Pengantar
Ilmu manajemen telah berkembang dengan pesat selama seabad terakhir. Namun,
sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan lainnya di tengah masyarakat kapitalis
yang kita diami saat ini, perkembangan ilmu manajemen masih tersimpan rapat di
lembaga-lembaga pembela sistem kapitalis: kampus-kampus dan sekolah-sekolah bisnis,
perusahaan-perusahaan lokal maupun multinasional, dan birokrasi pemerintahan kapitalis.
Para pelaku gerakan rakyat yang menentang kapitalisme biasanya tidak memiliki ilmu ini.
Dengan demikian, sebagian besar organisasi rakyat dikendalikan melalui naluri. Jika
kebetulan organisasi rakyat tertentu memiliki seorang kader yang secara alamiah cakap
mengendalikan organisasi, maka organisasi tersebut dapat berkembang dengan baik.
Namun, di sisi lain, karena mengandalkan kemampuan alamiah, yang tidak dimiliki
setiap orang, organisasi kemudian jadi tergantung pada orang-orang istimewa ini.
Muncullah patronase dan terpeliharalah budaya feudal dalam organisasi rakyat, yang
seharusnya muncul sebagai organisasi demokratik yang menandingi kediktatoran dan
ketidakdemokratisan sistem kapitalis.
Untuk dapat membangun sebuah organisasi rakyat yang berkesinambungan, kuat,
sehat dan demokratis, kader-kader gerakan rakyat membutuhkan penguasaan atas ilmu
manajemen. Kita harus mengubah tradisi. Jangan lagi menganggap pemimpin itu
dilahirkan. Pemimpin itu diciptakan. Dan pelatihan ilmu manajemen adalah salah satu
tiang untuk menciptakan pemimpin-pemimpin rakyat yang sejati.
Manajemen merupakan satu kunci untuk membangun demokrasi, untuk
membangun partisipasi anggota dalam aktivitas organisasi. Seorang pimpinan perusahaan
bisa memecat bawahannya jika tidak mau patuh. Seorang pimpinan militer bisa
menghukum bawahannya jika tidak mau patuh. Tapi, keikutsertaan seseorang pada
sebuah organisasi rakyat adalah sukarela. Seorang pemimpin organisasi rakyat tidak bisa
sembarangan menerapkan sanksi. Justru dijatuhkannya sanksi secara berlebihan adalah
satu petunjuk bahwa organisasi tersebut tidak sehat manajemennya. Sebuah organisasi
yang sehat dapat menggairahkan anggota-anggotanya untuk bekerja secara suka dan rela
bagi tujuan-tujuan organisasi.
Manajemen berkaitan dengan menggerakkan orang, bukan semata pada
penegakan sistem dan aturan. Sistem dan aturan dibuat untuk memberi kebebasan
maksimum pada tiap anggota organisasi agar dapat memberi sumbangan semaksimal
mungkin pada pencapaian tujuan bersama. Aturan dan sistem memang mengikat, tapi
tidak boleh mengekang – justru harus mampu mendorong terciptanya inisiatif dan
kreativitas. Inilah fungsi manajemen.
Buku kecil ini menguraikan prinsip-prinsip dasar manajemen dalam bentuk
checklist, daftar-periksa, pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dan dikembangkan
sendiri oleh para kader organisasi rakyat. Buku ini hampir sama sekali tidak menyentuh
teori manajemen, karena pada saat ini yang dibutuhkan kader-kader gerakan rakyat
adalah panduan praktis. Namun, di balik panduan praktis ini terdapat himpunan teori dan
praktek yang telah membentuk jati diri panduan ini sebagaimana terhidang di depan
sidang pembaca sekalian.
Maka, untuk dapat menggunakan buku ini, anda harus terlebih dahulu
mengadakan evaluasi secara bersama-sama terhadap perjalanan organisasi. Buku ini akan
memandu anda seiring proses. Tanpa melandaskan diri pada pengalaman praktek, buku
ini tidak akan banyak gunanya.
Pendahuluan
Para manajer sebuah organisasi gerakan tidaklah dipilih oleh Dewan Direksi atau
pemilik, seperti halnya perusahaan bisnis. Para manajer organisasi gerakan (yang
biasanya disebut “pengurus”) dipilih oleh anggota-anggota organisasi.
Pemilihan ini seharusnya memberi legitimasi yang kuat bagi mereka yang terpilih
sebagai pengurus. Dengan bekal legitimasi ini, seharusnya para pengurus tidak
mengalami kesulitan dalam memimpin organisasi. Namun, tidak selamanya hal ini terjadi.
