Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATERI MATRIKS DI MASA PENDEMI KELAS XI MIPA 2 SMAN 1

BUNGURAN TIMUR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Kegiatan

Pengembangan Profesi Guru

DISUSUN OLEH:

MAYAWATI
201508068725

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan  syukur penulis panjatkan  kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan  penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas

( PTK ) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Materi Matriks di Masa Pendemi Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur”.

Dalam penyusunan laporan penelitian  ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih  dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada

semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan laporan penelitian  ini selesai

tepat waktu. Ucapan terima kasih tak berhingga penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Anggria Septiani Mulbasari, M.Pd., selaku dosen pembimbing dan Ibu Nurjanah,
S.Pd., selaku guru pamong. Terima kasih untuk semua bimbingan dan saran yang diberikan.
Sangat bermanfaat untuk PTK yang saya lakukan. Berkah ilmu dan sehat selalu.
2. Bapak Prihatno Budiriyanto, S.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Bunguran Timur. Terima
kasih untuk segenap izin yang Bapak berikan.
3. Rekan majelis guru dan segenap staff TU di SMAN 1 Bunguran Timur. Disaat salah
seorang rekan memilih menyerah untuk tidak melanjutkan kegiatan karena kurangnya
dukungan dari semua pihak, saya masih bisa berdiri kuat berkat semangat dan pengertian
yang dicurahkan.
4. Suami tercinta, Kusnadi, S.T., terima kasih untuk semua motivasi dan dukungannya, baik
secara moril maupun finansial. Untuk keempat buah hati yang sangat mengerti kondisi
Ibunya, terima kasih untuk kerja samanya. Meski kalian masih kecil-kecil, namun kalian bisa
bersikaf sesuai keadaan. Kalian begitu berharga.
5. Untuk segenap keluarga, mama dan ibu mertua. Terima kasih untuk segenap doa yang tak
terputus.
6. Untuk Bapak Romie Laspiko dan Bu Erine Agustia yang sudah mau direpotkan. Editan
videonya bagus.
7. Untuk segenap rekan mahapeserta didik PPG Matematika angkatan 1 kelas 2. Semoga
silaturahim antara kita tidak terputus.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian tindakan ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua,
Amin Ya Rabbal‘alamin.

Penulis,

M A Y A W A T I, S.Pd.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keadaan dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kehadiran Covid-19 sangat

mempengaruhi segala segi kehidupan hingga merambah ke dalam dunia pendidikan.

Virus yang disinyalir mulai mewabah 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei

Tiongkok, menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat, sehingga

WHO menetapkan wabah ini sebagai pendemi global. Bahkan UNESCO menyatakan

bahwa hampir 300 juta peserta didik di seluruh dunia merasakan dampak yang sama. Pola

pembelajaran tatap muka dialihkan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, belajar

dalam jaringan (daring) dengan memanfaatkan aplikasi pembelajaran online.

Ketidaksiapan sekolah dalam menghadapi perubahan pola pembelajaran, rendahnya

penguasaan teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana hingga jaringan internet, serta

besaran biaya yang harus diperhitungkan merupakan beberapa faktor yang menghambat

terlaksananya efektivitas pembelajaran secara daring. Namun, perubahan paradigma

tentang pelaksanaan proses belajar mengajar harus siap dilakukan oleh seluruh

stakeholder pendidikan yang terdiri dari orang tua, guru, sekolah, hingga pemerintah.

Situasi saat ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, mengubah manajemen

pengelolaan pendidikan sangat diperlukan untuk mengimbangi perubahan yang sangat

cepat. Metode pembelajaran manual dan konvensional saat ini mulai tergantikan dengan

sistem digital daring tanpa dibatasi ruang dan waktu. Secara proses, sebenarnya model

pembelajaran modern ini sudah diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
standar proses dengan prinsip, dari peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari

tahu. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka

sumber belajar. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan

pendekatan ilmiah. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan

jawaban yang kebenarannya multidimensi. Dari pembelajan verbalisme menuju

keterampilan aplikatif. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills).

Dalam pembelajaran matematika, keterampilan menghitung, kemampuan

memecahkan masalah, dan berpikir kritis adalah komponen penting dalam mengukur

keberhasilan. Namun, melakukan pembelajaran matematika di masa pendemi ini menjadi

sebuah tantangan tersendiri. Dibutuhkan berbagai strategi untuk meningkatkan aktivitas

yang memacu minat belajar anak serta akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

Peranan matematika sangat penting dalam menunjang pembangunan dibidang

pendidikan karena matematika merupakan penunjang ilmu pengetahuan lainnya dan

pendukung bagi kemajuan teknologi. Simanjuntak mengatakan bahwa “Jatuh bangunnya

suatu negara dewasa ini sangat bergantung dari kemajuan dibidang matematikanya”.

Matriks merupakan bagian dari aljabar. Sekilas materi ini terlihat mudah, namun pada

aplikasinya dalam kehidupan, matriks tidak cukup dipandang sebelah mata. Nyatanya,

tidak semua peserta didik bisa menerima pembelajaran ini dengan baik. Hal ini dapat

terlihat dari hasil belajar yang diperoleh. Sudah menjadi sesuatu yang lumrah dalam

belajar matematika, semakin diakhir level sub materi yang dipelajari akan semakin tinggi.
Maka, titik fokus dan semangat anak dalam belajar akan mengalami penurunan secara

otomatis. Disinilah kompetensi guru diperhitungkan.

Sebelum mempelajari materi matriks, peserta didik sudah terlebih dahulu

mempelajari materi Program Linier. Pada kondisi tatap muka, materi ini juga bisa

diterima dengan baik oleh peserta didik, terutama kelas MIPA. Hal ini dibuktikan dengan

data hasil belajar 2 tahun terakhir. Kemampuan belajar mengalami ketuntasan. Namun,

pada awal adaptasi pembelajaran daring dengan materi yang sama, ketuntasan belajar

mengalami penurunan. Padahal, kelas yang akan dijadikan subjek penelitian merupakan

salah satu kelas unggulan di SMAN 1 Bunguran Timur. Faktor yang mendominasi

terjadinya penurunan tersebut, antara lain:

1. Dari Segi Guru

Guru belum menguasai teknik pembelajaran yang akan dilakukan. Diawal kegiatan,

terjadi beberapa perubahan jadwal. Dalam satu kali pertemuan, guru juga harus

melakukan pembelajaran terhadap beberapa kelas sekaligus. Perubahan pola

pembelajaran yang akan dilakukan, menjadi sebuah tantangan bagi guru dan

membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi dengan baik. Sehingga pada awal

pelaksanaan, banyak bagian dari KBM yang tidak terlaksana secara maksimal. Maka

berimbas pada aktivitas dan hasil belajar yang ditunjukkan.

2. Dari Segi Peserta Didik

Adaptasi pembelajaran baru mempengaruhi semua bagian dari pelaku kegiatan

pembelajaran. Kurangnya motivasi dan semangat dapat terlihat dari pertemuan yang

dilakukan dengan memuat unsur-unsur TPACK. Alasan utama adalah kesulitan signal

dan kuota. Anak juga lebih sulit dikoordinasikan dan tidak terlihat interaksi aktif
secara menyeluruh. Peserta didik yang mau belajar secara daring adalah orang yang

sama dan terbiasa aktif dalam pembelajaran tatap muka. Peserta didik yang cenderung

pasif dan lemah dalam menerima pembelajaran, semakin mengalami penurunan

dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Untuk tugas yang diberikan, beberapa anak

cenderung lalai. Karakter kejujuran juga memberikan tanda tanya besar karena

peluang dalam melakukan kecurangan lebih dominan untuk dilakukan.

