Anda di halaman 1dari 17

75

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP), KEKUASAAN

DAN KEDUDUKANNYA DALAM SISTEM POLITIK

Oleh: Mohammad Maiwan

ABSTRACT

The interest groups have a strategic position in society as a liaison between the
community and government. Its presence to dynamic of political system. There are several
types of interest groups, namely: Anomic groups; nonassosiasional; institutional;
associational. The emergence of interest groups are going along with the rapid expansion of
government's role in all areas of life. When expressing their interest to the government, interest
groups use two ways: First, sell the issue to the political parties. Second, direct express their
aspirations to the government. The method used is through; lobbying, mass media campaigns,
as well as grass-roots pressure. The success to influence of the government depend on some
aspects such as: Political culture, institutional structure, character and the party system,
character and style in public policy.

Keywords: Interest groups, aspiration, decision making, political system.

Pendahuluan disalurkan melalui kekuatan-kekuatan


politik formal seperti partai politik yang
Efektifitas suatu sistem politik pada
memiliki fungsi resmi sebagai penyalur
kenyataannya dapat diukur sejauh mana
aspirasi, tetapi juga kekuatan lain yakni
kemampuannya dalam menanggapi
kelompok kepentingan (interest group).
tuntutan-tuntutan maupun dukungan yang
diterimanya serta merumuskannya dalam Dalam tahap tertentu, keterbatasan
bentuk kebijakan ataupunoutput yang tepat. partai politik, baik karena sumberdaya
Hasil dari setiap kebijakan merupakan material, sumberdaya manusia, orientasi
bagian dari proses politik yang ideologi, kultur, faksionalisme,
mencerminkan beragamnya aspirasi yang kepentingan jangka pendek, minat
muncul yang merupakan konsekwensi dari terhadap isu, keterbatasan jaringan,
beragamnya kepentingan masyarakat. masalah komunikasi, hubungan personil,
Meskipun demikian, dalam sistem politik, dan lain-lainmenyebabkan mereka
tidak semua aspirasi yang muncul dapat terkadang tidak cukup dapat diharapkan


Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Jakarta
76

untuk menyampaikan aspirasi dalam Kelompok kepentingan (interest


masyarakat secara efektif. Keadaaan ini group) seringkali di defenisikan sebagai, a
menyebabkan orang lebih menumpukan group of persons who share a common
perhatiannya dalam menyampaikan cause, which puts them into political
aspirasi melalui unsur kelompok competition with other groups of interests
kepentingan. (Benditt 1975:34). Berdasarkan definisi
tersebut fungsi kelompok kepentingan
Dengan demikian, kelompok
terbatas pada agregasi dan artikulasi
kepentingan merupakan salah satu
kepentingan saja. Mereka merupakan
kekuatan penting dalam konfigurasi politik
kelompok terorganisasi yang memiliki
yang dalam tahap tertentu dapat
tujuan bersama yang secara aktif berusaha
mendinamisasikan sistem politik, dalam
mempengaruhi pemerintahan (Janda,
bentuk lahirnya politik kelompok-
Berry, & Goldman 1997). Dengan kata lain,
kelompok yang menegaskan adanya
tujuan mereka hanyalah berusaha untuk
pluralisme dan kompetisi dalam
“mempengaruhi” proses pengambilan
masyarakat. Bertitik tolak dari penjelasan
kebijakan pemerintah agar sesuai dengan
tersebut, artikel ini akan membincangkan
keinginan kelompok yang diwakilinya.
tentang kewujudan kelompok kepentingan,
serta pengaruh dan kedudukannya dalam Karena itu, jika dibandingkan
sistem politik. Sejauh ini diskusi-diskusi dengan fungsi partai politik maka agak
tentang proses politik lebih banyak berbeda dan lebih sempit. Sepertimana
ditumpukan pada partai politik. Padahal didefinisikan oleh Giovanni Sartori, partai
dalam kenyataanya seiring dengan politik sebagai, any political group that
membiaknya kehidupan masyarakat dan presents at elections, and is capable of
munculnya sektor-sektor baru dalam placing through elections, candidates for
kehidupan menyebabkan keberadaan public offices (1984:64). Berdasarkan
kelompok kepentingan perlu definisi tersebut, partai politik
diperhitungkan secara politik. sesungguhnya secara sengaja bertujuan
untuk mendudukkan wakil-wakilnya dalam
Pengertian dan Jenis Kelompok
pemerintahan, atau meraih jabatan-jabatan
Kepentingan
dalam pemerintahan.
77

Dalam prakteknya ada berbagai Kelompok kepentingan pada


macam tipe kelompok kepentingan yang hakikatnya dapat dibagi menjadi dua,
beroperasi dalam masyarakat, yang mana yakni: Pertama, kelompok kepentingan
mereka berusaha mempengaruhi kebijakan privat; dan kedua, kelompok kepentingan
pemerintah. Sebagai pemain publik. Kelompok kepentingan privat
nonpemerintah, mereka dapat berupa: adalah kelompok kepentingan yang
Kelompok professional, persatuan buruh, berusaha memperjuangkan kepentingan-
pedagang, pengusaha, organisasi kepentingan anggota-anggota yang
keagamaan, persatuan pedagang, diwakilinya (golongan tertentu) dalam
organisasi-organisasi persatuan mahasiswa, konteks kehidupan umum seperti:
lembaga-lembaga pemikiran, asosiasi Pengacara, dokter, akuntan, dosen, guru,
cendekiawan atau pakar, asosiasi hakim, pengacara, serta golongan
perusahaan, universitas, organisasi berbasis professional lain, termasuk juga para
etnik, daerah, keturunan (wangsa), dan lain- pekerja atau buruh. Juga dalam konteks ini
lain. adalah kepentingan produsen atas bidang-
bidang usaha tertentu. Sementara kelompok
Kekuatan mereka berasal dari status
kepentingan yang bersifat publik adalah
keanggotaan serta sumberdaya manusia
kelompok kepentingan yang lebih
maupun dana dan jaringan yang dimiliki.
berorientasi mempengaruhi pemerintah
Kelompok-kelompok kepentingan
agar melakukan tindakan tertentu yang
seringkali menjadi penentu agenda,
menguntungkan kepentingan umum secara
penggalang issu, penyebar gagasan,
menyeluruh, ketimbang anggotanya.
perumus kebijakan, serta pendesak kepada
Contoh dari jenis kelompok kepentingan ini
pemerintah. Meskipun mereka bertujuan
adalah geraka-gerakan sosial yang
mewakili kepentingan-kepentingan
mengadvokasi isu-isu lingkungan,
anggotanya, dalam artian kepentingan
pendidikan, pertambangan, perempuan,
publik yang terbatas, tetapi adakalanya di
ketenagakerjaan, korupsi, kekerasan,
antara anggota-anggota kelompok
perdagangan manusia, konsumen dan
kepentingan juga memiliki ambisi-ambisi
sebagainya.
yang bersifat pribadi. Bahkan ada di
antaranya yang secara pribadi berhasil
masuk dalam pemerintahan dan bukan atas
nama kelompok kepentingannya.
78

Almond dan Powell (1980) dalam keanggotaannya, yang biasanya bersifat


karya klasiknya membagi kelompok sama latar belakang atau identitasnya.
kepentingan menjadi empat jenis, Kelompok ini mencakup kelompok
yakni:Pertama, kelompok anomik, yang keturunan, etnik, regional, agama, status,
merupakan kelompok kepentingan yang kelas sosial. Contoh kelompok ini adalah:
bersifat spontan, terbatas, muncul seketika. Trah Keluarga Mangkunegaran; Ikatan
Kelompok kepentingan ini memiliki tingkat Warga Yogyakarta di Jakarta, Ikatan Warga
kemampuan komunikasi politik yang Dayak Se-Kalimantan, Ikatan Saudagar
rendah, dengan ikatan keanggotaan yang Bugis, Alumni ITB, Alumni Pendidikan
longgar, dan hanya dalam rangka untuk Lemhannas, Alumni Pondok Pesantren
menanggapi insiden tertentu. Kelompok ini Gontor, kelompok-kelompok arisan
lebih merupakan terobosan ke dalam sistem keluarga, kantor, kampung, dan lain-lain.
politik berhubungan dengan isu-isu tertentu
Ketiga, kelompok institusional
yang boleh jadi merespon terhadap sikap
yang merupakan kelompok kepentingan
frustasi tertentu, sehingga melahirkan
yang melembaga secara formal, dengan
demonstrasi dan kerusuhan. Namun
kegiatan rutin, serta jaringan organisasi
demikian, setelah aspirasi mereka didengar
yang kuat dan keanggotaan yang bersifat
oleh pemerintah maka kelompok ini akan
resmi. Kelompok ini memiliki fungsi sosial
bubar. Mereka seperti: Ikatan Warga
dan politik yang luas, mencakup hampir
Kampung Pulo yang tergusur; Warga
sebagian besar segi kehidupan (ekonomi,
penghuni Kalijodo; Persatuan pedagang
sosial, pendidikan, budaya, seni, hukum,
rotan di Rawasari, dan sejenisnya.
keluarga, lingkungan, dan lain-lain), di
Kedua, kelompok nonassosiasional, samping tujuan-tujuan khusus yang mereka
yang merupakan kelompok kepentingan miliki. Contohnya ialah: Organisasi
yang diorganisasikan secara informal, Nahdlatul Ulama (NU); Muhammadiyah;
dengan keanggotaan yang longgar dan Persatuan Islam (Persis); Ikatan
aktifitasnya bergantung pada isu-isu Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, dan
spesifik. Jaringan kelompok ini terbatas, lain-lain.
tetapi lebih baik ketimbang kelompok
pertama di atas. Kelompok
nonassosiasional berbeda dengan
kelompok anomik dalam hal
79

