Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)

Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

Penerapan Media Pembelajaran Virtual Laboratory


Berbasis Phet terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Gelombang
Tirtawaty Abdjul*dan Nova Elysia Ntobuo
*tirtawaty@ung.ac.id
Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jenderal Sudirman No.06 Kota Gorontalo

Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa SMK yang menggunakan media
pembelajaran Virtual laboratory berbasis PhET dengan pembelajaran menggunakan alat peraga dalam
percobaan sederhana pada materi gelombang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMK Gotong Royong
Telaga. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Post test Only Control Group
Design dengan sampel penelitian siswa kelas XI ATU-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI TBP-2 sebagai
kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar dengan 8 butir soal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan media pembelajaran Virtual laboratory berbasis PhET dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan alat peraga sederhana.

Kata Kunci: Virtual Laboratory, PhET, Alat Peraga, Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN dikembangkan melalui langkah-langkah


observasi, perumusan masalah, pengujian
Pendidikan di sebuah sekolah tidak hanya hipotesis lewat eksperimen, dan pengajuan
bertujuan memberikan materi pelajaran saja, teori atau konsep fisika. Karena itu, Fisika
tetapi menekankan bagaimana mengajak siswa merupakan salah satu mata pelajaran yang
untuk menemukan dan membangun banyak menuntut intelektualitas yang relatif
pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat tinggi [3].
mengembangkan kecakapan hidup dan siap Fisika memegang peran penting dalam
untuk memecahkan masalah yang dihadapi perkembangan sains dan teknologi. Fisika
dalam kehidupan. Pendidikan tidak hanya adalah salah satu mata pelajaran yang
ditekankan pada penguasaan materi, tetapi memegang peran penting untuk meningkatkan
juga ditekankan pada penguasaan kualitas sumber daya manusia dalam
keterampilan. Siswa juga harus memiliki menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan
kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan teknologi. Perkembangan Teknologi Informasi
menggunakan proses dan prinsip keilmuan dan Komunikasi (TIK) sekarang menyediakan
yang telah dikuasai, dan learning to know penggunaan simulasi komputer dalam
(pembelajaran untuk tahu) dan learning to do pembelajaran yang berorientasi pada
(pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai pengamatan terhadap suatu fenomena yang
dalam kegiatan belajar mengajar. dapat dilihat secara nyata, dimana komputer
Kegiatan belajar mengajar dapat terjadi mampu mensimulasikan materi-materi yang
secara formal maupun nonformal untuk sulit disajikan terutama mengenai materi yang
mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. mempelajari konsep dan obyek yang abstrak.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang
yang berkualitas diperlukan suatu keterampilan berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan
yang dapat membawa siswa menjadi aktif dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer
kreatif dalam proses pembelajaran [1]. dalam proses pembelajaran yang dikenal
Pembelajaran yang berkualitas memerlukan dengan nama Computer Managed Instruction
suatu perangkat pembelajaran yang dapat (CMI). Selain itu, komputer berperan sebagai
membantu siswa agar memahami dan pembantu tambahan dalam belajar;
menguasai materi Fisika dengan baik [2]. pemanfaatannya meliputi penyajian informasi
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-
yang Fisika merupakan salah satu cabang dari duanya. Contohnya interaktif video, hypertext,
sains (Ilmu Pengetahuan Alam). Fisika dan virtual laboratory.
memegang peran penting dalam perkembangan Virtual laboratory is an electronic workspace
sains dan teknologi. Ilmu fisika lahir dan for distance collaboration and experimentation
26
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

