Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


PRODI S1 BK-FIP

SKOR NILAI:

DISUSUN OLEH
NAMA : NAILA SYAKIRA
NIM : 1211151013
DOSEN PENGAMPU : NANI BARORAH NASUTION S.Psi., M.A.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,yang telah melimpahkan rahmatnya dan
hidayah-Nya kepada saya dapat menyelesaikan Critical Book Rewiew (CBR) untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Perkembangan.Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Demikian penyusunanya semoga dari
makalah ini dapat di ambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

Rasionalisasi pentingnya CBR

Tujuan penulisan CBR

Maanfaat penulisan CBR

Identitas buku

BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Ringkasan buku utama

Ringkasan buku pembanding

BAB III

PEMBAHASAN

Kelebihan buku

Kekurangan buku

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas,
menganalisis, membandingkan, mengkritik dan memberi nilaI-nilai yang terkandung dalam
sebuah buku yang dianalisis. Sering kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan. Misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR Perkembangan filsafat pendidikan ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok pembahasan tentang Perkembangan filsafat
pendidikan.

B. Tujuan Penulisan CBR

1. Mengulas isi sebuah buku.


2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
3. Melatih diri untuk beragumentasi dan berfikir kritis dalam mencari informasi yang
terdapat pada buku.
4. Mengkritik dan pembahasan yang terdapat pada buku tersebut.

C. Manfaat Penulisan CBR

1. Menambah wawasan tentang filsafat pendidikan.


2. Mengetahui perbedaan dalam filsafat pendidikan.
3. Memahami tipe-tipe filsafat pendidikan.

D. Identitas Buku

Identitas buku utama : Buku Utama


Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
Tahun terbit : 2015
Penulisan buku : Muhammad Anwar
Penerbit buku :KENCANA
Kota penerbit : Jakarta
ISBN : 978-602-1186-52-7

Identitas Pembanding : Buku Pembanding


Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
Tahun terbit : 2015
Penulisan buku : Prof. Dr. H.A. Yunus, Drs., SH., MBA, M.Si.
Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd
Penerbit buku : Yayasan Pembina Pendidikan Majalengka
Kota penerbit : Majalengka
ISBN :
Identitas Pembanding : Buku Pembanding
Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
Tahun terbit : 2019
Penulisan buku : Yusnadi, Dkk
Penerbit buku : Halamanmoeka
Kota penerbit : Medan
ISBN :
BAB II

RINGKASAN BUKU

Buku Utama

BAB 1 PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN
MANUSIA
Filsafat dalam arti pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah.
Sedangkan, pada pengertian ke dua, merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan
atau pembahasan masalah. Manusia, dalam hidup dan kehidupannya tidak pernah sepi dan terus
melekat dengan masalah, baik sebagai individu dalam keluarga, masyarakat, dan negara maupun
dalam masalah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya. Di samping itu, ilsafat
mempunyai konotasi dalam segala hal yang bersifat teoretis, transendental, abstrak, dan lain
sebagainya.
Apakah ilsafat itu? Filsafat dari segi bahasa, pada hakikatnya adalah menggunakan rasio
(berpikir). tetapi, tidak semua proses berpikir disebut ilsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui
dalam kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat golongan
pemikiran yaitu: 1. Pemikiran Pseudo-Ilmiah. 2. Pemikiran Awam. 3. Pemikiran Ilmiah, dan 4.
Pemikiran Filosois.
Filsafat juga merupakan ilmu tertua yang menjadi induk ilmu pengetahuan lain. Hal itu,
sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher sebagai berikut : Philosophy was, as its etymology
from the Greek words Pilos and Sopia suggests, love of wisdom of learning. More over it was love of
learning in general; it subsumed under one heading what to day we call science as well as what we
now call philosophy. It is for the reason that philosophy is often referred to us the mother as well as
the queen of the science. Maksud dari pada statement di atas adalah bahwa ilsafat berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Philos dan Sopia yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar. Lebih dari itu,
dapat diartikan cinta belajar, pada umumnya hanya ada dalam ilsafat. Untuk alasan tersebut, maka
sering dikatakan bahwa ilsafat merupakan induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dari dua deinisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilsafat secara konsepsional is the mother
of science and synoptic thinking. Atau metode berpikir sinoptis, yakni berpikir merangkum dengan
jalan menarik kesimpulan umum dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dalam suatu aksioma
melalui proses generalisasi dan abstraksi. Misalnya dalam ilmu biologi, psikologi, dan isika, kita akan
dapat menarik kesimpulan bahwa tiap peristiwa, tentu ada sebab terjadinya, dan setiap tingkah laku
makhluk apa pun tentu berarah tujuan, sedangkan hidup dan kehidupan ini pun mengikuti suatu
aturan tertentu. Kebalikannya adalah berpikir relektif, yang dimulai dari suatu keragu-raguan,
kemudian dirumuskan apa yang menjadi inti keraguan itu, baru ditemukan kemungkinan-
kemungkinan pemecahan atau penegasan keraguan itu untuk dicarikan datanya.
Dalam ilmu pengetahuan, ilsafat mempunyai kedudukan sentral, dan asal atau pokok. Karena,
ilsafat pada awalnya merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian untuk mencapai
kebenaran pengetahuan. Tetapi, manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau sesuatu dari
sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Kemudian, timbullah
penyelidikan mengenai hal-hal khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkungan ilsafat. Jika
penyelidikan ini telah mencapai tingkat tinggi, maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari
ilsafat, menjadi cabang ilmu pengetahuan baru yang berdiri sendiri.
Filsafat sebagai suatu ikhtiar berpikir, bukan berarti untuk merumuskan suatu doktrin inal,
konklusif, dan tidak bisa diganggu gugat. Dia bukan sekadar idealis seperti apa yang kita alami
sebagai realitas. Di samping itu, ada pula anggapan bahwa ilsafat hanya suatu kegiatan perenungan
yang bertujuan mencapai pengetahuan tentang hakikat dan segala hal yang nyata. Untuk sampai
pada pengertian lebih lanjut dari sekadar persepsi, ilsafat yaitu berupa kegiatan mental dalam wujud
konseptualisasi.
BAB 2 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN SERTA PERANANNYA
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui dua istilah
yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan
paedagoiek. Pedagogi beraiti pendidikan, sedangkan paeda artinya ilmu pendidikan. Pedagogik atau
ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Istilah
ini berasal dan kata Pedagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anakanak. Sedangkan, yang
sering menggunakan istilah paidagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani Kuno,
yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anakanak ke dan dari sekolah. Paidagogos berasal
dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paidagogos yang pada
mulanya berarti pelayan, kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena, pengertian pai (dari
paidagogos) berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah
mandiri dan bertanggung jawab.
Pada mulanya, ilsafat pendidikan adalah cara pendekatan terhadap masalah pendidikan yang
biasa dilakukan di negara Anglo Saxon. Di Amerika Serikat misalnya, ilsafat pendidikan dimulai
dengan pengkajian terhadap beberapa aliran ilsafat tertentu seperti pragmatisme, idealisme,
realisme, dan eksistensialisme, yang diakhiri dengan implikasinya ke dalam aspek-aspek pendidikan.
Apabila ditanyakan, apakah ilsafat pendidikan itu? Maka untuk menjawab pertanyaan
tersebut, digunakan dua pendekatan, yaitu (1) Menggunakan pendekatan tradisional, (2)
Menggunakan pendekatan yang bersifat kritis. Pada pendekatan pertama digunakan untuk
memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya. Sedangkan,
pada pendekatan ke dua, digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar
yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik ke
arah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh terhadap
perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik, dan/atau subjek didik ke arah yang lebih
dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun isik (jasmani) menuju
kedewasaan dan kematangan. Tujuan akhir pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
semua potensi manusia (si terdidik, subjek didik) secara teratur akan terwujud, apabila prakondisi
alamiah dan sosial manusia memungkinkan. Seperti iklim, makanan, kesehatan, dan keamanan, yang
relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.

