7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data
judgment harus diperbaiki. Namun jika ratio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama
dengan 0,1. Maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
Objek pada penelitian ini adalah tentang pemilihan jenis bahan baku untuk dipesan
terlebih dahulu di tempat kerajinan di Gudang Art, Yogyakarta
a. Observasi, adalah penelitaian dengan melihat secara langsung kondisi objek penelitian
b. Wawancara, adalah menanyakan secara langsung dengan ahli atau pengerajin dari
Gudang Art
c. Kuesioner, pengisian kuesioner dengan data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara.
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh saat melakukan observasi. data primer
diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan ahli sekaligus pemilik dari Gudang Art.
Kemudian dari wawancara yang dilakukan, diperoleh kriteria, sub-kriteria, dan alternatif
yang kemudian akan digunakan untuk mengisi perbandingan prioritas di kuesioner.
b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui bacaan yang bisa dipercaya
kebenarannya. Bacaan ini harus sesuai dengan topik penelitian yang sedang kita lakukan.
Data sekunder ini diperoleh melalui modul praktikum, jurnal nasional, dan internasional.
3.4 Alur Penelitian
Gambar 2.1. Flow Chart
Penjelasan flowchart :
Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pemilihan jenis kaca. Dalam
kriteria kulitas terdapat sub-kriteria yaitu kesesuaian dengan fungsi, material yang
terkandung, dan kaca tembus pandang.
Kaca Bevel : Kaca bevel digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kaca
hias, keberadaan kaca jenis ini pada kaca hias tidak terlalu banyak walaupun
memiliki kualitas yang baik.
Kaca Patri : Kaca patri memiliki fungsi yang mampu memberikan keindahan yang
dibutuhkan untuk sebuah kaca hias, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan.
Kaca Tempered : Kaca jenis ini kurang dibutuhkan untuk membuat kaca hias
dikarenakan bahannya terlalu tebal dan kurang memberikan efek keindahan.
Kaca Bevel : Material yang terkandung pada kaca bevel adalah pasir kaca dalam
jumlah yang besar. Sebagai fluks bagi silika ini, dipakai soda abu, kerak garam,
batu gamping serta gamping
Kaca Patri : Material yang terkandung pada kaca patri adalah besi bebas silika.
Besi tersebut kemudian dicampur dengan sisa soda atau garam abu serta kapur.
Jika ingin diberikan warna, maka tinggal menambahan oksida metalik.
Kaca Tempered : Material yang terkandung pada kaca patri adalah seperti kaca
bevel, tapi dipanaskan dengan suhu tinggi
Kaca Bevel : Kaca bevel transparan sehingga tembus pandang dan membuat
ruangan menerima cahaya matahari
Kaca Patri : Kaca patri transparan sehingga tembus pandang, namun cahaya yang
masuk melalui kaca patri sedikit lebih gelap karena kaca patri berwarna
Kaca Tempered : Kaca tempered berwarna bening dan transparan sehingga tembus
pandang namun terlalu tebal sehingga perawatan harus dilakukan lebih.
2. Harga
Sub-kriteria harga yaitu kepantasan dengan hasil, harga jual dan harga beli . Harga
bahan baku cukup berpengaruh dalam penuntuan jenis bahan baku yang akan
dibeli terlebih dahulu karena semakin murah harga barang dan kualitasnya juga
sesuai keinginan maka pemilik perusahaannya juga akan mempertimbangkannya.
Kaca Bevel : Dengan harga yang cukup mahal, kaca ini kurang memberikan efek
estetik ruangan
Kaca Patri : Dengan harga yang lebih murah, kaca ini sangat memberikan efek
estetik ruangan
Kaca Tempered : Dengan harga yang paling mahal, kaca ini kurang memberikan
efek estetik ruangan
b. Harga jual
Kaca Bevel : Rp. 2.000.000 per m2, harga jual kaca bevel lebih mahal dibanding
dengan kaca patri, tetapi masih lebih murah dibanding kaca tempered.
Kaca Patri : Rp. 1.700.000 per m2, harga jual kaca patri lebih murah dibanding
dengan kaca bevel dan kaca tempered.
Kaca Tempered : 2.470.000 per m2, harga jual kaca tempered lebih mahal
dibanding dengan kaca bevel dan kaca patri.
c. Harga Beli
Kaca Bevel : Biaya sedikit lebih mahal dibanding kaca tempered dan kaca patri
(Rp 1,7 juta per m2).
Kaca Patri : Biaya lebih murah dibanding kaca bevel dan kaca tempered (Rp 1,4
juta per m2).
Kaca Tempered : Biaya lebih mahal dibanding jenis kaca bevel dan kaca patri (Rp.
