking Behavior

1. Pengertian Health Seeking Behaviour

Seseorang yang mengalami rasa sakit atau memiliki penyakit, pasti akan berusaha
untuk mencari pengobatan atau sekedar mengurangi rasa sakit yang dirasakannya. Sekarang
ini berbagai fasilitas medis sudah semakin diperhatikan terkait perkembangan penyakit.
Pelayanan kesehatan dengan alat yang canggih dan tenaga profesional sudah mudah
didapatkan. Namun, semua itu tidak diiringi dengan kemajuan perilaku kesehatan
masayarakatnya. Respon seseorang terhadap rangsangan yang berhubungan dengan sakit,
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan disebut sebagai perilaku
sehat .

Perilaku menentukan seseorang untuk mencari cara pengobatan dikenal dengan istilah
health seeking behaviour. Notoatmodjo (2014: 15) mengatakan bahwa ketika seseorang
mengalami sakit, maka akan memunculkan beberapa respon yaitu, tidak bertindak, tindakan
mengobati diri sendiri, mencari pengobatan tradisional, dan mencari pengobatan ke fasilitas-
fasilitas pengobatan.

2. Health Belief Model

Pada tahun 1950-an, psikolog Irwin M.Rosenstock dan beberapa rekannya dari Pusat
Layanan kesehatan Publik Amerika Serikat membuat Health Belief Model (HBM) atau model
kepercayaan kesehatan sebagai hasil pengembangan dari teori intrapersonal. HBM merupakan
model yang berisi penjelasan tentang pertimbangan seseorang sebelum ia berperilaku untuk
memutuskan sebuah upaya pencegahan penyakit.

Belief dalam bahasa Ingris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief
adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Model merupakan
seseorang yang bisa dijadikan teladan/panutan atau tokoh dalam perilaku, memiliki tujuan
hidup yang akan dicapai oleh individu. Biasanya teori model ini sangat efektif digunakan dalam
membantu mengembangkan sosial emosional anak di usia dini. Teori modeling di umpamakan
sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang atau kita kenal dengan testimoni,
cerita pengalaman seseorang menderita suatu penyakit misalnya jantung hingga memilih untuk
menjalani pengobatan secara medis diikuti dengan mengkonsumsi makanan dan minuman dari
bahan alami.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor
yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat
maupun profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor
yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang
dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri. Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan
terhadap kesehatan dan cara melaksankannya.

3.2 Saran

Untuk menjaga keadaan kita tetap sehat dan fit berfikirlah yang positif, karena keadaan
sakit dimulai dengan keadaan jasmani, rohani dan sosial yang kurang baik. Sakit bukan saja
karena faktor alam tetapi faktor dari alam bawah sadar kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://911medical.blogspot.com/2007/06/konsep-sehat-sakit.html

http://portalkesehatanku.blogspot.com/2012/06/pengertian-sakit.html

http://askep-net.blogspot.com/2012/05/pengertian-sehat-sakit.html

Anda mungkin juga menyukai