Anda di halaman 1dari 12

1

TAHAPAN DAN KEBUTUHAN PERKEMBANGAN


ANAK USIA TODDLER
Setiap tahapan perkembangan anak mempunyai karakteristik perkembangannya
masing-masing sesuai dengan usianya. Usia merupakan salah satu indikator dalam
menentukan tugas perkembangan anak. Walaupun anak pada usia yang sama
mempunyai karakteristik yang berbeda yang unik sifatnya. Sehubungan dengan rentang
usia tersebut Bronson (1995:05) mengemukakan bahwa penentuan materi main dibagi
dalam 6 rentang usia yaitu: young infant (lahir-6 bulan); older infant (7-12 bulan);
young toddler (1 tahun); older toddler 2 tahun); preschool and kindergarten (3-5 tahun);
dan primary school children (6-8 tahun).
Toddlers usia 18-36 bulan adalah penemu kecil yang dibekali dengan rasa ingin
tahu tentang apa yang dapat mereka buat sesuatu terjadi atau membuat sesuatu bekerja.
Toddler berupaya mengumpulkan banyak mainan yang menarik baginya dan material
main lainnya, tetapi mereka melakukan hal tersebut bertujuan (Maguire-Fong, 2015:82).
Selanjutnya Lally dkk (2003:22) mengemukakan bahwa toddler usia 16-36 bulan
mementingkan dirinya sendiri dan orang mengasuhnya. Diawal usia 18 bulan identitas
merupakan perkembangan yang dominan terjadi, selalu berupaya bagaimana mandiri
dan mengontrol diri. Pada saat keinginan yang besar untuk mendiri dan kontrol diri
maka perhatian terhadap keamanan makin besar sejalan dengan adanya keinginan yang
besar dalam bereksplorasi. Pengasuh dapat membantu toddler menemukan cara untuk
percaya diri dengan memberikan dukungan secara individual, memberikan pilihan-
pilihan jika dimemungkinkan dan dengan mengenalkan panduan-panduan sosial.
Untuk mengidentifikasi tipe dan perilaku anak yang dikaitkan dengan usianya
dapat membantu orang tua dalam mengasuh anak. Sehubungan dengan itu Feeney dan
Chritensense dkk (2006:105) mengemukakan bahwa anak pada usia yang berbeda-beda
mempunyai karakteristik berbeda-beda pula. Studi tentang perkembangan telah
mengidentifikasi tipe perilaku dan karakteristik anak pada pada setiap usianya. Tipe
perilaku dan karakteristik anak pada tahapan usia ini membantu pengasuh dan pendidik
dalam pekerjaannya. Adapun tahapan periodesasi atau tahapan perkembangan anak
dapat dibedakan sebagai berikut: (1) infant rentang usia dari lahir samapai 15 ke 18
bulan; (2) toddler adalah anak usia 15 sampai 18 bulan sampai dengan usia 30 sampai
35 bulan; preschool/kindergarten rentangannya dari 30 sampai 36 bulan sampai dengan
usia 6 tahun; dan (4) anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6 dan 8 tahun.
2

Disamping secara umum tahapan usia sebagaimana dikemukan di atas keunikan


anak secara individual juga menjadi pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Menurut Arce (2000:16-17) mengemukakan hal yang perlu diketahui agar dapat
memenuhi kebutuhan anak. Anak pada semua usia bergerak dan berperilaku yang
sifatnya unik. Keunikan anak tersebut terjadi pada tingkat aktivitas yang berbeda-beda,
ekpresi bahasa yang berbeda satu sama lainnya dan perilaku fisik yang berbeda-beda
pula. Anak adalah individu dengan perkembangannya bersifat individual, dengan urutan
perubahan dan pola pertumbuhannya masig-masing. Temperamen, reaksi, dan tingkat
keingintahuan individu berkontribusi pada masing-masing anak dalam berpartisipasi.
Anak pada tahapan toddler adalah masa-masa yang sangat pesat perkembangannya
dengan keinginan yang kuat untuk berekplorasi tetapi masih memiliki keterbatasan
dalam kemandirian melakukan berbagai kegiatan yang ia inginkan. Menurut Morrison
(2008:171) masa pada usia “infant and toddler” antara usia lahir dan usia tiga tahun
merupakan tahapan yang penuh dengan perkembangan dan kejadian-kejadian yang
bermakna bagi anak. Masa bayi (infant) adalah usia kehidupan tahun pertama, meliputi
nafas pertama, senyuman pertama, pemikiran pertama, kata pertama, dan langkah
pertama. Perkembangan yang berjadi selanjutnya terjadi selama masa todller
(toddlerhood) yaitu periode satu tahun sampai dengan tiga tahun. Dua perkembangan
yang sangat pesat pada tahapan ini adalah berjalan dan perkembangan bahasa terjadi
dengan cepat. Mobilitas dan bahasa merupakan tahapan penting bagi toddler dalam
otonomi yang memungkinkan anak menjadi mandiri. Keunikan perkembangan yang
terjadi secara berarti akan ditemui oleh pengasuh dan pendidik Anak usia Dini.
Selanjutnya Bentzen (2003:46) masa toddler merupakan masa pada periode usia
dua sampai dengan tiga tahun. Transisi dari masa kanak-kanak ke masa toddler terjadi
loncatan perkembangan anak yang terkadang sulit untuk diamati. Kecepatan perubahan
yang merupakan tantangan tersendiri bagi pendidikan dalam pendidikan toddler. Pada
masa ini menurut Gonzalez- Mena dan Eyer (2004:223) semua pembicaraan tentang
pembatasan, arahan dan dan disiplin untuk usia toddler selalu dikaitkan dengan
perilaku tentang toddler seperti menggigit, menyerang, melemparkan benda-benda dan
perilaku negatif lainnya. Tidak satupun jawaban yang dapat menjawab persoalan
perilaku anak pada semua situasi kecuali hanya satu jawaban untuk menjawab satu
perilaku.
Untuk mengatasi keterbatasan pengasuh terhadap anak usia toddler maka perlu
memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya. Adapun kebutuhan toddler
3

menurut Bentzen (2003:48-49): (1) segala sesuatu yang diperlukan anak yaitu
perlindungan dari bahaya, nutrisi yan cukup dan perawatan kesehatan, (2) kesempatan
dalam mengembangkan keterampilan motorik, bahasa dan kognitif, (3) pengembangan
kemandirian, (4) belajar kontrol diri, (5) kesempatan untuk berekplorasi dan bermain, (6)
kesempatan bermain dengan anak lainnya, (7) penerimaan toddler apa adanya, (8)
mengembangkan rasa tentang diri, (9) memerlukan pemisahan disatu sisi dan kedekatan
dengan orang yang lekat dengan toddler disisi lainnya, (10) membantu toddler tentang
rasa individual disatu sisi juga sebagai anggota kelompok, (11) Disatu sisi perlu
perlindungan terhadap ketidakmatangannya dan sifat impulsinya disisi lain ia juga
memerlukan untuk berekplorasi dan belajar, (12) perlu keamanan tetapi tidak terlalu
mengekang sehingga tidak menimbulkan frustasi, (13) fleksibilitas untuk pemenuhan
kebutuhan toddler yang berubah-ubah, (14) fleksibilitas ruang dan perawatan sehingga
toddler memcapai berepa tujuan yang diinginkan, (15) variasi untuk memberikan
berbagai bentuk material dan kegiatan untuk bereksplorasi sembari mengembangkan
wawasannya, (16) lingkungan yang mudah dan aman untuk penyimpanan dan
pengambilan sendiri oleh toddler, (17) mengembangkan persahabatan dalam beriteraksi
sosial dalam bermain dan makan bersama, (18) memecahkan masalah melalui alat main,
(19) merasa bangga setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, (20) bantuan dalam
mengerjakan tugas-tugas, (21) mulai bermain-pura-pura, (22) bergerak secara konstan,
(23) memanipulasi objek sesuai dengan kemampuannya, dan (24) mencoba melakukan
segala sesuatunya sendiri, walaupun dalam mengerjakan tugas yang di lura
kemampuannya.
Kebutuhan anak usia toddler yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa anak
usia ini dalam transisi ketergantuan dan kemadirian dengan berbagai keterbatasan yang
ia miliki. Dalam berinteraksi dengan sebaya dan dengan orang dewasa toddler
memerlukan bahasa. Menurut Bentzen (2003:46) bagi toddler bahasa mempunyai
fungsi yang sangat penting. Kepentingan penguasaan bahasa ini tidak hanya untuk
mengetahui nama benda, ia juga perlu bahasa untuk mengekspresikan kebutuhan,,
keinginan dan perasannya. Sehubungan dengan pentingnya bahasa bagi usia toddler ini
selanjutnya Gestwicki (1989) dalam Bentzen (2003:66-69) mengemukakan sepuluh
prinsip dalam pembelajaran bahasa toddler: (1) responsif melalui peguatan positif, (2)
model bahasa dari orang dewasa, (3) simplikasi denga cara menggunakan kalimat
sederhana sesuai dengan kaemampuan toddler, (4) pengembangan bahasa toddler sesuai
dengan zona perkembangan bahasanya, (5) mengaitkan kata dengan tindakan dan
4

pengalaman anak, (6) mengoreksi bahasa toddler secara tidak langsung, (7) mendorong
pengembangan bahasa toddler secara spontan dan alamiah, (8) berbicara dengan tatap
muka, (9) menggunakan bahasa melalui bernyanyi, deklamasi, bermain games, dan (10)
membaca buku melalui mendengarkan kata-kata, menunjukkan kaitan ucapan dengan
tulisan sepertibuku bergambar dll.
Semua kebutuhan anak usia toddler di atas dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih dan menggunakan alat main. Pemilihan alat ini sangat
subjektif sesuai dengan pemahaman pengasuh terhadap toddler yang di asuh. Untuk itu
intensitas pengasuh dengan anak dapat membantu pengasuh dalam memenuhi kebutuhan
anak toddler dalam bermain sehingga optimalisasi perkembangan dapat terjadi.

MENGAPA BERMAIN BAGI ANAK


Banyak orang tua dan masyarakat di limgkungan kita yang tidak menyadari pentingnya
bermain. Anak yang bermain dianggap malas, menghabiskan waktu, berisik dan bahkan
berkotor-kotor. Ungkapan yang kurang menghargai bermain ini lebih karena ketidak
tahuan orang tua dan masyarakat tentang nilai bermain bagi anak.tetai jika kita cermati
dengan seksama, kita temukan bahwa bermain adalah aktivitas utama bagi anak.
Bermain memampukan anak untuk bertumbuh secara social, emosional, intelektual, dan
fisik sesuai dengan potensi maksimum yang dimiliki anak.

Nilai Bermain Perkembangan Sosial


Anak tidak dilahirkan dengan kemampuan untuk dapat bersama dan aktivitas
bekerjasama dalam memberi dan menerima. Keterampilan belajar hidup dan
bekerjasama dengan orang lain berawal dari bermain sendiri “isolated play”,
mengekplorasi wajah dan badan orang tua dengan badan mereka, dan mengekplorasi
dan memanipulasi alat main dan objek-objek (usia lahir-2,5 tahun). Tahapan bermain
ini diikuti dengan bermain parallel “parallel play”, yang dapat kita amati saat anak tolle
yang lebh besar “older toddler” bermain berdampingan, masing-masing melakukan
aktivitas imitative/pengulangan yang sama, seperti mencuci boneka tetapi tidak
melakukan komunikasi dan kerjasama.
Tahapan bermain berikutnya, emnjelang usia 3 tahun adalah bermain kooperatif
“cooperative play”, yaitu anak bekerja dalam kegiatan yang sama, berbagi material. dua
anak mungkin membangun garase dengan menggunakan balok atau bekerja Bersama
5

dalam menciptakan suatu bangunan rumah dan sebagainya. Selanjutnya, lama


kelamaan setelah banyak pengalaman dengan anak lainnya, kita mulai melihat
perkembangan yang makin menghargai bermain sosiodrama “dramatic play”. Dalam
bermain drama anak memakai pakain dan bermain peran pura-pura yang sering kita
temukan pada anak prasekolah atau anak TK (3-7 tahun). Anak usia dini belajar untuk
mengerti peran-peran social melalui bermain perang sebagai ibu, bapak, dokter dan
pedagang dan atau pemadam kebakaran.
Akhirnya , menjelang usia pertengahan (7-11 tahun) dan apada awal dimulainya
sekolah formal, anak memilki kemampuan untuk bermain games dengan peraturan
“games-with-rules. Tahapan perkembangan main ini meliputi games kompettitif
“competitive games” (olahraga atau papan mainan), games mental (games kata,
mainan yang seringdimainkan di atas mobil). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
berikut:
6

Nilai Bermain Perkembangan Emosional


Anak usai dini yang masih mempunyai keterbatasan dalam berbahasa, lebih mampu
mengungkapkan perasaan dan pemahaman tentang dunia yang dialaminya melalui
bermain dan pada pemguasaan bahasa yang masih rumit dan sulit bagi mereka. Anak
yang mempunyaipegalaman negative (misalnya berobat ke dokter) atau pengalaman
yang bersifat menyenangkan atau positif seperti ulang tahun. Kedua pengalaman ini
menunjukkan bahwa anak dapat mengalami pengalaman senang dan susah , untuk
lebih memamahi anak -anak, dan agar anak mulai dapat mengontrol perasaan yang
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat emosional.

Nilai Bermain Perkembangan Intelektual


Belajar bkanlah proses yang sederhana “memasukkan informasi” kepada anak dan
anak kemudian “mengeluarkan informasi” tersebut kembali. Anak harus bermain
informasi yang baru agar dapat memahami informasi tersebut. Anak menggunaka alat
main dan gestur secara simbolik dalam bermain sebagai usaha untuk memahami
objek-objek dan pengalaman-pengalaman dalam dunia nyata mereka.
Symbol-simbol terlihat dalam permainan anak dan hasil kerjanya menunjukklan
perkembangan kemampuan untuk menggunakan representasi (sesuatu mewakili hal
lainnya). Seperti balok dapat menyimbolkan dan merepresentasikan truk bagi anak usia
4-5 tahun, huruf k-u-c--i-n-g metepresentasikan binatang yang berbunyi “meong” bag
anak yang mulai besar, anak sekolah.

Nilai Bermain Perkembangan Fisik


Melalui bermain sensorimotor (bemain dengan menggunakan perabaan dan otot) yang
membuat anak infant dan toddler dapat mengenal badan dan kemampuan yang
dimilikinya. Anak prasekolah masih mengembangkan kesadarannya melalui baik
aktivitas otot kecil (kerjasama antara antara tangan dan mata) dan aktivitas otot besar
(seperti merangkak, berlari, keseimbangan dan memanjat). Perkembangan fisik juga
melalui bermain dengan sensori badan seperti pengecap, penciuman, rabaan,
penglihatan, dan pendengaran sehingga badan merasakan berkoordinasi dan berguna
untuk mencoba dan mengumpulkan informasi tentang dunia anak disekitarnya.
7

Bermain sensori motor bagi anak prasekolah membantu mereka untuk mebuasai dan
memahami badan mereka dan kemamouan untuk mengontrol penggunaan badannya
dengan lebih efektif.

APA ITU BERMAIN


Bermain mempunyai pengertian yang luas, yaitu suatu aktivitas yang dilakukan untuk
tujuan kesenangan. Bermain membantu anak untuk memahami dan menguasai
perasaannya, untuk mencobakan dan menguasai pengetahuan baru keterampilan baru,
keterampilan social dan keterampilan fisik.
Untuk mendiskusikan pengunaan aktivitas bermain secara efektif, maka perlu untuk
memahami istilah untuk menggambarkan berbagai macam bentuk bermain:

Bermain Sensorimotor
Bermain sensori motor adalah Gerakan bebasotot besar dan otot kecil dan
mengeksplorasi sensori badan guna merasakan fungsi-fungsi sesnsori
motoric.perkembangan bermain sensori motor

Bermain Simbolik
Wolfgang (1981:08-09) kemampuan bermain simbolik berubah bersamaan dengan
pertumbuhan intelektual anak selama usia tujuh tahun pertama: tahap ke- 1 (usia 2
tahun), pertama anak “young toddler” memerlukan objek asli/sesungguhnya dalam
bermain. Anak harus mempunyai cangkir yang asli, walaupun anak itu sendiri masih pura-
pura minum dan tidak benar-benar meminum minuman dari cangkir; tahap ke-2 (usia 2-2,5
tahun) anak “older toddler” dapat menggunakan objek yang sama dalam bentuknya
dengan objek sesungguhnya yang disimbolisasikan. Misalnya balok lingkaran dapat
digunakan sebagai pengganti cangkir; Tahap ke-3 (Usia 2,5-3 tahun), anak dapat
menggunakan objek apapun tanpa menghiraukan bentuk atau kegunaannya, untuk
digunakan sebagai pengganti objek sesungguhnya. Misalnya, anak dapat menggunakan
huruf yang terbuat dari kayu dan berpura-pura “ini bapak dan ini ibu”; tahap ke-4 (usia 3-3,3
tahun) anak seringkali tidak membutuhkan objek untuk berpura-pura. Ia dapat
mengangkat tangannya “seolah-olah” ia sedang minum dari cangkir dan seterusnya dapat
8

juga member makan bonekanya atau dirinya.Ini merupakan tantangan intelektual bagi
anak dan menunjukkan perkembangan dalam pertumbuhan; tahap ke-5 (usia 3,5-4 tahun)
secara berangsur-angsur anak memulai melibatkan anak lain dalam permainannya dan
mampu dengan pengalaman dan petumbuhan intelektualnya parallel guna terlibat dalam
permainan sosiodrama. Pada usi ini anak: (1) dapat menghayati dan memainkan peran, (2)
pura-pura terhadap objek, (3) pura-pura dengan tindakan, (4) menolak dalam memainkan
peran, (5) berinteraksi dengan paling kurang dengan satu orang anak lainnya, dan (6)
berkomunikasi secara verbal. Untuk lebih lengkapnya dapat diilustrasikan pada Gambar 1
berikut:

Gambar 1: Tahapan Perkembangan simbolik


Sumber: Wolfgang dan Mackender (1981:09)

Dilihat dari segi usia Thompson (2003:57) mengemukakan bahwa anak usia
mendekati 2 tahun, kemamuan berjalannya makin baik. Anak senang menendang dan
melempar bola, menyusun balok, mencoret-coret kertas dan bermain dengan imajinasi.
Mainan favorit lainnya adalah mainan dengan lagu anak-anak, mainan palu, telepon,
peraltan minum teh, bola bak pasir dan kolam plastik. Sementara itu anak mendekati usia
3 tahun, kontrol terhadap gerakan tangan anak akan lebih sempurna. Anak akan jadi
senang mainan konstruksi, menyusun puzzle sederhana, menguntai manik-manik besar
dan melihat-lihat buku. Bermain dengan pasir, air adonan khusus mainan dan cat akan
mendorong keinginannya untuk belajar mengkoordinasi dan kreatif. Mainan yang
sesuai termasuk pemintal benang, baju pesta, mainan yan dapat diduduki dan kenndarai,
ayunan, ember, dan sekop.
Nilai bermain bagi anak Perkembangan sosial: kemampuan untuk bersama orang
lain bekerjasama dalam aktivitas memberi dan menerima; Perkembangan emosional:
keterbatasan bahasa anak dapat dijembatani oleh kemampuannya dalam
9

mengekpresikan perasaan dan pemahamannya terhadap dunia sekitar melalui bermain;


Perkembangan intelektual: anak menggunakan alat main dan isyarat secara simbolik
dalam bermain untuk mengerti tentang objek-objek dan pengalaman dunia nyata
Perkembangan fisik: anak belajar menerima informasi dari dunia sekitarnya melalui
rasa seperti perasa, penciuman, rabaan, tanda, dan pendengaran; dan otot yaitu (1)
aktivitas otot kecil seperti kerjasama tangan dan mata; (2) aktivitas otot besar seperti
merangkak, berjalan, keseimbangan dan memanjat.

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BERMAIN

Gambar 2: Kapasitas Perkembangan Bermain AUD


Sumber: Wolfgang dan Mackender (1981:12)

Pertimbangan dalam kebugaran fisik membutuhkan perencanaan dalam


perkembangan gerak dan persepsi motorik (movement and perceptual motor
development) Selanjutnya Pica dalam Arce (2003:107) mengkategorikan perilaku gerak
ke dalam tiga bentuk gerakan dasar yaitu: lokomotor, non lokomotor dan manipulatif.
Pertama, gerakan lokomotor adalah apabila badan bergerak ke tempat lain; kedua,
gerakan no lokomotor adalah apabila badan bergerak sementara ia tetap berada pada
suatu tempat; ketiga, manipulatif adalah apabila hanya tangan dan kaki yang bergerak
untuk mengoperasikan dan mengontrol objek-objek.
Sementara Flinchum dalam Bentzen (2003:107) mengemukakan perkembangan
persepsi motorik (perceptual development) kemampuan persepsi menentukan seberapa
10

baik anak dapat membedakan dengan menggunakan mata dan tangan. Pengalaman
koordiansi mata tangan anak usia dini sangat penting karena anak mengembangkan
kemampuan-kemampuannya dengan menggunakan rasa, mempertimbangkan,
mengaplikasikan dan mengkoordinasikan pesan sensorial yang masuk. Pengalaman
yang terencana memberikan kesempatan pada anak untuk dapat membedakan ukuran,
bentuk, jaran dan kedalaman. Kegiatan yang tepat membantu anak untuk
mengitegrasikan stimulus sehingga anak dapat menyesuaikan gerakannya untuk
merespon lingkungannya. Pada saat anak terlibat dalam suatu gerak, anak tersebut
meningkat kemampuannya untuk membuat pertimbangan atas sinyal yang diterima dan
untuk mengantisipasinya dengan gerak yang diperlukan.
Schickedanz dkk (2001:185) mengemukakan bahwa dengan terjadinya peningkatan
koordinasi motorik halus dan kemampuan kognitif, todddler mulai menyenangi puzzle
sederhana, kota dengan berbagai bentuk untuk dipilih, dan dicocokkan, alat-alat main
yang ditumpuk, balok-balok kecil, dan crayon serta kertas ( di bawah pengasan
tentunya). Boneka atau binatang-binatang isian yang membuat anak merasakan
kelembutan apabila dipeluk dan objek-objek yang dapat digunakan untuk bermain pura-
pura. Topi, dompet dan sepatu usang, pakai-pakaian untuk main peran untuk “older
toddler”. Bermain masak-masakan, pot dan panci, kendaraan-kendaraan, miniatur orang
dan binatang. Toddler senang menghabiskan waktunya bermain dengan menggunakan
tangan dan jarinya dengan menggunakan kotak kosong dan alat untuk coret-coretan.

KONTINUM MATERIAL BERMAIN (CAIR-PADAT)

Gambar 2: Kontinum Material Bermain (Dari Car ke Padat)


Sumber: Wolfgang dan Mackender (1981:13)
11

Material Cair
Material bersifat cair seperti air, finger painting, pasir kering, pasir basah, tanah kliat, tepung,
cairan dough, crayon, dan pena dapat dikelompokkan pada material cair. Bentuk alami dari
cairan tersebut mendorong anak untuk berekplorasi melalui bermain sensorimotor. Tetapi
jika anak ingin menhasilkan konstruksi simbolik dan produk-produk, anak harus mengontrol
atau menguasai material-material sesuai dengan keinginannya. Setelah mencoba
menggunakan kuas dan cat pada kertas (sensorimotor), anak mulai berkembang kepada
tahapan perkembangan simbolik. Tahap 1 coretan-corentan sembarang; tahap 2 coretan-
coretan yang terkontrol; tahap 3 lingkaran.
Keberadaan material main pada kontinum , mulai dari kiri ke kanan (dari cair ke terstruktur)
maka material tersebut akan lebih muda dikontrol dan untuk dikuasasi. Misalnya pasir kering
akan sangat cair tetapi jika diberi air secukupnya, maka sifat pasir akan kurang cair sehingga
mudah untuk dibentuk dalam berbagai bentuk yang diperlukan. Menggambar lebih terstruktur
dari material cair, seperti crayon di atas kertas akan lebih mudak bagi anak untuk
mengontrol.

Material Testruktur
Material Simbolik
Pertanyaan diskusi
1. Mengapa material dari kiri ke kanan (dari air ke terstruktur), apabila material
tersebut makin terstrutur akan lebih mudah dikontrol dan untuk dikuasai?
2.
Pertanyaan Tugas
DAFTAR BACAAN

Arce, Eve-Marie, Curriculum for Young Children: An Introduction, New York: Delmar
Thomson Learning, 2000.
Bentzen, Warremn R., dan Martha B. Frost, Seeing Child Care: A Guide for Assessing
the Effectiveness of Child Care Program, New York: Thomson Delmar Learning,
2003.
Bronson, Martha W., The Right Stuff for Children Birth to *: Selecting Play Materials to
Support Development, Washington DC: National Association for The Education
of Young Children, 1995.
Feeney, Stephanie, Doris Chritensense dan Eva Moravick, Who Am I in the Lives of
Children? Seventh Edition, New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall, 2006.
12

Gonzalez-Mena, Janet, Dianne Widmeyer Eyer, Infant Toddler and Caregivers: A


Curriculum of Respectfull, Responsive Care and Education, Boston: McGraw
Hill, 2001.
Maguere-Fong, Mary Jane., Teaching and Learning with Infants and Toddler: Where
Meaning-Making Begins, New York: Teachers College Press, 2015
Morrison, George S., Fundamentals of Early Childhood Education, New Jersey: Pearson
Merril Prentice Hall., 2008.
Pimento, Barbara dan Deborah Kernested, Healthy Foundations in Early Childhood
Setting, Fifth Edition Toronto: Nelson Education Ltd., 2015.
Robertson, Cathie., Safety, Nutrition & Health in Early Education, 6Th Edition, Boston:
Cengage Learning, 2016.
Schickendanz, Judith A., dkk., Understanding Children and Adolescents Fourth Edition
Boston: Allyn and Bacon, 2001.
Thompson, June., Toddlercare Pedoman Merawat Balita, Terjemahan Dr. Novita
Jonathan, MPH., Editor Dyah Ruci B.R.M., dan Dwi Kartika Wardani, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2003.
Wolfgang, Charles H., Bea Mackender dan Mary E. Wolfgang, Growing &Learning
through Play: Activities for Preschool and Kindergarten Children, A
Parent/Caregiver Book, USA:Judy/Instructo, 1981.

Anda mungkin juga menyukai