Orkestra adalah kelompok musisi yang memainkan alat musik bersama. Mereka
biasanya memainkan musik klasik. Orkestra yang besar kadang-kadang disebut
sebagai “orkestra simponi”. Orkestra simponi memiliki sekitar 100 pemain,
sementara orkestra yang kecil hanya memiliki 30 atau 40 pemain. Jumlah pemain
musik bergantung pada musik yang mereka mainkan dan besarnya tempat mereka
bermain.
Orkestra adalah sebuah grup yang terdiri dari musisi-musisi yang memainkan alat-
alat musik. Dalam Yunani kuno, orkestra berarti area antara tempat duduk penonton
dan panggung, yang digunakan oleh penyanyi koor dan pemain musik. Kata
orchestra dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai tempat menari. Di beberapa
teater, istilah orchestra merujuk ke tempat-tempat duduk di depan panggung, atau
yang sering disebut dengan primafila atau platea. Tetapi istilah ini lebih tepat disebut
dengan panggung atau aula konser.
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok da Mesir ada musik
yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan
Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi
musik Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya
pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai
pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh
berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan
pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel.
Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19,
rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan
musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada
permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi
pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik
Ekspresionistis.
Musik sudah ada sejak Zaman purbakala dan dipergunakan sebagai alat untuk
mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Perubahan sejarah musik terbesar terjadi
pada abad pertengahan,disebabkan terjadinya perubahan keadaan dunia yang
makin meningkat. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan,
tetapi dipergunakan juga un tuk urusan duniawi
PERKEMBANGAN MUSIK DUNIA TERBAGI DALAM ENAM ZAMAN :
Lahir tanggal 21 Maret 1685 di Eisenach Jerman, meninggal tanggal 28 Juli 1750 di
Lipzig Jerman. Hasil karyanya yang amat indah dan terkenal:
Pada akhir hidupnya Sebastian Bach menjadi buta dan meninggal di Leipzig
Water Musik dan Fire Work Music merupakan Orkestranya yang paling terkenal. Dia
meninggal di London dan dimakamkan di Westminster Abbey.
4. Zaman Klasik (1750 – 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok
dan Rokoko.
Lahir di Rohrau Austria, ia meninggal tanggal 31 Mei 1809 di Wina Austria. Karya
ciptaannya yaitu : Sonata Piano, 87 buah kuartet, 24 buah opera, 100 buah simfoni,
yang paling terkenal adalah The Surprisse Sympony. Dalam sejarah musik, Joseph
Haydn termashur sebagai Bapak Simfony yang mewujudkan bentuk orkes dan
kuartet seperti yang kita kenal sekarang. Di Wina ia diakui sebagai Komponis Austria
yang handal.
Musik romantic sangat mementingkan perasaan yang subyaktif. Musik bukan saja
dipergunakan untuk mencapai keindahan nada-nada, akan tetapi digunakan untuk
mengungkapkan perasaan. Oleh karena itu, dinamika dan tempo banyak dipakai.
Komponis-komponis pada Zaman romantic adalah :
Lahir Desember 1770 di Bonn Jerman, ia meninggal tanggal 26 Maret 1827 di Wina
Austria. Ia menamakan dirinya sebagai Pujangga Nada. Sejak usia 4 tahun dia
belajar musik dibawah asuhan ayanhnya. Pada usia 17 tahun ia pergi ke Wina
menemui komponis Mozart, kemudian Mozart memberi bimbingan musik
kepadanya, sehingga ia dapat menjadi pemain musik yang baik danm komonis yang
berbakat. Pada usia 30 tahun pendengarannya mulai berkurang, dan usia 50 tahun
pendengarannya tuli sama sekali. Pada waktu ciptaannya Ninth Symphonies lahir, ia
tidak mampu lagi mendengarkan hasil karyanya itu. Pada tanggal 26 Maret 1827, dia
meninggal di Wina. Ia hidup dengan sangat menderita, tetapi mampu menciptakan
Sonata dunia yang paling indah. Hasil ciptaannya antara lain :
– 32 sonata piano.
Lahir 7 Mei 1883 di Hamburg Jerman, ia meninggal 3 April 1897 di Wina Austria.
Hasil ciptaannya : Hungarian Dance, Muskoor Ein Deusches Requiem, Kuartet
gesek.. paa usia 14 tahun ia telah menjadi pianis yang baik. Dia adalah seorang
komponis terakhir dari aliran Romantik, karyanya sangat indah.
Musik pada Zaman ini tidak mengakui adanya hokum-hukum dan peraturan-
peraturan, karena kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, misalnya
penemuan dibidang teknik seperti Film, Radio, dan Televisi. Pada masa ini orang
ingin mengungkapkan sesuatu dengan bebas.
Komponis-komponis pada Zaman Modern :
6.mendengarkan musik klasik sebelum tidur dapat membuat tidur lebih nyenyak.
8.Penelitian telah membuktikan bahwa tanaman akan tumbuh lebih cepat bila
mendengarkan musik klasik.
Jadi,ada baiknya kita sering-sering mendengarkan musik klasik mulai dari sekarang..
1. Violon (Biola)
10. Harpa
12. Organ
Idiophone:
1. Cymbal
2. Hat
3. Splash Plate
4. Gong
6. Maracas
Membranophone:
Aerophone:
1. Set Terompet [Bass Sax, Tenor Sax, Terompet, Harmonika 2 oktaf]
2. Akordeon
3. Flute
4. Clarinet
Hubungan yang seperti ini mengandalkan perasaan sebagai modal utamanya.Hal ini
dapat diamati apabila komunitas orkestra sedang beristirahat disela-sela latihan,
seseorang melontarkan joke maka yang lain segera menimpali secara spontan
dengan joke yang lebih menggigit pula.
Dalam acara pentas musik orkestra beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
adalah:
(1) Pementasan musik orkestra memiliki karekteristik susunan acara yang khusus,
biasanya ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu orkestra tampil sendiri
sebagai satu kelompok musik orkestra membawakan repertoar klasik atau komposisi
tertentu, dan hal lainnya adalah kelompok musik orkestra mengiringi artis vokal atau
permainan solo instrumen.
(2) Pembawa acara untuk program ini sangatlah penting untuk menghidupkan
suasana yang tidak bisa digantikan fungsinya oleh multimedia, tetapi klasifikasi
pembawa acara untuk pentas ini adalah semi formal dan smart elegance, tidak boleh
terlalu formal tetapi juga tidak terlalu bebas, yang penting memiliki kemampuan
berbahasa inggris yang cukup, karena akan banyak menyebut judul repertoar asing
dan nama komposernya yang mayoritas berasal dari Eropa, pentas musik orkestra
biasanya sangat memerlukan seorang pembawa acara sebagai pengantar untuk
musik yang akan ditampilkan. Penyebutan harus secara berurutan yaitu judul
repertoar, karya siapa, atau re- aransemen oleh siapa. Penampilan pentas musik
orkestra ada tiga jenis yaitu konser klasik, pop konser dan kombinasi antara
keduanya. Untuk pentas konser musik klasik biasanya memainkan repertoaratau
komposisi klasik standar karya musik para maestro masa lampau atau bisa juga
karya komposer baru, durasi repertoar relatif agak panjang, satu repertoar bisa
mencapai lima belas menit dan durasi pentas mencapai sembilan puluh menit, terdiri
dari dua sesi pementasan dan selalu ada intermission/break ditengahnya sekitar dua
puluh menit.
Untuk pop konser seluruh repertoar adalah lagu-lagu pop yang diaransemen dengan
orkestra musik, sebenarnya ini tergolong pentas musik pop biasa dengan tampilan
artis-artis yang diiringi kelompok musik orkestra, dan tidak perlu dibagi dalam dua
sesi. Untuk pentas kombinasi klasik dan pop, sebaiknya di bagi dalam dua sesi
untuk memberi kesempatan kepada para penonton ketika memasuki dua jiwa musik
yang memerlukan apresiasi berbeda. Pemilihan repertoar musik klasik dan pop
diupayakan yang memiliki durasi lima sampai enam menit dan dipilih yang memiliki
tempo cepat, missalnya march, waltz, soft rock dan lain sebagainya.
Pada akhir pentas khususnya konser musik klasik, ada tradisi yang disebut
“outstandingovation” yaitu adegan dimana para penonton bertepuk tangan panjang
sambil berdiri, ini pertanda kelompok musik orkestra tersebut diminta tampil lagi
untuk memberi bonus penampilan kepada penonton yang sering disebut dengan
“encore”. Dan yang tidak kalah pentingnya pada pentas musik orkestra adalah
memanggil kondukter sebelum tampil yaitu setelah pemain musik siap diatas
panggung, para pemain musik biasanya berdiri memberi hormat kepada konduktor.
Musik orkestra berkembang pertama sekali terjadi pada zaman Barok (1720), pada
saat itu orkestra dalam bentuk sederhana sudah mulai terbentuk. Susunan
instrumentasinya terdiri dari: untuk instrumen gesek: enam biola, tiga viola, dan dua
cello. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman Barok ini adalah menggunakan continuo
(instrumen harpsichords dimana suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus).
Kemudian berkembang lagi masuk ke zaman Klasik (1790), pada saat itu susunan
instrumentasinya mulai ada penambahan sedikit dari zaman Barok yang terdiri dari:
empat belas biola, enam viola, empat cello, dua double bass, dua pemain untuk
flute, dua pemain untuk oboe, dan dua pemain untuk klarinet. Penambahan
instrumen yang dipakai antara lain: digunakannya instrumen trompet, timpani dan
french horn walaupun masih jarang dipakai. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman
Klasik ini adalah tidak menggunakan continuo (instrumen harpsichords dimana
suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus), tetapi instrumen harpsichord di ganti
dengan instrumen gesek yang lebih besar lagi.
New York Phillharmonic Orchestra adalah orkestra simfoni tertua di Amerika Serikat
yang didirikan pada tahun 1842, berpusat di New York City. Orkes ini memainkan
sebagian besar konsernya di Avery Fisher Hall. New York Phillharmonic telah lama
dianggap sebagai salah satu orkestra terbaik di dunia. Pada bulan Desember 2004,
orkes ini mencatat rekor dengan lebih dari 14.000 kali pertunjukkan. Sejak tahun
2002, New York Phillharmonic dipimpin oleh direktur musik Lorin Maazel yang akan
mengakhiri tugasnya pada 2008-2009 kemudian pada 2009-2010 Maazel digantikan
oleh kondukter Alan Gilbert.
Pada tahun 1957 Helmut Calgeer mendirikan orkes kamar Tubingen (Tubinger
Kammerorchestra) dengan tujuan menjalin, memelihara, dan memperdalam
hubungan persahabatan dengan universitas-universitas asing dan organisasi
pemuda. Saat ini orkestra tersebut memiliki tujuh puluh orang pemusik, lima belas di
antaranya sudah pernah manggung di Jakarta. Sejak berdirinya orkestra ini telah
banyak mengundang ansamble asing ke televisi Bingen dan mereka sendiri dengan
dukungan dari kementerian luar negri Jerman: Goethe Institute telah mengadakan
konser dilebih dari sembilan puluh negara di lima kontinen, dibawah pimpinan Gudni
A Emilsson, orkestra ini juga pernah tampil di Jakarta pada tahun 2003 dalam
rangka pembukaan gedung teater Goethe Institute.
Tidak jarang juga ada chamber classical music menggunakan piano, kebiasaan ini
berkembang sejak zaman Baroc sampai romantic, sementara pada zaman klasik
modern biasa dilaksanakan di gedung yang luas dengan ribuan penonton.
Universitas Sumatera Utara
Francis Drake mendarat di pantai Selatan Jawa yang menulis di dalam buku
perjalanannya yang mengatakan bahwa musisi kapal telah memainkan musik untuk
seorang raja dan raja tersebut membalas dengan permainan musiknya. Musisi kapal
tersebut terdiri dari satu orang pemain trompet dan empat orang pemain instrumen
gesek. Trompet merupakan instrumen yang paling penting di kapal yang digunakan
sebagai tanda-tanda penghormatan. Kemudian musik juga dibawa oleh pedagang-
pedagang Portugis yang dimainkan oleh para budak-budak kapal yang terdiri dari
orang-orang India, Afrika, dan Asia Tenggara.
