09e00487 PDF
09e00487 PDF
SKRIPSI
Nim : 020304032
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Azizul Halim Fadly : Analisis Sistem Pemasaran Pestisida Untuk Tanaman Hortikultura Di Sumatera Bagian
Utara (Studi Kasus : PT. Syngenta Indonesia Perwakilan Sumatera Bagian Utara, Daerah Pemasaran
Kabupaten Karo), 2007.
USU Repository © 2009
RINGKASAN
i
5. Bagaimana upaya dan strategi yang dapat diterapkan dalam sistem pemasaran
pestisida PT. Syngenta di daerah penelitian ?
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui saluran pemasaran pestisida PT. Syngenta dari produsen hingga
sampai ke petani.di daerah penelitian.
2. Mengetahui efektivitas sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah
penelitian.
3. Mengetahui ketersediaan produk pestisida PT. Syngenta bagi petani di daerah
penelitian.
4. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi sistem pemasaran pestisida PT.
Syngenta di daerah penelitian.
5. Mengetahui upaya dan strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk
peningkatan kinerja sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah
penelitian.
Landasan teori yang telah dibuat dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada beberapa saluran pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah penelitian.
2. Efektivitas sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta baik di daerah penelitian.
3. Produk pestisida PT. Syngenta tersedia bagi petani di daerah penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karo pada tahun 2007 yang
ditentuklan secara purposive berdasarkan penilaian bahwa daerah ini merupakan
salah satu sentra produksi hortikultura di Sumatera Bagian Utara. Metode
penentuan sampel ditentukan secara snowball sampling, purposive sampling, dan
stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis deskriptif, analisis efektivitas dengan menggunakan memo pemasaran,
analisis ketersediaan (availability), dan Analisis SWOT.
Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Saluran pemasaran pestisida PT. Syngenta yang dilalui oleh produsen hingga
ke konsumen akhir terdiri dari 4 saluran pemasaran, dimana lembaga
pemasaran yang terlibat adalah produsen, distributor, dan pedagang pengecer
yang dikategorikan menjadi retailer I,retailer II,dan retailer III. Sistem
pemasaran yang digunakan adalah sistem pemasaran vertical dengan sistem
saluran contractual system. Saluran distribusi yang digunakan adalah
distribusi intensif.
2. Efektivitas sistem pemasaran pestisida PT.Syngenta sangat baik di daerah
penelitian karena sistem pemasaran PT. Syngenta sudah mencerminkan dan
mempertimbangkan kelima atribut orientasi pemasaran yaitu falsafah
pelanggan, organisasi pemasaran terpadu, informasi pemasaran yang
memadai, orientasi strategis, dan efisiensi operasional dalam menetapkan dan
melaksanakan strategi pemasaran.
3. Produk pestisida PT. Syngenta tersedia di daerah penelitian karena dapat
dibeli oleh konsumen dengan resiko dan waktu belanja minimum, pada lokasi
yang mudah dijangkau dan pada saat konsumen/petani membutuhkan dan siap
menggunakan produk tersebut yaitu pasa saat musim tanam.
4. Masalah-masalah yang dihadapi dalam sistem pemasaran pestisida PT.
syngenta di daerah penelitian adalah harga jual produk relatif tinggi dan
termasuk salah satu yang termahal dibandingkan dengan produk pesaing,
hubungan dengan retailer kurang atau hanya sebatas ikatan kontrak target
ii
penjualan, market share di tingkat retailer rendah dari relatif market share
pesaing, kurang terstruktur dalam hal segmentasi pasar, lemahnya permodalan
dan manajerial lembaga perantara pemasaran, rendahnya pengetahuan
konsumen terhadap pestisida berkualitas, daya beli petani rendah disebabkan
penerimaan usahatani rendah, fluktuasi harga jual komoditi hasil pertanian,
dan pestisida palsu dan tidak terdaftar yang banyak beredar di pasar.
5. Upaya-upaya yang dilakukan oleh PT. Syngenta untuk mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi dalam sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta adalah
melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai
tertentu atas produk pada konsumen, memberikan kemudahan pembayaran
kepada retailer yang dikontrak, melakukan penetapan posisi pasar,
menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan petani dan menjelaskan
mengenai dosis, waktu dan cara pengaplikasian, dan menyarankan kepada
petani untuk membeli pestisida di retailer-retailer yang dikontrak.
6. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja sistem
pemasaran pestisida PT. Syngneta adalah strategi agresif dan strategi
diversifikasi yaitu strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy) dan strategi yang memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan diversifikasi dan diferensiasi produk
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disarankan:
1. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pengawasan pestisida masih
perlu disempurnakan terutama yang berkaitan dengan perangkat hukum.
2. Pemerintah sebaiknya memberikan subsidi harga pestisida kepada petani
dan memperbaiki sistem pengawasan penyaluran dan peredaran pestisida,
sehingga dapat menekan peredaran pestisida palsu dan pestisida terlarang
yang merugikan petani.
3. Produsen sebaiknya menurunkan harga jual produk pestisidanya dan
menetapkan harga eceran tertinggi (HET) produk pestisidanya di pasar.
4. Lembaga pemasaran sebaiknya memberikan kemudahan pembayaran
produk pestisida kepada petani
5. Lembaga pemasaran sebaiknya menawarkan pestisida yang sesuai dengan
sasaran hama target kepada petani dan menjelaskan mengena dosis, cara,
dan waktu penggunaan pestisida.
6. Petani konsumen sebaiknya lebih selektif dalam memilih dan
menggunakan pestisida dan petani sebaiknya menggunakan pestisida
dengan aman, tepat, dan tidak berlebihan sehingga tidak merugikan
lingkungan.
iii
RIWAYAT HIDUP
Azizul Halim Fadly, lahir di Medan pada tanggal 1 Oktober 1983, Anak
ketiga dari tiga bersaudara dari Ayahanda Ir. H. Syarifuddin Boegis dan
1. Tahun 1989 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 066664 Medan dan tamat
tahun 1995.
Hasundutan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, dan menyelesaikan
masa perkuliahan serta dapat melaksanakan praktek skripsi dan
menyelesaikannya.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan
judul “ANALISIS SISTEM PEMASARAN PESTISIDA UNTUK TANAMAN
HORTIKULTURA DI SUMATERA BAGIAN UTARA” (Studi Kasus : PT.
Syngenta Indonesia Perwakilan Sumatera Bagian Utara, Daerah Pemasaran
Kabupaten Karo).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc, sebagai Anggota Komisi Pembimbing
3. Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi, sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang
turut berperan dalam studi penulis.
5. PT. Syngenta Indonesia perwakilan Sumatera Bagian Utara, PT. Mitramas
Agro Persada, dan PT. Candi Agro Mandiri atas bantuannya selama penulis
mengambil data.
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh responden dan
intansi yang terkait dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas bantuan dan bimbingannya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN………………………………………………………………. i
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR…………................................................................... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah……………………………………………. 6
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 6
1.4. Kegunaan Penelitian……………………………………………. 7
vi
4.2.2.3. Keadaan Penduduk…………………………………….. 47
4.3. Karakteristik Responden……………………………………….. 50
4.3.1. Produsen…………………………………………………. 50
4.3.2. Distributor (dealer)………………………………………. 50
4.3.3. Pedagang Eceran (retailer)………………………………. 51
4.3.4. Konsumen………………………………………………... 52
VII. PEMBAHASAN
7.1. Saluran Pemasara Pestisida PT. Syngenta di Daerah Penelitian... 85
7.2. Efektivitas Sistem Pemasaran Pestisida PT. Syngenta…………. 86
7.3. Ketersediaan Pestisida PT. Syngenta di Daerah Penelitian…….. 91
7.4. Masalah Sistem Pemasaran Pestisida PT. Syngenta……………. 93
7.5. Strategi Peningkatan Kinerja Sistem Pemasaran Pestisida
PT. Syngenta……………………………………………………. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
18. Persentase Retailer Berdasarkan Pengamatan Pengelola Retailer
Terhadap Penjualan Produk Pestisida Saat Ini Dibandingkan
6 Bulan Lalu, 2007.………………………………………………………... 72
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
11. Kondisi Penjualan Saat Ini Dibandingkan Dengan 6 Bulan Lalu……… 113
xi
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
karena serangan OPT, perlu dilakukan upaya pengendalian yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya pengendalian secara kimiawi dengan produk-
tahun sangat terkait dengan beberapa faktor penyebab antara lain kondisi iklim,
banyak kendala yang dihadapi dalam rangka menyelamatkan produksi. Salah satu
kendala utama pada setiap musim tanam adalah tingginya serangan hama dan
penyakit. Serangan OPT yang hampir terjadi pada setiap musim tanam
Hal tersebut didasari oleh suatu anggapan bahwa petisida maerupakan teknologi
dalam hal ini memperkecil residu pestisida pada hasil pertanian khususnya produk
hortikultura, oleh karena itu penggunaan pestisida harus dilakukan dengan cara
1
enam tepat yaitu tepat jenis, tepat mutu, tepat sasaran, tepat dosis dan konsentrasi,
tepat waktu, dan tepat cara dan alat aplikasi. Sesuai dengan prinsip pengendalian
hama terpadu (PHT) yang tertera dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992,
kebulatan, dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi setiap sistem
termasuk dalam sistem yang lebih besar, dan terdiri dari komponen-komponen
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para
konsumen saat ini maupun konsumen potensial (Stanton, 1996, hal: 7).
