Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NUR HARTIKA

NIM : P07120118 066

RUANG : 3 REGULER B ( PERBAIKAN)

DOSEN : Ns. ASNIAH SYAMSUDDIN, S.Kep, M.Kep

Berikut bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri, yaitu :

1. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri dimana individu akan
berusaha untuk mencari alasan yang baik demi menjelaskan ego dan jenis
emosi yang dimiliki.
Contoh: seorang murid yang datang telat ke sekolah dan saat ditanya oleh
guru maka ia akan berkata jika terjebak kemacetan. Namun, hal yang
sebenarnya terjadi adalah ia telat bangun tidur dan memakai alasan kemacetan
tersebut sebagai sebuah bentuk agar bisa diterima akal atau rasional.

2. Pengalihan
Pengalihan atau displacement adalah sebuah bentuk pertahanan diri dalam
menghadapi ansietas dengan cara memindahkan objek yang mengancam
menuju objek lebih aman.
Contoh: seorang mahasiswa yang mendapat teguran dari dosen karena
tidak mengumpulkan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan. Hal ini akan
membuat mahasiswa mencoba mengalihkan perhatian untuk melampiaskan
amarahnya dan emosi dalam psikologi baik dengan bermain atau melakukan
sesuatu hal yang disenangi.
3. Kompensasi
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar
suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk
mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena
frustasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam
bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap
perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh: anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi anak jagoan atau
ditakuti oleh teman-temannya.
4. Identifikasi
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan
mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat-tabiatnya meniru orang
lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti
seorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contoh: seorang anak yang bersolek atau berdandan seperti ibunya, atau
malah bersolek seperti bintang iklan.

5. Represi
Represi merupakan cara seseorang untuk menahan frustasi yang sedang
dirasakan, mimpi buruk, konflik batin, masalah keuangan dan masalah lain
yang bisa menyebabkan kecemasan. Seseorang nantinya akan berusaha untuk
merepresikan perasaan dengan cara lebih banyak berbicara tentang berita baik
dibandingkan berita buruk dan selalu menekankan hal hal positif
dibandingkan negatif.
Contoh: saat seseorang bermimpi jika seseorang yang berarti dalam
hidupnya meninggal, maka ini bisa menyebabkan rasa cemas dalam diri orang
tersebut. Agar rasa cemas tersebut bisa ditekan, maka ia akan menutupinya
dengan selalu berpikir positif dan beranggapan jika hal buruk yang ia pikirkan
tidak akan menjadi kenyataan.
6. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari. Perbedaan supresi
dengan represi yaitu pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya
keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi
tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan
sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.
Contoh: saat menuju ke tempat pertandingan atau sebelum pertandingan
dimulai ada beberapa atlet yang sering di lihat sedang mendengarkan musik
atau berbincang-bincang dengan rekan setimnya tentang bahasan diluar
pertandingan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatiannya
untuk sementara waktu guna mengatasi ketegangan yang dihadapi.

7. Penyangkalan
Penyangkalan menjadi tindakan menolak untuk mengakui adanya stimulus
yang menjadi penyebab terjadinya rasa cemas. Jika individu menolak tentang
kenyataan, maka ia akan beranggapan jika hal tersebut tidak ada atau menolak
pengalaman yang tidak menyenangkan agar bisa melindungi dirinya sendiri.
Contoh: seorang anak yang divonis menderita kanker namun saat ia
bertanya pada orang tua, maka orang tuaya akan berkata jika ia hanya sedang
mengalami sakit biasa yang bisa sembuh hanya dengan minum obat. Orang
tua akan berusaha untuk menyangkal kenyataan yang terjadi agar tidak
menyebabkan kecemasan sehingga ia akan berbohong untuk dirinya sendiri
sebagai cara menghilangkan rasa takut berlebihan.
CARA MENILAI STRES

1. Cara menilai stres menurut holmes dan rahe (1967)


 Menghitung jumlah stres yang dialami
 Cara: menambahkan nilai relatif stres (unit perubahan hidup/life change
units-LCU)
 Premis: peristiwa baik/buruk, tk stres dan rentan penyakit/mssalah mental
 Peristiwa yang dialami selama 12 bulan terakhir
1) Kematian pasangan hidup 100
2) Perceraian 73
3) Kehamilan 40
4) Pinjaman 31
5) Permulaan/akhir masa sekolah 26
6) Penyesuaian pekerjaan 39
7) Perub. Kondisi keuangan 38
8) Perubahan pola tidur 16
9) Perub. Jml pertemuan dengan keluarga 15

Tingkat stres :

 Tidak signifikan <149


 Rendah 150-200
 Sedang 200-299
 Tinggi >300

2. Cara menilai stres menurut miller dan smith (1985)


 Aspek dari kebiasaan, gaya hidup dan lingkungan lebih kebal/rentan
terhadap dampak negatif stres
 Tingkat ketahanan/kekebalan terhadap stres diukur dengan mengisi daftar
20 pernyataan.
1 = hampir selalu
2 = biasanya
3 = kadang-kadang
4 = hampir tidak pernah
5 = tidak pernah
Skor ketahanan stres:
0-10 poin = memiliki ketahanan luar biasa terhadap stres
11-30 = tidak terlalu rentan terhadap stres
31-50 = cukup rentan terhadap stres
51-74 = rentan terhadap stres
75-80 = sangat rentan terhadap stres

Anda mungkin juga menyukai