BARISAN MONOTON
Disusun Oleh :
NIM : 4173311031
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas critical journal review ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada bapak dosen yang sudah memberikan bimbingannya.
Tujuan dari penulisan critical journal review ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Analisis Real. Adapun topik tugas makalah yang diberikan yakni tentang “Barisan
Monoton”.
Dalam tugas pembuatan critical journal review ini mahasiswa diharapkan mampu berfikir kritis
dalam memahami suatu materi sesuai dengan topik yang telah diberikan. Dengan adanya critical
journal review ini diharapkan, bertambahnya wawasan mahasiswa dalam proses pembelajaran dan
pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, yang disebabkan oleh
keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan kata, huruf, kalimat dan sebagainya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan critical journal review ini. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih, semoga critical journal review ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi
para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..………..………..………..………..………..…… 2
DAFTAR ISI………………..………..………..………..………..………..……….. 3
BAB I PENGANTAR………..………..………..………..………..………..……... 4
a. Kemuktahiran Masalah………..………..………..………..………..…….. 14
b. Teori Yang Mendasari Penelitian………..………..………..……….…….. 14
c. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian………..………..………..………….. 14
d. Originalitas Temuan………..………..………..………..………..……..….. 14
a. Kemuktahiran Masalah………..………..………..………..………..….….. 16
b. Teori Yang Mendasari Penelitian………..………..………..………..…….. 16
c. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian………..………..………..……….…. 16
d. Originalitas Temuan………..………..………..………..………..…………. 16
BAB VI PENUTUP………..………..………..………..………..………..………… 18
a. Kesimpulan…..………..………..………..………..………..………..………. 18
b. Saran…..………..………..………..………..………..………..………..…… 18
DAFTAR PUSTAKA………..………..………..………..………..………..………. 19
3
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Salah satu cabang dari matematika analisis adalah barisan. Barisan dapat diartikan sebagai
fungsi dari himpunan bilangan asli kehimpunan bilangan real (𝑓 : 𝑁 → 𝑅). Barisan telah mengalami
perkembangan yang cukup besar, khususnya dalam mencari sifat-sifat yang dimiliki serta
kekonvergenannya. Hingga saat ini sifat-sifat barisan tetap menarik untuk dikaji. Barisan fungsi
merupakan salah satu bentuk dari barisan yang elemen-elemennya berupa fungsi. Dimana bentuk
fungsi yang merupakan suku ke-n bergantung pada bilangan asli. Seperti halnya barisan bilangan riil,
barisan fungsi juga memiliki sifat dan kekonvergenannya pun dapat diselidiki. Seperti pada barisan
bilangan riil, ketika dihadapkan dengan sebuah barisan fungsi {fn} maka terjadi ketertarikan untuk
mengetahui perilaku fn apabila 𝑛→∞. Kekonvergenan dalam barisan fungsi terdapat dua jenis, yaitu
kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam. Salah satu kekurangan dari kekonvergenan
pointwise adalah ketidak mampuannya mempertahankan kekontinuan fungsi. Lain halnya dengan
kekonvergenan seragam, ketika suatu barisan fungsi dinyatakan konvergen seragam ke f maka dapat
dipastikan bahwa f kontinu. Dengan kata lain, kekonvergenan seragam lebih kuat dari pada
kekonvergenan pointwise dengan kemampuannya mempertahankan sifat kekontinuan fungsi. Meski
demikian, namun ada hal dimana kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam bernilai sama.
Pembahasan dalam tulisan ini akan mencari ekuivalensi dari kedua kekonvergean tersebut. Pembahasan
mengenai ekuivaensi akan dibatasi pada interval [𝑎𝑎,𝑏𝑏].
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
Tahun : 2018
Volume :6
Nomor : 2
Artikel Pembanding
Tahun : 2013
Volume :2
Nomor :4
Buku Utama
Edisi : Ketiga
5
ISBN : 0 – 471 – 32148 – 6
B. Ringkasan Jurnal
Jurnal Utama
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang ekuivalensi kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam pada
barisan fungsi. Kekonvergenan pointwise adalah kekonvergenan barisan fungsi dimana suatu barisan
fungsi dapat memiliki satu atau lebih nilai limit dan tidak mampu mempertahankan sifat kontinu suatu
fungsi. Sedangkan kekonvergenan seragam mengakibatkan ketunggalan nilai limit dan mampu
mempertahankan kekontinuan fungsi. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan
karakteristik dari barisan fungsi yang menjamin ekuivalensi dari dua jenis kekonvergenan tersebut.