BAB 3 MASALAH POKOK FILSAFAT DAN PENDIDIKAN


Sel pengetahuan mempunyai objek masing-masing. Biologi mempunyai objek tumbuh-
tumbuhan, manusia, dan hewan. Kimia mempunyai objek unsur-unsur dan materi, dan lain
sebagainya. Jika kita amati semua cabang-cabang ilmu pengetahuan, itu ternyata objeknya alam
kodrat. Namun dari objek tersebut menimbulkan beberapa cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Pandangan kita terhadap ilsafat adalah positif dan konstruktif. Filsafat memang mempunyai
hubungan dengan kehidupan manusia, karena dari kehidupan itulah kita mengenal ilsafat. Jadi,
ilsafat mempunyai dasar atau gejala-gejala dari persoalan. Kemudian, apakah objek ilsafat?
Jawabnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Objek materi ilsafat terdiri atas tiga persoalan pokok yaitu: a. Masalah Tuhan, yang sama
sekali di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. b. Masalah alam yang belum
atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. BAB 3 Masalah Pokok Filsafat dan
Pendidikan c. Masalah manusia yang juga belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa.
2. Objek formal ilsafat, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya
persoalan, sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi ilsafat, sepanjang
kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.
Filsafat sebagai ilmu yang mengadakan tinjauan dan mempelajari objeknya dari sudut
hakikat, juga mengadakan tinjauan dari segi sistematik. Artinya, tinjauan dengan memperoleh
pandangan mengenai problem-problemnya yang utama dan lapangan penyelidikannya yang saling
berhubungan. Menurut John S. Brubacher, problema-problema ilsafat tersebut juga merupakan
problem esensial dan pendidikan, antara ilsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat.
Pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya, antara lain, dapat menggunakannya sebagai
dasar hasil-hasil yang dicapai oleh cabang-cabang di atas. Misalnya, dalam menyelidiki dan
mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan diperlukan pendirian tentang pandangan, dunia yang
bagaimanakah tempat kita hidup. Jika sampai kepada persoalan ini, berarti pendidikan masuk dalam
lingkungan metaisika. Sedangkan, epistimologi diperlukan, antara lain dalam hubungannya dengan
penyusunan dasar-dasar kurikulum. Karena, kurikulum diumpamakan sebagai jalan raya yang harus
dilewati oleh siswa dalam usahanya untuk memahami pengetahuan.

