Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi tubuh dari

lingkungan. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan. Fungsi utama kulit ialah sebagai proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan
keratinisasi. Kulit terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, dermis, dan
subkutis.

Stem cells (sel punca atau sel induk) adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi menjadi
sel tertentu, dan dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel yang dibutuhkan. Sel
punca mempunyai 2 sifat

1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (to differentiate). Dalam hal
ini sel punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya
sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.

2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (to self-


regenerate/self-renew).

Dalam hal ini sel punca dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya
melalui pembelahan sel. Terapi sel adalah terapi yang menggunakan sel hidup. Tujuan
terapi sel adalah untuk memperbaiki, mengganti, atau mengembalikan fungsi jaringan
atau organ yang telah rusak. Berbagai penelitian penggunaan terapi sel ini dilakukan di
banyak area kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja peran sel punca pada penyembuhan luka?
2. Bagaimana perkembangan ilmu rekayasa jaringan kulit?
3. Apa saja fungsi dari sel punca?
4. Apa saja penggunaan sel punca?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui peran sel punca pada penyembuhan luka
2. Mengetahui perkembangan ilmu rekayasa jaringan kulit
3. Mengetahui fungsi dari sel punca
4. Mengetahui penggunaan sel punca

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stem Cell


Stem cell atau sel punca diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena
belum dapat berkembang dan membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel
punca, sel induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum
berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi
banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Proses perubahan stem cell menjadi tipe
sel yang spesifik dikenal sebagai “differentation”.
Selain berfungsi untuk membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, stem cell
juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak
demi kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang baru mempunyai
potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang
lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

2.2 Penggunaan Kultur Stem Cell dalam Bidang Bioteknologi


Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:
2.2.1 Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset
1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak
jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam
tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka
pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu
hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam
sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel
kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)

3
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat ini
dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
2.2.2 Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit
Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem
cell untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip
terapi yang dimaksud adalah dengan melakukan transplantasi stem cell pada
organ yang rusak. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera
pada medula spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya
fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara
melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat
menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi
akson yang rusak.
1. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini
didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah
disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah otak
yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi terjadinya
apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah terjadinya stroke.
2. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan
terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang
lalu, hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini
terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar
steroid; padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula
kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini
penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil
membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak

4
dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada
penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau
Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula
darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari
kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan
penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam
produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara
permanen.
3. Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti
telah dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel
rambut yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog,
sehingga menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini
bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
4. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-
striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan
neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin
diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001,
dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio
manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut
ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau
dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah
transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit
Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada
pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih
muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini
kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
5. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS

5
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
gangguan virus atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang
mengalami degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap
akan berangsur pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang
mengakibatkan sel darah menjadi resisten terhadap virus HIV.
Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang
secara normal ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan
tubuh yang diserang oleh virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut
dikenal sebagai CCR5 delta 32, dan ditemukan pada 1% - 3% populasi orang
kulit putih di Eropa.
Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak
sistem kekebalan tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32,
virus HIV tidak lagi mampu menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh
alami pada orang yang mengalami mutasi gen.

2.3 Fungsi Sel Punca 


Ada dua kegunaan stemcell yaitu berdasarkan fungsinya dan riset. 
Fungsi setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah sebagai berikut:
1.  Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro sirkulasi darah
sehingga bagi pasien yang stroke, tekanan darah tinggi, leukimia, dan cuci darah
akan sembuh.
2.     Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat mematikan virus dan
bakteri.
3.    Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
4.   Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga pasien setelah diterapi
stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.
5.    Mempercepat metabolisme tubuh.
6.    Menambah kinerja sel badan.
7.    Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang, Meningkatkan kemampuan anti
kanker.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)


Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara
lain:

6
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis germinal
(ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat membentuk selubung
embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak diri
ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
a. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tidak
berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
b. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari pendonor yang
cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga berpotensi
menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
c. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi dalam
penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio). Pengklonan
embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena
pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua agama, hal ini dikarenakan
adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama dengan manusia menyebabkan
hal tersebut tidak dapat diterima. Selain itu status moral embrio, apakah embrio
harus diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk
menjadi manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi
kontroversi.
2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)
 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari terjadinya
penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:

7
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang berbeda
dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit, daerah gigi,
pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot tengkorak, dan usus).
sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu macam
sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang bersifat
pluripotent.
3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang berasal
dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor
 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang
terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor meningkat
menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah sel
induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia dari donor.

2.5 Perkembangan ilmu rekayasa jaringan kulit yang terbaru


Kulit merupakan jaringan pertama yang berhasil dikembangkan di
laboratorium. Rekayasa jaringan dibutuhkan untuk menjadi salah satu alternatif alat
kedokteran regeneratif untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Produk skin
engineering terdiri dari dua prinsip yaitu: matrix based dan cell bassed. pada produk
matrix di implantasikan ke dasar luka sehingga berfungsi sebagai kerangka untuk
revaskularisasi. Pada produk cell based, luka diberi lembaran yang mengandung
keratinosit yang telah di kultur secara autologous, namun produk ini sangat tipis,
rentan, dan cukup mahal untuk di produksi.
Adanya MSCs pada kulit normal dan peran mereka pada penyembuhan luka
mendasari kemungkinan penggunaan MSC eksogen pada rekayasa kulit. Penggunaan

8
MSCs pada rekayasa kulit tercatat setidaknya dalam dua laporan. Menciptakan sebuah
pengganti kulit yang baru menggunakan ADSCs, bukan fibroblas dermal, untuk
menghasilkan pengganti kulit yang memiliki lapisan lengkap yaitu epidermis, dermis,
dan hipodermis yang mengandung adiposit.
Menurut penelitian, jaringan plasenta merupakan sumber MSCs alternatif,
yang memiliki kemampuan berdiferensiasi seperti sumber MSCs lainnya. Membran
plasenta yang didinginkan harus di proses secara selektif untuk membuang komponen
antigenik dan mempertahankan karakter asli jaringan tersebut beserta sel-sel
berpotensi tinggi termasuk MSCs.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi tertentu seperti
sel jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri. Pada sumsum tulang
dan darah tali pusar sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki jaringan
yang rusak meski demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati
pembelahan hanya terjadi dalam kondisi tertentu. 
Sel punca berpontensi untuk mengubah keadaan penyakit pada manusia
dengan cara memperbaiki jaringan atau organ tertentu. Sel punca ini bisa dipanen
darisel embrionik yang diambil dari embrio bayi atau dari sel dewasa seperti sumsum
tulang darah tepi dan tali pusat bayi baru lahir. 
Pada proses terapi sel punca hanya disuntikkan ke jaringan yang rusak
seperti pada penanganan pasien jantung stadium akhir. :erapi menggunakan sel punca
menjadi alternatif lain dalam pengobatan suatu penyakit yang mungkin tidak ada
obatnya. Terapi ini masih dikembangkan lagi untuk mendapatkan hasil
pengobatanyang tidak memiliki efek yang riskan.

3.2 Saran
Terapi menggunakan Sel Punca menjadi salah satu pilihan alternatif
untuk  pengobatan penyakit yang tidak ada penyembuhan
dengan obat. &alaupun terapi inimasih dikembangkan lagi dan harga yang dipatok
relatif lebih mahal dibandingkan pengobatan lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

O.H Prasetyono, Theddeus. Panduan Klinis Manajemen Luka. Jakarta. 2016. Buku
Kedokteran EGC

Santi. Peranan Sel punca dalam Penyembuhan Luka. Jurnal Continuing Proffesional
Development. 2018

11

Anda mungkin juga menyukai