Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIOETANOL DARI AIR LIMBAH CUCIAN

BERAS MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS


ENZIMATIK DAN FERMENTASI

Eni R., W. Sari, Rosdiana Moeksin*


*Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan
Email : Rosmoeksin@yahoo.co.id

Abstrak

Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, maka kebutuhan pokok berupa beras, yang
merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras menjadi nasi, sebelum dimasak
dilakukan peroses pencucian terlebih dahulu. menghasilkan limbah berupa cucian air beras.Limbah
cucian beras ini yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan bioetanol, masih
mengandung karbohidrat yang dapat dihidrolisa untuk menghasilkan glukosa. Pada penelitian ini, proses
hidrolisis dilakukan penambahkan enzim glukoamilase dengan variabel bebas yaitu 1, 2, dan 3% (v/v)
dengan sampel cucian air beras 1500 ml. Proses fermentasi, dengan variasi waktu fermentasi 2, 4, dan 6
hari, dengan penambahan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 1,5% (v/v), pH fermentasi 4,5; Hasil
penelitian kadar penambahan enzim glukoamilase sebesar 3% (v/v) dan waktu optimum hidrolisis 6 jam
menghasilkan kadar glukosa sebesar 93,02 mg/L. Waktu optimum fermentasi 4 hari yang menghasilkan
kadar etanol sebesar 11,177%

Kata Kunci :beras, bioetanol, enzim glukoamilase, fermentasi, hidrolisis.

Abstract

The increasing growth of Indonesia's population, it will also increase the basic necessities such as rice.
In the processing of rice into the rice, resulting in waste of water washing rice which still contain
carbohydrates that can be hydrolyzed to produce glucose. In this study, the hydrolysis process is carried
out with the addition of glucoamylase independent variables are 1, 2, and 3% (v/v) and the fixed
variables such as washing rice water 1500 ml. In the fermentation process, the independent variable is
the fermentation time is 2, 4, and 6 day. The dependent variable is the addition of Saccharomyces
cerevisiae as much as 1,5% (v/v), fermentation pH of 4.5; and fermentation temperature is room
temperature. The results showed that the optimum levels of glucoamylase is the addition of 3% (v/v) and
the optimum time is 6 hours hydrolysis produces glucose level of 93,02 mg/L. While the optimum
fermentation time is 4 days that produce ethanol content of 11,177%.

Keywords : rice, bioethanol, glucoamylase, fermentation, hydrolysis.

1. PENDAHULUAN jumlahnya terbatas, tidak dapat diperbaharui, dan


tidak ramah lingkungan.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar Bioetanol yang digunakan selama ini
merupakan salah satu jalan pemecahan masalah umumnya diperoleh dari tanaman yang
energi pada saat ini. Penggunaan bioetanol, mengandung karbohidrat seperti tebu, kentang,
selain dapat mengurangi tingkat polusi, juga singkong, dan jagung. Tetapi sekarang telah
dapat menghemat bahan bakar fosil yang

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 14


Beras merupakan makanan pokok yang Sebagai salah satu negara agraris,
dikonsumsi hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia memiliki bahan baku melimpah berupa
Indonesia (>90%), selain itu beras juga berkaitan tanaman yang berpotensi untuk menghasilkan
erat dengan segala aspek budaya (Anonim, etanol.
2004). Bagian terbesar beras didominasi oleh - Bahan bergula atau yang mengandung
karbohidrat amilosa dan amilopektin. Beras juga glukosa (sugary materials) seperti tebu dan
mengandung protein, vitamin, mineral, dan air. sisa produknya (molase, bagase), gula bit,
tapioka, kentang manis, sorgum manis.
Pada proses pengolahan beras menjadi nasi
- Bahan-bahan berpati (starchy materials) juga
beras biasanya dicuci berulang kali hingga
dapat dimanfaatkan, diantaranya ubi kayu,
dianggap bersih. Air cucian tersebut biasanya
jagung, sorgum biji, sagu, tapioka, maizena,
akan langsung dibuang karena dianggap tidak
barley, gandum, padi, dan kentang (Yudiarto
memiliki nilai apapun, namun sebenarnya air
2008).
cucian tersebut masih mengandung karbohidrat,
- Bahan-bahan lignoselulosa (lignosellulosic
protein, dan vitamin B (Moehyi, 1992)
material). Sumber selulosa dan lignoselulosa
Dari kandungan karbohidrat dalam air cucian berasal dari limbah hasil industri kehutanan
beras, maka dapat dihidrolisa untuk (contohnya serat kayu), limbah hasil industri
menghasilkan glukosa. Glukosa kemudian pertanian (contohnya sekam padi, jerami,
difermentasi secara anaerob menjadi bioetanol tongkol jagung, dsb) serta limbah domestik
menggunakan Saccharomyces cerevisiae. berupa sampah organik. Menurut Hidayat
dalam Kusnadi (2009), lignoselulosa
mengandung tiga komponen penyusun utama,
Bioetanol yaitu selulosa (30-50%-berat), hemiselulosa
(15-35%-berat), dan lignin (13-30%-berat).
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi Pembuatan bioetanol dari bahan lignoselulosa
dengan cara fermentasi menggunakan bahan memerlukan empat unit proses utama yaitu :
baku nabati. Bioetanol dapat dibuat dari
biomassa yang mengandung gula, pati, atau a. Pretreatment, untuk memecah ikatan
selulosa yang telah diproses menjadi glukosa. lignoselulosa dan memisahkan lignin
Etanol atau etil alkohol (lebih dikenal dengan dari rantai polimer selulosa dan
alkohol) adalah cairan tak berwarna, mudah hemiselulosa.
menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak b. Hidrolisis, untuk menghidrolisa polimer
karsinogenik. Secara umum, etanol memiliki menjadi monomer.
sifat-sifat sebagai berikut : c. Fermentasi, memfermentasi monomer
menjadi etanol dengan menggunakan
mikroorganisme.
- Nama : Etanol d. Purifikasi, pemurnian etanol dengan
- Rumus molekul : C2H5OH melalui proses distilasi dan dehidrasi.
- Berat molekul : 46,07 gr/grmol (Anuj Kumar Chandel et al dalam
- Densitas : 0,789 gr/cm3 Rahman, 2011)
- Titik didih : 78,4 OC
- Titik nyala : 21 OC
- Titik kritis : 234,4 OC Sifat Fisik dan Kimia Air Cucian Beras
- Titik leleh : 112 OC
- Titik lebur : -114,3 OC Beras merupakan hasil pengolahan padi,
- Tekanan kritis : 63 atm bagian terbesar beras didominasi oleh pati
- Wujud (25 OC) : cair tidak berwarna (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung
- Cp (25 OC) : 0,69 kkal/mol protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron),
- Volatilitas :Mudah mineral, dan air.
menguap/volatil Pati beras tersusun dari dua polimer
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol ) karbohidrat :

 amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang


Fermentasi sendiri adalah peruraian senyawa  amilopektin, pati dengan struktur bercabang
organik menjadi senyawa sederhana dengan dan cenderung bersifat lengket
bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan
energi (Fardiaz, 1987). Dalam kehidupan sehari-hari, proses
pencucian beras akan menghasilkan suatu limbah

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 15


rumah tangga yang dikenal dengan air cucian ditunjukkan pada reaksi 1 dan 2 (Nurdyastuti,
beras. Selama ini limbah air cucian beras tersebut 2008):
belum pernah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pada umumnya saat memasak beras, air (C6H10O5)n  N C6H12O6..............(1)
cuciannya sering sekali dibuang begitu saja oleh selulosa glukosa
masyarakat. Sedangkan seperti yang kita ketahui,
pada air cucian beras mengandung karbohidrat. (C6H12O6)n 2C2H5OH+2CO2 ..............(2)
Zat-zat yang terkandung dalam air cucian beras glukosa etanol karbondioksida.
maka akan menimbulkan aroma yang kurang
sedap (Rahman. A, 1992).
Tabel 1 berikut ini menunjukkan Hidrolisis
komposisi kimia yang terkandung dalam air
Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu
cucian beras. Dapat dilihat bahwa kandungan
senyawa dengan air, ada 4 tipe hidrolisis
terbesar adalah karbohidrat (41,3%).
(Aurand,1973):
Tabel 1. Komposisi Kimia Air Cucian Beras a) . Hidrolisis tanpa katalis
Unsur Kandungan (g) Reagensia Grignard sangat diperlukan
Karbohidrat 41.3 dalam sintesis dehidrolisis dengan cepat dan
Protein 26.6 sempurna oleh air. Asam anhidrat, lactones,
Lemak 18.3 lactides dan yang termasuk anhidrit sebagai
Fosfor 0.029 etilen oksid dengan cepat dihidrolisis hanya
Kalsium 0.019 dengan air, reaksi asetat anhidrat lebih cepat
Besi 0.004 diantara benzoate ataupun ptalat, acetil klorin
Vitamin B 0.0002 lebih cepat terhidrolisis daripada Butyril
bromide.
(Fibria, 2007)

Pembuatan Bioetanol b). Hidrolisis dengan asam


Dari observasi Kirchof, pati dapat
Proses pembuatan etanol secara industri
diubah menjadi glukosa dengan menggunakan
tergantung bahan bakunya. Bahan yang
asam. Branconnot menghidrolisis linen dengan
mengandung gula biasanya tidak atau sedikit saja
asam sulfat dan didapat gula fermentasi.
memerlukan pengolahan pendahuluan. Tetapi
Penggunaan asam dalam hidrolisis akan
bahan-bahan yang mengandung pati atau
mempercepat hidrolisis dari berbagai bahan
selulosa harus dihidrolisa terlebih dahulu
seperti ester, gula dan amida. Penambahan asam
menjadi gula barulah dilakukan fermentasi
dapat mempercepat reaksi, karena asam sebagai
menjadi etanol.
katalisator (ion H+ nya yang diperlukan).
Menurut Nurdyastuti (2008) produksi
Biasanya yang banyak digunakan untuk
etanol/bioetanol (alkohol) dengan bahan baku
hidrolisis adalah asam klorida dan asam sulfat.
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat,
dilakukan melalui proses konversi karbohidrat
c). Hidrolisis dengan basa
menajdi gula (glukosa) larut air.
Hidrolisis dengan basa dapat
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian,
digolongkan menjadi dua macam yaitu:
proses pembuatannya dapat dibedakan
berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan  Hidrolisis dengan basa pada konsentrasi
hidrolisa asam dan hidrolisa enzym. Sedangkan rendah
hidrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat) Dalam hidrolisis ini ion hidroksi merupakan
kurang dapat berkembang, sehingga proses katalisator, seperti ion hydrogen sebagai
pembuatan glukosa dari pati-patian dipergunakan katalisator asam. Reaksi ini berlangsung
dengan hidrolisa enzym. Dalam proses konversi cepat sampai terbentuk reaksi yang
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air diinginkan.
dilakukan dengan penambahan air dan enzym,
kemudian dilakukan proses peragian atau
 Hidrolisis dengan basa konsentrasi tinggi
fermentasi gula menjadi etanol dengan
Hidrolisis basa ini berlangsung menggunakan
menambahkan yeast atau ragi (Nurdyastuti,
soda kaustik secukupnya, dengan tekanan dan
2008).
konsentrasi tinggi.
Reaksi yang terjadi pada proses
produksi etanol/bioetanol secara sederhana

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 16


d). Hidrolisis dengan enzim
Enzim adalah protein yang diproduksi 5. pH (derajat keasaman)
dari sel hidup dan digunakan oleh sel-sel untuk pH merupakan faktor yang mempengaruhi proses
mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik. hidrolisis sehingga dapat dihasilkan hidrolisis
Hidrolisis enzimatis adalah proses pemecahan yang sesuai dengan yang diinginkan. pH yang
polimer menjadi monomer - monomer baik untuk proses hidrolisis dengan asam adalah
penyusunnya dengan bantuan enzim. Enzim 2,3 (Tjokroadikoesoemo,1986).
amilase adalah enzim yang mampu menurunkan
energi aktivasi sehingga dapat mempercepat Proses Fermentasi
pemecahan rantai polimer polisakarida menjadi
monomer gula penyusunnya. Fermentasi adalah proses perombakan senyawa
organik dalam kondisi anaerob atau aerob yang
menghasilkan produk berupa asam organik,
Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis alkohol dan gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan fermentasi yaitu:
reaksi pada proses hidrolisis: 1. Jenis mikroba yang digunakan
1. Katalisator Ada tiga karakteristik penting yang harus
Hampir semua reaksi hidrolisis memerlukan dimiliki oleh mikroba bila akan digunakan dalam
katalisator umtuk mempercepat jalannya reaksi. fermentasi:
Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau a) Mikroba harus mampu tumbuh dengan cepat
asam sebagai katalisator, karena kerjanya lebih dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok
cepat, pada proses hidrolisa pati biasanya dan mudah untuk dibudidayakan dalam jumlah
digunakan asam klorida (Agra dkk,1973;Stout & besar.
Rydberg Jr.,1939. b) Organisme harus memiliki kemampuan untuk
mengatur atau memecah komponen yang
2. Waktu reaksi komplek menjadi zat-zat yang lebih sederhana
Untuk hidrolisis pada temperatur yang rendah sehingga lebih mudah dicerna, dan menghasilkan
biasanya dibutuhkan waktu yang lama. Dengan enzim-enzim esensial dengan mudah dan dalam
waktu yang lama maka hidrolisis akan semakin jumlah besar agar perubahan perubahan kimia
rata dan luas kontak permukaan antara partikel yang dikehendaki dapat terjadi.
dengan cairan semakin tinggi, tetapi apabila c) Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi
waktu terlalu lama maka dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produksi maksimum secara
sebagian glukosa yang terbentuk mengalami komparatif harus sederhana (Desrosier, 1988).
pengurangan, waktu optimum untuk
menghidrolisis pati menjadi gula berkisar 2 jam 2. pH (Derajat Keasaman)
(Groggins,1958). Menurut Prescott dan Dunn (1959), untuk
mendapatkan ph yang optimum (4,0-4,5) dapat
3. Suhu dilakukan dengan menambahkan asam, misalnya
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi asam sitrat, tartarat, atau malat dan bisa juga
mengikuti persamaan Arrhenius. Makin tinggi dengan menambah basa, misalnya KOH. Selama
suhu, makin cepat jalannya reaksi. Untuk fermentasi, ph akan menurun dari ph semula.
mencapai konversi tertentu diperlukan waktu Penurunan ph disebabkan sebagian alkohol
sekitar 3 jam untuk menghidrolisa pati ketela diubah menjadi asam-asam organik.
rambat pada suhu 100°C. Tetapi kalau suhunya
dinaikkan sampai suhu 135°C, konversi yang 3. Suhu
sebesar itu dapat dicapai dalam 40 menit (Agra Mikroorganisme mempunyai temperatur
dkk,1973). maksimal, optimal, dan minimal untuk
pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk
4. Pengadukan Saccharomyces cerevisiae berkisar antara 25-30
o
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan C dan temperatur maksimal antara 35-47 oC.
dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya Beberapa jenis Saccharomyces cerevisiae dapat
pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat hidup pada 11 suhu 0 oC. Temperatur selama
dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena
pengocok. Apabila prosesnya berupa proses alir di samping temperatur mempunyai efek yang
(kontinyu), maka pencampuran dilakukan langsung terhadap pertumbuhan khamir juga
dengan cara mengatur aliran di dalam reaktor mempengaruhi komposisi produk akhir (Fardiaz,
supaya berbentuk olakan. (Agra dkk,1973). 1988)

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 17


4. Oksigen 2. waktu fermentasi (2 hari, 4 hari, dan 6 hari).
Tersedianya oksigen pada fermentasi dapat 3. Penambahan Saccharomyces cerevisiae
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. sebanyak 1,5% (v/v) pH fermentasi sebesar
Jamur mempunyai sifat aerobik (memerlukan 4,5
oksigen), sedangkan khamir bersifat aerobik atau
anaerobik tergantung pada kondisinya. Adanya
oksigen juga dapat memperkecil kadar etanol Pengujian Kadar Glukosa
yang didapat. Bakteri diklasifikasikan menjadi
empat kelompok yaitu aerob obligat (tumbuh jika Pengukuran Volume dan Kadar Bioetanol
persediaan oksigen banyak), aerob fakultatif Setelah Fermentasi
(tumbuh jika oksigen cukup juga dapat tumbuh
secara anaerob), anaerob obligat (tumbuh jika Alat dan Bahan
tidak ada oksigen), dan anaerob fakultatif
(tumbuh jika tidak ada oksigen juga dapat
tumbuh secara aerob) (Gaman and Sherrington,
1992).

5. Makanan (Nutrisi)
Semua mikroorganisme memerlukan nutrien
yang menyediakan energi biasanya diperoleh
dari subtansi yang mengandung karbon. Dalam
banyak keadaan bila konsentrasi nutrien semakin
meningkat, maka suatu daerah penghambatan
substrat akan terjadi. Dalam industri fermentasi
dibutuhkan substrat yang murah, mudah tersedia Gambar 1. Rangkaian Alat Hidrolisis
dan efisien penggunaanya (Thontowi, 2007). Keterangan gambar 1:
Selulosa mulai banyak digunakan sebagai
substrat fermentasi karena mudah didapat dan 1. Labu leher tiga 5. Magnetic stirrer
harganya murah. Sumber selulosa pada 2. Pendingin balik 6. Statif dan klem
umumnya dalam bentuk limbah, misalnya
3. Termometer 7. Waterbath
jerami, bonggol jagung, libah kayu dan sampah
organik. Biasanya penggunaan selulosa sebagai 4. Heater
sumber karbon tidak dapat langsung, tetapi harus
mengalami hidrolisa terlebih dahulu secara kimia
ataupun enzimatik. Glukosa yang dihasilkan dari
hidrolisis selulosa dapat digunakan untuk
memproduksi etanol (Fardiaz, 1988).

Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode Gambar 2. Fermentor (Erlenmeyer)


pemisahan larutan berdasarkan perbedaan titik
didih. Titik didih etanol murni adalah 780C..
Proses distilasi akan meningkatkan kandungan
etanol hingga 95%. Sisa air yang masih ada
dihilangkan dengan proses dehidrasi hingga
kandungan etanol mencapai 99,5% (Yogamina,
2011).

2. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, pembuatan


bioetanol dilakukan melalui proses fermentasi
secara anaerob, hidrolisis enzimatis dan
Gambar 3. Rangkaian Alat Distilasi
fermentasi menggunakan ragi.
1. volume enzim glukoamilase (1% (v/v), 2%
(v/v), dan 3% (v/v)).

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 18


Keterangan gambar 3 : dan 3% (v/v) pada masing-masing sampel. Setiap
1. Labu distilasi 2 jam dilakukan pengukuran kadar glukosa
2. Pendingin dengan cara mengambil 50 ml dan dianalisa
dengan metode loof schoorl.. Kemudian larutan
3. Termometer
didinginkan hingga suhu ruangan.
4. Heater
5. Kompor listrik c. Proses Fermentasi
6. Erlenmeyer - Menambahkan 1,5% (v/v) Saccharomyces
7. Kaki tiga cerevisiae ke dalam 250 ml masing-masing
8. Statif dan klem sampel hasil hidrolisis disertai nutrien
9. Waterbath masing-masing 1 gram urea, KNO3, Na3PO4.
- Melakukan proses fermentasi dengan variasi
Bahan yang Digunakan untuk Percobaan waktu 2 jam, 4 jam, dan 6 jam.
- Air cucian beras dengan cucian air yang - Mendistilasi bioetanol yang diperoleh.
pertama sebanyak 1500 ml - Menganalisa kadar bioetanol menggunakan
- Aquadest Gas Chromatography
- Larutan HCl 1 N
- Larutan Iodium 1 N
- NaOH 1 N 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Ragi tape Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kadar
glukosa hasil hidrolisa air cucian beras
Bahan yang Digunakan untuk Analisa Proses hidrolisis air cucian beras ini
-Sampel yang mengandung etanol: dilakukan dengan metode enzimatik yaitu
secukupnya dengan menggunakan enzim glukoamilase
- Air suling : secukupnya dimana dilakukan variasi penambahan volume
- Indikator amilum 1% : 100 ml enzim yaitu 1%(v/v), 2%(v/v) dan 3%(v/v). Pada
- Kertas Lakmus : secukupnya proses ini, suhu hidrolisis dijaga pada suhu 55
- HCl 36% : 400 ml o
C, kemudian pada setiap 2 jam, 4 jam, dan 6
- KMnO4 : 10 gr jam waktu hidrolisa dilakukan penentuan kadar
- C6H8O7.H2O : 50 gr gula reduksi dengan menggunakan metode luff
- CuSO4.5H2O : 25 gr schorl
- CH3COOH : 5 ml
- NaOH : 60 gr 250
Kadar glukosa (mg/L)

- Na2CO3 : 145 gr 200 3% (v/v)


penambah
- Na2S2O3 : 350 gr 150
- KI : 47 gr an enzim
100
- H2SO4 96% : 250 ml
50 2% (v/v)
0 penambah
Prosedur Penelitian
an enzim
2 4 6
a. Penyiapan bahan baku
Beras seberat 3000 gram ditambahkan dengan air Waktu hidrolisa (jam)
sebanyak 3500 ml kemudian diaduk merata
untuk diambil air cucian berasnya, air cucian Gambar 4. Grafik hubungan waktu hidrolisa
beras yang diambil yaitu pada cucian yang terhadap kadar glukosa
pertama sebanyak 3000 ml.
Dari gambar 4, diketahui pada
b. Hidrolisis Air Cucian beras konsentrasi penambahan enzim 1%(v/v) untuk
Air cucian beras sebanyak 3000 ml dimasukkan masing-masing waktu hidrolisa, kadar glukosa
ke dalam labu ukur 1 liter yang kemudian meningkat per dua jamnya. Hal tersebut juga
ditambahkan dengan HCl 1 N hingga mencapa terjadi pada tiap-tiap penambahan enzim 2%(v/v)
kondisi pH 4.5 dan diaduk agar larutan menjadi dan 3%(v/v) yaitu kadar glukosa mengalami
homogen lalu dimasukkan ke dalam labu leher kenaikan untuk per dua jamnya. Sedangkan hasil
tiga, menggunakan alat hidrolisis seperti pada kadar glukosa tertinggi yaitu pada penambahn
gambar 2. Larutan dipanaskan hingga suhu 60oC. enzim glukoamilase 3%(v/v) dan waktu
Setelah kondisi operasi terjaga pada pH dan suhu hiodrolisa 6 jam yaitu 93,02 mg/L Semakin
tersebut, dilakukan penambahan enzim tinggi suhu, maka semakin naik laju reaksi
glukoamilase dengan variasi 1% (v/v), 2% (v/v),

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 19


kimia, baik yang tidak dikatalis maupun yang 8
dikatalis oleh enzim. Hal ini disebabkan proses
7

Kadar bioetanol (%)


hidrolisa yang terjadi pada hidrolisis enzim
cenderung memerlukan waktu yang lama karena 6
5 2 jam
suhu hidrolisis hanya berkisar antara 50-60oC
sehingga kerja enzim cukup lamban dalam 4 hidrolisa
perannya sebagai katalisator dalam proses 3 4 jam
pemecahan gula. merupakan suhu yang rendah 2 hidrolisa
dalam proses hidrolisis yang menyebakan 1
hidrolisa enzim memerlukan waktu yang cukup 6 jam
0
lama dalam proses pemecahan pati menjadi hidrolisa
glukosa. Adapun reaksinya adalah : 0 5 10
glukoamilase waktu fermentasi (hari)
C6H10O5 + H2O C12H22O11
Gambar 6. Grafik hubungan waktu fermentasi
terhadap persen kadar bioetanol pada
Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar penambahan 2% enzim glukoamilase
bioetanol
Dari gambar 6 tampak bahwa pada 6
5 jam waktu hidrolisa dan 4 hari fermentasi
Kadar bioetanol(%)

4 menghasilkan persen kadar bioetanol tertinggi


3 yaitu 6,678% sedangkan pada 2 jam waktu
2 2 jam hidrolisa
hidrolisa dan 2 jam waktu fermentasi
1 menghasilkan persen kadar bioetanol terendah
4 jam hidrolisa
0 yaitu 2,099%.
6 jam hidrolisa
0 5 10
waktu fermentasi (hari) 12
Kadar bioetanol (%)

10
Gambar 5. grafik hubungan waktu fermentasi
terhadap persen kadar bioetanol pada 8 2 jam
penambahan 1%(v/v) enzim glukoamilase 6 hidrolisa

Gambar 5 memperlihatkan bahwa 4 4 jam


semakin lama waktu hidrolisa makan akan hidrolisa
2
dihasilkan persentase kadar bioetanol yang 6 jam
semakin tinggi pada masing-masing waktu 0
hidrolisa
hidrolisa. a suhu sekitar 37oC. Di dalam proses 0 5 10
fermentasi terjadi proses perubahan glukosa
menjadi etanol dan CO2. waktu fermentasi (hari)
Dari grafik, menunjukkan 6 jam waktu
hidrolisa dan 4 hari waktu fermentasi Gambar 7. Grafik hubungan waktu fermentasi
menghasilkan persen kadar bioetanol tertinggi terhadap persen kadar bioetanol pada
yaitu 4,038% sedangkan pada 2 jam waktu penambahan 3% enzim glukoamilase
hidrolisa dan 2 hari fermentasi menghasilkan
persen kadar bioetanol terendah yaitu 0,234%. Dari gambar 7 tampak bahwa pada 6
jam waktu hidrolisa dan 4 hari fermentasi
menghasilkan persen kadar bioetanol tertinggi
yaitu 11,179% sedangkan pada 2 jam waktu
hidrolisa dan 2 jam waktu fermentasi
menghasilkan persen kadar bioetanol terendah
yaitu 3,535%.

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 20


12 Enzim-Enzim. Diambil 17 Maret 2014
dari http://akademik.che.itb.ac.id
10 1%(v/v)
kadar bioetanil (%)
Fardiaz, S. 1987. “Fisiologi Fermentasi” Bogor.
penambaha Pusat Antar Universitas IPB.
8
n enzim Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986.
6 glukoamilas “Organic Chemistry”. Third Edition,
4 e California.Wadsworth, Inc.
Fogler, Scott H, 1992, “Elements of Chemical
2 2%(v/v)
Reaction Engineering”, University of
penambaha Michigan, USA.
0 n enzim Gaman, P. M, Dan K. B. Sherrington. ,1992.
2 4 6 glukoamilas “Ilmu Pangan”. Yogyakarta.Gadjah
e Mada University Press.
Waktu hidrolisa (jam)
Hervina T., O., Sri Sumiyati, ST, M.Si., Ir.,
Endro S., MS., 2013. “Pemanfaatan
Gambar 8.. Histogram rata-rata konsentrasi Limbah Air Cucian Beras sebagai
etanol pada 4 hari fermentasi Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Padat
Secara Fermentasi oleh Saccharomyces
4. KESIMPULAN cerevisae”.Universitas Diponogoro.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, Semarang.
dapat disimpulkan bahwa : Hidayatullah, Rahmat. 2012. Pemanfaatan
Limbah Air Cucian Beras sebagai
1. Waktu hidrolisa yang lama dan Substrat Pembuatan Nata De Leri
penambahan enzim glukoamilase sebagai dengan Penambahan Kadar Gula Pasir
katalis dalam proses hidrolisa air cucian dan Starter Berbeda. Universitas Islam
beras dapat meningkatkan kadar glukosa Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta
yaitu pada 3%(v/v) penambahan enzim Moehyi, Sjahmien. 1992. Makanan Institusi dan
glukamilase dan 6 jam hidrolisa Jasa Boga. Bhratara : Jakarta
menghasilkan kadar glukosa 93,02 mg/L Kaswinarni, Fibria,.2007.”Kajian Teknis
2. Waktu optimum fermentasi cucian air beras Pengolahan Limbah Padat dan Cair
adalah 4 hari yang menghasilkan kadar Industri Tahu”. Tesis. Semarang.
etanol 11,177%. Universitas Dipenogoro.
Groggins, P H.,1958.”Unit Processes in Organic
DAFTAR PUSTAKA Synthesis”.Fifth
Agnes, K.,N, Lazuardy R.,Z. Hargono.,2013. edition.Kogakusha;Mc.Graw Hill Book
“Pembuatan Bioetanol Grade Co,Inc.
Bahan Bakar dari Bahan Baku Umbi Narita, V. 2005. “Saccharomyces cerevisiae
Gadung Melalui Proses Fermentasi dan Superjamur yang Memiliki Sejarah
Distilasi-Dehidras”i. Jurnal Teknologi Luar Biasa”, Harian Kompas KCM,
Kimia dan Industri, Vol. 2, Ilmu Pengetahuan, Rabu 21
No.3, Hal. 163-169. Sepetember 2005.
Agra,I.B.,Wamijati,S.,Rijadi,R.S.,1969.”Hydroly Rachman., F. Didik H., Slamet P., 2012,
sis of Sweet Potato Starch at “Pengaruh Waktu Fermentasi Adsorben
Athmospheric Pressure”,Research dalam Pembuatan Bioetanol Fuel Grade
Journal,2,B-series,35-44. dari Limbah Pod Kakao”, Jurnal
Agra, I.B.,Wamijati,3.,dan Pujianto, Teknologi Kimia dan Industri, Vol 1,
B.,1973.”Hidrolisa Pati Ketela Rambat No. 1.
pada Suhu Lebih dari 1000C”, Rahman, Ansori,1992. “Teknologi Fermentasi
Forum Teknik,3,115-129. Industrial: Produksi Metabolit
Aurand, L.W and A.E. Woods,1973. “Food Primer”. Bandung; Penerbit Arcan.
Chemistry”. The AVI Publishing Sitorus, Marham. 2008. “Kimia Organik Fisik”.
Company, Inc. Westport, Connecticut. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Cheetam, D., A., 1992, Solid State Compound, Tjokroadikoesoemo, P. Soebijanto, 1986. “HFS
Oxford university press, 234-237 dan Industri Ubi Kayu Lainnya”. PT
Desrosier, N. W., 1988. “Teknologi Pengawetan Gramedia : Jakarta
Pangan”. Jakarta. UI-Press.
Dewi, Retno G. Pengolahan Pati Menjadi Sirop
Glukosa Melalui Hidrolisis

Junral Teknik Kimia No.1, Vol. 21, Januari 2015 Page 21

Anda mungkin juga menyukai