Di sebabkan adanya krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun
1998 sehingga membuat keterpurukkan diberbagai bidang, termasuk kelangsungan
hidup musik orkestra itu sendiri. Jadwal kegiatan konser musik orkestra oleh Twillite
Orkestra berkurang drastis dari lima kali mengadakan konser selama setahun
menjadi satu kali saja dalam setahun.
Orkestra sudah ada di Indonesia sejak tahun 1918. Antara tahun 1922 sampai 1980
orkestra mengalami masa pasang surut. Pada periode 1980 sampai 1990 sejarah
mencatat orkes simponi Institut Seni Indonesia (ISI) dengan kondukter Yazeed
Djamin. Pada tahun 1990-an sampai saat ini Addie MS dengan Twillite Orchestranya
tampil sebagai orkestra garda depan. Musik orkestra bukan saja indah secara
artistik, tetapi juga perlu dan berguna. Di luar negeri musik orkestra dimanfaatkan
sebagai alat diplomasi budaya. Di samping itu perkembangan musik orkestra juga
merupakan salah satu pertanda kemajuan suatu bangsa.
Bila kita melihat kembali ke masa Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun
1945 saat itu belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang musik
orkestra. Musik orkestra merupakan salah satu bentuk adaptasi dari budaya Barat
atau dapat dikatakan sebagai suatu warisan. Pada masa-masa awal kemerdekaan
Republik Indonesia, dunia perpolitikan dan perekonomian Indonesia masih belum
stabil, roda pemerintahan belum dapat berjalan dengan baik, dan pada saat itu pula
musik orkestra belum mengalami perkembangan yang cukup berarti. Jangankan
untuk membentuk musik orkestra, hanya untuk bisa makan saja pada waktu itu
sangatlah susah, dan juga tidak semua rakyat Indonesia bisa mengecap manisnya
dunia pendidikan, karena pada saat itu yang bisa bersekolah hanyalah anak-anak
yang orang tuanya berkemampuan ekonomi tinggi. Jadi bisalah dikatakan bahwa
pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia musik orkestra belum
menunjukkan perkembangan yang berarti. Setelah memasuki era tahun 1970-an
maka aktifitas musik orkestra mulai berjala
Musik orkestra mulai mengalami perkembangan ketika beberapa pemuda-pemudi
Indonesia kembali ke tanah air setelah menjalani pembelajaran musik di luar negeri.
Hal ini tentunya memiliki pengaruh yang sangat besar, karena musisi tersebut dapat
mempelajari perkembangan yang ada di luar Indonesia dan mencoba
mengembangkan musik yang ada di Indonesia, Perkembangan tersebut tentunya
didukung oleh tokoh-tokoh musik yang mengenyam pendidikan musik Barat di
Indonesia.
Salah satu tokoh yang memiliki peran besar dalam perkembangan musik orkestra di
Indonesia adalah Amir Pasaribu. Melalui tokoh ini, musik orkestra di Indonesia mulai
mencapai titik terang dan terus mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Hal
tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah peminat yang mempelajari alat
musik yang terdapat di sebuah orkestra. Seiring dengan perkembangan jaman peran
pemerintahpun sangat diharapkan untuk menyebarluaskan musik orkestra kepada
masyarakat melalui dimasukannya pendidikan musik sejak dini di sekolah-sekolah
umum.
Orkes simfoni Jakarta (OSJ) sudah pernah tampil di auditorium Radio Republik
Indonesia (RRI) pada tanggal 27 Januari 201033, setelah bertahun-tahun tidak
mampu tampil akibat keterbatasan dana, maka direktur utama lembaga penyiaran
publik (LPP-RRI) Parni Hadi berkomitmen bahwa tidak boleh RRI sampai tidak
mempunyai orkes simponi. Penampilan kembali OSJ bertepatan dengan
diresmikannya Auditorium Jusuf Ronodipuro, beliau adalah salah satu pendiri RRI
dan juga pembaca teks proklamasi berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia
yang didapatnya dari kantor berita Antara.
Untuk setiap penampilan di Auditorium RRI sendiri diperlukan biaya sekitar tiga ratus
juta rupiah, sedangkan jika OSJ ini tampil di tempat lain maka biaya setiap
penampilan bisa mencapai lima ratus juta rupiah. Waktu yang di butuhkan untuk
setiap penampilan berkisar dua hingga tiga jam. OSJ ini di bawah pimpinan
kondukter Amir Katamsi, para pemain musik adalah karyawan RRI itu sendiri,
sehingga tugas mereka sehari-hari hanyalah bermain musik. OSJ pada penampilan
perdananya membawakan lagu-lagu yang tidak terlalu berat sehingga mampu
menarik minat para pendengar yang berjumlah tiga ratus lama puluh orang
Kemudian ada lagi orkestra yang cukup terkenal pada era tahun 1960-an yaitu
Chandra Kirana Orchestra adalah orkestra lengkap pimpinan Diah Iskandar yang
merupakan musisi yang setia pada musik orkestra, dan sampai pada saat ini masih
aktif menyanyi dan bahkan giat mencari bibit-bibit baru buat penyanyi orkestra.
Chandra Kirana orchestra merupakan pendamping orkes studio Jakarta (OSJ)
dalam program siaran Radio Republik Indonesia (RRI). Diah Iskandar mencoba
untuk menghidupkan kembali kejayaan Chandra kirana Orchestra pada era tahun
1960-an yang pada saat itu dibawah pimpinan ayahnya sendiri. Chandra Kirana
Orchestra juga mengisi acara TVRI dibawah pimpinan Elfa Secioria, seorang musisi
muda terkenal pada saat itu. Sekarang ini orkestra di Indonesia hanya ada dua yaitu:
Magenta Orchestra pimpinan Andi Rianto dan Twillite Orchestra pimpinan Addie MS.
Pada bulan Februari 2010, Jakarta Chamber Orchestra (JCO)34 telah melakukan
pertunjukkan kuartet biola berkolaborasi dengan pemain biola asal Belanda yang
tergabung dalam viola quartet di gedung pusat perfilman Usmar Ismail kuningan
dengan kondukter Avip Priatna. Sebanyak dua puluh lima musisi dari JCO
mengiringi penampilan kuartet biola Belanda tersebut. Karya musik klasik yang
dibawakan cukup beragam mulai dari Zaman Baroc hingga kontemporer diantaranya
karya G. F. Handel, G.P.Telemann, Onnokrijn serta karya musisi klasik dari
Indonesia yaitu Haryo Soejoto.
Eksistensi selama lebih dari sepuluh tahun TO sejak berdiri dari tahun 1991 dapat
terwujud berkat peran dan dukungan Indra U. Bakrie sebagai patner dan Oddie
Agam. Kondisi di Indonesia berbeda dengan kondisi di negara lain, dimana orkestra
di luar negeri mendapat dukungan dari pemerintah setempat dan masyarakat,
sedangkan orkestra di Indonesia tidaklah demikian adanya.
TO juga menggelar konser pendahuluan sebelum konser utama pada tanggal 21 juli
2009 di Sydney Opera House, Australia denga tema “Indonesia a touch of harmony”
diadakan di Ballroom XXI Djakarta Theater pada tanggal 16 juli 2009. Ini merupakan
pertama kalinya orkestra Indonesia tampil di Sydney, sehingga dengan demikian
masyarakat Australia mengetahui bahwa Indonesia memiliki budaya yang
beranekaragam tidak hanya gamelan tetapi juga orkestra. Artis pendukungnya
seperti: Utha Likumahua, Levi Gunardi (pianist), Johannes (soprano), paduan suara
TO juga membawakan lagu-lagu Indonesia seperti: Indonesia Pusaka, dan
Bengawan Solo juga lagu-lagu daerah Indonesia yang dirangkai menjadi medley.
Untuk konser di Sydney Opera House, TO berkolaborasi bersama penyanyi tenor
Australia yaitu Stephen Smith dan Jessica (juara Australian Idol 2008).
Disamping TO ada lagi Magenta orkestra yang merupakan orkestra pop pertama di
Indonesia yang dipelopori oleh Indra U Bakrie dengan melibatkan Andi Rianto
sebagai music director. Pagelaran pertama Magenta Orkestra (selanjutnya disebut
MO) diadakan pada tanggal 20 april 2004 di Plenary Hall Jakarta Convention Center
dengan tema “the sound of colour”.
Penampilan gaya pop yang lebih santai dan kaya warna menjadi esensi yang ingin
disampaikan MO, yang memadukan unsur musik, tata panggung, tata cahaya,
kostum, visualisasi, talkshow, serta sinematografi. Kehadiran MO merupakan angin
segar bagi perkembangan orkestra di Indonesia, dimana orkestra selalu diidentikan
dengan musik klasik. Pergelaran perdana melibatkan 164 orang musisi, 14 orang
penyanyi, juga beberapa group band terkenal dengan kondukter Oni Krisnerwinto,
durasi waktu 120 menit, jumlah penonton berkisar 3000-an, undangan tidak
diperjualbelikan, penonton terdiri dari pemimpin perusahaan berbagai industri,
pejabat pemerintah, organizing company, media elektronik/cetak, seniman,
pelajar/mahasiswa dan banyak lagi.
Lounching MO melibatkan 101 orang pemain, 51 orang choir, 6 orang rhytm section,
4 orang backing vocal, 1 orang kondukter, berbagai artis dan group band terkenal
seperti Titi DJ, Krisdayanti, Ruth Sahanaya, Sheila Madjid, Agnes Monica, Padi dan
masih banyak lagi. Dengan kehadiran MO, masyarakat diharapkan dapat membawa
orkestra back to basic, mengembalikan musik sebagai bunyi-bunyian yang bisa
dinikmati telinga. Musik sama seperti bunyi, bersifat universal, musik juga dapat
dinikmati oleh segala usia, golongan, dan bangsa. Dengan adanya MO diharapkan
menjadikan musik orkestra sebagai musik yang mudah dicerna dan dimengerti (easy
listening). Yang tidak kalah menariknya adalah Indonesia memiliki orkestra musik
tradisional pertama di dunia. Bila di Barat sudah ratusan tahun memiliki musik
orkestra modren yang digunakan sampai sekarang ini, tetapi di Timur lahir orkestra
musik tradisional yang mewakili dari seluruh wilayah Indonesia. Orkestra musik
tradisional ini tergabung dalam Indonesian National orchestra (INO).
Lagu-lagu yang dibawakan pada Festival Indonesia 2011 yang digelar KBRI
Washington DC di kaki monumen nasional kebangsaan Amerika di antaranya: we
are the world dan take me homecountry road yang diiringi para penyanyi dari Elfa’s
Singer dan Sherina. Peserta orkestra angklung tidak hanya berasal dari Washington
DC tetapi juga dari New york dan telah diakui sebagai seni budaya asli Indonesia.
Disamping itu juga pada tanggal 9 April 2011 pernah diadakan acara pertunjukan
seni dan budaya “gondang orkestra untuk dunia” yang ditayangkan di TVRI selama
dua malam berturut-turut.Tigor Situmorang bertindak sebagai komposer, arranger,
dan kondukter dalam pertunjukan ini. Acara ini menampilkan “gondang orkestra
untuk dunia” yang fokus pada perkusi Batak (gondang) serta dikombinasikan dengan
musik tradisional Indonesia dan musik dunia lainnya.
Tayangan berdurasi satu jam setengah ini mendapat apresiasi dan dukungan dari
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia yang diwakili oleh Drs. Sulistyo
TK.MM. Artis-artis yang turut serta memeriahkan acara ini antara lain: Tiar Nababan,
Stack Brother, Roland Sinaga, Billy Banjarnahor, dan artis nasional Ita Purnama
Sari, direksi TVRI, para Duta Besar dan masih banyak lagi lainnya.
ANALISIS STRUKTUR MUSIK GERAKAN FINALE SIMFONI KESEMBILAN
BEETHOVEN.
