Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

CRITICAL BOOK REVIEW


MK. Filsafat Pendidikan
Prodi S1 ......... - Fakultas

Skor Nilai:

NAMA MAHASISWA : DONI SETIAWAN SINAGA


NIM :2191121001
DOSEN PENGAMPU : ALBERT PAULI SIRAIT , S.Pd.,
M.Hum
MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI- UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah  mata kuliah FILSAFAT
PENDIDIKAN ini yang berjudul ‘’Critical Book Report’’.saya berterima kasih kepada bapak
dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
            Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami minta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kami dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran dalam tugas ini agar di lain waktu kami bisa membuat tugas dengan lebih baik lagi.
            Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa
bermanfaat bagi orang lain.

Medan,15 september 2019

Doni Setiawan Sinaga


NIM:2191121001
DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

B. TUJUAN PENULISAN CBR

C. MANFAAT CBR

D. IDENTITAS BUKU YANG DIRIVIEW

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU

BABIII. PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI BUKU


B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. REKOMENDASI

DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN

A. Pentingnya rasionalisasi CBR

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang
mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika
dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk mengetahui kakikat sesuatu. Namun kalau
pertanyaan filosofis itu diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada susuatu yang
disebut agama. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah
permasalaha yang ada dilingkungan pendidikan. Padahala menurut John Dewey, seorang
filosofi amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki
faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan. Apa
yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pendidikan memiliki
hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab
dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofi dan memerlukan
jawaban secara filosofis disiplin ilmu pengetahuan yang lahir itu ternyata memiliki objek dan
sasaran yang berbeda, yang terpisah satu sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan
mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak
memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak
terdapat dalam lapangan pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati
status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi berfilsafat
adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi.

Melakukan Critical Book Review pada buku filsafat pedidikan dengan


membandingkan nya dengan buku lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah
kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku. Dari mengkritik inilah kita jadi
mendapatkan informasi yang kompeten dengan cara menggabungkan informasi dari buku
yang lain.
B.Tujuan Penulisan CBR

Tujuan melakukan CBR yaitu membuat mahasiswa bepikir kritis,menilai,dan memberi


masukan atas kelebihan dan kelemahan buku dan juga melakukan penulisan CBR
merupakan tugas dari mata kuliah Filsafat pendidikan, meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam meriview buku, dan membuat pembaca mengerti tentang topic yang
akan didiskusikan

C. Manfaat CBR

1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan


2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.
D.IDENTITAS BUKU.

BUKU UTAMA:
1. Judul Buku : Filsafat Pendidikan
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang : YusnadI, Ibrahim Gultom, Wildansyah Lubis, Arifin Siregar
4. Penerbit : Halaman Moeka
5. Kota Terbit : Banjarwangi, Ciawi, Kab. Bogor
6. Tahun Terbit : Agustus 2019
7. ISBN : 978-602-269-343-7

Buku Pembanding:
1. Judul Buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Edisi : KETIGA
3. Pengarang : Dr. Edward Purba, MA
4. Penerbit : Unimed Press
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : Juli,2016
7. ISBN : 978-620-7938-38-0
BAB II RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

BAB 1. HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT

A.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU (INDIVIDUAL BEING)

Individu terdiri dari dua kata in dan devided. Dalam bahasa inggris in dapat diartikan tidak, sedangkan
devided terbagi. Jadi individu dapat diartikan “tidak terbagi” atau satu kesatuan . Manusia sebagai makhluk
individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsure fisik dan psikis, unsure raga dan jiwa. Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu, mana kala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau memiliki cirri
khas yang tidak dimiliki anusia lain.

A. Manusia sebagai makhluk social

Manusia dikatakan makhluk social karena dalam diri manusia ada naluri dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, ada naluri kebutuhan social (social need) untuk hidup berkelompok dengan
orang lain, serta manusia itu sendiri tidak akan bisa hidup sebagai manusia tanpa bantuan orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk social, karena manusia
tunduk dan patuh pada aturan, norma social yang berlaku dalam kelompoknya sebagai satu kebutuhan
untuk hidup rukun, keinginan mendapat respon positif dari orang lain (pujian), serta potensi yang ada pada
masing-masing individu akan berkembang jika dia hidup ditengah-tengah manusia.

