Kelompok 2 Panama Papers
Kelompok 2 Panama Papers
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Audit Investigatif dan Akuntansi Forensik
Oleh:
Arief Gusti 16069
Bagoes Adhi Rifaldi 1606952710
Dameria Annissa F Silitonga 1606952780
Fazlan Muallif R 1606952944
Raka Mahdi Naufal 16069
Ruth Felisa Saragih 16069
St. Fauziyah Nurul 1606953493
PENDAHULUAN
a. Definisi
Tax Offshore adalah aspek perpajakan pada suatu harta yang mempunyai tujuan tertentu
yang dilokasikan diluar batas wilayah nasional atau luar negeri. Pada dasarnya, offshore tax
haven menciptakan celah hukum untuk menghindarai pajak atas harta/investasi. Strategi
investasi khusus digunakan untuk meminimalkan atau menghindari kewajiban pajak yang sudah
ditetapkan pada peraturan negara tertentu dengan cara menyimpan/ menginvestasikan hartanya di
tempat yang bebas pajak ataupun peraturan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
Pada bisnis ini dikenal konsep TRUST yaitu suatu konsep pemisahan kepemilikan antara
pemilik aset secara hukum (legal owner) dan pemilik manfaat atas aset tersebut (beneficiary
owner). Trust timbul apabila terdapat suatu pihak yang pada awalnya menguasai dan memiliki
aset (settlor), kemudian menyerahkan hak milik atas aset tersebut kepada pihak lain (trustee)
untuk kepentingan dan manfaat pihak ketiga (beneficiary).
Aset yang dikuasai oleh trustee akibat penyerahan tersebut tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan dirinya, walaupun sebagai legal owner atas aset tersebut, trustee semata-mata hanya
berkedudukan sebagai pengurus, pengelola, dan pemegang aset. Sedangkan, manfaat atau
kegunaannya harus diberikan kepada beneficiary.Seiring dengan berkembangnya zaman, trust
pun berkembang menjadi berbagai macam bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah offshore
trust, yaitu trust yang dilakukan oleh settlor di luar negeri (biasanya negara-negara tax haven).
Pada kasus Panama Papers, bocornya dokumen membuat publik bisa melihat bagaimana
dunia offshore bekerja, mulai dari uang gelap yang mengalir secara rahasia, hal ini mendorong
lahirnya modus kriminalitas dan merampok uang-uang negara dari pajak yang tidak dibayarkan.
Memang tidak semua jasa yang ditawarkan perusahaan offshore itu melanggar hukum, ini jika
digunakan oleh warga negara yang taat hukum. Namun kenyataannya, dokumen panama ini
menunjukkan sisi buruk dari perusahaan offshore, hal ini bisa dilihat dari bank, kantor pengacara
dan pelaku dunia usaha kerap tidak mengikuti prosedur hukum yang berlaku untuk memastikan
klien mereka tidak terlibat korupsi, pelarian pajak atau kegiatan kriminal lainnya. Pendirian
perusahaan offshore sering disalahmanfaatkan.
Mengacu kepada beberapa kriteria negara yang bisa disebut sebagai tax haven, alasan
– alasan yang membuat perusahaan atau individu memutuskan untuk mengalihkan dan atau
menyembunyikan aset – asetnya ke negara tax haven adalah:
1. Tarif pajak yang kecil atau bahkan tidak mengenakan pajak sama sekali terhadap
suatu objek pajak tertentu.
2. Tidak memerlukan kehadiran fisik dari institusi atau struktur perusahaan.
3. Tidak menerapkan mekanisme exchange of information (Untuk
kepentingan perpajakan).
Tabel 3.1 Perbandingan Tax Rate Indonesia dengan Beberapa Negara Tax Haven
Dapat dilihat pada Tabel 3.1 bahwa beberapa negara yang termasuk tax haven
menerapkan tarif yang rendah atau bahkan tidak mengenakan tarif sama sekali terhadap beberapa
objek pajak tertentu. Contohnya pada negara British Virgin Island (BVI), yang merupakan salah
satu negara yang paling banyak dijadikan tempat pengalihan aset. BVI menerapkan tarif PPh
Badan sebesar 0% dari laba perusahaan, dan tidak menerapkan Pajak Potong Pungut
(Withholding Tax/WHT) atas Bunga, Dividen, dan Royalti yang diterima.
Banyak jutawan menyembunyikan nilai jumlah kekayaannya di Panama? Berikut adalah empat
alasan utamanya:
1. Sejarah Panama sebagai negara jasa
Berawal dari kesepakatan dengan Standard Oil, raksasa migas dunia besutan John
Rockafeller, Panama bantu sediakan kapal-kapal tanker berbendera dirinya untuk mengangkut
migas dari Texas, sehingga terhindar dari pajak produksi. Hal tersebut dikarenakan adanya
peraturan pemerintah Amerika Serikat (AS) mengenai peningkatan nilai pajak produksi pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki kelengkapan armada distribusi. Melalui skenario
pengangkutan hasil produksi dengan kapal asing, maka perusahaan-perusahaan di AS pun tidak
akan mengalami peningkatan nilai pajak.
Selanjutnya, pada 1920-an, beberapa eksekutif Wall Street membantu Panama melegalkan
kebijakan bebas pajak penghasilan kepada seluruh warganya. Adapun alasannya adalah karena
Panama memiliki sebuah terusan penting yang menghubungkan jalur pelayaran Atlantik dan
Pasifik, dan hal tersebut tentu akan menarik jumlah retribusi besar tanpa pajak.
Hingga 60 tahun kemudian ketika diktator Manuel Noriega mulai berkuasa di Panama sejak
1983, ia membantu Medelin, kartel narkoba terbesar di dunia asal Kolombia, untuk
menyembunyikan jumlah nilai kekayaannya yang berkisar 4 miliar dolar AS (sekitar Rp 52,8
triliun) per tahun di Panama. Meskipun Noriega telah dikenai sanksi internasional oleh AS atas
tudingan pro komunis, namun Panama sudah terlanjur dikenal sebagai surga pencucian uang.
PEMBAHASAN
Kasus Panama Papers mencuat ke publik berawal dari bocornya data milik firma hukum
Mossack Fonseca ketika koalisi media internasional yaitu International Consortium of
Investigative Journalism (ICIJ) dan surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung menerima data
dari seorang sumber anonim. Menurut ICIJ, data itu berupa e-mail spreadsheet keuangan, paspor,
dan catatan-catatan perusahaan yang merinci bagaimana orang-orang kuat ini memanfaatkan
bank, firma hukum, dan perusahaan-perusahaan kategori shell company untuk menyimpan aset
mereka. Data itu membentang sekitar 40 tahun, dari 1977 hingga akhir 2015.
Para wartawan berkomunikasi dengan sumber lewat saluran terenkripsi karena ia ingin
identitasnya tidak diketahui: "Ada dua syarat. Nyawa saya terancam. Obrolan kita harus
terenkripsi. Kita tidak boleh bertemu sama sekali." Wartawan Süddeutsche Zeitung Bastian
Obermayer menyatakan bahwa sumbernya memutuskan untuk membocorkan dokumen tersebut
karena ia menganggap Mossack Fonseca bertindak secara tidak etis. Menurutnya, "sumber
mengira bahwa kantor hukum di Panama ini membahayakan dunia, dan sumber ingin
mengakhirinya. Itu salah satu motivasinya."
Ukuran dokumen yang dibocorkan ini mengalahkan Wikileaks Cablegate (1,7 GB),
Offshore Leaks (260 GB), Lux Leaks (4 GB), dan Swiss Leaks (3,3 GB). Data bocoran ini terdiri
dari surat elektronik, berkas PDF, foto, dan berkas pangkalan data internal Mossack Fonseca.
Semua data diterbitkan mulai tahun 1970-an sampai musim semi 2016. Panama Papers
mencantumkan nama 214.000 perusahaan. Terdapat folder untuk setiap perusahaan cangkang
(shell company) yang berisi surel, kontrak, transkrip, dan dokumen pindaian. Bocoran ini terdiri
dari 4.804.618 surel, 3.047.306 berkas format pangkalan data, 2.154.264 PDF, 1.117.026 foto,
320.166 berkas teks, dan 2.242 berkas berformat lain.
Semua data ini diindeks secara rapi. Pengindeksan dilakukan menggunakan perangkat
lunak berbayar bernama Nuix yang juga dipakai oleh para penyidik internasional. Dokumen
menjalani proses OCR oleh komputer berkecepatan tinggi agar datanya dapat dibaca dan dicari
secara digital. Daftar tokoh penting diperiksa ulang dengan dokumen yang diproses tadi. Tahap
selanjutnya adalah menghubungkan tokoh, peran, arus uang, dan keabsahan strukturnya. Berikut
ini adalah timeline investigasi pada kasus Panama Papers berdasarkan sumber yang diperoleh
oleh penulis:
25 Februari 2015
Surat kabar Jerman yaitu Süddeutsche Zeitung mengungkapkan di media cetak bahwa mereka
telah menyerahkan file-file yang bocor dari database internal Mossack Fonseca. Selama beberapa
bulan mendatang, data internal perusahaan sebesar 2,6 terabyte akan diserahkan kepada
wartawan oleh sumber anonim yang tidak ingin diungkap namanya.
Juni 2015
Empat puluh jurnalis dari berbagai organisasi berita termasuk Le Monde, The Guardian dan BBC
diundang ke International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ) di Washington untuk
membahas kolaborasi.
September 2015
Katharine Viner, pemimpin redaksi, dan Paul Johnson, wakil editor, terbang ke Munich untuk
mengamankan partisipasi Guardian dalam konsorsium jurnalis yang menyelidiki kasus tersebut.
Desember 2015
Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa besarnya ukuran dan kerumitan operasi pencucian uang
(money laundering) milik Rusia senilai $ 2 milyar yang dimiliki oleh teman-teman dekat
Vladimir Putin telah muncul. The Guardian menjadi tuan rumah KTT selama dua hari yang
dihadiri oleh wartawan dari Perancis, Jerman, Swiss dan Washington untuk mendalami kasus
Panama Paper tersebut.
28 Januari 2016
Dua perwakilan dari firma hukum Mossack Fonseca ditangkap di Brasil, sehubungan dengan
skandal Petrobras. Mereka kemudian dibebaskan, sementara dua lainnya melarikan diri dari
negara itu. Mulai saat itu, risikonya tinggi sehingga unsur-unsur penyelidikan Panama Papers
akan bocor sebelum hari publikasi yang dijadwalkan.
4 Maret 2016
Mossack Fonseca diberitakan dalam surat dari ICIJ dan Süddeutsche Zeitung bahwa para
wartawan telah melihat informasi mengenai ribuan perusahaan yang didirikannya selama mereka
beroperasi beberapa puluh tahun yang lalu di Panama.
11 Maret 2016
Nama Perdana Menteri Islandia mulai disangkutpautkan dengan kasus tersebut, sehingga
membuat para wartawan televisi ingin mewawancarainya. Ketika ia keluar dari sebuah
wawancara televisi, rekaman hasil wawancara itu akan disimpan sampai hari publikasi. Begitu
juga dengan Kantor Mossack Fonseca di Panama yang dikelilingi oleh kru televisi, semuanya
menyiapkan film dokumenter Panama Papers. Rekan pendiri Ramón Fonseca mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai penasihat resmi presiden Panama, Juan Carlos Varela.
15 Maret 2016
Anna Pálsdóttir, istri Gunnlaugsson (Perdana Menteri Islandia), membauat deklarasi tanpa
kompromi tentang perusahaan off-shore yang dimiliki suaminya di halaman Facebook-nya di
mana dia mengklaim bahwa suaminya hanya memegang saham karena kesalahan administrasi
saat itu.
28 Maret 2016
Kremlin menginformasikan media Rusia bahwa mereka telah menerima surat dari sejumlah
jurnalis yang merencanakan "serangan informasi" terhadap Vladimir Putin, yang dipimpin oleh
ICIJ.
5 April 2016
Satu-satunya media di Indonesia yang terlibat dalam investigasi yaitu majalah Tempo,
mengungkap beberapa nama orang Indonesia yang tercantum dalam dokumen Panama. Mereka
adalah pebisnis Sandiaga Uno, tersangka kasus pengalihan hak tagih Bank Bali Djoko Soegiarto
Tjandra, dan taipan minyak Muhammad Riza Chalid. Nama-nama lain, menurut Pemimpin
Redaksi Majalah Tempo, baru akan dikeluarkan setelah mendapat izin dari ICIJ. Saat
dikonfirmasi Rappler, Sandiaga membenarkan kepemilikan atas perusahaan offshore. “Dalam
proses investasi dan penciptaan lapangan kerja sangat lazim menggunakan jasa penyedia
offshorecorporations, tentunya semua dalam koridor hukum,” kata Sandiaga. Sementara itu,
Perdana Menteri (PM) Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson, yang namanya juga ada dalam
daftar, mengundurkan diri dari jabatannya. Sehari sebelumnya, ribuan rakyat Eslandia berdemo
di depan gedung Parlemen menuntut Gunnlaugsson untuk meletakkan jabatannya.
7 April 2016
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
mengatakan akan menggunakan nama-nama di dokumen Panama untuk pengejaran wajib pajak
di luar negeri. Pada hari yang sama, pejabat senior organisasi sepak bola dunia FIFA, Juan Pedro
Damiani, mengundurkan diri dari komite etik. Namanya juga tercantum dalam dokumen
Panama. Komite etik FIFA saat ini tengah memastikan apakah ada aturan internal FIFA yang
dilanggar oleh Damiani.
11 April 2016
Bambang mengaku telah mencocokkan data pengusaha dan perusahaan pengemplang pajak yang
dimiliki pemerintah dengan dokumen Panama. Ia menemukan banyak kecocokan. "Kami
meyakini kecocokannya itu 79 persen dan diyakini memiliki uang di luar negeri," kata Bambang
dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR.
12 April 2016
Giliran Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis yang santer dibicarakan lantaran
masuk dalam dokumen Panama. Ia disebut-sebut sebagai pemilik Sheng Yue International Limited.
Awalnya Harry membantah memiliki perusahaan offshore itu. Namun, akhirnya ia mengakui
kebenaran informasi itu. Menurut Harry, perusahaan itu merupakan permintaan anaknya. “Anak saya
meminta agar membuat usaha (keluarga), saya daftarkan,” kata Harry saat memberikan pernyataan di
Gedung DPR. Kelak, perusahaan itu akan menjadi usaha bersama dengan menantunya yang berasal
dari Chile. Bahkan, Harry pun mengakui menjabat direktur di Sheng Yue International Limited dari
2010 hingga Desember 2015. Namun, karena sibuk ia tak sempat mengundurkan diri. Dia baru
melepas jabatannya setahun setelah menjabat Ketua BPK. “Dan sepanjang saya menjadi direktur
memang tidak ada transaksi di perusahaan tersebut,” kata dia. Harry bahkan mempersilakan Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro untuk memeriksa apakah ia termasuk Warga Negara Indonesia
yang memiliki rekening di luar negeri.
25 April 2016
Tempo kembali mengungkap nama baru dari dokumen Panama, yakni Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan. Ia tercatat sebagai direktur Mayfair
International Ltd, yang berbasis di Seychelles sejak 29 Juni 2006. Mayfair International Ltd
sendiri diketahui dimiliki oleh dua perusahaan, yakni PT Persada Inti Energi dan PT Buana Inti
Energi. PT Toba Bara Sejahtera, perusahaan milik Luhut, pada 2011 mencantumkan PT Buana
Inti Energi sebagai mitra.
“Uangnya didepositkan ke akun milik perusahaan yang berkedudukan di British Virgin Islands
yang dimiliki oleh miliuner dan pebisnis Israel Teddy Sagi, yang telah mengalokasikan uangnya
untuk mendanai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu,” ujar Herzog.
Perpetrators/Fraudsters dalam Kasus Panama Papers
Secara umum, pihak yang melakukan kecurangan dalam kasus Panama Papers dapat
dibagi menjadi dua, yaitu Mossack Fonseca (MF) dan perusahaan offshore.
1. Mossack Fonseca (MF)
Dalam kasus ini, MF membantu kliennya untuk mendirikan sebuah perusahaan
offshore dan membantu mengatur serta mengelola perusahaan tersebut. MF
menggunakan keahliannya untuk mengatur skema sedemikian rupa agar praktik-
praktik kliennya yang terindikasi melanggar hukum tetap berada dalam “sisi yang
benar”. Singkatnya, MF mencari celah dari hukum yang berlaku serta menyasar legal
grey area untuk menempatkan kliennya dalam posisi yang aman. MF juga diketahui
pernah mempekerjakan experts yang terkenal piawai merancang skema penghindaran
pajak. Bersamaan dengan jasanya MF juga akan mempekerjakan direktur palsu (sham
directors) untuk perusahaan offshore ini untuk menyembunyikan pihak sesungguhnya
yang berada di balik mereka. Tidak berhenti di situ, dokumen-dokumen yang bocor
tersebut juga menginformasikan adanya dugaan bahwa MF tidak patuh terhadap
hukum yang berlaku. Perusahaan offshore yang meruapakan klien MF ditengarai
membantu firma hukum tersebut dan bekerja sama dengan penghindar pajak dan
beroperasi dengan uang dari sumber yang ilegal.
2. Pemerintah
Beberapa sumber menyebutkan pihak pemerintahan dari negara asal perusahaan offshore
tersebut mengetahui kasus ini. Terbentur dengan kepentingan pribadi (conflict of
interest), beberapa pihak pemerintahan berakhir gagal dalam upayanya untuk
menghentikan aktivitas keuangan offshore ini. Hal ini karena sesungguhnya aktivitas
keuangan offshore ini adalah legal di mata hukum dan sangat menguntungkan, yang
akhirnya menjebak dan membingungkan. Pada saat yang sama pemberhentian kegiatan
ini akan berdampak juga terhadap negara yang bersangkutan, karena kegiatan offshore ini
juga memberi kontribusi terhadap perekonomian negara tersebut.
3. Pemilik Perusahaan Offshore
Pemilik perusahaan offshore dalam kasus ini merujuk pada pihak swasta (pengusaha,
wealthy individuals) dan pihak pemerintah (pejabat pemerintah (yang sudah pension
dan masih menjabat)). Modus yang dilakukan oleh pemilik perusahaan offshore
tersebut menggunakan jasa MF untuk mendirikan sebuah trust, yayasan, atau
perusahaan (shell company) yang ditujukan sebagai “wadah” untuk menampung
kekayaan yang diperoleh dari aktivitas yang (dalam kasus ini) diduga illegal. Tidak
hanya pemerolehan kekayaan yang berasal dari aktivitas yang ilegal, tapi juga ke
mana dan bagaimana kekayaan tersebut akan dialirkan juga menjadi salah satu alasan
mengapa perusahaan offshore/perusahaan cangkang ini begitu marak didirikan.
Kecurangan (fraud) yang dijelaskan di atas adalah masih bersifat kemungkinan yang berasal
dari pengembangan dugaan-dugaan penulis dari informasi-informasi yang tersedia. Hal ini
berdasarkan, dari berbagai sumber yang penulis dapatakan, belum ada yang menyatakan dengan
tegas melalui hasil investigasi bahwa upaya penghindaran pajak yang sebelumnya telah
disebutkan menggiring kepada kecurangan-kecurangan lain yang lebih besar seperti
kemungkinan yang penulis jelaskan di atas.
1. Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang
lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
2. Pembicaraan dengan Klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,
kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
3. Pemeriksaan Pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil
pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what,
where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi
minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini
auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
4. Pengembangan Rencana Pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,
prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan,
maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan
bersama tim audit serta klien.
5. Pemeriksaan Lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya.
Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik
auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
6. Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam
laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain
adalah:
1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena
itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup
sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
Penjelasan di atas adalah bagaimana suatu tahapan audit forensik tersebut dilakukan. Tetapi
terkait dengan Kasus Panama Papers ini, secara lebih detail penulis ingin membahas langsung
kepada teknik-teknik yang menurut pembahasan penulis bisa dilakukan oleh auditor untuk
membuktikan kemungkinan kecurangan (fraud) tersebut, yaitu :
1. Menghitung Kekayaan Bersih (Net Worth)
Hal ini bisa dilakukan untuk membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan
hukum. Apabila ini terkait dengan pejabat negara, auditor bisa meminta laporan kekayaan
pejabat negara yang bersangkutan dan aliran dana masuk dan keluar dari rekening-rekening
bank yang dimilki bersangkutan melalui PPATK. Pemerikasan dapat dihubungkan dengan
besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan
pejabat ini bisa dijadikan dasar dari penyelidikan. Penelusuran ini tentunya harus
menyeluruh termasuk kepada kemungkinan yang bersangkutan memiliki aset dan aliran
dana keluar atau masuk dari dan ke luar negri.
2. Ikuti Alur Dana (Follow the Money)
Ini dilakukan dengan mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang
tersebut berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi
kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa mengalir secara
bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau beberapa tempat penghentian
terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk kuat mengenai pelaku kecurangan (fraud).
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada aliran dana dari yang bersangkutan yang
terbukti berhenti di perusahaan cangkang yang tercatat dalam Panama Papers tersebut.
3. Wawancara Mendalam (Deep Interview)
Ini dilakukan terhadap para informan yang dianggap memmpunyai akses dan informasi
terhadap kemungkinan adanya kecurangan (fraud) tersebut. Secara lebih detail,
pewawancara juga bisa diikutsertakan ahli semiotika (pembaca ekspresi) guna mengetahui
informasi yang disampaikan oleh informan tersebut adalah benar dan tidak ada kebohongan
yang disampaikan oleh informan.
4. Membuka Peluang untuk Whistle Blower
Adanya whistle blower yang dirahasiakan identitasnya dan dipastikan keselamatan dan
keamanannya ketika berani menyampaikan jika ternyata memang ada kecurangan (fraud)
yang terjadi, bisa sangat membantu mempercepat proses audit yang dilakukan. Oleh karena
itu, auditor harus benar-benar memiliki prosedur yang jelas untuk hal ini dan benar dapat
menjamin kerahasiaan identitas whistle blowr tersebut.
BAB III
PENUTUP
Lesson Learned
Terungkapnya skandal Panama Papers membuktikan dengan jelas bahwa pajak yang sifatnya
wajib dan mengikat dianggap sebagai beban yang cukup serius bagi kalangan atas yang terjerat
dalam kasus ini. Kegiatan investasi dan mendirikan perusahaan di negara-negara tax haven bukan
sesuatu yang ilegal, namun tidak melaporkannya dalam SPT untuk menghindari pajak merupakan
tindakan yang melanggar Undang-Undang. Jumlah pajak yang harus dibayarkan dianggap begitu
besar sehingga terjadi kasus penggelapan pajak untuk menghindari pembayaran pajak atau menekan
jumlah pajak. Sesuai dengan UU PPh pasal 4 ayat (1) kekayaan dan aset yang ada di luar negeri pun
juga harus dilaporkan dalam SPT karena kekayaan dan aset tersebut merupakan objek pajak. Jika
tidak melaporkan dengan benar maka dapat dikenakan sanksi berupa denda maupun kurungan karena
tidakan tersebut melanggar UU KUP Pasal 38 dan 39 ayat (1).
Saran
1. Menjadi pribadi yang baik, jujur, dan taat pada aturan, sehingga sebaiknya melaporkan
jumlah aset yang kita miliki baik di Indonesia maupun di luar negeri;
2. Pemerintah hendaknya meminta perusahaan atau nama yang masuk dalam Panama papers,
untuk melaporkan transaksi yang dilakukan;
3. Apabila ada pajak terutang yang belum dibayar maka wajib pajak tersebut harus membayar,
termasuk dendanya bila ada;
4. Jika terbukti tokoh yang bersalah atau perusahaan yang terdaftar illegal harus dijatuhkan
hukuman sesuai dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku;
5. Pemerintah harus mencari cara agar investor lokal mau menanam dananya di Indonesia
bukan di luar negeri. Selain itu meningkatkan kewaspadaan terhadap investor lokal yang
mempunyai kekayaan di luar negeri agar dapat ditelusuri dan diteliti banyaknya kekayaan
yang dimiliki. Sehingga penerimaan dari sektor pajak pun meningkat yang juga
meningkatkan pendapatan negara. Kejelasan aturan yang berlaku, kemudahan dalam
menanamkan modal, keamanan yang terjamin, dan kestabilan ekonomi juga perlu diperbaiki
agar investor nyaman ketika berinvestasi di negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://investigasi.tempo.co/panama/
https://news.ddtc.co.id/infografis-pajak-kriteria-negara-tax-haven-6893
https://panamapapers.sueddeutsche.de/articles/56febf8da1bb8d3c3495adec/
https://tirto.id/bagaimana-membaca-laporan-panama-papers-FUp
https://www.globalwitness.org/en-gb/press-releases/call-tax-havens-open-after-offshore- expose/?
gclid=Cj0KCQiAh9njBRCYARIsALJhQkFyqyjKx7iCqHIM0NnTG
_lhZImOEZIfxCpRNlRRCTZkQokUGFh2WmEaAvvxEALw_wcB
https://www.rappler.com/indonesia/129101-kronologi-dokumen-panama
https://www.researchgate.net/publication/324793152_Panama_Papers_and_the_dilemma_of_glo
bal_financial_transparency
https://www.tempo.co/tag/panama-papers
https://www.theatlantic.com/business/archive/2016/04/panama-papers-crimes/477156/
https://www.theguardian.com/news/2016/apr/16/panama-papers-inside-the-guardians-
investigation-into-offshore-secrets
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tax/dttl-tax-
britishvirginislandshighlights-2018.pdf?nc=1
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tax/dttl-tax-
bermudahighlights-2018.pdf?nc=1
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tax/dttl-tax-
bahamashighlights-2018.pdf?nc=1
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tax/dttl-tax-
caymanislandshighlights-2018.pdf
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tax/dttl-tax-
indonesiahighlights-2018.pdf