DISUSUN OLEH:
Nama Mahasiswa : Athalia Eugenia Runtu
NIM : 412017021
Disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Athalia Eugenia Runtu
NIM : 412017021
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Tanah sebagai wadah bagi tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang karena terdapat
banyak komponen abiotic dan biotik. Aktivitas dalam tanah dapat memberikan pengaruh
positif terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga tumbuhan bergantung kepada tanah.
Sehingga kualitas tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, namum sering
dijumpai bahwa kualitas tanah rendah terhadap ketersediaan unsur hara yang mengurangi
kualitas tanah. Salah satu yang dibutuhkan tanah dan tanaman adalan nitrogen (N) yang
merupakan unsur makro . Pembentukan nitrat dapat terjadi dari perubahan bahan organic
menjadi nitrogen dalam tanah dapat terjadi melalui proses nitrifikasi (Kamphake et al, 1967).
Proses nitrifikasi merupakan proses perubahan bentuk nitrogen dari ammonium
menjadi nitrat, dan proses ini merupakan proses oksidasi enzimatis oleh mikroorganisme
tertentu (Brady, 1990). Proses nitrifikasi dilakukan oleh mikroorganisme tanah (nitrifier), dan
ketersedian mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor abiotic lingkungannya, ketersediaan C-
organik. Tidak ketersediaannya mikroorganisme dapat memperlambat nitrifikasi.
Kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengayaan media tanah
dengan ammonium terhadap kepadatan nitrifier dan aktivitas nitrifikasi pada tanah.
METODOLOGI
C× A
% nitrogen=
B
keterangan:
C : konsentrasi dalam mg.l-1, berat sampel dalam gram,
A : 0,1 (suatu faktor yang digunakan untuk konversi ke persen N)
B : Berat sampel
keterangan:
bk : berat kering tanah 1 gr tanah
C : berat tanah yang digunakan konsentrasi dalam mg.l-1, berat sampel dalam gram,
V : total voleme larutan yang ditambahkan
e. Penentuan berat kering tanah
Sebanyak 10 gram tanah segar dimasukan kedalam cawan yang telah diketahui beratnya.
sampel dikeringkan di dalam oven 100 C selama 24 jam (Ahn dkk. 2014)
f. pH tanah
5 gram tanah dimasukan kedalam erlenmeyer kemudian tambahkan 20 ml akuabides dan
inkubasi selama 60 menit di suhu ruang. pH tanah diukur menggunakan pH meter digital
(Prijono S dan Kusuma Z. 2012)
g. Penentuan jumlah mikroorganisme penitrifikasi menggunakan metode MPN
Sebanyak 5gram tanah dimasukan kedalam erlenmeyer dan tambahkan 45 ml larutan
garam fisiologi (seri pengeceran 10-1). Ambil 1 ml dari pengenceran 10-1 untuk membuat
seri pengenceran 10-2 – 10-6. Setelah itu ambil sebanyak 0.5 ml suspensi tanah yang telah
diencerkan dan pindahkan kedalam sumuran (mikroplate) (Gambar 1) yang telah berisi
0.5ml medium Ammonium ca-karbonat steril. Komposisi medium Ammonium Ca-
Carbonat (Subba Rao, 1999) adalah (NH4)2S04 0.5; K2SO4 1.0; FeSO4.7H20 0.03; NaCl
0.3; MgSO4.7H20 0.3; CaC03 7.5; dan air suling 1000 ml. Inokulasi dilakukan dalam
entkas untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi. Setelah inokulasi, tutup mikroplate
dg penutup yang diberi isolasi agar tidak terjadi penguapan selama inkubasi. Mikroplate
kemudian diinkubasi selama 4-8 minggu pada suhu ruang (Alexander dan Clark, 1965).
Secara berkala buka tutup mikroplate agar kondisi tetap aerob (untuk menjamin
tercukupinya oksigen untuk nitrifikasi). Pada akhir masa inkubasi tambahkan indikator
(0.2gram diphenylamine dalam 100 ml H2SO4) untuk mengetahui terbentuknya nitrit. Jika
sampel berwarna biru menunjukan nilai positif. Sebaliknya, jika tidak terbentuk warna
biru berarti negatif
h. Penentuan Potensi Nitrifikasi
Sebanyak 10 g tanah dimasukan ke dalam tabung Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1
ml larutan kalium klorat, 0.2 ml larutan amonium sulfat dan 40 ml buffer fosfat. setelah itu
diinkubasi selama 5 menit dishaker rotary 95rpm kemudian disetrifugasi dengan kecepatan
50 rpm selama 15 menit. Filtrat kemudian dimasukan kedalam botol kaca dan disimpan
pada suhu (-20°C). Sampel ini digunakan sebagai acuan untuk dibandingkan dengan
sampel tanah yang diinkubasi 48 jam. ulangi tahap yang sama untuk membuat sampel ke 2
(sampel 48 jam). masukan sampel tanah ke dalam erlenmeyer inkubasi 48 jam disuhu
kamar dalam ruang gelap atau dibungkus dengan plastic hitam atau kertas karbon. di akhir
inkubasi ulangi prosedur penyaringan.
HASIL
Berdasarkan metode yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 1. Faktor abiotik tanah awal
Sampel Tanah pHH2O Tanah Kelembapan (%)
TL 1 9 42.9
TL 2 7.37 42.9
TL 3 8.46 42.4
Aktivitas Nitrifikasi
Masa Inkubasi Sampel (µg nitrit/g tanah/jam)
K 01 5,22
Hari ke-0 (29/07/2020) MR 01 5,37
MT 01 5,89
K 02 2,10
Hari ke-14 (12/08/2020) MR 02 11,47
MT 02 15,70
Keterangan: K= Kontrol; MR= Medium Nitrifikasi Rendah; MT= Medium Nitrifikasi Tinggi
PEMBAHASAN
Tanah perkebunan banyak menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran
sapi, dan kotoran sapi unsur hara. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi dapat
dimanfaatkan dengan menggunakan kotoran ternak tersebut sebagai bahan pupuk.
Kandungan kotoran sapi yang diperlukan tanah dan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P)
dan Kalium (K) (Abdulgani, 1988). Maka dapat diasumsikan bahwa tanah perkebunan yang
digunakan dalam penelitian ini mengandung C-organik yang tinggi.
Nitrifikasi pada tanah dipengaruhi oleh ketersediaan dari ammonium bagi populasi
nitrifiers, dan kualitas tanah atas ketersediaan C dan N. pH tanah merupakan faktor utama
yang mempengaruhi proses nitrifikasi dalam tanah. Hasil pengukuran pH tanah menunjukkan
bahwa perubahan pH dari hari ke-0 dan ke-14 tidak signifikan. Menurut Madjid (2017)
bahwa tanah dapat mengalam pengasaman karena dekomposisi bahan organic menyebabkan
pengasaman tanah dan ketersediaan basa kurang mencukupi, sehingga basa tanah digunakan
mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Rentang pH yang
dihasilkan tergolong netral dan menurut Wheaton et al (1994) bahwa nitrifier dapat menjadi
non reaktif pada pH < 6 dan pH >10, dan pH tanah hari ke-0 dan ke-14 termasuk dalam
rentang pH yang optimum untuk proses nitrifikasi (Boyd, 1995).
Kelembaban tanah mempengaruhi pertumbuhan dari mikroorganisme pengoksidasi
ammonia dan kelompok denitrifier. Kondisi optimal untuk kelembaban tanah penting untuk
nitrifikasi, karena kandungan oksigen akan berkurang pada kelembaban tanah yang tinggi
karena pori-pori tanah dipenuhi oleh air. Nitrifier dapat berfungsi baik jika tanah tidak terlalu
lembab maupun terlalu kering, karena nitrifier membutuhkan oksigen dalam proses nitrifikasi
(Sahrawat, 2008).
Berdasarkan hasil Tabel 2. maka diketahui bahwa rata-rata konsentrasi ammonium
sebesar 0,00021 mg g-1 dan rata-rata konsentrasi nitrit yang didapat sebesar 31,81 mg g-1 pada
tanah awal sebelum adanya penambahan medium. Hal ini menunjuukn bahwa secara umum
terjadi penurunan konsentrasi ammonium yang diikuti oleh penurunan konsentrasi nitrit. Hal
ini terjadi karena mikroorganisme dalam tanah mengoksidasi ammonium dan mengubahnya
menjadi nitrit yang dapat digunakan untuk sintesis biomassa sel (Gottschalk, 1986).
Sedangkan rata-rata konsentrasi nitrat masih tergolong rendah, yaitu sebesar 1,213 mg g -1,
dan dapat diasumsikan bahwa proses nitrifikasi masih berlangsung sehingga masih
mengalami oksidasi. Sesuai dengan pendapat Sakai et al (1996) bahwa produksi peningkatan
nitrat akan seiring dengan penurunannya nitrit, sehingga saat konsentrasi nitrit lebih tinggi
maka kosentrasi nitrat rendah.
Dari Tabel 3. menunjukkan potensi aktivitas nitrifikasi pada tanah sebelum
penambahawan medium. Sedangkan Tabel 5. merupakan hasil aktivitas potensi nitrifikasi
setelah penambahan medium. Penambahan ammonium pada medium tinggi membantu
aktivitas nitrifikasi yang nampak pada hasil Tabel 5. Tanah dengan penambahan medium
rendah mengalami peningkatan potensi nitrifikasi pada hari ke-14, begitu juga dengan
medium tinggi mengalami peningkatan. Seiring lamanya inkubasi potensi nitrifikasi tanah
mengalami kenaikkan, sehiingga dapat diasumsikan bahwa tanah perkebunan yang digunakan
banyak mengandung C-organik dan penambahan ammonium membantu mikroorganisme
dalam proses nitrifikasi. Menurut Kiding et al (2015) tanah perkebunan yang banyak
mengandung C-organik dan ammonia akan membantu aktivitas nitrifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I.K. 1998. Seluk Beluk Kotoran Sapi Serta Manfaat Praktisnya. Fakultas
Peternakan, Institus Pertanian, Bogor.
Agustiyani D, Hartati I, Tanto H. 2008. Karakter Pertumbuhan dan Aktivitas Nitrifikasi
Kultur Mikroba N-Sw. Jurnal Biologi Indonesia 5: 69-78.
Ahn J Y, Kil DY, Kong C, Kim BG. 2014. Comparison of oven-drying methods for
determination of moisture content in feed Ingredients. Asian Australas. J. Anim. Sci.
27: 1615-1622.
Berg, P. & T. Rosswall. 1985. Ammonium oxidizer numbers, potential and actual oxidation
rates in two Swedish arable soils. Biol Fert Soils 1:131-140.
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment
tation. Auburn University Alabama, Alabama.
Brady,N.C.1990. The Nature and the Properties of Soils 10th -ed.MacMillan Publ. Co. New
York : 9 – 11; 253 – 336.
Gottschalk, G. 1986. Bacterial metabolism. 2nd ed. Springer-Verlag, New York.
Kamphake , L., Hannah, S., & Cohen, J. 1967. Automated analysis for nitrate by Hydrazine
eduction. Water Research I, 205.
Kiding, A., Khotimah, S., Linda, R. 2015. Karakterisasi dan Kepadatan Bakteri Nitrifikasi
pada Tingkat Kematangan Tanah Gambut yang berbeda di Kawasan Hutan
Lindugn Gunung Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Protobiont Vol.4 (1): 17-
21. Lautan Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Madjid, A. 2017. Kemasaman Tanah. (https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/kemasaman-
anah-32) Diakses pada 19 Agustus 2020, jam 09.07 WIB.
Sahrawat, K.L. 2008. Factorc Affecting Nitrification in Soils. Communications in Soil
Science nd Plant Analysis, 39:1436-1446.
Sakai, K., Y. Ikehata, Y. Ikenaga, M.Wakayama & M. Moriguchi. 1996.Nitrite oxidation by
heterotrophicbacteria under various nutritionaland aerobic conditions.
J.Ferment.Bioeng. 82(6): 613-617.
Wheaton, F.W., J.N. Hocheimer., G.F. Kaiser., M.J. Kronnes., C.C Easter. 1994.
Nitrifications nd filter principle. Aquaculture Water Reverse System Engineering &
Management. lsevier Science, Tokyo.