1,9 juta per m2).
3. Keunikan
Keunikan menjadi salah satu kriteria dalam pemilihan jenis kaca yang akan
dipesan, karena semakin unik sebuah karya maka semakin tinggi nilainya.
Subkriteria dalam keunikan adalah pembayangannya rata, memperindah
bangunan, dan terlihat mewah.
a. Pembayangan rata
Kaca bevel cahaya menembus kaca lurus, kaca patri cahaya menembus kaca lurus
namun lebih gelap, dan kaca tempered cahaya masuk lebih sedikit karena kaca
tebal dengan pembayangan rata.
b. Memperindah bangunan
Kaca bevel kurang memeberikan efek aestetik, hanya bening. Kaca patri membuat
ruangan lebih terlihat elegan, eksklusif, megah. Dan kaca tempered terlalu tebal
serta kurang memberi efek ruangan
c. Terlihat mewah
Kaca bevel tidak memberikan kesan mewah dan unik, kaca patri warna warni
membuat ruangan terkesan mewah dan kaca tempered tidak terlalu menonjolkan
kemewahan jika digunakan sebagai bahan kaca hias
4. Desain
Sama halnya dengan keunikan, semakin menarik desain jenis kaca maka akan
semakin tinggi nilainya. Subkriteria dalam desain adalah permukaan rata,
warnanya menarik, dan mudah dirakit.
a. Permukaan rata
Kaca Bevel memiliki Permukaan rata tapi pinggir menepi, bagus digunakan untuk
campuran kaca hias, Kaca Patri memiliki Permukaan rata dengan efek pecahan di
dalam kaca serta Kaca Tempered memiliki Permukaan rata dan tebal dan kurang
memberikan efek keistimewaan.
b. Warna menarik
Kaca bevel hanya bening sehingga kurang menarik, kaca patri warna warni dan
memberikan makna pada kaca hias, serta kaca tempered hanya bening dan tebal
sehingga kurang memberikan kesan.
c. Mudah dirakit
Kaca bevel mudah dirakit karena kaca jenis ini mampu dipotong menjadi kaca
kaca kecil sehingga mampu dirakit dengan jenis kaca yang lain, kaca patri mudah
dirakit karena ukurannya tipis, serta kaca tempered lebih susah dirakit karena
tebal.
5. Ketahanan
Ketahanan juga menjadi kriteria pemilihan jenis kaca, karena semakin kuat kaca
tersebut maka akan semakin baik dibuat menjadi kaca hias. Subkriteria dalam
keunikan adalah tidak mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores.
Kaca bevel mudah pecah jika terjatuh dari ketinggian, kaca patri jika terjatuh, kaca
ini terpecah menjadi beberapa bagian, serta kaca tempered jika terjatuh maka kaca
ini kemungkinan akan retak pinggir-pinggirnya saja.
Kaca bevel standar, seperti kaca bening pada umumnya, kaca patri : standar tetapi
kaca ini kuat karena materialnya baik, serta kaca tempered lebih tebal sehingga
lebih tidak mudah cacat.
c. Tidak mudah tergores
Kaca bevel jika tergores maka goresan tersebut akan terlihat karena warnanya
yang bening, kaca ini akan tergores jika bergesekan dengan benda yang tajam,
kaca patri tidak terlihat jika ada goresan karena warna dari kaca patri gelap, serta
kaca tempered lebih kuat karena tebal sehingga tidak mudah tergores.
6. Kuantitas
Maksud dari kuantitas disini adalah intensitas jumlah penggunaan jenis kaca
dalam membuat 1 buah kaca hias. Kaca bevel dalam penggunaan 1 buah kaca
hias, kaca bevel hanya sedikit digunakan, kaca patri dalam penggunaan 1 buah
kaca hias, kaca patri digunakan sangat banyak, serta kaca tempered dalam
penggunaan 1 buah kaca hias, kaca tempered digunakan sangat sedikit.
7. Kegunaan
Kegunaan harus menjadi salah satu kriteria dalam penentuan jenis kaca yang akan
dipesan. Karena setiap kaca akan berbeda fungsi dan maknanya. Kaca bevel hanya
berfungsi sebagai pelengkap kaca hias, tidak terlalu banyak digunakan, kaca patri
banyak digunakan untuk pembuatan kaca hias untuk memberikan keindahan pada
kaca hias, serta kaca tempered lebih berfungsi sebagai kaca yang berfungsi
sebagai pelindung area yang perlu ditingkatkan keamanannya, dan sedikit estetika.
