Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arini Astari Razak

Nim : 195120101111050
Mata Kuliah : Kesenjangan dan Ekslusi Sosial

Diskriminasi dan Stigma Masyarakat terhadap Perempuan Korban Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual yang bisa mengakibatkan kehamilan di luar nikah terhadap perempuan
semakin hari menjadi suatu hal yang menakutkan bagi banyak perempuan di Indonesia,
terlebih kasus tersebut bisa mengakibatkan berbagai permasalahan yang serius bagi korban.
Kasus semacam ini sangat tidak asing di Indonesia, bahkan sudah menyebar ke seluruh
lapisan stratifikasi sosial masyarakat Masyarakat tanpa perasaan bersalah mengasumsikan
jika perempuan tersebut merupakan perempuan yang “nakal” atau perempuan yang tidak suci
dan hina. Nama baik yang telah mereka jaga akan pudar bahkan hilang dan kemudian mereka
akan diasingkan dari pergaulan masyarakat dan anak yang mereka kandung nantinya akan
diberikan label sebagai “anak haram” setelah dia dilahirkan oleh masyarakat. Hal tersebut
nantinya akan berdampak buruk terhadap psikologis anak tersebut dikemudian hari.

Namun perlakuan berbeda masyarakat berikan kepada laki-laki yang melakukan kekerasan
seksual, yaitu masyarakat lebih memilih diam dan tidak memberikan label kepada laki laki
yang membuat seorang perempuan ternoda dengan cap laki laki kotor atau laki laki penaruh
bibit haram dan masyarakat lebih memilih sikap apatis mengenai siapa bapak dari bayi
tersebut. Mereka justru lebih peduli terhadap ibu dari bayi itu yang mereka anggap
perempuan yang tidak baik. Masyarakat di Indonesia mempunyai pemikiran dangkal jika
semua perempuan yang mengalami kejadian hamil di luar nikah merupakan perempuan yang
tidak baik. Jika masyarakat memberi label mereka sebagai “perempuan nakal”, sebenarnya
para perempuan itu sendiri tidak menginginkan kejadian itu menimpa kepada dirinya.

Mereka yang mendapatkan label sebagai “perempuan nakal” sebenarnya muak dengan stigma
tersebut. Tidak hanya di masyarakat, bahkan kehadiran mereka pun ditolak oleh keluarga
mereka sendiri. Keluarga mereka menganggap jika anaknya yang hamil di luar nikah
merupakan aib bagi keluarga. Bahkan untuk menutupi aib tersebut perempuan tersebut
kadang harus diasingkan untuk sementara waktu di suatu tempat sampai anak yang
dikandungnya telah lahir atau ada juga orangtua yang lebih memilih menyuruh anak mereka
untuk menggugurkan kandungannya karena tidak ingin menanggung malu. Dan
permasalahan seperti ini juga dapat menjadi penghambat bagi korban. Jika mereka masih di
usia sekolah, institusi pendidikan formal tidak akan menerima jika salah satu dari murid
mereka hamil diluar nikah, sehingga mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Namun bagi laki-
laki yang menghamili mereka masih bisa melanjutkan pendidikannya. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang tidak adil padahal mendapatkan pendidikan yang layak merupakan
hak setiap manusia. Padahal para perempuan tersebut sebenarnya merupakan korban dari
tindak kekerasan seksual dan mereka merupakan manusia yang mengalami tindakan
diskriminasi oleh sebagian masyarakat di Indonesia.

Sikap masyarakat yang menyalahkan korban dan memandang korban sebagai perempuan
yang nakal dan tidak suci seperti ini adalah suatu kesalahan yang besar. Sikap seperti ini
dapat menghancurkan psikis dari korban. Korban menjadi tidak berani untuk bergaul dan
malu akan dirinya. Padahal tidak sepenuhnya menjadi kesalahannya atau bahkan memang
bukan kesalahannya tetapi dia harus menanggung malu dari kekerasan seksual yang
dilakukan kepadanya.

Stigma dan diskriminasi terhadap perempuan korban kekerasan seksual yang berujung
kehamilan di luar nikah oleh masyarakat, menjadikan salah satu penyebab marak kasus bayi
yang baru lahir ditempatkan di panti asuhan, dibuang di jalanan, dan bahkan ada yang
ditinggalkan begitu saja di sembarang tempat seperti di tempat sampah. Hal tersebut terjadi
karena perempuan tersebut tidak sanggup mendapatkan stigma dan diskriminasi dari
masyarakat mengenai dirinya yang mengalami keadaan hamil di luar nikah dan juga merasa
tidak tega kepada anak yang telah mereka lahirkan akan ikut juga terkena stigma “anak
haram” dari masyarakat.

Maka dari itu kita sebagai masyarakat harus memiliki rasa toleransi yang tinggi. Mereka yang
menjadi korban kekerasan seksual sama seperti masyarakat lainnya yang memiliki haknya
untuk dihormati dan dihargai. Masyarakat seharusnya bisa untuk tidak menghakimi secara
sepihak dan tidak berasumsi negatif kepada perempuan korban kekerasan seksual yang
berujung kehamilan di luar nikah. Dan untuk orangtua yang mengalami keadaan anak
perempuannya menjadi korban kasus tersebut bisa mengambil sikap menerima kenyataan jika
anaknya telah hamil diluar nikah, usahakan bisa mengontrol emosi dengan cara tidak berlaku
kasar kepada anak tersebut dan kesampingka perasaan malu karena anak tersebut dukungan
moril dari kedua orangtuanya. Kemudian untuk para kaum laki-laki yang melakukan tindakan
kekerasan seksual sehingga menyebabkan pasangannya mengalami kehamilan di luar nikah
bisa bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara menikahi atau memberikan nafkah
kepada anaknya nanti. Dan untuk para perempuan yang hamil di luar nikah akibat kekerasan
seksual harus tetap semangat dan masih ada waktu untuk bertaubat dan memperbaiki diri agar
kejadian seperti itu tidak dapat terulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai