menurut Bentzen (2003:48-49): (1) segala sesuatu yang diperlukan anak yaitu
perlindungan dari bahaya, nutrisi yan cukup dan perawatan kesehatan, (2) kesempatan
dalam mengembangkan keterampilan motorik, bahasa dan kognitif, (3) pengembangan
kemandirian, (4) belajar kontrol diri, (5) kesempatan untuk berekplorasi dan bermain, (6)
kesempatan bermain dengan anak lainnya, (7) penerimaan toddler apa adanya, (8)
mengembangkan rasa tentang diri, (9) memerlukan pemisahan disatu sisi dan kedekatan
dengan orang yang lekat dengan toddler disisi lainnya, (10) membantu toddler tentang
rasa individual disatu sisi juga sebagai anggota kelompok, (11) Disatu sisi perlu
perlindungan terhadap ketidakmatangannya dan sifat impulsinya disisi lain ia juga
memerlukan untuk berekplorasi dan belajar, (12) perlu keamanan tetapi tidak terlalu
mengekang sehingga tidak menimbulkan frustasi, (13) fleksibilitas untuk pemenuhan
kebutuhan toddler yang berubah-ubah, (14) fleksibilitas ruang dan perawatan sehingga
toddler memcapai berepa tujuan yang diinginkan, (15) variasi untuk memberikan
berbagai bentuk material dan kegiatan untuk bereksplorasi sembari mengembangkan
wawasannya, (16) lingkungan yang mudah dan aman untuk penyimpanan dan
pengambilan sendiri oleh toddler, (17) mengembangkan persahabatan dalam beriteraksi
sosial dalam bermain dan makan bersama, (18) memecahkan masalah melalui alat main,
(19) merasa bangga setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, (20) bantuan dalam
mengerjakan tugas-tugas, (21) mulai bermain-pura-pura, (22) bergerak secara konstan,
(23) memanipulasi objek sesuai dengan kemampuannya, dan (24) mencoba melakukan
segala sesuatunya sendiri, walaupun dalam mengerjakan tugas yang di lura
kemampuannya.
Kebutuhan anak usia toddler yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa anak
usia ini dalam transisi ketergantuan dan kemadirian dengan berbagai keterbatasan yang
ia miliki. Dalam berinteraksi dengan sebaya dan dengan orang dewasa toddler
memerlukan bahasa. Menurut Bentzen (2003:46) bagi toddler bahasa mempunyai
fungsi yang sangat penting. Kepentingan penguasaan bahasa ini tidak hanya untuk
mengetahui nama benda, ia juga perlu bahasa untuk mengekspresikan kebutuhan,,
keinginan dan perasannya. Sehubungan dengan pentingnya bahasa bagi usia toddler ini
selanjutnya Gestwicki (1989) dalam Bentzen (2003:66-69) mengemukakan sepuluh
prinsip dalam pembelajaran bahasa toddler: (1) responsif melalui peguatan positif, (2)
model bahasa dari orang dewasa, (3) simplikasi denga cara menggunakan kalimat
sederhana sesuai dengan kaemampuan toddler, (4) pengembangan bahasa toddler sesuai
dengan zona perkembangan bahasanya, (5) mengaitkan kata dengan tindakan dan
4
pengalaman anak, (6) mengoreksi bahasa toddler secara tidak langsung, (7) mendorong
pengembangan bahasa toddler secara spontan dan alamiah, (8) berbicara dengan tatap
muka, (9) menggunakan bahasa melalui bernyanyi, deklamasi, bermain games, dan (10)
membaca buku melalui mendengarkan kata-kata, menunjukkan kaitan ucapan dengan
tulisan sepertibuku bergambar dll.
Semua kebutuhan anak usia toddler di atas dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih dan menggunakan alat main. Pemilihan alat ini sangat
subjektif sesuai dengan pemahaman pengasuh terhadap toddler yang di asuh. Untuk itu
intensitas pengasuh dengan anak dapat membantu pengasuh dalam memenuhi kebutuhan
anak toddler dalam bermain sehingga optimalisasi perkembangan dapat terjadi.