4.2 Alternatif Solusi
Dari penelitian ini dapat diketagui bahwa prioritas jenis kaca untuk Gudang Art memiliki
tiga alternatif, yakni Kaca Bevel, Kaca Patri, dan Kaca Tempered.
a. Kaca Bevel
Kaca bevel adalah jenis kaca yang dibentuk menggunakan mesin dimana sebagian
dari sisi dan tebal kacanya dibuang sesuai dengan yang diinginkan (Yulianti, 2013).
Kaca bevel dipilih untuk dijadikan salah satu kaca dalam pembuatan kaca hias karena
bentuknya yang tipis dan mudah untuk dipotong dan dirakit.
b. Kaca Patri
Kaca patri merupakan material kaca berwarna yang disusun dari kaca-kaca berukuran
kecil yang diatur sedemikian rupa sehingga membentu pola atau gambar tertentu.
Kaca patri berasal dari Eropa, dikenal pada abad pertengahan abad 12, yaitu zaman
Gotik (merupakan puncak kejayaan seni kaca patri) (Hartanti, 2014). Pemilihan kaca
patri untuk dijadikan salah satu bagian kaca hias karena kaca jenis ini memberikan
efek mewah dengan warna-warna yang menciptakan makna.
c. Kaca Tempered
Kaca tempered merupakan salah satu jenis safety glass yang umum digunakan
sebagai kaca standar yang diperuntukan area yang berisiko tinggi. Sifat tempered
glass (Akmal, 2009): tahan panas, tahan terhadap benturan ringan, 4-5 kali lebih kuat
dari kaca standar, kaca tempered akan pecah dalam bentuk serbuk halus dan tidak
dalam bentuk yang tajam. Kaca tempered dipilih untuk dijadikan salah satu jenis
dalam pembuatan kaca hias dikarenakan kaca jenis ini kuat dan tebal.
4.3 Model Struktur AHP
Berdasarkan gambar 4.1, kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria fungsi tanpa sub kriteria. Ketahanan dengan sub
kriteria tidak mudah pecah, tidak mudah cacat, dan tidak mudah tergores. Desain dengan sub kriteria permukaan rata, warna
menarik, dan mudah dirakit. Keunikan dengan sub kriteria pembayangan rata, memperindah bangunan, terlihat mudah. Kualitas
dengan sub kriteria kesesuaian dengan fungsi, material yang terkandung, dan kaca tembus pandang. Harga dengan sub kriteria
kepantasan dengan hasil, harga jual, dan biaya membeli. Serta kriteria kuantitas tanpa sub kriteria.
4.4 Perbandingan Berpasangan
Tabel 4.1 Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
Ketahan Keguna Kuantita Jumlah
Kriteria Kualitas Harga Keunikan Desain
an n s
Kualitas 1 8 9 5 7 6 6 42.00
Harga 1/8 1 6 3 4 6 7 27.13
Keunikan 1/9 1/6 1 1/2 1/3 1/2 1/4 2.86
Desain 1/5 1/3 2 1 3 1/2 5 12.03
Ketahanan 1/7 1/4 3 1/3 1 3 2 9.73
Kegunaan 1/6 1/6 2 1/2 1/3 1 2 6.17
Kuantitas 1/6 1/7 1/4 1/2 1/2 1/2 1 3.06
Berdasarkan tabel 4.1, Kriteria kualitas merupakan kriteria utama atau yang paling penting dalam menentukan prioritas pemilihan
bahan baku jenis kaca. Hal ini dikerenakan bahwa pengerajin Gudang Art lebih mengutamakan kualitas dalam pembuatan kaca
hias. Kriteria harga merupakan kritera kedua yang penting dalam menentukan prioritas pemilihan jenis kaca. Hal ini dikerenakan
bahwa pengerajin Gudang Art tentunya membutuhkan bahan baku yang berkualitas dengan harga yang murah. Sedangkan kriteria
3,4,5,6,7 secara berturut-turut yaitu desain, ketahanan, kegunaan, kuantitas, dan keunikan.
Gambar 4.10. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Kualitas Material yang Terkandung
Dari gambar 4.10, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0048 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.11. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Kualitas Tembus Pandang
Dari gambar 4.11, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0158 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.12. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Kepantasan dengan Hasil
Dari gambar 4.12, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0827 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.13. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Jual
Dari gambar 4.13, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0048 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.14. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Harga Beli
Dari gambar 4.14, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0753 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.15. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Pembayangan Rata
Dari gambar 4.15, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0080 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.16. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Memperindah Bangunan
Dari gambar 4.16, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0471 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.17. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Keunikan Terlihat Mewah
Dari gambar 4.17, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0464 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.18. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Permukaan Rata
Dari gambar 4.18, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0942 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.19. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Warna Menarik
Dari gambar 4.19, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0471 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.20. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Mudah Dirakit
Dari gambar 4.20, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0032 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.21. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Ketahanan Tidak Mudah Pecah
Dari gambar 4.21, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0032 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.22. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Desain Tidak Mudah Cacat Ketahanan
Dari gambar 4.22, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0824 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
Gambar 4.23. Tabel Uji Konsistensi Alternatif Terhadap Sub-Kriteria Ketahanan Tidak Mudah Tergores
Dari gambar 4.23, uji konsistensi, Consistency Ratio mennjukkan nilai sebesar 0.0942 yang artinya hasil perhitungan data dapat
dibenarkan karena CR ≤ 0.1.
