CBR Strategi Pembelajaran
CBR Strategi Pembelajaran
SKOR NILAI
2
Gambaran Isi Buku dan Bab
1. Judul buku : Strategi Belajar Mengajar
2. Jumlah Bab : 10 BAB
3. Jumlah Halaman :
4. Pengarang Buku : Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag dan Drs.Aswan Zain
5. Tahun Terbit : 2010
6. Penerbit : Rineka Cipta
3
BAB 1
BAB II
PEMBAHASAN
(LAPORAN ISI BUKU DARI BAB I-X tentang STRATEGI BELAJAR MENGAJAR)
A. BAB I PENDAHULUAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan
masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik
bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai
makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologis,dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasi
sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat
bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya
4
karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang
dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan
jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelelolaan kelas adalah
upaya lain yang tidak diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna
mendukung pengelolaan kelas.
Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru via kata-
kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan
rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep dan
prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat
melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik. Dengan
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimilki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian
penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti ttujuan pembelajaran akan
dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan
yang terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dari rumusan tujuan.
Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari
dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk
menggairahkan peserta didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk
mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk
mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.
5
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting
yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajarr mengajar agar
berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang
dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan
terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret,
sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep,
pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan
memperngaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan
yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian unutk memotivikasi anak
didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir
bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami
bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi
dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang
sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan
tentang penggunaan berbagai metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan.
Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara
teknik penyajian yang lain lebih berfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran
seperti buku, atau mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila
dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya
kegiata belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui
keberhasilanya, setelah dilakukan evaluasi.
Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak
bisa dipisahkan dengan startegi dasar yang lain.
6
anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang
harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi
ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar, mengajar mempunyai hakikat, ciri,
dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas
di medan pengabdian.
HAKIKAT BELAJAR MENGAJAR
Dalam kegiatan belajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan
pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik
dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai
jika anak didik berusaha sacara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak
hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif,
tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan
perubahan pada dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di
dalam seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Kegiatan belajar mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak
didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran guru.
Menagjar pasti banyak kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik.
Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari
agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan
mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran.
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam
perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Peranan guru sebagai pembimbing
bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik
yang cepat mencerna bahan yang diberikan oleh guru, dan ada pula anak didik yang lamban
mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki
agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar
adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
7
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan
syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal
ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghiduokan dan memberikan motivasi, agar
terjadi proses iteraksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi
proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh anak didik.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang yang diatur sedemikian rupa
menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas waktu. Untuk mancapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan .
setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus dicapai.
8. Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
8
penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat
memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan
menentukan sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlihat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam innstruksi itu anak didiklah yang lebih
aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasillitator. Inilah sistem
pengajaran dengan pengajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam
pendidikan modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitas
anak didik seoptimal mungkin. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental.
Aktivitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimaa pun, juga ditentukan dari
baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap
tujuan yang akan diapai.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menncapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai
satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72)
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat
mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah
usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba, 1989:51).
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang
dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan
alat bantu pengajarah adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar,
diagram, slide, video dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran
menjadi alat material dan nonmaterial.
Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu
audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer, salah satu aliran
Realisme. Aliran Realisme berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika
digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas.
6. Sumber Pelajaran
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk
9
belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk
menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada
hakikatnya belajar adalah untuk mendapat hal-hal baru (perubahan).
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials
of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown, dikatakan
bahwa Evaluation refer to the act or determining the value of something. Jadi, menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaks yang
bertujuan. Guru dan anak didik lah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai
edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru berusaha menjadi pembimbing
yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang
harmonis antara dua guru dengan anak didik.
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepetingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan
metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru
dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak
didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak akan lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2. Pendekatan Kelompok
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhka-kembangkan rasa sosial
yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang
ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka
untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang
aktif, kreatif, dan mandiri.