Menurut Najeela Shihab dalam webinar Pemanfaatan Internet sebagai Media

Penyebaran Informasi dalam Upaya Melindungi Diri dari Bahaya Pendemi Covid -19

yang disiarkan langsung melalui kanal youtube Bakti Kominfo (03/05/20), dikatakan

bahwa tiga kompetensi utama pendidikan harus tetap diberikan meski pembelajaran

dilakukan secara daring yaitu kemampuan guru dalam membimbing peserta didik

agar dapat merdeka dalam belajar, merdeka berkolaborasi, dan merdeka dalam

berkarya.

Kemerdekaan ini yang masih belum bisa terlaksana secara optimal dan menjadi

tantangan terbesar bagi dunia pendidikan. Beberapa orang tua khawatir akan terjadi

pembodohan massal bagi pola pembelajaran yang keliru. Dalam pembelajaran secara

tatap muka, diperlukan berbagai trik khusus agar pembelajaran matematika terasa

menyenangkan dan mudah untuk diterima. Apalagi pembelajaran yang dilakukan

secara daring. Diperlukan kretivitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas dan

konsep pembelajaran, agar “Ratu Ilmu” yang bernama matematika bisa diterima dan

mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Setelah beberapa bulan beradaptasi dengan pola yang baru, diharapkan pada

pelaksanaan pembelajaran menggunakan materi ini tidak menurunkan hasil belajar


peserta didik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis melakukan satu

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Materi Matriks di Masa Pendemi Kelas XI MIPA 2

SMAN 1 Bunguran Timur”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut, “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL)

dalam meningkatkan hasil belajar materi matriks di masa pendemi kelas XI MIPA 2 di

SMAN 1 Bunguran Timur?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran secara daring

dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan

hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika materi matriks di kelas XI

MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur Kabupaten Natuna.

2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

matematika materi matriks dengan penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning di kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur Kabupaten Natuna saat

pendemi secara daring.


D. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah “Melalui

penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar

materi matriks di masa pendemi di SMAN 1 Bunguran Timur Kab. Natuna Kepulauan

Riau.”

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan, antara lain:

1. Peserta didik kurang maksimal dalam mengikuti pembelajaran berbasis online.

2. Kurangnya pemanfaatan media, sumber belajar, dan perangkat pendukung kegiatan

pembelajaran secara daring.

3. Mencoba menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan meski secara

daring dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Matriks merupakan materi dengan kategori lumayan mudah, namun tidak semua peserta

didik bisa menerima materi yang diajarkan dengan baik. Terutama untuk materi invers

dan determinan matriks berordo 3 x 3 hingga menentukan variabel dari unsur matriks

yang belum diketahui

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Bagi peneliti

- Dapat meningkatkan kemampuan profesional dalam mengelola kelas sesuai

dengan kondisi yang dijalani.

- Dapat meningkatkan minat yang berpengaruh pada hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).


2. Bagi Peserta didik

- Peserta didik merasa tertarik untuk melakukan kegiatan pembelajaran meskipun

secara daring.

- Peserta didik bisa menerima materi yang diberikan dan berdampak pada

peningkatan hasil belajar.

3. Bagi Sekolah

- Hasil penelitian bisa digunakan sebagai bahan masukkan dalam meningkatkan

hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif,

salah satunya dengan menggunakan PBL.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Belajar Matematika di Masa Pendemi

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam

perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktik. Seseorang

dianggap telah belajar jika telah menunjukkan perubahan perilaku. Dalam belajar,

diperlukan interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah cara yang dilakukan

guru dalam memberikan pembelajaran, sedangkan respon menunjukkan reaksi peserta

didik dalam menerima pembelajaran.

Pendemi Covid – 19 telah mengubah pola pendidikan hampir diseluruh dunia. Belajar

dalam jaringan (BDR) dipilih sebagai salah satu antisipasi dalam memutus rantai

penyebaran dari virus baru ini. Semua golongan harus beradaptasi dengan segala kondisi.

Melakukan aktivitas pembelajaran dari rumah bukanlah hal yang mudah, terutama

matematika. Selama ini, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Namun,

stimulus dan respon dalam pembelajaran tetap harus terlaksana. Stimulasi yang bisa

diberikan antara lain membuat video pembelajaran matematika yang menarik, membuat

game matematika, mengajak anak untuk mempelajari trik-trik cepat dalam memahami

matematika serta menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Belajar matematika dapat diartikan sebagai proses belajar mengenai konsep struktur

dan sistem yang mencakup pola hubungan maupun bentuk yang berkenaan dengan ide
atau gagasan yang hubungannya diatur secara logis. Selain bertanggungjawab dalam

memperkenalkan konsep, memperagakan keterampilan melalui contoh dan menilai

pekerjaan peserta didik, seorang guru harus menjadi fasilitator dan promotor.

Proses pembelajaran matematika di SMAN 1 Bunguran Timur mengalami perubahan

total. Pertama, teknik belajar offline berubah menjadi online. Kedua, kegiatan tatap muka

berubah menjadi pembelajaran maya. Ketiga, penyampaian materi dan tugas dilakukan

dengan sarana berbasis teknologi digital. Keempat, adanya perubahan habitat kelas nyata

menjadi kelas virtual.

Pembelajaran daring bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Tergantung

kemampuan guru dalam mengelola tindakan kelas. Beberapa komponen peran tambahan

dalam memberikan stimulasi pada pembelajaran kooperatif yang bisa dilakukan seorang

guru secara online, antara lain:

- Menyusun dan memonitor kelompok sehingga peserta didik dapat bekerja sama

secara efektif.

- Melakukan sumbang saran (brainstorming) dengan berbagai kelompok.

- Membimbing peserta didik dalam upaya riset mereka.

- Memberikan bantuan dan bertindak sebagai narasumber.

- Menawarkan dukungan dan memuji setiap upaya.

- Memberikan penjelasan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan setiap

kesalahan yang dilakukan bisa dijadikan langkah untuk mencapai solusi.

- Membantu peserta didik dalam mengelola pikiran saat mempertimbangkan berbagai

strategi dalam pemecahan masalah.


- Memperlihatkan kepada peserta didik bahwa berbagai strategi bisa digunakan untuk

memecahkan soal yang sama.

- Memberikan waktu untuk saling berbagi hasil.

Setelah berbagai stimulasi diberikan, maka respon peserta didik akan mengimbangi

stimulus-stimulus tersebut. Guru yang profesional akan mampu beradaptasi dengan

segala bentuk perubahan, mampu memanfaatkan teknologi dengan maksimal, dan siap

untuk berbaur dalam pembelajaran abad 21.

2. Media dan Sumber Pendukung Pembelajaran Matematika secara Daring

2.1 Media

Media pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai alat bantu dalam proses

belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan

pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan dan keterampilan. Dalam pembelajaran

daring, teknologi memegang peran utama dan internet hadir sebagai media yang

multifungsi. Secara garis besar, teknologi informasi memiliki peranan menggantikan

peran manusia dalam mengoptimalisasi tugas atau proses, memperkuat peran manusia

dalam menyajikan informasi terhadap suatu tugas dan proses, serta merestrukturisasi

terhadap peran manusia dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap kumpulan

tugas dan proses. Kehadiran internet dapat digunakan untuk mengembangkan situasi

belajar mengajar yang lebih kondusif dan interaktif.

Beberapa media yang bisa digunakan dalam pembelajaran dalam jaringan, antara lain:

- Audio Media
Jenis media yang digunakan untuk mengalirkan pesan audio dari sumber pesan ke

penerima pesan. Dalam group whatsapp , bentuk audio media yang bisa

digunakan bisa berupa voice note (pesan suara) atau penyampaian pesan melalui

AZ Screen Recorder.

- Media Visual

Jenis media yang mengandalkan penglihatan. Dibedakan menjadi media visual

diam dan media visual bergerak. Media visual diam yang dapat digunakan dalam

pembelajaran daring antara lain foto, ilustrasi, flashcard, bingkai film, grafik,

bagan, diagram, dan lain-lain. Media visual bergerak dapat berupa gambar-

gambar proyeksi atau animasi bergerak.