2
Sistem pemasaran diartikan sebagai kumpulan lembaga-lembaga yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan pemasaran barang dan
secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia (Radiosunu, 1982, hal: 8).
Indonesia begitu banyak, seperti tercantum dalam buku pestisida untuk pertanian
atau merk dagang pestisida yang terdaftar di Departemen Pertanian sebesar 1158
merk dagang pestisida ditambah 49 merk dagang pestisida yang baru terdaftar
pada tahun 2006, dan ditambah 17 merk dagang sebagai merk dagang perluasan
dari pestisida yang telah beredar di pasar. Dari sekian banyak merk dagang
Untuk itu diperlukan suatu strategi pemasaran yang menjanjikan dan mendukung
adalah PT. Syngenta Indonesia yang memiliki lebih kurang 30 jenis formulasi
atau merk dagang pestisida yang terdaftar pada Komisi Pestisida Departemen
3
Syngenta AG di Indonesia. Syngenta AG merupakan perusahaan penghasil
negara di dunia, salah satunya di Indonesia. Syngenta AG saat ini tercatat sebagai
peringkat ketiga dunia dalam total penjualan di bidang perlindungan tanaman dan
perbenihan, dengan total penjualan mencapai US$ 6,2 milyar pada tahun 2004 dan
meningkat mencapai US$ 8,1 milyar pada tahun 2005, dengan jumlah karyawan
4
tinggal petani melalui periklanan seperti pembagian brosur dan pemasangan
poster. Pengenalan produk juga dilakukan dengan kegiatan promosi yaitu dengan
pemasaran yang hanya menggunakan satu atau dua lembaga perantara pemasaran,
barang-barangnya contohnya :
- Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen
- Produsen-Pengecer-Konsumen
masalah harga jual, karena tingginya harga jual mempengaruhi penjualan dari
pestisida tersebut. Menurut Oka (1995), harga tersebut terbentuk dari kerjasama
pestisida PT. Syngenta Indonesia, serta upaya dan strategi untuk meningkatkan
kinerja sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah penelitian maka perlu
daerah penelitian.
5
1.2. Identifikasi Masalah
penelitian?
9. Masalah apa saja yang dihadapi sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta di
daerah penelitian ?
10. Bagaimana upaya dan strategi yang dapat diterapkan dalam sistem pemasaran
daerah penelitian.
daerah penelitian.
10. Untuk mengetahui upaya dan strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk
penelitian.
6
1.4. Kegunaan Penelitian
4. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan dan
5. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN,DAN HIPOTESIS PENELITIAN
berasal dari bahasa Latin pestis dan caedo yang biasa diterjemahkan secara bebas
dan Penggunaan Pestisida. Pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain
2. Memberantas rerumputan.
ternak.
8
9. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
• Pengelolahan tumbuhan
• Peternakan
• Pengendalian rayap
• Fumigasi
• Pestisida industri lainnya seperti cat, anti pencemaran dan bidang lainnya
menjadi beberapa jenis sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan. Jenis
pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
9
Tabel 1. Jenis Pestisida menurut Organisme Penggangu Tanaman (OPT)
sasaran
menjadi suatu campuran yang disebut formulasi. Formulasi dapat terdiri atas
pewarna. Ada berbagai tipe formulasi pestisida yang dapat diketahui antara lain
sebagai berikut:
10
• (RB) umpan (bait – ready for use)
fisika, biologi, dan ekologi jasad penggangu dan musuh alami. Untuk
ambang ekonomi
faktor lingkungan
4. Menggunakan pestisida pada saat hama berada pada titik yang terlemah
5. Pestisida digunakan bila cara pengendalian lainnya sudah tidak efektif lagi
11
Dewasa ini pengendalian hama tanaman dengan menggunakan pestisida
12
2.2. Landasan Teori
utamanya ialah mengalokasikan sumber daya langka secara efisien agar dapat
petani tetapi mencakup pula sarana-sarana produksi yang diperlukan oleh petani.
Misalnya: pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama dan penyakit dan juga alat-
dan barang yang dihasilkan dapat direncanakan secara cermat, mengenai jumlah,
mutu dan waktu pembuatan barang. Produsen produk non pertanian pada
dengan penurunan volume yang ditransaksikan dari pedagang besar, agen dan
tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang
semakin kompleks lagi dengan masuknya faktor resiko dan faktor ketidakpastian.
13
Bauran pemasaran adalah istilah penting yang dipakai untuk menjelaskan
intern perusahaan
berpindah tempat dari produsen hingga ke konsumen akhir. Secara umum dikenal
14
a. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar.
pengusaha lain.
atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk memiliki barang
Perantara agen merupakan wakil dari pabrikan dan pialang yang menjual
ke penjual ulang, dan pelanggan industri dan komersial tetapi tidak memberi merk
pada barang yang mereka jual. Biasanya berspesialisasi dalam fungsi penjualan
dan bertindak sebagai klien pabrikan atas dasar komisi (Boyd dkk, 2000, hal: 14)
b. Sifat pembayarannya
c. Biaya
d. Modal
e. Tingkat keuntungan
Dalam penjualan barang industri terdapat empat macam saluran yang bisa
15
• Produsen-Pemakai industri
rupiah yang relatif cukup besar dari barang industri dibandingkan dengan
• Produsen-Distributor Industri-Pemakai
• Produsen-Agen-Pemakai
Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak
• Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai
antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung
Pada suatu saat pedagang besar dapat mendominin saluran distribusi, atau masing-
16
a. Corporate Sistem dimana pengkombinasian tahap produksi dan distribusi
pedagang besar atau agen. Sering pula mereka mengkoordinir saluran dari
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan
maka sifat daripada pasar merupakan faktor penentu yang mempengaruhi dalam
adalah produk, perantara dan perusahaan itu sendiri. Pokoknya, perusahaan yang
mengadakan pemilihan saluran distribusi ini harus menganut tiga kriteria, yakni:
pengawasan saluran, pencakupan pasar, dan ongkos (Swastha, 1999, hal: 94).
17
Tiga alternatif kebijaksanaan yang dapat ditempuh produsen dalam
1. Distribusi Intensif
pelumas, pupuk, alat pertukangan dan sebagainya. Jika pasar yang dilayani
sangat luas, maka jumlah penyalur yang dipergunakan tidak hanya pada tingkat
perdagangan internasional.
2. Distribusi Selektif
yang akan dipergunakan, baik pada tingkat wholesaler maupun pada tingkat
jumlah outlet yang digunakan pada setiap tingkat menjadi lebih sedikit.
3. Distribusi Esklusif
outlet pada wholesaler atau retailer disuatu negara atau daerah tertentu.
18
Perusahaan memberikan hak penuh kepada satu perusahaan untuk menyalurkan
Pada umumnya jumlah perantara yang ideal adalah yang memenuhi kebutuhan
pasar atau konsumen akhir dengan berlebihan. Kebijaksanaan yang terlalu terbuka
bertambah akan menambah marketing cost. Oleh karena itu masalah ini perlu
benar untuk dilakukan, serta memusatkan sumber daya dan usaha guna
19
Efektivitas itu sering kali dilukiskan sebagai “melakukan hal-hal yang
tepat” artinya kegiatan kerja yang akan membantu organisasi tersebut mencapai
laba saat ini. Hasil yang baik dapat disebabkan karena suatu divisi berada di
tempat yang tepat pada waktu yang tepat, bukan karena memiliki manajemen
tercermin oleh tingkat sejauh mana ia menunjukkan lima atribut utama orientasi
pemasaran yaitu :
• Falsafah pelanggan
• Orientasi strategis
• Efisiensi operasional.
Setiap atribut tersebut dapat diukur dengan menggunakan memo pemasaran yang
perlu dilakukan riset mengenai berbagai aspek penganganan dan kegiatan saluran
distribusi seperti arus barang dan kualitas pelayanan. Data arus barang
dapat diperoleh dari catatan administrasi dan opname stok yang diketahui dari
20
1. Ketersediaan stok (stock availibility) produk yang diteliti dan
Tingkat ketersediaan produk diketahui melalui pemeriksaan fisik stok produk dan
resiko dan waktu belanja minimum, pada lokasi yang mudah dijangkau dan pada
melalui sistem perusahaan agribisnis. Salah satu permasalahan berasal dari aspek
21
b. Beredarnya pestisida yang tidak terdaftar atau tidak diizinkan Menteri
d. Penyediaan dan distribusi pupuk dan pestisida secara 6 tepat belum terpenuhi.