Nama besar komponis Beethoven tentu tidak diragukan lagi dalam dunia music
sampai saat ini. Melalui karya-karya komposisi yang diciptakannya, setidaknya telah
memberikan banyak sumbangsih dalam dunia musik dalam hal teknik komposisi
‘baru’ yang sekaligus menjadikannya sebagai pelopor perubahan gaya musik era
klasik ke gaya music romantik. Pengaruh Beethoven ini yang kemudian dilanjutkan
sampai pada era modern, terlihat dari karya komposisi-komponis era
romantik/modern seperti komponis Claude Debussy dengan konsep impresionisme;
Johannes Brahms, Franz Schubert,Robert Schuman dengan konsep musik ekspresi;
dan musik pop/jazz dalam hal teknik modulasi, harmoni dan variasi.
Beethoven lahir di kota Bonn pada tanggal 17 Desember 1770. Ia merupakan cucu
dari Ludwig (Louis) van Beethoven (1712-1773); merupakan seorang penyanyi di
Kapel Istana Bonn sedangkan ayahnya adalah Johann van Beethoven yang juga
seorang penyanyi tenor di Kapel Istana Bonn tahun 1756.
Beethoven mempunyai bakat dalam musik dan oleh karena itu, ayahnya ingin
menjadikannya sebagai anak “ajaib“ seperti Mozart. Hasil dari usaha ayahnya ini
sudah terlihat ketika Beethoven mengadakan konser pertamanya tahun 1778 ketika
ia masih berumur tujuh tahun.
Perjalanan pendidikan musik Beethoven tidak berhenti disana saja, ia diasuh dan
didik oleh guru-guru musik yang hebat waktu itu, Beethoven pernah belajar
komposisi music dengan Mozart dan Hadyn; ia belajar kontrapung dengan J. G.
Albrechtcberger dan Antonio Salieri. Pengaruh gaya komposisi gurunya dapat
terlihat secara jelas pada komposisikomposisi masa awal Beethoven, seperti
komposisi Sonata Piano in F minor Op. 2.
Penggarapan musik yang digunakan oleh Beethoven pada karya ini sangat kental
dengan penggarapan musik sonata-sonata piano pada era klasik, baik dari segi
bentuk musik; ide dan teknik komposisi lainnya.
Salah satu komposisi simfoni Beethoven yang dikenal oleh masyarakat luas adalah
Simfoni Kesembilan Beethoven. Simfoni ini merupakan simfoni terakhir yang
diciptakan oleh Beethoven semasa hidupnya. Salah satu ke-istimewa simfoni ini
terdapat pada gerekan finale simfoni kesembilan. Dalam gerakan finale, Beethoven
melakukan eksplorasi teknik komposisi dengan memasukkan koor dan solois.
Masuknya koor dan solois telah memberikan unsur humanisme dalam karya simfoni.
Teks yang digunakan dalam simfoni kesembilan dipilih dari ayat-ayat dari Schiller's
An die Freude (sukacita; kegembiraan). Gerakan Finale Simfoni Kesembilan
Beethoven dalam hal struktur musik dapat dipahami secara berbeda tergantung
pendekatan konsep/toeri yang digunakan.
Kualitas dari karakter bunyi musikal sangat di pengaruhi dan di tentukan oleh cara
penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik. Berikut di
paparkan elemen-elemen yang ada dalam bunyi musikal yang di buat beberapa
musikologi sebagai berikut :
1. Melodi adalah rangkaian nada atau bunyi yang membentuk satu kesan ide yang di
pengaruhi faktor budaya. Melodi bisa juga di sebut sebagai satu struktur kalimat
musik, termasuk dalam penelitian ini adalah gerkan-gerakan nada dan juga struktur
nada.
2. Modus adalah susunan nada, yang dalam bentuknya terlihat sebagai satu formula
nada yang tentu saja akan berakibat bagi system harmoni maupun atmosfir bunyi
secara keseluruhan.
3. Interval adalah jarak antara bunyi satu dengan bunyi yang lain, baik interval bunyi
vertikal maupun horizontal. Termasuk dalam kajian elemen ini adalah interval antar
bunyi nama-nama interval.
4. Harmoni adalah keselarasan yang di timbulkan akibat interksi bunyi dan bukan
bunyi. Termasuk objek penelitian dari elemen ini antara lain sistem modulasi,
kadens, serta sistem keselamatan secara umum yang sesuai dengan pandangan
pemilik musik tersebut.
5. Ritme adalah interaksi nilai waktu (interaksi) dari setiap bunyi termasuk dalam hal
ini durasi antara bunyi dengan saat diam. Termasuk dalam kajian elemen ini antara
lain ritme tetap, notasi ritmik, hubungan ritme dengan tempo, aksen menyangkut \
nilai waktu.
6. Tempo adalah kesempatan gerak pulsa. Tempo juga berarti kecepatan oleh
lamanya satu musik berlangsung. Hal yang diteliti dalam elemen ini antara lain
berbagai jenis tempo dan perubahan-perubahan tempo.
7. Dinamika adalah segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada suatu bunyi
yang termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal yang menyangkut
volume lemah lembutnya bunyi, dinamika register warna suara,dinamika instrumen,
aksentuasi, dinamika dalam konteks tertentu, serta ekspresi-ekspresi lain yang
dengan jelas memberi karakter dalam satu bunyi.
8. Aksentuasi yang dimaksud dengan aksentuasi adalah penekanan yang dalam hal
ini bisa juga ada hubungannya dengan intensitas atau kualitas suatu bunyi termasuk
style, dinamik termasuk dan ritme. Hal yang akan di teliti dalam hubungan dengan
elemen ini adalah mengulas, pengelompokan, pola tekanan, system birama, standar
penulisan serta hubungan karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan
dengan teknik hubungan tekanan kata dan tekanan musikal.
9. Style dalam musik adalah gaya dari satu bunyi atau hasil beberapa kombinasi
bunyi, didalamnya termasuk karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan
dengan teknik membunyikan dan menghubungkan dengan dinamik juga.
