Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN


“AJARAN AGAMA MENURUT ALKITAB”

Dosen Pengampu:

Maniur Banjarnahor, M.Pd.K

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Lola F Simbolon (1193311)


2. Oktavia Riris Napitupulu (1193311)
3. Sindy Boturan Lbn Toruan (1193311066)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulisan dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Kristen Protestan. Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
“Ajaran Agama Menurut Alkitab”.
Dalam penulisan makalah ini terdapat hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu
pengetahuan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini dan terbatasnya
sumber buku yang diperoleh. Oleh karena itu penulis menyadari akan kemampuan yang
masih jauh dari kata sempurna, tetapi dalam pembuatan makalah ini kami sudah berusaha
semaksimal mungkin. Maka dari itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.

Medan, September 2020

Penulis,

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan


darikehidupan dan sistem budaya umat manusia. Mereka harus berkomunikasi untuk
memohonbantuan dan pertolongan kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan
kehidupan yangaman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan ghaib yang
mereka rasakansebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan
memohonperlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka merasakan adanya
dankebutuhan akan bantuan dan perlindungannya. Itulah awal rasa Agama, yang
merupakandesakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan.
Tantangan yang dihadapi umat beragama saat ini adalah menyangkut masalah kemanusiaan
universal.

Oleh sebab itu agama dituntut mampu memberikan jawaban terhadap problem
kemanusiaan secara menyeluruh yang menyangkut keadilan, pemenuhan kesejahteraan,
pelestarian alam dan sebagainya. Jika tidak, maka agama akan kehilangan pengaruhnya.
Ajaran agama harus dipahami secara benar dan digali makna subtansialnya. Isu-isu
kontemporer mengenai: keadilan, HAM, demokratisasi dan segala macam jenis pemihakan
masyarakat seharusnya dijadikan indikator keberhasilan dakwah agama. Karena dimensi
agama tidak hanya bersifat teosentris, melainkan juga sarat dengan dimensi antroposentris.
Agama diturunkan oleh Tuhan untuk manusia, sementara manusia tidak bisa lepas dari
ketergantungan dengan manusia lain atau alam makro secara keseluruhan. Memang dalam
praktik keberagamaan sehari-sehari kita saksikan, bahwa antara iman dan amal saleh sering
tampak tidak berimbang. Dengan kata lain, pengahyatan dalam nilai-nilai keimanan sering
terpisahkan dengan peran sosialnya. Ini disebabkan dalam merumuskan pengertian iman
dalam agama tidak mengkaitkan realitas empiriknya. Berdasarkan uraian diatas, maka
ditemukan topik permasalahan yaitu bagaimana ajaran Allah menurut Alkitab.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumus masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah benar adanya Allah?

2. Apa saja nama-nama Allah dalam Alkitab?

3. Bagaimana sifat-sifat Allah menurut Alkitab?

4. Apa saja pernyataan Allah dalam Alkitab?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah benar adanya Allah.


2. Untuk mengetahui apa saja nama-nama Allah dalam Alkitab.

3. Untuk memahami bagaimana sifat-sifat Allah menurut Alkitab.

4. Untuk mengetahui apa saja pernyataan Allah dalam Alkitab.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Adanya Allah