Terkait dengan ekuivalensi kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam, dapat ditunjukkan
karakteristik barisan fungsi yang menjadi syarat terjadinya ekuivalensi yaitu barisan yang monoton dan
terbatas serta ketunggalan nilai limitnya. Selain itu ditunjukkan karakteristik fungsi yang menjamin
terjadinya ekuivalensi yaitu barisan fungsi monoton seragam.
Pendahuluan
Salah satu cabang dari matematika analisis adalah barisan. Barisan dapat diartikan sebagai fungsi dari
himpunan bilangan asli kehimpunan bilangan real (𝑓 : 𝑁 → 𝑅). Barisan telah mengalami
perkembangan yang cukup besar, khususnya dalam mencari sifat-sifat yang dimiliki serta
kekonvergenannya. Hingga saat ini sifat-sifat barisan tetap menarik untuk dikaji. Barisan fungsi
merupakan salah satu bentuk dari barisan yang elemen-elemennya berupa fungsi. Dimana bentuk
fungsi yang merupakan suku ke-n bergantung pada bilangan asli. Seperti halnya barisan bilangan riil,
barisan fungsi juga memiliki sifat dan kekonvergenannya pun dapat diselidiki. Seperti pada barisan
bilangan riil, ketika dihadapkan dengan sebuah barisan fungsi {fn} maka terjadi ketertarikan untuk
mengetahui perilaku fn apabila 𝑛𝑛→∞.
Kekonvergenan dalam barisan fungsi terdapat dua jenis, yaitu kekonvergenan pointwise dan
kekonvergenan seragam. Salah satu kekurangan dari kekonvergenan pointwise adalah ketidak
mampuannya mempertahankan kekontinuan fungsi. Lain halnya dengan kekonvergenan seragam,
ketika suatu barisan fungsi dinyatakan konvergen seragam ke f maka dapat dipastikan bahwa f kontinu.
Dengan kata lain, kekonvergenan seragam lebih kuat dari pada kekonvergenan pointwise dengan
kemampuannya mempertahankan sifat kekontinuan fungsi. Meski demikian, namun ada hal dimana
kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam bernilai sama. Pembahasan dalam tulisan ini
akan mencari ekuivalensi dari kedua kekonvergean tersebut. Pembahasan mengenai ekuivaensi akan
dibatasi pada interval [𝑎𝑎,𝑏𝑏].
6
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian teori mengenai kekonvergenan barisan fungsi yaitu ekuivalensi
kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam. Prosedur pada penelitian ini adalah
menunjukkan hubungan dari kedua keknvergenan berdasarkan definisinya. Kemudian menganalisis
sifat-sifat yang berlaku pada kedua kekonvergenan tersebut. Selanjutnya, menentukan sifat-sifat yang
berlaku pada kekonvergenan pointwise sekaligus pada kekonvergenan seragam. Terakhir, akan
ditunjukkan ekuivalensi kekonvergenan berdasarkan karakteristik barisan fungsi yang didapat dari
sifat-sifat kekonvergenan barisan.
Kekonvergenan seragam yang menyatakan limit barisan {𝑓n} yang berlaku untuk
semua nilai 𝑥 mengakibatkan kekonvergenan pointwise atau dengan kata lain, kekonvergenan
pointwise merupakan syarat perlu untuk kekonvergenan seragam. Hal ini dapat dilihat dari
definisi konvergen pointwise yang diperjelas dengan lemma 2.45 bahwa, Barisan {𝑓n} ∈ 𝐸 ⊆ 𝑅
konvergen pointwise ke suatu fungsi jika dan hanya jika ∀ 𝜀 > 0 dan ∀ 𝑥 ∈ 𝐸 , ∃ 𝑁𝜀, 𝑥 ∈ 𝑁 ∋
∀ 𝑛 ≥ 𝑁𝜀,𝑥, berlaku |𝑓𝑛(𝑥) − 𝑓(𝑥)| < 𝜀.
Kasus 14.
Tentukan kekonvergenan barisan fungsi 𝑓𝑛(𝑥) = 𝑥 𝑛; 𝑥 ∈ [0,1].