Pada saat petani membutuhkan pupuk dan pestisida, seringkali terjadi tidak
tersedianya pupuk dan pestisida di kios secara lengkap Atau bila tersedia
dalam jumlah yang tidak memadai dan harga yang mahal. Sering terjadi
e. Kelembagaan pelayanan pupuk dan pestisida masih lemah. Kios pupuk dan
pestisida yang dikelola oleh petani / kelompok tani masih lemah dalam
g. Sistim pengawasan pestisida dan pupuk belum berjalan dengan baik, sehingga
h. Belum ada tindak lanjut dari hasil pemantauan karena belum diterapkannya
22
i. Belum sinkronnya tugas dan wewenang Komisi Pestisida dengan struktur
j. Masih terbatasnya jumlah pupuk dan pestisida yang telah mempunyai standar
k. Masih terbatasnya laboratorium Uji Pupuk dan Pestisida yang dapat dijadikan
l. Masih tingginya residu pestisida pada hasil panen sebagai dampak penggunaan
m. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimiawi dalam kurun waktu yang
2. Tahap analisis
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
23
pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal
yang diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal yang
diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Model yang dapat digunakan pada
dapat dipergunakan adalah matrik TOWS atau matrik SWOT . Matrik ini dapat
strategis, yaitu :
a. Strategi SO. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
d. Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
24
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
Tentukan 5-10 faktor- faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor
EFAS kekuatan internal kelemahan internal
Opportunies (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor peluang menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
eksternal untuk memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan dan
eksternal untuk mengatasi ancaman menghindari ancaman
oleh waktu, artinya keputusan yang akan dimbil akan benar-benar terbukti setelah
untuk menciptakan strategi alternatif yang harus diterapkan. Strategi yang dapat
perusahaan dapat dilihat pada diagram strategi analisis SWOT sebagai berikut :
25
BERBAGAI PELUANG
3. Mendukung 1. Mendukung
Strategi strategi
Turn-arround Agresif
KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL
4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi Strategi
Defensif Divesrsifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
Kuadran 3. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi
strategi turn-around sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
26
2.3. Kerangka Pemikiran
melibatkan beberapa pelaku utama yang berperan dalam pemasaran pestisida dari
sebelumnya telah mengadakan integrasi atas dasar suatu perjanjian terhadap PT.
Retailer II, Retailer III, dan ke petani yang berada di kecamatan dan di desa.
Kemudian Retailer II menjual dan menyalurkan pestisida kepada Retailer III yang
berada di desa, dan ke petani. Kemudian Retailer III juga menjual pestisida
kepada petani.
berdampak terhadap ketersediaan produk pestisida PT. Syngenta bagi petani yang
27
dengan resiko dan waktu belanja minimum, pada lokasi yang mudah dijangkau
terlepas dari masalah-masalah yang dapat menjadi suatu kelemahan dan ancaman
bagi sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta. Untuk itu dilakukan upaya-upaya
melihat kekuatan dan kelemahan yang berasal dati internal perusahaan, dan
mana perusahaan atau divisi menunjukkan lima atribut orientasi pemasaran yaitu
yang memadai, orientasi strategis, dan efisiensi operasional. Atau dengan kata lain
seluruh potensi sumber daya yang dimiliki dan sesuai dengan tujuan operasional.
28
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran sebagai
berikut :
Produsen
PT. SynGenta Indonesia
Perwakilan Sumatera bagian Utara
Pestisida
Tanaman
Hortikultura
Distributor
Retailer I Masalah-
masalah
Retailer II
Ketersediaan Upaya
Pestisida dan
Syngenta Retailer III Srategi
Bagi petani
Petani
Efektivitas
Sistem pemasaran
Ket :
= Dampak/Pengaruh
29
Berdasarkan landasan teori yang disusun, maka ditarik beberapa hipotesis
30
3. 1. Penentuan Daerah Sampel
pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan
penelitian terpilih adalah Desa Kuta Rakyat dan Desa Siberaya. Desa ini terpilih
karena berdasarkan pra survey yang dilakukan merupakan desa pemakai pestisida
PT. Syngenta terbesar di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Tiga Panah.
sampling. Menurut Sugiarto, dkk (2001, hal:44) teknik ini sangat tepat digunakan
bila populasinya sangat spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini
dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama
menjadi semakin besar seperti halnya bola salju yang menggelinding menuruni
31
responden yang berikutnya yang memiliki spesifikasi/spesialisasi yang sama.
yang spesifik saling mengenal satu sama lain karena spesialisasi (profesi) mereka.
1 Produsen
- PT. Syngenta 1 1 Medan
2 Distributor
- PT. MAP 1 1 Karo
- Distributor lain 4 1 Medan
3 Retailer I
-Kabupaten 10 4 2 di Kabanjahe,
2 di Berastagi
4 Retailer II
- Kecamatan 28 8 4 di Simpang Empat,
4 di Tiga Panah
- Desa 5 2 1 di Kuta rakyat
1 di Siberaya
5 Retailer III
- Desa 8 4 2 di Kuta rakyat,
2 di Siberaya
Sumber : PT. Syngenta Indonesia Perwakilan/Region Sumatera bagian Utara, 2006
Keterangan :
Produsen Pestisida
Dalam penelitian ini, sampel dari produsen pestisida terdiri dari 1 sampel
yaitu PT. Syngenta Indonesia sebagai perusahaan produsen dan pemasar pestisida
Jakarta dan memiliki pabrik pestisida di Bogor, Jawa barat dan mempunyai
32
Distributor Pestisida
sampel adalah PT. Mitramas Agro Persada dan PT. Candi Agro Mandiri sebagai
pestisida.
random sampling. Dalam penelitian ini sampel pedagang terdiri dari 4 sampel
desa, dan 4 sampel retailer III di desa dengan menggunakan metode penelusuran
Indonesia Region Sumatera Bagian Utara, PT. Mitramas Agro Persada, PT. Candi
Petani
sampling yaitu sampel diambil secara tidak sengaja dari calon responden atau
Kuta Rakyat, Kecamatan Simpang Empat dan Desa Siberaya, Kecamatan Tiga
33
Panah, Kabupaten Karo. Sampel petani yang diambil sebanyak 10 sampel yang
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
responden antara lain PT. Syngenta Indonesia Region Sumatera Bagian Utara,
PT. Mitramas Agro Persada, PT. Candi Agro mandiri, pedagang eceran (retailer I,
retailer II, dan retailer III), PPL kecamatan, dan petani. Data sekunder diperoleh
dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Sumatera Utara
dan Kabupaten Karo, PT. Syngenta Indonesia Region Sumatera Bagian Utara,
deskriptif yaitu dengan mengamati saluran yang dilalui oleh pestisida Syngenta
dari PT. Syngenta hingga ke konsumen akhir dalam sistem pemasaran pestisida.
melihat tingkat sejauh mana perusahaan atau divisi menunjukkan lima atribut
34
kategori jawaban setiap item pada memo pemasaran (instrumen penelaah
melalui pemeriksaan fisik stok produk dan informasi lain yang diperoleh melalui
PT.Syngenta dan mengamati peluang dan ancaman yang berasal dari eksternal
perusahaan yang kemudian disusun upaya dan strategi yang akan diterapkan
daerah penelitian. Dengan analisis SWOT dapat dilihat jalan keluar untuk
35
Defenisi
1. Pestisida adalah formulasi bahan kimia beracun dan bersifat mematikan yang
menggerakkan arus barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.
6. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang ikut berperan aktif
36
10. Masalah adalah faktor-faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi
11. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dan akan dilakukan guna mengatasi
12. Strategi adalah suatu cara yang menekankan hal-hal yang berkaitan dengan
14. Distributor adalah perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh produsen untuk
dalam skala besar di wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada petani
15. Pedagang adalah perorangan, kelompok tani dan badan usaha baik yang
tanggung jawabnya secara langsung hanya kepada petani atau kelompok tani.
sebagai mata pencahariannya, dan dalam hal ini merupakan konsumen akhir
Batasan Operasional
37
1. Daerah Penelitian adalah Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Tiga
sayur-sayuran.
dan fungisida.
38
4.1. Profil Perusahaan
agribisnis di dunia yaitu Novartis dan Astra-Zeneca pada tahun 2000, tepatnya
penggabungan tiga perusahaan pelopor dalam bidang agribisnis yaitu Geigy yang
berdiri sejak tahun 1758, Sandoz berdiri sejak tahun 1876, dan Ciba berdiri pada
tahun 1884. Sebelumnya Ciba dan Geigy telah bergabung menjadi Ciba-Geigy
perusahaan terkemuka yaitu Astra dan Zeneca pada tahun 1999. Zeneca terbentuk
empat region internasional yaitu Region Eropa, Afrika, dan Timur Tengah,
Region NAFTA (North America Free Trade Association), Region Amerika Latin,
dan Region Asia Pasifik. Salah satu cabang Syngenta AG yang berada dalam
Region Asia Pasifik berada di Indonesia yang bernama PT. Syngenta Indonesia.
