Seperti
yang disampaikan Riyadi (2008) . Metoda Barber Johnson merupakan salah satu
metoda yang dapat digunakan untuk penilaian efisiensi pengelolaan pelayanan rumah
sakit. Penilaian efisiensi dapat dilakukan bulanan bahkan tahunan, lihat dalam
laporan dan Foster (1999). Indikator-indikator pelayanan rawat inap rumah sakit dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan
rawat inap suatu rumah sakit. Dalam statistik rumah sakit terdapat beberapa
indikator pelayanan rawat inap rumah sakit yang dihasilkan dari pengolahan data
sensus harian rawat inap yaitu BOR (Bed Occupancy Ratio), AVLOS (Average Length of
Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), GDR (Gross Death Rate), dan
NDR (Net Death Rate) (Depkes, 2005 dalam Kurniawan(2008).
Grafik ini terdiri dari 4 garis, yaitu garis BOR, AvLOS, TOI, dan garis BTO. Biasanya
didalam grafik barber johnson terdapat sebuah area yang biasa disebutdaerah efisien.
Daerah Efisien ditentukan dengan nilai-nilai standar dari ke-empat parameter tersebut.
Nilai-nilai Standar keempat parameter tersebut adalah : BOR : 75%, AvLOS : 3-9 hari,
TOI : 1-3 hari,BTO : 30 kali. Daerah efisien digunakan untuk membantu pembaca untuk
menentukan apakah dengan nilai-nilai keempat parameter tersebut, pemakaian tempat
tidur di sebuah rumah sakit sudah efisien atau tidak. Apabila titik temu keempat garis
tersebut berada pada daerah efisien, maka pemanfaatan tempat tidur sudah efisien,
begitu pula sebaliknya. NN(2007)
Sistem pengolahan yang ada di rekam medis terdiri dari :
a. Assembling
Bagian Assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang berfungsi
sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakitan dokumen rekam medis sebelum
disimpan. Dokumen-dokumen rekam medis yang telah diisi oleh unit pencatatan data rekam
medis yaitu Unit Rawat Jalan (URJ), Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawat Inap (URI) dan
Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP) akan dikirim ke fungsi Assembling bersama-sama
Sensus Harian setiap hari.
Lembar formulir dalam dokumen rekam medis diatur kembali sesuai urutan riwayat
penyakit pasien dan diteliti kelengkapan isi dokumen rekam medis. Bila belum lengkap akan
dikembalikan ke unit yang bertanggung jawab. Untuk mengendalikan dokumen rekam medis
yang belum lengkap, digunakan formulir Lembar Kekurangan biasa disebut Kartu Kendali
(KK). Fungsi dan peranan Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah sebagi perakit
formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis, pengendali dokumen rekam medis tidak
lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis.
b. Coding
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.
Fungsi pengkode rekam medis bertanggung jawab terhadap penemuan dan penulisan
kode penyakit, dan operasi yang tertulis pada dokumen rekam medis berdasarkan kode yang
telah ditetapkan pada ICD-X dan ICOPIM atau ICD 9 CM.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk
meyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak
dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah, oleh karena itu
harus di diagnosis sesuai dengan yang ada didalam rekam medis.
Di dalam ICD-X terdiri dari beberapa volume yaitu:
1) Volume 1 : berisi klasifikasi utama atau tabulasi.
2) Volume 2 : berisi petunjuk penggunaan ICD.
3) Volume 3 : berisi indeks afabetik penyakit.
Didalam ICD X volume 3 terdiri dari 3 section yaitu:
1) Section 1 : berisi indeks penyakit
2) Section 2 : berisi indeks sebab penyakit / akibat cidera luar.
3) Section 3 : berisi indeks akibat penggunaan obat-obatan dan bahan
kimia.
c. Indeks
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam
indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi). Didalam kartu indeks
tidak boleh mencantumkan nama pasien. Jenis indeks biasa dibuat yaitu :