Anda di halaman 1dari 32

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

PUSKESMAS

Direktorat Pelayanan Kefarmasian


2020

1
Latar Belakang

Bagaimana dengan
Di dunia: diperkirakan
lebih 1 juta kematian Di AS: sampai 1.000.000 di Indonesia?
pasien meninggal karena kematian yang dapat
kesalahan penanganan dicegah/tahun
yang dapat dicegah INDONESIA
BUDAYA MELAPOR
INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN PERLU
DITINGKATKAN
Di Eropa: 150 kematian
yang dapat
dihindari/minggu

Baru 118 RS
melaporkan insiden
Ancaman Global Resistensi
▪ Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA
▪ Tahun 2050-→ ada 10 juta kematian/tahun karena AMR
▪ Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat kanker*
▪ Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan efektif untuk
Deaths attributable to AMR every year berbagai infeksi yang terus meningkat, yang disebabkan oleh bakteri,
Compared to other major couses of death parasit, virus dan jamur

▪ Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun


▪ Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria

▪ Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama perawatan


memanjang, resiko kematian tinggi
▪ Mengancam upaya pengobatan modern (seperti operasi open heart,
transplantasi organ)
▪ Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan lama rawat inap,
penggunaan antimikroba yang lebih mahal dan lebih lama

ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN


Perubahan Paradigma Keselamatan Pasien

Keselamatan Keselamatan
Keselamatan
pasien di pasien di
pasien di RS
pelayanan primer komunitas/publik
PARADIGMA SEHAT
PROGRAM INDIKATOR
• Pengarusutamaan kesehatan • Kota Sehat
dalam pembangunan • Kecamatan Sehat
• Promotif preventif sebagai pilar • Desa Sehat
utama upaya kesehatan
• Pemberdayaan masyarakat

PENGUATAN YANKES
INDIKATOR
PROGRAM
• Jumlah kecamatan yang minimal
• Peningkatan Akses
memiliki 1 Puskesmas terakreditasi
• Peningkatan Mutu
• Jumlah Kabupaten/ Kota yang minimal
memiliki 1 RSUD yang terakreditasi

PROGRAM
JKN
INDONESIA
PROGRAM INDIKATOR
SEHAT • Benefit
• Sistem Pembiayaan : asuransi – Gotong royong
• Total Coverage
• Tanda kepesertaan KIS
• Kendali mutu & biaya (Kartu BPJS)
• Sasaran : PBI-non PBI
MEWUJUDKAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

Peningkatan Peningkatan Peningkatan Penyediaan Peningkatan Peningkatan


Edukasi Kualitas Pencegahan Pangan Sehat Perilaku Aktivitas Fisik
Hidup Sehat Lingkungan dan Deteksi dan Percepatan Hidup Sehat
Dini Penyakit Perbaikan Gizi
PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM PENINGKATA Terwujudnya


PROGRAM PENINGKATAN
N AKSES MUTU
Akses Pelayanan
• SARANA PRASARANA • AKREDITASI RS Kesehatan Dasar
• KOMPETENSI SDM • AKREDITASI PKM dan Rujukan
• OBAT DAN ALKES yang berkualitas
Bagi Masyarakat
PILAR
3
Jaminan
Kesehatan
Nasional
APOTEKER

Melakukan praktek kefarmasian yang profesional dan bertanggung jawab → PHARMACEUTICAL CARE
Menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu di fasilitas kesehatan tempat berpraktek
Memberikan pelayanan kefarmasian sesuai standar di fasilitas kesehatan tempat berpraktek
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

1 2 3
Jangkauan Akses Transisi
Mortalitas dan
menuju Universal Demografis:
Urbanisasi Morbiditas Penyakit
Coverage

4 ▪

BONUS DEMOGRAFI
ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Pola Hidup / Faktor ▪ OTONOMI DAERAH
Resiko Linglungan → ▪ SISTEM PEMBIAYAAN & PEMBAYARAN (KAPITASI)
Perubahan Pola
Penyakit


PENGUATAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA
AKREDITASI
▪ JAMAN NOW /ERA MILENNIAL/ ERA IT/ MEDSOS

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


BERKUALITAS

HARAPAN PELAYANAN KESEHATAN


PRIMER
UU No 36/2009 tentang Kesehatan

Pasal 108
Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
UU No 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 62
1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.
Penjelasan
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan Kompetensi" adalah kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain:
a. apoteker memiliki kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian;
b. perawat ..........
c. bidan........
Pelayanan Kefarmasian

Meningkatkan
patient outcome
KRITERIA PELAYANAN
KEFARMASIAN:
PP No. 51/2009 - Merupakan pelayanan
tentang Pekerjaan langsung
Kefarmasian - Bertanggung jawab kepada
pasien
- Berkaitan dengan sediaan Menekan biaya
kesehatan
farmasi
- Mencapai hasil yang pasti
- Meningkatkan mutu Meningkatkan
kehidupan pasien kepercayaan
masyarakat
Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan Kesehatan

Pengetahuan
Teknis

Setiap tenaga
kesehatan perlu Ilmu
kompetensi yang
memadai Komunikasi

Dalam melaksanakan
Kolaborasi antar pelayanan diperlukan
Nakes Standar Pelayanan
Peran Apoteker di Puskesmas

Pengelolaan Obat dan BMHP

Pelayanan Farmasi Klinik

Peran serta di masyarakat dalam upaya


Promotif dan Preventif
Pemilihan/Seleksi

Aksesibilitas Monitoring &


⚫ FORNAS
⚫ Standar
Evaluasi ⚫ NIE

Obat Penggunaan:
Pelayanan
Kefarmasian Tata Kelola Obat Perencanaan
⚫Good Prescribing Practice (supply chain dan
Pembiayaan
⚫Good Pharmacy Practice management/SCM)
⚫RKO
⚫FORNAS
⚫Pedoman Teknis Analisis
Farmakoekonomi
Pengadaan
Distribusi ⚫E-Purchasing (e-Katalog)
⚫ E-Logistik ⚫Cara lain sesuai Perpres
⚫ LP-LPO Pengadaan B/J Pemerintah
⚫ Good Distribution Practice
PBF
⚫ Good Storage Practice
⚫ E-Monev Katalog

Penyimpanan
atau Logistik

Produksi

Penyaluran
Bahan Baku
KEBIJAKAN DAN PROGRAM
BIDANG KEFARMASIAN

REGULASI FASILITAS KESEHATAN


FORMULARIUM NASIONAL Pelayanan Kefarmasian terkait
peggunaan obat yg aman
E KATALOG OBAT (medication safety)
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

AKREDITASI PUSKESMAS KESELAMATAN PASIEN


CAKUPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, Pelayanan Farmasi Klinis
dan Bahan Medis Habis Pakai
D I D U K U N G O L E H

SUMBER DAYA STANDAR PROSEDUR


KEFARMASIAN OPERASIONAL

PENGENDALIAN MUTU • Monitoring


PELAYANAN KEFARMASIAN • Evaluasi
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI
Pengadaan/
Perencanaan Penerimaan
Permintaan

Pengendalian Pendistribusian Penyimpanan

Pencatatan, Pemantauan dan


Pelaporan dan Evaluasi
Pengarsipan Pengelolaan
PERMENKES NOMOR 72 TAHUN 2018

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Medis Habis Pakai

D I D U K U N G O L E H

SUMBER DAYA LEGALITAS STANDAR PROSEDUR


KEFARMASIAN OPERASIONAL

PENGENDALIAN MUTU • Monitoring


PELAYANAN KEFARMASIAN • Evaluasi
PENGADAAN
OBAT
SELEKSI RKO ▪Secara e-Purchasing
Seleksi mengacu pada ▪ Rencana atau cara lain sesuai
▪ FORMULARIUM kebutuhan obat ketentuan
NASIONAL (FORNAS) ▪ E-Monev pengadaan
▪ Formularium Puskesmas barang/jasa
pemerintah
✓ Obat yang masuk dalam
formularium Puskesmas adalah
obat fornas minimal (80%) dan
Acuan: obat lain diluar fornas maksimal
Formularium (20%).
nasional ✓ Obat yang dikelola di Puskesmas
merupakan obat yang memiliki
nomor izin edar (NIE)
Outcome:
Output: Tercapainya
✓ mengutamakan penggunaan
Kebutuhan obat Formularium Kendali mutu obat generik
di Puskesmas Puskesmas dan kendali biaya ✓ memiliki rasio manfaat-risiko
di Puskesmas (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
✓ menguntungkan dalam hal
kepatuhan dan penerimaan oleh
Disusun oleh Tim pasien
kesehatan
✓ memiliki rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio) yang
tertinggi
✓ Obat lain yang terbukti paling
efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines)
Pengumpulan data Pengkajian usulan Perhitungan Evaluasi
• Data konsumsi kebutuhan Kebutuhan Perencanaan
Usulan kebutuhan • Spesifikasi/data teknis • Metode konsumsi • Analisa nilai ABC,
obat dari unit kerja
Membahas usulan
Kuantitas kebutuhan • Metode morbiditas untuk evaluasi aspek
Data sisa stok dan rencana ekonomi
Analisa harga satuan • Metode Proxy
Data buffer stock Consumption kebutuhan dalam • Kriteria VEN, untuk
Pola penyakit rapat tim kesehatan evaluasi aspek medik/
Perkiraan kunjungan terapi
• Kombinasi ABC dan
VEN

Tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, efisien


Penyimpanan Obat
Obat High Alert Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh
Puskesmas dengan mempertimbangkan data dari
referensi dan data internal tentang “kejadian
obat risiko tinggi yang tidak diharapkan” (adverse event) atau
“kejadian nyaris cedera” (near miss)

Elektrolit konsentrasi tinggi dan obat risiko tinggi


LASA/NORUM harus disimpan dengan terpisah dan penandaan
yang jelas untuk menghindari kesalahan
pengambilan dan penggunaan.

elektrolit Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah


dijangkau dan tidak harus terkunci. Disarankan
konsentrat pemberian label high alert diberikan untuk
menghindari kesalahan.

23
PELAYANAN FARMASI KLINIK
pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat

Konseling

Visite (khusus Puskesmas rawat inap)

pemantauan dan pelaporan efek samping Obat

Pemantauan terapi Obat

Evaluasi penggunaan Obat


SUMBER DAYA KEFARMASIAN

• Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menjadi tanggungjawab Apoteker


• Apoteker berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam
Sumber Daya meningkatkan outcome terapi obat dalam menjamin keselamatan pasien
Manusia • Apoteker dan TTK harus Memenuhi syarat adminstratif

Ruang Kantor/Administrasi
Ruang penyimpanan Obat, Alkes dan BMHP
Sarana dan Ruang penerimaan dan Pelayanan resep
Prasarana Ruang konseling
Ruang PIO
EVALUASI MUTU

• 1. MUTU MANAJERIAL
• Indikator:
❖Kesesuaian proses terhadap standar
❖Efektifitas dan efisiensi
• 2. PELAYANAN FARMASI KLINIK
Indikator :
❖Zero deffect dari medication error
❖SPO
❖PIO dan Konseling
❖Output Yanfarklin, seperti kesembuhan pasien, pengurangan gejala penyakit
INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN
(SESUAI RENSTRA 2020– 2024)

Target
No Indikator 2020

1 Persentase Fasyankes yang Melaksanakan 50%


Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
PERAN APOTEKER AOC PADA PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)
Keluarga mengikuti KB PELAYANAN KEFARMASIAN
Peran Apoteker
Ibu bersalin di faskes PMK No. 72 Tahun 2016 Tentang
Agent Of Change
(AoC) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Standar Pelayanan Kefarmasian di RS

Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang
Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Penderita TB Paru berobat sesuai standar
PMK No. 74 Tahun 2016 Tentang
Penderita hipertensi berobat teratur
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan Puskesmas

Tidak ada anggota keluarga yang merokok

Keluarga mempunyai akses thd air bersih PENGELOLAAN PELAYANAN


SEDIAAN FARMASI KLINIK
Keluarga mempunyai akses atau
Pembina Keluarga menggunakan jamban sehat FARMASI
Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
28
Kebijakan Penggunaan Antibiotik

Pedoman dan Standar berbasis bukti


(EBM)
◦ Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
◦ Formularium Nasional (FORNAS)
◦ Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
◦ Permenkes Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011
◦ Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi
Antibiotik
◦ Undang-undang tentang Obat Keras
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengawasan yang dilakukan Menteri


selanjutnya dilaporkan kepada
Menteri secara berkala
minimal 1(satu) kali dalam Khusus pengawasan
setahun. sediaan farmasi dalam
pengelolaan sediaan
Pembinaan farmasi

dan
Pengawasan
Kadinkes Kadinkes Kepala BPOM
Kab/Kota Provinsi

melibatkan

Organisasi Profesi
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
KEFARMASIAN

Dukungan kebijakan SDM Peningkatan Kompetensi

Fasilitas Teamwork
31
Terima Kasih

32

Anda mungkin juga menyukai