BAB 4 PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN


Jika kita renungi pendapat R.C. Lodge tersebut, maka secara singkat dapat kita pahami
bahwa masalah pendidikan memerlukan jawaban secara ilosois. Bidang ilsafat pendidikan adalah
juga masalah hidup dan kehidupan manusia. Karena, semua pengalaman yang dialami seseorang
selama hidup dapat dikatakan sebagai pendidikan. Pengertian pendidikan, sebagaimana yang telah
kita bahas, berarti usaha manusia dewasa secara sadar dalam membimbing, melatih, mengajar, dan
menanamkan nilai-nilai dan pandangan hidup kepada manusia yang belum dewasa. Tujuannya, agar
menjadi manusia dewasa, bertanggung jawab, dan mampu berdiri sendiri (mandiri) sesuai dengan
sifat, hakikat, dan ciri-ciri kemanusiaannya. Pendidikan formal yang diperoleh di sekolah hanya
merupakan bagian kecil, tapi menjadi masalah inti dan tidak bisa dilepaskan dalam kaitannya dengan
proses pendidikan secara keseluruhan dalam kehidupan ini.
1. Potensi jasmani dan pancaindra, Dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara
gizi makanan, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, lingkungan hidup bersih. 2. Potensi pikir
(rasional), Dengan mengembangkan kecerdasan suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir kritis, dan objektif. 3. Potensi perasaan
dikembangkan, a. perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan (etika) dengan
menghayati tata nilai ketuhanan, keagamaan, kemanusiaan, sosial budaya, dan ilsafat. b. perasaan
estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra dan budaya. 4.
Potensi karsa atau kemauan yang keras Dengan mengembangkan sikap rajin belajar atau bekerja,
ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis (pelopor), suka berprakarsa, termasuk
hemat, dan hidup sederhana. 5. Potensi-potensi cipta Dengan mengembangkan daya kreasi dan
imajinasi dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni budaya (sastra, puisi, lukisan,
desain, dan model). 6. Potensi karya, Konsepsi dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi,
semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau karya yang nyata.
Misalnya, gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya. 7.
Potensi budi nurani, Kesadaran ketuhanan dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang
meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil
atau manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
Untuk maksud itu, organisasi pendidikan internasional yang lebih dikenal dengan nama
United Nations Educational, Scientiic, and Cultural Organization (UNESCO) telah berupaya
merumuskan kebijakan-kebijakan dan strategi pendidikan untuk menemukan ciri-ciri khusus
pendidikan, untuk masa sekarang dan yang akan datang. Upaya tersebut dilakukan untuk
menyamakan tujuan yang masih simpang-siur, metode-metode yang berbeda. Sejak tahun 50-an,
perhatian para pejabat UNESCO dan para ahli selalu memusatkan perhatian mereka pada beberapa
masalah utama, How to obtain quantitative expansion in education, make education democratic,
diversity the structures of educational system and modernize content and methods. (Bagaimana
memperoleh perluasan kuantitatif dalam pendidikan, membuat pendidikan demokratis, membuat
variasi (menyelang-nyeling) sistemsistem pendidikan, dan memodernkan isi dan metode).
BAB 5 TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Manusia adalah satu jenis makhluk hidup yang menjadi anggota populasi di permukaan bumi
ini. Ia adalah suatu himpunan yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh sekian juta makhluk
hidup lainnya. Manusia, selama ia hidup selalu berusaha dan berjuang untuk memanfaatkan alam
sekitarnya dengan cara menggunakan daya dan tenaga alam untuk kepentingan dirinya.
Digunakannya tanah, air, udara, api, sinar, dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dengan
hewan.
Manusia tidak dapat dipandang sebagai makhluk yang terlalu istimewa dan luar biasa, jika
dipandang dan segi ini saja. Pandangan seperii ini menyebabkan Lamatterie (1709-1751), seorang
ilsuf Prancis itu, mengatakan bahwa tidak ada beda manusia dengan binatang. Sedangkan yang
membedakan manusia dengan jenis makhluk lainnya, terletak pada sifat-sifat kehidupan rohaninya,
yaitu bahwa manusia memiliki potensi akal budi. mahami hal-hal abstrak, dan mengabstraksikan hal-
hal konkret. Dengan akal manusia dapat menghubungkan sebab dan akibat, dapat menghubungkan
masa lalu dan masa yang akan datang, dapat mengerti lambang-lambang dan bahasa. Dengan akal
budi, manusia mempunyai cita-cita dan tujuan hidup. Karena, akal manusia melahirkan kebudayaan,
mengubah benda-benda alam menjadi benda budaya sesuai dengan kehendak dan kebutuhan
hidupnya. Karena akal, manusia menjadi bermoral dan menciptakan normanorma hidup
bermasyarakat. Manusia dengan akalnya dapat berimajinasi, sehingga menjadi makhluk yang
mempunyai daya cipta yang tinggi.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu atau pendiri Republik ini telah
merumuskan secara jelas tujuan dan cita-cita hidup kita sebagai bangsa dan negara Indonesia.
Karena, suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan kuat harus mempunyai tujuan hidup yang dicita-
citakan. Bagi kita, sejak negara Indonesia merdeka, tujuan itu telah ada dan jelas, sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Cita-cita kemerdekaan yaitu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindnngi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan turut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu
proses yang diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini ditentukan oleh tujuan-
tujuan akhir. Pada umumnya, esensi ditentukan oleh masyarakat, yang dirumuskan secara singkat
dan padat, seperti kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi, dan terbentuknya
kepribadian Muslim.

BAB 6 FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS


Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia, terlebih dalam zaman modern
sekarang ini yang dikenal dengan abad cyhemetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan
(education as power) yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain. Karena,
menurut heodore Brameld bahwa Education as power means competent and strong enough to
enable us, the majority of people, to decide what kind of a world we want and how to achieve that
kind world. (Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan yang cukup kuat bagi
kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia bagaimana yang kita inginkan dan
bagaimana mencapai dunia semacam itu. Tidak ada satu fungsi dan jabatan di dalam masyarakat
tanpa melalui proses pendidikan). Pendek kata, seluruh aspek kehidupan memerlukan proses
pendidikan baik di dalam maupun di luar lembaga formal. Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi
dalam proses pendidikan di masyarakat memengaruhi perkembangan kepribadian manusia. Untuk
memperoleh hakikat diri yang makin bertambah sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang
kehidupan manusia.
Menurut Richey tersebut di atas, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas
mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama memperkenalkan
kepada warga mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah
suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah
suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam
masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan
pendidikan formal, yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar
sekolah. Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, diuraikan oleh Lodge bahwa pendidikan
dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi)
dengan latar belakang sosialnya dengan pandangan hidupnya dari masyarakat ke generasi
berikutnya, dan demikian seterusnya. Selanjutnya, dalam praktiknya pendidikan identik dengan
sekolah yaitu pengajaran formal dalam kondisi dan situasi yang diatur, yang hanya menyangkut
pribadi yang secara sukarela mengikutinya. Kendati pun dalam kenyataannya pada masyarakat dan
negara-negara maju dan sedang berkembang pada tiap-tiap warga negara dikenakan wajib belajar
untuk tingkat-tingkat tertentu. Hal ini adalah merupakan perwujudan betapa pentingnya pendidikan
bagi manusia

