TUGAS CBR
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan pertolongan-nya saya
dapat menyelesaikan Critical Book Report mata kuliah Pendidikan Pancasila.Penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
CBR ini. Dan penulis juga menyadari bahwa pentingnya sumber bacaan dan referensi.
Critical Book Report ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
pentingnya belajar Pancasila dalam perguruan tinggi. Semoga CBR ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca khususnya kita mahasiswa.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan CBR ini sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan CBR
ini. Penulis mohon maaf jika di dalam CBR ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan kekurangan passti milik kita sebagai manusia.
Semoga tulisan ini dapat berrmanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 3
BAB I PENGANTAR…..………………………………………………………....... 4
LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 17
3
BAB I
PENGANTAR
Critical Book Report (CBR) merupakan salah satu tugas KKNI yang menuntut
mahasiswa untuk membuat suatu ringkasan atau meriview beberapa isi buku dan
membanndingkannya dengan buku lain yang bersangkutan. Dengan tujuan untuk melatih
mahasiswa dalam penulisan tata cara pembuatan buku dan bagaimana kelemahan dan
kelebihan suatu buku tersebut sehingga layak digunakan sebagai bahan referensi
belajar.Dengan adanya tugas CBR ini dapat melatih mahasiswa berpikir kritis dan mampu
mengambil beberapa sumber dan mengetahui perbandingan isi suatu buku.
Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi
yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, pendidikan tentang pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan mulai dari
tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Buku utama
Tinggi
Edisi : Pertama
Penerbit : RISTEKDIKTI
ISBN : 978-602-6470-01-1
4
Buku pembanding
Edisi : ketujuh
ISBN : 979-25-9559-7
5
BAB II
Buku utama
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai
sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan
bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara.
Etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik
ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika
sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang
kriteria baik dan buruk.
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang
mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik
atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai
agama yang dianutnya.
6
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda
sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak
mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda
Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru
nilai-nilai dari luar berlaku dominan.
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup
masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian
bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki
sendiri).
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hirukpikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu bentuk
pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara negara di
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah
yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara negara.
7
mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa
pemilihan umum pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan
Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia seutuhnya
sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik,
yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk
sosial.
Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus
didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral
yang berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force)
untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia
yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini,
yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi
moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata
pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang
tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika
meliputi hal-hal sebagai berikut:
8
Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional, regional,
maupun internasional.
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari silasila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Buku pembanding
9
Nilai – nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa adalah
1. Nilai ideal
2. Nilai material
3. Nilai spritual
4. Nilai pargmatis
5. Nilai positif
6. Nilai logis
7. Nilai etis
8. Nilai estetis
9. Nilai sosial
10. Nilai religius atau keagamaan
Nilai lain yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah nilai perjuangan bangsa
indonesia dalam merebut Kemerdekaan RI.Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang
perbuatan dan kelakuan (ahklak) . jadi moral adalah tingkah laku manusia yang dilakukan
dengan sadar dipandang dari sudut baik dan buruknya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Moral dihubungkan dengan etika dan etiket yang membicarakan tat
susiladan tat sopan .tata susila adalah budi pekerti manusia tentang baik dan buruknya , salah
dan benar dari sikap, perbuatan dan kelakuan. Dengan kata lain , tata susilah adalah falsafah
tentang praktek kehidupan manusia yang berasal dari luar dirinya dan pengaruh dalam
dirinya.
C. Pancasila Sebagai Sumber Perubahan
Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan
sumber hukum positif, yaitu pancasila, pancasila merupakan :
a. Cita – cita hukum
b. Kerangka berpikir
c. Sumber nilai
d. Sumber arah penyusunan dan perubahan hukum posituf di indonesia.
Dalam pengertian inilah pancasila berfungsi sebgaia paradigma hukum terutama
kaitannya dengan berbagai upaya perubahan atau pembaharuan hukum sesuai dengan
perkembanagan zaman , iptek serta bperkembangan aspirasi rakyat.
a. Fungsi konstitutif
10
Pancasila memnetukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum iyu
sendiri. Tanpa dasar yang diberikan oleh pancasila , hukum itu akan kehilangan arti dan
maknanya.
b. Fungsi Regulatif
Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif itu merupakan produk yang adil atau tidak
adil. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber perundang – undangan di indonesia
karena ia adalaha pangkal derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum indonesia termasuk
UUD 1945 , yaitu pasal 27 ayat 1.
Sumber hukum pancasila meliputi dua pengertian :
1. Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum di tinjau dari bentuk dan tata cara
penyusunan hukum , yang mengigat terhadap komunitasnya, Misalnya UU, PERMEN
dan Perda.
2. Sumber material hukum, yaitu sumber hukum yang memnentukan materi atau isi
suatu norma
D. Pancasila Sebagai Nilai Pertahanan Keamanan
Pertahana dan keamanan ini dikaitkan dengan aparat penegek hukum yang memilki
integritas sesuai dengan sumpah jawaban dan tanggung jawab moral sebagai hukum.
Integritas dan moralitas para aparat penegak hukum dengan sendirinya harus berlandaskan
nilai – nilai serta norma yang bersumber pada landasan filosofis negara , pancasila . Hal ini
tidak anya berlaku bagi aparat kemanan , tetatpi juga bagi kalangan politisi dan intelektual.
11
BAB III
KEUNGGULAN BUKU
Buku Utama : Pada buku ini, terdapat keterkaitan antar bab nya, dimana sesuai
seperti materi yang dipelajari. Oleh sebab itu, pembaca dengan mudah mempelajari
materi Pancasila Sebagai Etika ini pada mata kuliah Pendidikan Pancasila
Buku Pembanding : Pada Buku ini, terdapat ketekaitan antar sub bab nya. Pada satu
bab yaitu materi yang saya review “Pancasila sebagai sistem etika “. Dalam satu bab
tersebut, dijelaskan beberapa sub bab yaitu etika yang benar dan harus diterapkan
berdasarkan pancasila. Maka buku ini dalam keterkaitan antar bab nya bagus dan
mampu mengulas materi secara efektif.
Buku Pembanding : Pada buku pembanding ini yaitu karya dari Usiono yang
berjudul Pancasila : Membangun Karakter Bangsa ini, memaparkan materi dengan
efektif dan tidak terlalu banyak. Buku ini juga memiliki font yang sesuai dan
pemilihan ukuran huruf yang bagus sehingga lebih mudah untuk dibaca. Tampilannya
menarik, karena di desain sesuai tema Pancasila. Isi yang ada pada buku ini mudah
dimengerti, karena tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata konotatif dan isinya
cukup jelas.
12
BAB IV
KELEMAHAN BUKU
Buku Pembanding : Pada Buku ini keterkaitan bab nya belum terlihat karena pada
isi buku yang disampaikan, pada bab dan sub babnya sangat berbeda
Buku Pembanding : Jika pada buku utama, banyak mengulas materi pentingnya
pembelajaran Pancasila untuk perguruan tinggi, dibahas secara mendalam dan sampai
pada tujuan pembelajarannya. Sedangkan di buku pembanding hanya membahas
sekilas saja dan tidak terlalu mendalam. Dan dalam buku pembanding tidak ada
dibuat capaian pembelajarannya
13
BAB V
IMPLIKASI
Buku utama yang saya review ini memberikan kita penjelasan yang sederhana
namun menarik dan memudahkan kita sebagai guru untuk menstranferkannya
terhadap siswa dan buku ini sangat membantu siswa serta guru dalam proses belajar
mengajar karena buku ini disertai dengan soal-soal dan gambar-gambar ilustrasi .
C. Analisis Mahasiswa
Dengan memaparkan materi yang sederhana, menarik dan berfokus, buku ini
telah membantu dalam pemahaman akan kesadaran beretika berdasarkan nilai-nilai
pancasila dan dapat dipakai sebagai referensi dalam mengajarkan pendidikan
pancasila. Sehingga untuk masyarakat dengan adanya buku ini, akan membentuk
sikap dan etika yang baik.
14
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Visi Pendidikan
Pancasila terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.Misi Pendidikan Pancasila
Maka dari itu saya mengambil dua sumber referensi mengenai pancasila sebagai
sistem etika, yang dimana dalam kedua buku ini memiliki kelebihan serta kekurangan
masing-masing.
6.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Nurwardani, Paristyanti. dkk. 2016. Pendidikan Pancasila :Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
RISTEKDIKTI.
Usiono. 2013. Pancasila :Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Hijri Pustaka Utama.
16
Lampiran :
17