Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENUGASAN

ANALISIS KEPUTUSAN DATA MINING


MODUL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Nama : Nadhita Az-Zahrah Kelompok :


NIM : 17522075 Kelas :
Nama : Tgl. Penugasan :
NIM : Hari Penugasan : Jum’at, 1 Maret
Asisten : DM-70 Dikumpulkan tgl : Kamis, 7 Maret
Kriteria Penilaian Yogyakarta,.......................................2019
Asisten
Format :
Isi :
Analisa :
TOTAL :   (Karina Intani)

LABORATORIUM STATISTIKA INDUSTRI DAN OPTIMASI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Permasalahan


Gudang Art merupakan tempat pengerajin galeri dan sentra kerajinan tembaga kuningan,
kaca patri, dan aluminium cor yang berdiri sejak tahun 1999. Kerajinan yang dihasilkan
dari Gudang Art antara lain adalah pintu, kaca, kubah, ukiran kayu, ukiran tembaga, dan
masih banyak lainnya. Skala pembuatan di Gudang Art adalah skala satuan maupun
pabrik dengan total 4 pabrik yang berada di Jogja. Didirikan oleh Purwo Supriyatno,
awalnya ia hanya penggiat seni pinggir jalan dan membuat karya karya yang unik.
Karyanya mulai dilirik oleh penyuka seni lainnya dan ia mulai mendapatkan undangan
untuk pameran. Saat ini karyanya sudah mendunia. Ia pernah membuat pintu dengan
ukiran yang aestetik untuk Masjid Nabawi. Ia juga melayani pemesanan interior desain
untuk hotel, masjid, gereja untuk negara luar, seperti Amerika, Arab Saudi, Australia, dan
masih banyak lagi. Keberhasilannya dalam berkarya dan berbisnis ini dikarenakan Purwo
mengutamakan integritas dan menggunakan hati saat bekerja. Interitas ini menurutnya
yang paling terpenting sehingga ia sampai melebarkan sayap sampai luar negeri. Salah
satu karyanya ini adalah kaca hias. Sejarah kaca berawal dari tahun 3000 SM, Bangsa
Syria menemukan cara pembuatan kaca dengan mencampur abu soda, lemon, dan pasir
yang akhirnya membentuk kaca pada saat masih panas (Ahmad, 2007). Bahan baku untuk
membuat kaca hias ini diperoleh dari luar negeri. Ia mengatakan bahwa bahan baku
pembuatan kerajinan kaca hias ini diperoleh dari luar negeri dikarenakan Indonesia masih
belum mampu membuat jenis jenis kaca karena tidak adanya perusahaan yang mampu
mengolah berbagai jenis kaca dengan mesin yang canggih. Sedihnya lagi, bahan baku
pembuatan ini berasal dari Indonesia, contohnya saja Tambang Freport di Papua hanya
mampu mengirimkan tembaga mentah untuk dikirim ke Amerika, kemudian Amerika
menjualnya kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih mahal.
Pengiriman bahan baku siap olah dari luar negeri ke Indonesia ini membutuhkan
waktu yang lama dalam pengiriman ke Indoensia dikarenakan pengiriman dilakukan
melalui jalur laut menggunakan kapal. Waktu pengiriman paling cepat dilakukan selama
sebulan. Sehingga, pemesanan untuk bahan pembentukan kaca hias harus ia lakukan
beberapa bulan sebelumnya. Terkadang Purwo merasa kebinguungan untuk menentukan
kaca jenis apa yang harus ia pesan terlebih dahulu agar pembuatan kaca hias bisa
dilakukan dengan segera. Maka dari itu, dilakukan penelitian menggunaan metode AHP
untuk pengambilan keputusan pemesanan jenis kaca yang paling dahulu dipesan dengan
beberapa kriteria diantaranya adalah kualitas, harga, keunikan, desain, ketahanan,
kuantitas, dan fungsi. Dari kriteria ini, lima diantaranya akan dipecah lagi menjadi sub
kriteria. Sub kriteria ini antara lain kualitas (kesesuaian dengan fungsi, material yang
terkandung, kaca tembus pandang), harga (kepantasan dengan hasil, ongkos delivery, dan
biaya membeli), keunikan (pembayangan rata, memperindah bangunan, terlihat mewah),
desain (permukaan rata, warna menarik, mudah dirakit), serta ketahanan (tidak mudah
pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada modul AHP adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah kriteria, sub-kriteria dan alternatif solusi yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam permasalahan pengambilan keputusan dalam
permasalahan pemesanan bahan baku kaca?
2. Bagaimana hasil analisis dan rekomendasi solusi permasalahan menggunakan
metode AHP?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kriteria, sub-kriteria, dan alternatif solusi yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam permasalahan pengambilan keputusan dalam
permasalahan pemesanan bahan baku kaca.
2. Memperoleh hasil analisis dan rekomendasi solusi permasalahan menggunakan
metode AHP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Deduktif


2.2 Definisi AHP
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu model pengambilan
keputusan yang dapat memberikan solusi optimal dengan cara transparan (Asmara, 2015).
AHP merupakan salah satu metode untuk menyusun prioritas dari beberapa pilihan
dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). AHP memungkinkan
pengambilakn keputusan dengan struktur hierarki atau tingkatan. Tingatan ini tersusun
dari tujuan (tingkatan pertama), kriteria (tingkatan kedua), sub-kriteria (tingkatan ketiga),
dan alternatif (tingkatan keempat). Dengan adanya hierarki, pengambilan keputusan dapat
lebih terpusat hanya pada sekelompok kecil sehingga penilaian lebih konsisten.

