Anda di halaman 1dari 9

1 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No.

PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI


ADSORBEN DALAM PENYISIHAN COD DARI LIMBAH
CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO
SURABAYA

Ari Dwi Cahyono dan Tuhu Agung R.


Progdi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
email : tuhuagung@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan fly ash batubara sebagai adsorben
untuk menyisihkan senyawa organik, mengetahui efisiensi penyisihan senyawa organik
dengan menggunakan fly ash sebagai adsorben. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah massa abu batubara dengan kisaran 1 sampai dengan 5 gram, waktu
agitasi pada kisaran 30 – 150 menit. Sedangkan ketetapan yang digunakan adalah
kecepatan putaran paddle pada tangki berpengaduk 150 Rpm. Hasil terbaik yang
diperoleh dari penelitian ini yaitu pada massa adsorben 5 gram dan waktu pengadukan
150 menit menghasilkan penyisihan COD sebesar 91,11 % dengan penurunan kadar
awal 540 mg/l menjadi 48 mg/l, nilai ini sudah memenuhi syarat baku mutu sesuai Kep
Men LH N0.112 Tahun 2003 yaitu 100 mg/l.

Kata kunci: abu batubara (fly ash), adsorbsi, COD

ABSTRCT
The objective of this research is to know the use of coal’s fly ash as adsorben to remove
dissolved organic material, to know the efficiency of the remove organic material by
using fly ash as adsorben. The variable that used in this research is the mass of the
coal’s ash from 1 until 5 gram, the agitation time between 30-150 minutes. While the
constancy that used is the paddle circle speed on the tank for the liquids striing of 150
rpm. The best result from this research is that the adsorben mass of 5 gram and the
stirring time of 150 minutes produce isolating COD of 91,11 % with the decreasing
early content 540 mg/l became 48 mg/l, this score has already meet the standard
condition based on Kep Men No.112 of 2003 that is 100 mg/

Keyword: fly ash, adsorbtion, COD


Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben (Ari Dwi Cahyono dan Tuhu Agung R.) 2

PENDAHULUAN mengganggu kelestarian lingkungan. .


Menurut Veenstra, (1995), menyatakan
Proses pembakaran batubara
bahwa prinsip air limbah domestik
untuk menghasilkan tenaga dalam
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air
industri akan menghasilkan sisa
limbah yang terdiri dari air buangan
pembakaran yang disebut abu terbang
tubuh manusia yaitu tinja dan urine
(fly ash), serta endapan abu (bottom
(black water) dan air limbah yang
ash) yang apabila tidak dimanfaatkan
berasal dari buangan dapur dan kamar
dengan sebaik-baiknya akan dapat
mandi (gray water), yang sebagian
mengganggu kesehatan manusia dan
besar merupakan bahan organik.
lingkungan.
Menurut Anggraini, (2005),
Berdasarkan tingkat kepadatan
Karakteristik air limbah dapat diukur
penduduk dan laju pertumbuhan yang
dengan melihat sifat – sifatnya yang
setiap tahunnya meningkat di Indonesia.
meliputi sifat fisik, kimia dan biologi
Maka semakin besar pula tingkat
yaitu :
kebutuhan akan tempat tinggal yang
nyaman serta memenuhi persyaratan
Sifat Fisik
lingkungan. Banyaknya masyarakat
yang berpenghasilan masih di bawah Penentuan derajat kekotoran air
rata-rata membuat banyaknya limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
pemukiman kumuh yang terbangun sifat fisik yang mudah terlihat.
dimana-mana. Salah satu upaya Beberapa komposisi air limbah akan
pemerintah guna memperbaiki hilang apabila dilakukan pemanasan
lingkungan yang kumuh tapi tetap secara lambat. Sifat-sifat fisik yang
memperhatikan kesejahteraan mempengaruhi adalah :
penghuninya, serta memberikan 1. Padatan (solid)
kenyamanan bagi masyarakat perkotaan Padatan terdiri dari bahan padat
adalah dengan menyediakan rumah organik maupun anorganik yang
susun. Salah satu rusun (rumah susun) dapat larut, mengendap atau
yang telah di bangun oleh pemerintah tersuspensi. Padatan tersuspensi di
adalah Rumah Susun Wonorejo dasar badan air akan mengganggu
Surabaya. Dimana penghuni rumah kehidupan didalam badan air, dan
susun tersebut adalah kebanyakan dari akan mengalami dekomposisi yang
kelompok yang berpenghasilan dapat menurunkan kadar oksigen di
menengah ke bawah. Banyak aktivitas dalam air.
yang di lakukan oleh penghuni rumah 2. Temperatur
susun tersebut seperti mandi, cuci Temperatur limbah mempengaruhi
pakaian, cuci piring dll, semua kegiatan badan penerima jika terdapat
tersebut menghasilkan buangan yang temperatur yang cukup besar. Hal ini
disebut limbah domestic (limbah rumah akan mempengaruhi kecepatan reaksi
tangga). serta tata kehidupan dalam air.
Metcalf & Eddy, (1993), Perubahan suhu memperlihatkan
menyatakan bahwa Air limbah aktivitas kimiawi dan biologi.
domestik adalah cairan buangan dari 3. Kekeruhan (turbidity)
rumah tangga, industri maupun Kekeruhan menyebabkan
tempat – tempat umum lain yang penyimpangan sinar matahari,
mengandung bahan – bahan yang dapat sehingga mengganggu kehidupan
membahayakan kehidupan manusia didalam badan air, dan akan
maupun makhluk hidup lain serta mengalami dekomposisi yang dapat
3 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No. 1

