Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH : STRATEGI


PEMBELAJARAN

SKOR NILAI

“STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”

NAMA MAHASISWA : LELA MONIKA SIREGAR (5192131003)

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.SAHAT SIAGIAN M.Pd


MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Gambaran isi Buku dan Bab.................................................................................. 1
A.    Latar Belakang dan Alasan Pengambilan Buku............................................... 1
B.     Tujuan Penulisan Laporan Buku...................................................................... 1
C.     Pengenalan Buku............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN (Laporan Isi Buku)....................................................... 3
A.    BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
B.     BAB II KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR............................. 4
C.     BAB III HAKIKAT, CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR........................ 7
D.    BAB IV BEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR................. 14
E.     BAB V KEDUDUKAN PEMILIHAN DAN PENENTUAN METODE     17
F.      BAB VI KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR................................ 21
G.    BAB VII PENGGUNAAN MEDIA SUMBER BELAJAR......................... 24
H.    BAB VIII BEBERAPA TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK     26
I.       BAB IX PENGEMBANGAN VARIASI BELAJAR................................... 28
J.       BAB X PENGELOLAAN KELAS............................................................... 30
BAB III PENUTUP................................................................................................. 33
A.    Kesimpulan...................................................................................................... 33
B.     Perbandingan................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 34

2
Gambaran Isi Buku dan Bab
1.       Judul buku            : Strategi Belajar Mengajar
2.       Jumlah Bab           : 10 BAB
3.       Jumlah Halaman   :          
4.       Pengarang Buku   :  Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag dan Drs.Aswan Zain
5.       Tahun Terbit         :   2010
6.       Penerbit                 :  Rineka Cipta

3
BAB 1

A.    Latar Belakang dan Alasan Pengambilan Buku


            Dewasa ini perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi semakin pesat dan canggih,
tak terkecuali dalam hal Belajar dan Mengajar. Banyak metode baru dengan menggunakan
atau dibantu dengan media-media penunjang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Bagi seorang Guru / Pendidik tentunya harus menguasai berbagai Strategi
Belajar Mengajar dan Metode yang bisa diaplikasikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar di
dalam kelas.
            Alasan saya memilih buku ini yang berjudul Strategi Belajar Mengajar ini karena
buku ini cukup kumplit dan mudah dipahami oleh pembaca terutama kalangan mahasiswa
yang sedang mengenyam pendidikan sebagai calon guru. Dan sebagai calon guru, saya rasa
buku ini pantas untuk dijadikan referensi dan pedoman.

B.     Tujuan Penulisan Laporan Buku


            Setelah memahami dan mengkaji isi buku ini, ada beberapa harapan menjadi tujuan
menulis laporan buku ini yaitu :
1.      Lebih memiliki pemahan yang lebih luas tentang Strategi Belajar Mengajar yang baik.
2.      Menambah wawasan tentang bagaimana menerapkan Strategi Belajar Mengajar dan
Metode-metode KBM agar tercapainya tujuan yang diharapkan.
3.      Memberikan suatu tulisan yang menjadi bahan perbandingan untuk pembelajaran di dalam
kelas.

BAB II
PEMBAHASAN
(LAPORAN ISI BUKU DARI BAB I-X tentang STRATEGI BELAJAR MENGAJAR)

A.    BAB I PENDAHULUAN
            Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
            Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan
masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik
bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai
makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologis,dan biologis.
            Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasi
sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat
bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya

4
karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang
dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan
jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelelolaan kelas adalah
upaya lain yang tidak diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna
mendukung pengelolaan kelas.
            Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru via kata-
kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan
rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep dan
prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat
melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik. Dengan
            Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimilki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian
penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti ttujuan pembelajaran akan
dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan
yang terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dari rumusan tujuan.
Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari
dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk
menggairahkan peserta didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk
mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk
mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.

B.     BAB II KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
            Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis haluan  untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan  belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
            Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan
kegiatan mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik penyempurnaan
sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

5
            Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting
yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajarr mengajar agar
berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
            Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang
dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan
terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret,
sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
            Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep,
pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan
memperngaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan
yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
            Ketiga,  memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian unutk memotivikasi anak
didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir
bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami
bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi
dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang
sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan
tentang penggunaan berbagai metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan.
Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara
teknik penyajian yang lain lebih berfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran
seperti buku, atau mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila
dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya
kegiata belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
            Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui
keberhasilanya, setelah dilakukan evaluasi.
Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak
bisa dipisahkan dengan startegi dasar yang lain.