PT. Syngenta Indonesia resmi berdiri sejak tanggal 1 November 2001, sebagai
39
hasil penggabungan antara PT. Novartis Agri Indonesia dan PT. Zeneca Agri
Products Indonesia.
Lantai 9, jl. TB. Simatupang Kav. 88 Jakarta. Pabrik dan laboratorium yang
berlokasi di Kawasan Industri Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, dan Lembaga
Indonesia yang disebut dengan Region pemasaran, salah satunya adalah Region
Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat. PT. Syngenta Indonesia Region
Sumatera Bagian Utara bertugas untuk memasarkan dan menjual produk pestisida
pasar, dan melakukan kegiatan promosi produk di daerah Sumatera Bagian Utara.
40
Struktur Organisasi Pemasaran PT. Syngenta Indonesia dapat dilihat pada
Syngenta AG
Indonesia
PT.Syngenta Indonesia
President Director
Region
PT. Syngenta Indonesia Sumbagut
Region Sumatera Bagian Utara
Region Sales Manager
Product promotor
Ket :
Membawahi langsung
Pengawasan
41
4.2 Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Tiga panah dan Kecamatan Simpang Empat. Kabupaten Karo terletak
pada 2050’ LU – 3’19 LU dan 97’55 BT dan 98’38 BT dengan luas wilayah
2.127,25 km2 atau 212.725 ha atau 2,97 % dari luas Propinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Karo terletak di ketinggian 120 mdpl – 1600 mdpl dengan keadaan
sebagai berikut.
Simalungun
dari ibukota kabupaten dan 81 km dari ibukota propinsi. Kecamatan Tiga panah
dengan luas 219,09 km2 atau 21.909 ha, berada pada ketinggian rata-rata 1000 -
berikut :
42
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi
lahannya dibagi menjadi beberapa komposisi, yaitu areal pertanian tanah sawah
dan tanah kering, bangunan dan pekarangan, serta pemanfaatan lainnya. Areal
untuk bangunan yang dimaksud adalah rumah penduduk, kantor, toko, bagunan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah
untuk sektor pertanian, yaitu sebesar 17.603 ha atau 80,35 % dari keseluruhan
lahan di Kecamatan Tiga Panah. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagian besar
43
4.2.1.3. Keadaan Penduduk
jumlah kepala keluarga sebanyak 8.831 kk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
berbeda 0,54 %. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk
laki-laki yaitu 17.023 jiwa atau 50,27 % sedangkan jumlah penduduk perempuan
kelompok umur 15 – 64 tahun yaitu 21.738 jiwa atau 64,19 %. Kemudian diikuti
oleh jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur 0 -14 tahun yaitu 10.648
jiwa atau 31,45 %. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah
penduduk pada kelompok umur > 65 tahun yaitu 1.477 jiwa atau 4,36 %. Hal ini
banyaknya penduduk yang berada dalam usia produktif yaitu sekitar usia 15 -64
44
Tiga Panah. Untuk mengetahui komposisi penduduk menutut umur di Kecamatan
Tiga Panah bermata pencaharian sebagai petani yaitu 8.576 jiwa atau 95,27 % dari
353 jiwa atau 3,92 %, sedangkan penduduk yang bermata pencaharian lain seperti
pedagang, wiraswasta, dan lain-lain berjumlah 73 jiwa atau 0,81 % dari seluruh
45
Tabel 7. Distribusi penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tiga
Panah, 2006
simpang Empat dengan luas 225,47 km2 atau 22.547 ha, berada pada ketinggian
lahannya dibagi menjadi beberapa komposisi. Untuk lebih jelasnya mengenai luas
penggunaan lahan di Kecamatan Simpang Empat dapat dilihat pada tabel berikut :
46
Tabel 8. Komposisi Penggunaan lahan di Kecamatan Simpang Empat, 2006
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah
untuk sektor pertanian, yaitu sebesar 20.183,5 ha atau 98,04 % dari keseluruhan
lahan di Kecamatan Simpang Empat. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagian
hanya berbeda 0,57 % atau 224 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari
jumlah penduduk perempuan yaitu 19.835 jiwa atau 50,28 % sedangkan jumlah
penduduk perempuan adalah 19.611 jiwa atau 49,71 %. Untuk lebih jelasnya
47
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Simpang Empat Menurut Jenis
Kelamin, 2006
22.482 jiwa atau 56,99 %. Kemudian diikuti oleh jumlah penduduk yang berada
pada kelompok umur 5 -14 tahun yaitu 8.300 jiwa atau 21,04 %. Kemudian diikuti
oleh jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur 0 - 4 tahun yaitu
5.031 jiwa atau 12,76 %. Kemudian diikuti oleh jumlah penduduk yang berada
pada kelompok umur 55 -64 tahun yaitu 2.091 jiwa atau 5,30 %. Sedangkan
jumlah penduduk yang paling sedikit adalah penduduk pada kelompok umur > 56
tahun yaitu 1.542 jiwa atau 3.91 %. Hal ini menunjukkan bahwa di Kecamatan
Simpang Empat masih banyak tersedia sumber daya manusia yang dapat
dalam usia produktif yaitu sekitar usia 15 - 54 tahun sebanyak 56.99 % dari
mayoritas dari jumlah penduduk menurut komposisi umur. Untuk lebih jelasnya
48
Tabel 10. Komposisi penduduk menurut Umur di Kecamatan Simpang
Empat, 2006
bermata pencaharian sebagai petani yaitu 9.466 jiwa atau 90,05 % dari
pencaharian sebagai PNS/ABRI merupakan yang terkecil yaitu 347 jiwa atau 3,30
wiraswasta, dan lain-lain berjumlah 699 jiwa atau 6,65%. Dari penjelasan diatas,
49
Tabel 11. Distribusi penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Simpang Empat, 2006
4.3.1. Produsen
Bogor, Jawa Barat dan memiliki cabang penjualan atau cabang pemasaran di
penjualan tersebut adalah Region Sumatera Bagian Utara yang meliputi Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat. PT.
distributor ada 2 yaitu PT. Mitramas Agro Persada yang berdomisili di Kabanjahe,
dan PT. Candi Agro Mandiri yang berdomisili di Medan. Untuk mengetahui
50
Tabel 12. Karakteristik Distributor
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata lama usaha distributor
dealer resmi PT. syngenta adalah 5,75 tahun dengan rentang 5-6,5 tahun.
Retailer II, dan Retailer III. Jumlah sampel pedagang eceran (retailer) adalah 18
sampel dimana 4 sampel untuk retailer I, 10 sampel untuk retailer II, dan 4
sampel adalah 50,17 tahun dengan rentang umur adalah 36-66 tahun. Tingkat
pendidikan rata-rata pedagang adalah 10,83 tahun atau setara dengan tingkat
pedagang adalah 4,94 tahun dengan rentang 1-16 tahun. Jumlah tanggungan
petani rata-rata 2 orang dengan rentang 0-5 orang. Untuk mengetahui karakteristik
51
Tabel 13. Karakteristik Pedagang
4.3.4. Konsumen
Sampel konsumen dalam penelitian ini adalah petani yang berasal dari
Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah yaitu sebanyak 5 orang dan konsumen
(petani) dari Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Simpang Empat sebanyak 5 orang.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata umur konsumen (petani)
sampel adalah 45 tahun dengan rentang umur adalah 36-60 tahun. Tingkat
pendidikan rata-rata konsumen adalah 8,7 tahun atau setara dengan tingkat
pendidikan SLTP dengan rentang 6-12 tahun. Pengalaman bertani rata-rata petani
adalah 18,2 tahun dengan rentang 9-34 tahun. Pendidikan dan pengalaman bertani
52
Tabel 14. Karakteristik Konsumen
53
V. GAMBARAN UMUM SISTEM PEMASARAN PESTISIDA
PT. SYNGENTA DI DAERAH PENELITIAN
Sistem pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
1. Kontrak Kemitraan
distributor resmi produk pestisida PT. Syngenta. Kontrak ini berisikan tentang
2. Kontrak Penjualan
pembelian, dan jenis produk pestisida PT. Syngenta oleh lembaga pemasaran.
54
a. Kontrak TBI (Target Basic Insentive)
Kontrak TBI adalah Kontrak yang berisikan tentang target penjualan produk
pestisida PT. Syngenta yang harus dicapai oleh lembaga perantara pemasaran.