- Media Audio Visual

Merupakan jenis media yang bisa menampilkan suara serta gambar. Tayangan

televisi, youtube, dan video-video, menerapkan media jenis ini.

2.2 Software Aplikasi Pendukung Pembelajaran Daring

Untuk menunjang efektivitas pembelajaran secara daring, diperlukan beberapa

software yang paling memungkinkan untuk digunakan. Namun dalam penerapannya

perlu memperhatikan kondisi dan kemampuan finansial rata-rata peserta didik,

lingkungan, hingga kekuatan jaringan. Beberapa software yang umum digunakan

selama masa pendemi di SMAN 1 Bunguran Timur, antara lain:

- Google Form

Aplikasi ini biasa digunakan untuk memberikan evaluasi. Soal yang digunakan

bisa berbentuk pilihan ganda, isian singkat, maupun uraian. Proses mengoreksi

jawabanpun lebih praktis. Perolehan skor bisa langsung diketahui.


- Whatsapp Group

Pemberian absensi, bahan ajar dan LKPD lebih mudah dilakukan melalui grup

WA. Bentuk komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik juga lebih

mudah terlaksana. Penyampaian tugas bisa dilakukan melalui pesan suara (voice

note), file, atau foto. Kelemahannya, guru sulit mengukur kompetensi dan

pemahaman peserta didik. Untuk mengatasi hal ini, digunakan aplikasi pengganti

tatap muka (virtual).

- Zoom

Zoom dapat digunakan sebagai pengganti tatap muka. Kelebihan aplikasi ini

antara lain bisa menghimpun peserta didik dalam jumlah yang banyak, video yang

dihasilkan berkualitas HD, mendukung banyak platform, bisa berbagi foto, file,

dan video sekaligus. Meski sempat diisukan bahwa penggunaan zoom ini tidak

aman, namun masih banyak instansi yang menggunakan dan merasakan

manfaatnya.

- Google Classroom (GCR)

Dari segi tampilan, Google Classroom (GCR) masih terbilang sederhana. Namun,

GCR bisa dijadikan salah satu alternatif dalam mendukung pelaksanaan

pembelajaran daring. Kelebihan GCR antara lain sangat mobile friendly untuk

pemula, mudah dalam mengelola tugas yang diberikan, semua file tersimpan

otomatis ke dalam google drive, dan gratis 100%.


Dari keempat model aplikasi software di atas, penggunaannya bisa diatur

sedemikian rupa. Variasi perlu dilakukan agar pembelajaran tidak monoton dan

menarik. Menciptakan kelas virtual yang menyenangkan adalah kewajiban guru. Jika

minat dan antusias belajar anak terbentuk, maka secara tidak langsung akan

mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

3. Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Dengan adanya hasil belajar, guru dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam

memahami materi yang diajarkan. Hasil belajar berasal dari gabungan kata “Hasil” dan

“Belajar”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, pengertian hasil bisa diartikan

sesuatu yang diperoleh atau didapat dari sebuah usaha. Sedangkan belajar dapat diartikan

sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dalam usaha mendapatkan kepandaian

atau ilmu dan penilaian hasil belajar diwujudkan dalam bentuk raport yang disusun

secara sistematik.

Menurut Purwanto (209, 46), hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi

setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Menurut Damyati (2006, 20), hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

Hasil belajar dapat ditentukan melalui evaluasi dan dapat berupa dampak pengajaran dan

dampak pengiring. Dampak pengajaran bisa diukur secara langsung sedangkan dampak

pengiring tidak bisa ditentukan secara langsung.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasilnya dituangkan dalam bentuk angka atau

nilai melalui proses evaluasi dan tersusun secara sistematik dalam bentuk rapor yang

umum dilakukan pada akhir semester.

Berdasarkan acuan kriteria kurikulum 2013, penilaian-penilaian tersebut memilki

karakteristik sebagai berikut:

1. Penilaian sikap

Penilaian sikap lebih ditunjukkan untuk membina perilaku sesuai budi pekerti dalam

rangka pembentukkan karakter peserta didik sesuai dengan proses pembelajaran.

a. Sikap spritual (KI – 1) meliputi ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan toleransi dalam beribadah.

b. Sikap sosial (KI – 2) meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan

percaya diri.

2. Penilaian pengetahuan

Penilaian pengetahuan (KI – 3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta

didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam berbagai

tingkat proses berfikir. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan

dan penugasan.

3. Penilaian keterampilan

Penilaian keterampilan (KI – 4) dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik

kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukkan teknik penilaian yang

sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja,

penilaian proyek atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada

karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur.


- Penilaian kinerja

Penilaian kinerja adalah penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan

suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan

mengaplikasikan/mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada

proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut

penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses

disebut penilaian praktik. Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan. Dalam pelaksanaan kinerja perlu

menyiapkan rubrik yang dituangkan dalam format observasi

- Penilaian proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian

kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan, penyajian data dan pelaporan. Penilaian proyek dapat digunakan

untuk mengetahui pemahaman, kemampuan pengumpulan data, kemampuan

mengorganisasikan, kemampuan inovasi dan kreativitas, serta kemampuan

menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian

proyek setidaknya ada empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu kemampuan

pengelolaan, relavansi, keaslian, dan inovasi dan kreativitas.

- Portofolio

Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio

sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian


prestasi belajar, penghargaan, karya peserta didik dalam bidang tertentu yang

bersifat reflektif-integratif dalam kurun waktu tertentu. Didalam kurikulum 2013,

dokumentasi portofolio dapat digunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk

kompetensi keterampilan. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian

yang lain dipertimbangkan untuk pengisian rapor peserta didik atau laporan

penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam periode tertentu.

Portofolio merupakan bagian dari penilaian otentik yang langsung dapat

menyentuh sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Hasil belajar memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung. Indikator

utama hasil belajar, meliputi:

a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara

individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya

dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM).

b. Perilaku yang diuraikan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh setiap

peserta didik baik secara individual maupun berkelompok.

Faktor-faktor yang paling memungkinkan dan sangat mempengaruhi hasil belajar

selama masa pendemi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik disebut faktor internal, sedangkan faktor

yang melibatkan unsur-unsur dari luar disebut faktor eksternal.

a. Faktor Internal

- Faktor Jasmaniah
Menurut Rohman Hikmat dalam Webinar Seminar Daring Nasional Pentingnya

Literasi dalam Pendidikan di Masa Pendemi (25/10/2020), dikatakan bahwa

meski melakukan pembelajaran secara daring, tetap diusahakan bangun pagi dan

mandi. Tubuh yang segar akan meningkatkan semangat beraktivitas dan ilmu

yang didapat akan mudah untuk diserap. Penting juga mengatur jadwal

pembelajaran, agar lebih siap dalam mengikuti setiap proses pembelajaran yang

akan dilakukan.

- Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang,

kemauan dan bakat. Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang

dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya

kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

b. Faktor Eksternal

- Faktor Keluarga

Dikutip dari laman web http://news.unair.ac.id/2020/07/27, terdapat 6 peran

keluarga bagi pendidikan anak selama pendemi.

1. Menciptakan keharmonisan keluarga.

2. Memilih teknik mendidik yang sesuai diterapkan dalam keluarga.

3. Memberikan perhatian.

4. Melakukan komunikasi yang demokratis

5. Memberikan apresiasi kepada anak.

6. Ikut berpartisipasi dalam dalam kegiatan anak.

Peran utama lainnya adalah menjadi fasilitator yang baik bagi anak dalam belajar.
- Faktor Sekolah

Selama masa pendemi ini, semua pihak di sektor pendidikan harus keluar dari

zona nyaman untuk berinovasi menciptakan kreativitas, beradaptasi secara

optimal dalam penggunaan teknologi, dan menyadari peranan penting teknologi

dalam mendukung setiap proses pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Penekanan dalam pembelajaran berbasis masalah terletak pada pemecahan masalah

autentik seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Donnelly, 2010; Hung, 2009).