BAB 7 DEMOKRASI PENDIDIKAN


Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga memberikan
manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung tiga hal, yaitu: (1) Rasa hormat
terhadap harkat sesama manusia, (2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat,
dan (3) Rela berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama.
1. Rasa Hormat Terhadap Harkat Sesama Manusia Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai
pilar pertama untuk menjamin persaudaraan dan hak manusia dengan tidak memandang jenis
kelamin, umur, warna kulit, agama, dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang
ditanamkan dengan tidak memandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya, baik
hubungan antara sesama peserta didik, atau hubungan antara peserta didik dengan gurunya
yang saling menghargai dan menghormati.
2. Setiap Manusia Memiliki Perubahan ke Arah Pemikiran yang Sehat Dari acuan prinsip inilah,
timbul pandangan bahwa manusia itu harus di didik, karena dengan pendidikan itu manusia
akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik, dan sempurna.
3. Rela Berbakti Untuk Kepentingan dan Kesejahteraan Bersama Lebih jauh lagi, demokrasi di sini
tidak berarti setiap orang dibatasi oleh kepentingan individu-individu lain. Demokrasi
Pendidikan ngan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati
kepentingannya. Karena itu, seharusnya tidak ada seseorang yang karena kebebasannya
berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain dan/atau kebebasan dirinya
sendiri. Dengan adanya norma-norma atau aturan serta tata nilai yang terdapat di masyarakat
itulah, yang membatasi dan mengendalikan kebebasan setiap orang. Karena itu, warga negara
yang demokratis akan dapat menerima pembatasan kebebasan itu dengan rela hati dan orang
lain dapat merasakan kebebasan yang didapat setiap warga negara tadi. Artinya, tiap-tiap
warga negara hendaknya memahami kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai
warga negara. Suatu negara demokrasi bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada
masyarakatnya.
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah di bawah ini. 1.
Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan. 2. Kesempatan yang sama bagi warga
negara untuk memperoleh pendidikan. 3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka. Dari
prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat
banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat, dan jenis masyarakat di mana mereka berada. Karena
dalam kenyataannya, pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar
belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya, masyarakat agraris akan berbeda
dengan masyarakat metropolitan dan modern, dan lain sebagainya.

BAB 8 ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Jika kita kembali ke pangkal bahasan, maka renungan kita seolah-olah menelusuri hasil
pemikiran ahli-ahli ilsafat atau ilsuf sepanjang masa. Sasarannya yaitu mengatasi permasalahan atau
problema-problema hidup manusia di dunia, karena manusia memang dalam hidup dan
kehidupannya terus melekat dengan problematikanya, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
Hasil pemikiran para ilsuf yang sangat panjang itu telah memperkaya dunia keilmuan yang
juga memengaruhi sistem ilmu dan budaya hidup manusia, memengaruhi sistem sosial dan politik,
sistem ideologi semua bangsa, dan lain sebagainya. Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat telah
banyak membantu dunia dengan buah pikiran dengan para ilsufnya. Dunia berada dalam
perlindungan ilsafat, karena ilsafat mengabdi pada dunia, demi kesejahteraan umat manusia. Ajaran
ilsafat menjadi ilsafat bangsa tertentu dan menjadi keyakinan nasional, tidak terhitung jumlahnya,
seperti nasionalisme, sosialisme, liberalisme, dan komunisme.
Dalam buku Modern Philosophies of Education oleh John S. Brubacher mengungkapkan
perbedaan aliran ilsafat pendidikan. Misalnya, Pragmatic Naturalism, Re-constructionism, Romantic
Naturalism, Existentialism, Idealism, Realism, Rational Humanism, Scholastic Realism, Pascism,
Communism, dan Deymocracy.
Menurut Brameld, perkembangan pemikiran dunia ilsafat pendidikan dapat diketahui melalui
aliran ilsafat pendidikan progressivism, essentialism,perennialism, dan reconstructionism. Dalam
keempat aliran tersebut, masih ada kesamaan unsur-unsur dan memungkinkan adanya tumpang-
tindih (ovarlapping) antara aliran satu dengan lainnya. Karena itu, kita memang sulit menemukan
perbedaan aliran secara dikotomis dan kontradiktif.

BUKU PEMBANDING

BAB I PENDAHULUAN
Menurut Al-Maraghi (1985:127) “Khalifah, artinya jenis lain dari mahkluk sebelumnya. Bisa
juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat
manusia”. Kemudian dalam pengertian secara ijmal, QS Al Baqarah ayat 30 tersebut menjelaskan
tentang nikmat-nikmat Allah, dengan nikmat itu manusia dapat menjauhkan diri dari maksiat dan
kufur serta memotivasi seseorang untuk senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Di
samping itu, diciptakannya Adam as 2 dalam bentuk yang sempurna, di samping kenikmatan juga
memiliki ilmu pengetahuan yang banyak serta diberi kewenangan untuk berkuasa di muka bumi,
berkuasa penuh mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah. Inilah nikmat paling agung
yang dianugerahkan Allah kepada Adam as yang wajib disyukuri oleh seluruh manusia sebagai
keturunannya sampai akhir zaman. Bentuk syukur yang paling layak adalah mengabdi sepenuh hati,
taat kepada segala perintah-Nya, termasuk menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh-Nya.
Dengan demikian, dalam buku ini akan dibahas secara runtut tentang aspek-aspek tersebut,
mulai dari pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam; Sejarah perkembangannya;
Pandangan filsafat Islam tentang alam semesta, manusia, masyarakat, dan ilmu pengetahuan;
Hakekat pendidikan, pendidik, dan peserta didik; Hakekat ilmu dan etika ilmuwan; Tujuan dan Fungsi
Pendidikan Islam; Hakekat kurikulum, alat pendidikan, dan evaluasinya; serta membahas sejumlah
tokoh filsafat pendidikan Islam, sehingga akan 6 tergambar bahwa filsafat pendidikan Islam
merupakan suatu sistem.

BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Filsafat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bukan hanya karena sejarahnya
yang panjang tetapi juga ajaran filsafat bisa menjangkau masa depan umat manusia dalam bentuk-
bentuk ideologi. Oleh karena itu manusia, bangsa-bangsa dan negara-negara yang ada pada zaman
modern ini, semuanya merupakan pengabdi yang setia terhadap nilai-nilai filsafat tertentu yang
sudah ada sejak lama, sebagai ideologi masing-masing. Lalu muncul pertanyaan, apakah Filsafat itu?
Untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang kongkrit saja tidaklah mudah, karena
keterbatasan perbendaharaan kata dan kurangnya kemampuan intelektual untuk merumuskannya.
Di samping itu pada umumnya definisi itu merupakan pandangan atau hasil berpikir seseorang, maka
faktor subyektifitas akan sulit dihindari. Apalagi memberi batasan kepada sesuatu yang bersifat
abstrak seperti halnya filsafat, tentu lebih sulit lagi. Namun demikian, hal itu bukan berarti tidak
mungkin dilakukan, hanya pendapat dan bahasan tentang filsafat akan berbeda-beda, baik bentuk
maupun coraknya, sesuai dengan keadaan perkembangan masyarakat dan pandangan masing-
masing.
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani, yaitu PhilosophiaI dan Philosophos. Menurut
kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta kebijaksanaan. Pendapat lain mengatakan bahwa
filsafat menurut asal katanya adalah “cinta akan kebenaran” yang berasal dari bahasa Yunani philos
(cinta) dan sophia (kebenaran). Ada juga yang berpendapat bahwa, kata falsafah berasal dari bahasa
Yunani kuno apabila diterjemahkan secara bebas berarti “cinta akan hikmah”. Dengan demikian
falsafat itu sendiri bukanlah hikmah, tetapi filsafat adalah cinta terhadap hikmah dan selalu berusaha
untuk mendapatkan hikmah. Oleh karena itu, seorang filosof atau orang yang mencintai hikmah
akan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian kepadanya dan menciptakan sikap yang
positif terhadapnya. Di samping itu, dalam mencari hakekat sesuatu, akan berusaha menentukan
sebab akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman manusia secara bijaksana.

BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDI- KAN ISLAM


Secara substansi, sejarah pendidikan sama tuanya dengan sejarah manusia. Tetapi secara
keilmuan, tentu ada tahapan-tahapan sejarah sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia
sebagai subyeknya. Demikian juga pendidikan Islam, tidak langsung menjelma dalam kehidupan,
melainkan memiliki tahapan-tahapan tertentu, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sekarang.
Dalam tarikh Islam, pendidikan Islam berkembang sejak Nabi Muhammad saw. menerima wahyu
pertama, karena pada hakekatnya Nabi Muhammad saw. berperan sebagai pendidik bagi umat
manusia, khususnya bagi umat Islam. Dalam buku ini perkembangan pendidikan Islam akan
ditelusuri melalui dua fase global, yakni perkembangan pendidikan Islam pada masa khulafaur
Rashidin dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
3.1 Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Khulafaur Rashidin
Khulafaur Rashidin adalah istilah yang erat kaitannya dengan masa kepemimpinan umat
Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw., terdiri atas empat periode, yakni masa Abu Bakar Sidik,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Secara umum, yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Ahmad Tafsir, 2008).
3.2 Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Secara historis pendidikan Islam di Indonesia mulai berkembang sejak Islam memasuki
Nusantara, walaupun tidak secara nyata menggambarkan suatu proses pendidikan. Setidaknya
penduduk Nusantara mulai kontak dengan Islam melalui interaksi dengan para saudagar yang
berlayar antara dunia Arab dan Asia Timur sekitar abad ke-7.

BAB IV ALAM SEMESTA, MANUSIA, MASYARA- KAT, DAN ILMU PENGETAHUAN


Dalam ajaran Islam, ibadah memiliki makna luas dan komprehensif. Pada hakekatnya, ibadah
umat Islam merupakan kesediaan untuk mengabdi kepada Allah SWT, sepanjang hidupnya diisi
dengan kepatuhan terhadap Allah SWT, baik dalam menjalankan apa yang diperintahkan maupun
menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Di samping itu, konsep ibadah dalam Islam memiliki tiga
dimensi yang saling berkaitan, yakni hablum minallah, hablum minan naas, dan hablum minal’alam.
Dalam prakteknya, baik ibadah kepada Allah SWT, ibadah yang berhubungan dengan sesama
manusia maupun ibadah yang berkaitan dengan alam semesta memerlukan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, dalam filsafat pendidikan Islam pendidikan erat hubungannya dengan alam semesta,
manusia, masyarakat, dan ilmu pengetahuan.
4.1 Alam Semesta Dilihat dari sudut pandang filsafat, alam semesta banyak memberikan
inspirasi kepada manusia untuk memahami keagungan sang Pencipta. Pada masa-masa awal
kelahiran filsafat Yunani Kuno, dikenal adanya filsuf-filsuf alam, dikatakan demikian karena
pemikiran-pemikiran mereka dibangkitkan oleh kekagumannya terhadap alam beserta
fenomenanya.
4.2 Manusia Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang merupakan makhluk paling
mulia dibandingkan dengan makhluk lain di alam semesta ini. Salah satu kelebihan tersebut karena
dianugerahi akal dan kemampuan berpikir serta dipercaya mengemban tugas sebagai khalifah di
muka bumi. Dengan dianugerahi akal tersebut manusia memiliki kelebihan, antara lain dapat
membedakan antara yang baik dengan yang buruk, menyeimbangkan antara hak dan kewajiban,
mampu berpikir untuk meningkatkan martabat, mampu mengembangkan ilmu pengetahuan melalui
penelitian, serta mampu menggali potensi yang ada pada dirinya dan potensi yang terkadung di alam
semesta.
4.3 Masyarakat Menurut bahasa, istilah masyarakat merupakan terjemahan bebas dari
bahasa Inggris society, berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. Dalam bahasa Arab, istilah
masyarakat berasal dari kata syaraka yang berarti ikut serta dan berpartisipasi. Menurut istilah,
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bergaul dan berinteraksi dengan sarana yang
bersumber dari warganya.
4.4 Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan merupakan produk kegiatan berfikir manusia untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya dengan jalan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
Ilmu pengetahuan yang sudah ada akan melahirkan pendekatan baru dalam berbagai penyelidikan
atau penelitian, dan penelitian akan melahirkan ilmu baru. Apabila dikaitkan dengan hakekat
manusia yang memiliki potensi akal dan selalu memikirkan tentang cara-cara memecahkan masalah
yang dihadapi, maka ilmu akan terus berkembang sepanjang manusia itu ada.