Keempat, kelompok assosiasional, Pertumbuhan dan Perkembangan


yaitu kelompok yang memiliki organisasi Kelompok Kepentingan
yang bersifat formal, dan terorganisir
Kelompok kepentingan
secara baik, dengan keanggotaan yang
sesungguhnya telah lama muncul dalam
resmi atau bersifat formal pula. Kelompok
kehidupan politik moderen dalam berbagai
assosiasional beranggotakan orang-orang
bentuk gerakan maupun organisasi
yang berasal dari satu profesi yang sama,
kepentingan. Dalam politik di negara-
dengan tujuan spesifik untuk mewakili
negara maju seperti di Inggris ditandai
kepentingan anggotanya atas bidang-
dengan munculnya organisasi seperti
bidang tertentu yang menjadi fokusnya.
Masyarakat Abolisi yang menentang
Contohnya adalah: Organisasi Ikatan
perdagangan budak yang dibentuk di tahun
Dokter Indonesia (IDI); Persatuan Insinyur
1780-an, yang kemudian diikuti organisasi-
Indonesia (PII); Kamar Dagang dan
organisasi di bidang lain. Di Amerika
Industri (IDI), Persatuan Guru Republik
Serikat gerakan itu ditandai dengan
Indonesia (PGRI); Ikatan Advokat
munculnya berbagai asosiasi dalam
Indonesia (IAI), Persatuan Wartawan
masyarakat yang bermaksud membela
Indonesia (PWI) dan lain-lain.
kepentingan-kepentingan kelompok,
Dari keempat kelompok berhadapan dengan pihak Inggris maupun
kepentingan di atas, yang paling efektif pertumbuhan pemerintahan Amerika pada
dalam menyampaikan pendapat kepada masa-masa awal (Cigler and Loomis
pemerintah serta kemungkinan 2011:8). Perkembangan demokrasi di
memperoleh dukungan luas dari Amerika Serikat tumbuh subur dan berakar
masyarakat adalah kelompok institusional kuat, salah satunya karena didukung oleh
dan assosiasional. Sementara pada derajad munculnya asosiasi-asosiasi masyarakat
yang rendah, yang paling tidak efektif tersebut. Kondisi ini sepertimana
adalah kelompok anomik serta dikemukakan oleh pemikir Perancis Abad
nonassosiasional. 19, Alexis de Tocqueville, ketika
mengunjungi negara tersebut dengan
menyatakan bahwa, asosiasi-asosiasi telah
menjadi bagian inheren dalam budaya
politik Amerika Serikat dan menjadi sumbu
bagi tegaknya kehidupan demokratis, yang
80

tidak ditemukan pada masyarakat manapun ke segala bidang kehidupan. Perluasan


ketika itu (Tocqueville 1994:167). birokrasi dan fungsi-fungsi pemerintahan,
baik lokal maupun nasional, dalam rangka
Dalam banyak hal kelahiran
memenuhi tuntutan pembangunan telah
kelompok kepentingan hampir mirip
melahirkan tanggapan dari kelompok-
dengan partai-partai politik. Hanya saja
kelompok dalam masyarakat, yang merasa
partai politik lebih diorientasikan pada
perlu terlibat dalam isu-isu tertentu. Hal
upaya untuk memenangkan suara pemilih
tersebut juga seiring dengan semakin
dan menduduki jabatan-jabatan dalam
meratanya tingkat pendidikan dan
kekuasaan. Di Indonesia, beberapa
kesadaran politik, serta meningkatnya
kelompok kepentingan telah lahir
keterampilan-keterampilan organisasional.
mendahului partai-partai politik. Mereka
Gejala ini menunjukkan bahwa, semakin
bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan,
banyaknya area di mana pemerintah
ekonomi, kebudayaan, pendidikan.
menjadi terlibat, maka semakin banyak
Sebagian di antaranya malah menjadi cikal
pula kepentingan-kepentingan khusus yang
bakal partai politik. Beberapa kelompok
berkembang untuk mempengaruhi
kepentingan yang awal di Indonesia
kebijakan (Loomis 2011:181-182).
muncul pada era kolonial seperti: Sarikat
Dagang Islam (SDI), Al-Irsyad, Selain itu, kemunculan kelompok
Muhammadiyah, Serikat-Serikat Buruh, kepentingan juga dipicu oleh mencuatnya
pekerja kereta api, Taman Siswa, isu-isu baru yang menjadi keprihatinan
Organisasi Koperasi, Nahdlatul Ulama dan umum, baik pada tingkat lokal, nasional,
lain-lain, menjadi pelopor awal dalam maupun global. Bahkan belakangan banyak
munculnya politik kelompok. Organisasi- kelompok kepentingan yang
organisasi tersebut sebagian memperjuangkan isu-isu tunggal yang
bertransformasi menjadi besar dan mampu spesifik. Hal tersebut mulai dari masalah
mempengaruhi kebijakan pemerintah. kekekerasan anak, perdagangan bebas,
kesetaraan perempuan, lingkungan,
Pada abad ke 20, terutama pasca
perdagangan manusia, hak asasi manusia,
Perang Dunia Kedua, di era tahun 1950-an
hutang luar negeri, masalah energi,
dan 1960-an di negara-negara Barat
sumberdaya air, komunitas adat, iklim dan
kelompok kepentingan tumbuh menjamur
cuaca, hak konsumen, perlindungan
seiring dengan perluasan peran pemerintah
binatang, pendidikan kaum marginal,
81

ekonomi mikro, transgender, dan bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,


sebagainya. Gerakan ini, untuk sebagian, hukum, pendidikan, keagamaan adat, etnik,
merupakan bagian dari gerakan sosial baru pers, dan lain-lain, dari tingkat lokal sampai
yang terus memperoleh tempat dalam nasional.
masyarakat moderen. Sementara pada
Jaminan kebebasan yang luas serta
sektor-sektor tertentu, lahirnya kelompok
adanya kompetisi kuat diantara kelompok-
kepentingan berwujud perjuangan
kelompok serupa menambah semakin
kelompok-kelompok asosiasi profesi,
serunya persaingan kepentingan.
perdagangan, subsektor kehidupan
Kedudukan kelompok-kelompok ini turut
konsumen, kelompok-kelompok dalam
mempengaruhi konfigurasi politik serta
birokrasi, kaukus dalam parlemen, aliansi
ikut mendinamisasikan proses pengambilan
para politisi dalam legislatif maupun
keputusan pemerintah. Meskipun
eksekutif dan juga yudikatif yang
demikian, hanya sebagian saja di antara
memperjuangkan kepentingan kelompok
kelompok-kelompok kepentingan tersebut
melalui usulan-usulan, petisi-petisi, dan
yang mampu mewarnai atau mempengaruhi
loby-loby tertentu yang disampaikan.
kebijakan-kebijakan publik, khususnya di
Belakangan setelah reformasi tahun tingkat nasional. Sementara sebagian kecil
1998 di Indonesia, gelombang kelahiran kelompok kepentingan yang lain dibentuk
kelompok-kelompok kepentingan baru lebih merupakan tanggapan terhadap isu-
merebak secara nasional. Suasana politik isu sesaat yang muncul, ataupun ada karena
yang demokratis yang ditandai dengan kepentingan partai politik. Kelompok-
ledakan partisipasi mengakibatkan kelompok ini bahkan untuk sebagiannya
sebagian anggota masyarakat justru malah muncul sebagai kelompok
menyampaikan tuntutan-tuntutannya penekan.
dengan menggunakan saluran-saluran baru
Dalam kaitan ini, penulis tidak
di luar partai-partai politik, dalam bentuk
memasukkan kelompok-kelompok seperti:
kelompok-kelompok kepentingan
Organisasi-organisasi teroris, Organisasi
(Horowitz 2014). Selama kurang lebih 17
Papua Merdeka, Gerakan Aceh Merdeka
tahun terakhir ini diperkirakan tidak kurang
dan sejenisnya, karena organisasi-
2500 an kelompok kepentingan lahir di
organisasi tersebut tujuannya bukan
seluruh tanah air, yang merangkumi
mempengaruhi kebijakan pemerintah tetapi
berbagai aspek kehidupan, mulai dari
82

untuk menjatuhkan pemerintah secara evaluator ataupun pengawas terhadap


inkonstitusional. Dengan kata lain, mereka program-program pemerintah. Mereka bisa
berusaha merestrukturisasi sistem politik menilai kekurangan-kekurangan program
dan bukan sekadar mempengaruhinya. pemerintah, serta memberikan masukan-
masukan. Syukur-syukur masukan yang
Tujuan dan Cara Mempengaruhi
disampaikan menjadi agenda legislatif
Pemerintah
ataupun agensi-agensi pemerintah yang lain
untuk meningkatkan mutu pelayanannya.
Dalam politik di Indonesia kita bisa
mencatat setidaknya ada beberapa tujuan
Dalam menyampaikan aspirasinya
dari kelompok kepentingan. Pertama,
kepada pemerintah, kelompok kepentingan
adalah kelompok kepentingan
biasanya menempuh dua langkah (Jordan
merepresentasikan konstituen mereka
and Malanoey 2007:39-40). Pertama,
dalam mempengaruhi agenda politik. Di
mereka menyampaikan isu-isu yang sudah
mana melalui loby-loby yang dilakukan
diartikulasikan sedemikian rupa untuk
diharapkan berdampak pada tujuan yang
“dibeli” partai-partai politik. Langkah ini
ingin mereka capai. Kedua, kelompok
biasanya ditempuh jika sistem politik yang
kepentingan memberikan peluang bagi
ada berjalan secara demokratis dan terbuka,
anggotanya untuk berpartisipasi dalam
di mana partai-partai politik bersaing secara
proses politik. Minimal menyangkut satu
sehat dan tingkat kepercayaan masyarakat
isu tertentu, anggota-anggotanya dapat
terhadap partai politik lebih tinggi
terlibat dalam mempengaruhi pejabat
ketimbang kelompok kepentingan. Selain
pemerintah.
itu, mekanisme cheks and balances di
antara lembaga-lembaga politik juga
Ketiga, membantu mendidik
berjalan baik. Dalam suasana seperti ini,
individu atau masyarakat yang menjadi
kelompok kepentingan akan dapat
anggotanya untuk sadar terhadap isu-isu
maksimal melakukan pendekatan dengan
tertentu, sehingga memiliki sikap yang
partai politik dan melakukan proses tawar
sama dengan anggota yang lain. Keempat,
menawar untuk memperjuangkan
membantu individu untuk mengambil
kepentingannya.
tindakan terhadap isu-isu tertentu, sehingga
dapat menjadi perhatian umum. Kelima,
kelompok kepentingan dapat menjadi
83

Kedua, kelompok kepentingan government officials to try to influence their


langsung menyampaikan aspirasi yang decision (Cummings 192:217).
sudah diartikulasikan kepada pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut lobby bukan
Proses ini biasanya didahului oleh adanya semata-mata ditujukan terhadap pejabat-
perdebatan ataupun polemik yang luas pejabat legislatif saja tetapi juga cabang-
dalam masyarakat, khususnya melalui cabang pemerintahan yang lain.
media massa. Terkadang sejumlah anggota
Kelompok-kelompok kepentingan,
kelompok kepentingan sengaja
khususnya yang kuat, tidak jarang memiliki
“meledakkan” satu isu tertentu ke media
peloby-peloby khusus atau menyewa
massa agar menjadi perhatian umum,
(membayar) seorang peloby professional
sehingga pemerintah turut mengambil
yang memiliki kemampuan khusus di
perhatian. Mekanisme ini ditempuh jika
bidang tersebut. Aktifitas lobby
sistem politik tidak berlangsung secara
memerlukan keterampilan khusus dan
terbuka dan partai-partai politik tidak bisa
jaringan pergaulan luas. Bidang ini lebih
menjalankan fungsi-fungsinya secara
merupakan satu seni daripada ilmu. Profesi
maksimal. Tingkat kepercayaan
peloby di sejumlah negara maju telah
masyarakat terhadap partai politik juga
menjadi bagian dari pekerjaan resmi yang
rendah. Bagi kelompok kepentingan akan
setara dengan profesi moderen yang lain.
sia-sia saja atau tidak efektif jika
menyampaikan aspirasinya melalui partai
Kedua, melalui media massa.
politik. Karena itu, usaha pendekatan
Kelompok kepentingan biasanya
langsung terhadap pejabat-pejabat
menggunakan media massa sebagai sarana
pemerintah dirasa lebih efektif dan
untuk menarik sentimen serta perhatian
bermakna.
umum, sehingga pemerintah mengambil
kebijakan atas isu tertentu sesuai yang
Adapun cara atau strategi yang
diinginkan. Pesan-pesan yang disampaikan
dipakai untuk mempengaruhi pemerintah
melalui media diharapkan segera mendapat
adalah. Pertama, melakukan lobbying
respon yang memadai dari pemerintah.
menjalin komunikasi langsung dengan para
Namun melalui cara ini tidak ada kontak
pejabat pemerintah yang terkait, atas isu
langsung dengan pejabat pemerintah.
yang diperjuangkan. Wise Cummings
mendefinisikan lobby sebagai,
communication with legislator or other
84

Ketiga, grass-roots pressure, di kebijakan publik (Janda, Berry & Goldman


mana kelompok kepentingan menggalang 1997:73).
dukungan masyarakat lapis bawah untuk
Jika dalam suatu masyarakat
menyampaikan isu-isu tertentu. Misalnya
kedudukan kelompok kepentingan
melalui rapat akbar, pawai massal,
dipandang absah dan positif, maka
demonstrasi, aksi teatrikal di tempat-tempat
keterlibatan individu-individu untuk
umum ataupun gedung pemerintah. Melalui
bergabung di dalamnya akan didorong, dan
cara ini memang ada kontak langsung
proses politik yang melibatkan kelompok
dengan pejabat pemerintah, tetapi terbatas,
kepentingan dipandang sebagai wajar.
dan mungkin saja manipulatif dan
Sementara struktur kelembagaan
situasional.
mengandaikan bahwa jika struktur
Adakalanya kelompok kepentingan kekuasaan suatu negara terdistribusikan
menggunakan ketiga cara di atas secara secara beragam atau plural di antara
serentak dalam mempengaruhi pemerintah. kelompok-kelompok, maka itu akan
Hal itu dilakukan sebagai cara yang memberikan tempat yang positif bagi
mungkin dipandang efektif menyangkut kelompok kepentingan. Dengan kata lain,
isu-isu tertentu, terutama sekali kelompok- pemerintahan yang terbagi-bagi, di mana
kelompok kepentingan dengan sumberdaya tidak ada satupun kelompok yang bisa
yang memadai, baik materiil maupun mendominasi akan lebih kondusif bagi
nonmaterial. Namun demikian, tumbuhnya kelompok-kelompok
keberhasilan kelompok kepentingan dalam kepentingan.
mempengaruhi agenda pemerintah
Sedangkan tatanan kelembagaan
memiliki kadar yang berbeda-beda antara
yang tersentralisasi justru merusak
satu sistem politik dengan sistem politik
keberadaan kelompok kepentingan. Pada
yang lain, dari satu negara dengan negara
aspek sistem politik, jika suatu sistem
lain, dari satu waktu ke waktu yang lain.
politik berwatak demokratis maka akan
Oleh karena itu, ada beberapa aspek yang
mudah bagi kelompok-kelompok
turut menentukan pengaruh kelompok
kepentingan untuk eksis. Adanya sistem
kepentingan, yakni: Aspek kebudayaan
politik dengan corak kepartaian dominan
politik, struktur kelembagaan, watak dan
atau hegemonik akan secara alami
sistem partai, watak dan gaya dalam
cenderung mempersempit ruang kelompok-
85