Semua agama mengajarkan bahwa agama itu ada . Pembuktian bahwa Allah itu ada merupakan
suatu kebutuhan yang sangat penting dan mendasar. Pada umumnya ada dua argumentasi yang dapat
diajukan untuk membuktikan bahwa Allah itu memang benar-benar ada. Pertama dengan argumentasi
Alkitabiah dan yang kedua adalah dengan argumentasi alamiah.
Dengan adanya alkitab sesungguhnya telah menjadi bukti bahwa Allah itu ada. Asumsi awal adalah
dalam kejadian 1:1, Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Ayat ini menjelaskan kepastian
bahwa Allah ada dan tak perlu diragukan lagi. Argumentasi Daud (Maxmur 94:9) dan Yesaya (Yesaya
40:12-31) dan juga dengan argumentasi dari Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 14:17, semua ini
telah menjadi satu bukti bahwa Allah itu ada dan tak perlu diragukan lagi. Bahkan di dalamnya tersirat
untuk mengakui bahwa Dia adalah yang Illahi., dan secara penuh keseluruhan penulis-penulis Alkitab
dari Kejadian sampai Wahyu pun menyatakan keberadaan Allah secara gambling.
1. Naturalistic Arguments
Secara natural dapat dibuktikan juga bahwa Allah benar-benar ada. Naturalistic arguments yang
dimaksudkan yaitu diperkuat dari peliputan cosmogical, teological, anthrophological,
ontological.
2. Secara Cosmogical
Secara cosmogical dibuktikan dengan hubungan cause-effect, adanya akibat dikarenakan
adanya oleh sebab. Adanya bumi itu tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi ada yang
menciptakan, mengakibatkannya. Bahkan bumi diawali pada suatu massa. Bumi semakin buruk
dan tak dapat memeliharakan dirinya sendiri dengan, dengan demikian ada yang menciptakan
bumi dan yang mengendalikannya. Siapakah yang menjadi penyebab dan pengendali bumi
jawabannya adalah Allah sendiri (Mazmur 19:1)
3. Secara Teological
Secara teological menunjukkan adanya suatu tujuab akhir yang sangat jelas di balik tatanan
yang begitu teratur dan yang berdayaguna tersebut. Tujuan akhir itu sendiri telah ada dalam
benak yang illahi yang orang fasik sendiri telah menyangkalinya (Roma 1:18-23)
4. Secara Antropological
Manusia memiliki sifat moral, insting keagamaan, suara hati dan emosi. Dengan hukum moral
tentu pada hakekatnya bukanlah buatan dari manusia akan tetapi buatan Allah . Dengan
demikian Alkitab memakai suatu alasan moral sebagai bukti bahwa Allah itu ada (Roma 1:19-
32, 2:14-16)
5. Secara Ontological
Ada suatu keberadaan yang sempurna di dunia ini. Keberadaan yang sempurna itu sendiri
sebenarnya nyata keberadaannya. Dengan adanya keberadaan yang sempurna, maka manusia
telah memiliki pikiran tentang keberadaan itu. Tak dapat disangkal bahwa harus diyakini
sepenuhnya bahwa Allah adalah sebagai keberadaan yang sempurna memang benar-benar ada.

2.2. Nama-Nama Allah


Setiap nama Alllah menggambarkan aspek yang berbeda dari sifat-Nya. Berikut adalah
beberapa sebutan untuk Allah yang dinyatakan di Alkitab:
1. EL, ELOAH: Allah “perkasa, kuat, masyur” (Kej 7:1; Yes 9:6) – secara etimologis, El
berarti “kuasa,” seperti dalam konteks “Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat
kepadamu” (Kej 31:29). El dapat diartikan juga sebagai integritas (Bil 23:19),
kecemburuan (Ul 5:9), dan belas kasihan (Neh 9:31), namun akar pengertiannya tetap
sama.
2. ELOHIM: Allah “Pencipta, Perkasa dan Kuat” (Kej 17:7; Yer 31:33) – bentuk jamak
dari Eloah, yang mendukung doktrin Tritunggal. Dari kalimat pertama di Alkitab, sifat
kuasa Allah sudah terbukti ketika Allah (Elohim) berfirman supaya bumi menjadi ada
(Kej 1:1).
3. EL SHADDAI: “Yang Mahakuat,” “pelindung Yakub” (Kej 49:24; Maz 132:2, 5) –
menyatakan tentang kekuatan Allah sebagai yang terutama di antara segalanya.
4. ADONAI: “Tuhan” (Kej 15:2; Hak 6:15) – digunakan untuk menyebut YHWH, yang
oleh bangsa Yahudi dianggap terlalu suci untuk diucapkan oleh manusia berdosa. Di
Perjanjian Lama, YHWH lebih sering digunakan dalam konteks Allah sedang
berinteraksi dengan umat pilihan-Nya, sedangkan Adonai lebih digunakan ketika Allah
berinteraksi dengan orang non Yahudi.
5. YHWH/YAHWEH/JEHOVAH: “TUHAN” (Ul 6:4, Dan 9:14) – secara tegas,
merupakan satu-satunya nama yang pantas untuk Allah. Terjemahan dalam Alkitab
bahasa Inggris “LORD”/“TUHAN” (yang penulisannya memakai huruf capital
seluruhnya), untuk membedakannya dengan Adonai, “Lord.” Pengungkapan sebutan
ini pertama kali diberikan kepada Musa “AKU ADALAH AKU” (Kel 3:14). Nama ini
menunjukkan kedekatan-Nya, kehadiran-Nya. Yahweh hadir, terjangkau, dekat kepada
mereka yang memanggil-Nya untuk meminta pembebasan (Maz 107:13),
pengampunan (Maz 25:11), dan tuntunan (Maz 31:3).