2.3 Tahapan AHP


Beberapa langkah dalam menyelesaikan maslaah menggunakan metode AHP meliputi
(Walangare, 2012):
1. Mendefiniskian masalah dan solusi yang diinginan lalu kemudian menyusun
hierarki dari permasalahan yang dihadapi.

2. Menentukan prioritas elemen dimana pada awalnya membandingkan elemen


secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan, lalu kemudian matriks
perbandingan diisi menggunakan bilang untuk mempresentasikan kepentingan
relatif dari suatu elemen dengan elemen lainnya

3. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk


memperoleh kesulurah prioritas. Hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah
menjumlahkan nilai di setiap kolom matriks, membagi tiap nilai dari kolom
dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi, dan
terakhir adalah menjumlahkan nilai matriks tiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata

4. Mengukur konsistensi dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui


sebeapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan
berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah.

5. Hitung consistency Index (CI) dengan rumus CI = (λ maks-n)/n

6. Hitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus CR=CI/IR

7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data
judgment harus diperbaiki. Namun jika ratio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama
dengan 0,1. Maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan AHP


AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam analisisnya (Syaifullah, 2010).
Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah sebagai berikut :
a. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang tidak terstruktur serta luas menjadi model yang
fleksibel dan mudah untuk dipahami.
b. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan masalah yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif
c. Sling Ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier
d. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing
level berisi elemen yang serupa
e. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas
f. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menetukan prioritas
g. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada pekiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-
masing alternatif
h. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relative faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan yang diinginkan
i. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak menghauskan adanya suatu konsesnsus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda
j. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP memapu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan

Sedangkan kelemahan dari metode AHP adalah sebagai berikut :


a. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi
seorang ahli sehingga harus melibatkan subyektifitas yang ahli dan model menjadi
tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
b. Model AHP ini hanya merupakan model matematis yang tidak ada pengujian
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk

2.5 Kegunaan AHP


Kegunaan dari metode AHP adalah sebagai berikut (Syaifullah, 2010):
1. Memilih alternatif terbaik
2. Menentukan prioritas
3. Penyelesaian masalah
4. Memilih kebijakan terbaik
2.6 Pemilihan Bahan
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi
(Mulyadi 1999 : 295). Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kaca hias di
tempat pengrajin kaca hias Gudang Art adalah kaca bevel, kaca patri, dan kaca
tempered. Pemilihan bahan dilakukan karena manajer Gudang Art harus menentukan
jenis kaca mana yang harus dibeli terlebih dahulu. Pemilihan dilakukan karena
pengantaran barang atau kaca membutuhkan waktu yang lama, kurang lebih 3 bulan.
Oleh karena itu, peneliti membantu manajer Gudang Art untuk menentukan jenis
kaca yang harus dipesan terlebih dahulu menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan antar
kriteria dan sub kriteria. Kriteria yang akan digunakan untuk pemilihan adalah
kriteria kulitas terdapat sub-kriteria yaitu kesesuaian dengan fungsi, material yang
terkandung, dan kaca tembus pandang. Sub-kriteria harga yaitu kepantasan dengan
hasil, harga jual dan harga beli. Keunikan menjadi salah satu kriteria dalam
pemilihan jenis kaca yang akan dipesan, karena semakin unik sebuah karya maka
semakin tinggi nilainya. Subkriteria dalam keunikan adalah pembayangannya rata,
memperindah bangunan, dan terlihat mewah. Sama halnya dengan keunikan, semakin
menarik desain jenis kaca maka akan semakin tinggi nilainya. Subkriteria dalam
desain adalah permukaan rata, warnanya menarik, dan mudah dirakit. Ketahanan juga
menjadi kriteria pemilihan jenis kaca, karena semakin kuat kaca tersebut maka akan
semakin baik dibuat menjadi kaca hias. Subkriteria dalam keunikan adalah tidak
mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores. Kuantitas atau intensitas
jumlah penggunaan jenis kaca dalam membuat 1 buah kaca hias. Serta kegunaan
harus menjadi salah satu kriteria dalam penentuan jenis kaca yang akan dipesan.
2.7 Kajian Induktif
Pada penelitian ini, dilakukan pencarian referensi dari beberapa jurnal agar data-data yang digunakan dalam penelitian lebih akurat.
Tabel 2.1. Kajian Induktif
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
PEMILIHAN 2017 Dalam memilih Metode yang Perbedaan dengan Hasil
KARYAWAN karyawan baru digunakan penelitian yang dilakukan penelitian berupa
BARU diperlukan ketelitian adalah metode pada penelitian yang saya aplikasi sistem
DENGAN yang tinggi dalam Analytical lakukan adalah jika pada pemilihan
METODE AHP menseleksi satu per Hierarchy jurnal ini tujuan karyawan baru
(ANALYTIC satu pelamar yang Process (AHP), penggunaan AHP adalah berbasis web yang
HIERARCHY telah mendaftar. yaitu dengan untuk melakukan memberikan
PROCESS) Salah satu cara yang melakukan pembobotan terhadap rekomendasi
(Sasongko, efektif dalam pembobotan kriteria dan pelamar, sebagai bahan
Astuti, & menseleksi terhadap kriteria tetapi penelitian yang pertimbangan
Maharani, 2017) karyawan adalah dan pelamar. saya lakukan adalah untuk mengambil
dengan cara untuk melakukan keputusan secara
menerapkan sistem pengambilan keputusan tepat dan
penunjang dalam jenis bahan baku diharapkan dapat
keputusan sehingga yang akan digunakan. mempermudah
dapat memutuskan Kriteria yang digunakan proses seleksi
dengan hasil yang yaitu ijazah, pengalaman karyawan baru.
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
tepat dalam kerja, rekomendasi, Hasil CR sebesar –
menseleksi wawancara, penampilan, 0,6568 yang bearti
karyawan baru. keadaan fisik, tulisan konsisten.
tangan
Pemilihan 2015 Penelitian ini Metode yang Perbedaan jurnal ini TL sebagai
Supplier Bahan dilakukan untuk dapat dengan penelitian yang peringkat pertama
Baku Partikel memilih supplier menyelesaikan saya lakukan adalah pada dengan nilai net
Dengan Metode bahan baku partikel. pemilihan tujuan. Pada penelitian flow sebesar 0.254,
AHP Dan Masalah memilih supplier dengan ini dilakukan UD. SD sebagai
Promethee supplier menjadi kriteria-kriteria pengambiilan keputusan peringkat kedua
(Rukmi, sangat penting adalah metode mengenai supplier bahan dengan nilai net
Adianto, & dilakukan sebuah AHP dan baku. Hiraki pada jurnal flow sebesar 0.144
Avianti, n.d.) perusahaan untuk PROMETHEE. ini juga tidak dan PT.KTI
dapat memenuhi menggunakan sub- sebagai peringkat
permintaan kriteria seperti penelitian ketiga dengan nilai
konsumen secara yang saya lakukan. net flow sebesar
cepat dan -0.397.
berkualitas.
Application of 2015 Manajemen Tujuan dari Tujuan dari penggunaan Kesimpulan
analytical lingkungan sangat penelitian ini metode AHP ini berbeda mendapatan hasil
hierarchy penting dalam setiap adalah untuk dnegan penelitian yang bahwa kategori
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
process to industri. Negara- menyelidiki saya lakukan. Jurnal ini sumber tekanan
evaluate negara maju dan tekanan untuk mengangkat tema eksternal (E)
pressures to berkembang adopsi GSCM lingkungan, sedangakn bertindak sebagai
implement merevisi kebijakan dan untuk penelitian saya kerajinan. kategori penting
green supply lingkungan yang ada menentukan Penelitian ini juga hanya dengan bobot tinggi
chain untuk memilih cara- peringkat menggunakan 4 kriteria (0,3448)
management cara untuk menjaga tekanan yang diantaranya adalah dibandingkan
(Mathiyazhagan kelestarian berdasarkan regulasi, sumber dengan tiga
, Diabat, Al- lingkungan. Industri pendapat para eksternal, faktor kategori lainnya.
refaie, & Xu, di India sendiri ahli melalui finansial, Faktor produksi Ditunjukkan
2015) sudah beralih da teknik dan operasi. bahwa, sumber
mengadopsi Analytical eksternal
kebiasaan Green Hierarchy memastikan lebih
Suply Chain. Jurnal Process (AHP) banyak tekanan
ini membantu para dalam konteks untuk mengadopsi
manejer pertambangan GSCM dalam
mengidentifikasi dan industri industri
tekanan dari mineral. pertambangan dan
pengadopsian mineral. Juga,
GSCM. kategori
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
penghalang hasil
menunjukkan
bahwa faktor
Keuangan (F)
adalah kategori
yang kurang
penting di antara
tekanan.
Recognition and 2016 Pertumbuhan energi Penelitian ini Pada penelitian ini Jurnal ini
prioritization of surya di India belum bertujuan untuk dilakukan penelitian mengungkapkan
challenges in mencapai tingkat mengidentifikasi mengenai tantangan yang bahwa menurut
growth of solar yang memuaskan dan paling penting dalam WHO, kematian
energy using karena beberapa memprioritaska mengatasi implementasi dai 160.000 orang
analytical tantangan yang n hambatan energi surya. diakibatkan
hierarchy dihadapi dalam yang ada di jalur perubahan iklim
process: Indian pengembangannya. pengembangan dan mungkin akan
outlook (Punia, Untuk mengatasi tenaga surya tejadi dua kali lipat
Nehra, & tantangan ini, dalam perspektif pada tahun 2020.
Luthra, 2016) pertama-tama sangat India
penting untuk menggunakan
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
mengenali hambatan AHP (proses
implementasi energi hirarki analitis).
surya.
Selection of 2015 Tujuan dari makalah Makalah ini Penelitian pada jurnal ini Kegiatan
appropriate penelitian ini adalah akan dialkukan dalam bidang menganalisis
electronic untuk menggunakan keungan. Kriteria faktor prioritas faktor
banking channel memprioritaskan aplikasi teknologi adopsi EBC faktor teknologi
alternatif: faktor-faktor yang Analytic mencakup berbagai dengan sub-kriteria
critical analysis berbeda yang dapat Hierarchy faktor, yaitu kemudahan dan menemukan
using analytical mempengaruhi Process (AHP) penggunaan yang kesadaran yang
hierarchy adopsi berbagai untuk dirasakan teknologi, paling penting
process (Singh, Electronic Banking menyelesaikan persepsi manfaat, (0,347) diikuti oleh
2015) Channel (EBC) masalah ketersediaan, persepsi
dalam skenario pemilihan faktor aksesibilitas, kesadaran, kemudahan
India, yang terkait dengan dll. penggunaan
merupakan tugas adopsi EBC. (0,191), manfaat
yang sangat sulit Makalah ini yang dirasakan
untuk akan membantu (0,186), self
membandingkan para sarjana efficacy (0,113), dll
semua faktor dan yang bekerja di dalam kasus ini.
Nama Tahun Masalah Metode Perbedaan Hasil
menemukan bidang ini untuk Kesadaran
kepentingannya mendapatkan menggunakan
yang dapat berbagai fakta ATM adalah yang
dipertimbangkan AHP. terkenal dan
oleh bank sebelum perbankan seluler
mengembangkan paling tidak
strategi terkait dikenal. Jadi,
perbankan sambil
elektronik. mempertimbangkan
dampak teknologi,
keseluruhan ATM
(0,535) sangat
tinggi diikuti oleh
internet banking
(0,337) dan mobile
banking (0,128)
masing-masing.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah tentang pemilihan jenis bahan baku untuk dipesan
terlebih dahulu di tempat kerajinan di Gudang Art, Yogyakarta