Penyelesaian:
Fungsi 𝑓𝑛(𝑥) = lim 𝑛 → ∞ 𝑥 𝑛 = 0 ,untuk 𝑥 ∈ [0,1),dan 𝑓𝑛(𝑥) = lim 𝑛 → ∞ 𝑥𝑛 = 1, untuk 𝑥 = 1
yang berarti ∀ 𝜀 > 0 ,𝑥 ∈ 𝐸 ,∀ 𝑛 ≥ 𝑁 𝜀,𝑥 berlaku |𝑓 𝑛(𝑥) − 𝑓(𝑥)| = |𝑥𝑛 − 0| < 1𝑛 < 𝜀 untuk 𝑥 ∈
[0,1) dan |𝑓𝑛(𝑥) − 𝑓(𝑥)| = |𝑥𝑛 − 1| = 0 < 𝜀 untuk 𝑥 = 1. Secara umum diketahui bahwa Barisan
7
fungsi 𝑓𝑛(𝑥) = 𝑥𝑛 konvergen pointwise di 𝑥 ∈ [0,1] yaitu konvergen pointwise ke 0 untuk 𝑥 ∈
[0,1) dan konvergen pointwise ke 1 untuk 𝑥 = 1. Suatu barisan fungsi dikatakan terbatas apabila
barisan tersebut terbatas keatas dan terbatas kebawah atau 𝑐 ≤ 𝑓𝑛 ≤ 𝑔. Selanjutnya terema
keterbatasan barisan dpat berlaku pada kekonvergenan pointwise di [𝑎𝑎,𝑏𝑏].
Teorema 15. barisan fungsi 𝑓𝑛(𝑥) yang konvergen pointwise adalah barisan terbatas.
Bukti : andaikan {𝑓n} konvergen ke 𝑓 dan ambil 𝜀 = 1, maka terdapat bilangan asli 𝐾𝜀, 𝑥 =
𝐾(1) sedemikian hingga berlaku |𝑓𝑛 − 𝑓| < 1 untuk semua 𝑛 ≥ 𝐾 𝜀,𝑥 . Jika digunakan
ketaksamaan segitiga dengan 𝑛 ≥ 𝐾 𝜀,𝑥 maka didapat |𝑓𝑛| = |𝑓𝑛 – 𝑓 + 𝑓| ≤ |𝑓𝑛 − 𝑓| + |𝑓| < 1 +
|𝑓|. Jika dipilih 𝑀 = sup {|𝑓𝑓1|, |𝑓𝑓2|,…,|𝑓𝑓𝑘𝑘−1|,1+|𝑓𝑓|} Maka itu menyatakan bahwa |𝑓𝑛| ≤
𝑀 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁 𝜀,𝑥.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang harus dimiliki suatu
barisan fungsi agar terjadi ekuivalensi antara kekonvergenan pointwise dan kekonvergenan seragam
yaitu barisan fungsi 𝑓𝑓𝑛𝑛 terbatas dan monoton seragam pada interval [a,b].
Artikel Pembanding
Abstrak
Diberikan C[a,b] merupakan koleksi semua fungsi kontinu bernilai real pada selang tertutup [a,b].
C[a,b] merupakan ruang linear atas lapangan real. Dalam tulisan ini dibahas pengertian-pengertian
norma, barisan konvergen, terbatas dan monoton, infimum dan supremum dan lain-lain yang semuanya
disajikan dalam bahasa fungsi kontinu. Selain itu akan ditunjukkan bahwa barisan yang terbatas dan
monoton di dalam ruang fungsi kontinu C[a,b] belum tentu konvergen. Satu sifat yang menjamin
sebuah barisan memiliki supremum atau infimum akan dibahas.
Pendahuluan
Telah banyak dibahas sifat-sifat fungsi kontinu bernilai real pada selang tertutup [𝑎,𝑏] oleh Bartle dan
Sherbert (2000), diantaranya sifat terbatas, mencapai nilai maksimum dan minimum, dapat didekati
dengan fungsi tangga, merupakan fungsi kontinu seragam, terintegral Riemann dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini, 𝐶[𝑎,𝑏] menyatakan koleksi semua fungsi kontinu bernilai real pada selang tertutup
[𝑎,𝑏]⊂ℝ, yakni 𝑓:[𝑎,𝑏]→ℝ kontinu. Pembahasan beberapa sifat dasar 𝐶[𝑎,𝑏] banyak dijumpai dalam
ruang Banach klasik diantaranya oleh Lindenstrauss dan Tsafriri (1977), Diestel (1984), Meyer-
Nieberg (1991), Albiac dan Kalton (2006), dan lain-lain.