menurunkan kadar oksigen dalam limbah. Bakteri ada yang bersifat


air, sehingga berpengaruh baik patogen sehingga merugikan dan ada
secara langsung atau tidak langsung yang bersifat non patogen/
terhadap organisme di badan air. menguntungkan.
(Gunawan, 2006) Senyawa organik adalah golongan
besar senyawa kimia yang molekulnya
Sifat Kimia mengandung karbon, kecuali karbida,
Kandungan bahan kimia yang karbonat, dan oksida karbon. Studi
ada dalam air limbah dapat merugikan mengenai senyawa organik disebut
lingkungan melalui berbagai cara. kimia organik. Banyak di antara
Adapun bahan kimia yang terdapat pada senyawa organik, seperti protein, lemak,
limbah cair domestik adalah : dan karbohidrat, merupakan komponen
1. pH penting dalam biokimia. Di antara
pH adalah parameter untuk beberapa golongan senyawa organik
mengetahui intensitas tingkat adalah senyawa alifatik, rantai karbon
keasaman atau kebasaan dari suatu yang dapat diubah gugus fungsinya;
larutan yang dinyatakan dengan hidrokarbon aromatic, senyawa yang
konsentrasi ion hidrogen terlarut. mengandung paling tidak satu cincin
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) benzene; senyawa heterosiklik yang
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) mencakup atom-atom non karbon dalam
adalah jumlah oksigen yang struktur cincinnya; dan polimer,
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- molekul rantai panjang gugus berulang.
zat organik. Pembeda antara kimia organik dan
3. Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) anorganik adalah ada atau tidaknya
Kebutuhan oksigen biologis (BOD) ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam
merupakan jumlah oksigen yang karbonat termasuk anorganik,
dibutuhkan oleh bakteri untuk sedangkan asam format, asam lemak
menguraikan (mengoksidasi) hampir pertama organik.
semua zat organik yang tersuspensi Menurut Edy B., (2007), Abu
dalam air. batubara adalah bagian dari sisa
4. Dissolved Oxygen (DO) pembakaran batubara yang berbentuk
DO adalah faktor yang menentukan partikel halus amorf dan abu tersebut
apakah perubahan yang terjadi dalam merupakan bahan anorganik yang
air limbah disebabkan oleh proses terbentuk dari perubahan bahan mineral
aerob atau anaerob. Organisme aerob (mineral matter) karena dari proses
menggunakan oksigen bebas untuk pembakaran batubara pada unit
mengoksidasi senyawa-senyawa penmbangkit uap (boiler) akan
organik dan anorganik menghasilkan terbentuk dua jenis abu yaitu abu
senyawa akhir yang tidak berbahaya. terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom
(Gunawan, 2006) ash) Komposisi abu batubara yang
dihasilkan terdiri dari 10 - 20 % abu
Sifat Biologis dasar, sedang sisanya sekitar 80 - 90 %
Menurut Wardana, (1999), berupa abu terbang. Abu terbang
menyatakan disetiap badan air, baik air ditangkap dengan electric precipitator
alam maupun air buangan terdapat sebelum dibuang ke udara melalui
bakteri atau mikroorganisme. Bakteri cerobong.
merupakan kelompok mikroorganisme Sifat kimia dari abu batubara
terpenting dalam sistem penanganan dipengaruhi oleh jenis batubara yang
Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben (Ari Dwi Cahyono dan Tuhu Agung R.) 4

dibakar dan teknik penyimpanan serta penggumpalan substansi terlarut


penanganannya. Pembakaran batubara (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
lignit dan sub-bituminous menghasilkan permukaan zat atau benda penyerap,
abu terbang dengan kalsium dan dimana terjadi suatu ikatan kimia-fisika
magnesium oksida lebih banyak antara substansi dengan penyerapanya.
daripada bituminus. Namun, memiliki Proses perlekatan dapat saja terjadi
kandungan silika, alumina, dan karbon antara cairan dan gas, padatan, atau
yang lebih sedikit daripada bituminous. cairan lain.
Kandungan karbon dalam abu terbang Zat pengadsorbsi (adsorbent)
diukur dengan menggunakan Loss On adalah material yang sangat berpori.
Ignition Method (LOI). (Adha, 2009). Lokasi proses adsorbsi terjadi pada
Fly ash berwarna abu-abu hingga dinding pori-pori atau letak tertentu
kehitaman warna kehitaman karena dalam partikel adsorbent. Karena pori-
adanya karbon, Hal ini disebabkan pori itu biasanya sangat kecil, luas
pembakaran yang tidak sempurna. permukaan dalam menjadi beberapa
Ukuran dan bentuk karakteristik partikel orde lebih besar daripada permukaan
fly ash sebenarnya bergantung pada asal luar. Pemisahaan terjadi karena
bahan yang dibakar, derajat perbedaan berat molekul atau karena
penghancuran, temperature, suplai perbedaan polaritas menyebabkan
oksigen, pembakaran yang merata, sebagian molekul melekat pada
mayoritas fly ash seperti kaca, padat, permukaan itu lebih erat daripada
berlubang seperti bola. Komposisi molekul-molekul lainnya.
kimia pada fly ash pada umumnya Karakteristik adsorben yang
tersusun dari senyawa silikat (SiO2), dibutuhkan untuk adsorbsi yang baik :
Alumina Oksida (Al2O3), Besi Oksida 1. Luas Permukaan Adsorben
(Fe2O3), Kalsium (CaO), Magnesium Semakin besar luas permukaan
Oksida (MgO), Natrium Oksida (Na2O), maka semakin besar pula daya
dan (SO3). adsorbsinya, karena proses adsorbsi
Abu terbang batubara memiliki terjadi pada permukaan adsorben.
berbagai kegunaan yang amat beragam Tidak ada perubahan volume yang
antara lain (Anonim 2008) : berarti selama proses adsorbsi dan
1. Penyusun beton untuk jalan dan desorpsi.
bendungan 2. Kemurnian Adsorben
2. Penimbun lahan bekas Adsorben yang memiliki tingkat
pertambangan kemurnian tinggi, daya adsorbsinya
3. Recovery magnetit, cenosphere, lebih baik. (Imami, 2008).
dan karbon
4. Bahan baku keramik, gelas, batu Menurut Sawyer et al dalam
bata dan refraktori masduqi 2000 proses adsorbsi pada
5. Bahan penggosok (polisher) umumnya dapat dibagi menjadi:
6. Filler aspal, plastik dan kertas 1. Adsorbsi Fisika (Van der Waals)
7. Pengganti dan bahan baku semen Adsorbsi fisika adalah suatu proses
8. Aditif dalam pengolahan limbah penjerapan dimana daya tarik van
(waste stabilizzation) der waals atau gaya tarik yang
9. Konversi menjadi zeolit dan lemah antar molekul menarik bahan
adsorben terlarut dari larutan adsorbat ke
Menurut Benefield, (1982), dalam permukaan adsorben.
Adsorpsi secara umum adalah proses Molekul yang teradsorbsi bebas
5 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No. 1

bergerak di sekitar permukaan zat penyerapnya lebih besar dari ikatan


adsorben dan tidak hanya menetap antara molekul zat terlarut dengan
dengan adsorben itu lebih besar pelarutnya maka zat terlarut akan dapat
daripada gaya tarik antara zat diadsorpsi. Sedangkan adsorpsi kimia
terlarut dengan pelarut, maka zat menurut benefield, (1982), merupakan
terlarut akan teradsorbsi di hasil dari reaksi kimia antara molekul
permukaan adsorben (Jabarudin, adsorbat dan adsorban dimana terjadi
2010). pertukaran elektron.
2. Adsorbsi Kimia Mekanisme Menurut Benefield,
Penjerapan ini bersifat spesifik dan (1982), Adsorpsi terhadap air buangan
melibatkan gaya yang jauh lebih mempunyai tahapan proses seperti
besar daripada penjerapan fisika . berikut :
ikatan adsorbat pada adsorbsi kimia 1. Transfer molekul-molekul adsorbat
biasanya terjadi tidak lebih dari menuju lapisan film yang
satu lapisan. Secara normal bahan mengelilingi adsorban.
yang teradsorbsi membentuk 2. Difusi adsorbat melalui lapisan film
lapisan di atas permukaan berupa (film diffusion).
molekul-molekul yang tidak bebas 3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau
bergerak dari satu permukaan ke pori-pori dalam adsorban
permukaan lainya. Adsorbsi kimia (proses porediffu-sion)
menyebabkan terbentuknya suatu 4. Adsorbsi adsorbat pada permukaan
lapisan pada permukaan adsorben adsorban. (Kasam, dkk, 2005).
yang mempunyai sifat kimia lain
sebagai akibat adanya reaksi Menurut Perrich (1981) dan
adsorbat dengan adsorben. Pada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses kimia energi panas yang laju dan besarnya adsorbsi yang
dibutuhkan untuk proses menyebabkan kesulitan dalam
pengikatan sam dengan energi pengembangan model yang akan
panas yan dilibatkan pada reaksi diterapkan. Adapun faktor yang
kimia, karena itu adsobsi kimia mempengaruhi kapasitas adsorbsi yaitu:
mempunyai kemapuan adsorbsi 1. Luas permukaan adsorben.
lebih besar (Jabarudin, 2010). Semakin luas permukaan
3. Adsorbsi Pertukaran adsorben, semakin banyak adsorbat
Adsorbsi yang diperankan oleh yang dapat diserap, sehingga proses
tarikan listrik antara adsorbat dan adsorbsi dapat semakin efektif.
permukaan adsorben. Ion dari suatu Semakin kecil ukuran diameter
substansi banyak berperan dalam partikel maka semakin luas
adsorbsi ini. Ion akan permukaan adsorben.( Wijaya, 2008)
terkonsentrasi di permukaan a. Ukuran partikel
adsorben sebagai hasil tarikan Menurut Tchobanoglous, (1991)
elektrostatik ke tempat yang menyatakan bahwa Makin kecil
bermuatan berlawanan di ukuran partikel yang digunakan
permukaan (Jabarudin, 2010). maka semakin besar kecepatan
adsorbsinya. Ukuran diameter
Menurut Reynold, (1982), dalam bentuk butir adalah lebih
adsorpsi fisik terjadi karena adanya dari 0.1 mm, sedangkan ukuran
ikatan Van der waals, dan bila ikatan diameter dalam bentuk serbuk
tarik antar molekul zat terlarut dengan adalah 200 mesh.
Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben (Ari Dwi Cahyono dan Tuhu Agung R.) 6

b. Waktu kontak Variabel


Menurut Reynolds, (1982), Waktu Variabel yang diteliti :
kontak merupakan suatu hal yang 1. Peubah waktu pada proses batch
sangat menentukan dalam proses 30, 60, 90, 120, 150 menit
adsorbsi. Waktu kontak yang lebih 2. Peubah berat fly ash 1 gr, 2 gr, 3gr,
lama memungkinkan proses difusi 4 gr, 5 gr
dan penempelan molekul adsorbat Variabel Tetap :
berlangsung lebih baik. 1. Kecepatan putaran paddle pada
Konsentrasi zat-zat organik akan tangki berpengaduk 150 rpm.
turun apabila waktu kontaknya 2. Volume limbah 500 ml
cukup dan waktu kontak berkisar
10 – 15 menit. Prosedur Kerja
c. Distribusi ukuran pori 1. Lakukan pemeriksaan air sampel
Distribusi pori akan mempengaruhi terlebih dahulu untuk mengetahui
distribusi ukuran molekul adsorbat konsentrasi COD
yang masuk kedalam partikel 2. Siapkan Tangki berpengaduk
adsorben.( Wijaya, 2008) ukuran 1 liter masing-masing diisi
d. Pengadukan 500 ml sampel
Kecepatan adsorbsi selain 3. Masukkan fly ash dengan peubah
dipengaruhi oleh difusi film dan massa 1 gr kedalam Tangki
difusi pori juga dipengaruhi oleh berpengaduk yang berisi limbah
jumlah pengadukan dalam sistem cair domestik.
tersebut. Jika proses agitasi yang 4. Kemudian diaduk menggunakan
dilakukan relatif kecil maka tangki berpengaduk dengan
tahapan proses adsorbsi hanya kecepatan 150 rpm, dengan variasi
terjadi hingga tahapan difusi film waktu 30 menit hingga mencapai
(Benefield,1982) hasil maksimal
5. Saring dan dianalisa kandungan
METODE PENELITIAN COD nya
Bahan Yang Digunakan 6. Lakukan percobaan seperti 1 s/d 5
1. Limbah abu batubara diambil dari untuk massa fly ash dan waktu yang
sisa pembakaran batubara berbeda
PT. Tjiwi kimia, Mojokerto
2. Limbah cair domestik yang diambil HASIL DAN PEMBAHASAN
dari Rumah Susun Wonorejo, Penelitian ini dilaksanakan di
Surabaya. laboratorium menggunakan limbah cair
domestik dengan konsentrasi awal COD
Peralatan Penelitian : sebesar 540 mg/l. Dari hasil penelitian
1. Peralatan Tangki berpengaduk yang telah dilakukan, diperoleh hasil
2. Kertas saring penyisihan bahan organik yang
3. Gelas ukur terkandung dalam air limbah domestik
4. Stop Watch dengan media abu terbang batubara (fly
5. Erlenmeyer ash), dan ditampilkan dalam bentuk
6. Pipet ukur tabel dan grafik.
7. Buret Percobaan dilakukan secara batch
8. Corong dengan menggunakan tangki
9. Timbangan berpengaduk dengan volume limbah
10 .Botol Aqua
7 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No. 1

cair domestik 500 liter, kecepatan adalah 50,51 %, pada massa 4 gram
putaran paddle 150 rpm, peubah massa adalah 64,88 %, dan untuk massa 5
fly ash 1 - 5 gr dan waktu pengadukan gram adalah 77,77 %.
30 – 150 menit. Hasil penelitian disusun Dapat di jelaskan bahwa setiap
dalam bentuk tabel dan grafik yang penambahan waktu pengadukan,
merupakan pengaruh massa adsorben prosentase penyisihan COD semakin
dan waktu pengadukan terhadap meningkat, ini berarti penjerapannya
prosentase penyisihan COD. Pengaruh semakin baik. Hal ini disebabkan karena
massa dan waktu pengadukan dalam waktu kontak antara adsorben dengan
proses adsorbsi merupakan faktor adsorbat berangsur lama, maka
penting karena semakin besar massa fly kemampuan adsorben dalam
ash dan semakin lama waktu mengadsorbsi semakin besar sehingga
pengadukan dalam adsorbsi maka banyak senyawa COD yang teradsorbsi.
prosentase penyisihan COD semakin Terlihat bahwa efisiensi penyisihan
meningkat. Untuk pengaruh massa dan COD terbesar dan maksimal terjadi
waktu pengadukan terhadap prosentase pada waktu pengadukan 150 menit
penyisihan COD dapat dilihat pada dengan massa 5 gram yaitu 91,11 %.
grafik dibawah ini : Dari gambar diatas juga dapat dilihat
bahwa kemampuan adsorban dalam
Pengaruh Waktu Pengadukan menyisihkan COD mengalami
prosentase penurunan, terlihat pada
menit ke 120 sampai 150 terjadi sedikit
penjerapan COD, dikarenakan fly ash
sudah jenuh, sehingga hanya mampu
menjerap sedikit COD dan mendekati
jenuh. Hal ini disebabkan oleh pori –
pori media fly ash yang berkurang
kemampuannya dalam menyerap COD.
Kondisi tersebut dimungkinkan pada
Gambar 1 Hubungan antara lama waktu waktu penyerapan sebelumnya pori -
pengadukan terhadap prosentase pori fly ash tertutup oleh setiap lapisan
penyisihan COD dengan berbagai
peubah massa
molekul yang terbentuk, dimana
lapisan tersebut akan menutupi lapisan
Berdasarkan Gambar 1 diatas sebelumnya.
dapat dilihat hubungan antara lama Penelitian sebelumnya juga
waktu pengadukan terhadap prosentase menyatakan proses adsorpsi semakin
penyisihan COD dengan berbagai baik dengan bertambahnya massa media
peubah massa maka didapat bahwa dan penambahan waktu kontak. Waktu
prosentase penyisihan COD tertinggi kontak merupakan faktor yang
adalah 91,11 % dan terendah 18,51 %. menentukan dalam proses adsorpsi, dan
Prosentase tertinggi terjadi pada berat 5 waktu kontak yang diperlukan untuk
gram pada waktu pengadukan 150 mencapai nilai optimal tidaklah sama
menit. Sedangkan prosentase terendah untuk setiap proses adsorpsi.
terjadi pada massa 1 gram pada waktu ( Rosariawari F,2008 )
pengadukan 30 menit. Prosentase rata-
rata penurunan COD pada massa 1 gram
adalah 23,40 %, untuk massa 2 gram
adalah 34,95 %, pada massa 3 gram
Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben (Ari Dwi Cahyono dan Tuhu Agung R.) 8

Pengaruh Massa adsorben 2. Kemampuan penyisihan kandungan


COD limbah cair domestik dapat
mencapai hasil terbaik yaitu 91,11
%. Hal ini terjadi pada waktu 150
menit dengan massa media fly ash
5 gram di dapat COD akhir sebesar
48 mg/l. Nilai ini sudah memenuhi
baku mutu sesuai Kep Men LH
N0.112 Tahun 2003 yaitu 100 mg/l.
Gambar 2 Hubungan antara peubah massa 3. Waktu kontak antara adsorbat
adsorben terhadap prosentase dengan massa adsorben sangat
penyisihan COD dengan berbagai mempengaruhi suatu proses
waktu pengadukan adsorbsi. Semakin lama waktu
kontak dan semakin banyak massa
Dari gambar 2 diatas dapat adsorben maka prosentase
jelaskan hubungan antara peubah massa penyisihan COD semakin
adsorben terhadap prosentase meningkat
penyisihan COD dengan berbagai waktu
pengadukan dapat diketahui bahwa
semakin besar massa adsorben maka DAFTAR PUSTAKA
prosentase penyisihan COD semakin
meningkat. Hal ini disebabkan Adha, A., 2009, “Pengaruh Penambahan
penambahan massa adsorben akan Abu Batubara (fly ash) Pada Tanah
meningkatkan jumlah total luas Gambut Terhadap Kapasitas Dukung
permukaan dan jumlah pori yang Tanah”, Universitas Islam Indonesia
digunakan untuk mengikat adsorbat Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan
dalam proses adsorbsi, sehingga COD Teknik Sipil, Yogyakarta.
lebih banyak yang terjerap, di
karenakan semakin besar massa Afrianita, Reri, dkk, 2010,
adsorben, dan lama waktu pengadukan ”Pemanfaatan Fly Ash Batubara
maka prosentase adsorbsi juga akan Sebagai Adsorben Dalam Penyisihan
mengalami kenaikkan. (Restu A, 2010). Chemical Oxygen Demand (Cod) Dari
Hasil prosentase penyisihan COD Limbah Cair Domestik (Studi Kasus:
terbaik yaitu terbesar 91,11 % atau Limbah Cair Hotel Inna Muara,
konsentrasi akhir 48 mg/l dan telah Padang)”, No.33 Vol.1 Thn.XVII,
memenuhi baku mutu yang telah Universitas Andalas.
dipersyaratkan sesuai dengan Kep Men
LH No 112 yaitu 100 mg/l. Anonim, 2008, “Abu Batubara Sebagai
Adsorben”, majarimagazine.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah Benefield, larry D, 1982, ”Proces
dilakukan terhadap limbah cair Chemistry For Water And Watewater
domestik yaitu limbah cair yang berada Treatment”, Prentice Hall Inc., New
di daerah Rumah Susun Wonorrejo Jersey.
Surabaya, dapat diambil kesimpulan
seperti di bawah ini : Widiyati, C., 2005, “Stabilisasi Lumpur
1. Abu terbang (fly ash) batubara Kering Dari Limbah Cair Pengolahan
dapat menurunkan parameter COD. Kulit Dengan Abu Layang”.
9 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No. 1

Fakhrizal, 2004, “Mewaspadai Bahaya Rosariawari, F.,2008, ”Penurunan


Limbah Domestik di Kali Mas”, Konsentrasi Limbah Deterjen
Lembaga Kajian Ekologi dan Menggunakan Furnace Bottom Ash
Konservasi Lahan Basah. (FBA)”.
Supradata, 2005, “Pengolahan Limbah
Gunawan, Yuli, 2006, ”Peluang Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Penerapan Produksi BersihPada Sistem Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem
Pengolahan Air Limbah Domestik Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Waste Water Treatment Plant, Studi Permukaan (Ssf-Wetlands)”.
Kasus Di Pt Badak Ngl Bontang”,
Universitas Diponegoro, Semarang. Wijaya, Hanung, 2008, “Penggunaan
Tanah Laterit Sebagai Media Adsorbsi
Imami, khalif, 2008, “Pengujian Alat Untuk Menurunkan Kadar Chemical
Pendingin Sistem Adsorbsi Dengan Oxigen Demand (COD) Pada
Variasi Temperatur Masuk Fluida Saat Pengolahan Limbah Cair Di Rumah
Desorbsi”, Departemen Teknik Mesin Sakit Baktiningsih Klepu”, Yogyakarta.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Jabarudin, Imam, 2010, ”Pengolahan


Air Payau Menjadi Air Tawar Secara
Adsorbsi Dengan Media Arang Aktif
dan Tembikar”, Fakultas Teknik Sipil
dan Perncanaan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”
Jatim, Surabaya.

Kasam, dkk, 2005, ”Penurunan COD


(Chemical Oxygen Demand) dalam
Limbah Cair Laboratorium
Menggunakan Filter Karbon Aktif
Arang Tempurung Kelapa”, Logika,
Vol.2. No.2 Jurusan Teknik Lingkungan
FTSP UII.

Munir, Misbachul, 2008, “Pemanfaatan


Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block Yang Bermutu Dan Aman Bagi
Lingkungan”, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Restu, A., 2010, ”Penurunan Kadar


Phenol Dengan Memanfaatkan Bagasse
Fly Ash dan Chitin Sebagai Adsorben”.

Anda mungkin juga menyukai