3.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian AHP ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pada penelitian kali ini menggunakan metode pengambilan keputusan
AHP. Metode AHP yaitu metode yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan multikriteria yang menyelesaikan masalah dengan rasional. Cara
pengambilan data digunakan dengan metode observasi, wawancara dan kuisioner.
Sedangkan kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas pemilihan bahan
baku kaca hias adalah kualitas, harga, keunikan, desain, ketahanan, kuantitas, dan
kegunaan.
2. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah alternatif
yang dapat dijadikan rekomendasi pertama yaitu Kaca Patri, Kaca Bevel, dan
Kaca Tempeed. Hal ini dikarenakan Kaca Patri mempunyai banyak keistimewaan
dari dua alternatif yang lain.
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah jika menggunakan metode
AHP, maka kriteia dan alternatifnya harus sesuai dengan permasalahan yang ada. Selain
itu, alternative dapat diurutkan menggunakan peringkat agar lebih mudah dalam
pemberian bobot.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. (2007). Bahan Bangunan sebagai Dasar Pengetahuan. Edisi Pertama. Jakarta:
BCPU.
Akmal, I. (2009). Seri Rumah Ide: Kaca dan Fiber Glass. Edisi Pertama. Jakarta:
Gramedia.
Asmara, R. (2015). PENGGUNAAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK
MENENTUKAN PRIORITAS DENDA PELANGGAN.
Mathiyazhagan, K., Diabat, A., Al-refaie, A., & Xu, L. (2015). Application of analytical
hierarchy process to evaluate pressures to implement green supply chain
management. Journal of Cleaner Production, 107, 229–236.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2015.04.110
Hartanti, G. Setiawan, B. (2014). APLIKASI KACA PADA PERANCANGAN DESAIN
INTERIOR DAN ARSITEKTUR. Jakarta : Binus University.
Mulyadi.1999. Akuntansi Manajerial. Yoyakarta : Aditya Medika
Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP.
Punia, S., Nehra, V., & Luthra, S. (2016). Recognition and prioritization of challenges in
growth of solar energy using analytical hierarchy process : Indian outlook, 100, 332–
334.
Rukmi, S., Adianto, H., & Avianti, D. (n.d.). PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU
DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS ( AHP ), 30–36.
Sasongko, A., Astuti, I. F., & Maharani, S. (2017). PEMILIHAN KARYAWAN BARU
DENGAN METODE AHP ( ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ), 12(2), 88–93.
Singh, V. M. V. (2015). Selection of appropriate electronic banking channel alternative :
critical analysis using analytical hierarchy process I . Introduction.
Syaifullah. (2010). Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process), 1–11.
Walangare, D. (2012). Sistem Prediksi Pertandingan Sepak Bola Dengan Metode
Analytical Hierarchy Process ( AHP ), (2), 181–188.
Yulianti, T. (2013). PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI
SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON.
Jakarta : Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Kriteria Skala Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
x Harga
x Keunikan
X Desain
Kualitas
x Ketahanan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Keunikan
x Desain
Harga x Ketahanan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Desain
x Ketahanan
Keunikan
x Kuantitas
x Kegunaan
x Ketahanan
Desain X x Kuantitas
x Kegunaan
x Kuantitas
Ketahanan
x Kegunaan
Kuantitas x Kegunaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Material
Kesesuaian x yang
dengan terkandung
fungsi Kaca tembus
x
pandang
Material
Kaca tembus
yang x
pandang
terkandung
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
x Harga jual
Kepantasan
Biaya
dengan hasil x
membeli
Biaya
Harga jual x
membeli
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terlihat
x
Memperinda mewah
h Bangunan Pembayanga
x
n rata
Terlihat Pembayanga
x
mewah n rata
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Permukaan
x
Warna Rata
menarik Mudah
x
dirakit
Permukaan Mudah
x
Rata dirakit
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak mudah
x
Tidak mudah cacat
pecah Tidak mudah
x
tergores
Tidak mudah Tidak mudah
x
cacat tergores