Jika didefinisikan penjumlahan dan perkali-an skalar di 𝐶[𝑎,𝑏] berturut-turut
(𝑓+𝑔) (𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
untuk setiap 𝑓,𝑔 ∈ 𝐶[𝑎,𝑏], 𝑥 ∈ [𝑎,𝑏], dan (𝛼𝑓) (𝑥) = 𝛼𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑓 ∈ 𝐶[𝑎,𝑏], 𝛼 ∈ ℝ ,𝑥 ∈[𝑎,𝑏],
maka 𝛼𝑓,(𝑓 + 𝑔) ∈ 𝐶[𝑎,𝑏]. Oleh karena itu 𝐶[𝑎,𝑏] merupakan ruang linear atas lapangan ℝ (Yeh,
2006).
8
Lebih jauh, jika diberikan norma pada 𝐶[𝑎,𝑏] yang didefinisikan
‖𝑓‖ ∞ = sup 𝑎 ≤ 𝑥 ≤𝑏 |𝑓(𝑥)|
untuk setiap 𝑓 ∈ 𝐶[𝑎,𝑏], maka (𝐶[𝑎,𝑏],‖∙‖∞) merupakan ruang Banach (Dales, 2003). Dua anggota 𝑓 dan
𝑔 di dalam 𝐶[𝑎,𝑏] dikatakan
i. 𝑓 = 𝑔 jika 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈[𝑎,𝑏];
ii. 𝑓 < 𝑔 jika 𝑓(𝑥) < 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈[𝑎,𝑏];
iii. 𝑓 ≤ 𝑔 jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈[𝑎,𝑏].
Berdasarkan pengertian di atas, mudah dipahami bahwa 𝐶[𝑎,𝑏] merupakan himpunan terurut parsial
(partially ordered set) terhadap relasi “≤”.
Dua anggota 𝑓 dan 𝑔 di dalam 𝐶[𝑎,𝑏] dikatakan dapat dibandingkan (comparable) jika 𝑓 ≤ 𝑔 atau 𝑔 ≤
𝑓 dan dikatakan tidak dapat dibandingkan (incomparable) jika tidak berlaku 𝑓 ≤ 𝑔 dan 𝑔 ≤ 𝑓.
Selanjutnya jika dianggap penting, penulisan 𝑓 < 𝑔 dan 𝑓 ≤ 𝑔 berturut-turut dapat digantikan dengan 𝑔
> 𝑓 dan 𝑔 ≥ 𝑓.
Dalam bagian ini akan dibahas beberapa definisi dan teorema yang akan digunakan untuk membahas
kekonvergenan barisan di dalam 𝐶[𝑎,𝑏]. Di akhir bagian ini dibahas syarat suatu barisan memiliki
supremum atau infimum.
Untuk setiap 𝑓,𝑔 ∈ 𝐶[𝑎,𝑏] dan 𝛼 ∈ ℝ, yang dimaksud dengan fungsi sebagai berikut :
i. 𝑓/𝑔 adalah fungsi yang didefinisikan 𝑓/𝑔(𝑥) = 𝑓(𝑥) / 𝑔(𝑥) asalkan 𝑔(𝑥) ≠ 0,
ii. 𝑓 ∨ 𝑔 adalah fungsi yang didefinisikan dengan (𝑓 ∨ 𝑔) (𝑥) = sup{𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥)},
iii. 𝑓 ∧ 𝑔 adalah fungsi yang didefinisikan dengan (𝑓∧ 𝑔) (𝑥) = inf {𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥)},
iv. √𝑓 adalah fungsi yang didefinisikan dengan √𝑓(𝑥) = √𝑓(𝑥) dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0,
v. 𝑓 – 1 = 𝑒/𝑓 jika 𝑓 > 𝜃 atau 𝑓 < 𝜃,
untuk setiap 𝑥 ∈ [𝑎,𝑏].
Selanjutnya, berdasarkan ketaksamaan (1) karena untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑁 dan untuk setiap 𝑥 ∈ [𝑎,𝑏],
berlaku |𝑓𝑛 (𝑥) − 𝑓(𝑥)| ≤ 𝜀/3 maka untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑁 diperoleh |𝑓𝑛−𝑓| ≤ 𝜀/3𝑒 < 𝜀𝑒. Jadi {𝑓𝑛} barisan
konvergen. Barisan {𝑓𝑛} ⊂ 𝐶 [𝑎,𝑏] dikatakan naik monoton (nondecreasing) jika setiap bilangan asli
𝑛 dipunyai 𝑓𝑛 ≤ 𝑓𝑛 + 1.