Guru mengorientasikan peserta didik ke dalam sebuah masalah dan meminta mereka

untuk mengeksplorasi serta menemukan solusi sendiri (Arends, 2004). Pembelajaran

berbasis masalah sangat efektif untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

kepercayaan diri dan menghasilkan kemampuan berpikir mandiri.

Menurut Suherman (2008), model pembelelajaran berbasis masalah adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Ada beberapa ciri-ciri khusus dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning), antara lain:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah


Mengajukan permasalahan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban

sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk berbagai situasi

tersebut.

b. Fokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu

Pembelajaran berdasarkan masalah berhubungan dengan pembelajaran STEAM

(Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics). Pada konteks

pembelajaran inovatif, STEAM tidak lagi dipandang sebagai sekedar bidang pelajaran

yang terpisah-pisah, namun menjadi kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis. Pembelajaran STEAM mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar secara tertanam (embedded) maupun terpadu (integrated).

c. Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik melakukan

penyelidikan autentik atau mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan karya

tertentu dan kemudian menyajikan didepan kelas.

e. Kolaborasi

Pembelajaran berdasarkan masalah akan mudah dilakukan oleh peserta didik secara

berkelompok.

Pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima tahapan yang dapat dilihat pada tabel

2.1 berikut:

Tahap Peran Guru


Tahap 1: Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran,
menginformasikan kepada peserta didik harapan dari
Mengarahkan peserta didik pembelajaran yang dilakukan, memotivasi dan
pada masalah. membimbing peserta didik untuk terlibat secara aktif
serta mengarahkan mereka untuk melakukan setiap
tahapan pemecahan masalah.
Tahap 2: Membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas yang berhubungan dengan
Mengorganisasi peserta masalah.
didik untuk belajar.
Tahap 3: Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
informasi yang sesuai, mengumpulkan pengalaman,
Membantu kemandirian dan mencari penjelasan serta solusi. Mengaktifkan mereka
investigasi kelompok. agar bisa menyelesaikan tugas yang diberikan baik
secara individu maupun berkelompok.
Tahap 4: Membimbing rencana dan kreasi peserta didik yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, seperti
Mengembangkan dan laporan, video, dan membantu mereka untuk saling
menampilkan masalah. berbagi tugas.
Tahap 5: Mendorong peserta didik untuk merefleksikan
investigasi dan strategi serta langkah penyelesaian
Menganalisis dan masalah yang digunakan.
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Setiap model pembelajaran yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Tabel

2.2 berikut akan menunjukkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berdasarkan

masalah (PBL).

Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan


Masalah (PBL) Masalah (PBL)
a. Merupakan salah satu teknik yang cukup a. Ketika peserta didik tidak memiliki
bagus dan menarik untuk lebih minat atau tidak mempunyai
memahami isi pelajaran secara mandiri kepercayaan diri dalam menemukan
maupun berkelompok. solusi dari masalah nyata yang
diberikan, maka mereka akan enggan
b. Menantang kemampuan peserta didik untuk mencoba, dan membutuhkan
dalam menemukan pengetahuan baru. banyak waktu.

c. Membantu peserta didik untuk b. Sering terjadi kesulitan dalam


mengembangkan pengetahuan baru dan menemukan permasalahan sesuai
bertanggung jawab dalam pembelajaran dengan tingkat berpikir peserta didik.
yang mereka lakukan.
c. Beberapa peserta didik merasa kesulitan
d. Membantu peserta didik menyampaikan dalam beradaptasi dengan pola
pengetahuan mereka untuk memahami pembelajaran yang dilakukan.
masalah dalam kehidupan nyata. Kebiasaan belajar yang biasa dilakukan
seperti mendengar, mencatat dan
e. Meningkatkan keaktifan dan minat menghafal informasi yang disampaikan
belajar peserta didik. guru, menjadi belajar dengan mencari
data, menganalisis, menyusun hipotesis
f. Proses pembelajaran lebih dan memecahkannya sendiri.
menyenangkan dan tidak monoton.

g. Memberikan kesempatan kepada peserta


didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam
dunia nyata.

5. Materi Matriks dalam Pelajaran Matematika

Matriks adalah kumpulan bilangan yang berbentuk persegi atau persegi panjang yang

disusun dalam baris-baris atau kolom-kolom. Kumpulan bilangan ini ditempatkan dalam

kurung siku atau kurung biasa. Beberapa sub materi yang akan digunakan dalam

melakukan penelitian ini antara lain:

a. Definisi Matriks

b. Jenis-jenis Matriks

c. Kesamaan Dua Matriks

d. Transpose Matriks

e. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan

Beberapa materi matriks di atas, termasuk kategori mudah jika dilakukan secara tatap

muka. Namun, menjadi sebuah tantangan jika dilakukan secara online. Dari penelitian ini

akan ditunjukkan bahwa hasil belajar pembelajaran matriks akan tetap baik meski

dilakukan dengan pola yang berbeda.


B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa penelitian lain yang relevan dengan permasalahan yang

diungkapkan dalam penelitian ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosydiah (2018) yang berjudul “Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Akitivitas dan Hasil Belajar

Matematika Peserta Didik Kelas XI IPS 2 Semester Ganjil TP 2018/2019 pada Materi

Matriks di MAN 2 Pekanbaru”. Di dalam penelitiannya, Rosydiah menemukan bahwa

penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

peserta didik kelas XI IPS 2 MAN 2 Pekanbaru. Peningkatan aktivitas peserta didik dari

kategori kurang di siklus I menjadi kategori baik di siklus II. Pada siklus I, hanya 14

peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar sesuai KKM dengan persentase 60,87%

dan meningkat menjadi 20 orang pada siklus II dengan persentase 87%.

2. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Erna Novianti, Putri Yuanita, dan

Maimunah (2020) yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan

kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas VII – 2 SMPN 9 Pekanbaru”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL berhasil meningkatkan KPMM

peserta didik. Rata-rata nilai KPMM peserta didik pada siklus I sebesar 70,27 meningkat

menjadi 84,07 pada siklus II. Peningkatan rata-rata nilai KPMM peserta didik juga terjadi

pada setiap indikator KPMM yang meliputi memahami masalah (94,99), merencanakan

penyelesaian (69,71), melaksanakan rencana (82,77) dan mengecek kembali (54,85).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 minggu, terhitung dari bulan Oktober

sampai November 2020. Sedangkan waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil

penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bunguran Timur Kabupaten Natuna tahun ajaran

2020 – 2021 yang beralamat di jalan Pramuka nomor 12 Ranai Kota 2979, Kepulauan

Riau.

B. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menerapkan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt

Lewin meliputi empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),


pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat komponen ini membentuk satu

siklus. Menurut Aqib (209), Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai proses

pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui proses refleksi diri dengan melakukan

berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari

tindakan yang dilakukan.

Sedangkan menurut O’Brien (Mulyatiningsih,209), Penelitian Tindakan Kelas adalah

penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (peserta didik) diidentifikasi

permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya.

Menurut Kemmis dan Taggart (Padmono, 2010), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial

untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial, serta

pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut serta situasi tempat praktik dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta

didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah

kerangka kerja dalam melaksanakan pembelajaran kelas sehingga terjadi peningkatan

layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Karakteristik utama Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi

antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian Tindakan Kelas harus

menunjukkan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secara positif. Jika

dengan tindakan yang dilakukan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan

negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK. Adapun karakteristik yang

menunjukkan ciri dari Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:


1. Inkuiry reflektif. Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran

yang riil dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan

tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan (action driven).

2. Kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak

untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.

3. Reflektif berkelanjutan. Penelitian Tindakan Kelas lebih menekankan pada proses

refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini diagendakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus meliputi:

1. Tahapan perencanaan (planning) meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, persiapan

sarana dan prasarana penelitian, serta menentukan indikator kinerja.