Dimana dalam kontrak ini diatur dan ditentukan minimal 5 dan maksimal 10
produk utama yang akan dipasarkan dan ditentukan volume dan value target-
nya per produk oleh perantara pemasaran dengan persetujuan PT. Syngenta
pada setiap periode kontrak. Apabila selama periode kontrak total target value
penjualan tercapai maka akan diberikan bonus berupa uang tunai sebesar
1,5 % dari setiap produk yang tercapai target volume dan valuenya, walaupun
Kontrak RCI adalah kontrak loyalitas dari kontrak TBI, dimana volume target
kontrak ini ditentukan 5 produk target dari produk target kontrak TBI. Apabila
selama periode kontrak total target value penjualan tercapai dan seluruh
produk yang tertera dalam kontrak tercapai target volume dan valuenya, maka
akan diberikan bonus uang tunai tambahan 1,5 % dari total target value
kontrak RCI, tetapi apabila ada salah satu produk yang tidak tercapai target
volume maupun target valuenya walaupun total target value tecapai maka
tidak akan diberikan bonus RCI tetapi bonus TBI tetap diberikan.
memiliki target penjualan per produk pestisida dalam periode 1 bulan, 2 bulan,
dan 3 bulan. Dalam program ini lembaga pemasaran ditentukan target volume
55
penjualan untuk periode program, dimana apabila target volume tercapai maka
akan diberikan bonus tidak berupa uang tunai melainkan hadiah berupa barang
- Harga yang dipakai dalam perhitungan target value adalah harga jual
dari distributor yang yang ditentukan, dan retailer II membeli produk dari
a. Promosi Biasa
1. Demo produk
Demo produk merupakan salah satu promosi yang dilakukan oleh PT.
• Demo sport
oleh Product promotor PT. Syngenta di lahan petani yang terserang hama,
ataupun penyakit. Demo ini dilakukan di daerah yang potensial dengan luas lahan
56
5-6 rantai. Pada demo ini produk yang dipercontohkan terbatas pada satu jenis
produk saja.
• Demo massal
berurutan dalam satu hamparan dengan masing-masing luas lahan 5-6 rantai pada
satu hamparan. Pada demo ini tidak terbatas produk yang didemonstrasikan.
• Farmers meeting
Pembuktian hasil produksi pertanian yang telah dilakukan demo produk PT.
Syngenta terlebih dahulu oleh product promotor pada saaat pengolahan lahan
sampai akhir pembudidayaan. Pada fielday dilihat apakah produk syngneta dapat
57
meningkatkan produksi atau sebaliknya. Pertemuan ini dilakukan pada saat panen
yang dihadiri oleh Kepala dinas Pertanian setempat, Penuluh Pertanian lapangan
setempat, pimpinan daerah setempat dan petani. Hal-hal yang dilakukan dan
dengan hasil panen sebelum menggunakan produk pestisida PT. Syngenta, dan
menbandingkannya dengan hasil panen lahan lain yang tidak memakai produk
b. Promosi Spesial
maupun tidak langsung. Undian langsung berbentuk kupon undian yang didapat
pada setiap pembelian produk, dan di dalam kupon terdapat jenis hadiah langsung
yang dapat ditukarkan pada distributor (dealer). Undian tidak langsung juga
seperti undian langsung diatas tetapi hadiah tidak langsung tertera pada kupon
undian melainkan akan diundi lagi. Kupon yang diperoleh dimasukkan ke dalam
kotak yang tersedia di retailer-retailer PT. Syngenta untuk kemudian diundi pada
yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, dan cendawan atau jamur (fungi)
yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Jenis Pestisida yang efektif digunakan
jamur adalah insektisida dan fungisida, oleh karena itu penulis pada penelitian ini
58
membatasi pestisida yang diteliti di daerah penelitian pada insektisida dan
fungisida.
Dari hasil pra survey dan penelitian diperoleh ada beberapa jenis produk
insektisida dan fungisida PT.Syngenta dengan berbagai merek dagang yang dijual.
Pada umumnya jenis produk insektisida PT. Syngenta yang dijual adalah Actara
25 WG, Agrimec 18 EC, Curacron 500 EC, Matador 25 EC, dan Proclaim 5 SG.
Fungisida dengan merk dagang Amistar 250 SC, Anvil 50 SC, Bion–M 1/48 WP,
Ridomil Gold MZ 4/4 WP, dan Score 250 EC. Jadi penulis mengambil 2 jenis
pestisida yaitu insektisida dengan merk dagang Curacron 500 EC dan fungisida
kontak, berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan dalam air, berwarna kuning
kecoklat-coklatan, berbahan aktif profenofos 500 g/l dan termasuk WHO kelas II.
Insektisida Curacron 500 EC dikemas dalam botol plastik coex dengan volume
100 ml, 250 ml, dan 500 ml. Insektisida ini berfungsi untuk mengendalikan hama
serangga pada tanaman jeruk, kubis, kentang, tomat, bawang merah, cabai, dan
kacang hijau antara lain hama Diaphorina citri pada tanaman jeruk, perusak daun
Plutella xylostella dan ulat krop Crocidolomia binotalis pada kubis, ulat umbi
Phtorimaea operculella dan hama Thrips sp. pada kentang dan lain-lain.
Fungisida Bion-M 1/48 WP dikemas dalam kantung aluminium foil 500 gr.
59
Insektisida ini berfungsi untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh
cendawan (jamur) dan bakteri pada tanaman cabai, tomat, dan kubis antara lain
Colletotrichum spp., busuk buah pada kubis yang disebabkan bakteri Erwina
carotovora, dan busuk daun pada tomat dan kentang yang disebabkan
Phytophthora infentans.
60
VI. HASIL PENELITIAN
yaitu retailer I, retailer II, dan retailer III. Kategori tersebut didasarkan atas
penjualan dengan distributor (dealer), selain itu PT. Syngenta juga melakukan
1. Distributor (dealer)
PT. Syngenta yaitu PT. Mitramas Agro Persada dan PT. Candi Agro Mandiri.
yaitu hubungan kontrak. Kontrak terhadap distributor terbagi dua yaitu kontrak
kemitraan dan kontrak penjualan TBI (Target Basic Insentive) dan RCI (Ratio
dilakukan oleh PT. Syngenta Indonesia pada tingkat pusat yang berkedudukan di
61
Jakarta, sedangkan kontrak penjualan dilakukan oleh PT. Syngenta Indonesia
Region Sumatera bagian Utara. Untuk kontrak kemitraan memiliki jangka waktu
periode kontrak selama 5 tahun untuk satu periode kontrak, sedangkan kontrak
2. Retailer I
Kabanjahe dan di kota besar lain seperti Berastagi. Kontrak yang dilakukan
terhadap retailer I sebatas kontrak penjualan yang terdiri dari 2 kontrak yaitu
Kontrak TBI (Target Basic Insentive) dan RCI (Ratio Cost Insentive). Kontrak
penjualan yang dilakukan terhadap retailer I memiliki jangka waktu 6 bulan per
periode kontrak.
3. Retailer II
Syngenta dalam skala yang tidak terlalu besar. Retailer II pada umumnya berada
4. Retailer III
Retailer III adalah pedagang atau usaha yang menjual produk pestisida PT.
Syngenta dalam skala kecil dan pada umumnya berada di desa. Retailer III
62
Seluruh lembaga-lembaga pemasaran tersebut tidak selalu ada pada setiap
menjual pestisida kepada konsumen, dan juga menjual kepada Retailer II dan
Retailer III yang selanjutnya menjual pestisida ke konsumen (petani). Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat pada skema saluran pemasaran pestisida PT.Syngenta
berikut ini :
Produsen
Distributor
Retailer I
Retailer II
Retailer III
Konsumen
63
Terdapat empat jenis saluran pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah
penelitian yaitu :
a. Saluran I
Produsen
Distributor
Retailer I
Konsumen
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa PT. Mitramas Agro Persada dan
PT. Candi Agro Mandiri sebagai distributor pestisida membeli pestisida dari
PT. Syngenta Indonesia, pestisida yang dibeli langsung diantar dari pabrik
Saluran ini merupakan saluran pemasaran produk pestisida PT. Syngenta yang
paling pendek dibandingkan dengan saluran lain karena produk pestisida hanya
64
b. Saluran II
Produsen
Distributor
Retailer I
Retailer II
Konsumen
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa PT. Mitramas Agro Persada dan
PT. Candi Agro Mandiri sebagai distributor pestisida membeli pestisida dari
PT. Syngenta Indonesia, pestisida yang dibeli langsung diantar dari pabrik
65
c. Saluran III
Produsen
Distributor
Retailer I
Retailer III
Konsumen
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa PT. Mitramas Agro Persada dan
PT. Candi Agro Mandiri sebagai distributor pestisida membeli pestisida dari
PT. Syngenta Indonesia, pestisida yang dibeli langsung diantar dari pabrik
66
d. Saluran IV
Produsen
Distributor
Retailer I
Retailer II
Retailer III
Konsumen
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa PT. Mitramas Agro Persada dan
PT. Candi Agro Mandiri sebagai distributor pestisida membeli pestisida dari
PT. Syngenta Indonesia, pestisida yang dibeli langsung diantar dari pabrik
konsumen atau petani. Saluran ini merupakan saluran pemasaran produk pestisida
67
6.2. Efektivitas Sistem Pemasaran Pestisida PT. Syngenta.
yang jelas, akan tetapi penulis mengukur tingkat efektivitas sistem pemasaran
pestisida berpegang kepada teori Philip Kotler (1997) tentang memo pemasaran
(lampiran 4). Nilai atau skor untuk setiap kategori jawaban pada masing-masing
68
Berdasarkan penjumlahan skor pada setiap atribut memo pemasaran maka
sebesar 21,67 yang menunjukkan tingkat efektivitas pemasaran sangat baik, maka
saluran pemasaran.