kelompok kepentingan. Begitu juga kelompok kepentingan dalam pembuatan


sebaliknya, jika suatu sistem politik itu kebijakan publik cenderung kurang.
nondemokratis maka agak sukar bagi Pemerintah agak berjarak dengan
kelompok-kelompok kepentingan kelompok kepentingan.
mengorganisir secara sukarela, tanpa
Selain itu, secara internal efektifitas
dikooptasi oleh pemerintah. Rezim-rezim
kelompok kepentingan dalam
otoriter terbiasa untuk melakukan kooptasi
mempengaruhi pemerintah juga ditentukan
dalam rangka memenangkan dukungan
oleh; Kemampuan dalam mengerahkan
sebagai cara untuk menjinakkan
dukungan, tenaga, dan sumberdaya
masyarakat sejak awal.
anggota; juga luasnya sumberdaya yang
Watak dan gaya pengambilan dimiliki, seperti kemampuan finansial,
kebijakan publik bermakna bahwa dalam jumlah anggota, kecakapan politik,
derajat tertentu sikap intervensionis suatu kesatuan organisasi, prestise di mata
pemerintah akan memberikan pengaruh masyarakat dan para pembuat keputusan
pada pelibatan kelompok-kelompok pemerintahan (Almond 2000:60).
kepentingan dalam perumusan kebijakan
Kedudukan dalam Sistem Politik
publik. Di sejumlah negara-negara Eropa
Barat, terutama Skandinavia, sikap
Kedudukan kelompok kepentingan
intervensionis pemerintah menjadikan
dalam sistem politik adalah terletak di
kelompok-kelompok kepentingan secara
antara pemerintah dengan masyarakat.
kelembagaan memiliki kedekatan dengan
Posisinya berada di tengah sebagai
unit-unit dalam pemerintahan secara ajeg.
jembatan yang menghubungkan antara
Sementara di sebagian negara-negara yang
kepentingan-kepentingan masyarakat dan
lain yang gaya pengambilan kebijakan
pemerintah. Posisi penyampaian aspirasi
rejim lebih otonom dan kebal terhadap
itu dapat digambarkan sebagai berikut:
pengaruh lingkungan politik, pelibatan
86

Kelompok
Kepentingan

Partisipasi
Cari
Pengaruh

Partisipasi
Media Peme-
Rakyat
Massa rintah

Partisipasi

Partai Politik

Karena kedudukan yang seperti itu, mengalami distorsi oleh kepentingan-


maka kelompok kepentingan menempati kepentingan tertentu, jika tanpa ada
posisi yang stategis sebagai penghimpun, keseimbangan dinamis dari unsur-unsur
penyalur, sekaligus perumus aspirasi. dalam masyarakat. Adanya kelompok
Dalam konteks sistem politik, keberadaan kepentingan merupakan sesuatu yang baik
kelompok kepentingan ini telah melahirkan dalam sistem politik (Hays 2011:117-118).
perdebatan, baik dari kubu pluralis maupun
Kehadiran kelompok-kelompok
elitis. Kalangan pluralis memandang
justru diperlukan untuk berbicara, berdebat,
bahwa intipati dari demokrasi adalah
sekaligus didengar dan dikritik. Dengan
penyebaran kekuasaan di tangan kelompok-
kata lain, di mata kaum pluralis demokrasi
kelompok sehingga tidak ada satupun
adalah persaingan di mana masing-masing
kekuatan yang mendominasi. Setiap
kelompok secara bebas dan setara
individu pada kenyatannya berpotensi
memajukan kepentingan-kepentingannya,
untuk mengorganisir diri serta memiliki
serta saling mempengaruhi satu sama lain.
akses yang sama ke dalam pemerintahan.
Model yang paling dekat dengan ide
Penyelenggaraan kekuasaan akan
87

tersebut adalah demokrasi kelompok dalam merupakan representasi sejati demokrasi.