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan metode pengumpulan data menggunakan metode :

a. Observasi, adalah penelitaian dengan melihat secara langsung kondisi objek penelitian

b. Wawancara, adalah menanyakan secara langsung dengan ahli atau pengerajin dari
Gudang Art

c. Kuesioner, pengisian kuesioner dengan data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara.

3.3 Jenis Data

Jenis data terbagi menjadi 2, yakni :

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh saat melakukan observasi. data primer
diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan ahli sekaligus pemilik dari Gudang Art.
Kemudian dari wawancara yang dilakukan, diperoleh kriteria, sub-kriteria, dan alternatif
yang kemudian akan digunakan untuk mengisi perbandingan prioritas di kuesioner.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui bacaan yang bisa dipercaya
kebenarannya. Bacaan ini harus sesuai dengan topik penelitian yang sedang kita lakukan.
Data sekunder ini diperoleh melalui modul praktikum, jurnal nasional, dan internasional.
3.4 Alur Penelitian
Gambar 2.1. Flow Chart

Penjelasan flowchart :

1. Mencari tempat pengerajin di sekitar kampus UII


2. Mengumpulkan data dari ahli atau pengerajin dari kaca hias tersebut secara
langsung, pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan menentukan alternatif
dan tujuan
3. Proses selanjutnya adalah penentuan kriteria dan sub-kriteria yang sesuai dengan
alternatif yang telah ditentukan
4. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan metode AHP
5. Uji konsistensi, yaitu menguji apakah data yang didapatkan sudah mencukupi atau
belum, bila data tidak mencukupi maka melakukan pengumpulan data lagi yaitu
kembali ke step sebelumnya.
6. Analisis dan pembahasan, yaitu menjelaskan data yang sudah diolah dengan
metode AHP.
7. Kesimpulan dan saran, yaitu membuat kesimpulan dari penelitian dan memberikan
rekomendasi-rekomendasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Kriteria dan Sub-kriteria Model AHP


1. Kualitas

Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pemilihan jenis kaca. Dalam
kriteria kulitas terdapat sub-kriteria yaitu kesesuaian dengan fungsi, material yang
terkandung, dan kaca tembus pandang.

a. Kesesuaian dengan fungsi

Kaca Bevel : Kaca bevel digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kaca
hias, keberadaan kaca jenis ini pada kaca hias tidak terlalu banyak walaupun
memiliki kualitas yang baik.

Kaca Patri : Kaca patri memiliki fungsi yang mampu memberikan keindahan yang
dibutuhkan untuk sebuah kaca hias, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan.

Kaca Tempered : Kaca jenis ini kurang dibutuhkan untuk membuat kaca hias
dikarenakan bahannya terlalu tebal dan kurang memberikan efek keindahan.

b. Material yang terkandung

Kaca Bevel : Material yang terkandung pada kaca bevel adalah pasir kaca dalam
jumlah yang besar. Sebagai fluks bagi silika ini, dipakai soda abu, kerak garam,
batu gamping serta gamping

Kaca Patri : Material yang terkandung pada kaca patri adalah besi bebas silika.
Besi tersebut kemudian dicampur dengan sisa soda atau garam abu serta kapur.
Jika ingin diberikan warna, maka tinggal menambahan oksida metalik.
Kaca Tempered : Material yang terkandung pada kaca patri adalah seperti kaca
bevel, tapi dipanaskan dengan suhu tinggi

c. Kaca tembus pandang

Kaca Bevel : Kaca bevel transparan sehingga tembus pandang dan membuat
ruangan menerima cahaya matahari

Kaca Patri : Kaca patri transparan sehingga tembus pandang, namun cahaya yang
masuk melalui kaca patri sedikit lebih gelap karena kaca patri berwarna

Kaca Tempered : Kaca tempered berwarna bening dan transparan sehingga tembus
pandang namun terlalu tebal sehingga perawatan harus dilakukan lebih.