keadaan fisik stok produk pestisida kompetitor terdekatnya. Untuk lebih jelasnya
69
Tabel 16. Persentase Retailer Menurut Waktu Stocking Terakhir Dan Merk
Pestisida Yang Dijual, 2007.
pestisida PT. Syngenta (Curacron 500 EC dan Bion-M 1/48 WP) yang dilakukan
oleh retailer sebagian besar dilakukan 1-2 minggu lalu yaitu sebesar 50 % dari
sebagian besar retailer melakukan stocking 1-2 minggu lalu yaitu 33 % untuk
stocking Biocron 500 EC dan 44,44 % untuk stocking Daconil 70 WP. Sedangkan
pada periode stocking < 1 minggu lalu sebagian besar dilakukan retailer untuk
sebagian kecil retailer yang melakukan stocking produk pestisida PT. Syngenta.
terakhir serta opname stok atau stok produk yang tersisa di retailer pada saat
penelitian untuk pestisida PT. Syngenta dan produk kompetitornya disajikan pada
tabel berikut.
70
Tabel 17. Rata-Rata Jumlah Stok Per Retailer Berdasarkan Waktu Stocking
Terakhir Serta Stok Pada Saat Penelitian Untuk Merk Pestisida
Yang Dijual, 2007.
Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata opname stok Curacron 500 EC di
setiap retailer adalah sebesar 58,79 liter dan rata-rata opname stok Biocron 500
EC sebesar 91,61 liter, sedangkan rata-rata opname stok Bion-M 1/48 WP adalah
Bion-M 1/48 WP) yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk kompetitornya
(Biocron 500 EC dan Daconil 70 WP) disebabkan karena penjualan pestisida PT.
Syngenta lebih laku atau lebih tinggi dibandingkan dengan produk kompetitornya.
penjualan produk pestisida saat ini dibandingkan 6 bulan lalu yang menyatakan
kompetitornya.
6 bulan lalu berdasarkan pengamatan pengelola retailer dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
71
Tabel 18. Persentase Retailer Berdasarkan Pengamatan Pengelola Retailer
Terhadap Penjualan Produk Pestisida Saat Ini Dibandingkan 6
Bulan Lalu, 2007.
menyatakan penjualan produk pestisida untuk setiap merk saat ini dibandingkan
6 bulan lalu relatif sama. Tetapi persentase retailer yang menyatakan penjualan
produk PT. Syngenta (Curacron 500 EC dan Bion-M 1/48 WP) saat ini relatif
sama dan meningkat dibandingkan 6 bulan lalu lebih besar daripada penjualan
pemeriksaan fisik stok produk di tingkat retailer, ketersediaan juga dapat dilihat
72
Tabel 19. Persentase Retailer Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Product
promotor PT. Syngenta, 2007.
Frekuensi Persentase
Sering datang 50,00
Jarang datang 27,78
Tidak datang lagi 22,22
Jumlah 100,00
Sumber : Analisis data primer 2007, lampiran 12.
sedangkan hanya 22,22 % yang menyatakan tidak datang lagi. Hal ini
karena sebagian besar retailer sering dikunjungi oleh product promotor. Dari
(Curacron 500 EC dan Bion-M 1/48 WP) di daerah penelitian adalah tenggang
waktu antara order dan delivery. Karena tenggang waktu antara pemesanan dan
dapat memesan produk pestisida via telepon dikarenakan apabila stok menipis
pengelola retailer langsung memesan produk yang stoknya menipis untuk diantar
ke kiosnya dengan tujuan untuk menghindari stok out atau habisnya stok produk.
Untuk lebih jelasnya mengenai tenggang waktu antara order dan delivery
73
Tabel 20. Persentase Retailer Berdasarkan Tenggang Waktu Antara Order
Dan Delivery Produk Pestisida PT. Syngenta, 2007.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tenggang waktu antara order
dan delivery produk pestisida singkat karena sebagian besar retailer menyatakan
tenggang waktu antara order dan delivery singkat yaitu sebesar 66 % dari
waktunya sangat singkat dan tidak ada retailer yang menyatakan tenggang waktu
lama ataupun terlalu lama. Hal ini menunjukkan kontiniuitas produk pestisida
Syngenta di atas maka dapat dikatakan bahwa produk pestisida PT. Syngenta
langsung terlibat dalam pemasaran maka dari hasil penelitian yang dilakukan,
74
terdapat beberapa masalah dalam sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta pada
a. Produsen
Harga jual produk pestisida PT. Syngenta relatif tinggi dan termasuk salah
bahan aktif teruji dan bermutu yang diformulasikan secara efektif dengan
3. Market share di tingkat retailer rendah dari relatif market share pesaing.
yang diperoleh retailer dari penjualan produk pestisida PT. Syngenta lebih
sedikit atau lebih kecil bila dibandingkan dengan menjual produk pestisida
75
membuat sedikit perbedaan penawaran dan perencanaan untuk segmen pasar
yang berbeda yaitu hanya pada tenaga pemasaran dan kegiatan pemasaran,
akan tetapi tidak terdapat perbedaan jenis dan jumlah produk yang ditawarkan,
generik dengan harga murah padahal produk tersebut kurang efektif dalam
pembasmian OPT.
c. Konsumen/petani
76
menggunakan pestisida berkualitas dengan harga mahal yang disebabkan ada
kekhawatiran pada saat panen harga jual produk usahataninya rendah, dan
pestisida yang dipalsukan bukan hanya tidak efektif dalam membasmi OPT
kinerja produk yaitu menciptakan brand image yang lebih unggul melalui
garansi produk.
77
3. Masalah market share di tingkat retailer yang lebih rendah dibandingkan
dengan pesaing
Mengatasi masalah daya beli petani belum ada upaya yang dapat dilakukan
Mengatasi masalah fluktuasi harga jual produk hortikultura belum ada upaya
78
9. Pestisida palsu dan tidak terdaftar yang banyak beredar di pasar
melihat potensi pemasarannya, produsen harus dapat memprediksi apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang dengan melihat apa yang terjadi saat ini dan
yang ada pada sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta agar dapat meningkatkan
merumuskan strategi perusahaan pada masa yang akan datang. Analisis ini
79
Tabel 21. Faktor-faktor Stategi Internal dan Eksternal Sistem Pemasaran
Pestisida PT. Syngenta di Daerah Penelitian
80
Berdasarkan penelitian, diperoleh bahwa faktor-faktor strategi internal
dapat dilihat pada tabel IFAS (Internal Strategic Faktors Analisys Summary)
berikut :
dapat dilihat pada tabel EFAS (Eksternal Strategic Faktors Analisys Summary)
berikut :
81
Tabel 23. EFAS (Eksternal Strategic Faktors Analisys Summary)
model matrik SWOT. Adapun model matrik SWOT sistem pemasaran pestisida
82
EFAS Peluang : Ancaman :
1. Brand image atau persepsi konsumen terhadap 1. Persaingan semakin kuat
merk tinggi. 2. Banyak produk generik dengan harga murah.
2. Memiliki citra perusahaan yang kuat 3. Rendahnya daya beli dan pengetahuan petani
3. Daya serap pasar tinggi terhadap pestisida berkualitas
4. Sektor pertanian masih merupakan sektor 4. Harga komoditi hasil pertanian yang fluktuatif
andalan perekonomian Indonesia dan cenderung menurun.
IFAS 5. Petani bersifat open mainded 5. Pestisida palsu dan tidak terdaftar yang banyak
beredar di pasar.
6. Peraturan pemerintah mengenai penggunaan
pestisida dan lingkungan semakin ketat.
Kekuatan : Strategi SO Strategi ST
1. Struktur keuangan perusahaan kuat
• Menggunakan saluran pemasaran yang • Diferensiasi produk
2. Tenaga kerja banyak, terampil dan berpengalaman
3. Jaringan pemasaran luas dan dekat dengan telah establish • Memanfaatkan struktur keuangan yang
konsumen • Efisiensi saluran pemasaran kuat untuk ekspansi pasar
4. Memiliki fasilitas penelitian, pengujian, • Diversifikasi produk • Mengoptimalkan kinerja tenaga
pengembangan produk, dan pelayanan konsumen
• Membangun consumen community pemasaran.
(Customer Service Center)
5. Memiliki good will/nama baik dengan memanfaatkan citra merk dan • Meningkatkan pengawasan
6. Jenis produk banyak, dan kualitas produk baik citra perusahaan • Mengoptimalkan Resources &
• Menjaga kualitas dan kuantitas produk Development yang ada
Kelemahan : Strategi WO Strategi WT
1. Harga jual produk tinggi
• Tingkatkan market share di tingkat • Memperbaiki hubungan dengan
2. Hubungan dengan retailer kurang
3. Market Share di tingkat retailer rendah retailer retailer dan konsumen
4. Kurang terstruktur dalam hal segmentasi pasar. • Memanfaatkan citra merk dan citra • Memperbaiki sistem segmentasi pasar
perusahaan untuk meraih pasar. • Mengikuti peraturan pemerintah dan
• Minimize costs marketing atau menciptakan produk ramah lingkungan
meminumkan biaya pemasaran
Sumber : Analisis data primer tahun 2007
Gambar 11. Diagram Matrik SWOT Sistem Pemasaran Pestisida PT. Syngenta di Daerah Penelitian
83
Sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta memiliki berbagai alternatif
Syngenta antara lain yaitu menggunakan saluran pemasaran yang telah establish,
memanfaatkan citra merk dan citra perusahaan untuk meraih pasar, minimize costs
84
VII. PEMBAHASAN
yang mengambil bagian dalam saluran pemasaran yaitu perantara pedagang dan
barang jenis operating supplies dalam usahatani. Hal ini sesuai dengan teori
yang berdiri sendiri mengadakan integrasi atas dasar suatu perjanjian. Kekuatan
saluran distribusi tidak selalu dikoordinir oleh perusahaan atau pabriknya, pada
suatu saat pedagang besar dapat mendominin saluran distribusi, atau masing-
85
Dari hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran pestisida
akhir di daerah penelitian adalah saluran tidak langsung dan merupakan saluran
distribusi intensif yang terdiri dari empat jenis saluran pemasaran, yaitu :
Hal ini sesuai dengan teori Syahyunan (2004) yang menyatakan dalam
86
Falsafah pelanggan
untuk melayani kebutuhan dan keinginan pasar yang dipilih dengan identifikasi
pasar dalam mencari pelanggan dimana manajemen berfikir untuk melayani pasar
dan kebutuhan yang luas dengan efektivitas dan pencapaian tujuan yang sama
segmen pasar yang berbeda yaitu tenaga pemasaran dan kegiatan pemasaran, akan
tetapi tidak terdapat perbedaan jumlah dan jenis produk, harga dan strategi
pasar merupakan sebuah sistem yang terintegrasi dan memberikan kontribusi pada
87
Integrasi dari pemasaran dengan lingkungan luar serta koordinasi antara fungsi-
terstruktur dengan baik dan bekerja dengan perinsip kerja tim, dimana selalu
pembelian, saluran, dan pesaing, riset potensi pasar, riset saluran distribusi dan
segmen area, dan riset benchmark (patok duga) terhadap pesaing, dimana riset
pemasaran terakhir dilakukan belakangan ini yaitu tahun 2006 oleh Lembaga
berbagai segmen pasar, pelanggan, kawasan, produk, saluran, dan ukuran pesanan
88
retailer, dimana dealer dan retailer yang dikontrak memberikan laporan bulanan
tenaga pemasaran, bekerja dalam batas anggaran biaya pemasaran yang telah
Orientasi strategis
tahunan terperinci dan rencana strategis jangka panjang yang diperbaiki setiap
tahun yaitu perencanaan strategi pemasaran per 5 tahun di tingkat nasional dan
Strategi pemasaran saat ini jelas, inovatif, berdasarkan data, dan logis,
pemikiran untuk menurunkan dan mengatasi resiko yang baru dan akan muncul
89
semakin ke tingkat bawah pemikiran kontingensi semakin kecil dan hanya
Efisiensi operasional
dan sumberdaya pemasaran memadai dan digunakan secara efisien karena setiap
bulan dilakukan monitoring terhadap Product promotor oleh Sales Executive dan
Kantor Region. Sales Executive juga dimonitoring oleh Regional Sales Manager
secara cepat dan efektif atas perkembangan yang terjadi karena manajemen hanya
menerima informasi penjualan dan pasar yang cukup baru tetapi reaksi
PT. Syngenta di daerah penelitian sudah efektif walaupun masih terdapat beberapa
pestisida PT. Syngenta sangat baik di daerah penelitian, maka hipotesis 2 yang
90
menyatakan efektivitas sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta baik di daerah
penelitian diterima.
Hal ni sesuai dengan teori Kotler (1997) yang menyatakan efektivitas tidak
selalu terungkap oleh kinerja penjualan dan laba saat ini. Hasil yang baik dapat
disebabkan karena suatu divisi berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat,
perusahaan dan divisi berada pada rentang cukup sampai baik, yang menunjukkan
bahwa manajer perusaahaan dan divisi dapat melihat adanya peluang untuk
perbaikan.
kinerja dari sistem dan saluran pemasaran. Untuk mengetahui tingkat efektivitas
dan kinerja saluran pemasaran dilakukan riset arus barang yang dapat diperoleh
dari cataatan administrasi dan opname stok. Hal ini sesuai dengan teori yang
dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik stok produk dan informasi lain yang
- keadaan fisik stok produk yang dibandingkan dengan keadaan fisik stok
91
Untuk ketersediaan stok (stock availability) produk PT. Syngenta dapat
dilihat dari waktu stocking terakhir produk pestisida PT. Syngenta yang
besar retailer melakukan stocking produk pestisida PT. Syngenta (Curacron 500
EC dan Bion-M 1/48 WP) dan produk pestisida kompetitornya (Biocron 500 EC
dan Daconil 70 WP) pada periode waktu 1-2 minggu yang lalu dan diketahui
frekuensi stocking rata-rata retailer adalah seminggu sampai 2 minggu sekali dan
yang telah habis terjual ataupun yang telah menipis, kemudian sumber pembelian
langsung mengantar pestisida ke kios retailer tersebut. Hal ini dilakukan untuk
PT. Syngenta adalah kunjungan product promotor, dan tenggang waktu antara
order dan delivery dimana sebagian besar retailer sering dikunjungi oleh product
Dari hasil penelitian juga diketahui frekuensi kunjungan product promotor adalah
waktu antara order dan delivery singkat dan selebihnya menyatakan sangat
pestisida PT. Syngenta selalu tersedia dan dijaga ketersediaanya oleh produsen di
daerah penelitian.
92
Dari seluruh penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk pestisida
produk pestisida PT. Syngenta tersedia bagi petani di daerah penelitian diterima.
Hal ini sesuai dengan teori Boyd dkk (2000) yang menyatakan produk
dikatakan tersedia apabila dapat dibeli oleh konsumen dengan resiko dan waktu
belanja minimum, pada lokasi yang mudah dijangkau dan pada saat
Syngenta yaitu :
5. Harga jual produk relatif tinggi dan termasuk salah satu yang termahal
6. Hubungan dengan retailer kurang atau hanya sebatas ikatan kontrak target
penjualan.
7. Market share di tingkat retailer rendah dari relatif market share pesaing.
13. Pestisida palsu dan tidak terdaftar yang banyak beredar di pasar
pelayanan dan penyaluran pestisida yang berasal dari internal dan eksternal
93
PT. Syngenta dan masalah yang dihadapi oleh konsumen dalam memperoleh
pestisida. Masalah tersebut sesuai dengan masalah utama dalam membangun dan
melengkapi sarana pertanian dilihat dari aspek pupuk dan pestisida oleh
bahwa strategi yang tepat dalam perbaikan sistem pemasaran pestisida PT.
Syngenta adalah strategi agresif dan strategi diversifikasi yaitu strategi yang
dan pasar.
Hal ini sesuai dengan teori Rangkuti (2006) yang menyatakan strategi
yang dilakukan apabila perusahaan berada pada kuadran pertama yaitu kondisi
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
94
yaitu kondisi dimana perusahaan menghadapi berbagai ancaman, dan perusahaan
dapat merebut peluang pasar atau strategi turn around. Apabila perusahaan berada
pada kuadran keempat yang merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan
95
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
konsumen.
distribusi intensif.
dibeli oleh konsumen dengan resiko dan waktu belanja minimum, pada
96
4. Masalah-masalah yang dihadapi dalam sistem pemasaran pestisida PT.
syngenta di daerah penelitian adalah harga jual produk relatif tinggi dan
hubungan dengan retailer kurang atau hanya sebatas ikatan kontrak target
penjualan, market share di tingkat retailer rendah dari relatif market share
komoditi hasil pertanian, dan pestisida palsu dan tidak terdaftar yang
yang dikontrak
97
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) dan strategi yang
8.2. Saran
1. Kepada pemerintah
2. Kepada produsen
3. Kepada pedagang
menjelaskan kepada petani produk pestisida yang lebih cocok dan efektif
98
b. Pedagang sebaiknya menjelaskan keunggulan dan kelemahan produk
pestisida palsu.
99
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik Sumatera Utara, 2006. Kabupaten Karo Dalam Angka 2006,
BPS, Medan.
100
Rahardi, F., Regina Kristiwanti dan Nazaruddin, 2001. Agrbisnis Perikanan,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Stanton, W.J., 1996. Prinsip Pemasaran, Edisi ke-7, Jilid 1,. Erlangga, Jakarta.