bentuk wujudnya kelompok-kelompok Karena di situlah orang dengan bebas
kepentingan. Hadirnya kelompok berorganisasi, berkomunikasi, dan
kepentingan justru akan memperkuat menggalang kekuatan sendiri secara
kekuatan setiap kelompok untuk saling teratur. Sementara aktifitas pemilu
mengimbangi. Dalam perspektif ini, terkadang tidak cukup bagi masyarakat
kehadiran politik kelompok dipandang untuk mengkomunikasikan dan
positif, dan diperlukan sebagai alternatif, menyampaikan pesannya secara utuh dalam
dari model demokrasi pemilihan yang masa yang cukup. Adanya kepentingan
bersifat konvensional, yang dimonopoli kompetitif yang berbeda-beda adalah
partai-partai politik. Aspirasi-aspirasi landasan bagi keseimbangan demokrasi
konstituen seringkali terlempar begitu serta perkembangan positif bagi kebijakan
pemilihan umum usai, dikalahkan oleh publik (Hays 2011:121).
agenda lain yang lebih menarik. Pemilihan
Sementara kalangan perspektif elit
umum dan partai saja tidak menjamin
memandang kehadiran kelompok
keseimbangan negara-negara demokratis.
kepentingan dari sudut pandang yang
Adanya kelompok aktif berbagai jenis dan
berbeda. Meskipun perspektif ini
ukuran, sangat penting agar bisa
menyetujui sebagian argumen-argumen
mempertahankan proses demokrasi dan
pluralis, namun tidak setuju dalam
agar para warga negara dapat memajukan
beberapa aspek yang lain. Kalangan elitis
tujuan-tujuan mereka. Pandangan-
melihat bahwa dimensi kekuasaan di
pandangan pluralis antara lain bersumber
manapun akan melahirkan kekuatan kecil
dari pemikiran tokoh-tokoh seperti, James
tertentu sebagai kelompok
Madison, salah satu bapak pendiri
penentu/pengaruh. Pandangan ini untuk
Amerika, dan juga teoritisi politik moderen
sebagian bersumber dari teori Hukum Besi
Robert Dahl.
Oligarki Michels. Di berbagai bidang,
Kaum pluralis memandang bahwa, mereka tidak akan segan-segan
kekuasan politik sepatutnya tidaklah mengkonsolidasikan diri, bersatu untuk
melulu di tangan elektorat ataupun menancapkan pengaruh/dominasinya.
kelompok elit tetapi disebar ke segenap Kekuatan mereka bersifat solid, homogen,
masyarakat. Selain itu, perspektif pluralis monolitik, terarah, distribusi kekuasaan
meyakini bahwa kelompok kepentingan
88

berlangsung dari atas ke bawah, di mana bahwa orang-orang yang punya uang ini
kelompok kecil ini menjadi pengendali. sajalah yang bisa menyampaikan
aspirasinya ke pemerintah melalui
Perspektif elitis berargumen bahwa,
pembentukan-pembentukan kelompok.
aktifitas kelompok kepentingan
Bagi kaum elitis, kelompok kepentingan
membutuhkan sumberdaya material dan
lebih mencerminkan bias kepentingan
finansial yang tidak sedikit. Sekecil
kelompok, khususnya golongan atas, serta
apapun, suatu kelompok kepentingan pasti
merupakan cacat bagi demokrasi.
memerlukan basis finansial yang kuat, agar
dapat bertahan. Sumberdaya finansial itu Dalam pandangan perspektif ini,
secara alami hanyalah dimiliki oleh organisasi dan institusi dapat menjalani
sekelompok kecil anggota atau “hidup mereka sendiri” yang dapat
pengurusnya. Mereka tidak mungkin membuat mereka menyimpang, --seperti
memberikannya secara gratis tanpa diramalkan Weber,-- dari keinginan dan
tendensi apapun. Karena itu, lahirnya kepentingan anggota mereka. Ada
kelompok kepentingan dalam banyak aspek kecenderungan oligarki, di mana struktur
lebih mewakili kepentingan segelintir birokrasi dapat mengeras dan para
orang itu, terutama pengurusnya ataupun pemimpin menjadi elite-elite yang tidak
anggota-anggota utamanya yang sanggup tanggap pada sektor swasta atau negeri.
membayar iuran. Lagi pula kesadaran untuk Akibatnya, kebijakan publik bisa condong
berhimpun atau aktif dalam satu organisasi ke arah kelompok kepentingan tertentu
dalam taraf tertentu hanyalah dimiliki oleh yang memiliki organisasi terbaik dan
orang-orang yang memiliki komitmen sumberdaya terbanyak, bisa condong ke
sadar dan punya uang serta waktu luang arah agensi-agensi negara yang secara
(Loomis 2011:184). politik kuat, dan bisa dibelokkan oleh
persaingan yang sengit antar sektor-sektor
Sementara bagi kebanyakan orang
berbeda dari pemerintahan itu sendiri (Hays
miskin tidak mungkin mereka membentuk
2011:122). Pengambilan keputusan sebagai
kelompok kepentingan yang kuat,
sebuah proses akan selalu mendapat
mengingat sumberdayanya yang terbatas.
pengaruh dan desakan dari berbagai faktor,
Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan
termasuk persaingan politik yang keras,
privat, ataupun assosiasional dalam istilah
strategi pemilihan umum, sumberdaya yang
Almond dan Powell, menjadi petunjuk kuat
langka, serta pengetahuan dan kompetensi
89