2. Harga

Sub-kriteria harga yaitu kepantasan dengan hasil, harga jual dan harga beli . Harga
bahan baku cukup berpengaruh dalam penuntuan jenis bahan baku yang akan
dibeli terlebih dahulu karena semakin murah harga barang dan kualitasnya juga
sesuai keinginan maka pemilik perusahaannya juga akan mempertimbangkannya.

a. Kepantasan dengan hasil

Kaca Bevel : Dengan harga yang cukup mahal, kaca ini kurang memberikan efek
estetik ruangan

Kaca Patri : Dengan harga yang lebih murah, kaca ini sangat memberikan efek
estetik ruangan

Kaca Tempered : Dengan harga yang paling mahal, kaca ini kurang memberikan
efek estetik ruangan
b. Harga jual

Kaca Bevel : Rp. 2.000.000 per m2, harga jual kaca bevel lebih mahal dibanding
dengan kaca patri, tetapi masih lebih murah dibanding kaca tempered.

Kaca Patri : Rp. 1.700.000 per m2, harga jual kaca patri lebih murah dibanding
dengan kaca bevel dan kaca tempered.

Kaca Tempered : 2.470.000 per m2, harga jual kaca tempered lebih mahal
dibanding dengan kaca bevel dan kaca patri.

c. Harga Beli

Kaca Bevel : Biaya sedikit lebih mahal dibanding kaca tempered dan kaca patri
(Rp 1,7 juta per m2).

Kaca Patri : Biaya lebih murah dibanding kaca bevel dan kaca tempered (Rp 1,4
juta per m2).

Kaca Tempered : Biaya lebih mahal dibanding jenis kaca bevel dan kaca patri (Rp.
1,9 juta per m2).

3. Keunikan

Keunikan menjadi salah satu kriteria dalam pemilihan jenis kaca yang akan
dipesan, karena semakin unik sebuah karya maka semakin tinggi nilainya.
Subkriteria dalam keunikan adalah pembayangannya rata, memperindah
bangunan, dan terlihat mewah.

a. Pembayangan rata
Kaca bevel cahaya menembus kaca lurus, kaca patri cahaya menembus kaca lurus
namun lebih gelap, dan kaca tempered cahaya masuk lebih sedikit karena kaca
tebal dengan pembayangan rata.

b. Memperindah bangunan

Kaca bevel kurang memeberikan efek aestetik, hanya bening. Kaca patri membuat
ruangan lebih terlihat elegan, eksklusif, megah. Dan kaca tempered terlalu tebal
serta kurang memberi efek ruangan

c. Terlihat mewah

Kaca bevel tidak memberikan kesan mewah dan unik, kaca patri warna warni
membuat ruangan terkesan mewah dan kaca tempered tidak terlalu menonjolkan
kemewahan jika digunakan sebagai bahan kaca hias

4. Desain

Sama halnya dengan keunikan, semakin menarik desain jenis kaca maka akan
semakin tinggi nilainya. Subkriteria dalam desain adalah permukaan rata,
warnanya menarik, dan mudah dirakit.

a. Permukaan rata

Kaca Bevel memiliki Permukaan rata tapi pinggir menepi, bagus digunakan untuk
campuran kaca hias, Kaca Patri memiliki Permukaan rata dengan efek pecahan di
dalam kaca serta Kaca Tempered memiliki Permukaan rata dan tebal dan kurang
memberikan efek keistimewaan.
b. Warna menarik

Kaca bevel hanya bening sehingga kurang menarik, kaca patri warna warni dan
memberikan makna pada kaca hias, serta kaca tempered hanya bening dan tebal
sehingga kurang memberikan kesan.

c. Mudah dirakit

Kaca bevel mudah dirakit karena kaca jenis ini mampu dipotong menjadi kaca
kaca kecil sehingga mampu dirakit dengan jenis kaca yang lain, kaca patri mudah
dirakit karena ukurannya tipis, serta kaca tempered lebih susah dirakit karena
tebal.

5. Ketahanan

Ketahanan juga menjadi kriteria pemilihan jenis kaca, karena semakin kuat kaca
tersebut maka akan semakin baik dibuat menjadi kaca hias. Subkriteria dalam
keunikan adalah tidak mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores.

a. Tidak mudah pecah

Kaca bevel mudah pecah jika terjatuh dari ketinggian, kaca patri jika terjatuh, kaca
ini terpecah menjadi beberapa bagian, serta kaca tempered jika terjatuh maka kaca
ini kemungkinan akan retak pinggir-pinggirnya saja.

b. Tidak mudah cacat

Kaca bevel standar, seperti kaca bening pada umumnya, kaca patri : standar tetapi
kaca ini kuat karena materialnya baik, serta kaca tempered lebih tebal sehingga
lebih tidak mudah cacat.
c. Tidak mudah tergores

Kaca bevel jika tergores maka goresan tersebut akan terlihat karena warnanya
yang bening, kaca ini akan tergores jika bergesekan dengan benda yang tajam,
kaca patri tidak terlihat jika ada goresan karena warna dari kaca patri gelap, serta
kaca tempered lebih kuat karena tebal sehingga tidak mudah tergores.

6. Kuantitas

Maksud dari kuantitas disini adalah intensitas jumlah penggunaan jenis kaca
dalam membuat 1 buah kaca hias. Kaca bevel dalam penggunaan 1 buah kaca
hias, kaca bevel hanya sedikit digunakan, kaca patri dalam penggunaan 1 buah
kaca hias, kaca patri digunakan sangat banyak, serta kaca tempered dalam
penggunaan 1 buah kaca hias, kaca tempered digunakan sangat sedikit.

7. Kegunaan

Kegunaan harus menjadi salah satu kriteria dalam penentuan jenis kaca yang akan
dipesan. Karena setiap kaca akan berbeda fungsi dan maknanya. Kaca bevel hanya
berfungsi sebagai pelengkap kaca hias, tidak terlalu banyak digunakan, kaca patri
banyak digunakan untuk pembuatan kaca hias untuk memberikan keindahan pada
kaca hias, serta kaca tempered lebih berfungsi sebagai kaca yang berfungsi
sebagai pelindung area yang perlu ditingkatkan keamanannya, dan sedikit estetika.
4.2 Alternatif Solusi

Dari penelitian ini dapat diketagui bahwa prioritas jenis kaca untuk Gudang Art memiliki
tiga alternatif, yakni Kaca Bevel, Kaca Patri, dan Kaca Tempered.

a. Kaca Bevel
Kaca bevel adalah jenis kaca yang dibentuk menggunakan mesin dimana sebagian
dari sisi dan tebal kacanya dibuang sesuai dengan yang diinginkan (Yulianti, 2013).
Kaca bevel dipilih untuk dijadikan salah satu kaca dalam pembuatan kaca hias karena
bentuknya yang tipis dan mudah untuk dipotong dan dirakit.

b. Kaca Patri

Kaca patri merupakan material kaca berwarna yang disusun dari kaca-kaca berukuran
kecil yang diatur sedemikian rupa sehingga membentu pola atau gambar tertentu.
Kaca patri berasal dari Eropa, dikenal pada abad pertengahan abad 12, yaitu zaman
Gotik (merupakan puncak kejayaan seni kaca patri) (Hartanti, 2014). Pemilihan kaca
patri untuk dijadikan salah satu bagian kaca hias karena kaca jenis ini memberikan
efek mewah dengan warna-warna yang menciptakan makna.

c. Kaca Tempered

Kaca tempered merupakan salah satu jenis safety glass yang umum digunakan
sebagai kaca standar yang diperuntukan area yang berisiko tinggi. Sifat tempered
glass (Akmal, 2009): tahan panas, tahan terhadap benturan ringan, 4-5 kali lebih kuat
dari kaca standar, kaca tempered akan pecah dalam bentuk serbuk halus dan tidak
dalam bentuk yang tajam. Kaca tempered dipilih untuk dijadikan salah satu jenis
dalam pembuatan kaca hias dikarenakan kaca jenis ini kuat dan tebal.
4.3 Model Struktur AHP

Gambar 4.1. Model AHP

Berdasarkan gambar 4.1, kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria fungsi tanpa sub kriteria. Ketahanan dengan sub
kriteria tidak mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores. Desain dengan sub kriteria permukaan rata, warna
menarik, dan mudah dirakit. Keunikan dengan sub kriteria pembayangan rata, memperindah bangunan, terlihat mudah. Kualitas
dengan sub kriteria kesesuaian dengan fungsi, material yang terkandung, dan kaca tembus pandang. Harga dengan sub kriteria
kepantasan dengan hasil, harga jual, dan biaya membeli. Serta kriteria kuantitas tanpa sub kriteria.
4.4 Perbandingan Berpasangan
Tabel 4.1 Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
Ketahan Keguna Kuantita Jumlah
Kriteria Kualitas Harga Keunikan Desain
an n s
Kualitas 1 8 9 5 7 6 6 42.00
Harga 1/8 1 6 3 4 6 7 27.13
Keunikan 1/9 1/6 1 1/2 1/3 1/2 1/4 2.86
Desain 1/5 1/3 2 1 3 1/2 5 12.03
Ketahanan 1/7 1/4 3 1/3 1 3 2 9.73
Kegunaan 1/6 1/6 2 1/2 1/3 1 2 6.17
Kuantitas 1/6 1/7 1/4 1/2 1/2 1/2 1 3.06
Berdasarkan tabel 4.1, Kriteria kualitas merupakan kriteria utama atau yang paling penting dalam menentukan prioritas pemilihan
bahan baku jenis kaca. Hal ini dikerenakan bahwa pengerajin Gudang Art lebih mengutamakan kualitas dalam pembuatan kaca
hias. Kriteria harga merupakan kritera kedua yang penting dalam menentukan prioritas pemilihan jenis kaca. Hal ini dikerenakan
bahwa pengerajin Gudang Art tentunya membutuhkan bahan baku yang berkualitas dengan harga yang murah. Sedangkan kriteria
3,4,5,6,7 secara berturut-turut yaitu desain, ketahanan, kegunaan, kuantitas, dan keunikan.

Tabel 4.2 Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Kualitas


Kesesuaian Material Kaca Jumlah
Sub Kriteria dengan yang tembus
fungsi terkandung pandang
Kesesuaian
dengan fungsi 1 1/2 3 4.5
Material yang 2 1 4 7
terkandung
Kaca tembus
pandang 1/3 1/4 1 1.583333
Kriteria kualitas juga mempunyai 3 sub-kriteria :
a. Kesesuaian dengan fungsi
b. Material yang terkandung
c. Kaca tembus pandang
Berdasarkan tabel 4.2, material yang terkandung merupakan sub-kriteria yang paling penting dari kriteria keseseaian dengan dungsi
dan kaca tembus pandang. Hal ini dikarenakan produsen kaca hias memprioritaskan material yang terkandung di dalam jenis kaca
sehingga kualitas kaca hias lebih bagus.

