Anda di halaman 1dari 12

PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN LAB VIRTUAL PHET

Oleh :
Avelina Ova Namus
2019005004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dengan ini penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang ” Perangkat Pembelajaran Fisika Dengan Lab Virtual Phet”
ini dengan tepat waktu.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dengan mempertimbangkan


referensi-referensi yang ada. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini nantinya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Pendekatan Sistem Dalam
Pembelajaran ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 30 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………1
Kata Pengantar …………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………6
BAB II PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………..8
3.2 Saran……………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di abad 21 sekarang ini, banyak sekali masalah yang berkaitan dengan Fisika, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ruang lingkup lainnya. Dalam bidang
pendidikan, Fisika mempunyai peran aktif. Salah satu tanda dari berkembangnya pendidikan
fisika adalah kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Teknologi pendidikan
sebagai bagian integral dari kegiatan pendidikan memerlukan upaya manusia (Guru dan
tenaga kependidikan atau sekelompok professional lainnya) yang sifatnya menyeluruh.
Upaya pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan yang bermutu secara kuantitatif dan
bukanlah aktifitas sederhana. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah dengan
memanfaatkan teknologi pendidikan dalam rangka efektivitas dan efisiensi manajemen
pendidikan (Danim, 2010: 10). Fisika merupakan salah satu cabang IPA (sains) yang
mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: mengembangkan pengalaman
untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (TIM BSNP 2007).
Sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran
sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai penglaman yang
bermakna. Sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses juga sangat
penting dalam membangun pengetahuan siswa. Mengingat bahwa sains tidak hanya
mengutamakan hasil (produk) saja, dalam hal ini berarti siswa perlu untuk diajak dan atau
ikut terlibat dalam kegiatan laboratorium. Maka dari itu kegiatan laboratorium dalam
pembelajaran fisika sangat penting, dalam pelaksanaan pembelajaran seharusnya guru
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium (Mendiknas. 2007).
Pada masa sekarang ini pembelajaran dilakukan dari rumah dikarenakan pandemic,
sehingga tidak dapat melakukan pembelajan secara tatap muka dan pembelajaran yang
dilakukan tidak terlalu efektif, dan juga karena masalah ini banyak sekalih penghambat dalam
pembelajaran. Adapun masalah lainnya adalah sebagian besar siswa menganggap bahwa
fisika adalah pelajaran yang sulit dipelajari. Kesulitan yang dihadapi sebagian besar siswa
adalah pembelajaran yang kurang menarik yang mengakibatkan siswa kurang
memperhatikan.
Kurangnya pemahaman konsep siswa tersebut diakibatkan jarangnya dilatih keterampilan
berpikir pada siswa untuk memahami konsep fisika lebih dalam. Hal tersebut diakibatkan
jarangnya diberikan pengalaman langsung melalui praktikum kepada siswa. Padahal dalam
pembelajaran, laboratorium merupakan media penghubung antara pengetahuan yang bersifat
abstrak dengan pengetahuan yang bersifat riil atau nyata. Penyampaian materi bersifat
informatif dimana guru hanya bercerita dan berbicara sedangkan siswa mendengarkan dan
ada yang sebagian mencatat apa yang diucapkan guru. Guru lebih berperan sebagai
pentransmisi ilmu tanpa menunjukkan fenomena yang berkaitan dengan materi karena untuk
melakukan praktikum membutuhkan biaya yang banyak karena alat yang digunakan harganya
sangat mahal. Sehingga perangkat yang digunakanpun tanpa adanya kegiatan laboratorium
untuk melatihkan keterampilan proses hanya menyampaikan pengetahuan deklaratif. Karena
pada dasarnya kegiatan laboratorium harus dilaksanakan, maka tidak ada salahnya
pembelajaran tersebut dapat dilengkapi dengan memanfaatkan laboratorium virtual yang
memungkinkan melakukan kegiatan praktikum tanpa tersedianya sarana laboratorium
sesungguhnya (laboratorium riil) (Mulyasa, E. 2006). Fasilitas pendidikan pada umunya
mencakup sumber belajar, sarana dan prasarana yang menunjang lainya, serta penggunaan
teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksud untuk memudahkan atau
mengefektifitaskan kegiatan pembelajaran. Jadi pemanfaatan laboratorium virtual bukan
untuk menggantikan peran laboratorium yang sebenarnya (laboratorium riil), namun sebagai
alternatif solusi pelengkap atas minimnya peralatan laboratorium fisika yang sesungguhnya di
sekolah-sekolah.
Laboratorium virtual yang digunakan adalah PhET Simulation. PhET Simulation adalah
merupakan media simulasi interaktif yang menyenangkan, substansial simulasi kualitas
profesional (simulasi) untuk mengajar dan belajar ilmu pengetahuan. Mayoritas PhET
simulation adalah kebanyakan untuk mengajar fisika, tapi ada juga dalam bidang kimia,
biologi, matematika dan ilmuilmu lainnya. Sejumlah penelitian telah menyelidiki penggunaan
PhET simulation dalam berbagai pengaturan pendidikan (PhET Team, 2009). Interaktivitas
dalam simulasi komputer diketahui bermanfaat untuk pembelajaran (Bodemer, 2004; van der
Meij, 2006) (Adams, 2010: 1). Untuk menunjang penerapan pembelajaran fisika degan Lab
Virtual PhET maka dibutuhkan perangkat pembelajaran fisika dan PhET Simulation.
Perangkat tersebut terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar
Kerja Siswa dan Tes Hasil Belajar (THB). Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang
telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas Judul: “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET”

1.2 Rumusan masalah


rumusan masalah yaitu: Bagaimana Hasil pengembangan perangkat pembelajaran fisika
dengan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik ?
BAB II
PEMBAHASAN

Di dalam penyampaian materi pembelajaran, guru pastinya akan lebih terbantu


dengan menggunakan media pembelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Fisika, guru sudah
terbantu dengan adanya media pembelajaran berupa animasi yang telah disediakan oleh web
site khusus yaitu situs phet.

Physics Education Technology (Phet) merupakan simulasi interaktif fenomena-


fenomena fisis, berbasis riset yang diberikan secara gratis. Dengan pendekatan berbasis-riset
yang menggabungkan hasil penelitian sebelumnya memungkinkan para siswa untuk
menghubungkan fenomena kehidupan nyata dan ilmu yang mendasarinya, pada akhirnya
memperdalam pemahaman dan meningkatkan minat mereka terhadap ilmu fisika.

Phet digunakan untuk membantu siswa memahami konsep visual, simulasi PhET
menganimasikan besaran-besaran dengan menggunakan grafis dan kontrol intuitif seperti
klik-dan-tarik, penggaris dan tombol. Dan untuk lebih mendorong eksplorasi kuantitatif,
simulasi juga menyediakan instrumen pengukuran seperti penggaris, stopwatch, voltmeter
dan termometer. Pada saat alat-alat ukur digunakan secara interaktif, hasil pengukuran akan
langsung ditampilkan atau dianimasikan, sehingga secara efektif akan menggambarkan
hubungan sebab-akibat dan representasi terkait dari sejumlah parameter percobaan (seperti
misalnya gerak benda, grafik, tampilan angka dan sebagainya.

Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hudjono dalam Surtini ;dkk (2003) menyatakan
bahwa seorang dikatakan belajar, bila dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut memang dapat
diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Untuk mengubah tingkah laku tersebut
diperlukan usaha sehingga orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi
mampu mengerjakanya. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suprijono (2009),
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Yang harus diingat
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar
pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif (Suprijono, 2009) Ref. Kata media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut
Rohman & Sofan (2013) media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran
yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pemebelajaran, media memiliki fungsi
sebagai pembawa informasi dari guru menujuh ke peserta didik. Sedangkan metode adalah
prosedur untuk membantu peserta didik dalam menerima dan mengelolah informasi guna
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013) secara umum dapat dikatakan
media mempunyai kegunaan, antara lain:

a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistik.

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, biaya, tenaga dan daya indera.

c) Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar

d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai bakat dan kemampuan visual, auditori,
dan kinestetiknya.

e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan


persepsi yang sama.

Menurut Rachmad Resmiyanto, Physics Education Technology atau PhET merupakan


sebuah ikhtiar sistematis yang tanggap jaman terhadap perkembangan teknologi
pembelajaran. Menurut Prihatiningtyas,dkk (2013:19) PhET dikembangkan oleh Universitas
Colorado di Boulder Amerika (University of Colorado at Boulder) yang berisi simulasi
pembelajaran fisika, biologi, dan kimia untuk kepentingan pengajaran di kelas atau belajar
individu.

Berdasarkan penelitian terdahulu di daptkan hasil Analisis Hasil Belajar Siswa Dari hasil
belajar kognitif, seluruh siswa yang berjumlah 18 siswa 100% tuntas. Nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 74, nilai tersebut sudah melampaui dari skor minimum ketuntasan
siswa yang telah di tetapkan di SMK Negeri 1 Nganjuk yaitu 70. Nilai tersebut diperoleh dari
perpaduan antara nilai LP-Produk dan LP-Proses yang masing-masing berbobot 80% dan
20% hal ini sesuai dengan jumlah indikator dalam pembelajaran yaitu jumlah indikator
kognitif produk berjumlah 4 dan indikator kognitif proses ada 1 Diagram 1 Ketuntasan Hasil
Belajar Siswa. Simulasi PhET sangat mudah untuk digunakan. Simulasi ini ditulis dalam Java
dan Flash dan dapat dijalankan dengan menggunakan web browser baku selama plug-in Flash
dan Java sudah terpasang. Dengan kata lain, simulasi-simulasi PhET merupakan simulasi
yang ramah pengguna. Simulasi-simulasi PhET merupakan gambar bergerak (animasi),
interaktif dan dibuat seperti layaknya permainan dimana peserta didik dapat belajar dengan
melakukan eksplorasi. Simulasi-simulasi tersebut menekankan korespondensi antara
fenomena nyata dan simulasi komputer kemudian menyajikannya dalam model-model
konseptual fisis yang mudah dimengerti oleh para peserta didik. Simulasi-simulasi PhET
terdiri dari objek-objek yang tidak terlihat mata di dunia nyata, seperti atom, elektron, foton,
dan medan listrik. Peserta didik dapat melakukan interaksi melalui gambar dan kontrol-
kontrol intuitif yang di dalamnya memuat klik dan seret (click and drag), saklar geser dan
tombol-tombol. Dengan animasi yang disajikan para peserta didik dapat menyelidiki sebab
dan akibat pada fenomena yang disajikan.

Analisis Respon Siswa Berdasarkan hasil angket respon siswa yang telah disjikan
pada tabel 4.9 tanggapan siswa sangat baik terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan lab
Virtual PhET. Terlihat rata-rata siswa pada uji coba terbatas tertarik pada komponen isi
pelajaran, format handout, lembar kerja siswa (LKS), suasana belajar, dan cara mengajar
guru. Mereka tertarik karena memang metode ini baru mereka temui sehingga mereka merasa
ingin tahu tentang cara kerjanya. Hal ini sangat terlihat pada saat kegiatan pembelajaran
dimana siswa sangat antusias dengan kegiatan percobaan dengan menggunakan lab Virtual
PhET dalam merangkaikan KIT DC Only.

Setelah dilakukan validasi dan uji coba pada perangkat yang telah dikembangkan, didapat
beberapa temuan selama penelitian diantaranya: Pembelajaran dengan menggunakan lab
Virtual PhET merupakan hal baru bagi siswa, siswa belum pernah melakukan pembelajaran
yang seruapa sebelumnya sehingga dalam pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mengerjakan LKS. Waktu pembelajaran fisika dalam jadwal sekolah kurang cukup
untuk mengaplikasikan secara utuh perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Pada
saat percobaan berlangsung, siswa-siswa telah menemukan sendiri hal-hal yang penting
dalam kelistrikan seperti bagaimana terjadinya konslet / hubungan singkat arus listrik yang
mereka simulasikan dalam lab virtual PhET. Saat proses install ada beberapa laptop milik
siswa yang sangat sulit untuk diinstall software PhET. Karena ada beberapa laptop siswa
yang tidak memiliki program java atau ada program yang tidak compatible dengan software
PhET. Beberapa cara mengatasinya adalah dengan mengisntallkan terlebih dahulu program
java kedalam laptop siswa atau uninstall program yang tidak bisa bekerja bersama dengan
software PhET. Berdasarkan pengalaman kami, program yang tidak compatible misalnya
adalah smartsound yaitu salah satu sistem program dari Power Director.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasrkan data yang dikumpulkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan


bahwa hasil belajar siswa sebelum diajar dengan media simulasi menggunakan PhET masih
rendah dan pada saat penerapan media simulasi menggunakan PhET dapat meningkatkan
hasil belajar Fisika.

3.2 Saran

Saat ada materi fisika yang sangat memerlukan praktikum alagkah lebih baik
menggunakan phet sebagai alat bantu, karena dalam keadaan pandemic sekarang ini sangat
sulit melakukan pembelajaran secara tatap muka.
DAFTAR PUSTAKA

(Ekawati et al., 2015)Ekawati, Y., Haris, A., & Amin, B. D. (2015). Jurnal Pendidikan Fisika
And Technology) Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA
Muhammadiyah Limbung. Pendidikan Fisika, 3, 74–82.
Noviantoro, D. A., & Kustijono, R. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan
Lab Virtual Phet Sebagai Pelengkap Lab Riil Dalam Pembelajaran Fisika Jurusan
Multimedia Di Smkn 1 Nganjuk. Inovasi Pendidikan Fisika, 1(1), 113–119.
(Noviantoro & Kustijono, 2012)

Anda mungkin juga menyukai