3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan pada permasalahan anak didik yng bermasalah, maka guru
akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang
dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
10
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak
didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi
yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang. Sementara
sebagian besar anak elajar, satu atau dua anak tidak ikut belajar.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar untuk
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi perubahan
suasana kelas, sulit untuk menormalkannya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan
dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya perjalanan kurang menjadi efektif.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permaasalahan yang dihadapi oleh setiap
anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknikpemecahan untuk setiap kasus.
Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian
anak didik yang berakhlak mulia. Demikian jjuga halnya dengan guru yang mengambil jarak
dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi
hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak
didik yang bermasalah.
Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang
dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya.
Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena menyebabkan anak
didik menjadi orang yang tertutup.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam
mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada
umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama. Berbagai
pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenis mata pelajaran
ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajarann yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi juga
penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan
agama. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan
nilai agama. Dengan penerapan prisip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran
umum.
6. Pendeatan Kebermaksnaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat,
dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa inggris adalah bahasa asing pertama di
11
Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan dengan bangsa-bangsa lain.
12
3. Pentingnya pemilihan dan penenntuan metode
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
13
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
7. Metode problem solving
Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu
metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
yang dimulai dengan mencari datasampai kepada menarik kesimpulan.
8. Metode karyawsata
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa peru diajak ke luar sekolah,
untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi
untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihatkenyataannya.
9. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
10. Metode latihan
Metode latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
11. Metode ceramah
Etode ceramah adalah metode yang boleh dikatan metode tradisional, karena sejak
dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan
guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam
kegiatan pengajaran. Palagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan,
yang kekurangan failitas
INDIKATOR KEBERHASILAN
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.
14
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) yang telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
PENILAIAN KEBERHASILAN
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan
tersebut.
2. Tes Subsmatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai repor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasanan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimafaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
PROGRAM PERBAIKAN
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini
ternyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-beul valid, reliabel, dan
objektif. Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurnya disusun berdasarka kaidah, aturan,
hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
2. Mengulang bagiian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
3. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
4. Memberikan tugas-tugas khusus.
15
4. Kegiatan Pengajaran.
5. Bahan dan Alat Evaluasi.
6. Suasana Evaluasi.
16
penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang anak guru lakukan di
kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
17
e. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
f. Menggunakan metode yang bervariasi
Kemudian ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna
mempertahakan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Adapun
bentuknya seperti berikut:
a. Memberi Angka.
b. Hadiah.
c. Pujian.
d. Gerakan Tubuh.
e. Memberi Tugas
f. Memberi Ulangan.
g. Mengetahui Hasil.
h. Hukuman
PRINSIP PENGGUNAAN
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu ke arah itu adalah dengan
18
cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip
penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna
mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi
mengajar itu adalah sebagai berikut:
1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain
juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment pproses belajar
mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang
diterima dari siswa.
Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
a. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa;
b. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhirnya menjadi seorang guru merupakan profesi yang sangat berat namum
pekerjaan yang sangat mulia. Seorang guru bukan hanya harus memahami materi yang akan
disampaikan pada kegiatan belajar mengajar, namun seorang guru juga harus mampu
menguasai aspek-aspek yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pada buku yang telah penulis laporkan, amat sangat banyak materi, teori mengenai
pendekatan, metode, sistem penilaian, hingga pengelolaan kelas yang baik dan agar mencapai
tujuan dari pembelajaran tersebut. Buku ini sangat cocok untuk dipelajari bagi kalian yang
akan atau yang sedang menempuh pendidikan menjadi seorang Guru yang kompeten dan
profesional tentunya.
Pada saat melaporkan isi dari buku ini, penulis tidak menemukan kekurangan, karena
buku ini sangat detail dalam membahas materi bab per bab sehingga enak untuk dibaca dan
mudah untuk dipahami. Buku ini sangat cocok untuk dijadikan pedoman, dan sumber
referensi yang lengkap untuk menunjang dan menambah wawasan anda bagi yang sedang
menempuh pendidikan keguruan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurohman, P., & Sutikno, M. S. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Mujid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Solihatin, E. (2012). Strategi Pembelajaran PPKn. Jakarta: Bumi Aksara.
20