10. Timbre adalah menerangkan tentang warna suara termasuk wilayahnya. Hal ini
yang akan diteliti menyangkut warna vocal tunggal, warna paduan suara, komposisi
antara paduan suara dan vokal tunggal, teknik vokal, serta warna suara instrumen.
11. Motif merupakan salah satu unit paling kecil (pendek) dengan makna/arti musical
tertentu. Motif mempunyai suatu identitas dan indivdualitas sekaligus. Dalam tesis ini
motif yang akan di teliti menyangkut hubungan motif dengan teks.
12. Form yang dimaksud dengan form adalah kesatuan bentuk musik yang terdiri
dari strukur-struktur yang termasuk dalam penelitian ini menyangkut struktur-struktur
melodi seperti tone dan interval motif, frase, kontras, pengulangan, pengembangan,
bentuk bebas.
Ketertarikan Beethoven dalam menetapkan puisi Friedrich Schiller "An die Freude"
dalam musiknya pertama kali didokumentasikan tahun 1793 dalam suratnya untuk
istri Schiller. Puisi ini ditulis pada 1785 yang merupakan puncak dari abad
pencerahan dan era yang penuh dengan pengharapan atas kekecewaan yang
timbul dari kekuasaan Napoleon pada Revolusi Perancis.
Beethoven tidak menggunakan seluruh ayat-ayat dari puisi An die Freude, ia hanya
menggunakan sebagian teks dari puisi tersebut yang terkonsentrasi pada
manifestasi sekuler dan sakral tentang kebahagiaan, kebebasan moral serta
ekspresi yang berapi-api.
Ide tentatif untuk bagian simfoni kesembilan sudah diawali Beethovern pada tahun
1815, dan kemudian dikerjakan dengan sungguh-sungguh pada tahun 1817 sebagai
respon permintaan dari Philharmonic Society London untuk melakukan pertunjukan
perdana terhadap sebuah komposisi simfoni yang baru. Untuk memahami apa yang
ingin disampaikan Beethoven dalam simfoni kesembilan, pembaca perlu lebih
akrab/terbiasa dengan beberapa aspek teori pokok dari karya ini.
Tonalitas dari simfoni sembilan adalah kunci D, dalam gerakan pertama memakai
kunci D minor sedangkan gerakan terakhir menggunakan kunci D mayor. Memahami
progresi perubahan kunci yang digunakan Beethoven dari minor ke mayor adalah
penting untuk dapat mamahami pesan dari karya ini.
Seseorang yang pernah belajar musik akan memiliki kemungkinan untuk mengerti
beberapa hal mengenai tonalitas, misalnya; kunci minor cenderung mempunyai arti
yang "sedih" dan kunci mayor cenderung ke suasana “bahagia”. Meskipun ini
terkadang terlalu menyederhanakan, tetapi sejak abad ke 16 telah dikenal teori
tentang interval32, interval 3 minor dan 6 minor (D-F dan D-Bb dalam kunci D minor)
berhubungan dengan konsepsi negatif dan emosional, sedangkan 3 mayor dan 6
mayor (D-F# dan D-B dalam kunci D Mayor) biasanya dikaitkan dengan konsepsi
positif dan perasaan.
Perbedaan dalam interval ters dan sekst dari tangga nada D menemukan satu jenis
minor (D-E-F-G-A-Bb-C#-D) dan satu jenis Mayor (D-E-F#-G-A-B-C#-D). Dialektika
"sedih" dan "bahagia" berasal dari kenyataan bahwa dalam modus minor, ters (F)
dan sekst (Bb) keduanya cenderung bergerak ke bawah dengan setengah laras,
sedangkan dalam modus mayor, ters (F#) dan sixth (B) keduanya cenderung
bergerak ke atas dengan setengah laras.
Secara alamiah kita dapat melihat hubungan antara gerakan ke bawah dan ke atas;
gerakan ke bawah mengasosiasikan menipisnya energi dan kondisi emosional yang
negatif, sementara gerakan ke atas menyatakan energi yang banyak dan kondisi
emosional yang positif.
Gerakan pertama dari simfoni kesembilan telah ditanggapi beragam oleh para
kritikus musik, seperti; Koresponden Allgemeine Zeitung menggambarkan gerakan
pembukaan sebagai berikut;
a defiantly bold Allegro in D minor, most ingenious in its invention and worked out
with true athletic power. There is continuous suspense from the first chord (A major)
up to the colossal theme that gradually emerges from it; but it is resolved in a
satisfying manner.
Sebuah Allegro dengan sikap menantang yang berani dalam D minor, yang paling
kreatif dalam penemuan dan dipikirkan dengan daya atletik sebenarnya. Ada
ketegangan terus menerus dari akord pertama (A mayor) sampai dengan tema
kolosal yang muncul secara bertahap dari itu; tetapi diselesaikan secara
memuaskan.
Berikut merupakan analisis secara umum dari gerakan pertama, gerakan kedua dan
gerakan ketiga simfoni kesembilan Beethoven. Gerakan pertama dengan tempo
allegro ma non troppo, un poco maestoso. Pembukaan gerakan pertama dimulai
dengan tremolo string yang lembut dan dibuka dengan interval kwint A-E, dan
kemudian disusul interval kwart seperti gerakan jatuh.
Gerakan kedua dalam simfoni biasanya gerakan lambat yang diikuti oleh minuet dan
trio atau Scherzo dan trio. Tetapi pada simfoni sembilan, Beethoven tidak mengikuti
kebiasaan tersebut. Alasannya dapat kita dipahami karena gerakan lambat biasanya
berfungsi sebagai penyeimbang dalam kunci berbeda dengan kontras yang dramatis
dan resolusi yang jelas dari tema atau motif bentuk sonata gerakan pertama. Dalam
gerakan pembukaan simfoni sembilan hanya ada fragmentaris kontras, konflik dan
ketidakstabilan tanpa resolusi. Sebuah gerakan lambat akan berusaha untuk
menyeimbangkan sesuatu tidak masuk akal.
Di sisi lain, Scherzo, yang biasanya adalah dalam kunci pokok simfoni, menawarkan
kemungkinan membangun irama yang jelas dalam kalimat, membawa keluar urutan
temporal ketidakstabilan irama gerakan pertama. Beethoven melanjutkan
pendekatan yang tidak biasa untuk struktur musik dengan gerakan lambat. Banyak
gerakan-gerakan lambat terdiri dari tema dan variasi, sebuah prinsip fundamental
struktural statis berdasarkan pengulangan harmoni, melodi yang sama dan struktur
frase di mana kunci tonik berlaku dengan hanya penyimpangan sesekali.
Tetapi dalam simfoni sembilan, Beethoven menulis dua set tema dan variasi dalam
kunci dan tempo yang berbeda yang bergantian satu dengan yang lain. Semua kunci
adalah pertama kalinya dalam mayor, menandai sebuah transisi menuju dominasi
mode utama dalam penyingkapan Simfoni. Tapi kunci pertama adalah Bes mayor,
yang tonik dan dominan menekankan minor enam dan tiga dari skala D.
Sebelum kembali ke tema pertama dalam Bb, ada selingan dalam kunci Eb, menuju
bentuk yang bahkan lebih tinggi dihiasi dari tema pertama. Dalam mengikuti pola
begitu hati-hati dibentuk lebih mengharapkan kembali ke tema kedua, kembali pada
kunci aslinya dalam D mayor. Tetapi hal ini tidak seperti yang diharapkan, keriuhan
di permainan yang menunjukan perubahan mendadak dan dramatis untuk masuk
dalam kunci Db mayor, memperkenalkan coda penutup dalam Bes mayor
berdasarkan tema pertama.
Beethoven dalam hal bentuk musik masih tetap mempertahankan form konvensional
yang berkembang pada era klasik yaitu tema dan variasi. Gerakan finale simfoni
Sembilan memakai bentuk siklus, yang mana sebelum penyuaraan tema gerakan
finale terlebih dahulu dimulai dengan bagian introduksi yang panjang dengan
kembali menyuarakan tema dari gerakan pertama, gerakan kedua dan gerakan
ketiga.
Gerakan finale simfoni sembilan dimulai dengan sebuah bagian introduksi sepanjang
91 birama. Bagian introduksi ini menjadi bagian yang penting dari simfoni Sembilan
gerakan empat karena disusun menyuarakan unsur-unsur dari gerakan sebelumnya
dan juga memperkenalkan gaya resitativo pada instrumen. Birama 1-8 adalah
sebuah pengantar singkat yang dimainkan oleh instrumen tiup dan timpani dalam
dinamika yang sangat keras (ff) dalam D minor sebelum masuk ke bagian solo oleh
instrumen cello dan kontrabass.
Birama 9-17 adalah bagian resitativo oleh instrumen cello dan kontrabass.
Beethoven dalam hal ini sudah melakukan suatu perubahan dalam segi teknik
komposisi dari yang sebelumnya, ia menghadirkan sebuah permainan seolah kedua
instrumen ini ingin berbicara dan menyampaikan sesuatu tentang apa yang ada
dalam pikiran sang komposer. Teknik komposisi seperti ini mengingatkan kita pada
opera dan oratorio.
Dalam hal teknik komposisi, bagian ini mirip dengan 16 birama sebelumnya, ia
dimulai oleh bagian pengantar sepanjang delapan birama (17-24) kemudian disusul
oleh penyuaraan oleh instrumen cello dan kontrabass secara resitativo.
Birama 30-38 mengingatkan kita kembali pada motif gerakan pertama dari simfoni
Sembilan dengan tempo allegro ma non troppo. Mengingat penjelasan sebelumnya
pada analisa gerakan pertama secara umum, bahwa motif ini disusun dalam tingkat
dominan dari kunci dasar dengan menghilangkan nada ters. Penghilangan nada ters
dalam sebuah akord dalam musik sering disebut seolah-olah menghilangkan jati diri
akord tersebut karena kita tidak akan dapat menyebut apakah akordnya minor atau
Mayor.
Pengulangan motif dari gerakan pertama pada gerakan empat bagian introduksi
seolah menjawab pertanyaan yang ditimbulkan seperti di atas. Beethoven sudah
memberikan akord yang jelas dengan memasukkan nada ters pada akordnya. Nada
ters ini dimainkan hanya sekali di awal ketukan birama 30, kemudian ditahan
sepanjang delapan birama yang disuarakan instrument kontrabass dan kontra
basson dengan dinamika piano (p). (Lihat gambar no.3)
Birama 38-47 kembali disuarakan oleh cello dan kontra bass secara resitativo
dengan dinamika kuat sekali (fortisimo). Materi melodi yang dimainkan sebagian
besar merupakan pengulangan dari melodi resitativo oleh instrumen sebelumnya.
Perlu kita pahami, bahwa pergantian bagian resitativo dengan bagian lainnya secara
teratur merupakan sebuah hal yang perlu dipahami lebih dalam akan maksud
komponis dalam karyanya.
Tempo vivace dimulai dari birama 48-55 kembali juga mengingatkan kita pada tema
gerakan ke-dua dari simfoni sembilan. Bagian ini dimainkan dengan dinamika yang
lembut (p), melodi dibawakan oleh kelompok tiup dan kelompok string sebagai
iringan putus-putus dengan memainkan melodi secara pizzikato. (Lihat Gambar
no.4). Tujuh birama berikutnya disuarakan kembali oleh instrumen cello dan
kontrabass tetap dengan gaya resitativo. Kunci pada bagian ini merupakan relatif
mayor dari D minor sebagai persiapan untuk modulasi ke kunci Bes mayor.
Birama 63-64 dalam tempo Adagio cantabile mengingatkkan kita kembali pada motif
gerakan III dari simfoni sembilan Beethoven. Pengulangan-pengulangan motif/tema
dari setiap gerakan dari simfoni ini setidaknya ingin mengatakan kepada kita untuk
jangan melupakan gerakan sebelumnya. Konsep penciptaan komposisi simfoni
sembilan dilakukan tidak secara terpisah dari gerakan yang satu ke gerakan lainnya,
akan tetapi komposisi ini merupakan satu kesatuan.