Tabel 4.3 Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria dengan Harga


Kepantasan Biaya Jumlah
Sub Kriteria Harga jual
dengan hasil membeli
Kepantasan
dengan hasil 1 4 7 12
Harga jual ¼ 1 4 5.25
Biaya membeli 1/7 1/4 1 1.392857
Kriteria kualitas juga mempunyai 3 sub-kriteria :
a. Kepantasan dengan hasil
b. Harga jual
c. Biaya membeli
Berdasarkan tabel 4.3, kepantasan dengan hasil merupakan sub-kriteria yang paling penting dari kriteria harga jual dan biaya
membeli. Hal ini dikarenakan harapannya uang yang dikeluarkan sebanding dengan hasil barang tersebut.

Tabel 4.4 Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Keunikan


Memperindah Terlihat Pembayangan Jumlah
Sub Kriteria
bangunan mewah rata
Memperindah
bangunan 1 7 8 16
Terlihat
mewah 1/7 1 3 4.142857
Pembayangan
rata 1/8 1/3 1 1.458333
Kriteria kualitas juga mempunyai 3 sub-kriteria :
a. Pembayangan rata
b. Memperindah bangunan
c. Terlihat mewah
Berdasarkan tabel 4.4, memperidah bangunan merupakan sub-kriteria yang paling penting dari kriteria terlihat mewah dan
pembayangan rata. Hal ini dikarenakan pengerajin lebih cenderung memprioritaskan keindahan estetika karena adanya kaca hias
dibanding kemewahan dan pembayangan yang dihasilkan.

Tabel 4.5 Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Desain


Sub Kriteria Warna Mudah Permukaan Jumlah
menarik dirakit rata
Warna
menarik 1 4 6 11
Mudah dirakit 1/4 1 3 4.25
Permukaan
rata 1/6 1/3 1 1.5
Kriteria kualitas juga mempunyai 3 sub-kriteria :
a. Permukaan rata
b. Warna menarik
c. Mudah dirakit
Berdasarkan tabel 4.5, warna menarik merupakan sub-kriteria yang paling penting dari kriteria mudah dirakit dan permukaan rata.
Hal ini dikarenakan pengerajin biasanya lebih cenderung memprioritaskan keindahan dari warna yang diberikan dari kaca hias.

Tabel 4.6 Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Ketahanan


Tidak Jumlah
Tidak mudah Tidak mudah
Sub Kriteria mudah
pecah cacat
tergores
Tidak mudah
pecah 1 1/2 5 6.5
Tidak mudah 2 1 7 10
cacat
Tidak mudah
tergores 1/5 1/7 1 1.342857
Kriteria kualitas juga mempunyai 3 sub-kriteria :
a. Tidak mudah pecah
b. Tidak mudah cacat
c. Tidak mudah tergores
Berdasarkan tabel 4.6, tidak mudah cacat merupakan sub-kriteria yang paling penting dari kriteria tidak mudah pecah dan tidak
mudah tergores. Hal ini dikarenakan ketika barang cacat, maka produk tersebut sudah sulit untuk dijual kembali.
4.5 Uji Konsistensi
a. Uji konsistensi Kriteria dan Sub-kriteria

Gambar 4.1. Tabel Uji Konsistensi Kriteria


Dari gambar 4.1, uji konsistensi 7 kriteria, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0925 yang artinya hasil perhitungan data
dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.2. Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Kualitas


Dari gambar 4.2, uji konsistensi sub-kriteria kualitas, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0158 yang artinya hasil
perhitungan data dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.3. Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Harga
Dari gambar 4.3, uji konsistensi sub-kriteria harga, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0668 yang artinya hasil
perhitungan data dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.4. Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Keunikan


Dari gambar 4.4, uji konsistensi sub-kriteria keunikan, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0925 yang artinya hasil
perhitungan data dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.5. Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Desain
Dari gambar 4.5, uji konsistensi sub-kriteria desain, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0467 yang artinya hasil
perhitungan data dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.6. Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Ketahanan


Dari gambar 4.6, uji konsistensi sub-kriteria ketahanan, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0122 yang artinya hasil
perhitungan data dapat dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
b. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Kriteria
Gambar 4.7. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Kriteria Kegunaan
Dari gambar 4.7, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0281 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.8. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Kriteria Kuantitas


Dari gambar 4.8, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0827 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.9. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Kualitas Kesesuaian dengan Hasil
Dari gambar 4.9, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0946 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.10. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Kualitas Material yang Terkandung
Dari gambar 4.10, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0048 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.11. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Kualitas Tembus Pandang
Dari gambar 4.11, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0158 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.12. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Kepantasan dengan Hasil
Dari gambar 4.12, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0827 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.13. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Jual
Dari gambar 4.13, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0048 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.14. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Beli
Dari gambar 4.14, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0753 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.15. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Pembayangan Rata
Dari gambar 4.15, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0080 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.16. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Memperindah Bangunan
Dari gambar 4.16, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0471 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.17. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Terlihat Mewah
Dari gambar 4.17, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0464 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.18. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Permukaan Rata
Dari gambar 4.18, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0942 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.19. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Warna Menarik
Dari gambar 4.19, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0471 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.20. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Mudah Dirakit
Dari gambar 4.20, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0032 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.21. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Ketahanan Tidak Mudah Pecah
Dari gambar 4.21, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0032 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4.22. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Tidak Mudah Cacat Ketahanan
Dari gambar 4.22, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0824 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.23. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Ketahanan Tidak Mudah Tergores
Dari gambar 4.23, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0942 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.