6. YAHWEH-JIREH: “TUHAN menyediakan” (Kej 22:14) – nama yang dikenang


Abraham ketika Allah menyediakan domba jantan untuk dikurbankan sebagai
pengganti Ishak.
7. YAHWEH-RAPHA: “Tuhan Yang Menyembuhkan” (Kel 15:26) – “Aku Tuhanlah
yang menyembuhkan engkau” baik dalam tubuh maupun dalam jiwa. “Dalam tubuh”
berarti dengan mencegah dan menyembuhkan penyakit. “Dalam jiwa” berarti dengan
mengampuni kesalahan.
8. YAHWEH-NISSI: “Tuhanlah panji-panjiku” (Kel 17:15), panji di sini dimengerti
sebagai tempat yang bisa diandalkan. Nama ini untuk memperingati kemenangan di
padang gurun atas bangsa Amalek di Keluaran 17.
9. YAHWEH-M'KADDESH: "Tuhan yang Menguduskan, Membuat Kudus " (Im 20:8;
Yeh 37:28) – Allah membuat jelas bahwa hanya Ia sendiri, bukan hukum, yang dapat
membersihkan umat-Nya dan membuat mereka kudus.
10. YAHWEH-SHALOM: “TUHAN itu keselamatan” (Hak 6:24) – nama yang diberikan
oleh Gideon untuk altar yang ia bangun di depan Malaikat Tuhan, yang meyakinkan
Gideon kalau ia tidak akan mati seperti yang ia takutkan sebelum melihat Dia.
11. YAHWEH-ELOHIM: “TUHAN Allah” (Kej 2:4; Maz 59:5) – sebuah perpaduan
antara nama Allah yang unik YHWH dan kata dasar “Tuhan,” menunjukkan Ia adalah
“Tuhan di atas segala Tuhan.”
12. YAHWEH-TSIDKENU: “TUHAN keadilan kita” (Yer 33:16) – Sama seperti YHWH-
M’Kaddesh, Tuhanlah yang menyediakan keadilan bagi manusia, terutama melalui
Anak-Nya, Yesus Kristus, yang dibuat-Nya mengenal dosa untuk kita “supaya dalam
Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Kor 5:21).
13. YAHWEH-ROHI: “TUHAN adalah gembalaku” (Maz 23:1) – Setelah Daud
merenungkan hubungannya sebagai gembala atas domba-dombanya, ia menyadari
hubungan sebenarnya antara ia dan Allah, sehingga ia mengatakan “TUHAN adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku” (Maz 23:1).
14. YAHWEH-SHAMMAH: “TUHAN HADIR DI SITU” (Yeh 48:35) – nama ini
ditujukan bagi Yerusalem dan Bait Allah yang ada di sana, menunjukkan kemuliaan
Allah (Yeh 8-11) telah kembali (Yeh 44:1-4).
15. YAHWEH-SABAOTH: “TUHAN semesta alam” (Yes 1:24; Maz 46:7) – Semesta
alam berarti “sekumpulan,” baik malaikat ataupun manusia. Ia adalah Tuhan semesta
alam, surga dan dunia, bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi, bagi orang kaya dan
miskin, bagi tuan dan budak. Nama ini menggambarkan keagungan, kuasa, dan
otoritas Allah; menunjukkan bahwa Ia dapat menggenapi apa yang telah Ia tentukan.
16. EL ELYON: “Paling Tinggi” (Ul 26:19) – berasal dari kata Ibrani yang berarti “naik”
atau “menanjak,” sehingga hal yang dituju ialah yang paling tinggi. El Elyon
menunjukkan peninggian dan berbicara tentang hak mutlak Tuhan.
17. EL ROI: “Allah yang Melihat” (Kej 16:13) – nama yang ditujukan bagi Allah oleh
Hagar, yang saat itu seorang diri dan putus asa di padang gurun setelah diusir oleh
Sarah (Kej 16:1-14). Ketika Hagar bertemu dengan Malaikat Tuhan, dia menyadari
bahwa ia telah melihat Allah sendiri dalam penampakan. Ia juga menyadari bahwa El
Roi melihatnya dalam kesusahannya dan mengakui bahwa Ia adalah Allah yang hidup
dan melihat segala sesuatu.
18. EL-OLAM: “Allah Kekal” (Maz 90:1-3) – Sifat Allah ialah tidak berawal dan tidak
berakhir; tidak terikat oleh waktu. Ia menyatakan diri-Nya sebagai waktu itu sendiri.
“Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.”
19. EL-GIBHOR: “Allah yang Perkasa” (Yes 9:6) – nama yang ditujukan kepada Mesias,
Yesus Kristus, tertulis di kitab Yesaya. Sebagai prajurit yang penuh kuasa dan perkasa,
Mesias, Allah Perkasa, akan menumpaskan musuh-musuh Allah dan memerintah
dengan gada besi (Wah 19:15).