Surjadi, H., 2005. Ada 37 jenis formulasi pestisida yang dilarang di Indonesia,
http://www.pustaka_tani.co.id/e-library/berita_regulasi.htm.
[15 September 2007]
101
Lampiran 1. Karakteristik Distributor Sampel
No sampel Nama perusahaan Domisili Lama usaha Pegalaman jadi dealer PT. Syngenta Sumber pembelian Tujuan penjualan
1 PT. Mitramas Agro Persada Kabanjahe 17 6,5 PT.Syngenta Retailer I
2 PT. Candi Agro Mandiri Medan 12 5 PT.Syngenta Retailer I
total 29 11,5
rataan 14,5 5,75
103
Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Sampel
No sampel Nama kios Kategori Domisili Umur Lama pendidikan Lama usaha Jumlah tanggungan Sumber pembelian Tujuan penjualan
1 UD. M.Baru Berastagi 53 12 15 0 PT. MAP Retailer II, Retailer III, dan Petani
2 UD. Hasil Tani Berastagi 49 12 6 2 PT. CAM Retailer II, Retailer III, dan Petani
retailer 1
3 UD. Paten Kabanjahe 64 12 16 1 PT. MAP Retailer II, Retailer III, dan Petani
4 UD. Anugerah Kabanjahe 37 15 9 4 PT. MAP Retailer II, Retailer III, dan Petani
5 UD. SS Meliala Tiga panah 58 12 7 1 UD. Paten Retailer III, dan Petani
6 UD. Ginting Manik Tiga panah 52 9 3 2 UD. Anugerah Retailer III, dan Petani
7 UD. Semangat Jaya Tiga panah 51 9 1,5 3 UD. Paten Retailer III, dan Petani
8 UD. Bersama Seberaya 61 6 6 1 UD. Anugerah Retailer III, dan Petani
9 UD. Seberaya Seberaya 39 12 2,5 3 UD. Anugerah Retailer III, dan Petani
retailer 2
10 UD. Surbakti Simpang Empat 43 12 3 5 UD. M.Baru Retailer III, dan Petani
11 UD. Naman Simpang Empat 53 9 4 3 UD. M.Baru Retailer III, dan Petani
12 UD. Ginting Simpang Empat 48 12 2 2 UD. Hasil Tani Retailer III, dan Petani
13 UD. Marjaya Kuta Rakyat 40 12 2 1 UD. M.Baru Retailer III, dan Petani
14 UD. Karo Obetsi Kuta Rakyat 36 12 3 2 UD. Hasil Tani Retailer III, dan Petani
15 UD. Silangit Biru Seberaya 52 9 3,5 1 UD. M.Baru Petani
16 UD. Barus Seberaya 66 6 2 0 UD. SS.Meliala Petani
retailer 3
17 UD. Sitepu Kuta Rakyat 57 12 2,5 2 UD. Hasil Tani Petani
18 UD. Sinabung Kuta Rakyat 44 12 1 3 UD. Marjaya Petani
Total 903 195 89 36
Rataan 50,17 10,83333333 4,944444444 2
104
Lampiran 3.Karakteristik Konsumen (petani)
No. Sampel Domisili Umur Lama pendidikan Pengalaman bertani Jumlah tanggungan Sumber pembelian
1 Tiga panah 39 9 19 4 UD. G.Manik (retailer II)
2 Tiga panah 52 6 32 2 UD. Paten (retailer I)
3 Tiga panah 48 6 17 3 UD. SS.Meliala (retailer II)
4 Tiga panah 60 6 16 1 UD. Bersama (retailer II)
5 Tiga panah 41 12 9 3 UD. Barus (retailer III)
6 Simpang Empat 42 9 20 3 UD. Surbakti (retailer II)
7 Simpang Empat 38 12 12 4 UD. Hasil Tani (retailer I)
8 Simpang Empat 51 6 34 2 UD. Sitepu (retailer III)
9 Simpang Empat 42 9 10 4 UD. Marjaya (retailer II)
10 Simpang Empat 36 12 13 1 UD. M.Baru (retailer I)
Total 449 87 182 27
Rataan 44,9 8,7 18,2 2,7
105
Lampiran 4. MEMO PEMASARAN
(Instrumen Penelaah Efektivitas Pemasaran)
FALSAFAH PELANGGAN
106
c. ya, departemen bekerjasama dengan efektif dan memecahkan masalah
untuk kepentingan terbaik perusahaan secara keseluruhan.
ORIENTASI STRATEGIS
107
EFESIENSI OPERASIONAL
108
Lampiran 5. Jawaban responden terhadap pertanyaan tentang
efektivitas pemasaran pestisida syngenta
Jawaban
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5 6
1 A b c b b a a
2 B b b b b b b
3 C c c b c b b
4 D b c b b b b
5 E c b c c c c
6 F c c b b c b
7 G c c c c c c
8 H c c c c c c
9 I b b b c b b
10 J c c c c b b
11 K c c c c c c
12 L b b c c b b
13 M b c c a a b
14 N c b b c c c
15 O b c b b a b
Skor :
a=0
b=1
c=2
Skor Rataan
No. Pertanyaan Jumlah
1 2 3 4 5 6 Skor
1 A 1 2 1 1 0 0 5 0,833333
2 B 1 1 1 1 1 1 6 1
3 C 2 2 1 2 1 1 9 1,5
4 D 1 2 1 1 1 1 7 1,166667
5 E 2 1 2 2 2 2 11 1,833333
6 F 2 2 1 1 2 1 9 1,5
7 G 2 2 2 2 2 2 12 2
8 H 2 2 2 2 2 2 12 2
9 I 1 1 1 2 1 1 7 1,166667
10 J 2 2 2 2 1 1 10 1,666667
11 K 2 2 2 2 2 2 12 2
12 L 1 1 2 2 1 1 8 1,333333
13 M 1 2 2 0 0 1 6 1
14 N 2 1 1 2 2 2 10 1,666667
15 O 1 2 1 1 0 1 6 1
Jumlah 23 25 22 23 18 19 130 21,66667
Ket :
Responden 1 = Region Sales Manager (RSM) Sumatera Bagian Utara
Responden 2 = Sales Executive Free Market Kabupaten Karo
Responden 3 = Product Promotor Kec. Tiga Panah Kab. Karo
Responden 4 = Product Promotor Kec. Simpang Empat Kab. Karo
Responden 5 = Bantuan Product Promotor Kec. Tiga Panah Kab. Karo
Responden 6 = Bantuan Product Promotor Kec. Simpang Empat Kab. Karo
109
110
Lampiran 7. Keadaan stok produk PT. Syngenta (Curacron 500 EC) di daerah penelitian
112
Total all 3047,25 743,4
Over all 247,35 58,79
Rataan (1+2+3)
ket:
A = < 1 minggu lalu 2 21,25
B = 1-2 minggu lalu 9 1547
C = 2-3 minggu lalu 5 1470,5
D = 3-4 minggu lalu 1 4,25
E = > 4 minggu lalu 1 4,25
113
Lampiran 8. Keadaan stok produk PT. Syngenta (Bion-M 1/48 WP) di daerah penelitian
Stocking Terakhir Harga Beli Harga Jual ke Petani Harga Jual ke Retailer II
No Sampel Nama Kios Kategori Opname Stok (kg)
Waktu Jumlah Stok (kg) per kg per kg per kg
1 UD. M.Baru C 200 52 119000 124000 121400
2 UD. Hasil Tani B 150 46,5 119500 124200 121800
Retailer 1
3 UD. Paten B 150 83 119000 124000 121400
4 UD. Anugerah C 100 67,5 119000 124000 121400
Total I 600 249
Rataan I 150 62,25
5 UD. SS Meliala B 15 6 121400 125000
6 UD. Ginting Manik B 6 2 121400 125000
7 UD. Semangat Jaya C 5 2 121400 126000
8 UD. Bersama A 3 2 121400 130000
9 UD. Seberaya B 3 2 121400 130000
Retailer 2
10 UD. Surbakti B 20 7,5 121400 126000
11 UD. Naman B 15 6 121400 126000
12 UD. Ginting C 20 11,5 121800 126000
13 UD. Marjaya B 10 2 121400 130000
14 UD. Karo Obetsi C 10 3,5 121800 130000
Total II 107 44,5
Rataan II 10,7 4,45
15 UD. Silangit Biru B 5 3,5 124000 130000
16 UD. Barus D 4 2 125000 131000
Retailer 3
17 UD. Sitepu A 20 9,5 124200 130000
18 UD. Sinabung E 5 1,5 130000 132000
Total III 34 16,5
114
Rataan III 8,5 4,125
Total 741 310
Over all 56,4 23,60833333
Rataan (1+2+3)
ket:
A = < 1 minggu lalu 2 23
B = 1-2 minggu lalu 9 374
C = 2-3 minggu lalu 5 335
D = 3-4 minggu lalu 1 4
E = > 4 minggu lalu 1 5
115
116