BUNGURAN TIMUR
DISUSUN OLEH:
MAYAWATI
201508068725
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Matriks di Masa Pendemi Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur”.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan laporan penelitian ini selesai
tepat waktu. Ucapan terima kasih tak berhingga penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Anggria Septiani Mulbasari, M.Pd., selaku dosen pembimbing dan Ibu Nurjanah,
S.Pd., selaku guru pamong. Terima kasih untuk semua bimbingan dan saran yang diberikan.
Sangat bermanfaat untuk PTK yang saya lakukan. Berkah ilmu dan sehat selalu.
2. Bapak Prihatno Budiriyanto, S.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Bunguran Timur. Terima
kasih untuk segenap izin yang Bapak berikan.
3. Rekan majelis guru dan segenap staff TU di SMAN 1 Bunguran Timur. Disaat salah
seorang rekan memilih menyerah untuk tidak melanjutkan kegiatan karena kurangnya
dukungan dari semua pihak, saya masih bisa berdiri kuat berkat semangat dan pengertian
yang dicurahkan.
4. Suami tercinta, Kusnadi, S.T., terima kasih untuk semua motivasi dan dukungannya, baik
secara moril maupun finansial. Untuk keempat buah hati yang sangat mengerti kondisi
Ibunya, terima kasih untuk kerja samanya. Meski kalian masih kecil-kecil, namun kalian bisa
bersikaf sesuai keadaan. Kalian begitu berharga.
5. Untuk segenap keluarga, mama dan ibu mertua. Terima kasih untuk segenap doa yang tak
terputus.
6. Untuk Bapak Romie Laspiko dan Bu Erine Agustia yang sudah mau direpotkan. Editan
videonya bagus.
7. Untuk segenap rekan mahapeserta didik PPG Matematika angkatan 1 kelas 2. Semoga
silaturahim antara kita tidak terputus.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian tindakan ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua,
Amin Ya Rabbal‘alamin.
Penulis,
M A Y A W A T I, S.Pd.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kehadiran Covid-19 sangat
Virus yang disinyalir mulai mewabah 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei
Tiongkok, menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat, sehingga
WHO menetapkan wabah ini sebagai pendemi global. Bahkan UNESCO menyatakan
bahwa hampir 300 juta peserta didik di seluruh dunia merasakan dampak yang sama. Pola
penguasaan teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana hingga jaringan internet, serta
besaran biaya yang harus diperhitungkan merupakan beberapa faktor yang menghambat
tentang pelaksanaan proses belajar mengajar harus siap dilakukan oleh seluruh
stakeholder pendidikan yang terdiri dari orang tua, guru, sekolah, hingga pemerintah.
Situasi saat ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, mengubah manajemen
cepat. Metode pembelajaran manual dan konvensional saat ini mulai tergantikan dengan
sistem digital daring tanpa dibatasi ruang dan waktu. Secara proses, sebenarnya model
pembelajaran modern ini sudah diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
standar proses dengan prinsip, dari peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari
tahu. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
memecahkan masalah, dan berpikir kritis adalah komponen penting dalam mengukur
yang memacu minat belajar anak serta akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.
suatu negara dewasa ini sangat bergantung dari kemajuan dibidang matematikanya”.
Matriks merupakan bagian dari aljabar. Sekilas materi ini terlihat mudah, namun pada
aplikasinya dalam kehidupan, matriks tidak cukup dipandang sebelah mata. Nyatanya,
tidak semua peserta didik bisa menerima pembelajaran ini dengan baik. Hal ini dapat
terlihat dari hasil belajar yang diperoleh. Sudah menjadi sesuatu yang lumrah dalam
belajar matematika, semakin diakhir level sub materi yang dipelajari akan semakin tinggi.
Maka, titik fokus dan semangat anak dalam belajar akan mengalami penurunan secara
mempelajari materi Program Linier. Pada kondisi tatap muka, materi ini juga bisa
diterima dengan baik oleh peserta didik, terutama kelas MIPA. Hal ini dibuktikan dengan
data hasil belajar 2 tahun terakhir. Kemampuan belajar mengalami ketuntasan. Namun,
pada awal adaptasi pembelajaran daring dengan materi yang sama, ketuntasan belajar
mengalami penurunan. Padahal, kelas yang akan dijadikan subjek penelitian merupakan
salah satu kelas unggulan di SMAN 1 Bunguran Timur. Faktor yang mendominasi
Guru belum menguasai teknik pembelajaran yang akan dilakukan. Diawal kegiatan,
terjadi beberapa perubahan jadwal. Dalam satu kali pertemuan, guru juga harus
pembelajaran yang akan dilakukan, menjadi sebuah tantangan bagi guru dan
membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi dengan baik. Sehingga pada awal
pelaksanaan, banyak bagian dari KBM yang tidak terlaksana secara maksimal. Maka
pembelajaran. Kurangnya motivasi dan semangat dapat terlihat dari pertemuan yang
dilakukan dengan memuat unsur-unsur TPACK. Alasan utama adalah kesulitan signal
dan kuota. Anak juga lebih sulit dikoordinasikan dan tidak terlihat interaksi aktif
secara menyeluruh. Peserta didik yang mau belajar secara daring adalah orang yang
sama dan terbiasa aktif dalam pembelajaran tatap muka. Peserta didik yang cenderung
dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Untuk tugas yang diberikan, beberapa anak
cenderung lalai. Karakter kejujuran juga memberikan tanda tanya besar karena
Penyebaran Informasi dalam Upaya Melindungi Diri dari Bahaya Pendemi Covid -19
yang disiarkan langsung melalui kanal youtube Bakti Kominfo (03/05/20), dikatakan
bahwa tiga kompetensi utama pendidikan harus tetap diberikan meski pembelajaran
dilakukan secara daring yaitu kemampuan guru dalam membimbing peserta didik
agar dapat merdeka dalam belajar, merdeka berkolaborasi, dan merdeka dalam
berkarya.
Kemerdekaan ini yang masih belum bisa terlaksana secara optimal dan menjadi
tantangan terbesar bagi dunia pendidikan. Beberapa orang tua khawatir akan terjadi
pembodohan massal bagi pola pembelajaran yang keliru. Dalam pembelajaran secara
tatap muka, diperlukan berbagai trik khusus agar pembelajaran matematika terasa
secara daring. Diperlukan kretivitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas dan
konsep pembelajaran, agar “Ratu Ilmu” yang bernama matematika bisa diterima dan
Setelah beberapa bulan beradaptasi dengan pola yang baru, diharapkan pada
B. RUMUSAN MASALAH
dalam meningkatkan hasil belajar materi matriks di masa pendemi kelas XI MIPA 2 di
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :
hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika materi matriks di kelas XI
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah “Melalui
penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar
materi matriks di masa pendemi di SMAN 1 Bunguran Timur Kab. Natuna Kepulauan
Riau.”
Beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan, antara lain:
Matriks merupakan materi dengan kategori lumayan mudah, namun tidak semua peserta
didik bisa menerima materi yang diajarkan dengan baik. Terutama untuk materi invers
dan determinan matriks berordo 3 x 3 hingga menentukan variabel dari unsur matriks
1. Bagi peneliti
- Dapat meningkatkan minat yang berpengaruh pada hasil belajar peserta didik
secara daring.
- Peserta didik bisa menerima materi yang diberikan dan berdampak pada
3. Bagi Sekolah
hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif,
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktik. Seseorang
dianggap telah belajar jika telah menunjukkan perubahan perilaku. Dalam belajar,
diperlukan interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah cara yang dilakukan
Pendemi Covid – 19 telah mengubah pola pendidikan hampir diseluruh dunia. Belajar
dalam jaringan (BDR) dipilih sebagai salah satu antisipasi dalam memutus rantai
penyebaran dari virus baru ini. Semua golongan harus beradaptasi dengan segala kondisi.
Melakukan aktivitas pembelajaran dari rumah bukanlah hal yang mudah, terutama
matematika. Selama ini, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Namun,
stimulus dan respon dalam pembelajaran tetap harus terlaksana. Stimulasi yang bisa
diberikan antara lain membuat video pembelajaran matematika yang menarik, membuat
game matematika, mengajak anak untuk mempelajari trik-trik cepat dalam memahami
Belajar matematika dapat diartikan sebagai proses belajar mengenai konsep struktur
dan sistem yang mencakup pola hubungan maupun bentuk yang berkenaan dengan ide
atau gagasan yang hubungannya diatur secara logis. Selain bertanggungjawab dalam
pekerjaan peserta didik, seorang guru harus menjadi fasilitator dan promotor.
total. Pertama, teknik belajar offline berubah menjadi online. Kedua, kegiatan tatap muka
berubah menjadi pembelajaran maya. Ketiga, penyampaian materi dan tugas dilakukan
dengan sarana berbasis teknologi digital. Keempat, adanya perubahan habitat kelas nyata
kemampuan guru dalam mengelola tindakan kelas. Beberapa komponen peran tambahan
dalam memberikan stimulasi pada pembelajaran kooperatif yang bisa dilakukan seorang
- Menyusun dan memonitor kelompok sehingga peserta didik dapat bekerja sama
secara efektif.