2. Tahapan pelaksanaan tindakan (acting) meliputi segala tindakan yang tertuang dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi matriks.

3. Tahapan Pengamatan (observing) meliputi pembuatan instrument penelitian,

pengumpulan data berupa nilai evaluasi peserta didik setelah mendapatkan tindakan,

menganalisa data dan menyusun langkah-langkah perbaikan.

4. Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi teman sejawat dan masukan dari para ahli

dibidang Penelitian Tindakan Kelas melalui email.

Adapun siklusnya dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut:


Perencanaan
(Planning)

Refleksi Tindakan
(Reflecting) SIKLUS I (Acting)
Pengamatan
(Observing)

Perencanaan
(Planning)

PERUBAHAN
Tindakan
SIKLUS II
(Acting)
Refleksi
(Reflecting) Pengamatan
(Observing)

Gambar 3.1 PTK dengan dua siklus

Penelitian Tindakan Kelas dapat berjalan dengan baik jika dalam perencanaan dan

pelaksanaanya menerapkan enak prinsip sebagai berikut (Hopkins, 1993):

1. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, sehingga apapun metode yang akan

diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai seorang pendidik.

2. Menyusun waktu pelaksanaan seefisien mungkin agar metode pengumpulan data yang

dilakukan tidak mengganggu proses pembelajaran.

3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru

mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup menyakinkan,

mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan memperoleh

data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan.


4. Mengusahakan agar masalah penelitian yang dilakukan adalah masalah nyata yang

menuntut untuk ditemukan solusinya.

5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten terhadap prosedur

etika yang berkaitan dengan profesinya.

6. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru seluruh menyeluruh.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian merupakan suatu kedudukan yang dominan karena pada subjek penelitian

itulah data suatu variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Suharsimi Arikunto,

2009). Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur

yang berjumlah 27 dengan karakteristik heterogen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

hasil belajar peserta didik untuk materi matriks dengan menggunakan sistem online.

D. DATA DAN SUMBER PENELITIAN

Data yang dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data tentang proses

pembelajaran, termasuk interaksi guru dengan peserta didik mapun peserta didik sesama

peserta didik yang relevan, sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dan data mengenai hasil

belajar. Sumber data yang utama adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran

Timur dengan jumlah 27 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 21 orang perempuan, karena

merekalah yang akan menampilkan perubahan yang terjadi akibat penerapan tindakan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk melakukan penilaian dengan mengadakan pengamatan

secara langsung dan sistematis. Dalam hal ini, penulis melakukan observasi selama

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan berbagai kemudahan

teknologi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kebiasaan dan sikaf peserta didik

selama melakukan pola pembelajaran jarak jauh di masa pendemi yang akan

mempengaruhi hasil belajar. Sebagai bahan pendukung, penulis juga melakukan

penilaian teman sebaya. Hal ini dilakukan dengan menimbang bahwa peserta didik jauh

lebih mengenal karakter masing-masing rekan sekelas.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi rekaman selama kegiatan berlangsung, hasil

LKPD, dan beberapa foto. Dari hasil dokumentasi dapat dijadikan petunjuk dan bahan

pertimbangan pelaksanaan selanjutnya serta penarikan kesimpulan. Semua hasil kegiatan

akan disusun menjadi sebuah penilaian portofolio.

3. Tes

Tes adalah sekumpulan pertanyaan, latihan, atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

individu maupun kelompok.


F. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai

dengan keadaan yang dihadapi saat berhadapan langsung dengan subjek penelitian. Sehingga

diperlukan instrument penelitian yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan

pengumpulan data yang sudah diperoleh.

1. Rubrik Observasi

Penulis menggunakan lembar pengamatan aktivitas peserta didik dan penilaian teman

sebaya sebagai bagian dari observasi kegiatan.

2. Pedoman Dokumentasi

Peneliti akan mengumpulkan data dari awal kegiatan berlangsung. Untuk kegiatan

menggunakan Zoom, guru bisa langsung melakukan proses perekaman dengan

mengaktifkan tombol record dan melakukan foto bersama diakhir kegiatan. Untuk

aktivitas di dalam group WA kelas, beberapa bagian penting dan bisa dijadikan

pendukung dalan penilaian, bisa di screenshot dan diarsipkan. Semua hasil kegiatan yang

diperoleh akan disusun menjadi penilaian portofolio.

3. Soal Tes

Pemberian tes digunakan untuk mengukur kemampuan peseta didik dalam memahami

materi matriks dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur. Alat tes berupa soal-soal yang dibuat oleh

peneliti berdasarkan materi yang sudah diajarkan.

G. TEKNIK ANALISIS DATA


Data kuantitatif peserta didik akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas

hasil belajar. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat diketahui dengan cara

membandingkan skor individu dengan skor kelompok, yang diperoleh sebelum dan sesudah

mengikuti pelajaran. Analisis data hasil belajar didapat melalui hasil tes. Pada setiap siklus

dilakukan satu kali evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh peserta didik adalah 100,

sedangkan skor rata-rata tes peserta didik dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
x́=
∑x
N x́=¿ nilai rata-rata

∑ x =¿ Jumlah skor
keseluruhan
Jumlah peserta didik
Untuk memudahkan menginterpretasikan hasil belajar, maka data akan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.Selanjutnya baru menetapkan kualitas kegiatan

pembelajaran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur adalah

78,00 maka standar ketuntasan individu dan standar ketuntasan klasikal akan

diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Standar Ketuntasan Individu

Secara perorangan (individual) dianggap telah “tuntas belajar” jika daya serap peserta

didik mencapai 78,00.

2. Standar Ketuntasan Klasikal

Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” jika mencapai 80% dari jumlah peserta didik

yang mencapai daya serap minimal 78. Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar (KB)

secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:

N Keterangan:
KB= x 100 %
n
KB=¿ Ketuntasan Belajar
N=¿ Banyak peserta didik yang mencapai nilai di atas 78
n=¿ Banyak peserta didik yang mengikuti tes
Selanjutnya ditentukan tingkat penguasaan peserta didik tentang konsep perbandingan,

untuk menentukan golongan tingkat penguasaan peserta didik, penulis menggunakan

klasifikasi penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudjono (2001) yang

ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut:

Angka Kriteria
30 – 39 Gagal
40 – 55 Kurang
56 – 65 Cukup
66 – 79 Baik
80 – 100 Baik Sekali
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran

Timur Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna dan dilakukan dalam 2 siklus

untuk menentukan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) materi matriks selama masa pendemi dengan menggunakan pola

pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, mulai dari

pemeriksaan tahap studi awal hingga sampai pada siklus II, diperoleh data sebagai

berikut:

1. Deskripsi Tahap Studi Awal

Data yang diperoleh dari observasi hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA 2

sejak kelas X hingga sekarang selalu menunjukkan hasil yang bagus. Mereka

termasuk kategori anak yang mau belajar dan berkembang. Hanya beberapa siswa
yang terlihat pasif namun bisa tertutupi dengan semangat belajar dari peserta didik

yang aktif. Untuk materi matriks sejak 2 tahun terakhir dengan kelas yang berbeda

menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar selalu memuaskan. Dari beberapa tanya

jawab yang dilakukan penulis dengan beberapa peserta didik dari angkatan

sebelumnya, mayoritas memberikan jawaban bahwa matriks termasuk materi yang

mudah dan menyenangkan. Namun, penulis bermaksud untuk mengetahui

kemampuan belajar dari kelas subjek sekaligus hasil belajar yang akan diperoleh dari

materi matriks ini meski dilakukan secara online dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif Problem Based Learning (PBL).