C.    BAB III HAKIKAT, CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR


            Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan.
Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan
anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif
dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran
diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pengajaran dilaksanakan.
            Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan
kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja
tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan
bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi

6
anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang
harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi
ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
            Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar, mengajar mempunyai hakikat, ciri,
dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas
di medan pengabdian.
HAKIKAT BELAJAR MENGAJAR
            Dalam kegiatan belajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan
pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik
dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai
jika anak didik berusaha sacara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak
hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif,
tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan
perubahan pada dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di
dalam seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
            Kegiatan belajar mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak
didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran guru.
Menagjar pasti banyak kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik.
Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari
agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan
mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran.
            Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam
perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Peranan guru sebagai pembimbing
bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik
yang cepat mencerna bahan yang diberikan oleh guru, dan ada pula anak didik yang lamban
mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki
agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
            Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar
adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR


            Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar yidak terlepas dari ciri-
ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1.      Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan
tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai
tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
3.      Kegiatan belajarr mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yangg khusus. Dalam
hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mancapai tujuan.

7
4.      Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan
syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal
ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghiduokan dan memberikan motivasi, agar
terjadi proses iteraksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi
proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh anak didik.
6.      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang yang diatur sedemikian rupa
menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7.      Ada batas waktu. Untuk mancapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan .
setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus dicapai.
8.      Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan
untuk mengetahui tercapai tidaknya  tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENAGAJAR


            Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar megandung sejumlah
komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi.
Berikut penjelasnnya:
1.      Tujuan
            Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingi dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak
ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang
tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
            Tujuan dalam pendidikan dan pengejaran adalah suatu cita-cita yang bernilai
normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yangg harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik
bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
            Akhirnya, guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin
memprogramkan pengajaran.
2.      Bahan Pelajaran
            Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu,
guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan
disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini,
yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran
pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai
dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau
penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam
mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran

8
penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat
memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
3.      Kegiatan Belajar Mengajar
            Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan dalam  pendidikan. Segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan
menentukan sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat dicapai.
            Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlihat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam innstruksi itu anak didiklah yang lebih
aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasillitator. Inilah sistem
pengajaran dengan pengajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam
pendidikan modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitas
anak didik seoptimal mungkin. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental.
Aktivitas anak didik  bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial.
            Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimaa pun, juga ditentukan dari
baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap
tujuan yang akan diapai.

4.      Metode
            Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menncapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat  melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai
satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72)

5.      Alat
            Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat
mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah
usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba, 1989:51).
            Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang
dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan
alat bantu pengajarah adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar,
diagram, slide, video dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran
menjadi alat material dan nonmaterial.
            Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu
audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer, salah satu aliran
Realisme. Aliran Realisme berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika
digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas.

6.      Sumber Pelajaran
            Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk
9
belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk
menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada
hakikatnya belajar adalah untuk mendapat hal-hal baru (perubahan).

7.      Evaluasi
            Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials
of Educational Evaluation  karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown, dikatakan
bahwa Evaluation refer to the act or determining the value of something. Jadi, menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.

D.    BAB IV BERBAGAI PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

            Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaks yang
bertujuan. Guru dan anak didik lah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai
edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru berusaha menjadi pembimbing
yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang
harmonis antara dua guru dengan anak didik.
1.      Pendekatan Individual
            Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepetingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan
metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru
dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak
didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak akan lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.      Pendekatan Kelompok
            Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhka-kembangkan rasa sosial
yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang
ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
            Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka
untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang
aktif, kreatif, dan mandiri.

3.      Pendekatan Bervariasi
            Ketika guru dihadapkan pada permasalahan anak didik yng bermasalah, maka guru
akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang
dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.

10
            Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak
didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi
yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang. Sementara
sebagian besar anak elajar, satu atau dua anak tidak ikut belajar.
            Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar untuk
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi perubahan
suasana kelas, sulit untuk menormalkannya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan
dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya perjalanan kurang menjadi efektif.
            Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permaasalahan yang dihadapi oleh setiap
anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknikpemecahan untuk setiap kasus.
Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.

4.      Pendekatan Edukatif
            Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian
anak didik yang berakhlak mulia. Demikian jjuga halnya dengan guru yang mengambil jarak
dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi
hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak
didik yang bermasalah.
            Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang
dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya.
Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena menyebabkan anak
didik menjadi orang yang tertutup.

5.      Pendekatan Keagamaan
            Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam
mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada
umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama. Berbagai
pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenis mata pelajaran
ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajarann yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi juga
penggabungan dua atau lebih pendekatan.
            Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan
agama. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan
nilai agama. Dengan penerapan prisip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran
umum.

6.      Pendeatan Kebermaksnaan
            Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat,
dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa inggris adalah bahasa asing pertama di

11
Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan dengan bangsa-bangsa lain.