- Memberikan penjelasan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan setiap
Setelah berbagai stimulasi diberikan, maka respon peserta didik akan mengimbangi
segala bentuk perubahan, mampu memanfaatkan teknologi dengan maksimal, dan siap
2.1 Media
Media pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai alat bantu dalam proses
daring, teknologi memegang peran utama dan internet hadir sebagai media yang
peran manusia dalam mengoptimalisasi tugas atau proses, memperkuat peran manusia
dalam menyajikan informasi terhadap suatu tugas dan proses, serta merestrukturisasi
tugas dan proses. Kehadiran internet dapat digunakan untuk mengembangkan situasi
Beberapa media yang bisa digunakan dalam pembelajaran dalam jaringan, antara lain:
- Audio Media
Jenis media yang digunakan untuk mengalirkan pesan audio dari sumber pesan ke
penerima pesan. Dalam group whatsapp , bentuk audio media yang bisa
digunakan bisa berupa voice note (pesan suara) atau penyampaian pesan melalui
AZ Screen Recorder.
- Media Visual
diam dan media visual bergerak. Media visual diam yang dapat digunakan dalam
pembelajaran daring antara lain foto, ilustrasi, flashcard, bingkai film, grafik,
bagan, diagram, dan lain-lain. Media visual bergerak dapat berupa gambar-
Merupakan jenis media yang bisa menampilkan suara serta gambar. Tayangan
- Google Form
Aplikasi ini biasa digunakan untuk memberikan evaluasi. Soal yang digunakan
bisa berbentuk pilihan ganda, isian singkat, maupun uraian. Proses mengoreksi
Pemberian absensi, bahan ajar dan LKPD lebih mudah dilakukan melalui grup
WA. Bentuk komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik juga lebih
mudah terlaksana. Penyampaian tugas bisa dilakukan melalui pesan suara (voice
note), file, atau foto. Kelemahannya, guru sulit mengukur kompetensi dan
pemahaman peserta didik. Untuk mengatasi hal ini, digunakan aplikasi pengganti
- Zoom
Zoom dapat digunakan sebagai pengganti tatap muka. Kelebihan aplikasi ini
antara lain bisa menghimpun peserta didik dalam jumlah yang banyak, video yang
dihasilkan berkualitas HD, mendukung banyak platform, bisa berbagi foto, file,
dan video sekaligus. Meski sempat diisukan bahwa penggunaan zoom ini tidak
manfaatnya.
Dari segi tampilan, Google Classroom (GCR) masih terbilang sederhana. Namun,
pembelajaran daring. Kelebihan GCR antara lain sangat mobile friendly untuk
pemula, mudah dalam mengelola tugas yang diberikan, semua file tersimpan
sedemikian rupa. Variasi perlu dilakukan agar pembelajaran tidak monoton dan
menarik. Menciptakan kelas virtual yang menyenangkan adalah kewajiban guru. Jika
minat dan antusias belajar anak terbentuk, maka secara tidak langsung akan
Dengan adanya hasil belajar, guru dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang diajarkan. Hasil belajar berasal dari gabungan kata “Hasil” dan
“Belajar”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, pengertian hasil bisa diartikan
sesuatu yang diperoleh atau didapat dari sebuah usaha. Sedangkan belajar dapat diartikan
sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dalam usaha mendapatkan kepandaian
atau ilmu dan penilaian hasil belajar diwujudkan dalam bentuk raport yang disusun
secara sistematik.
Menurut Purwanto (209, 46), hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif,
Menurut Damyati (2006, 20), hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.
Hasil belajar dapat ditentukan melalui evaluasi dan dapat berupa dampak pengajaran dan
dampak pengiring. Dampak pengajaran bisa diukur secara langsung sedangkan dampak
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasilnya dituangkan dalam bentuk angka atau
nilai melalui proses evaluasi dan tersusun secara sistematik dalam bentuk rapor yang
1. Penilaian sikap
Penilaian sikap lebih ditunjukkan untuk membina perilaku sesuai budi pekerti dalam
b. Sikap sosial (KI – 2) meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri.
2. Penilaian pengetahuan
didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam berbagai
tingkat proses berfikir. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan
dan penugasan.
3. Penilaian keterampilan
sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja,
Penilaian kinerja adalah penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan
proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut
disebut penilaian praktik. Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahap yaitu
- Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian
menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian
proyek setidaknya ada empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu kemampuan
- Portofolio
dokumentasi portofolio dapat digunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk
yang lain dipertimbangkan untuk pengisian rapor peserta didik atau laporan
Hasil belajar memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung. Indikator
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara
b. Perilaku yang diuraikan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh setiap
selama masa pendemi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik disebut faktor internal, sedangkan faktor
a. Faktor Internal
- Faktor Jasmaniah
Menurut Rohman Hikmat dalam Webinar Seminar Daring Nasional Pentingnya
meski melakukan pembelajaran secara daring, tetap diusahakan bangun pagi dan
mandi. Tubuh yang segar akan meningkatkan semangat beraktivitas dan ilmu
yang didapat akan mudah untuk diserap. Penting juga mengatur jadwal
pembelajaran, agar lebih siap dalam mengikuti setiap proses pembelajaran yang
akan dilakukan.
- Faktor Psikologis
kemauan dan bakat. Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
b. Faktor Eksternal
- Faktor Keluarga
3. Memberikan perhatian.
Peran utama lainnya adalah menjadi fasilitator yang baik bagi anak dalam belajar.
- Faktor Sekolah
Selama masa pendemi ini, semua pihak di sektor pendidikan harus keluar dari
autentik seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Donnelly, 2010; Hung, 2009).
Guru mengorientasikan peserta didik ke dalam sebuah masalah dan meminta mereka
berbasis masalah sangat efektif untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan
Ada beberapa ciri-ciri khusus dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem
sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk berbagai situasi
tersebut.
pembelajaran inovatif, STEAM tidak lagi dipandang sebagai sekedar bidang pelajaran
c. Penyelidikan autentik
e. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah akan mudah dilakukan oleh peserta didik secara
berkelompok.
Pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima tahapan yang dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut:
Setiap model pembelajaran yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Tabel
2.2 berikut akan menunjukkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berdasarkan
masalah (PBL).
Matriks adalah kumpulan bilangan yang berbentuk persegi atau persegi panjang yang
disusun dalam baris-baris atau kolom-kolom. Kumpulan bilangan ini ditempatkan dalam
kurung siku atau kurung biasa. Beberapa sub materi yang akan digunakan dalam
a. Definisi Matriks
b. Jenis-jenis Matriks
d. Transpose Matriks
Beberapa materi matriks di atas, termasuk kategori mudah jika dilakukan secara tatap
muka. Namun, menjadi sebuah tantangan jika dilakukan secara online. Dari penelitian ini
akan ditunjukkan bahwa hasil belajar pembelajaran matriks akan tetap baik meski
Berikut ini merupakan beberapa penelitian lain yang relevan dengan permasalahan yang
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosydiah (2018) yang berjudul “Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Akitivitas dan Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas XI IPS 2 Semester Ganjil TP 2018/2019 pada Materi
penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
peserta didik kelas XI IPS 2 MAN 2 Pekanbaru. Peningkatan aktivitas peserta didik dari
kategori kurang di siklus I menjadi kategori baik di siklus II. Pada siklus I, hanya 14
peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar sesuai KKM dengan persentase 60,87%
2. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Erna Novianti, Putri Yuanita, dan
peserta didik. Rata-rata nilai KPMM peserta didik pada siklus I sebesar 70,27 meningkat
menjadi 84,07 pada siklus II. Peningkatan rata-rata nilai KPMM peserta didik juga terjadi
pada setiap indikator KPMM yang meliputi memahami masalah (94,99), merencanakan
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 minggu, terhitung dari bulan Oktober
sampai November 2020. Sedangkan waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bunguran Timur Kabupaten Natuna tahun ajaran
2020 – 2021 yang beralamat di jalan Pramuka nomor 12 Ranai Kota 2979, Kepulauan
Riau.
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menerapkan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt
siklus. Menurut Aqib (209), Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai proses
pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui proses refleksi diri dengan melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
Menurut Kemmis dan Taggart (Padmono, 2010), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial, serta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta
didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah
Karakteristik utama Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi
antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian Tindakan Kelas harus
menunjukkan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secara positif. Jika
dengan tindakan yang dilakukan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan
negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK. Adapun karakteristik yang
yang riil dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan
2. Kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak
Dalam penelitian ini diagendakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus meliputi:
2. Tahapan pelaksanaan tindakan (acting) meliputi segala tindakan yang tertuang dalam
pengumpulan data berupa nilai evaluasi peserta didik setelah mendapatkan tindakan,
4. Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi teman sejawat dan masukan dari para ahli
Refleksi Tindakan
(Reflecting) SIKLUS I (Acting)
Pengamatan
(Observing)
Perencanaan
(Planning)
PERUBAHAN
Tindakan
SIKLUS II
(Acting)
Refleksi
(Reflecting) Pengamatan
(Observing)
Penelitian Tindakan Kelas dapat berjalan dengan baik jika dalam perencanaan dan
1. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, sehingga apapun metode yang akan
2. Menyusun waktu pelaksanaan seefisien mungkin agar metode pengumpulan data yang
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan memperoleh
5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten terhadap prosedur
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian merupakan suatu kedudukan yang dominan karena pada subjek penelitian
itulah data suatu variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Suharsimi Arikunto,
2009). Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur
hasil belajar peserta didik untuk materi matriks dengan menggunakan sistem online.