Barisan {𝑓𝑛} ⊂ 𝐶 [𝑎,𝑏] dikatakan turun monoton (nonincreasing) jika setiap bilangan asli 𝑛 dipunyai
𝑓𝑛 + 1 ≤ 𝑓𝑛.
Sebuah barisan {𝑓𝑛} ⊂ 𝐶 [𝑎,𝑏] dikatakan mono-ton (monotone) jika {𝑓𝑛} naik monoton atau turun
monoton.
Sebuah barisan yang turun (naik) monoton dan terbatas ke bawah (ke atas) belum tentu mempunyai
infimum (supremum), seperti diberikan dalam dua contoh berikut.
Contoh 10.
Diberikan barisan {𝑓𝑛} ⊂ 𝐶 [0,1] yang didefinisikan 𝑓𝑛(𝑥) = 𝑥𝑛 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ dan setiap 𝑥 ∈
[0,1]. Akan ditunjukkan bahwa barisan {𝑓𝑛} turun (naik) monoton dan terbatas tetapi tidak
mempunyai infimum.
9
Cukup jelas bahwa barisan {𝑓𝑛} terbatas sebab 𝜃 ≤ 𝑓𝑛 ≤ 𝑒 dan turun monoton sebab 𝑓𝑛 + 1 ≤ 𝑓𝑛 untuk
setiap 𝑛. Barisan {𝑓𝑛(𝑥)} konvergen titik demi titik ke 𝑓(𝑥) = 0 untuk 𝑥 ∈ [0,1) dan 𝑓(1) = 1, tetapi 𝑓 ∉
𝐶 [0,1].
BUKU UTAMA
BARISAN MONOTON
Beberapa metode untuk menunjukkan bahwa urutan x = (xn) nyata dengan angka konvergen sebagai
berikut :
(i) Kita dapat menggunakan definisi atau teorema secara langsung. Ini sering (tetapi tidak selalu) sulit
dilakukan.
(ii) Kita dapat mendominasi IXn - x I dengan kelipatan istilah dalam urutan (a) yang dikenal untuk
konvergen ke 0, dan menggunakan Teorema.
(iii) Kita dapat mengidentifikasi X sebagai urutan yang diperoleh dari urutan lain yang diketahui untuk
menjadi konvergen dengan mengambil ekor, kombinasi aljabar, nilai absolut, atau akar kuadrat, dan
menggunakan Teorema 3.1.9, 3.2.3, 3.2.9, atau 3.2.10.
(iv) Kita dapat "memeras" X antara dua urutan yang menyatu dengan batas yang sama dan gunakan
Teorema.
Namun, ada banyak contoh, di mana tidak ada kandidat yang jelas untuk batasan tersebut dari
urutan, meskipun analisis pendahuluan mungkin menyarankan bahwa konvergensi mungkin terjadi.
Kemudian akan menetapkan hasil yang dapat digunakan untuk menunjukkan urutan konvergen
meskipun nilai batas tidak diketahui. Metode yang diperkenalkan terdapat pada bagian yang lebih
terbatas cakupannya dari pada metode di dua berikutnya, tetapi itu lebih mudah untuk dipekerjakan. Ini
berlaku untuk urutan yang monoton dalam arti berikut.
Definisi Misalkan X = (xn) menjadi urutan bilangan real. Kami mengatakan bahwa X meningkat jika
itu memenuhi ketidaksetaraan
X1 ≤ X2 ≤…..≤ Xn ≤ Xn +1 ≤….
X1 ≥ X2 ≥…..≥ Xn ≥ Xn +1 ≥….
X adalah monoton jika itu meningkat atau menurun. Urutan berikut meningkat:
(1,2,3,4,…,n,…), (1,2,2,3,3,3,…)
(a,a2,a3,…,an,….) jika a ¿1
(b,b2,b3,…,bn,….) jika 0 ¿ b ¿ 1
(+1,-1,+1,…,(-1)n-1,…), (-2,0,1,1/2,1/3,1/4,…)
Teorema Konvergensi Monoton Urutan monoton bilangan real adalah konvergen jika dan hanya jika
dibatasi. Lebih lanjut:
Bukti. Terlihat dalam Teorema bahwa urutan konvergen harus dibatasi. Sebaliknya, biarkan X menjadi
urutan monoton terbatas. Kemudian X meningkat atau menurun.
Kami pertama kali memperlakukan kasus di mana X = (xn) adalah urutan, meningkat
meningkat. Sejak X dibatasi, ada bilangan real M sedemikian sehingga xn ≤ M untuk semua n
∈ N. Menurut Properti Kelengkapan dimana supremum x * = sup {xn: n ∈ N} ada di ℝ akan
ditunjukkan bahwa x * = lim (xn).
Jika e ¿ 0 diberikan, maka x * - ε bukan batas atas dari himpunan {x n: n E N}, dan karenanya
ada anggota set xk sehingga x * - e ¿ xk • Fakta bahwa X meningkat urutan menyiratkan bahwa
xk ≤xn setiap kali n ¿ K, sehingga
Karena itu kami punya | xn-x*| ¿ ε untuk semua n ¿ K. Dan karena e ¿ 0 adalah arbitrer, kami
menyimpulkan bahwa (xn) konvergen ke x *.
Jika Y = (-yn) adalah urutan peningkatan yang dibatasi. Itu ditunjukkan pada bagian (a) bahwa
lim X = sup {-Y n: n ε N}. Sekarang lim X = - lim Y sup {-Yn: n ε N} = - inf {Yn: n ε N}.
Karenanya, lim Y = - lim X = inf {Yn: n ε N}.
Teorema Konvergensi Monoton menetapkan adanya batas urutan monoton. Hal ini juga memberi kita
cara menghitung batas urutan asalkan kita dapat mengevaluasi supremum dalam kasus (a) atau
infimum dalam kasus (b). Terkadang sulit untuk mengevaluasi supremum ini (atau tidak maksimal),
tetapi begitu kita tahu itu ada, seringkali mungkin untuk mengevaluasi batas dengan metode lain.
Contoh 1 :
11
(a) lim ( l√ n ¿ = 0
Dimungkinkan untuk menangani urutan ini dengan menggunakan Teorema Konvergensi Monoton.
Jelas 0 adalah batas bawah untuk set ( l √ n : n ϵ N}, dan tidak sulit untuk menunjukkan bahwa 0 adalah
maksimum dari himpunan set ( l√ n : n ϵ N}, karenanya 0 = lim ( 1 √ n). Di sisi lain, begitu kita tahu
bahwa X: = ( 1√ n) dibatasi dan menurun, kita tahu bahwa itu konvergen ke bilangan real x. Karena X =
( 1 √ n) konvergen ke x, maka berikut dari Teorema diperoleh bahwa X. X = ( l/n) menyatu dengan to
x2. Karena itu x2 = 0, dimana x = O.
Karena xn+1 = xn + I / (n + 1) > x n dapat dilihat bahwa (xn) adalah urutan yang meningkat. Teorema
Konvergensi Monoton berupa pertanyaan apakah urutannya konvergen atau tidak direduksi menjadi
pertanyaan apakah urutannya dibatasi atau tidak. Mencoba menggunakan perhitungan numerik
langsung untuk sampai pada dugaan tentang kemungkinan batasan urutan (x n) menyebabkan frustrasi
yang tidak meyakinkan. Jalankan komputer akan mengungkapkan nilai perkiraan xn ≈ 11.4 untuk n =
50, 000, dan xn ≈ 12.1 untuk n = 100.000. Seperti itu fakta numerik dapat mengarahkan pengamat
kasual untuk menyimpulkan bahwa urutannya dibatasi. Namun, urutannya sebenarnya berbeda, yang
ditetapkan dengan memperhatikan hal itu
1 1 1 1 1
X2n =1+
2 ( ) (
+ + + …+ n−1 +…+ n
3 4 2 +1 2 )
1 1 1 1 1
¿1+
2 (
4 4 )
+ + + …+ n + …+ n
2 2 ( )
1 1 1
=1+ + +…+
2 2 2
n
=1+
2
Karena (xn) tidak terikat, Teorema yang menyiratkan bahwa ia berbeda. Istilah xn meningkat sangat
lambat. Sebagai contoh, dapat ditunjukkan bahwa untuk mencapai xn > 50 akan memerlukan sekitar 5,2
x 1021 tambahan, dan komputer biasa yang melakukan 400 juta tambahan per detik akan membutuhkan
lebih dari 400.000 tahun untuk bekerja perhitungan (ada 31.536.000 detik dalam setahun). Bahkan
komputer super pun bisa melakukan lebih dari satu triliun tambahan per detik, akan membutuhkan
waktu lebih dari 164 tahun untuk mencapainya tujuan sederhana itu. Urutan yang didefinisikan secara
induktif harus diperlakukan secara berbeda. Jika urutan seperti itu diketahui konvergen, maka nilai
batas terkadang dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan induktif.
