Anda di halaman 1dari 2

DIAGNOSIS STUNTING

Penentuan perawakan pendek, dapat menggunakan beberapa standar antara lain Z-score
baku National center for Health Statistic/Center for Diseases Control (NCHS/CDC) atau
Child Growth Standards World Health Organization (WHO) tahun 2005.1 Indeks TB/U
merupakan indeks antropometri yang menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan
berhubungan dengan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/20102 tentang standar antropometri penilaian status
gizi anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunting (pendek) dan severely stunting (sangat pendek).2
Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat dalam waktu yang relatif
lama.3
Beberapa penelitian menunjukkan proporsi perawakan pendek pada anak lebih tinggi
dengan menggunakan kurva WHO 2005 dibandingkan NCHS/CDC sehingga implikasinya
penting pada program kesehatan.4,5 Tinggi badan dalam keadaan normal akan bertambah
seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama
sehingga indeks ini dapat digunakan untuk menggambarkan status gizi pada masa lalu. 6
Klasifikasi status gizi pada anak, baik laki–laki maupun perempuan berdasarkan standar
WHO 2005 dapat dilihat pada tabel berikut.1

Tabel 1. Klasifikasi Stunting1


Indeks Ambang Batas Status Gizi
TB/U > +2 SD Perawakan tinggi
-2SD s/d +2SD Normal
-3SD s/d < -2SD Perawakan pendek
< -3SD Perawakan sangat pendek

KOMPLIKASI STUNTING

Konsekuensi yang diakibatkan dari terjadinya stunting pada balita maupun anak-anak dapat
berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Komplikasi jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Dalam jangka panjang, akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya system imunitas tubuh
sehingga rentan terhadap penyakit, dan resiko tinggi untuk muculnya penyakit diabetes, obesitas,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya
ini akan menurunkan kualitas sumber daya manusia sutu Negara, produktivitas dan daya saing
bangsa.7

1. World Health Organization. WHO Child growth standards: methods and development. 2006:
Geneva; WHO.
2. Kementrian Kesehatan RI. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor:
1995/MENKES/SK/XII/2010. Jakarta: Kemenkes RI;2012.
3. Gibson, RS. Principles of nutritional assessment. Second Edition. New York: Oxford
University Press Inc;2005
4. Wang X, Hojer B, Guo S, Luo S. Stunting and overweight in who child growth standards
malnutrition among children in a poor area of china. Public Health Nutr. 2009;12:77.
5. Schwarz N., Grobusch M., Decker ML, Goesch J. WHO 2006 child growth standards:
implication for the prevalence of stunting and underweight-for-age in a birth cohort of
gabonese children in comparison to the center for disease control and prevention 2000
growth charts and the national center for health. Public Health Nutrition. 11 2008:714-719.
6. Supariasa. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001.
7. Stewart CP, Iannoti L, Dewey KG, Michaelsen KF, & Onyango AW. Contextualising
complementary feeding in a broader framework for stunting prevention. Maternal and Child
Nutrition. 2013;9(Suppl 2):27-45.

Anda mungkin juga menyukai