Data yang dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data tentang proses
pembelajaran, termasuk interaksi guru dengan peserta didik mapun peserta didik sesama
peserta didik yang relevan, sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dan data mengenai hasil
belajar. Sumber data yang utama adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran
Timur dengan jumlah 27 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 21 orang perempuan, karena
merekalah yang akan menampilkan perubahan yang terjadi akibat penerapan tindakan.
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk melakukan penilaian dengan mengadakan pengamatan
secara langsung dan sistematis. Dalam hal ini, penulis melakukan observasi selama
teknologi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kebiasaan dan sikaf peserta didik
selama melakukan pola pembelajaran jarak jauh di masa pendemi yang akan
penilaian teman sebaya. Hal ini dilakukan dengan menimbang bahwa peserta didik jauh
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi rekaman selama kegiatan berlangsung, hasil
LKPD, dan beberapa foto. Dari hasil dokumentasi dapat dijadikan petunjuk dan bahan
3. Tes
Tes adalah sekumpulan pertanyaan, latihan, atau alat lain yang digunakan untuk
Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai
dengan keadaan yang dihadapi saat berhadapan langsung dengan subjek penelitian. Sehingga
1. Rubrik Observasi
Penulis menggunakan lembar pengamatan aktivitas peserta didik dan penilaian teman
2. Pedoman Dokumentasi
Peneliti akan mengumpulkan data dari awal kegiatan berlangsung. Untuk kegiatan
mengaktifkan tombol record dan melakukan foto bersama diakhir kegiatan. Untuk
aktivitas di dalam group WA kelas, beberapa bagian penting dan bisa dijadikan
pendukung dalan penilaian, bisa di screenshot dan diarsipkan. Semua hasil kegiatan yang
3. Soal Tes
Pemberian tes digunakan untuk mengukur kemampuan peseta didik dalam memahami
materi matriks dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur. Alat tes berupa soal-soal yang dibuat oleh
hasil belajar. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat diketahui dengan cara
membandingkan skor individu dengan skor kelompok, yang diperoleh sebelum dan sesudah
mengikuti pelajaran. Analisis data hasil belajar didapat melalui hasil tes. Pada setiap siklus
dilakukan satu kali evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh peserta didik adalah 100,
sedangkan skor rata-rata tes peserta didik dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
x́=
∑x
N x́=¿ nilai rata-rata
∑ x =¿ Jumlah skor
keseluruhan
Jumlah peserta didik
Untuk memudahkan menginterpretasikan hasil belajar, maka data akan disajikan dalam
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur adalah
78,00 maka standar ketuntasan individu dan standar ketuntasan klasikal akan
Secara perorangan (individual) dianggap telah “tuntas belajar” jika daya serap peserta
Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” jika mencapai 80% dari jumlah peserta didik
yang mencapai daya serap minimal 78. Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar (KB)
N Keterangan:
KB= x 100 %
n
KB=¿ Ketuntasan Belajar
N=¿ Banyak peserta didik yang mencapai nilai di atas 78
n=¿ Banyak peserta didik yang mengikuti tes
Selanjutnya ditentukan tingkat penguasaan peserta didik tentang konsep perbandingan,
klasifikasi penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudjono (2001) yang
Angka Kriteria
30 – 39 Gagal
40 – 55 Kurang
56 – 65 Cukup
66 – 79 Baik
80 – 100 Baik Sekali
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Timur Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna dan dilakukan dalam 2 siklus
untuk menentukan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) materi matriks selama masa pendemi dengan menggunakan pola
pemeriksaan tahap studi awal hingga sampai pada siklus II, diperoleh data sebagai
berikut:
Data yang diperoleh dari observasi hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA 2
sejak kelas X hingga sekarang selalu menunjukkan hasil yang bagus. Mereka
termasuk kategori anak yang mau belajar dan berkembang. Hanya beberapa siswa
yang terlihat pasif namun bisa tertutupi dengan semangat belajar dari peserta didik
yang aktif. Untuk materi matriks sejak 2 tahun terakhir dengan kelas yang berbeda
menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar selalu memuaskan. Dari beberapa tanya
jawab yang dilakukan penulis dengan beberapa peserta didik dari angkatan
kemampuan belajar dari kelas subjek sekaligus hasil belajar yang akan diperoleh dari
materi matriks ini meski dilakukan secara online dengan menerapkan pembelajaran
ada beberapa peserta didik yang kesulitan untuk bergabung akibat keterbatasan
signal.
siklus. Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 14 – 19 Oktober 2020 dan siklus II
satu siklus dan alokasi waktu untuk satu pertemuan adalah 2 x 35 menit. Waktu
pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Hari Siklus Waktu
Sabtu, 17 Oktober 2020 07.30 – 08.40
I
Senin, 19 Oktober 2020 07.30 – 08.40
Jumat, 23 Oktober 2020 13.30 – 14.40
II
Jumat, 23 Oktober 2020 14.40 – 15.50
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan ini dilakukan dalam setiap siklus.
Selama pelaksanaan PPL juga dilakukan kegiatan non – mengajar dan dirangkum
Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi definisi
Pertemuan 1
1. Perencanaan
dalam tahap perencanaan ini penulis melakukan tanya jawab dengan beberapa
peserta didik angkatan sebelumnya tentang materi matriks yang sudah pernah
dipelajari. Persiapan yang dilakukan antara lain menyusun rancangan RPP yang
2. Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang
Selama pembelajaran jarak jauh dilakukan, alokasi waktu untuk satu kali
sudah diserahkan terlebih dahulu melalui grup WA kelas. Bahan ajar digunakan
- Kegiatan Awal
salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.
penguatan. Setelah memastikan semua peserta didik siap untuk belajar, guru
- Kegiatan Inti
sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai
didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah Definisi
untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.
- Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan
terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,
bersama.
3. Pengamatan
Pada kegiatan siklus I pertemuan 1 yang dilakukan terlihat bahwa peserta didik
terpusat pada guru, diskusi kelompok belum berjalan secara maksimal, belum
terlihat interaksi aktif antara guru dan peserta didik. Guru tidak menegur peseta
didik yang mematikan kamera tanpa izin pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru juga tidak bertanya tentang kesan yang dirasakan peserta didik
saat melakukan pola pembelajaran ini. Pada saat proses evaluasi, kejujuran setiap
peserta tidak bisa terukur. Beberapa peserta didik bahkan lalai dalam
4. Refleksi
sesuai masukan dan saran yang diberikan. Bentuk-bentuk refleksi yang akan
dilakukan antara lain meminta semua peserta didik untuk menggunakan seragam
lebih ditampakkan terutama saat peserta didik melakukan diskusi. Karena PBL
interaksi antar guru dan peserta didik harus lebih ditingkatkan dan tidak terpusat
menyeluruh kepada guru. Peserta didik harus aktif dalam menemukan dan
menyelesaikan masalah.
Pertemuan 2
1. Perencanaan
siklus I.
2. Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang
- Kegiatan Awal
salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.
penguatan. Setelah memastikan semua peserta didik siap untuk belajar, guru
- Kegiatan Inti
sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai
didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah Jenis-jenis
memahami materi, anak diberikan LKPD dan guru meminta mereka untuk
untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.
- Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan
terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,
bersama.
3. Pengamatan
Pada pertemuan kedua siklus I, kegiatan pembelajaran secara virtual sudah jauh
lebih baik. Guru dan peserta didik sudah mulai terbiasa dalam melakukan proses
kegiatan pembelajaran dengan cara seperti ini. Interaksi antara guru dan peserta
didik sudah lebih terlihat. Namun, beberapa peserta masih ada yang belum
menggunakan seragam dan diskusi kelompok yang dilakukan masih kurang baik.
Ada satu kelompok yang tidak bisa menampilkan hasil dan bukti diskusi.
Beberapa peserta didik izin untuk tidak dapat mengikuti kegiatan karena cuaca
4. Refleksi
menggunakan rekaman video dan hasil rangkuman saran dari dosen serta guru
pamong. Bentuk refleksi yang akan dilakukan antara lain memastikan setiap
yang sama. Masih ada beberapa bagian dari sintaks PBL yang tidak tampak secara
dominan dan berusaha menyusun rancangan kegiatan yang lebih menarik dari
dilakukan secara virtual. Dari hasil evaluasi juga belum mencapai hasil yang
memuaskan. Beberapa peserta didik tidak tuntas karena beberapa faktor, seperti
tidak meyimak dan mengikuti pembelajaran dengan baik, beberapa peserta didik
3. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa hasil temuan
sebagai berikut:
dengan menggunakan media yang menarik, LKPD yang inovatif dan variatif,
- Ketika minat belajar anak terbangun, maka akan memberikan hasil belajar
yang bagus.