Gambar 4. 24. Tabel Alt Weight Evaluation


Dari gambar 4.24, Alt Weight Evaluation menunjukkan nilai Evaluation tertinggi berdasarkan kriteria kualitas, harga, desain,
keunikan, ketahanan, kuantitas, dan kegunaan, Kaca Patri memperoleh nilai tertinggi sebesar 0.642.
4.6 Analisis Hasil
1. Dari penelitian ini dapat diketagui bahwa prioritas jenis kaca untuk Gudang Art
memiliki tiga alternatif, yakni Kaca Bevel, Kaca Patri, dan Kaca Tempered.
Erdapat 7 kiteria dalam memilih alternative, 5 kriteria diantaranya memiliki sub-
kriteria. Sub kriteria ini antara lain kualitas (kesesuaian dengan fungsi, material
yang terkandung, kaca tembus pandang), harga (kepantasan dengan hasil, ongkos
delivery, dan biaya membeli), keunikan (pembayangan rata, memperindah
bangunan, terlihat mewah), desain (permukaan rata, warna menarik, mudah
dirakit), serta ketahanan (tidak mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah
tergores.
2. Dari hasil uji konsistensi, diperoleh hasil bahwa kriteria, sub-kriteria, dan
alternatif yang dikumpulkan adalah konsisten karena Concistency Ratio ≤ 0.1.
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil dari pengambilan keputusan :
a. Kaca Bevel : 0.21
b. Kaca Patri : 0.642
c. Kaca Tempered : 0.156
Dari tabel Alt Weight Evaluation menunjukkan nilai Evaluation tertinggi
berdasarkan kriteria kualitas, harga, desain, keunikan, ketahanan, kuantitas, dan
kegunaan, Kaca Patri memperoleh nilai tertinggi sebesar 0.642.

3.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian AHP ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pada penelitian kali ini menggunakan metode pengambilan keputusan
AHP. Metode AHP yaitu metode yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan multikriteria yang menyelesaikan masalah dengan rasional. Cara
pengambilan data digunakan dengan metode observasi, wawancara dan kuisioner.
Sedangkan kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas pemilihan bahan
baku kaca hias adalah kualitas, harga, keunikan, desain, ketahanan, kuantitas, dan
kegunaan.
2. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah alternatif
yang dapat dijadikan rekomendasi pertama yaitu Kaca Patri, Kaca Bevel, dan
Kaca Tempeed. Hal ini dikarenakan Kaca Patri mempunyai banyak keistimewaan
dari dua alternatif yang lain.

5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah jika menggunakan metode
AHP, maka kriteia dan alternatifnya harus sesuai dengan permasalahan yang ada. Selain
itu, alternative dapat diurutkan menggunakan peringkat agar lebih mudah dalam
pemberian bobot.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. (2007). Bahan Bangunan sebagai Dasar Pengetahuan. Edisi Pertama. Jakarta:
BCPU.
Akmal, I. (2009). Seri Rumah Ide: Kaca dan Fiber Glass. Edisi Pertama. Jakarta:
Gramedia.
Asmara, R. (2015). PENGGUNAAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK
MENENTUKAN PRIORITAS DENDA PELANGGAN.
Mathiyazhagan, K., Diabat, A., Al-refaie, A., & Xu, L. (2015). Application of analytical
hierarchy process to evaluate pressures to implement green supply chain
management. Journal of Cleaner Production, 107, 229–236.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2015.04.110
Hartanti, G. Setiawan, B. (2014). APLIKASI KACA PADA PERANCANGAN DESAIN
INTERIOR DAN ARSITEKTUR. Jakarta : Binus University.
Mulyadi.1999. Akuntansi Manajerial. Yoyakarta : Aditya Medika
Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP.
Punia, S., Nehra, V., & Luthra, S. (2016). Recognition and prioritization of challenges in
growth of solar energy using analytical hierarchy process : Indian outlook, 100, 332–
334.
Rukmi, S., Adianto, H., & Avianti, D. (n.d.). PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU
DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS ( AHP ), 30–36.
Sasongko, A., Astuti, I. F., & Maharani, S. (2017). PEMILIHAN KARYAWAN BARU
DENGAN METODE AHP ( ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ), 12(2), 88–93.
Singh, V. M. V. (2015). Selection of appropriate electronic banking channel alternative :
critical analysis using analytical hierarchy process I . Introduction.
Syaifullah. (2010). Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process), 1–11.
Walangare, D. (2012). Sistem Prediksi Pertandingan Sepak Bola Dengan Metode
Analytical Hierarchy Process ( AHP ), (2), 181–188.
Yulianti, T. (2013). PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI
SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON.
Jakarta : Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Kriteria Skala Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
x Harga
x Keunikan
X Desain
Kualitas
x Ketahanan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Keunikan
x Desain
Harga x Ketahanan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Desain
x Ketahanan
Keunikan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Ketahanan
Desain X x Kuantitas
x Kegunaan
x Kuantitas
Ketahanan
x Kegunaan
Kuantitas x Kegunaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Material
Kesesuaian x yang
dengan terkandung
fungsi Kaca tembus
x
pandang
Material
Kaca tembus
yang x
pandang
terkandung
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
x Harga jual
Kepantasan
Biaya
dengan hasil x
membeli
Biaya
Harga jual x
membeli
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terlihat
x
Memperinda mewah
h Bangunan Pembayanga
x
n rata
Terlihat Pembayanga
x
mewah n rata
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Permukaan
x
Warna Rata
menarik Mudah
x
dirakit
Permukaan Mudah
x
Rata dirakit
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak mudah
x
Tidak mudah cacat
pecah Tidak mudah
x
tergores
Tidak mudah Tidak mudah
x
cacat tergores

Anda mungkin juga menyukai