2.3. Keberadaan Allah


Orang Kristen menerima kebenaran tentang keberadaan Allah dengan iman. Tetapi
iman ini bukanlah iman yang buta, melainkan berdasarkan bukti, dan bukti ini ditemukan di
dalam Alkitab sebagai firman Allah dan wahyu Allah melalui ciptaan-Nya. Wahyu Allah ini
adalah dasar dari iman kita tentang keberadaan Allah, dan membuat iman tersebut seluruhnya
bersifat masuk akal. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah, bahwa hanya melalui iman
saja maka kita dapat menerima tentang kebenaran wahyu Allah dan mampu memiliki
pemahaman yang benar ke dalam isi iman itu.

Bukti Alkitab
Manusia sudah memunyai kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun
hanya samar-samar), tetapi Alkitab mengatakan bahwa manusia menolak kesaksian ini (Roma
1:18-32). Tugas orang Kristen adalah menghadapkan orang bukan Kristen pada Allah, bukan
untuk mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin Allah ada. Melainkan mengubah konsep
berpikir mereka dengan menanamkan suatu keyakinan sebagai iman dasar bahwa Allah yang
benar adalah Allah yang terdapat dalam Tuhan Yesus Kristus, seperti yang telah tertulis dalam
Alkitab. Sementara itu, Roh Kudus akan menolong mereka untuk mengenal Allah dengan
lebih baik dan memberikan suatu kehidupan yang baru bagi mereka melalui kelahiran
kembali. Karena orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang
Allah melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil.

Bentuk Penyangkalan Terhadap Keberadaan Allah


Orang-orang yang memperbandingkan agama mengakui kenyataan bahwa ide tentang
keberadaan Allah itu bersifat universal. Karena Allah dianggap ada dalam setiap suku bangsa
dan agama. Ide tentang Allah ini bahkan ditemukan di dalam bangsa-bangsa dan suku-suku
yang paling tak beradab sekalipun di dunia ini. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa sama
sekali tidak ada orang yang menyangkal keberadaan Allah, dan tidak berarti juga bahwa
orang-orang yang tinggal di negara-negara Kristen tidak ada yang menyangkal keberadaan
Allah. Karena fakta menunjukkan, bahwa dari masa ke masa telah banyak orang yang secara
terang-terangan menyangkal akan keberadaan Allah. Dewasa ini, terdapat beberapa kelompok
tertentu yang menyangkal keberadaan Allah. Sifat dan bobot penyangkalan mereka pun
berbeda-beda. Berikut ini kita akan melihat beberapa macam penyangkalan manusia terhadap
keberadaan Allah.

Penyangkalan Mutlak (Ateis)


Kelompok pertama, adalah orang yang menyangkal keberadaan Allah secara mutlak. Bentuk
dari penyangkalan semacam ini masih digolongkan dalam 2 kategori, yaitu:
1. Ateis Teoritis/Sejati
Sesuai dengan namanya, Ateis Teoritis merupakan orang-orang yang mendasarkan
penyangkalannya terhadap Tuhan pada suatu proses pemikiran. Biasanya mereka adalah tipe
orang yang lebih intelektual dan berusaha untuk membenarkan keyakinan bahwa Allah tidak
ada dengan argumentasi rasional. Penyangkalan orang-orang ini dapat juga disebut sebagai
penyangkalan yang mutlak, karena mereka benar-benar menolak keberadaan Tuhan secara
terang-terangan. Keberadaan orang-orang semacam ini sempat disinggung dalam salah satu
bagian nats pada Alkitab. Di mana dikatakan dalam 2 Korintus 4:4-5, "Yaitu orang-orang
yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka
tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab
bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami
sebagai hambamu karena kehendak Yesus."
2. Ateis Praktis
Orang-orang yang tidak peduli apakah Allah ada atau tidak. Dalam hidup sehari-harinya ia
tidak mengindahkan tentang adanya Tuhan, sehingga ia menjalani hidup dengan beranggapan
seolah-olah Tuhan itu tidak ada. Mazmur 14:1, "Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang
bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.' Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada
yang berbuat baik." Mazmur 10:4, "Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas:
'Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!', itulah seluruh pikirannya."