bisa terlaksana meski secara virtual jika menggunakan teknik yang sesuai,
- Sebagai guru abad 21, perlu menguasai pola pembelajaran yang berbeda dan
Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi operasi
Pertemuan 1
1. Perencanaan
dalam tahap perencanaan ini penulis melakukan tanya jawab dengan beberapa
peserta didik angkatan sebelumnya tentang materi matriks yang sudah pernah
dipelajari. Persiapan yang dilakukan antara lain menyusun rancangan RPP yang
2. Tindakan
Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan kelas yang
pertama dan kedua dilakukan pada hari yang sama tanggal 23 Oktober 2020
- Kegiatan Awal
salam dan meminta salah seorang perwakilan kelas untuk memimpin doa.
- Kegiatan Inti
sebagian dari gambaran materi yang akan dipelajari. Setelah penjelasan selesai
didik. Sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini adalah operasi
telah memahami materi, anak diberikan LKPD dan guru meminta mereka
untuk menyimak pemaparan dari kelompok penyaji dan lakukan tanya jawab.
- Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru mengajak semua peserta didik untuk melakukan
terhadap pola pembelajaran dan kehidupan di masa new normal. Tak lupa,
bersama.
3. Pengamatan
Pada kegiatan siklus II, pertemuan 1 dan 2 dilakukan sekaligus. Pada kegiatan kali
ini terlihat bahwa semua peserta didik sudah menggunakan seragam sekolah
sebagaimana mestinya. Pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru, telah terjadi
interaksi aktif dan diskusi kelompok sudah maksimal. Guru mengingatkan peseta
didik untuk mengaktifkan kamera dan meminta izin jika tidak bisa melakukannya.
Juga mematikan fitur suara (mute) selama guru menjelaskan. Guru bertanya
tentang kesan yang dirasakan peserta didik saat melakukan pola pembelajaran ini.
Pada saat proses evaluasi, peserta didik menyelesaikan tugas tepat waktu. Ada
sanksi yang diberikan jika anak melakukan kelalaian. Sehingga bisa dikatakan
terlaksana dengan baik pada siklus II. Hal ini bisa terjadi karena waktu dan
4. Refleksi
melakukan diskusi dengan dosen dan guru pamong, kemudian melakukan revisi
sesuai masukan dan saran yang diberikan. Dari hasil refleksi yang dilakukan,
semua peserta didik sudah menggunakan seragam sekolah meski pembelajaran
step. Pada saat melakukan diskusi, sudah terlihat kerja sama yang baik.
Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru, interaksi dua arah sudah mulai
terlihat dan berjalan secara tertib. Guru juga sudah melakukan penguatan. Dari
hasil evaluasi terlihat bahwa hasil belajar tetap baik dan rata-rata peserta didik
tuntas dalam belajar meski materi terus mengalami kenaikan kesulitan. Baik
secara luring maupun daring, tidak mempengaruhi hasil belajar setiap anak karena
(PBL), guru melakukan evaluasi pada setiap akhir pertemuan. Hasil akhir diperoleh
2. Adapun data hasil akhir peserta didik disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Ketuntasan Belajar
No. Nama L/P Nilai
Tuntas Tidak
1 Aldy Firmansyah L Telat
Mengumpulkan
2 Amanda Pramitha P Telat
Ramadhani Mengumpulkan
3 Amanda Siti Azzahra P 90
4 Amirul Wahid L Telat
Mengumpulkan
5 Anisah Putri Lubis P 90
6 Bunayya Putri Meiliani P Tidak
Mengikuti
7 Dezza Rahmat Ramadhan L Tidak
Mengikuti
8 Febby Yua Riski L 70
9 Fitri Meilani P 80
10 Hilda Afsar P 80
11 Husi Septhiadewi P 80
12 Ikhsan Arief Armansyah L 70
13 Marsenda Putri P 80
Rahmawati
14 Meily Triani Faridha P 90
15 Michelle Valentina P 90
16 Muthia Dwi Rahmadani P 90
17 Nisfah Haiqa Ramanaduri P 80
18 Puspita Ningrum P 80
19 Sri Wulandari P 80
20 Sulia Fitri Rahmaiza P 80
21 Syavira Hafis P 80
22 Tashya Purnama Indah P 70
23 Ulan Efnasari P 80
27 Uly Tasya Siahaan P 90
25 Wan Melisa Novita P 100
26 Wierya Adithya L 70
27 Ziva Zazabilla P 100
Jumlah skor yang diperoleh 1950
Nilai rata-rata peserta didik 72,22
Jumlah peserta didik seluruhnya 27 Telat mengumpukan =
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 9 Nilai yang diperoleh
Jumlah peserta didik tuntas 18 2
Persentase tidak lulus 33,33
Persentase lulus 66,67
Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata peserta didik sudah ≥70 namun masih
belum mencapai KKM sekolah. Masih ada peserta didik yang lalai dalam
menyelesaikan evaluasi sehingga nilai yang diperoleh harus dibagi 2. Dua orang
peserta didik yang tuntas baru 66,67%. Tuntas disini berarti tuntas dalam melakukan
Learning (PBL) dengan 2 kali pertemuan. Namun untuk siklus II ini, pertemuan 1 dan
2 dilakukan sekaligus selama 4 x 35 menit. Kegiatan yang dilakukan jauh lebih baik
dengan formasi yang lengkap. Hal ini bisa disebabkan karena alokasi waktu yang
panjang selama pelaksanaan. Sehingga, setiap langkah yang disusun bisa terlaksana
tanpa terburu-buru. Kegiatan jauh lebih santai, interaksi lebih terlihat, tanya jawab
bisa dilakukan dan evaluasi yang dikerjakan bisa dikirim tepat waktu. Semua peserta
didik bisa hadir dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Pengambilan evaluasi
dilakukan satu kali dengan memuat semua materi yang dipelajari pada akhir siklus.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
Ketuntasan Belajar
No. Nama L/P Nilai
Tuntas Tidak
1 Aldy Firmansyah L 80
2 Amanda Pramitha P 80
Ramadhani
3 Amanda Siti Azzahra P 100
4 Amirul Wahid L Tidak
Mengikuti
5 Anisah Putri Lubis P 90
6 Bunayya Putri Meiliani P 80
7 Dezza Rahmat Ramadhan L 80
8 Febby Yua Riski L 90
9 Fitri Meilani P 80
10 Hilda Afsar P 80
11 Husi Septhiadewi P 90
12 Ikhsan Arief Armansyah L 90
13 Marsenda Putri P 100
Rahmawati
14 Meily Triani Faridha P 100
15 Michelle Valentina P 90
16 Muthia Dwi Rahmadani P 90
17 Nisfah Haiqa Ramanaduri P 90
18 Puspita Ningrum P 100
19 Sri Wulandari P 80
20 Sulia Fitri Rahmaiza P 80
21 Syavira Hafis P 90
22 Tashya Purnama Indah P 90
23 Ulan Efnasari P 100
27 Uly Tasya Siahaan P 100
25 Wan Melisa Novita P 100
26 Wierya Adithya L 90
27 Ziva Zazabilla P 90
Jumlah skor yang diperoleh 2330
Nilai rata-rata peserta didik 86,29
Jumlah peserta didik seluruhnya 27 Telat mengumpukan =
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 1 Nilai yang diperoleh
Jumlah peserta didik tuntas 26 2
Persentase tidak lulus 3,70
Persentase lulus 96,29
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai peserta didik dari 72,22 di
siklus I meningkat menjadi 86,29 pada siklus II. Hal ini bisa disebabkan oleh
partisipasi yang diberikan oleh semua peserta didik. Hanya 1 orang yang berhalangan
hadir karena menghadiri acara keluarga. Jika keaktifan belajar bisa terlaksana maka
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat digambarkan pada diagram di bawah
ini:
Grafik 4.1
Perbandingan Peningkatan Nilai Rata-rata dan
Persentase Kelulusan Peserta Didik
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Bunguran Timur pada materi matriks meski
dilaksanakan secara virtual memanfaatkan whatsapp dan zoom. Peserta didik tampak
antusias dalam menerima segala pola pembelajaran yang dilakukan. Meski diawal
yang digunakan. Diperlukan referensi yang mendukung, agar teori yang akan
Untuk mengukur keterampilan belajar peserta didik, semua bentuk tugas yang
diberikan akan dikumpulkan dalam satu arsip dan akan dikembalikan kepada setiap
Aqib, Zainal, dkk. 209. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bnadung:
Yrama Widya.
University Press.
Kusumah, Wijaya,dkk. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta. PT
Indeks.
Alfabeta.
Muschla, Judith A, dkk. 2009. Pedoman Praktis Tugas-tugas Matematika dengan Aplikasi
edukasi.kompasiana.com.
Santrock, John W, 2014. Psikologi Pendidikan Edisi 5 Buku 2. Jakarta Selatan. Salemba
Humanika.
Silberman, Mel. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif cetakan ke – 6.