Anda di halaman 1dari 3

Delvin Roynaldo

00000034106
FK 110 – N
BERFILSAFAT SECARA KONTEKSTUAL

Identitas Buku
Judul Buku : Protopia Philosophia
Pengarang : Reza A. A. Wattimena
Penerbit : PT. Kanisius
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 456 Halaman

Protopia Philosophia, judul buku ini berasal dari dua bahasa yang berbeda. Protopia
berasal dari bahasa Roma yang artinya adalah keamjuan secara bertahap. Kata ini dibedakan
menjadi Utopia dan Protopia itu sendiri. Utopia memiliki arti tanpa tempat, sedangkan
Protopia memiliki arti proses bertekun dalam kompleksitas hidup dan berusaha melampaui
berbagai tantangan secara perlahan, namun pasti. Philosophia berasal dari bahasa Latin. Kata
tersebut memiliki arti filsafat. Jika kedua kata tersebut digabung, maknanya menjadi
sederhana yaitu upaya untuk maju secara bertahap dengan menggunakan filsafat.
Buku ini dibuat oleh Reza A. A. Wattiemana yang merupakan seorang yang sangat
ahli di bidang filsafat dan menjadi pengajar di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Buku
Protopia Philosophia menyajikan tiga bab. Bab pertama berjudul ‘Pengolahan Diri’, bab
kedua berjudul ‘Politik Nasional’, dan bab terakhir berjudul ‘Politik Global’. Setiap bab
didukung dengan sub-bab nya masing-masing yang menjelaskan inti-inti dari hal yang ingi
disampaikan. Secara utuh, penulis membuat buku ini dengan tujuan memberikan sudut
pandang yang berbeda terhadap pembacanya tentang suatu topik permasalahan yang dikemas
dengan keahlian berfilsafat yang dimilikinya. Selain mengubah cara pandang pembaca,
penulis juga menginginkan pembacanya untuk tetap berpikir secara kritis dan logis. Yang
dimaksud disini ialah, disaat kita mendapatkan suatu informasi, kita tidak boleh menangkap
informasi tersebut secara sekilas dan menanggapinya mentah-mentah. Pembaca harus
mengolah informasi tersebut agar tidak salah maksud dan menjadi bias. Penulis berharap
bahwa setelah membaca buku Protopia Philosophia, para pembaca bisa menjadi pribadi yang
lebih baik lagi dari sebelumnya di masa yang akan datang.
Pada bab yang pertama, pembahasannya tidak lain tentang pengolahan diri.
Bagaimana cara kita mengontrol dan mengatur diri kita sendiri untuk menjadi pribadi yang
bersahaja dan tidak berhenti disini saja. Sub-bab yang paling membuat saya tertarik dan
terpukau adalah pembahasan tentang “Tuhan” dimana pembahasan ini membuat pikiran saya
terbuka dan menjadi luas tentang ke-Tuhanan. Penulis mengawali sub-bab ini dengan
membahas dan berbicara tentang konsep tuhan, dimana konsep ini terlalu banyak dibicarakan
di berbagai tempat dan memang konsep ini mengundang banyak kontroversi, dalam buku ini
disebutkan bahwa konsep tuhan mendorong manusia untuk mencintai, konsep Tuhan menjadi
teladan sekaligus lambang untuk cinta sejati yang tanpa pamrih, namun disisi lain, konsep
tuhan juga mendorong untuk membenci, jika ingin tahu lebih lanjut, bisa di baca di halaman
35.
Pada bab kedua, penulis menulis tentang masalah-masalah politik nasional yang
sedang terjadi di negara Indonesia ini. Masalah yang dibahas oleh penulis merupakan
masalah-masalah umum yang biasa ditemukan pada keseharian kita. Sub-bab yang paling
menarik menurut saya adalah “Ini tentang Ahok”. Alasan pertama saya tertarik dengan sub-
bab ini karena saya adalah orang yang sangat mengikuti perkembangan kasus ini dari awal
hingga akhir dan kasus ini membuat saya tertarik untuk dibahas lebih dalam. Alasan kedua