BAB V HAKEKAT PENDIDIKAN, PENDIDIK, DAN PESERTA DIDIK


Secara filosofis, filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang saling melengkapi. Filsafat
tanpa pendidikan tidak akan menghasilkan perubahan apa pun dalam kehidupan manusia, karena
ide-ide filsafat yang bersifat abstrak akan sulit direalisasikan. Sedangkan pendidikan tanpa landasan
filsafat tidak memiliki kejelasan arah dan tidak bernilai. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan
bagaikan dua sisi mata uang, jika digabung akan menjadi kesatuan yang utuh dan bermakna, jika
dipisah makna dan manfaatnya akan berkurang.
Secara teknis, proses pendidikan melibatkan beberapa unsur yang satu sama lain saling
berkaitan, apabila salah satu tidak terpenuhi proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Unsur
utama yang memungkinkan pendidikan berlangsung dengan wajar adalah pendidik dan peserta
didik. Di samping itu akan muncul unsur pendukung, antara lain materi, metode, alat pendidikan,
dan lingkungan. Dalam bab ini, hanya akan dibahas tentang hakekat pendidikan, pendidik dan
peserta didik.
Dalam kondisi normal, apa pun yang dilakukan manusia tentu memiliki tujuan tertentu.
Apalagi dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan muara dari semua aktifitas yang dilakukan agar
bermakna dan memiliki arah yang jelas. Dalam pendidikan Islam adalah perubahan yang dikehendaki
atau diinginkan kemudian diupayakan melalui proses untuk mencapainya. Tujuan merupakan
masalah sentral dalam proses pendidikan, karena mengarahkan semua aktifitas perbuatan mendidik
Oleh karena itu tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas dan benar-benar memiliki nilai
kebaikan.

BAB VI KEWAJIBAN MENCARI ILMU, PERAN DAN ETIKA ILMUWAN


Islam menghendaki agar umatnya memiliki kepandaian dan ilmu pengetahuan yang luas,
karena itu Al-Quran mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Hal ini dapat diamati dari riwayat
turunnya Al Quran wahyu pertama (Al- „Alaq ayat 1-5) Artinya:” 1). Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan; 2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; 3)
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah; 4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam; 5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Wahyu pertama tersebut diawali dengan kata iqra yang menyuruh untuk membaca.
Membaca merupakan kunci untuk mencari dan memahami ilmu pengetahuan. Pentingnya ilmu
pengetahuan tercermin juga dari sikap Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya pada awal
sejarah perkembangan Islam, pada saat itu musuh yang tertangkap dan memiliki kemampuan baca-
tulis, oleh kaum muslimin dihukum dengan cara mengajarkan baca tulis. Hal ini menunjukkan betapa
besarnya perhatian Nabi kepada pengembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu pantas apabila
perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam mampu menembus tataran dunia, bahkan menjadi
perintis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia 106 sampai saat ini. Dalam sejarah
diketahui juga bahwa perkembangan ilmu pengetahuan Islam mengalami pasang surut, sehingga
kharismanya kalah kuat oleh pengaruh ilmu pengetahuan Barat. Hal ini terjadi bukan karena Islam
yang lemah, melainkan karena sikap umat yang tidak konsisten dalam memperjuangkan ilmu
pengetahuan.
Ilmuwan disebut juga kaum intelektual, yaitu anggota masyarakat yang mempunyai
kecakapan tertentu dan dengan kecakapannya mereka merumuskan perubahan masyarakat ke arah
yang lebih baik. Pemikiran-pemikirannya dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai
persoalan bermasyarakat. Sebab itu intelektual dituntut secara terus menerus untuk mendefinisikan
kebenaran dan tidak boleh memilih kepentingan-kepentingan praktis kecuali tegaknya kebenaran
itu. lmuwan, dan kaum intelektual seyogyanya memiliki komitmen yang tinggi untuk membina dan
membangun masyarakat serta bersedia mengabdikan ilmu dan kecakapannya untuk kepentingan
masyarakat. Oleh karena itu, sebagian dari tanggung jawab moralnya terhadap keilmuan yang
dimiliki adalah berperan sebagai bagian dari masyarakat yang mampu mewarnai masyarakat di mana
ia berada. Para ilmuwan dengan kecakapan dan keterampilannya harus mampu merumuskan
perubahan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik, aktif, dinamis dan bermartabat. Peran
demikian, merupakan bukti bahwa mereka sebagai mampu berfungsi sebagai agen perubahan.

