Anda di halaman 1dari 10

Memasuki Budaya Baru : Menjadi Kompeten

KELOMPOK 12

Nama Anggota:

Adelia Taruli/1161003183

Kharisma Sanjaya/11610030092

Tatra Paramaresi/1181003097

Prodi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Bakrie

Jakarta

2020
VENTURING INTO A NEW CULTURE :

BECOMING COMPETENT

 Komponen kompetensi komunikasi


 Meningkatkan keterampilan komunikasi antarbudaya
 Shock budaya dan adaptasi
 Etika komunikasi antarbudaya

1. MENJADI KOMPETEN SECARA LINTAS BUDAYA

Kompetensi komunikasi antarbudaya adalah kemampuan internal suatu individu untuk


mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya.

Lima komponen kompetensi komunikasi :

a. Motivasi untuk berkomunikasi

Hal logis dan alami untuk mengasumsikan bahwa kita termotivasi untuk
berinteraksi dengan orang yang dekat baik secara fisik dan emosional. Contohnya, Marco
mencoba berkomunikasi dengan Eko karena ia membutuhkan pertolongan untuk
mengambilkan makanan.

b. Pengetahuan budaya yang tepat

Ketika kita menyadari dan memahami peraturan, norma dan harapan yang
diasosiasikan dengan budaya orang-orang yang berhubungan dengan kita. Contohnya,
ketika kita menyadari bahwa memegang kepala orang yang lebih tua dalam budaya Jawa
dianggap tidak sopan.
-Pengetahuan konten: topik, kata-kata, makna yang diperlukan dalam suatu situasi
-Prosedural knowledge: cara mengumpulkan, merencanakan, melakukan konten
pengetahuan

c. Keterampilan komunikasi yang tepat


Kita harus dapat mendengar, mengamati, menganalisis dan menginterpretasikan serta
mengaplikasikan perilaku khusus ini dalam cara yang memungkinkan kita mencapai
tujuan kita. Namun, disesuaikan dengan aturan interaksi yang sesuai dengan budaya
setempat. Contohnya, saat kita tinggal dalam lingkungan budaya yang baru, kita dapat
mengamati bagaimana budaya setempat dan kita harus memiliki kemampuan untuk
beradaptasi.

d. Kepekaan atau Sensitivitas

Memiliki toleransi terhadap ambiguitas, mengembangkan perasaan allophilia. meliputi


sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai budaya lain, terbuka pada
perbedaan dan merasa nyaman dengan yang lain. Contohnya, ketika kita bertemu dengan
orang Papua yang masih asli dan masih menggunakan Koteka dalam penggunaan
busananya. Ketika kita merasa asing, kita berusaha memahami apa yang mereka maknai
sehingga menciptakan sebuah relasi yang nyaman.

e. Karakter

Karakter terdiri dari sejarah pribadi dan bagaimana kita menunjukkan hal itu. Contohnya,
saat kecil kita diajari untuk selalu tersenyum ramah dengan siapapun, sehingga sikap kita
menunjukan karakter yang ramah.

2. MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

Kita harus belajar mengetahui budaya kita, mengetahui persepsi kita, mengetahui
bagaimana kita melaksanakan persepsi dan memonitor diri kita.
a. Sadarilah budaya Anda dan diri Anda sebagai makhluk budaya

Periksa sikap pribadi, setiap orang melihat dunia ini melalui kacamata budaya mereka sendiri.

b. Amatilah perilaku pribadi kita

Tidak hanya mengetahui nilai, perilaku dan persepsi budaya kita, namun kita juga perlu
menyadari sistem kepercayaan kita sendiri.

c. Memahami gaya komunikasi kita

Kita memandang diri dalam suatu cara dan orang lain yang berinteraksi dengan kita memandang
dengan cara yang lain, masalah serius dapat muncul.

d. Memonitor diri kita sendiri

Proses pengungkapan dan analisis diri kadang disebut dengan memonitor diri.

 Bersikap empatik

Kemampuan untuk merasakan, memahami, merespons lingkungan sosial pribadi, antarpribadi,


seseorang.

- Memahami empati : kita harus peduli tentang aspek interpersonal dalam komunikasi
antarbudaya dan memandang empati sebagai aktivitas yang kompleks yang terdiri atas
berbagai variabel. Contohnya, ketika kita melihat teman yang membutuhkan bantuan,
empati akan mendorong kita untuk menawarkan bantuan dan menolongnya.

- Penghalang empati :

Latar belakang budaya yang berbeda : mendekati masing-masing situasi dan individu dari
perspektif budaya kita sendiri.

o Fokus diri yang konstan : menceritakan cerita kita membutuhkan banyak energi.
o Strereotip mengenai gender, ras dan budaya :kecenderungan untuk menyatakan
hanya beberapa fitur seorang individual dan mengesampingkan yang lain dapat
membuat kita salah menggunakan data yang kita kumpulkan tentan orang lain
o Perilaku melindungi diri : kita mendorong mereka untuk mempertahankan diri
saat kita mengevaluasi mereka.

- Meningkatkan empati :
o Perhatikan : memperhatikan ekspresi emosi orang lain yang spontan terjadi.
Misalnya, saat kita berkomunikasi tanpa sengaja lawan bicara kita selalu
memperhatikan jam ditangannya. Berarti kita harus memahami bahwa mungkin
yang kita ucapkan adalah hal yang membuang waktunya
o Menyatakan empati : empati merupakan tindakan timbal balik dimana ada
pertukaran yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berinteraksi. Misalnya, saat kita
memiliki teman orang Italia, kita mengajarkannya makan yang baik menggunakan
tangan kanan. Kemudian ia menceritakan jika berbicara dengan orang Italia harus
menatap matanya supaya tidak dinggap berbohong.
o Telibatlah hanya dalam perilaku yang dapat diterima budaya : kita harus
empati dan peka terhadap nilai-nilai budaya dan adat istiadat orang yang
berinterasi dengan kita. Misalnya, kita menerima nasi kotak (berkat) yang
dibagikan karena ada adat syukuran atau ucapan terimakasih kepada Tuhan. Jadi
ketika kita menemui hal tersebut kita harus dengan senang ahti menerima apa
yang dibagikan mereka.
o Belajar menerima perbedaan : belajar memerhatikan perspektif budaya yang
unik menurut pengalaman kita. Contohnya, saat berkuliah pastinya niat memiliki
banyak teman yang beragam. Demi mencapai tujuan untuk menjalin relasi yang
baik, kita harus mau menerima perbedaan dan keunikan mereka.

 Mempraktikan cara mendengarkan yang efektif


a. Mendengarkan secara langsung dang tidak langsung : pendengar budaya ada yang menghadapi
pembicara secara langsung dan nyaman untuk bertanya sedangkan yang tidak langsung dengan
cara yang berbeda. Misalnya, kita sedang berkomunikasi dengan warga Kalimantan (Suku
Dayak) kita bertanya apa saja yang menjadi larangan saat di daerahnya. Saat kita berkomunikasi
langsung kita lebihnyaman untuk bertanya daripada kita hanya mendengarkan dari sumber yang
lain.

b. Nilai dalam mendengarkan : Jumlah waktu yang dihabiskan dalam berbicara dan nilai dalam
berbicara sangat berbeda dari apa yang terjadi dalam budaya percakapan negara-negara lain.
Misalnya, Orang India yang doyan berbicara banyak dengan Orang Amerika yang langsung ke
inti pembicaraan (to the point). Jumlah waktu dari perbandingan kedua orang tersebut sangat
berbeda dna yang pasti memiliki nilai yang berbeda.

c. Komunikasi non verbal dan mendengarkan : komunikasi non verbal dapat dilihat dalam
interaksi manusia dan orang lain mendengarkannya. Contohnya ketika kita berkomunikasi, lawan
bicara kita selalu memperhatikan kita yang mungkin mereka tertarik dnegan apa yang kita
bicarakan.

d. Berikan umpan balik : umpan balik ini dapat berupa bahasa non verbal, bahasa verbal, sikap
diam dan umpan balik yang tidak evaluative. Contohnya, ketika kita berkomunikasi dengan
lawan bicara kita, kita menaikan alis dan mengkerutkan dahi karena kita fokus dan berusaha
menyampaikan bahwa kita tertarik dengan omongan ornag tersebut.

4. Mengembangkan fleksibilitas : komponen yang jelas dari fleksibilitas adalah bertoleransi


terhadap ambiguitas. Misalnya, teman kita yang budayanya berbeda denagn kita berusaha
menyampaikan sesuatu dengan aksen budaya kita namun apa yang dikatanya salah. Karena
pesan yang kita tangkap itu mengandung ketidakjelasan kemudian kita berusaha memahaminya
secara toleran sadar bahwa ia bukan berasal dari budaya yang sama meski pesan yang kita terima
tak jelas.

 Culture Shock
Guncangan budaya didefinisikan kondisi mental yang dihasilkan dari transisi dari
lingkungan yang akrab ke yang tidak dikenal.
 Variety Reaction
Kecemasan-singkat, disorentasi
- Kelelahan, sakit perut, sakit kepala
- Antagonisme menuju lingkungan baru
- Rasa penolakan, ketidakpekaan dari budaya tuan rumah
- Homesickness, teman / keluarga yang hilang
- Merasa kehilangan status dan pengaruh; penarikan

 Stage of Culture Shock


- Fase – excitement : Fase pertama, divisualisasikan sebagai bagian atas sisi kiri
kurva-U, biasanya dipenuhi dengan kegembiraan, harapan, dan rasa euforia
sebagai individu mengantisipasi terkena budaya baru.

- Fase – deklarasi : Fase kedua ini dimulai ketika Anda mengenali kenyataan
- pengaturan baru dan beberapa masalah awal mulai berkembang. Misalnya,
adaptasi dan kesulitan komunikasi mulai muncul.

- Fase mulai resolusi : Fase ketiga ditandai dengan mendapatkan beberapa


pemahaman tentang budaya baru. Di sini orang tersebut secara bertahap membuat
beberapa penyesuaian dan modifikasi dalam bagaimana dia mengatasi budaya
baru. Acara dan orang-orang sekarang tampaknya jauh lebih mudah diprediksi
dan kurang stress.

- Fase efektif : Pada fase terakhir ini, di bagian atas sisi kanan U-curve, orang itu
sekarang memahami elemen kunci dari budaya baru (nilai-nilai, kebiasaan
khusus, kepercayaan, pola komunikasi, dll.).

 Lesson of Culture Shock

Terkejut, itu pertanda positif bahwa ekspatriat mengalami keterlibatan dalam budaya baru.
 Beyond the Culture Shock : Adaptation

Acculturation: adjusting to new culture


dua proses perubahan budaya dan psikologis yang dihasilkan dari kontak antara dua atau
lebih kelompok budaya dan anggota individu mereka

Four forms of coping with disequalibrium


- Assimilation: penyerapan ke dalam budaya inang
- Separation: penolakan budaya inang, ke dalam berubah menjadi budaya asli
- Integration: keseimbangan antara budaya asli dan inang
- Marginalization: sedikit kemungkinan mempertahankan budaya asli

Language as a barrier
Kurangnya keterampilan bahasa menjadi penghalang kuat untuk penyesuaian
jika Anda tidak dapat belajar bahasa host, setidaknya menguasai dasar-dasar seperti
salam, meminta kebutuhan, tanggapan sopan yang tepat

Other barriers, coping mechanism


Etnosentrisme: memengaruhi budaya imigran dan tuan rumah
Reorganisasi: gerakan maju melalui dinamika pertumbuhan-adaptasi-stres

Adaption Strategies
-membuat kontak pribadi dengan budaya tuan rumah
-Pelajari tentang budaya tuan rumah
-Partisipasi dalam kegiatan budaya

Host cultures reaction to acculturation


Reaksi anti-imigrasi dapat dihasilkan dari komunitas multikultural
Toleransi adalah kunci
Intercultural Ethics

Considering the question of morality

Fundamentalism

Pengampunan -moral

- Mengatakan bahwa prinsip-prinsip etika berlaku secara universal


- Kebudayaan yang berbeda atau beroperasi di luar kode moral universal dianggap metis

Culutural relativism

Relativisme -Moral, multikuluralisme etis

Mengatakan bahwa prinsip-prinsip etika terikat secara budaya, tergantung konteks, dan hanya
berlaku dalam budaya masing-masing. Kesimpulan dari bagian ini akan fokus pada orientasi dan
perilaku yang mungkin Anda lakukan mengadopsi yang akan membantu Anda dalam praktik
perilaku etis saat berinteraksi dengan orang-orang dari beragam budaya.

The practice of ethical intercultural communication

Awareness of your messages effect on other

- Hormati yang lain selama interaksi

Setiap orang membutuhkan rasa hormat, martabat, dan perasaan bernilai. Meskipun Anda tidak
memiliki tanggung jawab etis untuk membuat semua orang dihargai, selama interaksi Anda,
Anda harus menunjukkan rasa hormat terhadap martabat dan perasaan semua orang-orang.
Burbulies mengacu pada perilaku ini sebagai mempekerjakan "aturan timbal balik," di mana
Anda mengembangkan "sikap yang dapat dibalikkan dan mencerminkan sikap serta sikap timbal
balik untuk orang lain." interaksi antar budaya, ini berarti Anda harus menjangkau melampaui
budaya Anda sendiri norma-norma dan menghormati norma-norma budaya lain, daripada
mengurangi perilaku itu tidak sesuai dengan budaya Anda sendiri.

- Mencari kesamaan

Tidak peduli berapa banyak perbedaan yang mungkin ada, di bawah permukaan ada lebih banyak
lagi kesamaan. Penting untuk mencoba mengidentifikasi kesamaan di antara berbagai budaya.
Menghapus perbedaan permukaan akan mengungkap banyak kesamaan: harapan orang, aspirasi,
keinginan untuk bertahan hidup, mencari cinta, dan kebutuhan keluarga — untuk menyebutkan
beberapa saja.

- Hormat perbedaan

Dengan demikian, perspektif etik antarbudaya yang lengkap dan jujur memberikan kemiripan
dan mengakui perbedaan. Dengan menerima dan menghargai keduanya, Anda lebih mampu
menilai konsekuensi potensial dari tindakan komunikatif Anda dan menjadi lebih toleran dari
orang lain. Thomas Jefferson mengatakan banyak hal yang sama tentang menerima perbedaan
ketika dia menulis, "Tidak ada ruginya bagi tetangga saya untuk mengatakan ada dua puluh
dewa, atau tidak ada Tuhan. "

- Terima tanggung jawab

Sebelumnya kami menyebutkan bahwa Anda harus menyadari bahwa komunikasi memunculkan
respons, dan bahwa pilihan perilaku komunikatif Anda dapat memperoleh respons yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan dari orang lain. Semua keputusan, tindakan, dan
bahkan kegagalan Anda bertindak memiliki konsekuensi untuk diri sendiri dan orang lain yang
tak terhitung jumlahnya. Konsekuensi etis yang jelas dari fakta ini membawa kita pada apa yang
disebut Dalai Lama "universal kita." tanggung jawab. ”Hubungan ini antara membuat pilihan etis
dan komunikasi jelas digarisbawahi oleh Angrosino ketika dia menunjukkan bahwa etika ikut
berperan "Ketika kita bertindak berdasarkan pikiran kita dan tindakan kita menimpa orang lain."

Anda mungkin juga menyukai