B. Manusia sebagai makhluk berbudaya

Manusia sebagai makhluk budaya maksudnya adalh manusia mampu menciptakan dan melaksanakan
kebaikan, kebenaran, keadilan,dan bertanggung jawab dalam satu sistem tatanan kemasyarakatan.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budi, rasa dan karsa untuk menciptakan
kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidup bersama dalam
lingkungan masyarakat.

C. Manusia sebagai makhluk ekonomi


Manusia sebagai makhluk ekonomi dalam memenuhi segala kebutuhannya cenderung tidak pernah
merasa puas dengan apa yang diperoleh, selalu berusaha terus menerus untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Makhluk ekonomi akan selalu berusaha untuk menyusun skala prioritas dalam usaha
pemenuhan kebutuhan hidupnya.

D. Manusia sebagai makhluk terdidik (homo education )

Kenapa manusia membutuhkan pendidikan hal ini disebabkan oleh Karena anak manusia lahir dengan
otensi yang masih laten, agar potensi sebagai modal dasar dapat berkembang maka perlu bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari orang-orang yang lebih dewasa.

E. Manusia sebagai makhluk berpikir

Manusia yang hanya sekedar ingin tahu dan setelah mendapatkanya lalu puas adalah tergolong orang-
orang pada umumnya. Keberadaan akal budi manusia membuat manusia tidak pernah berhenti berfikir,
tidak pernah puas dengan pengetahuannya yang dimilikinya dan rasa ingin tahu selalu mendorong
manusia untuk melakukan peneitian yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang
muncul di dalam pikirannya.

F. Manusia sebagai makhluk religius

Pada dasarnya manusia mengakui pada kekuatan lain (ghaib) di luar kekuatan diriinya yang
menggerakkan seluruh isi alam secara teratur.Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna, dan
sempurna tersebut adalh milik Tuhan. Hal inilah yang merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan
tujuan beribadah kepada Tuhan. Dengan pendidikan, Manusia dapat mengenal Tuhannnya. Dengan
pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
melalui pedidikan yang tepat.

BAB II HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat
1. Tinjauan Etimologi

Secara etimologis, Filsafat dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Yunani; philosopia dan
philosophos. Philo artinya cinta, sedangkan shopia atau shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan dan
hikmah. Filsafat berarti sejumlah gagasan yang penuh dengan kebijakasanaan, pegetahuan, dan hikmah.
2. Tinjauan Termologi

Dengan memahami pengertian etimologis,dan termologi dapat disimpulkan,filsafat mengandung arti


cinta terhadap kebenaan melalui pemikiran atau penalaran yang bijaksana dan mendalam. Filsafat
adalah berpikir kritis secara mendalam, sistematis, menyeluruh, radikal, dan universal dalam mencari
kebenaran, inti atau hakikat segala sesuatu yang ada.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan.

Pendidikan sebagai proses dan sebagai hasil dalam pelaksannaanya sanagat memerlukan adanya
pengkajian yang mendalam dan konfrehensif agar proses untuk menapai hasil yang dicapai dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia mulia.

Mudyahardjo mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah pengetahuan dan substansi pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan degan tujuan, latar belakang , cara hassil dan ilmu pendidikan yang
berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaananya.

C. Filsafat sebagai sistem

Selain pendekatan linier, filsafat pendidikan dapar disusun dengan berpangkal kepada
pendekatan tertentu dari pada pendidikan itu sendiri. Misalnya berdasarkan suatu defenisi, pendidikan
yakni, pendidikan merupakan pemberdayaan (empowerment) sumber data manusia. Maka pendidikan
adalah memberi kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Kekakuan harus ditembus dengan memberikan kebebasan pada peserta didik,
namun kebebasan dimaksud bukan tanpa batas, akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Konsep
ini memunculkan pandangan bahwa yang membangun pengetahuan dan pengalaman pada diri seseorang
adalah orang itu sendiri, dengan demikian timbulah teori yang memberi kesempatan pada seseorang
untuk membangun pengetahuannya dan pengalamannya sendiri.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah atau
keadaan yang tidak seperti yang diharapkan,pasti memerlukan jawaban yang tidak semata – mata berada
dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini
memerlukan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya
dalam filsafat. Kemungkinan – kemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan pendidikan bila
dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam mengisi fundasi – fundasi ilmu
pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya

D hubungan filsafat pendidikan dengan pendidikan.

Filsafat pendidikan dan pendidikan berhubungan sangat erat sekali. Filsafat pendidikan merupakan
cabang filsafat umum menjadi dasar, arah ,dan pedoman suatu pendidikan.Karenanya filsafat pendidikan
adalah aktifitas pemikiran yang teratur yang menjadikannya sebagai media untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai tujuan yang dicapai.

BAB II kajian filsafat tentang Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Ontologis adalah pengetahuan tentang wujud dan hakekat keberadaan sesuatu atau bisa disebut studi
yang membahas keberadaan,realitas sesuatu yang bersifat konkrit. Dengan kata lain, Ontologi adalah Ilmu
yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud dengan berdasarkan logika semata.

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri daari dua kata episteme dan logos.

Menurut Suriasumatri, epistemology ialah bagaimana proses yang memungkinkan ditimbannya


pengetahuan yang berupa ilmu. Aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos bermakna
pengetahuan dan teori. Aksiologi berarti teori yang mempelajari tentang nilai dan segala sesuatu yang ada
(realitas).

BAB IV AlIran aliran Pendidikan

A.  Filsafat Pendidikan Idealisme.


Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia
adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan Power (1982:89) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a.    Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b.    Kedudukan Siswa
c.    Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
d.   Peranan Guru
e.    Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam
menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
c.    Kurikulum
f.     Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh
pekerjaan.
d.   Metode
g.    Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B.  Filsafat Pendidikan Realisme


Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah. Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme sebagai berikut:
a.        Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.

b.        Kedudukan Siswa


Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan
yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang baik.
c.        Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa.
d.       Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan
pengetahuan praktis.
e.        Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis
dan psikologis. Metode conditioning  (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut
behaviorisme.
C.  Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan spiritual, atau
supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan materialisme
sebagai berikut:
a.    Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan
seksama.
b.    Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung jawab hidup
sosial dan pribadi yang kompleks.
c.    Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku.
d.   Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning, reinforcement,
pelajaran berprogram dan kompetensi.
e.    Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang. Siswa
dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f.              Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur
kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

D.  Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat empirisme Inggris,
yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Maksudnya bahwa makna
dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a.    Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b.    Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c.    Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah
dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan
praktis atau pendidikan jabatan.
d.   Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e.    Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.
E.  Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman individu. Implikasi
Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a.    Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
b.    Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu komitmen terhadap
pemenuhan tujuan pribadi.

c.    Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi kebebasan
manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk
mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi
yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d.   Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini , besok lusa
mungkin menjadi murid.
e.    Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk
pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
F.   Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Kaum
progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1.    Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali mereka dengan strategi-
strategi pemecahan masalah.
2.    Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan memfokuskan pada guru
atau bidang muatan.
a.       Kritik terhadap Proggresivisme
b.      Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c.       Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d.      Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e.       Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G.  Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis
adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad
pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa
memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar
belakang filsafat perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina

H.  Filsafat Pendidikan Esensialisme


Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti C. Bagley,
Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1.    Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.
2.    Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
3.    Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4.    Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
5.    Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi
yang nyata.
I.     Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah harus
menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang
saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk
hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai
tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1.      Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
2.      Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah
esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang
majemuk tersebut.
3.      Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan
atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam
kurikulum.
4.      Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan
tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
5.      Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing).
6.      Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam member
pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

BAB V PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARAT VERSUS INDONEESIA DARI PERSPEKTIF FILSAFAT


Diatas telah dikemukakan beberapa paham atau aliran filsafat pendidikan yang pada umumnya berlaku di
dunia barat terutama amerika serikat dan eropa. Paham-paham tersebut ialah paham idealism, realisme,
perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, pragmatism, dan rekonsialisme.

B.Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan taman siswa
dan ruang pendidikan INS Kayu Tanam

BAB VI Falsafah Pancasila sebagai Referensi Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Konsep dasar ini tertuang dalam pembukaan
UUD tahun 1945. Pancasila adalah falsafah bangsa yang digalidari bumi Indonesia.Ia lahir melalui proses
yang panjang dan sebgai cita-cita bersam seluruh bangsa Indonesia.

Disamping Pancasila sebagai dasar dan idiologi bangsa dan Negara republic Indonesia .Pancasila
sebagai produk filsafat bangsa Indonesia berarti sebagai rujukan dalam bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hubungan pancasila dengan teori dan filsafat pendidikan

Antara filsafat dengan teori pendidikan juga berhubungan erat Karena teori pendidikan bersumber
dari pemikiran filsafat, sementara pemikiran tentang pendidikan bersumber pula dari filsafat. Boleh
dikatakan Pancasila adalah filsafat pendidikan nasional. Itu artinya, segala ide, pemikiran dan upaya yang
dilakukan tentang pendidikan tidak boleh dari pendidikan.

BAB VII Permasalahan Pendidikan Dari perspektif Filsafat Pendidikan

Berikut dikemukakan beberapa persoalan yang menjadi hambatan dalam ketercapaian tujuan
pendidikan:

1. Masalah manajemen pendidikan


a. Filosofi tujuan pendidikan
b. Rekruitmen guru
c. Pendidik dan tenaga kependidikan yang beum profesinal penuh
d. Paradigm peserta didik
e. Manajemen sekolah
2. Masalah implementasi dalam dunia pendidikan
a. Mahalnya biaya pendidikan
b. Rendahnya pemerataan pendidikan
c. Relevansi pendidikan
d. Elitisme
e. Komite sekolah
f. Kurangnya fasilitas pendidikan
ISI BUKU PEMBANDING

A. BAB I PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN.

A.  PENGERTIAN FILSAFAT


Kata filsafat dalam bahasa inggris philosophy dalam bahasa arab falsafah, yang keduanya berasal
dari bahasa yunani yakni, philosophia. Philen berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Sehingga
secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam dalamnya. Filsafat diawali
dengan adanya keragu raguan, keraguan yang menimbulkan banyak pertanyaan.
Menurut beberapa ahli . Plato “ filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli ”. Aristoteles “ filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik, dan estetika.
  Tujuan dan ciri – ciri pikiran kefilsafatan
Tujuan filsafat yaitu mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena secara mendalam. Jadi
didalam filsafat harus refleksi, radikal dan integral. Ciri ciri pikiran kefilsafatan yaitu merupakan pemikiran
tentang hal hla serta proses proses dalam hubungan yang umum.
· Alasan berfilsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yakni keheranan, kesangsian, dan
kesadaran akan keterbatasan.
·Peranan filsafat
Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu 1). pendobrak yang
artinya mendobrak pemikiran manusia dalam alam mistik, mitos dan hal rahasia lainnya,; 2). Pembebas
yang artinya membebaskan manusia dari belenggu cara pikir yang mistis dan mite dari ketidaktahuannya,;
3). Pembimbing yang artinya membimbing keluarnya manusia dari belenggu ruang gerak akal budi
manusia.
B.  PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan diartikan sebagai proses dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh
tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, mengarahkan peserta didik dengan
berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaanya.  Menurut
Mudyahardjo filsafat pendidikan dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1.    Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang bagaimana seharusnya
pendidikan diselengarakan dan dilaksanaan dalam kehidupan.
2.    Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang pendidikan dan konsep – konsep
psikologi pendidikan sebagai acuan teori pendidikan.
Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan proses pendidikan,
mendalami konsep konsep pendidikan dan memahami sebab sebab yang hakiki yang berkaitan dengan
masalah pendidikan.
BAB II : FILSAFAT PENDIDIKAN
A.  Filsafat pendidikan sebagai sistem
Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran yang dihasilkan
oleh para pemikir atau filsuf. Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linear anatara filsafat dan
pendidikan. Selain pendekatan linier, pendidikan dapat disusun dengan berpangkal kepada pendekatan
tertentu dari pada pendidikan itu sendiri.
B.  Substansi filsafat pendidikan
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari fundasi-fundasi
pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar
pendidikan.
C.  Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Filsafat sebagai pandangan hidup berisi nilai-nilai dan kebenaran yang dinjunjung tinggi oleh
penganutnya sekaligus merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan
manusia, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan sisten norma-norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang
dijunjung oleh lembaga pendidikan dan tenaga pendidikan dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin agar
perlaksanaan pendidkan efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
normatif dan pedoman pelaksaan. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa hubungan fungsional
anatara filsafat dan teori pendidikan adalah:
·      Filsafat dalam arti filosofis merupakan cara pendekatan yang dipakai dalam memecahlan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
·      Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang
memiliki relevansi dengan kebutuhan nyata.
·      Filsafat dalam hal filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
BAB III : ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
1.   Filsafat pendidikan idealisme: menyatakan bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan.
Prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea
merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang nampak dan
tergambar. Yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga
dan lebih tinggi dibanding dengan materi kehidupan manusia.
2 .   Filsafat pendidkan realisme : sistem kesilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara,
ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak
terpengaruh oleh seseorang. Salah seorang tokoh atau penganut realisme mengemukakan bahwa
manusia selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidup. Tujuan pertama, menyatu dalam hidup yang
meruoakan kualitas hidup yang menuju kesempurnaan, sedangkan tujuan kedua, kehidupan sejahtera,
damai dan kebahagiaan yang abadi.
3.     Filsafat pendidikan Materialisme : Aliran ini menyatakan bahwa benda merupakan sumber segalanya.
4. Filsafat pendidikan Pragmatisme : Menyatakan bahwa pengetahuan adalah apa yang dialami oleh
manusia. Menurut john dewey, pendidikan perlu didasrakan pada tiga pokok: 1). Pendidikan merupakan
kebutuhan untuk hidup, 2). Pendidikan sebagai pertumbuhan, 3). Pendidikan sebagai fungsi sosial
5.    Filsafat pendidikan Eksistensialisme : Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman pengalaman individu.
6.  Filsafat pendidikan Progresivisme : Menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang secara terus-
menerus dalam suatu arah yang positif.
7.    Filsafat pendidikan Perenialisme : Perenislisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh
dengan kekacauan dan ketidakpastian, dan ketidak teraturan terutama dalam kehidupan moral, intelektual,
dan sosio-kultural. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, maka kembali pada ajarab dan pandangan hidup
yang kuat pada jaman dulu.
8.    Filsafat pendidikan Esensialisme : Menyatakan bahwa peserta didik memiliki nilai esensial dan perlu
dipertahankan.
9   Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : Merupakan kelanjutan dari cara berfikir progresifisme dalam
pendidikan. Indinidu tidak cukup belajar di sekolah tetapi sekolah harus mempelopori masyarakat.
BAB IV : FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
A.  Pandangan Filsafat pancasila tentang manusia, masyarakat, pendidikan dan nilai.
1.    Filsafat Pancasila tentang Manusia: pacasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh
manusia.
2.    Filsafat pancasila tentang masyarakat : Hakekat masyarakat telah dijelaskan bahwa masyarakat-
bangsa dan negara indonesia menuju masyarakat yang aman, damai, sejahtera, terbuka,adil, dan makmur.
3.    Pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan Pendidikan berlansung di keluarga, rumah, sekolah,
dan masyarakat.
4.    Pandangan filsafat pendidikan tentang nilai Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk
mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila
sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan sumber nilai bagi bangsa indonesia.
B.  Pandangan Filsafat Pendidikan PancasilanTerhadap Sistem Pendidikan Nasional
Sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang baru sebagai hasil
amandemen Agustus 2002 menjadi:
1.    Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
2.    Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
3.    Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah

BAB V : HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN


A.  Hakekat Pendidikan
1.    Pengertian Hakekat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi
menolong, membantu dalam arti luas. Membentu menyadarkan anak tentang potensi seoptimal mungkin,
mmberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivai untuk terlibat dalam
pengalaman-pengalaman yang berguna, mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk
menguasainya dan meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan
hakekat dan pengertian pendidikan, berikut ini sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
·         pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha mendewasakan seseorang
melalui peelatihan dan pengajaran.
·         dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan
sebagai sebuah proses dan metode-metode tertentu
·         pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan.
·         pendidkan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan segala pengetahuan dan
pengalaman kepada generasi muda.
·         hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan.
2.    Tujuan Pendidikan
Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harius mampu tujuan yang sudah ditetapkan sesuai
dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran, maka perumusan tujuan, spesifik, terukur,
dan berubah hasil belajar, perilaku atau reformemce peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual,
sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hirarki tujuan pendidikan dapay digambarkan sebagai
berikut: Jenis tujuan kontinum, Tujuan pendidikan Nasional sangat umum, Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi inti, Kompetensi dasar, Indikator sangat spesifik
3.    Pilar Pendidikan
Pendidikan harus didasarkan pada cinta kasih sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa dan negara,
sebagai modal dasra timbulnya dan berkembangnya pengabdian warga negara.

4.    Aliran-aliran Pendidikan


·      Nativisme: pribadi seseorang ditentukan oleh bawaan lahir
·      Naturalisme: pribadian seseorang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
·      Empirisme: pekembangan seorang anak ditentukan oleh lingkungan
·      Konvergensi: pendidikan dapat diberikan, dapat dari pembawaan dan lingkungan.
·      Lingkungan pendidikan: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat.
B.  Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam
kehidupan , sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi.
C.  Hakekat Mnusia
Pandangan tentang manusia adalah manusia sebagai mahluk berfikir (homo sapiens), manusia sebagai
mahluk suka berbuat sesuatu (homo faber), manusia juga bisa dididik, manusia juga suka berkawan dan
berhati nurani serta memiliki rasa ingin tahu. Manusia memiliki eksistensi manusia yakni: manusia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, sebagai makhluk religius.
D.  Hakekat Masyarakat
Masayarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan yang menuntut perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengatuh regional dan global.
E.   Hakekat peserta didik
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan dilandasi rasa kasih sayang dan penuh
dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat mengembangkan segala potensi dan bakat
yang dimiliki.
F.   Hakekat Guru atau Pendidik
Orang tua dirumah, guru di sekolah dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pemimpin seluruhnya
disebut pendidik. Karna itu para pendidik perlu memperhatikan norma norma dan nilai susila sehingga
setiap prilaku dan tindakannya dapat ditiru  dan dipertanggungjawabkan.
G.  Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar
telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
H.  Landasan-landasan Pendidikan: landasan agama,landasan filsafat, landasan sosiologi,
landasan hukum, landasan moral.
I.     Asas-asas pendidikan: asas pendidikan sepanjang hayat, asas kasih sayang, asas demokrasi, asas
keterbukaan dan transparansi, asas kualitas, asas tanggung jawab, panca darma taman sisiwa.
BAB III PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN ISI BUKU


Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki judul yang
sama dengan “Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok untuk pegangan mahasiswa
dalam mengambil matakuliah filsafat pendidikan, namun memiliki pengarang yang berbeda.
Pada buku ‘filsafat pendidikan’ karangan Yusnadi membahas tentang hakikat manusia dalam
kajian filsafat, kajian filsafat, Aliran-aliran filsafat pendidikan.hingga permasalahan pendidikan
dari perspektif filsafat pendidikan. Total isi buku tersebut ada 7 Bab pembahasan kajian filsafat
pendidikan.
Sedangkan karangan Dr. Edward Purba, MA menjelaskan tentang filsafat pendidikan mulai
dengan pengertian filsafat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang mendukung filsafat
pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila yang berupa dasar dari negara
indonesia. Selain itu buku ini juga membahas tentang hakekat pendidikan diberbagai kalangan.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku utama memiliki
kelengkapan materi yang lebih dari buku pembanding. Hal ini dapat kita lihat pada bagian buku
utama memiliki 7 Bab yang  berisi Materi penuh Filsafat,Filsafat pendidikan dengan tambahan
Filsafat pendidikan panca sila sedangkan pada buku pembanding Lebih banyak penjelasan
materi, Definisi filsafat menurut para ahli hingga penjabaran materi yang tidak menyimpang dari
materiyang dibahas. Dari segi penulisan buku sudah benar dan baik dan mudah dipahami
pembaca.

3.2 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Kelebihan
Dilihat aspek materi, pada buku utama dan buku pembanding filsafat pendidikan pada
pembentukan materi sangat bagus dari sub bab dijabarkan dengan detail.dan memaparkan materi
sesuai judul dan tidak menyimpang dan juga dari segi bahasa sangat bagus dari bentuk tulisan
yang mudah dipahami pembaca.
Pada aspek tampilan, cover bukunya juga bagus membuat menarik pembaca untuk
membacanya. Pada buku pembanding yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” karya Dr. Edward
Purba covernya juga bagus untuk dilihat. Dan pada cover buku utama lebih bagus Karena lebih
berwarna dari buku pembanding.

Pada aspek layout dan tata letak penulisan pada buku utama dan pembanding ini
menggunakan bahasa baku dan tidak terlihat menggunakan bahasa tidak baku. Terdapat kalimat
yang bercetak tebal yang merupakan inti pembahasan dan bercetak miring Pemilihan jenis,
fontnya sudah bagus.

Pada aspek tata bahasa, Buku utama dan pembanding juga dari segi bahasa sangat bagus dari
bentuk tulisan yang mudah dipahami pembaca.

Kelemahan
Pada buku utama ini jauh dari kata sempurna, banyak penulisan buku yang kurang sempurna.
ini tidak termasuk "kata baku maupun font penulisan". Pada halaman 7,42 dan 81 ada kesalahan
peletakan tanda baca koma dimana penulisan kalimat” manusia dikatakan sebagai makhluk
social,karena,” disini terdapat kesalahan peletakan tanda baca “koma”.dan pada peletakan jarak
pada kalimat terbilang jauh; terdapat pada halaman 24,80,83,61,64.78,113,115,30.
Dan juga ada kesalah pemberian tanda baca titik terdapat pada halaman 96 “metodologi
berpikir manusia Indonesia.." seharusnya pemberian titik hanya satu untuk mengakhiri
kalimat.dan juga kekurangan pemberian angka pada halaman 97 “ UUD 45” seharusnya UUD
1945.dan pada 113 ada kesalahan penulisan yaitu doktirn seharusnya doktrin. Dan juga
pemberian judul huruf besar yang salah dimana subbab pertama penulisannya “A. Manusia
sebagai Makhluk hidup” dan setelah itu judul selanjutnya “D. Manusia sebagai makhluk social”
tidak sempurna dan tidak sesuai. Ada halaman yang hilang yaitu halaman 110-113 Ada 2
halaman yang hilang dan halaman 30-33 ada 2 halaman yang hilang juga.
Dilihat dari daftar isi, halaman dengan judul materi tidak sesuai terlihat pada subbab
Falsafah Pancasila tidak sesuai dimana jika dilhat di daftar isi berada di halaman 95 , Jika dilihat
isi buku pada halaman 96 jika daftar isi salah membuat pembaca bingung mencari materiDan
pada buku ini tidak ada Indikator atau kompetensi pembelajaranDengan kekurangan ini membuat
buku ini dikatakan kurang sempurna.

Pada buku pembanding struktur penulisan lebih baik dari buku utama tetapi terdapat
ketidaksesuaian huruf judul dan judul berikutnya.pada awalnya pemberian hurufnya bagus akan
tetapi judul selanjutnya tidak; “Flsafat Pendidikan Progresivisme” dengan “Filsafat pendidikan
perenialisme” dan tidak adanya rangkuman untuk pembaca. Rangkuman itu penting karena
pembaca dapat lebih memahami materi yang telah dibahas.Dan ukuran hurufnya terlalu kccil
sehingga menyulitkan pembaca dalam membaca.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu ragun. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku sebagai
pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata kuliah filsafat
pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut diberikan tugas Critical
Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa dalam memhami isi buku
tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1.    Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan
dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding
terdapat ; Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya, sedangkan buku utama
tidak memiliki didalamnyan).
2.    Buku Utama lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku pembanding,
namun dilain Bab Pembanding utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding
dengan buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat
pendidikan )
3.    Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan tidak
dilengkapi dengan gambar pendukung

B.SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan agar
filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu, juga
disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga nantinya
dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku pegangan
mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini memiliki
bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan penyusunan materi yang
sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa menggunakan beberpara
referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.

Daftar Pustaka
1. Purba, Edward.2016. filsafat pendidikan. Medan: Unimed Press
2. Yusnadi. 2019. FIlsafat Pendidikan. Bogor: Halamanmoeka

Anda mungkin juga menyukai