adalah betapa penulis menuliskan opini yang sangat mempunyai dasar dan sesuai dengan
fakta yang ada. Pada sub-bab ini penulis menuliskan opininya tentang kasus ahok yang terjadi
pada tahun 2016 lalu,dimana ahok yang merupakan seorang gubernur DKI Jakarta pada masa
itu dituduh melakukan penistaan agama, kasus ini terjadi saat Ahok sedang mencalonkan diri
menjadi gubernur pada pilkada Jakarta Februari 2017, harapan para oposisinya adalah agar
ahok bisa kalah dan gagal menjabat menjadi gubernur DKI Jakarta, benar saja, harapan para
musuhnya menjadi sebuah kenyataan, Di buku ini dibahas detail dengan meyertakan pasal
dan undang-undang yang mendasari kasus Ahok ini.
Pada bab ketiga, penulis membahas tentang masalah-masalah yang lebih umum
dialami oleh setiap negara di dunia ini yaitu tentang “Politik Global”. Sub-bab yang paling
menarik bagi saya adalah Agama di Era Globalisasi. Karena persatuan di dunia ini
sebenarnya digoyahkan oleh orang-orang yang terlalu egois namun, juga tidak berani untuk
membawa nama organisasinya sendiri. Maka dari itu, mereka membawa nama agama untuk
melakukan aksi dan mewujudkan keinginan organisasi tersebut. Tidak hanya itu, agama juga
mulai dipakai sebagai alat berpolitik dan mendapatkan kekuasaan yang mereka inginkan.
Pada zaman globalisasi ini, nilai agama mulai runtuh dan tidak lagi sekuat dulu. Penulis
menegaskan bahwa agama tidak pernah salah namun, orang-orang didalamnya lah yang
kurang memahami agama mereka sendiri. Sifat terlalu fanatik dan tidak ingin menerima
perubahan membuat persatuan di dunia ini menjadi hancur, lalu bagaimana cara kita untuk
membangun persatuan itu lagi? Saling menghargai dan mau menerima bahwa kita hidup di
dunia tidak hanya sendiri.
Kelebihan dari buku ini adalah pemilihan kata oleh penulis yang mudah dimengerti
dan dipahami oleh pembaca. Penulis merangkum materi-materi yang ada di buku dengan
ringkas namun padat,jelas,dan tentu saja sangat berbobot untuk di baca. Selain itu, penulis
juga menanamkan sifat peduli terhadap diri sendiri. Hal ini terlihat dalam bab pertama yang
sub-babnya menjelaskan tentang permasalahan terhadap diri sendiri. Secara kasar, penulis
ingin menerapkan bahwa apabila kita ingin melakukan perubahan, kita harus berubah dari
diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mencoba untuk melakukan perubahan lingkungan
sekitar kita. Kelebihan lainnya adalah masalah-masalah yang ditulis oleh penulis merupakan
masalah yang sering terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Jadi, pembaca dapat mengaitkan
banyak hal dengan hidupnya sendiri dan dapat dengan mudah menerapkannya.
Saat saya membaca bab satu sampai dua, saya tidak menemukan kekurangan di dalam
buku ini. Ketika mulai masuk bab tiga, saya mulai menemukan beberapa kekurangan. Bab
tiga berisikan topik-topik yang sebenernya berat dan sulit untuk dimengerti. Apabila seorang
pembaca tidak menguasai topik tersebut, maka orang tersebut tidak terlalu tertarik untuk
membaca bab tersebut. Mungkin, di buku setelah ini dapat dituliskan pengantar atau garis
besar topik-topik yang akan ditulis. Dengan menulis pengantar, pembaca dapat mengerti
topik apa saja yang akan dibicarakan di dalam bab tersebut.
Buku ini saya rekomendasikan untuk kalian yang ingin membuat perubahan terhadap
diri sendiri ataupun lingkungan sekitar. Selain mendapatkan ilmu-ilmu baru, buku ini juga
membiasakan kita untuk berpikir kritis terhadap suatu topik.

Anda mungkin juga menyukai