Pada pertemuan awal sebelum pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tanggal 14

Oktober 2020 tampak beberapa anak mengalami kebingungan dengan pola

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Beberapa anak masih sulit untuk

dikoordinasikan dan beradaptasi dengan pembelajaran menggunakan zoom. Bahkan

ada beberapa peserta didik yang kesulitan untuk bergabung akibat keterbatasan

signal.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan di SMAN 1 Bunguran Timur dengan dua

siklus. Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 14 – 19 Oktober 2020 dan siklus II

akan dilaksanakan pada tanggal 20 – 27 Oktober 2020. Terdapat 2 pertemuan dalam

satu siklus dan alokasi waktu untuk satu pertemuan adalah 2 x 35 menit. Waktu

pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Hari Siklus Waktu
Sabtu, 17 Oktober 2020 07.30 – 08.40
I
Senin, 19 Oktober 2020 07.30 – 08.40
Jumat, 23 Oktober 2020 13.30 – 14.40
II
Jumat, 23 Oktober 2020 14.40 – 15.50
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan ini dilakukan dalam setiap siklus.

Selama pelaksanaan PPL juga dilakukan kegiatan non – mengajar dan dirangkum

dalam satu video.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Tindakan Siklus I

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi definisi

matriks, jenis-jenis matriks, kesamaan dua matriks, dan transpose matriks.

Pertemuan 1

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan penulis,

dalam tahap perencanaan ini penulis melakukan tanya jawab dengan beberapa

peserta didik angkatan sebelumnya tentang materi matriks yang sudah pernah

dipelajari. Persiapan yang dilakukan antara lain menyusun rancangan RPP yang

akan digunakan, mengidentifikasi standar kompetensi, menetapkan indikator,

tujuan pembelajaran, menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran yang akan

digunakan, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), lembar instrumen


pengumpulan data, lembar evaluasi, lembar dokumentasi, serta sarana dan

prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus I.

2. Tindakan

Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang

merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan siklus I, pertemuan

pertama pada tanggal 17 Oktober 2020.

Selama pembelajaran jarak jauh dilakukan, alokasi waktu untuk satu kali

pertemuan mengalami pengurangan 20 menit. Agar segala aktifitas yang sudah

dirancang bisa dilaksanakan secara maksimal, maka beberapa menit sebelum

pembelajaran dimulai, semua media pendukung, absensi, dan kelompok belajar

sudah diserahkan terlebih dahulu melalui grup WA kelas. Bahan ajar digunakan

sebagai pembuka kegiatan literasi. Selanjutnya, pembelajaran akan dilanjutkan

melalui zoom sebagai pengganti tatap muka.

- Kegiatan Awal

Pada kegiatan pembuka dengan menggunakan zoom, guru mengucapkan

salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.

Guru juga menginformasikan hasil dari absensi yang sudah dilakukan,

memberikan motivasi dan mengingatkan peserta didik untuk senantiasa

mematuhi semua protokol kesehatan. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan

dari pembelajaran yang akan dilakukan serta penjelasan tentang model

pembelajaran yang akan digunakan. Dalam bagian apersepsi, guru

menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari dan kaitannya dengan

beberapa materi sebelumnya. Guru melakukan tanya jawab secara singkat,


peserta didik diberi kesempatan untuk menjawab dan guru memberikan

penguatan. Setelah memastikan semua peserta didik siap untuk belajar, guru

masuk ke dalam kegiatan inti.

- Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menampilkan bahan ajar dan menjelaskan

sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai

diberikan, guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman peserta

didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah Definisi

Matriks. Diharapkan peserta didik dapat menyebutkan pengertian dan ordo

matriks. Setelah memastikan bahwa mereka telah memahami materi, anak

diberikan LKPD dan guru meminta mereka untuk bergabung ke dalam

kelompok kooperatif yang sudah diberikan. Setiap kelompok diminta untuk

melakukan diskusi aktif melalui kelompok WA masing-masing atau langsung

melalui zoom. Guru melakukan koordinasi menyeluruh meski secara virtual.

LKPD diselesaikan selama 20 menit.

Setelah LKPD selesai dikerjakan, guru meminta setiap kelompok untuk

menampilkan hasil diskusi masing-masing. Kelompok yang akan tampil

dipilih secara random. Kelompok yang belum mendapatkan giliran, diminta

untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.

Guru memberikan apresiasi untuk setiap penampilan kelompok. Pembelajaran

ditutup dengan memberikan evaluasi.

- Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan

rangkuman/kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan

penghargaan kepada semua peserta didik atas partisipasi aktifnya. Guru

memberikan pesan moral dan meminta mereka untuk mampu beradaptasi

terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,

guru mengingatkan materi selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan doa

bersama.

3. Pengamatan

Pada kegiatan siklus I pertemuan 1 yang dilakukan terlihat bahwa peserta didik

tidak menggunakan seragam sekolah sebagaimana mestinya. Pembelajaran lebih

terpusat pada guru, diskusi kelompok belum berjalan secara maksimal, belum

terlihat interaksi aktif antara guru dan peserta didik. Guru tidak menegur peseta

didik yang mematikan kamera tanpa izin pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Guru juga tidak bertanya tentang kesan yang dirasakan peserta didik

saat melakukan pola pembelajaran ini. Pada saat proses evaluasi, kejujuran setiap

peserta tidak bisa terukur. Beberapa peserta didik bahkan lalai dalam

mengumpulkan lembar evaluasi yang sudah selesai dikerjakan. Sehingga bisa

dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL

belum terlaksana secara optimal pada pertemuan 1 siklus I ini.

4. Refleksi

Setelah proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan proses refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah berjalan. Refleksi dilakukan dengan

memanfaatkan hasil rekaman selama pembelajaran berlangsung. Guru juga


melakukan diskusi dengan dosen dan guru pamong, kemudian melakukan revisi

sesuai masukan dan saran yang diberikan. Bentuk-bentuk refleksi yang akan

dilakukan antara lain meminta semua peserta didik untuk menggunakan seragam

sekolah meski pembelajaran dilakukan secara online. Langkah-langkah kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah harus

lebih ditampakkan terutama saat peserta didik melakukan diskusi. Karena PBL

merupakan jenis pembelajaran kooperatif. Saat pembelajaran berlangsung,

interaksi antar guru dan peserta didik harus lebih ditingkatkan dan tidak terpusat

menyeluruh kepada guru. Peserta didik harus aktif dalam menemukan dan

menyelesaikan masalah.

Pertemuan 2

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan pertemuan 2, guru masih tetap melakukan persiapan

seperti pada pertemuan sebelumnya. Persiapan yang dilakukan antara lain

menyusun rancangan RPP yang akan digunakan, mengidentifikasi standar

kompetensi, menetapkan indikator, tujuan pembelajaran, menyiapkan bahan ajar,

media pembelajaran yang akan digunakan, Lembar Kegiatan Peserta Didik

(LKPD), lembar instrumen pengumpulan data, lembar evaluasi, lembar

dokumentasi, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran

siklus I.
2. Tindakan

Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang

merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan siklus I, pertemuan

kedua dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2020.

- Kegiatan Awal

Pada kegiatan pembuka dengan menggunakan zoom, guru mengucapkan

salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.

Guru juga menginformasikan hasil dari absensi yang sudah dilakukan,

memberikan motivasi dan mengingatkan peserta didik untuk senantiasa

mematuhi semua protokol kesehatan. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan

dari pembelajaran yang akan dilakukan serta penjelasan tentang model

pembelajaran yang akan digunakan. Dalam bagian apersepsi, guru

menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari dan kaitannya dengan

beberapa materi sebelumnya. Guru melakukan tanya jawab secara singkat,

peserta didik diberi kesempatan untuk menjawab dan guru memberikan

penguatan. Setelah memastikan semua peserta didik siap untuk belajar, guru

masuk ke dalam kegiatan inti.

- Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menampilkan bahan ajar dan menjelaskan

sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai

diberikan, guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman peserta

didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah Jenis-jenis

dan Kesamaan Dua Matriks. Diharapkan peserta didik dapat menyebutkan 8


jenis matriks, mengetahui ciri khusus kesamaan dua matriks, dan bisa

melakukan transpos matriks. Setelah memastikan bahwa mereka telah

memahami materi, anak diberikan LKPD dan guru meminta mereka untuk

bergabung ke dalam kelompok kooperatif yang sudah diberikan. Setiap

kelompok diminta untuk melakukan diskusi aktif melalui kelompok WA

masing-masing atau langsung melalui zoom. Guru melakukan koordinasi

menyeluruh meski secara virtual. LKPD diselesaikan selama 20 menit.

Setelah LKPD selesai dikerjakan, guru meminta setiap kelompok untuk

menampilkan hasil diskusi masing-masing. Kelompok yang akan tampil

dipilih secara random. Kelompok yang belum mendapatkan giliran, diminta

untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.

Guru memberikan apresiasi untuk setiap penampilan kelompok. Pembelajaran

ditutup dengan memberikan evaluasi.

- Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan

rangkuman/kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan

penghargaan kepada semua peserta didik atas partisipasi aktifnya. Guru

memberikan pesan moral dan meminta mereka untuk mampu beradaptasi

terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,

guru mengingatkan materi selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan doa

bersama.
3. Pengamatan

Pada pertemuan kedua siklus I, kegiatan pembelajaran secara virtual sudah jauh

lebih baik. Guru dan peserta didik sudah mulai terbiasa dalam melakukan proses

kegiatan pembelajaran dengan cara seperti ini. Interaksi antara guru dan peserta

didik sudah lebih terlihat. Namun, beberapa peserta masih ada yang belum

menggunakan seragam dan diskusi kelompok yang dilakukan masih kurang baik.

Ada satu kelompok yang tidak bisa menampilkan hasil dan bukti diskusi.

Beberapa peserta didik izin untuk tidak dapat mengikuti kegiatan karena cuaca

sedang tidak mendukung.

4. Refleksi

Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, guru melakukan refleksi dengan

menggunakan rekaman video dan hasil rangkuman saran dari dosen serta guru

pamong. Bentuk refleksi yang akan dilakukan antara lain memastikan setiap

peserta didik untuk kompak menjaga kerapian dengan menggunakan seragam

yang sama. Masih ada beberapa bagian dari sintaks PBL yang tidak tampak secara

dominan dan berusaha menyusun rancangan kegiatan yang lebih menarik dari

sebelumnya. Guru harus bisa melakukan koordinasi secara menyeluruh meski

dilakukan secara virtual. Dari hasil evaluasi juga belum mencapai hasil yang

memuaskan. Beberapa peserta didik tidak tuntas karena beberapa faktor, seperti

tidak meyimak dan mengikuti pembelajaran dengan baik, beberapa peserta didik

absen dalam pelaksanaan, dan lalai saat mengumpulkan evaluasi.

3. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa hasil temuan

sebagai berikut:

- Peserta didik terlihat lebih antusias dalam melakukan proses pembelajaran

dengan menggunakan media yang menarik, LKPD yang inovatif dan variatif,

serta model pembelajaran yang sistematis meski hanya secara virtual.

- Ketika minat belajar anak terbangun, maka akan memberikan hasil belajar

yang bagus.

- Problem Based Learning merupakan model pembelajaran kooperatif, namun

bisa terlaksana meski secara virtual jika menggunakan teknik yang sesuai,

sistematis, dan berkesinambungan.

- Sebagai guru abad 21, perlu menguasai pola pembelajaran yang berbeda dan

disesuaikan dengan kemajuan jaman. Kecanggihan teknologi bisa

dimanfaatkan asal mau belajar.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi operasi

penjumlahan dan pengurangan matriks.

Pertemuan 1

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan ini merupakan tahap pertama yang dilakukan penulis,

dalam tahap perencanaan ini penulis melakukan tanya jawab dengan beberapa

peserta didik angkatan sebelumnya tentang materi matriks yang sudah pernah
dipelajari. Persiapan yang dilakukan antara lain menyusun rancangan RPP yang

akan digunakan, mengidentifikasi standar kompetensi, menetapkan indikator,

tujuan pembelajaran, menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran yang akan

digunakan, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), lembar instrumen

pengumpulan data, lembar evaluasi, lembar dokumentasi, serta sarana dan

prasarana yang digunakan dalam pembelajaran siklus II.

2. Tindakan

Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang

merupakan pengimplementasian dari perencanaan tindakan siklus II, pertemuan

pertama dan kedua dilakukan pada hari yang sama tanggal 23 Oktober 2020

selama 4 x 35 menit terhitung dari pukul 13.30 hingga 15.50.

- Kegiatan Awal

Pada kegiatan pembuka dengan menggunakan zoom, guru mengucapkan

salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.

Guru juga menginformasikan hasil dari absensi yang sudah dilakukan,

memberikan motivasi dan mengingatkan peserta didik untuk senantiasa

mematuhi semua protokol kesehatan. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan

dari pembelajaran yang akan dilakukan serta mengulang penjelasan tentang

model pembelajaran yang akan digunakan. Dalam bagian apersepsi, guru

menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari dan kaitannya dengan

beberapa materi sebelumnya. Guru melakukan tanya jawab secara singkat,

peserta didik diberi kesempatan untuk menjawab dan guru memberikan


penguatan. Setelah memastikan semua peserta didik siap untuk belajar, guru

masuk ke dalam kegiatan inti.

- Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menampilkan bahan ajar dan menjelaskan

sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai

diberikan, guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman peserta

didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah operasi

penjumlahan dan pengurangan matriks. Setelah memastikan bahwa mereka

telah memahami materi, anak diberikan LKPD dan guru meminta mereka

untuk bergabung ke dalam kelompok kooperatif yang sudah diberikan. Setiap

kelompok diminta untuk melakukan diskusi aktif melalui kelompok WA

masing-masing atau langsung melalui zoom. Guru melakukan koordinasi

menyeluruh meski secara virtual. LKPD diselesaikan selama 30 menit.

Setelah LKPD selesai dikerjakan, guru meminta setiap kelompok untuk

menampilkan hasil diskusi masing-masing. Kelompok yang akan tampil

dipilih secara random. Kelompok yang belum mendapatkan giliran, diminta

untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.

Guru memberikan apresiasi untuk setiap penampilan kelompok. Pembelajaran

ditutup dengan memberikan evaluasi.

- Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan

rangkuman/kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan

penghargaan kepada semua peserta didik atas partisipasi aktifnya. Guru


memberikan pesan moral dan meminta mereka untuk mampu beradaptasi

terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,

guru mengingatkan materi selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan doa

bersama.

3. Pengamatan

Pada kegiatan siklus II, pertemuan 1 dan 2 dilakukan sekaligus. Pada kegiatan kali

ini terlihat bahwa semua peserta didik sudah menggunakan seragam sekolah

sebagaimana mestinya. Pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru, telah terjadi

interaksi aktif dan diskusi kelompok sudah maksimal. Guru mengingatkan peseta

didik untuk mengaktifkan kamera dan meminta izin jika tidak bisa melakukannya.

Juga mematikan fitur suara (mute) selama guru menjelaskan. Guru bertanya

tentang kesan yang dirasakan peserta didik saat melakukan pola pembelajaran ini.

Pada saat proses evaluasi, peserta didik menyelesaikan tugas tepat waktu. Ada

sanksi yang diberikan jika anak melakukan kelalaian. Sehingga bisa dikatakan

bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL sudah

terlaksana dengan baik pada siklus II. Hal ini bisa terjadi karena waktu dan

kondisi yang mendukung.

4. Refleksi

Setelah proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan proses refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah berjalan. Refleksi dilakukan dengan

memanfaatkan hasil rekaman selama pembelajaran berlangsung. Guru juga

melakukan diskusi dengan dosen dan guru pamong, kemudian melakukan revisi

sesuai masukan dan saran yang diberikan. Dari hasil refleksi yang dilakukan,
semua peserta didik sudah menggunakan seragam sekolah meski pembelajaran

dilakukan secara online. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sudah lebih terlihat step by

step. Pada saat melakukan diskusi, sudah terlihat kerja sama yang baik.

Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru, interaksi dua arah sudah mulai

terlihat dan berjalan secara tertib. Guru juga sudah melakukan penguatan. Dari

hasil evaluasi terlihat bahwa hasil belajar tetap baik dan rata-rata peserta didik

tuntas dalam belajar meski materi terus mengalami kenaikan kesulitan. Baik

secara luring maupun daring, tidak mempengaruhi hasil belajar setiap anak karena

mayoritas mereka memang memiliki kemampuan kognitif yang baik.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Setelah melaksanakan model pembelajaran kooperatif Problem Based Learning

(PBL), guru melakukan evaluasi pada setiap akhir pertemuan. Hasil akhir diperoleh

dengan menjumlahkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 kemudian dibagi

2. Adapun data hasil akhir peserta didik disajikan dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Ketuntasan Belajar
No. Nama L/P Nilai
Tuntas Tidak
1 Aldy Firmansyah L Telat 
Mengumpulkan
2 Amanda Pramitha P Telat 
Ramadhani Mengumpulkan
3 Amanda Siti Azzahra P 90 
4 Amirul Wahid L Telat 
Mengumpulkan
5 Anisah Putri Lubis P 90 
6 Bunayya Putri Meiliani P Tidak 
Mengikuti
7 Dezza Rahmat Ramadhan L Tidak 
Mengikuti
8 Febby Yua Riski L 70 
9 Fitri Meilani P 80 
10 Hilda Afsar P 80 
11 Husi Septhiadewi P 80 
12 Ikhsan Arief Armansyah L 70 
13 Marsenda Putri P 80 
Rahmawati
14 Meily Triani Faridha P 90 
15 Michelle Valentina P 90 
16 Muthia Dwi Rahmadani P 90 
17 Nisfah Haiqa Ramanaduri P 80 
18 Puspita Ningrum P 80 
19 Sri Wulandari P 80 
20 Sulia Fitri Rahmaiza P 80 
21 Syavira Hafis P 80 
22 Tashya Purnama Indah P 70 
23 Ulan Efnasari P 80 
27 Uly Tasya Siahaan P 90 
25 Wan Melisa Novita P 100 
26 Wierya Adithya L 70 
27 Ziva Zazabilla P 100 
Jumlah skor yang diperoleh 1950
Nilai rata-rata peserta didik 72,22
Jumlah peserta didik seluruhnya 27 Telat mengumpukan =
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 9 Nilai yang diperoleh
Jumlah peserta didik tuntas 18 2
Persentase tidak lulus 33,33
Persentase lulus 66,67

Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata peserta didik sudah ≥70 namun masih

belum mencapai KKM sekolah. Masih ada peserta didik yang lalai dalam

menyelesaikan evaluasi sehingga nilai yang diperoleh harus dibagi 2. Dua orang

peserta didik tidak mengikuti pembelajaran, keduanya tanpa keterangan. Persentase

peserta didik yang tuntas baru 66,67%. Tuntas disini berarti tuntas dalam melakukan

semua proses kegiatan hingga pelaksanaan evaluasi tepat waktu.


Karena keaktifan belajar masih rendah sehingga mempengaruhi hasil belajar,

maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.

2. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pembelajaran siklus II masih menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dengan 2 kali pertemuan. Namun untuk siklus II ini, pertemuan 1 dan

2 dilakukan sekaligus selama 4 x 35 menit. Kegiatan yang dilakukan jauh lebih baik

dengan formasi yang lengkap. Hal ini bisa disebabkan karena alokasi waktu yang

panjang selama pelaksanaan. Sehingga, setiap langkah yang disusun bisa terlaksana

tanpa terburu-buru. Kegiatan jauh lebih santai, interaksi lebih terlihat, tanya jawab

bisa dilakukan dan evaluasi yang dikerjakan bisa dikirim tepat waktu. Semua peserta

didik bisa hadir dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Pengambilan evaluasi

dilakukan satu kali dengan memuat semua materi yang dipelajari pada akhir siklus.

Adapun data hasil belajar terlihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
Ketuntasan Belajar
No. Nama L/P Nilai
Tuntas Tidak
1 Aldy Firmansyah L 80 
2 Amanda Pramitha P 80 
Ramadhani
3 Amanda Siti Azzahra P 100 
4 Amirul Wahid L Tidak 
Mengikuti
5 Anisah Putri Lubis P 90 
6 Bunayya Putri Meiliani P 80 
7 Dezza Rahmat Ramadhan L 80 
8 Febby Yua Riski L 90 
9 Fitri Meilani P 80 
10 Hilda Afsar P 80 
11 Husi Septhiadewi P 90 
12 Ikhsan Arief Armansyah L 90
13 Marsenda Putri P 100 
Rahmawati
14 Meily Triani Faridha P 100 
15 Michelle Valentina P 90 
16 Muthia Dwi Rahmadani P 90 
17 Nisfah Haiqa Ramanaduri P 90 
18 Puspita Ningrum P 100 
19 Sri Wulandari P 80 
20 Sulia Fitri Rahmaiza P 80 
21 Syavira Hafis P 90 
22 Tashya Purnama Indah P 90 
23 Ulan Efnasari P 100 
27 Uly Tasya Siahaan P 100 
25 Wan Melisa Novita P 100 
26 Wierya Adithya L 90 
27 Ziva Zazabilla P 90 
Jumlah skor yang diperoleh 2330
Nilai rata-rata peserta didik 86,29
Jumlah peserta didik seluruhnya 27 Telat mengumpukan =
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 1 Nilai yang diperoleh
Jumlah peserta didik tuntas 26 2
Persentase tidak lulus 3,70
Persentase lulus 96,29

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik

mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai peserta didik dari 72,22 di

siklus I meningkat menjadi 86,29 pada siklus II. Hal ini bisa disebabkan oleh

partisipasi yang diberikan oleh semua peserta didik. Hanya 1 orang yang berhalangan

hadir karena menghadiri acara keluarga. Jika keaktifan belajar bisa terlaksana maka

akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat digambarkan pada diagram di bawah

ini:

Grafik 4.1
Perbandingan Peningkatan Nilai Rata-rata dan
Persentase Kelulusan Peserta Didik
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai Persentase Kelulusan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur pada materi matriks meski

dilaksanakan secara virtual memanfaatkan whatsapp dan zoom. Peserta didik tampak

antusias dalam menerima segala pola pembelajaran yang dilakukan. Meski diawal

sempat sulit dikoordinasikan, namun seiring waktu semakin mampu untuk

beradaptasi. Penyusunan perangkat dan ketepatan dalam mengalokasikan waktu,

menjadi kunci dalam keberhasilan sebuah pembelajaran, apapun model pembelajaran

yang digunakan. Diperlukan referensi yang mendukung, agar teori yang akan

diaplikasikan bisa dipraktikkan secara maksimal.

Untuk mengukur keterampilan belajar peserta didik, semua bentuk tugas yang

diberikan akan dikumpulkan dalam satu arsip dan akan dikembalikan kepada setiap

peserta didik menjelang akhir semester.


DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. 209. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bnadung:

Yrama Widya.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open

University Press.
Kusumah, Wijaya,dkk. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta. PT

Indeks.

Mulyatiningsih, Endang. 209. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Muschla, Judith A, dkk. 2009. Pedoman Praktis Tugas-tugas Matematika dengan Aplikasi

kehidupan nyata sehari-hari untuk SD. Jakarta. PT Indeks.

Padmono, Y. 2010. Kekurangan dan Kelebihan, Manfaat Penerapan PTK. Online:

edukasi.kompasiana.com.

Santrock, John W, 2014. Psikologi Pendidikan Edisi 5 Buku 2. Jakarta Selatan. Salemba

Humanika.

Silberman, Mel. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif cetakan ke – 6.

Yogyakarta. Pustaka Insan Madani.

Anda mungkin juga menyukai