Ada dua kemungkinan:
1. Sidang anggota menetapkan pengurus secara sembarangan, tanpa menimbang
kelebihan dan kelemahan orang yang dipilih. Sering terjadi, penetapan
pemimpin dilakukan hanya berdasarkan tingkat kerajinan, atau kesediaan.
2. Walaupun jarang, tidak mustahil juga kepengurusan organisasi rakyat adalah
hasil lobi dari orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu terhadap
organisasi. Dengan begitu, pemilihan juga tidak didasarkan pada kelebihan dan
kelemahan, tapi dari hasil tukar-menukar kepentingan.
Agar dapat tumbuh menjadi sebuah organisasi yang sehat, langkah yang pertama
harus diambil adalah menumbuhkan tradisi demokrasi dalam organisasi, memilih
pengurus berdasarkan kepala dingin, mencari para pemimpin berdasarkan kelebihan dan
kekurangan mereka, demi memajukan tujuan organisasi, demi melayani kebutuhan orang
banyak.
Ciri-ciri Organisasi Gerakan yang Sehat
1. Regenerasi: sebuah organisasi yang sehat akan selalu dapat memilih orang
baru setiap kali melakukan pemilihan. Jika ada orang yang terpaksa
menduduki jabatan yang sama setelah dua kali masa jabatan, ada yang salah
dalam organisasi itu.
2. Partisipasi: sebuah organisasi yang sehat akan melibatkan anggotanya dalam
pengambilan keputusan. Kalaupun tidak seluruhnya, maka sebagian besar
anggota haruslah terlibat.
3. Tradisi: para anggota organisasi haruslah memiliki kebanggaan sebagai
anggota organisasi. Kebanggaan inilah yang akan membuat orang bekerja
dengan sukarela. Tanpa kebanggaan, tidak akan ada kekuatan untuk
membangun organisasi.
1. Seperti apa keahlian yang dituntut untuk dapat menjalankan satu tugas dengan
baik? Misalnya, sebagai pemangku jabatan Ketua Departemen Infokom,
apakah yang dibutuhkan adalah orang yang mudah bersahabat dan
berkomunikasi, ataukah seorang yang mampu menjalankan kerja-kerja praktis,
ataukah orang yang penuh dengan ide cemerlang?
2. Dari sekian banyak peserta pertemuan, siapa saja yang memenuhi syarat untuk
jabatan-jabatan yang telah diputuskan?
3. Apakah susunan kepengurusan telah menghasilkan kombinasi yang baik dari
sekian banyak kemampuan yang harus ada? Ataukah terlalu banyak orang
yang sebenarnya memiliki bidang kemampuan yang sama?
Pelapisan Kepemimpinan
Bila kita menerapkan cara yang diuraikan di bagian terdahulu, begitu satu
angkatan kepemimpinan menyelesaikan masa jabatannya, kita sudah mendapatkan
selapis pemimpin yang siap menjadi tiang penopang organisasi. Dengan demikian,
datanglah masa untuk mengangkat pemimpin-pemimpin baru, melatih mereka sesuai
bakat mereka sekaligus menerapkan prinsip regenerasi.
Lapisan Kepemimpinan
Pemikiran ini tentu sulit diterima oleh akal-sehat. Kalau sudah susah-susah
berlatih hingga mendapatkan keterampilan, mengapa perlu kembali lagi ke basis? Tentu
saja kebanyakan orang tidak akan dapat menerimanya, karena sebagian besar orang
berada di bawah hegemoni (dominasi pemikiran) kapitalisme. Dominasi pemikiran ini
membuat orang berpikir individualis (mementingkan diri sendiri). Pemikiran
individualistis ini membuat orang memandang kerja organisasi sebagai jembatan karir
pribadi. Pemikiran ini harus dikikis. Tapi juga tidak bisa dikikis secara pribadi,
melainkan harus secara sistem.
Seperti dapat dilihat, sistem pelapisan ini sekaligus berfungsi sebagai sistem
regenerasi.
Di samping itu, pelapisan ini juga akan terbukti sangat vital dalam menunjang
daya tahan organisasi gerakan rakyat untuk menghadapi represi (penindasan). Kita semua
tahu bahwa dalam memperjuangkan hak-haknya, organisasi gerakan rakyat seringkali
berhadapan dengan pejabat-pejabat atau pengusaha-pengusaha curang dan licik, yang
tidak segan menggunakan kekuatan bersenjata untuk memaksakan kehendaknya. Tidak
jarang para pengurus organisasi gerakan rakyat menghadapi resiko penangkapan,
penculikan, bahkan juga nasib yang lebih buruk. Dengan pelapisan seperti ini, organisasi
gerakan rakyat akan terus dapat menghadirkan pengurus-pengurus. Tidak akan ada
kekosongan kepemimpinan sekalipun para pengurus menjadi korban represi. Terlebih
jika para pemimpin lapis pertama setia berada di tengah massa. Mereka akan dengan
cepat tahu apa yang harus dilakukan jika para pengurus (yang merupakan pemimpin lapis
kedua) berhalangan tetap.
Bagian Pertama – Mengenali Organisasi
Sebelum kita mulai melangkah pada pengendalian organisasi, kita harus terlebih
dahulu memahami organisasi yang akan kita kendalikan. Sama seperti seorang
joki harus mengenal betul kuda yang akan dikendarainya dalam perlombaan.
Seorang manajer/pengurus organisasi harus mengenal organisasinya seperti ia
mengenal bagian-bagian tubuhnya sendiri.
Ingat!
Sebagai pengurus, anda harus menetapkan kondisi semacam apa yang dianggap
ideal untuk pengembangan organisasi. Tiap organisasi memiliki kebutuhannya sendiri.
Sebuah organisasi yang memilih bersikap moderat, misalnya, sangat memerlukan citra
sebagai sebuah organisasi yang mampu menengahi berbagai kepentingan. Sebaliknya,
sebuah organisasi yang memilih sikap keras, tentunya akan lebih menyukai jika pihak-
pihak eksternal takut pada mereka.
Bandingkanlah citra yang menurut anda ideal dengan citra yang sebenarnya
muncul di tengah masyarakat. Buatlah evaluasi berkala mengenai apa-apa yang perlu
dilakukan agar keadaan ideal semakin dekat dengan kenyataan
Seperti apakah organisasi anda?
Reputasi apa yang dimiliki organisasi saat ini? Misalnya, apakah organisasi dikenal sebagai
organisasi yang mampu mengeluarkan analisis cerdas, atau organisasi yang suka rusuh, atau
organisasi yang selalu berhasil dalam tuntutannya, atau organisasi yang suka membelah
organisasi lain?
Seperti apakah tingkah orang-orang anda di luaran? Apakah mereka dikenal sebagai pekerja
keras, apakah mereka dikenal sebagai orang-orang yang sok tahu, apakah mereka dikenal
sebagai orang-orang yang suka hura-hura, ataukah mereka dikenal memiliki solidaritas dan
setia-kawan yang tinggi?
Apakah secara umum organisasi anda memiliki semangat tinggi untuk mengembangkan
keanggotaan dan jaringan? Ataukah organisasi anda dikenal sebagai sekte kecil yang
mengasingkan diri dari pergaulan?
Apakah organisasi anda pernah mengalami perpecahan? Apakah hal itu mempengaruhi citra
organisasi anda?
Namun demikian, karena alat analisis ini cukup populer, maka kita tetap bisa
menggunakannya – dengan ditambahi sedikit perubahan. Perubahannya adalah pada
setiap item yang tercantum pada kolom, kita harus mencari lawannya. Misalnya, jika kita
mencantumkan “Banyaknya jumlah anggota” sebagai kekuatan, maka kita harus mencari
bagaimana hal itu bisa menjadi kelemahan, misalnya “Kita tidak memiliki jumlah staf
yang cukup untuk mengurus anggota”. Demikian pula jika kita cantumkan “Sedikitnya
jumlah anggota” sebagai kelemahan, kita harus menemukan cara untuk mengubah itu
menjadi kekuatan, misalnya “kita hanya membutuhkan sedikit staf untuk mengurus
semua anggota”. Sebuah organisasi yang besar memang sepintas akan bisa disebut lebih
kuat daripada organisasi yang kecil. Tapi, organisasi yang besar cenderung lamban
karena birokrasinya lebih panjang, kemungkinan terjadinya perlawanan atau oposisi juga
besar. Sementara organisasi kecil bisa lebih lentur dalam bergerak, birokrasinya pendek.
Lagipula, keakraban personal antar anggota juga lebih mudah dijalin, dan hal ini akan
mengurangi kemungkinan terjadinya oposisi yang fatal bagi kelangsungan hidup
organisasi.
Setelah anda melakukan hal ini pada item-item yang ada pada tiap kolom,
pertimbangkanlah sekali lagi apa yang anda daftarkan di sana. Kemudian pilihlah item
yang benar-benar menguntungkan bagi organisasi anda dan masukkanlah dalam kolom
Kekuatan. Baru item-item yang sangat merugikan dimasukkan dalam kolom Kelemahan.
Jadi, penentuan kekuatan dan kelemahan ini merupakan sesuatu yang sangat relatif –
terhubung erat dengan pencapaian tujuan organisasi.
Berpikir Lateral
Organisasi yang berasal dari fusi (penggabungan) dua organisasi atau lebih
biasanya rentan berhadapan dengan konflik budaya. Jika organisasi yang satu
menyukai gaya agresif sementara yang lain menyukai gaya yang kalem, maka ada
kemungkinan terjadi pertikaian hebat di antara anggota. Cegahlah jangan sampai
terjadi. Biasakanlah agar anggota dari kedua kelompok bekerja bersama dan cari jalan
menjembatani perbedaan-perbedaan. Jangan pernah meremehkan kekuatan sebuah
kompromi.
Hubungan Kekuasaan dalam Organisasi
Menjadi pengurus tidak lantas berarti kekuasaan berada di tangan anda. Seringkali
orang yang sesungguhnya memegang kekuasaan ternyata tidak ingin tampil. Jadi mereka
memilih menjadi “kingmaker” – orang yang mengusahakan anda terpilih jadi pengurus.
Mereka ini hendak bekerja di latar-belakang, mengendalikan keputusan tanpa harus
tampil secara langsung.
Kekuasaan dalam organisasi manapun selalu terbagi menjadi kekuasaan formal
(resmi) dan kekuasaan informal (tidak resmi). Seringkali, justru kekuasaan tidak resmi ini
yang lebih kuat ketimbang yang resmi.
Sebagai pengurus, anda adalah pemegang mandat organisasi. Jadi, anda harus
dapat mengendalikan semua bentuk kekuasaan yang ada di dalamnya, baik yang resmi
maupun yang tidak. Anda harus mengenali semua pengelompokan yang ada dalam
organisasi anda, siapakah orang-orang yang berpengaruh dalam tiap kelompok, dan apa
hubungan yang terjadi antar berbagai pemimpin kelompok ini.
Begitu sering dijumpai pertikaian dalam organisasi terjadi hanya gara-gara
rebutan pacar. Begitu sering pula dijumpai keputusan-keputusan berjalan mulus karena
dijembatani oleh permainan kartu.
Anda harus dapat membaca hubungan yang terjadi di luar hubungan
organisasional. Siapa yang dihormati karena kecerdasannya, siapa yang dihormati karena
kerendahan hatinya, siapa yang dihormati karena prestasinya, siapa yang dihormati
karena royal memberi ongkos jalan pada teman-temannya.
Jika anda mengetahui mana kekuasaan yang bersumber pada pertemanan dan
mana yang bersumber pada penghormatan, anda akan dapat menggunakan pengetahuan
ini untuk membangun jalur instruksi tidak resmi untuk memperkuat jalur instruksi yang
lebih resmi dan organisasional.
Ide macam apa yang akan mudah diterima? Ide macam mana yang sulit?
Bagaimana cara menilai dan mengevaluasi kinerja dan ide-ide anda?
Apakah pendekatan melalui pimpinan kelompok lebih efektif daripada pendekatan
langsung pada anggota secara perorangan?
Siapa yang dapat anda ajak bicara tentang ide yang akan anda luncurkan, sebelum
ide itu benar-benar diwujudkan?
Siapa yang harus anda buat setuju dengan ide-ide anda, siapa yang dukungannya
anda butuhkan agar ide-ide anda diterima? Siapa yang kira-kira akan menentang
ide anda?
Siapa yang harus didekati terlebih dahulu, siapa yang bisa didekati belakangan?
Apakah orang-orang yang anda dekati lebih suka jika dipanggil menghadap dalam
rapat atau diajak bicara secara empat mata atau diajak mengobrol secara santai?
Memanfaatkan Jejaring Sosial
Teman satu hobi: Seorang pemimpin kelompok yang sulit diajak bicara dalam
satu rapat memiliki hobi bermain bola bersama beberapa orang anggota kelompok.
Usahakan meyakinkan anggota-anggota kelompok itu agar menyetujui ide anda.
Jika yang lain sudah setuju, minta mereka untuk bicara dengan pemimpin yang
keras kepala itu. Siapa tahu pembicaraan di lapangan bola lebih mudah daripada
perdebatan di ruang rapat.
Teman satu kampus atau satu kampung: Biasanya orang-orang ini memiliki
pemikiran yang mirip karena latar belakangnya sama. Maka, jika berhasil
meyakinkan beberapa orang di antara mereka, akan lebih mudah meyakinkan
semuanya.