BAB VII TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN DALAM ISLAM


Usaha manusia, apa pun bentuknya tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas akan menjadi acuan bagi semua aktifitas pendidikan. Demikian juga halnya dengan
Filsafat Pendidikan Islam, memiliki tujuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Filsafat
Pendidikan Islam berusaha untuk menyusun seperangkat nilai sebagai dasar berpijak dan tujuan
yang akan dicapai. Filsafat Islam tanpa dasar pemikiran yang jelas dikhawatirkan bahwa susunan
pemikiran tersebut tidak akan kokoh dan akan mudah dimasuki oleh pemikiran-pemikiran yang
bukan berasal dari ajaran Islam. Tujuan yang ingin dicapai oleh Filsafat Pendidikan Islam sama
pentingnya dengan tujuan Islam, karena Filsafat Pendidikan Islam merupakan rancangan dari
perubahan Islam itu sendiri. Dengan adanya tujuan yang jelas dalam bentuk penanaman nilai-nilai
kebenaran yang harus dicapai, maka dalam penyusunan suatu sistem pendidikan akan dirancang
sistem yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai lengkap dengan sub sistem pendukungnya.
Pada hakekatnya, dasar dan tujuan Filsafat Pendidikan Islam identik dengan dasar dan
tujuan ajaran Islam, keduanya bersumber dari Al Qur‟an dan Hadist. Oleh karena itu, kedudukan
pendidikan dalam menjadi penting. Upaya umat dalam memajukan pendidikan berari memajukan
Islam. Untuk memudahkan dalam memahami hal tersebut, di bawah ini diuraikan mengenai dasar
dan tujuan pendidikan.
Berkenaan dengan tujuan tersebut, maka pendidikan Islam harus diarahkan kepada upaya
mewujudkan cita-cita Islam, yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa serta secara
tulus mengabdi kepada Allah SWT. Di samping itu, tetap mampu mengembangkan fitrahnya dalam
rangka melakukan tugas-rugas sosial kemanusiaa sesuai dengan 140 kekhalifahannya. Oleh sebab
itu, apabila diperhatikan tugas dan fungsi manusia secara filosofis, tujuan pendidikan itu dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Tujuan individual, yaitu tujuan yang menyangkut individu,
melalui proses belajar dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat. b.
Tujuan sosial, yaitu tujuan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan,
dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta perubahanperubahan yang dinginkan pada
pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya. c. Tujuan professional yaitu tujuan yang
menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni, dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam
masyarakat.

BAB VIII HAKEKAT KURIKULUM, ALAT PENDI- DIKAN, METODE, DAN EVALUASI
Membahas tentang hakekat berarti berbicara tentang teori hakekat berkenaan dengan
keberadaan sesuatu. Sebutan lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakekat adalah
realitas, yaitu ke-real-an yang sebenarnya. Dapat juga dikatakan bahwa hakekat adalah kenyataan
yang sebenarnya, keadaan sebenarnya tentang sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan
yang samar, bukan pula keadaan yang berubah. Sesuatu yang bersifat sementara, berubah, atau
fatamorgana bukan suatu hakekat.
Secara filosofis, teori hakekat termasuk bidang filsafat ontologis, yaitu pemikiran tentang
sesuatu yang ada dan keberadaan sesuatu. Salah satu karakteristik ontologis adalah mencoba
melukiskan hakekat terakhir yang ada, yaitu yang satu, yang absolut, bentuk abadi, Sempurna, dan
keberadaan segala sesuatu yang mutlak hanya bergantung kepada-Nya (pencipta). Dalam bab ini,
akan dikemukakan hakekat beberapa aspek yang merupakan aspek penting dalam proses
pendidikan, yaitu kurikulum, alat pendidikan, dan evaluasi.
Secara harfiah, istilah metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian dapat artikan bahwa 172
metode adalah cara atau jalan yang dapat digunakan atau dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan kata lain, metode dapat juga diartikan sebagai jalan yang dilalui atau cara yang digunakan.
Dalam bahasa Arab, istilah metode disebut thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan, apabila pekerjaan selesai berarti tujuan tercapai.
Menurut istilah, metode memiliki pengertian yang lebih luas, dapat diartikan sebagai cara,
dapat juga diartikan sebagai langkah atau prosedur. Dalam pendidikan, yang sudah barang tentu
berkaitan dengan anak manusia yang sedang tubuh dan berkembang, kata metode lebih tepat
diartikan sebagai cara, karena cara karena mengandung implikasi mempengaruhi serta saling
ketergantungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam pengertian ini, antara pendidik dan
peserta didik berada dalam proses kebersamaan yang menuju ke arah tujuan tertentu, yang di
dalamnya terdapat interaksi. Apalagi jika peserta didik diposisikan sebagai subjek dan pendidik
sebagai pasilitator, maka metode apa pun yang digunakan oleh pendidik merupakan suatu cara
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dan mendorong
peserta didik agar aktif belajar.
Evaluasi merupakan bagian tak terpisahkan dengan proses pendidikan, bahkan merupakan
aspek penting dari konsep kurikulum. Maka, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, pendidikan memegang peranan penting. Artinya, sumber daya manusia akan berkualitas
apabila pendidikan pun dilaksanakan secara berkualitas. Karena, keberhasilan proses pendidikan
secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut. Salah
satu indikator kualitas pendidikan yang baik adalah lulusannya memiliki kompetensi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

BAB IX TOKOH-TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Ibnu Maskawaih yang memiliki nama lengkap Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Maskawaih, lahir di kota RayIran tahun 320 H dan meninggal dunia tahun 421 H. Dia adalah
cendekiawan Muslim yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak. Seluruh hidupnya berada pada
masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun (132-654 H), sebelum masuk
Islam, Dia memeluk agama Magi yang percaya kepada bintang-bintang. Sebenarnya Ibnu Maskawaih
seorang cendekiawan muslim yang memiliki pengetahuan luas bidang kedokteran, ketuhanan, dan
agama. Tetapi pemikirannya lebih difokuskan pada masalah filsafat akhlak, sehingga lebih dikenal
sebagai filsuf akhlak. Dia banyak menghabiskan waktu untuk mengkaji akhlak secara ilmiah dengan
cara mengkaitkan sesuatu yang abstrak dengan kondisi ril. Pada masa dinasti Buwaihi, pernah
diangkat sebagai sekretaris dan pustakawan. Dengan demikian dia dapat menuntut ilmu dan
memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum elit. Setelah itu Ibnu Maskawaih
meninggalkan Ray menuju Bagdad. Akhir hidupnya banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis.
Melalui gaya berpikirnya yang berusaha menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis
membuat dirinya sangat berpengaruh dan dihormati. Dalam berpikir, kadangkadang hanya
menampilkan aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya. Di kesempatan lain,
kadang-kadang hanya menyajikan ulasan praktis tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk
diuraikan. Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi yang konsisten. Hasil pemikirannya
yang berguna bagi umat antara lain tentang konsep tuhan, konsep akhlak, dan konsep manusia.
Menurutnya, Tuhan adalah Zat yang jelas atau tidak jelas. Dikatakan jelas karena Tuhan adalah Zat
yang haq (benar), dikatakan tidak jelas disebabkan karena kelemahan akal manusia yang tidak
mampu untuk menangkap keberadaan Tuhan, selain itu banyak kendala tentang kebendaan yang
menghalanginya. Wujud Tuhan dengan wujud manusia berbeda, perbedaan inilah yang menjadi
pembatas. Maka, yang pertama kali memancar dari Tuhan adalah akal aktif yang bersifat kekal,
sempurna, dan tak berubah.
Mengenai konsep Akhlak, Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. Karakteristik pemikiran Ibnu Maskawaih dalam pendidikan akhlak secara
umum dimulai dengan pembahasan tentang karakter atau watak. Watak bersifat alami, tetapi ada
juga watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan. Maka sebenarnya watak dapat
diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran. Inilah salah satu pemikiran Ibnu Maskawaih yang
menjadi dasar mengapa dia disebut sebagai pemikir filsafat pendidikan Islam.

BUKU PEMBANDING 2

BAB I. HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT


Manusia adalah makhluk Tuhan yang yang paling sempurna, eksistensinya ditentukan secara
mutlak oleh sang Pencipta, tersusun atas kesatuan jiwa, dan raga, serta eksis sebagai individu yang
memasyarakat. Manusia sebagai makhluk yang lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap
Sang pencipta, kecuali pasrah. Segala potensi alam ciptaan Tuhan oleh manusia perlu diolah agar
lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, tanpa
potensi alam manusia tidak dapat eksis. Secara sederhana manusia dapat dikatakan sebagai makhluk
Tuhan yang unik yang bermukim di bumi yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
dirinya dengan makhluk lain yang berada di dunia (Muhmidayeli, 2011:44).
Keunikan manusia dari makhluk lain adalah bahwa manusia mempunyai akal fikir dan nafsu
sementara Malaikat hanya memiliki akal fikir tidak memiliki nafsu, sebaliknya hewan hanya semata
memiliki nafsu tanpa dilengkapi dengan akal, karenanya kehidupan hewan atau binatang hanya
berdasarkan naluri dan insting untuk memenuhi kebutuhan agar dapat hidup dan berkembang biak
semata. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain,
kelebihan itu ada pada potensi-potensi daya psikhisnya yaitu akalfikir, rasa, dan karsa. Dengan
potensi akal fikirannya, manusia mengatasi persoalan kehidupannya secara matematis menurut
asas-asas penalaran (logic) deduktif dan induktif. Dengan potensi rasa, manusia mengatasi persoalan
kehidupannya dengan pendekatan estetik menurut asas pertimbangan.
Individu terdiri dari dua kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in dapat diartikan tidak,
sedangkan devided berarti terbagi. Jadi individu dapat diartikan "tidak terbagi" , a tau satu kesatuan.
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata "individium" yang berarti yang tak terbagi, jadi
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu, mana kala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dalam dirinya

BAB II. HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Pengertian Filsafat
B. Pengertian Filsafat Pendidikan
C. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem
D. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Pendidikan
BAB IIl. KAJIAN FILSAFAT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
A. Ontologi Ilmu
B. Epistemologi Ilmu
C. Aksiologi Ilmu
D. Landasan Filsafat Pendidikan
BAB IV. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme
B. Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme
C. Essensialisme·
D. Eksistensialisme
E. Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme
F. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme
G. Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
BAB V. PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARA T VERSUS INDONESIA DARI PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN
A. Pendidikan Barat
B. Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
BAB VI. FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI REFERENSI FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Falsafat Pancasila
B. Toleransi dari Perspektif Pancasila dan Berbagai Agama ..
C. Pancasila dan Filsafat Pendidikan
D. Pengertian Karakter
E. Pendidikan Karakter Sebuah Keharusan
F. Menggagas Pendidikan Nasional Indonesia

BAB VII. PERMASALAHAN PENDIDIKAN DARI PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Masalah Manajemen Pendidikan
B. Masalah Implementasi dalam Dunia Pendidikan
C. Pemecahan Permasalahan Pendidikan dari Perspektif Filsafat Pendidikan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
1. Ketiga buku ini menyampaikan materi yang sangat lengkap
2. Isi buku yang disajikan sudah baik, dan mencakup semua aspek berhubungan dengan
filsafat pendidikan.
3. Bahasa yang digunakan buku cukup menarik, dengan menyajikan beberapa konsep dasar
teori dan membandingkan dengan Tuhan dan Agama.
4. Buku ini memiliki cover yang menarik sehingga dapat menarik minat pembaca untuk
membaca isi buku ini.

B. Kekurangan Buku
1. Dalam ketiga buku masih ada beberapa penjelasan kurang biasa dipahami, karena
bahasa yang ditawarkan terlalu rumit untuk dipahami
2. Tidak adanya gambar, sehingga kurang meneraik bagi sebagaian orang
3. Konsep yang disajikan kurang mudah dicerna bagi pembaca awam
4. Banyak kata-kata asing yang kurang dipahami
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan. Antara filsafat dan


pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara
cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga
merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu
ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau
pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.

Pandangan filsafat tentang pendidikan. Filsafat mempunyai pandangan hidup


yang menyeluruh dan sistematis sehingga menjadikan manusis berkembang, maka
hal semacam ini telah dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini dituangkan dalam
bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itu sistem pengajaranya dapat terarah, lebih
dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan
diberikan peserta didik.

Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan. Dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait


dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan dasar
antropolgis ilmu pendidikan.Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan. Implikasi
Landasan Filsafat Pendidikan antara lain: Implikasi Bagi Guru. Apabila kita
konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat
pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin
kompetensi seorang tukang.

B. Saran

Pendidikan di Indonesia dalam pelaksanaan, hendaknya selalu berpedoman pada


filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar pendidikan Indonesia dapat berhasil
seperti Negara-negara yang telah Berjaya dalam bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai