KELOMPOK 12
Nama Anggota:
Adelia Taruli/1161003183
Kharisma Sanjaya/11610030092
Tatra Paramaresi/1181003097
Universitas Bakrie
Jakarta
2020
VENTURING INTO A NEW CULTURE :
BECOMING COMPETENT
Hal logis dan alami untuk mengasumsikan bahwa kita termotivasi untuk
berinteraksi dengan orang yang dekat baik secara fisik dan emosional. Contohnya, Marco
mencoba berkomunikasi dengan Eko karena ia membutuhkan pertolongan untuk
mengambilkan makanan.
Ketika kita menyadari dan memahami peraturan, norma dan harapan yang
diasosiasikan dengan budaya orang-orang yang berhubungan dengan kita. Contohnya,
ketika kita menyadari bahwa memegang kepala orang yang lebih tua dalam budaya Jawa
dianggap tidak sopan.
-Pengetahuan konten: topik, kata-kata, makna yang diperlukan dalam suatu situasi
-Prosedural knowledge: cara mengumpulkan, merencanakan, melakukan konten
pengetahuan
e. Karakter
Karakter terdiri dari sejarah pribadi dan bagaimana kita menunjukkan hal itu. Contohnya,
saat kecil kita diajari untuk selalu tersenyum ramah dengan siapapun, sehingga sikap kita
menunjukan karakter yang ramah.
Kita harus belajar mengetahui budaya kita, mengetahui persepsi kita, mengetahui
bagaimana kita melaksanakan persepsi dan memonitor diri kita.
a. Sadarilah budaya Anda dan diri Anda sebagai makhluk budaya
Periksa sikap pribadi, setiap orang melihat dunia ini melalui kacamata budaya mereka sendiri.
Tidak hanya mengetahui nilai, perilaku dan persepsi budaya kita, namun kita juga perlu
menyadari sistem kepercayaan kita sendiri.
Kita memandang diri dalam suatu cara dan orang lain yang berinteraksi dengan kita memandang
dengan cara yang lain, masalah serius dapat muncul.
Proses pengungkapan dan analisis diri kadang disebut dengan memonitor diri.
Bersikap empatik
- Memahami empati : kita harus peduli tentang aspek interpersonal dalam komunikasi
antarbudaya dan memandang empati sebagai aktivitas yang kompleks yang terdiri atas
berbagai variabel. Contohnya, ketika kita melihat teman yang membutuhkan bantuan,
empati akan mendorong kita untuk menawarkan bantuan dan menolongnya.
- Penghalang empati :
Latar belakang budaya yang berbeda : mendekati masing-masing situasi dan individu dari
perspektif budaya kita sendiri.
o Fokus diri yang konstan : menceritakan cerita kita membutuhkan banyak energi.
o Strereotip mengenai gender, ras dan budaya :kecenderungan untuk menyatakan
hanya beberapa fitur seorang individual dan mengesampingkan yang lain dapat
membuat kita salah menggunakan data yang kita kumpulkan tentan orang lain
o Perilaku melindungi diri : kita mendorong mereka untuk mempertahankan diri
saat kita mengevaluasi mereka.
- Meningkatkan empati :
o Perhatikan : memperhatikan ekspresi emosi orang lain yang spontan terjadi.
Misalnya, saat kita berkomunikasi tanpa sengaja lawan bicara kita selalu
memperhatikan jam ditangannya. Berarti kita harus memahami bahwa mungkin
yang kita ucapkan adalah hal yang membuang waktunya
o Menyatakan empati : empati merupakan tindakan timbal balik dimana ada
pertukaran yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berinteraksi. Misalnya, saat kita
memiliki teman orang Italia, kita mengajarkannya makan yang baik menggunakan
tangan kanan. Kemudian ia menceritakan jika berbicara dengan orang Italia harus
menatap matanya supaya tidak dinggap berbohong.
o Telibatlah hanya dalam perilaku yang dapat diterima budaya : kita harus
empati dan peka terhadap nilai-nilai budaya dan adat istiadat orang yang
berinterasi dengan kita. Misalnya, kita menerima nasi kotak (berkat) yang
dibagikan karena ada adat syukuran atau ucapan terimakasih kepada Tuhan. Jadi
ketika kita menemui hal tersebut kita harus dengan senang ahti menerima apa
yang dibagikan mereka.
o Belajar menerima perbedaan : belajar memerhatikan perspektif budaya yang
unik menurut pengalaman kita. Contohnya, saat berkuliah pastinya niat memiliki
banyak teman yang beragam. Demi mencapai tujuan untuk menjalin relasi yang
baik, kita harus mau menerima perbedaan dan keunikan mereka.
b. Nilai dalam mendengarkan : Jumlah waktu yang dihabiskan dalam berbicara dan nilai dalam
berbicara sangat berbeda dari apa yang terjadi dalam budaya percakapan negara-negara lain.
Misalnya, Orang India yang doyan berbicara banyak dengan Orang Amerika yang langsung ke
inti pembicaraan (to the point). Jumlah waktu dari perbandingan kedua orang tersebut sangat
berbeda dna yang pasti memiliki nilai yang berbeda.
c. Komunikasi non verbal dan mendengarkan : komunikasi non verbal dapat dilihat dalam
interaksi manusia dan orang lain mendengarkannya. Contohnya ketika kita berkomunikasi, lawan
bicara kita selalu memperhatikan kita yang mungkin mereka tertarik dnegan apa yang kita
bicarakan.
d. Berikan umpan balik : umpan balik ini dapat berupa bahasa non verbal, bahasa verbal, sikap
diam dan umpan balik yang tidak evaluative. Contohnya, ketika kita berkomunikasi dengan
lawan bicara kita, kita menaikan alis dan mengkerutkan dahi karena kita fokus dan berusaha
menyampaikan bahwa kita tertarik dengan omongan ornag tersebut.
Culture Shock
Guncangan budaya didefinisikan kondisi mental yang dihasilkan dari transisi dari
lingkungan yang akrab ke yang tidak dikenal.
Variety Reaction
Kecemasan-singkat, disorentasi
- Kelelahan, sakit perut, sakit kepala
- Antagonisme menuju lingkungan baru
- Rasa penolakan, ketidakpekaan dari budaya tuan rumah
- Homesickness, teman / keluarga yang hilang
- Merasa kehilangan status dan pengaruh; penarikan
- Fase – deklarasi : Fase kedua ini dimulai ketika Anda mengenali kenyataan
- pengaturan baru dan beberapa masalah awal mulai berkembang. Misalnya,
adaptasi dan kesulitan komunikasi mulai muncul.
- Fase efektif : Pada fase terakhir ini, di bagian atas sisi kanan U-curve, orang itu
sekarang memahami elemen kunci dari budaya baru (nilai-nilai, kebiasaan
khusus, kepercayaan, pola komunikasi, dll.).
Terkejut, itu pertanda positif bahwa ekspatriat mengalami keterlibatan dalam budaya baru.
Beyond the Culture Shock : Adaptation
Language as a barrier
Kurangnya keterampilan bahasa menjadi penghalang kuat untuk penyesuaian
jika Anda tidak dapat belajar bahasa host, setidaknya menguasai dasar-dasar seperti
salam, meminta kebutuhan, tanggapan sopan yang tepat
Adaption Strategies
-membuat kontak pribadi dengan budaya tuan rumah
-Pelajari tentang budaya tuan rumah
-Partisipasi dalam kegiatan budaya
Fundamentalism
Pengampunan -moral
Culutural relativism
Mengatakan bahwa prinsip-prinsip etika terikat secara budaya, tergantung konteks, dan hanya
berlaku dalam budaya masing-masing. Kesimpulan dari bagian ini akan fokus pada orientasi dan
perilaku yang mungkin Anda lakukan mengadopsi yang akan membantu Anda dalam praktik
perilaku etis saat berinteraksi dengan orang-orang dari beragam budaya.
Setiap orang membutuhkan rasa hormat, martabat, dan perasaan bernilai. Meskipun Anda tidak
memiliki tanggung jawab etis untuk membuat semua orang dihargai, selama interaksi Anda,
Anda harus menunjukkan rasa hormat terhadap martabat dan perasaan semua orang-orang.
Burbulies mengacu pada perilaku ini sebagai mempekerjakan "aturan timbal balik," di mana
Anda mengembangkan "sikap yang dapat dibalikkan dan mencerminkan sikap serta sikap timbal
balik untuk orang lain." interaksi antar budaya, ini berarti Anda harus menjangkau melampaui
budaya Anda sendiri norma-norma dan menghormati norma-norma budaya lain, daripada
mengurangi perilaku itu tidak sesuai dengan budaya Anda sendiri.
- Mencari kesamaan
Tidak peduli berapa banyak perbedaan yang mungkin ada, di bawah permukaan ada lebih banyak
lagi kesamaan. Penting untuk mencoba mengidentifikasi kesamaan di antara berbagai budaya.
Menghapus perbedaan permukaan akan mengungkap banyak kesamaan: harapan orang, aspirasi,
keinginan untuk bertahan hidup, mencari cinta, dan kebutuhan keluarga — untuk menyebutkan
beberapa saja.
- Hormat perbedaan
Dengan demikian, perspektif etik antarbudaya yang lengkap dan jujur memberikan kemiripan
dan mengakui perbedaan. Dengan menerima dan menghargai keduanya, Anda lebih mampu
menilai konsekuensi potensial dari tindakan komunikatif Anda dan menjadi lebih toleran dari
orang lain. Thomas Jefferson mengatakan banyak hal yang sama tentang menerima perbedaan
ketika dia menulis, "Tidak ada ruginya bagi tetangga saya untuk mengatakan ada dua puluh
dewa, atau tidak ada Tuhan. "
Sebelumnya kami menyebutkan bahwa Anda harus menyadari bahwa komunikasi memunculkan
respons, dan bahwa pilihan perilaku komunikatif Anda dapat memperoleh respons yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan dari orang lain. Semua keputusan, tindakan, dan
bahkan kegagalan Anda bertindak memiliki konsekuensi untuk diri sendiri dan orang lain yang
tak terhitung jumlahnya. Konsekuensi etis yang jelas dari fakta ini membawa kita pada apa yang
disebut Dalai Lama "universal kita." tanggung jawab. ”Hubungan ini antara membuat pilihan etis
dan komunikasi jelas digarisbawahi oleh Angrosino ketika dia menunjukkan bahwa etika ikut
berperan "Ketika kita bertindak berdasarkan pikiran kita dan tindakan kita menimpa orang lain."