in researchor other creative activity, to PhET Simulations itu sendiri adalah salah
generate and deliver results using distributet satu media komputasi yang menyediakan
information and comunication technologies” [4]. animasi baik fisika, biologi, maupun sains lain
A Virtual Laboratory (VL) is a simulation of a yang dijadikan dalam bentuk blog. Menurut
physical laboratory, created for the purpose of Purwanto et al [8], di dalam media PhET
providing instruction to students in the use of simulations terdapat sub-file yang dapat dipilih
laboratory facilities. Virtual Laboratoryoratorys sendiri dan animasi apa yang ingin ditampilkan.
are computers simulated laboratories that look, Dalam media ini dapat menampilkan suatu
operate, and produce result similar to real materi yang bersifat abstrak dan dapat
laboratories. The Virtual Laboratory concept is dijelaskan dengan gamblang oleh media ini
derived from ideas in the research area known sehingga siswa dengan mudah memahami
as virtual realities (VRs). In VRS, computer materi tersebut.
simulations attempt to duplicate experinces in Selanjutnya Wuryaningsih dan Suharno [9]
the real word [5]. berpendapat bahwa: simulasi-simulasi PhET
Nirwana [6] mengemukakan ada beberapa merupakan gambar bergerak atau animasi
manfaat yang diperoleh dengan menggunakan interaktif yang dibuat layaknya permainan
Virtual laboratory. (1) Mengurangi keterbatasan dimana siswa dapat belajar dengan melakukan
waktu, dimana jika tidak ada cukup waktu eksplorasi. Simulasi-simulasi tersebut
untuk mengajari seluruh peserta didik di dalam menekankan korespondensi antara fenomena
laboratorium hingga mereka paham. nyata dan simulasi komputer kemudian
(2) Mengurangi hambatan geografis, dimana menyajikannya dalam model-model konseptual
jika terdapat siswa yang berlokasi jauh dari fisis yang mudah dimengerti siswa. Untuk
pusat pembelajaran. (3) Ekonomis, dimana membantu siswa memahami konsep visual,
tidak membutuhkan bangunan laboratorium, simulasi PhET menganimasikan besaran-
alat-alat dan bahan-bahan seperti pada besaran fisika dengan menggunakan gambar
laboratorium konvensional. (4) Meningkatkan dan kontrol intuitif seperti klik dan tarik pada
kualitas eksperimen, karena memungkinkan mouse, penggaris dan tombol. Simulasi juga
untuk diulang untuk memperjelas keraguan menyediakan instrumen pengukuran seperti
dalam pengukuran di laboratorium. (5) penggaris, stopwatch, voltmeter dan
Meningkatkan efektivitas pembelajaran, karena termometer untuk mendorong adanya
siswa akan semakin lama menghabiskan eksplorasi kuantitatif.
waktunya dalam Virtual laboratory tersebut Simulasi PhET juga mampu menghubungkan
berulang-ulang. Dan (6) Meningkatkan gagasan yang dimiliki siswa dengan kehidupan
keamanan dan keselamatan, karena tidak nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
berinteraksi dengan alat dan bahan yang dan menggunakan fenomena sains dalam
nyata. simulasi PhET untuk memahami dunia nyata.
Virtual laboratory itu sendiri merupakan Hariyanto [10] berpendapat bahwa: siswa yang
situasi interaktif dan kompleks untuk belajar menggunakan PhET mengumpulkan
memecahkan persoalan dalam bentuk simulasi data (data collection) lebih lengkap dan
secara berkelompok oleh para peneliti [4]. mendekati konsep fisika karena simulasi PhET
Virtual laboratory yang dimanfaatkan salah dibuat dengan mengabaikan hal-hal yang
satunya adalah simulasi interaktif PhET mempengaruhi hasil pengamatan sehingga
Colorado. siswa mampu menyimpulkan hasil percobaan
PhET (Physics Education Technology) secara mandiri dan benar. Sedangkan siswa
merupakan sebuah situs yang menyediakan yang belajar menggunakan peralatan
simulasi pembelajaran fisika yang dapat laboratorium akan kesulitan dalam
didownload secara gratis untuk kepentingan pengumpulan data karena tergantung pada
pengajaran di kelas atau dapat digunakan kondisi dan tingkat ketelitian alat sehingga data
untuk kepentingan belajar individu. Menurut yang diperoleh memerlukan analisis yang lebih
Rochman dan Madlazim [7], simulasi interaktif mendalam agar mendekati konsep yang
PhET Colorado merupakan media simulasi ada.
interaktif yang menyenangkan dan berbasis Belajar menggunakan PhET juga memiliki
penemuan (research based) yang berupa keuntungan tersendiri dalam pembelajaran
software dan dapat digunakan untuk fisika. Simulasi PhET membantu siswa belajar
memperjelas konsep-konsep fisis atau memahami materi dengan konten objek yang
fenomena yang akan diterangkan merupakan terlalu kecil, terlalu besar, peristiwa alam,
ciptaan dari komunitas sains melalui PhET atau proses yang amat rumit. Misalnya materi
Project di University of Colorado, USA. gelombang transversal khususnya gelombang
27
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

pada tali, dalam materi ini siswa perlu dan tersebar pada 7 kelas. Berdasarkan jumlah
memahami panjang gelombang dan cepat populasi, maka pengambilan sampel dilakukan
rambat gelombang pada tali tersebut. Konten secara Cluster Random Sampling dan diperoleh
ini dapat ditampilkan dengan menggunakan kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini
simulasi PhET seperti pada gambar 1 berikut adalah kelas XI ATU-2 dan XI TBP-2.
ini. Berdasarkan undian, terpilih kelas XI ATU-2
sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI TBP-2
sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes hasil belajar. Aspek tes yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
ranah kognitif yang dilihat dari lima aspek yaitu
Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis
(C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Sebelum
instrumen digunakan dalam sampel, instrumen
harus diuji terlebih dahulu dengan
menggunakan uji validitas.
Gbr. 1 Gelombang Pada Tali Sumber Uji validitas tes dilaksanakan pada siwa lain
yang bukan sebagai sampel penelitian, dan
Menurut Sari et al [11] kelebihan dari secara hasil perhitungan secara statistik, hasil
simulasi PhET yakni dapat melakukan uji validitas tes terlampir pada Tabel 2 berikut
percobaan secara ideal. Hal ini tidak dapat ini.
dilakukan dengan menggunakan alat yang TABEL 2 HASIL UJI VALIDITAS TES
sesungguhnya. Dipilihnya simulasi PhET ini No. Butir Koef, Korelasi
Kriteria
karena simulasi ini berbasis program java yang Soal rhitung
1 0,515 Valid
memiliki kelebihan Easy Java Simulations (EJS) 2 0,415 Tidak Valid
yang dirancang khusus untuk memudahkan 3 0,675 Valid
tugas para guru dalam membuat simulasi fisika 4 0,315 Tidak Valid
dengan memanfaatkan komputer sesuai dengan 5 0,474 Valid
bidang ilmunya. 6 0,573 Valid
7 0,766 Valid
8 0,461 Valid
II. METODE PENELITIAN 9 0,749 Valid
10 0,753 Valid
Penelitan ini dilaksanakan di SMK Gotong Koefisien korelasi (rtabel) yang digunakan
Royong Telaga Kota Gorontalo Tahun Ajaran adalah 0,444. Berdasarkan Tabel 1, terlihat
2016/2017. Metode yang digunakan dalam bahwa dari10 butir tes, ada 2 nomor yang tidak
penelitian ini adalah metode eksperimen semu valid, 8 nomor valid seperti yang terlampir pada
karena penelitian ini bertujuan untuk melihat tabel 1 di atas. Tes yang tidak valid, tidak
perbedaan hasil belajar yang menerapkan digunakan dalam penelitian, sehingga jumlah
media pembelajaran Virtual laboratory berbasis tes yang digunakan sejumlah 8 butir.
PhET dengan hasil belajar yang menerapkan
alat peraga sederhana pada materi gelombang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
di kelas XI. Desain penelitian ini adalah Posttest
Only Control Group Design seperti berikut : A. Hasil Penelitian
Data hasil belajar siswa baik pada kelas
TABEL 1 DESAIN PENELITIAN [12] eksperimen maupun pada kelas kontrol
Kelompok Perlakuan Post test
diperoleh melalui instrumen lembar tes yang
Eksperimen XE O1
Kontrol XK O2 diperolah setelah pembelajaran dilaksanakan.
Keterangan Pembelajaran pada kelas eksperimen,
XE = Pembelajaran dengan menggunakan media PhET menerapkan media pembelajaran virtual
XK = Pembelajaran dengan menggunakan media alat laboratory berbasis PhET dan pada kelas kontrol
peragadalam percobaan sederhana
O1 = Tes akhir (posttest) untuk kelompok eksperimen
menerapkan media pembelajaran alat peraga
O2 = Tes akhir (posttest) untuk kelompok kontrol sederhana melalui model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Setelah diberikan tes, maka
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh diperoleh hasil belajar siswa. Berikut ini hasil
siswa SMK Gotong Royong kelas XI pada tahun belajar siswa baik kelas eksperimen dan hasil
ajaran 2016/2017 yang berjumlah 130 orang belajar siswa pada kelas kontrol:

28
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

ini dibuktikan dari hasil belajar siswa kelas


100 eksperimen secara klasikal memperoleh rata-
rata sebesar 59,56% dan kelas kontrol sebesar
Capaian Hasil Belajar Siswa

80
49,56%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
60 belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan
media pembelajaran virtual laboratory berbasis
40 Kls Eksperimen PhET melalui model pembelajaran inkuiri
Kls Kontrol terbimbing khususnya pada materi gelombang
20 lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan menggunakan alat peraga
0 sederhana melalui model pembelajaran inkuiri
C2 c3 c4 c5 c6 terbimbing. Perbedaan perolehan rata-rata
Hasil BelajarTingkat Kognitif secara klasikal hasil belajar siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dipengaruhi oleh
Gbr. 2 Capaian Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen pemberian perlakuan yang berbeda pada
dan Kelas Kontrol
masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen
siswa dibelajarkan menggunakan media
Gambar 2 memperlihatkan hasil belajar pembelajaran virtual laboratory berbasis PhET.
siswa untuk masing-masing tingkat kognitif, Pada pembelajaran ini, siswa dituntut secara
baik dari tingkat kognitif C2, C3, C4, C5 dan aktif untuk terlibat langsung dalam menemukan
C6. Hasil belajar siswa yang diterapkan media konsep gelombang yang sifatnya abstrak atau
pembelajaran virtual laboratory berbasis PhET tidak bisa dilihat dengan kasat mata serta
(kelas eksperimen) terlihat lebih tinggi dapat membuktikan konsep tersebut melalui
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang buku referensi yang ada. Pengetahuan atau
menerapkan media pembelajaran alat peraga konsep fisika yang mereka tidak dapat lihat
sederhana (kelas kontrol). Persentasi rata-rata secara kasat mata lebih mereka pahami atau
hasil belajar siswa secara klasikal pada kelas mengerti dan dapat bertahan lama dalam
eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada ingatan siswa. Sedangkan pada kelas kontrol
gambar 3 berikut ini : siswa dibelajarkan dengan menggunakan alat
peraga sederhana. Siswa hanya mampu
memahami konsep awal gelombang khususnya
pada gelombang tali dan sifat-sifat umum
gelombang tetapi tidak mampu secara detail
memahami bagaimana sampai terjadi
59.56% pemantulan, pembiasan, interferensi, dan
difraksi, tidak memahami cepat rambat
49.56% gelombang dan hubungan antara frekuensi
dengan panjang gelombang melalui percobaan
yang mereka lakukan. Hal ini menjadikan siswa
terpaku pada cara pemecahan masalah yang
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol mereka gunakan saat proses pembelajaran.
Sedangkan pada kelas kontrol, sebagian besar
Gbr. 3 Persentasi Rata-rata Hasil Belajar Siswa Secara
Klasikal siswa hanya menghafalkan cara yang
digunakan untuk pemecahan masalah pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa secara materi atau konsep gelombang tanpa
klasikal untuk kelas eksperimen mencapai pemahaman yang mendalam.
59,56% dan pada kelas kontrol mencapai Virtual Laboratory merupakan alternative
49,56. Hal ini berarti hasil belajar siswa yang pilihan untuk menanggulangi beberapa
menggunakan media pembelajaran virtual kelemahan laboratorium nyata. Seperti yang
laboratory berbasis PhET lebih tinggi dari pada dikemukakan oleh Simbolon [4] bahwa Virtual
hasil belajar siswa yang menggunakan alat laboratory dapat menyediakan suasana
peraga sederhana dalam pembelajaran. pembelajaran yang menyerupai keadaan atau
fenomena yang sebenarnya. Komputer akan
B. Pembahasan memberikan satu visual atau penjelasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, tampak tentang suatu situasi dan siswa berpeluang
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa berinteraksi untuk menanggapi keadaan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut. Keberadaan virtual laboratory ini
memungkinkan fungsi-fungsi penting dari
29
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

laboratorium riil untuk dilaksanakan pada IV. KESIMPULAN DAN SARAN


komputer.
Dengan simulasi-simulasi PhET yang terdiri A. Kesimpulan
atas gambar bergerak atau animasi interaktif Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
yang dibuat layaknya permainan, siswa dapat dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
belajar dengan melakukan eksplorasi [9]. hasil belajar siswa yang dibelajarkan
Simulasi-simulasi tersebut menekankan menggunakan media pembelajaran virtual
korespondensi antara fenomena nyata dan laboratory berbasis PhET (59,56) dengan hasil
simulasi komputer kemudian menyajikannya belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan
dalam model-model konseptual fisis yang alat peraga sederhana (49,56) melalui model
mudah dimengerti siswa. pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini berarti
Untuk membantu siswa memahami konsep bahwa penggunaan media pembelajaran virtual
visual, simulasi PhET menganimasikan besaran- laboratory berbasis PhET khususnya pada
besaran fisika dengan menggunakan gambar materi gelombang berpengaruh terhadap hasil
dan kontrol intuitif seperti klik dan tarik pada belajar siswa.
mouse, penggaris dan tombol. Simulasi juga
menyediakan instrumen pengukuran seperti B. Saran
penggaris, stopwatch, voltmeter dan Berdasarkan penelitian yang telah
termometer untuk mendorong adanya dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai
eksplorasi kuantitatif. berikut:
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh 1. Dalam Pembelajaran Fisika, banyak materi
Purwanto et al [8], bahwa di dalam media yang bersifat abstrak. Agar siswa dapat
PhET dapat menampilkan suatu materi yang memahami materi yang diajarkan, kiranya
bersifat abstrak dan materi abstrak tersebut guru menggunakan media pembelajaran
dapat dijelaskan dengan gamblang sehingga virtual laboratory dibandingkan
siswa dengan mudah memahami materi menggunakan alat peraga sederhana dalam
tersebut. Berbeda dengan kelas kontrol, dimana pembelajaran.
siswa dibelajarkan menggunakan alat peraga 2. Berhubung produk dari penelitian sangat
dalam percobaan sederhana dengan model bermanfaat dalam pembelajaran, maka para
pembelajaran inkuiri terbimbing hanya peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
memperoleh pengetahuan berdasarkan hasil melalui mata pelajaran lain selain mata
analisis data yang mereka peroleh dari pelajaran Fisika.
percobaan yang telah mereka lakukan.
Sehingga tidak heran kemampuan siswa pada
kelas kontrol lebih rendah dari kelas DAFTAR PUSTAKA
eksperimen.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian [1] Juhji. “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa
Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing”. Jurnal
Wulandari dan Vebrianto [13], praktikum
Penelitian Dan Pembelajaran Ipa, Vol. 2, no. 1, hal.
dengan menggunakan laboratorium virtual 58-70 e-ISSN 2477-2038. 2106.
lebih memberikan rasa nyaman kepada [2] P. Ayuningtyas, W. W. Soegimin. dan Z. A. I.
siswa selama praktikum berlangsung Supardi. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Fisika Dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
sehingga siswa lebih mudah memahami
Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma
materi dan memiliki kesan yang lebih Pada Materi Fluida Statis”. Jurnal Penelitian
dalam. Laboratorium virtual dapat menjadi Pendidikan Sains. Vol. 4, No. 2. ISSN : 2089-1776.
media untuk membantu pengajar maupun 2015.
[3] Utami, I. Tri, A. Arief. “Pengembangan Lembar Kerja
instruktur dalam melaksanakan praktikum
Siswa (LKS) Dengan Laboratorium Virtual Phet Pada
disekolah. Dengan menggunakan bantuan Pokok Bahasan Teori Kinetik Gas Kelas XI SMA
media komputer interaktif, praktikum yang Negeri 2 Sumenep”. Jurnal inovasi pendidikan fisika,
berbasis virtual dapat dilakukan [14]. Vol 5. No 2, 99-105. ISSN: 2302-4496. 2016.
[4] D. H. Simbolon. “Pengaruh Model Pembelajaran
Laboratorium virtual dapat mendukung
Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan
kegiatan praktikum di laboratorium yang Virtual laboratory Terhadap Hasil Belajar Fisika
bersifat interaktif, dinamis, animatif, dan Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol 2.
berlingkungan virtual sehingga tidak No 3. hal 303-307. ISSN: 02152673. 2015.
[5] P.J. Mosterman, M.M. Dorlandt, J. O Campbell, C.
membosankan dan dapat mendukung keinginan
Burow, R. Bouw, A.J. Brodersens dan J. R. Bourne.
pengguna untuk mempelajari dan memahami “Virtual engineering laboratories: design and
materi pelajaran produktif di SMK serta dapat experiments”. Journal of engineering education.
meningkatkan kompetensi siswa dari segi 279:2851994.
kognitif (minds-on), dan psikomotorik [15].
30
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT)
Vol. 7 No. 3
p-ISSN 2338-3240, e-ISSN 2580-5924

[6] R. R. Nirwana. “Pemanfaatan Virtual laboratory dan Belajar Fisika”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
E-Reference Dalam Proses Pembelajaran dan Vol. 1, No. 3, hal. 365-378. 2016.
Penelitian Ilmu Kimia”. Jurnal Phenomenon Vol 1 (No [11] D. P. Sari, A. Lutfi, dan A. Qosyim. “Uji Coba
1): hal 118 ISSN: 1866-4784. 2011. Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang
[7] N. H. Rochman dan Madlazim. “Pengembangan Media Virtual PhET Untuk Melatih Keterampilan
Perangkat Pembelajaran Fisika yang Bersinergi Proses Pada Materi Hukum Archimedes”. Jurnal
Dengan Media Lab Virtual PhET Pada Materi Sub Pendidikan Sains e-Pensa. Vol.1, No. 2, hal 163.
Pokok Bahasan Fluida Bergerak di Man 2 Gresik”. 2013.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 2, No. 3, hal. [12] S. Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka
163. 2013. Cipta. 2013.
[8] A. E. Purwanto, M. Hendri, dan N. Susanti. “Studi [13] N. Wulandari dan R. Vebrianto. Studi Literatur
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah Ditinjau
Media PhET Simulations Dengan Alat Peraga Pada Dari Kemampuan Menggunakan Laboratorium
Pokok Bahasan Listrik Magnet Di Kelas IX SMPN 12 Virtual. Seminar Nasional Teknologi Informasi,
Kabupaten Tebo”. Jurnal Edu Fisika, Vol.1, No.1. 22- Komunikasi Dan Industri, 2579-5406. 2017.
27. ISSN: 2477-7935. 2016. [14] R. Mirdayanti dan Murni. “Kajian Penggunaan
[9] R. Wuryaningsih dan Suharno. “Penerapan Laboratorium Virtual Berbasis Simulasi Sebagai
Pembelajaran Fisika Dengan Media Simulasi PhET Upaya Mengatasi Ketidaksediaan Laboratorium”.
Pada Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Jurnal Visipena, Vol. 8, No. 2, 2017.
Belajar Siswa kelas VIIIA SMPN 6 Yogyakarta”. [15] H. Jaya. “Pengembangan Laboratorium Virtual Untuk
Jurnal Ilmiah, Vol 1, No. 1, hal. 400-402. ISSN: Kegiatan Praktikum Dan Memfasilitasi Pendidikan
0853-0823. 2014. Karakter Di SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 2, No. 1.
[10] A. Hariyanto. “Pengaruh Discovery Learning Berbasis 2012.
Paket Program Simulasi PhET Terhadap Prestasi

31

Anda mungkin juga menyukai