E.     BAB V KEDUDUKAN PEMILIHAN DAN PENENTUAN METODE DALAM


PENGAJARAN
KEDUDUKAN METODE DALAM BELAJAR MENGAJAR
            Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami
kedudukan  metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpipkir yang demikian bukanlah suatu hal yang yang
aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.
            Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode
sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Berikut adalah penjelasannya:
1.      Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
            Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak
kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegatan belajar mengajar. Dalam penggunaan
metode terkadanf guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak
mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak
dalam pemilihan metode.
2.      Metode Sebagai Strategi Pengajaeran
            Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi
dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada juga yang lambat. Faktor
intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan
menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat dicapai.

3.      Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan


            Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar mengajar akan di bawa.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-
komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah metode. Metode adalah suatu alat
untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu
mencapai tujuan pengajaran.

PEMILIHAN DAN PENENTUAN METODE


            Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal
pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan
instruksional khusus. Berikut adalah beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang
guru sebelum menggunakan salah satu atau beberapa metode, yakni:
1.      Nilai startegis metode
2.      Efektivitas penggunaan metode

12
3.      Pentingnya pemilihan dan penenntuan metode
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

MACAM-MACAM METODE BELAJAR


            Patut diketahui, bahwa metode-metode mengajar yang dibahas di sini belumlah
semuanya dibicarakan dan untuk selanjutnya pembaca dapat meemukannya di dalam literatur
lain. Metode-metode mengajar yang diuraikan berikut adalah:
1.      Metode Proyek
            Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu
masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang sehubungan sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna.
2.      Metode Eksperimen
            Metode percobaan adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau encoba mencari
suatu hukum, atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.
3.      Metode tugas dan resitasi
            Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, perpustakaan atau
di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
            Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara
waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar
bahan pelajaran selesai sesuai waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya
guru gunakan untuk mengatasinya.
4.      Metode diskusi
            Metode diskusi adalah cara penyajian pelajatan, di mana siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk
dibahas dan dipecahkan bersama.
            Teknik ini adalah salah satu strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru di sekolah. Di dala diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara
dua atau lebih individu yang terlihat, saling tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai
pendengar saja.
5.      Metode sosiodrama
            Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya dan dalam
pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodarama pada dasrnya mendramatisasikan tingkah
laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
6.      Metode demontrasi
            Metode ini adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan
kepada suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan oenjelasan lisan. Dengan metode demontrasi,

13
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
7.      Metode problem solving
            Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu
metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
yang dimulai dengan mencari datasampai kepada menarik kesimpulan.

8.      Metode karyawsata
            Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa peru diajak ke luar sekolah,
untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi
untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihatkenyataannya.
9.      Metode tanya jawab
            Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
10.  Metode latihan
            Metode latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
11.  Metode ceramah
            Etode ceramah adalah metode yang boleh dikatan metode tradisional, karena sejak
dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini  lebih banyak menuntut keaktifan
guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam
kegiatan pengajaran. Palagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan,
yang kekurangan failitas

F.     BAB VI KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR


PENGERTIAN KEBERHASILAN
            Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk
menyamakan persepsi, sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan, antara lain bahwa “Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan
pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat
tercapai”.

INDIKATOR KEBERHASILAN
            Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal sebagai berikut:
1.      Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.

14
2.      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) yang telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

PENILAIAN KEBERHASILAN
1.      Tes Formatif
            Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan
tersebut.
2.      Tes Subsmatif
            Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai  repor.
3.      Tes Sumatif
            Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasanan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimafaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

PROGRAM PERBAIKAN
            Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini
ternyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-beul valid, reliabel, dan
objektif. Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurnya disusun berdasarka kaidah, aturan,
hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
            Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.      Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
2.      Mengulang bagiian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
3.      Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
4.      Memberikan tugas-tugas khusus.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN


            Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha
sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan
sistematis. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang
ditemui, disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya, begitu pun sebaliknya.
Berbagai faktor tersebut yakni sebagai berikut:
1.      Tujuan.
2.      Guru.
3.      Anak Didik.

15
4.      Kegiatan Pengajaran.
5.      Bahan dan Alat Evaluasi.
6.      Suasana Evaluasi.

G.    BAB VII PENGGUNAAN MEDIA SUMBER BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR


MENGAJAR
PENGERTIAN MEDIA
            Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan bentuk jamak dari kata “medium”, yang
secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan
wahana penalur informasi belajar atau penyalur pesan.
            Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menhadirkan media sebagai perantara. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan
terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk
menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu
pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

MEDIA SEBAGAI ALAT BANTU


            Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar
untuk dipahami dan dicerna oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau
kompleks.

MEDIA SEBAGAI SUMBER BELAJAR


            Media pendidikan sebagai sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang
digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan
suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas.
Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan benda itu, maka benda itu
dijadikan sebagai sumber belajar.
            Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan
audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi hars
disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru
itu sendiri, dan sebagainya.

PRINSIP PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA


            Sebagaimana telah disinggung di depan, bahwa setiap media pengajaran memiliki
keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya
sesuai dengan kebutuhan pada saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai

16
penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang anak guru lakukan di
kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.

H.    BAB VIII BEBERAPA TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK


            Dalam kegiatan pengajaran tidak lain yang harus guru capai, kecuali bagaimana anak
didik dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Masalah ini tetap aktual
untuk dibicarakan dari dulu hingga sekarang. Untuk sampai ke sana, yaitu anak didik dapat
menguasai semua bahan yang diberikan, tidak gampang; karena hal ini akan terpulang pada
masalah bagaimana umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pengajaran
berlangsung.
            Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang
sesuai dan tepat dengan ddiri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini
diuraikan beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
1.      Memancing Apersepsi Anak Didik
            Dalam mengajar pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi
kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang
disampaikan. Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan
bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajaran dari
guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untukmenerima hal yang
baru dan hal itu tetap menjadi milik anak.
2.      Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptabel
            Untuk seorang guru yang kurang terbiasa berbicara dan kurang pandai memilih kata
serta kalimat yang dapat mewakili isi pesan yang disampaikan dari setiap bahan pelajaran
akan mengalami kesulitan untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang pahamatas
bahan yang diajarkan itu.
            Penggunaan alat  bantu tidak hanya berlaku untuk anak di tigkat SD, tapi dapat juga
dilakukan di tingkat SMP/sederajat atau SMU. Tetapi memang frekuensi penggunaannya
lebih banyak untuk tingkat SD, karena masa itu anak didik masih berpikir konkret.
Penguasaan bahasa yang minim dan miskinnya pengetahuan, lebih besar menuntut kehadiran
alat  bantu dalam proses belajar mengajar.
3.      Memilih Bnetuk Motivasi yang Akurat
            Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk
kepentingan anak didik. Agar didik senang dan bergiran belajar, guru berusaha menyediakan
lingkungan be;ajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada.
Dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat
dikerjakan oleh guru, yaitu:
a.       Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
b.      Menjelaskan secara konkret kepada anak didik aa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran.
c.       Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat dapat
merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
d.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

17
e.       Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
f.       Menggunakan metode yang bervariasi

            Kemudian ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna
mempertahakan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Adapun
bentuknya seperti berikut:
a.       Memberi Angka.
b.      Hadiah.
c.       Pujian.
d.      Gerakan Tubuh.
e.       Memberi Tugas
f.       Memberi Ulangan.
g.      Mengetahui Hasil.
h.      Hukuman

I.       BAB IX PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR


            Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya.
Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Bila guru dalam
proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa,
perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal
ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
            Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan me;iputi tiga
aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

TUJUAN VARIASI MENGAJAR


            Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatia siswa, motivasi, dan belajar
siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah:
1.      Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar
Mengajar.
2.      Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi.
3.      Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah.
4.      Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual.
5.      Mendorong Anak Didik Untuk Belajar.

PRINSIP PENGGUNAAN
            Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu ke arah itu adalah dengan

18
cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip
penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna
mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi
mengajar itu adalah sebagai berikut:
1.      Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain
juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment pproses belajar
mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3.      Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang
diterima dari siswa.
Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
a.       Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa;
b.      Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Pada akhirnya menjadi seorang guru merupakan profesi yang sangat berat namum
pekerjaan yang sangat mulia. Seorang guru bukan hanya harus memahami materi yang akan
disampaikan pada kegiatan belajar mengajar, namun seorang guru juga harus mampu
menguasai aspek-aspek yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
            Pada buku yang telah penulis laporkan, amat sangat banyak materi, teori mengenai
pendekatan, metode, sistem penilaian, hingga pengelolaan kelas yang baik dan agar mencapai
tujuan dari pembelajaran tersebut. Buku ini sangat cocok untuk dipelajari bagi kalian yang
akan atau yang sedang menempuh pendidikan menjadi seorang Guru yang kompeten dan
profesional tentunya.
            Pada saat melaporkan isi dari buku ini, penulis tidak menemukan kekurangan, karena
buku ini sangat detail dalam membahas materi bab per bab sehingga enak untuk dibaca dan
mudah untuk dipahami. Buku ini sangat cocok untuk dijadikan pedoman, dan sumber
referensi yang lengkap untuk menunjang dan menambah wawasan anda bagi yang sedang
menempuh pendidikan keguruan.

19
DAFTAR PUSTAKA

 
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurohman, P., & Sutikno, M. S. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Mujid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Solihatin, E. (2012). Strategi Pembelajaran PPKn. Jakarta: Bumi Aksara.

20

Anda mungkin juga menyukai