Hubungan kekeluargaan: Seringkali menjadi pisau bermata dua. Hubungan
semacam ini bisa menguntungkan jika sedang berjalan mulus. Tapi jika ada
pertikaian internal dalam keluarga, bisa menjalar ke hubungan organisasional.
Hubungan rekrutmen: Cari tahu siapa direkrut oleh siapa. Biasanya, orang lebih
mudah setuju dengan pendapat orang yang merekrutnya.
Ingat!
Pertimbangkanlah:
Mana unit yang sedang menanjak kinerjanya, dan mana yang menurun
Mana unit yang baru saja dibentuk
Mana yang banyak melahirkan kader-kader pemimpin baru
Lakukanlah:
Ciptakan semangat bekerja dan kepercayaan pada diri sendiri
Percaya pada diri sendiri dan pada orang-orang anda
Dorong tiap orang agar saling membantu
Pastikan tiap unit bekerja sesuai yang ditugaskan pada mereka
Berikan pujian secara terbuka pada unit yang kinerjanya baik dan teguran keras
secara tertutup pada unit yang berkinerja buruk.
Kondisi Objektif
Tidak ada organisasi yang hidup di ruang hampa. Semua organisasi berhadapan
dengan sebuah lingkungan sosial tertentu – terutama lingkungan ekonomi dan lingkungan
politik. Seringkali lingkungan sosial ini merupakan faktor yang menekan dan memaksa
organisasi mengambil keputusan tertentu, walaupun keputusan itu tidak sesuai dengan
tujuan-tujuan organisasi.
Dengan demikian, setiap organisasi diharuskan mengenali lingkungan ini, kondisi
objektif ini, agar dapat memperoleh keberhasilan. Setiap organisasi harus terus berubah,
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam situasi ekonomi dan situasi politik.
Untuk keperluan penyesuaian diri inilah organisasi harus terus melakukan
rekrutmen dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Karena orang lama seringkali
terbiasa dengan cara-cara lama. Jika orang-orang lama ini terus-menerus memimpin,
organisasi akan berubah menjadi konservatif, enggan berubah, karena sudah nyaman
dengan pola lama, walau sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi yang baru.
Pengenalan atas kondisi objektif dan perubahan-perubahan dalam kondisi itu akan
sangat menentukan bagi keberlangsungan hidup organisasi. Tapi, masih ada pertanyaan
yang harus diajukan: apakah kita semata-mata diombang-ambingkan oleh kondisi
objektif itu, ataukah kita mampu menulis sejarah kita sendiri. Dengan kata lain, apakah
kita menjadi korban mode atau menjadi pencipta mode.
Anda juga boleh mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri: apakah organisasi
anda menganggap perubahan sebagai sarana untuk mencapai keberhasilan? Ataukah
organisasi anda takut menghadapi perubahan?
Sadar akan perubahan yang terjadi, baik pada kondisi objektif maupun pada
organisasi-organisasi lain di luar dirinya.
Menyediakan waktu yang cukup banyak untuk memperdebatkan akibat-akibat
yang ditimbulkan perubahan itu terhadap organisasi.
Keterbukaan untuk menerima dan membahas, secara terbuka dan menyeluruh,
kritik yang datang – baik dari dalam atau luar organisasi.
Anggota-anggota yang bersemangat membela tujuan organisasi.
Proses pembuatan keputusan terbuka bagi partisipasi anggota.
Proses pembuatan keputusan yang terdesentralisasi.
Organisasi yang lentur, mudah berubah sesuai kebutuhan.
Selalu memusatkan diri pada tujuan dan hasil.
Sistem keuangan yang sehat dan didukung partisipasi anggota.
Gerakan buruh Brazil dibangun di bawah kekuasaan sebuah rejim militer, salah satu
kediktatoran paling kuat dan paling kejam di Amerika Latin. Untuk menghindari represi,
gerakan buruh Brazil membiasakan diri untuk bekerja klandestin (bawah tanah), menyusup ke
dalam Serikat-serikat Buruh resmi yang dibangun oleh kediktatoran militer. Dengan
menggunakan perlindungan undang-undang, gerakan buruh Brazil membangun diri menjadi
salah satu gerakan buruh paling militan di Amerika Latin di akhir tahun 1970-an.
Namun, memasuki awal 1980-an, nampak tanda-tanda bahwa rejim militer Brazil
berniat melakukan reformasi dan menyerahkan kekuasaan ke tangan sipil. Gerakan buruh
Brazil memanfaatkan perubahan kondisi ini dengan memasuki sistem politik parlementer.