yang kurang. Adanya banyak pusat strategis dalam masyarakat, yakni sebagai
kekuasaan tidak menjamin bahwa penghubung antara masyarakat dengan
pemerintah akan: (1) mendengarkan pemerintah. Keberadaannya dapat
mereka semua dengan setara; (2) mendinamisasikan sistem politik, yang
melakukan apapun selain berkomunikasi hakikatnya diwarnai persaingan berbagai
dengan pemimpin pusat-pusat itu, (3) kepentingan untuk saling mempengaruhi.
mudah terkena pengaruh siapapun selain Dalam prakteknya ada beberapa jenis
mereka yang berada di posisi-posisi yang kelompok kepentingan yakni: Kelompok
kuat, (4) melakukan apapun tentang isu-isu anomik, kelompok nonassosiasional,
yang sedang dibahas (Lively 2005::20-24, kelompok institusional, kelompok
54-56). assosiasional.

Meskipun terdapat sejumlah besar Munculnya kelompok kepentingan


kelompok kepentingan yang mengklaim secara pesat terjadi seiring dengan
berjuang untuk masyarakat, namun dalam perluasan peran pemerintah ke segala
kenyataannya, ideologi dan orientasi yang bidang kehidupan. Dalam menyampaikan
diusungya, sedikit banyak mengandung aspirasinya kepada pemerintah, kelompok
bias kepentingan. Karena itu bagi perpektif kepentingan biasanya akan menempuh dua
ini, orang miskin atau massa tidak mungkin cara: Pertama, menyampaikan isu-isu yang
secara instrumental mengorganisir diri sudah diartikulasikan untuk “dibeli” partai-
dengan keterbatasan sumberdaya. Alih-alih partai politik. Kedua, kelompok
kelompok kepentingan berfungsi sebagai kepentingan langsung menyampaikan
wadah penyalur aspirasi, ianya justru lebih aspirasi yang sudah diartikulasikan kepada
merupakan alat kepentingan kelompok- pemerintah. Cara yang ditempuh dapat
kelompok atau sub-sub kelompok atas melalui lobbying, kampanye media massa,
dalam masyarakat untuk terus serta grass-roots pressure.
mendominasi.
Keberhasilan mempengaruhi
Penutup pemerintah sangat ditentukan faktor-faktor
seperti; Kebudayaan politik, struktur
Berdasarkan penjelasan di atas
kelembagaan, watak dan sistem partai,
dapat dikemukakan bahwa kelompok
watak dan gaya dalam kebijakan publik.
kepentingan memiliki kedudukan yang
Secara teoritik, kedudukan kelompok
90

kepentingan ini telah mencetuskan Cummings, Wise, Democracy Under


perdebatan antara perspektif puralis dan Pressure: An Introduction to The
elitis. Kedua perspektif tersebut dengan American Political System, New
sudut pandang yang berbeda, menyatakan York, NY: Harcourt Brace
tentang efek kelompok kepentingan dalam Jovanovich, Inc., 1981.
proses politik.
Hays, Michael T., “Interest Groups:
DAFTAR RUJUKAN Pluralism or Mass Society?”, in
Allan J. Cigler, & Burdet A.
Almond, Gabriel and Powell, Bingham,
Loomis, (eds.), Interest Group
Comparative Politics: A
Politics, Washington, D.C.:CQ
Developmental Approach, Boston,
Press, a Division of Congressional
MA.: Little, Brown and Co., 1980.
Quarterly Inc., 2011.

______________, “Kelompok
Horowitz, Donald L., Perubahan
Kepentingan dan Partai Politik”,
Konstitusi dan Demokrasi di
dalam Mohtar Mas’oed & Colin
Indonesia,Terj. Daryatno,
MacAndrews, Perbandingan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2000. Janda, K., Berry, J., & Goldman, J., The
Challenge of Democracy, Boston:
Benditt, Theodore M., “The Concept of
Houghton Mifflin, 1997.
Interest in Political Theory”,
Political Theory, No. 3, August Jordan, G. & Malanoey, W., Democracy
1975. and Interest Groups: Embracing
Democacy?, California: California
Cigler, Allan J., & Loomis, Burdett, A.,
University Press, 2007.
“Introduction: The Changing
Nature of Interest Group Politics”, Loomis, Berdett A., “A New Era: Groups
in Allan J. Cigler, & Burdet A. and the Grass Roots”, in Allan J.
Loomis, (eds.), Interest Group Cigler, & Burdet A. Loomis, (eds.),
Politics, Washington, D.C.:CQ Interest Group Politics,
Press, a Division of Congressional Washington, D.C.:CQ Press, a
Quarterly Inc., 2011.
91

Division of Congressional Sartori, Giovanni, Parties and Party


Quarterly Inc., 2011. Systems, New York: Cambridge
University Press, 1984.
Lively, J., Democracy,Oxford: Blackwell,
2005. Tocqueville, Alexis de, Democracy in
America, London: David Campbell
Publishers, Ltd., 1994.

Anda mungkin juga menyukai