Shang hyang dedari merupakan tarian sacral yang dipentaskan sebagai tarian
wajib pada sebuah ritual keagamaan.
Tarian shang hyang dedari disebut sacral karena tarian ini di lakukan pada saat
penari sedang dalam keadaan “kerawuhan” atau kerasukan.
Berbeda dengan tarian dengan nama sejenis seperti tari sanghyang jaran,
sanghyang bojog atau pun sanghyang janger maborbor yang mengamuk dan
berapi-api, tarian shanghyang dedari ini sangat lembut seperti halnya tarian
legong sehingga tarian ini juga merupakan seni pertunjukan sacral yang indah.
Konon, ada beberapa anak-anak gadis bermain di seputaran pura puseh yang
pada saat itu baru usai “piodalan” atau upacara agama, mereka bermain
sambil bernyanyi-nyanyi lagu shanghyang.
Seorang gadis lalu menari mengikuti irama nyanyian sanghyang, tanpa sadar
gadis itu kerawuhan atau kemasukan.
Tarian ini diawali dengan dua orang penari yang duduk di tengah prosesi
upacara, kemudian akan dinyanyikan irama berlaraskan slendo dan pelog atau
gending (nyanyian) shanghyang dedari.
Penari lalu memejamkan mata, dan hanyut dalam gending sanghyang lalu
pinsan ini berarti penari sudah kerawuhan atau kesurupan.
Dalam kedaan kerawuhan ini penari ini kemudian di kenakan kostum berupa
gelungan, pakaian tari dan kepet atau kipas tari.
Kemudian para penari dipundut atau dipikul dengan bahu sambil terus diiringi
dengan gending sanghyang dan gamelan palegongan, para gadis ini menari-
nari dengan mata terpejam sambil dipikul di bahu dan melompat ke tanah
yang berarti tarian sudah usai.
Berbeda halnya dengan di desa pasangka karangasem, penari sanghyang
dedari akan naik ke batang bambu yang sudah disiapkan dan menari-nari dia
atas batang bambu.