Contoh 2 :
12
1
X1 = 2 xn+1 2 + ,nϵ ℕ
xn
Jika kita membiarkan x = lim (xn+1), maka kita juga memiliki x = lim (x n+1) sejak I-tail (xn+1) bertemu ke
batas yang sama. Selanjutnya, kita melihat bahwa xn ≥ 2, sehingga x ≠ 10 dan xn ≠ 10 untuk semua n ϵ
ℕ. Oleh karena itu, dapat diterapkan teorema batas untuk memperoleh urutan tersebut sebagai berikut.
1 1
X = lim (xn+1), = 2 + =2+
lim x n x
Jadi, batas x adalah solusi dari persamaan kuadrat x 2 - 2x - 1 = 0, dan karena x harus menjadi positif,
kami menemukan bahwa batas urutannya adalah x = 1 + √ 2. Tentu saja, masalah konvergensi tidak
boleh diabaikan atau dianggap biasa saja. Sebagai contoh, jika kita mengasumsikan urutan (Yn) yang
didefinisikan oleh Y1: = 1, Yn+1 : = 2Yn + 1 adalah konvergen dengan batas Y, maka kita akan
memperoleh Y = 2 Y + 1, sehingga Y = -1. Tentu saja, ini tidak masuk akal. Dalam contoh berikut,
kami menggunakan metode ini untuk mengevaluasi batas, tetapi hanya setelahnya hati-hati membangun
konvergensi menggunakan Teorema Konvergensi Monoton.
13
BAB III
KEUNGGULAN ARTIKEL ILMIAH ATAU JURNAL
a. Kemuktakhiran Masalah
Jurnal Utama
Pada jurnal ini pemaparan kemuktakhiran masalahnya mengikuti perkembangan zaman,
karena dapat di lihat dari tahun terbit jurnal, jurnal tersebut mengangkat masalah tentang
kekonvergenan pada materi barisan dan menganalisi masalah tersebut dalam bentuk
keseragaman.
Artikel Pembanding
Pada artikel ini pemaparan kemuktakhiran masalahnya mengikuti perkembangan zaman,
karena dapat di lihat dari tahun terbit artikel. Artikel tersebut mengangkat masalah tentang
kekonvergenan barisan di dalam ruang fungsi kontinu. Mahasiswa dapat menganalisi
Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi barisan monoton. Pada artikel
ini dapat di angkat atau di pecahkan apa faktor yang membuat tingkat kesulitan siswa tersebut
dalam meyelesaikan soal pada meteri barisan monoton.
d. Originalitas Temuan
Jurnal Utama
14
Pada jurnal ini teori yang di paparkan menggunakan konsep teori yang terbaru dan pemaparan
tori yang di sajikan sangat jelas dan mudah di mengerti. Apalagi pada jurnal juga lengkap
dikarenakan berisi beberapa prosedur pembuatan mulai dari pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, beserta kesimpulan. Semua prosedur terpapar jelas pada jurnal.
Artikel Pembanding
Pada artikel ini teori yang di paparkan menggunakan konsep teori yang lama dan pemaparan
tori yang di sajikan kurang jelas. Dikatakan demikian dikarenakan pada artikel tidak lengkap
hanya berisi oleh beberapa prosedur saja yaitu pendahuluan dan hasil pembahasan yang
terpapar jelas sedangkan yang lain yakni metode dan kesimpulan tidak terpapar pada artikel
tersebut.
15
BAB IV
KELEMAHAN ARTIKEL ILMIAH ATAU JURNAL
a. Kemuktakhiran Masalah
Jurnal Utama ( - )
Artikel Pembanding ( - )
b. Teori Yang Mendasari Penelitian
Jurnal Utama
Pada jurnal ini teori yang mendasari jurnal tersebut lumayan jelas karena teori yang mendasari
penelitian tersebut hanya berisi tentang kekonvergenan. Dan cakupan materi hanya sebatas
pada bagian kekonvergenan tidak menjabar dalam ke materi yang diminta.