Bermain sensori motor bagi anak prasekolah membantu mereka untuk mebuasai dan
memahami badan mereka dan kemamouan untuk mengontrol penggunaan badannya
dengan lebih efektif.
Bermain Sensorimotor
Bermain sensori motor adalah Gerakan bebasotot besar dan otot kecil dan
mengeksplorasi sensori badan guna merasakan fungsi-fungsi sesnsori
motoric.perkembangan bermain sensori motor
Bermain Simbolik
Wolfgang (1981:08-09) kemampuan bermain simbolik berubah bersamaan dengan
pertumbuhan intelektual anak selama usia tujuh tahun pertama: tahap ke- 1 (usia 2
tahun), pertama anak “young toddler” memerlukan objek asli/sesungguhnya dalam
bermain. Anak harus mempunyai cangkir yang asli, walaupun anak itu sendiri masih pura-
pura minum dan tidak benar-benar meminum minuman dari cangkir; tahap ke-2 (usia 2-2,5
tahun) anak “older toddler” dapat menggunakan objek yang sama dalam bentuknya
dengan objek sesungguhnya yang disimbolisasikan. Misalnya balok lingkaran dapat
digunakan sebagai pengganti cangkir; Tahap ke-3 (Usia 2,5-3 tahun), anak dapat
menggunakan objek apapun tanpa menghiraukan bentuk atau kegunaannya, untuk
digunakan sebagai pengganti objek sesungguhnya. Misalnya, anak dapat menggunakan
huruf yang terbuat dari kayu dan berpura-pura “ini bapak dan ini ibu”; tahap ke-4 (usia 3-3,3
tahun) anak seringkali tidak membutuhkan objek untuk berpura-pura. Ia dapat
mengangkat tangannya “seolah-olah” ia sedang minum dari cangkir dan seterusnya dapat
8
juga member makan bonekanya atau dirinya.Ini merupakan tantangan intelektual bagi
anak dan menunjukkan perkembangan dalam pertumbuhan; tahap ke-5 (usia 3,5-4 tahun)
secara berangsur-angsur anak memulai melibatkan anak lain dalam permainannya dan
mampu dengan pengalaman dan petumbuhan intelektualnya parallel guna terlibat dalam
permainan sosiodrama. Pada usi ini anak: (1) dapat menghayati dan memainkan peran, (2)
pura-pura terhadap objek, (3) pura-pura dengan tindakan, (4) menolak dalam memainkan
peran, (5) berinteraksi dengan paling kurang dengan satu orang anak lainnya, dan (6)
berkomunikasi secara verbal. Untuk lebih lengkapnya dapat diilustrasikan pada Gambar 1
berikut:
Dilihat dari segi usia Thompson (2003:57) mengemukakan bahwa anak usia
mendekati 2 tahun, kemamuan berjalannya makin baik. Anak senang menendang dan
melempar bola, menyusun balok, mencoret-coret kertas dan bermain dengan imajinasi.
Mainan favorit lainnya adalah mainan dengan lagu anak-anak, mainan palu, telepon,
peraltan minum teh, bola bak pasir dan kolam plastik. Sementara itu anak mendekati usia
3 tahun, kontrol terhadap gerakan tangan anak akan lebih sempurna. Anak akan jadi
senang mainan konstruksi, menyusun puzzle sederhana, menguntai manik-manik besar
dan melihat-lihat buku. Bermain dengan pasir, air adonan khusus mainan dan cat akan
mendorong keinginannya untuk belajar mengkoordinasi dan kreatif. Mainan yang
sesuai termasuk pemintal benang, baju pesta, mainan yan dapat diduduki dan kenndarai,
ayunan, ember, dan sekop.