Untuk ini, mereka harus mengubah sistem kerja bawah tanah yang selama itu digunakan,
mengubah diri dari sekedar gerakan massa menjadi gerakan politik dan tampil secara terbuka
dalam wadah organisasi yang independen dari campur-tangan negara.
Ini sama sekali bukan hal yang mudah. Dibutuhkan sepuluh tahun penuh eksperimen
dan kerja keras sebelum tradisi organisasi yang baru ini bisa mapan. Dan dibutuhkan hampir
sepuluh tahun berikutnya sebelum Partai Buruh Brazil (yang dibangun dari bawah oleh
gerakan buruhnya) memenangkan pemilu dan mengangkat Luis Inacio “Lula” da Silva,
seorang buruh pabrik mobil, menjadi presiden.
Kini, secara internal, sedang terjadi perdebatan baru di tengah Partai Buruh Brazil,
untuk menyikapi perubahan iklim ekonomi-politik Amerika Latin, yang mulai diisi dengan
politik kerakyatan. Baru saja kemenangan dicecap, mereka sudah harus berubah lagi.tapi
itulah harga yang harus dibayar agar gerakan tetap hidup dan berkembang.
Bagian Kedua – Memimpin Organisasi
Sebuah Organisasi Gerakan Rakyat dibangun untuk membela kepentingan
rakyat yang hak-haknya dilanggar. Maka fungsi-fungsi dasar ini merupakan
landasan bagi pembelaan terhadap hak-hak tersebut. Fungsi-fungsi dasar ini
akan memampukan rakyat pekerja, yang biasanya pasrah pada nasib, untuk
dapat mulai bekerja mengubah nasibnya sendiri.
1. Pendidikan: Tugas ini, tentu saja adalah bagian tak terpisahkan dalam
memampukan rakyat membela dirinya sendiri. Pendidikan yang terpenting adalah
pendidikan tentang hak-hak seseorang sebagai warga negara, pendidikan
ketrampilan berorganisasi dan pendidikan untuk mengasah kemampuan
menganalisa situasi.
2. Agitasi dan Propaganda: Kedua tugas ini berkaitan dengan pengumpulan dan
penggerakan dukungan terhadap tujuan-tujuan organisasi. Agitasi lebih
dititikberatkan pada pembangkitan semangat bergerak, sedangkan propaganda
lebih ditujukan untuk mendapatkan persetujuan orang. Kedua hal ini sama
pentingnya dan harus dilakukan sebagai satu kesatuan.
3. Pembelaan Kasus atau Advokasi: Merupakan kampanye perjuangan melawan
salah satu bentuk ketidakadilan yang dialami para anggota, ataupun sebagai
bentuk solidaritas terhadap ketidakadilan yang dialami sesama rakyat pekerja.
4. Penggalangan Dana: Ditujukan untuk menopang aktivitas organisasi dan
membuka kemungkinan perluasan organisasi.
5. Penggalangan Kerjasama: Tidak ada organisasi yang bisa berjuang sendirian.
Maka, kerjasama dengan organisasi lain sangatlah penting untuk meningkatkan
kemampuan organisasi melakukan tugas-tugasnya yang lain.
Menetapkan Strategi
Pada awalnya, strategi adalah sebuah istilah kemiliteran, yang berarti “seni
merencanakan dan mengarahkan gerakan militer besar-besaran dalam operasional
peperangan.” Dalam keorganisasian modern, strategi dimaknai sebagai cara mengatur
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.
Karena strategi dibuat untuk sebuah kerja jangka panjang, maka ada beberapa
tahap yang harus dilakukan untuk menyusun sebuah strategi yang tepat:
1. Penetapan Potensi Sukses Strategis
Pembuatan Peta Strategi Gerakan: Mengenali kekhasan organisasi dibandingkan
dengan organisasi gerakan rakyat lainnya, dan dibandingkan dengan organisasi
lain yang mungkin menghambat tercapainya tujuan organisasi kita.
Penetapan Peluang-peluang Kunci: Mengenali hal-hal penting yang belum
dilakukan orang, atau yang belum cukup banyak dilakukan orang.
Pengenalan Derajat Kelenturan: Mengenali seberapa cepat organisasi bisa
berubah jika dibutuhkan.
Pengenalan Kapabilitas Organisasi: Mengenali kemampuan organisasi untuk
menjalankan strategi tertentu.
2. Penetapan Rencana Strategi
Penetapan Tujuan: Bukan tujuan dalam pengertian idealis, tapi dalam syarat-
syarat yang bisa diukur. Sebuah keberhasilan harus dapat diukur dengan jabaran
yang kongkrit.
Penetapan Hubungan-hubungan Strategis: Memutuskan hubungan macam apa
yang harus dijalin dengan organisasi-organisasi yang ada di luar organisasi kita.
Hubungan ini dapat bersifat kerjasama, persaingan sehat, atau antagonistik
(permusuhan).
Pilihan Strategis: Menetapkan prioritas kerja organisasi sesuai dengan
kemampuan sumberdaya yang tersedia.
3. Penetapan Cara Pelaksanaan Strategi
Mengkomunikasikan Strategi: Rencana sebaik apapun tidak akan berguna jika
tidak dipahami sampai ke tingkat terbawah. Harus ada satu cara untuk membuat
strategi organisasi dipahami sampai ke anggota yang paling rendah tingkatannya.
Penetapan Rencana Teknis: Setiap tingkatan organisasi harus membuat rencana
teknis untuk pelaksanaan strategi ini, disesuaikan dengan kondisi khas pada
tingkatan mereka. Satu cabang barangkali memiliki rencana teknis yang berbeda
dengan cabang lain. Atau satu departemen berbeda dengan departemen lain.
Tinjau semua rencana dan perbaiki bila perlu.
Ada dua segi yang berpengaruh dalam pembentukan strategi gerakan rakyat
kontemporer:
1. Pembentukan Identitas Bersama: pembangunan jejaring antara kepentingan
pribadi tiap orang yang bergabung dalam organisasi dengan kepentingan umum
yang lebih luas sifatnya. Identitas bersama ini akan menentukan tingkat
keterikatan seseorang pada organisasi. Jika organisasi dapat membangun satu
identitas yang kuat dan mengakar, maka anggota akan melihat bahwa aksi bersama
adalah jalan untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
2. Pengerahan Sumberdaya: organisasi gerakan rakyat biasanya terbatas dalam
sumberdaya. Bahkan pembentukan organisasi rakyat itu biasanya adalah salah satu
cara untuk mempertahankan dan/atau memperluas sumberdaya yang tersedia bagi
rakyat. Maka, perluasan dan perebutan sumberdaya yang tersedia merupakan salah
satu hal terpenting bagi organisasi rakyat – baik dari dalam organisasi, dari
organisasi lain, ataupun (yang terpenting) dari pemerintah.
1. Pengelompokan Aktivitas
Unsur-unsur organisasi hanya dapat dipisahkan jika benar-benar mengandung
unsur kerja yang berbeda
Unsur-unsur organisasi harus bekerja mendukung satu tujuan organisasi atau
isu tertentu dalam jangka tertentu
Tiap anggota organisasi hanya bertanggungjawab pada satu orang atasan
Harus ada batasan wewenang bagi tiap tingkatan kepengurusan
3. Hubungan Kerja
Hubungan kerja harus dinyatakan dengan cara yang jelas dan masuk akal
Jalur pelaporan harus sesuai dengan sifat kewajiban yang dijalankan
Kepengurusan di tingkat yang lebih atas harus memikul tanggung jawab atas
segala yang dilakukan kepengurusan di tingkat di bawahnya
Organisasi harus menyediakan jalur promosi kepemimpinan yang jelas
Membagi Kekuasaan
Pembagian kekuasaan dapat dilakukan melalui salah satu dari pola berikut ini:
1. Berdasarkan Proyek: Orang atau unit organisasi yang diserahi menangani proyek
diperkenankan menggunakan sumberdaya dari berbagai departemen yang tersedia.
Dengan demikian, para pemimpin proyek dapat meminta, menggunakan dan
mengendalikan sumberdaya dari cabang atau bagian lain untuk mencapai tujuan
proyek tersebut. Contohnya adalah proyek Kampanye Rancangan Undang-undang
Pro Buruh, di mana Pimpro dapat menggunakan orang-orang Propaganda untuk
“mengiklankan” RUU ini, orang-orang Pendidikan untuk mendidik mereka yang
akan menjadi delegasi perundingan, orang-orang Pendanaan untuk membuat
proposal atau menyiapkan anggaran proyek, dst.
2. Berdasarkan Garis Instruksi: Manajemen Lini mengendalikan sebuah proses
organisasi tertentu yang melibatkan keahlian-keahlian tertentu. Masing-masing
Pimpinan Lini hanya mengatur orang-orang dari lininya sendiri.
Contohnya,:departemen Propaganda memiliki jajaran para penulis, agitator dan
para juru kampanye, departemen Pendidikan juga memiliki jajaran penulisnya
sendiri, para pelatih dan pengurus pusat pelatihan, dst.