Birama 65-78 kembali disuarakan oleh instrumen cello dan kontrabass dalam Bes
mayor, melodi yang dimainkan berbeda dari beberapa penyuaraan sebelumnya.
Melodi lebih bersifat kromatis yang dimulai dari dinamika piano (p) dan dilanjutkan
dengan crescendo sampai ke ff. Unsur kromatis ini dapat dipahami sebagai
jembatan untuk menuju kunci yang baru dalam D mayor. Birama 75-76 ditutup
dengan akor dominant dari D mayor oleh instrumen oboe dan basson.
Birama 77-80 merupakan pemaparan awal tema A/I dari gerakan finale simfoni
Sembilan Beethoven disuarakan oleh instrumen oboe, clarinet dan basson dalam
tingkat dominant dari D mayor. Bagian ini bertujuan untuk memberikan kita waktu
untuk mempersiapakan diri, bahwa tema ini akan segera disuarakan dalam tingkat
tonika.
Birama 81-91 adalah bagian akhir dari introduksi yang kembali didominasi oleh
penyuaraan instrumen cello dan kontrabass dengan dinamika kuat (f). Kelompok tiup
dan timpani berfungsi sebagai iringan, birama 91 ditutup dengan dinamika ff dan
kadens sempurna (V-I).
Tema dimulai dari birama 92-115 yang disuarakan oleh instrumen cello dan
contrabass secara unisono. Penyuaraan tema ini adalah merupakan tujuan akhir
atau puncak yang diinginkan dari beberapa penyuaraan yang dilakukan oleh dua
instrumen ini dengan gaya resitativo pada bagaian introduksi sebelumnya.
Birama 100-103 merupakan motif b dan kemudian sususul oleh motif a’ di birama
104-107, empat birama berikutnya kembali disuarakan motif b, kemudian birama
102-105 adalah oleh motif a’ dalam tonika.
Setelah penyuaraan tema A kemudian diikuti oleh variasi 1 yang dimulai dari birama
116- 139. Variasi 1 mengulang materi dari tema A secara keseluruhan yang
disuarakan oleh instrumen biola dan cello dalam D mayor. Instrumen basson dan
kontrabass berfungsi sebagai iringan.
Variasi 2 mulai birama 140-163, materi tema A secara keseluruhan disuarakan oleh
violin 1. Instrumen basson memainkan melodi tema A setelah dua birama dimainkan
oleh violin, hal ini dipertahankan sampai penyuaraan variasi 2 seleasai secara
berurutan (violin main birama 140-141 kemudian dua birama selanjutnya, violin dan
basson memainkan melodi yang sama dari tema A di birama 142-143, dst). Violin 2,
biola alto, cello dan kontrabass merupakan iringan dengan gerak melodi yang lebih
dinamis.
Variasi 3 dimulai dari birama 164-187 dimana tema A secara keseluruhan diulang
dan disuarakan oleh instrumen tiup seperti flute 1, oboe 1, basson 1, clarinet 1, horn
1 dan trumpet 1). Kelompok string seperti; violin 1&2, biola alto, cello dan kontrabas
dan timpani merupakan iringan dengan menggunakan irama yang sama.
Bila di perhatikan variasi 1-3 dapat kecenderungan ketiga variasi di atas terjadi
disebabkan oleh pergantian instrumentasi yang menyuarakan keseluruhan materi
dari tema A, sedangkan pemakaian kunci tidak mengalami perubahan tetap dalam D
mayor.
Teknik komposisi seperti ini sebenarnya sudah pada era sebelumnya, seperti karya
inventio 1 dalam C mayor karya Bach. Penggulangan motif yang dilakukan hanya
dua atau tiga kali, setelah itu akan diikuti oleh bagian sekunder (episode) yang
berfungsi sebagai jembatan menuju modulasi (kunci baru).
Birama 208 penulis sebut sebagai introduksi A’ (dalam kunci D minor) karena
materinya tidak mengulang keseluruhan materi dari introduksi sebelumnya akan
tetapi ada penambahan materi baru didalamnya. Materi yang diulang adalah bagian
pembukaan dalam tempo presto (lihat birama 1-8). Materi baru dalam introduksi A’
adalah diperkenalkannya solo bariton mulai birama 216 sampai birama 236. Solo
bariton menggantikan posisi solo instrumen cello dan kontrabass dengan gaya
resitativo.
Instrumen seperti flute, oboe, clarinet, horn, violin dan biola alto adala sebagai
iringan.
Birama 269-292 adalah variasi 5 dimana solois dan koor secara bergantian
menyuarakan motif-motif dari tema A. Motif a disuarakan oleh solo Alto (birama 269-
272), kemudian dilanjutkan dengan motif a’ (birama 273-276) dengan sedikit
perubahan dalam hal interval, dimana motif a’ ini intervalnya turun 3 mayor yang
disuarakan solo Sopran. Birama 278-284 merupakan motif b dan motif a’ disuarakan
oleh solo sopran, Selanjutnya di birama 285-292, motif b dan motif a’ disuarakan
oleh koor sebagai penutupan dari variasi 5 (lihat gambar no.19).
Birama 293-396 adalah bagian interlude sebelum masuk pada variasi selanjutnya.
Kelompok tiup dibawakan melodi sedangakan instrumen string berfungsi sebagai
pengiring.
Variasi 8 dimulai dari birama 543-264, instrumen tiup dan koor sama-sama
menyuarakan motif a sepanjang delapan birama, birama 551-558 adalah motif a’
yang dinyanyikan oleh sopran. Motif b muncul mulai birama 559-566 dan delapan
birama selanjutnya kembali pada penyuaraan motif a’.
Birama 834-841 adalah sebuah jembatan menuju bagian coda dengan tempo poco
allegro dimulai dari dinamika pp menuju ff dan pada bagian ini tempo dipercepat.
Tempo Prestisisimo merupakan bagian coda dari gerakan finale simfoni sembilan
Beethoven yang dimulai dari birama 842 dimainkan oleh orkes lengkap dan koor
secara bersama dan birama 911 coda ditutup oleh orkes lengkap dengan kembali
memunculkan potongan motif a dari tema A.