Nilai bermain bagi anak Perkembangan sosial: kemampuan untuk bersama orang
lain bekerjasama dalam aktivitas memberi dan menerima; Perkembangan emosional:
keterbatasan bahasa anak dapat dijembatani oleh kemampuannya dalam
9
baik anak dapat membedakan dengan menggunakan mata dan tangan. Pengalaman
koordiansi mata tangan anak usia dini sangat penting karena anak mengembangkan
kemampuan-kemampuannya dengan menggunakan rasa, mempertimbangkan,
mengaplikasikan dan mengkoordinasikan pesan sensorial yang masuk. Pengalaman
yang terencana memberikan kesempatan pada anak untuk dapat membedakan ukuran,
bentuk, jaran dan kedalaman. Kegiatan yang tepat membantu anak untuk
mengitegrasikan stimulus sehingga anak dapat menyesuaikan gerakannya untuk
merespon lingkungannya. Pada saat anak terlibat dalam suatu gerak, anak tersebut
meningkat kemampuannya untuk membuat pertimbangan atas sinyal yang diterima dan
untuk mengantisipasinya dengan gerak yang diperlukan.
Schickedanz dkk (2001:185) mengemukakan bahwa dengan terjadinya peningkatan
koordinasi motorik halus dan kemampuan kognitif, todddler mulai menyenangi puzzle
sederhana, kota dengan berbagai bentuk untuk dipilih, dan dicocokkan, alat-alat main
yang ditumpuk, balok-balok kecil, dan crayon serta kertas ( di bawah pengasan
tentunya). Boneka atau binatang-binatang isian yang membuat anak merasakan
kelembutan apabila dipeluk dan objek-objek yang dapat digunakan untuk bermain pura-
pura. Topi, dompet dan sepatu usang, pakai-pakaian untuk main peran untuk “older
toddler”. Bermain masak-masakan, pot dan panci, kendaraan-kendaraan, miniatur orang
dan binatang. Toddler senang menghabiskan waktunya bermain dengan menggunakan
tangan dan jarinya dengan menggunakan kotak kosong dan alat untuk coret-coretan.
Material Cair
Material bersifat cair seperti air, finger painting, pasir kering, pasir basah, tanah kliat, tepung,
cairan dough, crayon, dan pena dapat dikelompokkan pada material cair. Bentuk alami dari
cairan tersebut mendorong anak untuk berekplorasi melalui bermain sensorimotor. Tetapi
jika anak ingin menhasilkan konstruksi simbolik dan produk-produk, anak harus mengontrol
atau menguasai material-material sesuai dengan keinginannya. Setelah mencoba
menggunakan kuas dan cat pada kertas (sensorimotor), anak mulai berkembang kepada
tahapan perkembangan simbolik. Tahap 1 coretan-corentan sembarang; tahap 2 coretan-
coretan yang terkontrol; tahap 3 lingkaran.
Keberadaan material main pada kontinum , mulai dari kiri ke kanan (dari cair ke terstruktur)
maka material tersebut akan lebih muda dikontrol dan untuk dikuasasi. Misalnya pasir kering
akan sangat cair tetapi jika diberi air secukupnya, maka sifat pasir akan kurang cair sehingga
mudah untuk dibentuk dalam berbagai bentuk yang diperlukan. Menggambar lebih terstruktur
dari material cair, seperti crayon di atas kertas akan lebih mudak bagi anak untuk
mengontrol.
Material Testruktur
Material Simbolik
Pertanyaan diskusi
1. Mengapa material dari kiri ke kanan (dari air ke terstruktur), apabila material
tersebut makin terstrutur akan lebih mudah dikontrol dan untuk dikuasai?
2.
Pertanyaan Tugas
DAFTAR BACAAN
Arce, Eve-Marie, Curriculum for Young Children: An Introduction, New York: Delmar
Thomson Learning, 2000.
Bentzen, Warremn R., dan Martha B. Frost, Seeing Child Care: A Guide for Assessing
the Effectiveness of Child Care Program, New York: Thomson Delmar Learning,
2003.
Bronson, Martha W., The Right Stuff for Children Birth to *: Selecting Play Materials to
Support Development, Washington DC: National Association for The Education
of Young Children, 1995.
Feeney, Stephanie, Doris Chritensense dan Eva Moravick, Who Am I in the Lives of
Children? Seventh Edition, New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall, 2006.
12