2.4. Sifat-Sifat Allah


Sifat-sifat dasar Allah mula-mula terlihat dari penyingkapan-Nya. Dan selajutnya
dilukiskan dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang nyata dalam kehidupan umat-Nya. Hanya
melalui perbuatan-perbuatan-Nya kita sungguh mengerti watak Allah. Ketika Pemazmur
memuji Allah, ia berkata: “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya,
karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (Maz 107:8) Jadi
kita tidak dibiarkan mengira-ngira tentang siapakah Allah, melainkan kita dapat melihat-Nya
dengan jelas dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Perbuatan-perbuatan Allah itu menunjuk
kepada:
 Kekuasaan Allah
Semua perbuatan Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, tetapi tidak pernah merupakan kuasa
yang sewenang-wenang. Pemazmur bersaksi: “Allah kita di sorga, Ia melakukan apa yang
dikehendaki-Nya (Maz 115:3). Kenangan akan kepergian Israel dari Mesir, yang membuat
Israel bernanyi: “Tuhan itu kekuatanku dan Mazmurku....Tangan kanan-Mu, Tuhan, mulia
karena kakuasaan-Mu” (Kel 15:2). Kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang dinyatakan demi
kepentingan umat-Nya, diperkaya dengan kepercayaan akan kuasa-Nya sebagai sang pencipta.
Berkaitan dengan kekuasaan-Nya, terdapat pemikiran bahwa Allah itu dahsyat. Dan ini dapat
dialami sebagai hukuman maupun berkat, dan dinyatakan dalam konteks moral.
 Kekudusan Allah
Ini adalah pusat watak Allah. Kata Ibraninya berarti “memecilkan” atau “mengkhususkan”.
Kata ini dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang dipisahkan dari pemakaian sehari-hari
untuk ibadah suci. Misalnya “hari ketujuh” (Kej 2:3) “dikhususkan” atau “dikuduskan” oleh
Allah dan bagi Allah.Gagasan tentang kekudusan, dikaitkan dengan kemurnian moral.
Pengertian dalam PL tentang kekudusan, pertama-tama dikaitkan dengan Allah, baru
kemudian lewat perintah-Nya, benda-benda dan tempat-tempat. Jika diperluas, kekudusan
Tuhan berkaitan dengan umat yang dipilih-Nya.
 Kebenaran Allah
Kebenaran berkaitan dengan kekudusan. Ini menunjuk pada perilaku yang benar, watak yang
benar, sikap lurus, selaras dengan norma tertentu. Tetapi artinya yang luas ialah, sesuatu yang
tulen atau wajar. Dapat ditambahkan bahwa sebab Allah itu benar, maka Ia akan adil. Kata ini
pertama kali digunakan Musa “Adil dan benar Dia” (Ul 32:4).
 Kemurahan dan Kasih Allah
Istilah ini diterjemahkan dengan berbagai kata seperti: kemurahan, kasih setia, kasih
perjanjian atau kasih yang tetap. Arti pokok kemurahan dan kasih Allah ialah kekuatan.
Dalam hubungannya dengan Allah, ini berarti Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya, tanpa
mempedulikan jasa. Bila dihubungkan dengan manusia, berarti kesalehan dan kesetiaan.

2.5. Pernyataan Allah


Kita tahu bahwa Allah ada karena Dia sendiri telah menyatakan diriNya kepada
manusia sehingga dapat mengenalNya. Pernyataan (revelation) adalah suatu tindakan Allah
untuk memperkenalkan diriNya kepada manusia, dimana dengan pernyataan itu sendiri
manusia dapat mengenal Allah secara khusus dan dapat mengalami keselamatan yang ada
dalam Yesus Kristus. Sheed berkata bahwa pernyataan adalah jenis pengetahuan yang sumber
atau asalnya adalah Allah. Hal tersebut merupakan pandangan yang conservative (ortodoks).
Namun pandangan modern berkata bahwa pernyataan adalah perjumpaan pribadi semata-mata
menyangkali kebenaran yang obyektif).
Dilihat dari sisi Allah Tritunggal menghendaki pernyataan diriNya kepada manusia.
Allah dapat kita tahu, kenali bukan karena penemuan melainkan karena Dia yang menyatakan
diri (discloses himself) kepada manusia, dengan kata lain bukan manusia yang membuka
misteri tersebut.
Pernyataan umum adalah kesaksian Allah mengenai diriNya sendiri kepada manusia
melalui alam semesta, pemeliharaan terhadap alam, pemeliharaan terhadap manusia dan
adanya hati nurani manusia maupun sejarah (Roma 1:19-20; Mazmur 19:1-6). Pernyataan
umum belum bisa membawa manusia kepada hubu8ngan yang benar dengan Allah dan tidak
dapat mendatangkan keselamatan. Itulah sebabnya pernyataan umum memiliki keterbatasan.
Pernyataan khusus adalah kesaksian Allah mengenai dirinya kepada manusia dengan
cara khusus. Melalui Alkitab (I Yohanes 5:9-12) dan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-18). Yesus
sebagai bukti pernyataan khusus merupakan ikarnasi . inkarnasi itu adalah menyatakan Bapa
(Yohanes 1:18) menyatakan sifat Allah, menyatakan sifat Allah(Yohannes 14:9), menyatakan
kuasa Allah, menyatakan hikmat Allah, menyatakan kemuliaan Allah, menyatakan hidup dan
Kasih Allah.
Tak dapat disangkal bahwa alkitab merupakan bentuk pernyataan khusus yang tertulis.
Artinya adalah bahwa Alkitab adalah perktaan Allah yang ditulis oleh orang-orang yang
dipilih Allah sehingga melaluinya manusia dapat mengenal Allah secara benar. Alkitab adalah
kebenaran (Yohannes17:17).
Alkitab disebut dengan pernyataan Ilahi disebabkan oleh satuannya karena
bernubuatkan nubuat-nubuat yang digenapi, ototritasnya dan karena penulis-penulis Alkitab
itu sendiri menyebutkan bahwa Allah berfirman melalui mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Allah adalah segala sumber
pengharapan bagi manusia yang dimana semua agama mempercayai adanya Allah atau sejenisnya dan
kepercayaan tentang Allah inilah yang membedakan agama dengan fenomena lainya begitupundengan
agama kristen.
Setiap nama Alllah menggambarkan aspek yang berbeda dari sifat-Nya. Sifat-sifat
dasar Allah mula-mula terlihat dari penyingkapan-Nya. Dan selajutnya dilukiskan dalam
perbuatan-perbuatan-Nya yang nyata dalam kehidupan umat-Nya. Hanya melalui perbuatan-
perbuatan-Nya kita sungguh mengerti watak Allah.
Orang Kristen menerima kebenaran tentang keberadaan Allah dengan iman. Tetapi
iman ini bukanlah iman yang buta, melainkan berdasarkan bukti, dan bukti ini ditemukan di
dalam Alkitab sebagai firman Allah dan wahyu Allah melalui ciptaan-Nya. Wahyu Allah ini
adalah dasar dari iman kita tentang keberadaan Allah, dan membuat iman tersebut seluruhnya
bersifat masuk akal

Pengenalan akan sifat-sifat Allah harus dilihat dari penyingkapan diri Allah, baik itu
melalui objek-objek yang digunakan Allah, maupun perbuatan-perbuatan Allah dan
penyingkapan nama-nama yang diperkenalkan Allah sendiri kepada manusia, sebab
keberadaan Allah tidak pernah terlepas dari sifat-sifat-Nya. Allah adalah Pribadi dan Esa. Dia
adalah Roh. Sifat dasar-Nya adalah Berkuasa; Kudus; benar dan adil serta penuh kemurahan
dan kasih sayang.

3.2. Saran
Sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah yang paling mulia, yang segambar dengan
Allah diberi akal fikiran tentu merupakan pemeran paling penting dalam agama. Sebagai
manusia kita harus mampu menghayati baik secara khusus perananNya dalam pengembangan
kepribadian yang menyeluruh. Mampu menghayati makna kepercyaan kepada Tuhan, sesame
dan tangguing jawabnya terhadap pemeliharaan alam semesta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brummelen, H. V. (2009). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas.Jakarta: Universitas Pelita
Harapan.
Darmawan, I. P. (2014). Pendidikan Kristen di Era Postmodern. Jurnal Simpson: Jurnal Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen, 37-46.

Anda mungkin juga menyukai