Sikap Dasar Seorang Pengurus
Bagaimanapun caranya, tugas anda sebagai seorang pengurus adalah membantu
organisasi mencapai tujuannya. Anda harus memimpin banyak orang agar dapat bekerja
bersama, bahu-membahu sampai ke tujuan. Seringkali tujuan-tujuan organisasi hanya
dapat dicapai dengan pengorbanan. Anda bisa membuat anggota anda bahagia dan puas –
tapi tujuan organisasi tidak tercapai. Di pundak andalah terletak tugas berat untuk
menyeimbangkan banyak aspek yang akan menentukan sikap anda dalam mengelola
organisasi.
Sepanjang masa kepengurusan anda, anda akan diharuskan bersikap, mengambil
salah satu dari dua pilihan yang sifatnya berlawanan seperti di bawah ini:
Daftar kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin sangat panjang. Sekalipun
banyak di antaranya kelihatan mustahil, tapi sesungguhnya semuanya dapat dicapai,
sekalipun harus dengan kerja keras.
1. Bersiap diri menghadapi perubahan dan jebakan-jebakan yang mungkin muncul di
masa mendatang
2. Selalu belajar menyesuaikan diri dengan perubahan, menerima perubahan dengan
tangan terbuka dan menjadikannya sebagai hal yang menguntungkan
3. Selalu menerapkan standard tinggi dan tujuan yang jelas dan kongkrit
4. Berpikir dengan jernih sambil memberi ruang untuk insting
5. Membuat para anggota percaya pada apa yang mereka perjuangkan
6. Memberi arah dan membuat para anggota merasa telah melakukan hal yang
bermakna bagi diri mereka dan bagi masyarakat
7. Bertindak dengan tegas dan penuh perhitungan
8. Menjadi teladan bagi para anggota
9. Tetap tenang di bawah tekanan, berani menunggu saat yang tepat untuk bertindak
10. Membuat suasana organisasi penuh semangat dan antusiasme
11. Peka terhadap kepentingan dan pengharapan para anggota, berkomunikasi dengan
jujur dan memberi pelatihan secara berkesinambungan
12. Menetapkan alur kewajiban dan kewenangan yang jelas agar para anggota saling
mendukung dalam kerja
13. Memberi ruang yang jelas untuk kreativitas anggota dalam kelompok-kelompok
kerjanya
Memimpin Rapat
Rapat-rapat yang membawa hasil, yang membahas hal-hal penting secara efisien
adalah salah satu tanda adanya kerjasama tim yang baik, semangat yang tinggi, dan
merupakan ciri organisasi yang sehat.
Bagi para pegnurus, rapat-rapat adalah sebuah tantangan sekaligus peluang.
Sesulit apapun persoalan yang dihadapi, rapat adalah salah satu wahana untuk
menyelesaikan masalah tersebut secara demokratis.
Untuk dapat menjalankan rapat dengan teratur, pergunakanlah tiga pertanyaan
pemandu berikut ini:
1. Tugas anda adalah mengawasi proses, bukan isi pembicaraan. Dorong perdebatan
ke arah kesimpulan, usahakan untuk tidak ikut berdebat.
2. Lindungi pihak yang lemah dalam perdebatan, kendalikan mereka yang kuat
berdebat.
3. Jangan perhatikan orang yang sedang mengemukakan pendapat, perhatikan forum
untuk melihat reaksi orang terhadap pendapat tersebut.
4. Pastikan perdebatan itu berujung pada kesimpulan – kenali masalahnya dan cara
penyelesaiannya.
5. Tetapkan tenggat untuk tinjauan kemajuan, tetapkan tempat dan waktu rapat
berikutnya.
6. Tuliskan rincian tugas bagi tiap peserta rapat, bagikan segera setelah rapat.
7. Jaga suasana agar tetap santai.
8. Beri semua orang kesempatan untuk bicara, jangan biarkan satu-dua orang
mendominasi pembicaraan.
9. Pertegas maksud pembicaraan tiap orang, “Apakah yang anda maksudkan
adalah…”
10. Pastikan tersedia pencatatan untuk proses dan hasil-hasil rapat
1. Jangan terlalu banyak rincian, langsung saja ke pokok pendapat anda. Berikan
rincian hanya jika diminta oleh forum.
2. Jangan berbelit-belit atau mengulang-ulang, jangan keluar dari pokok bahasan
kecuali jika diijinkan oleh forum.
3. Sedapat mungkin jangan mempergunakan istilah-istilah asing, kecuali jika tidak
ada padanannya dalam Bahasa Indonesia, atau jika sudah diindonesiakan.
4. Bicaralah dengan runut, jangan menghamburkan data-data mentah.