Artikel Pembanding
Pada artikel ini seharusnya pemaparan materi yang di jelaskan, sesuai dengan proses
pembuatan artikel yang harus dimulai dari pendahuluan lengkap juga dengan metode , hasil
pembahasan dan kesimpulan. Tapi pada artikel ini hanya tercantuk pendahuluan dan hasil
pembahasan. Dengan kelengkapan prosedur sesuai teori membuat pembaca lebih memahami
apa maksud pada pembelajaran tersebut.
c. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian
Jurnal Utama ( - )
Artikel Pembanding ( - )
d. Originalitas Temuan
Jurnal Utama
Pada artikel ini teori yang di paparkan menggunakan konsep teori yang terbaru dan
pemaparan teori yang di sajikan lumayan jelas. Hal ini dikarena hanya membahas materi
tentang kekonvergenan keseragaman pada barisan.
Artikel Pembanding ( - )
Pada artikel ini teori yang di paparkan menggunakan konsep teori yang lama. Dan pemaparan
teori yang di sajikan tidak lengkap.
16
BAB V
IMPLIKASI
1. Implikasi Terhadap Teori/Konsep
Untuk teori/konsep pada jurnal utama dan jurnal perbanding saling berkaitan, akan tetapi pada
jurnal utama seharusnya memaparkan materi yang di jelaskan dengan baik dan jelas,
sedangkan untuk artikel pembanding seharusnya pemaparan materi atau teori yang di
jelaskan, sesuai dengan proses pembuatan artikel yang harus dimulai dari pendahuluan
lengkap juga dengan metode , hasil pembahasan dan kesimpulan. Tapi pada artikel ini hanya
tercantuk pendahuluan dan hasil pembahasan. Dengan kelengkapan prosedur sesuai teori
membuat pembaca lebih memahami apa maksud pada pembelajaran tersebut.
2. Analisis Mahasiswa
Analsis saya sebagai mahasiswa terhadap artikel pembanding yaitu materi yang di paparkan
sudah jelas dan jurnal tersebut memeiliki teori dan berhubungan dengan buku utama. Runtunan
bahasa yang digunakan mudah di pahami, materi pada jurnal tersebut sama dengan buku utama
yang sudah di ringkas di CBR. Terhadap jurnal utama yaitu pemaparan materinya kurang
lengkap, karena pada jurnal ini hanya sedikit membahas tentang defenisi, teorema, contoh, serta
pembuktian tentang barisan monoton. Meskipun demikian analisis saya terhadap jurnal utama
dan artikel pembanding, saya merasa dari kedua penganalisisan jurnal dan artikel tersebut layak
digunakan oleh oleh pembaca. Pada artikel ini teori yang mendasari jurnal tersebut sudah sangat
jelas dan mudah di pahami, ada pun teori yang mendasari penelitian tersebut diambil dari buku
real analisis 1 dll, tetapi jika di kaitkan dengan menggunakan buku Robert G. Bartle memiliki
kemiripan atau pun hampir sama dengan apa yang di paparkan. Atikel ini di lengkapi oleh
teorema, contoh soal, dan pembuktian.
17
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Suatu barisan disebut barisan monoton apabila barisan tersebut naik saja atau turun saja. Misalkan
x = (x) barisan bilangan real dan misalkan n1 <n 2< n3 <…<n k maka disebut barisan bilangan asli
yang monoton naik. Misalkan x = (x) barisan bilangan real dan misalkan n1 >n 2> n3 >…>n k maka
disebut barisan bilangan asli yang monoton turun.
B. Saran
Untuk penulisan jurnal utama akan lebih baik jika materi di pertambah banyak lagi sehingga
menciptakan jurnal yang baik dan lengkap.
18
Untuk penulis artikel pembanding akan lebih baik jika penyampaian materi lebih di persimpulkan
lagi terutama pada materi yang akan di bahas, supaya sipembaca dapat lebih mudah untuk membacanya
dan memahami materinya. Selain itu agar jurnal atau artikel tersebut lebih lengkap dan juga lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Wahidah. Dkk,. 2018. Ekuivalensi Kekonvergenan Pointwise Dan Kekonvergenan Seragam
Pada Barisan Fungsi. Jurnal Msa. Vol 6. No 2.
Ubaidillah, Firdaus. Dkk,. 2013. Kekonvergenan Barisan Di Dalam Ruang Fungsi Kontinu
C[a,b]. Jurnal Chaucy. ISSN : 2086 – 0382. Vol 2. No 4.
19