Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

Dosen Pembimbing : Ns. Reni Nova, M.Kep.Sp.Kep.J

Oleh :
Anggun Septiani
185070207111007

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2019
MEKANISME KOPING

1. ACTION OUT
Merupakan mekanisme koping dimana seseorang dalam mengurangi kecemasan
yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang membiarkan
ekspresinya tersebut dan melakukannya.
Contoh : Nona A memilih untuk bertengkar dalam menyelesaikan masalahnya
dari pada harus diam dan menaham ekspresinya.
2. COMPENSATION
Merupakan mekanisme koping dimana seseorang berusaha memperbaiki
penurunan citra dirinya dengan secara tegas menonjolkan kelebihan atau
keistimewaan yang ia miliki, atau dengan kata lain seseorang menutupi
kelemahannya dengan cara menonjolkan kelebihannya.
Contoh : Nona A merasa fisiknya yang gendut sebagai suatu kekurangan, lalu ia
berusaha menonjolkan prestasi akademiknya untuk menutupi
kekurangannya tersebut.

3. DENIAL
Denial atau penyangkalan merupakan mekanisme koping dimana seseorang
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap realita dengan cara mengingkari realita
tersebut atau menolak untuk menerima dan menghadapi kenyataan yang tidak
mengenakan baginya.
Contoh : Ny. A baru saja kehilangan anak semata wayangnya akibat insiden
kecelakaan, ia selalu mengalihkan pembicaraan atau menolak
pembicaran ketika teman-temannya tengah membahas mengenai anak-
anak mereka.

4. DEVALUATION
Merupakan mekanisme koping dimana seseorang menghubungkan secara
berlebihan kualitas negative dengan orang lain.
Contoh : Anak kecil yang bertengkar dengan temannya kemudian
memberitahukan kepada orang lain bahwa temannya tersebut sangat
buruk dan nakal.

5. IDENTIFICATION
Merupakan mekanisme koping dimana seseorang berusaha untuk menjadi seperti
orang yang ia kegumi dengan cara menirukan semua pikiran-pikiran, perilaku,
serta selera orang yang ia kagumi tersebut.
Contoh : Tn. A sangat mengagumi dan mengidolakan Christiano Ronaldo. Dalam
kesehariannya, ia kerap meniru segala yang dilakukan oleh idolanya
tersebut mulai dari gaya rambut hingga gaya berpakaian.

6. INTELLECTUALIZATION
Intelektualisasi merupakan mekanisme koping dimana seseorang menggunakan
logika dan alasannya secara berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
menganggu perasaannya.
Contoh : Nona A sangat benci mendapatkan nilai C pada mata kuliah yang
diambilnya. Ia selalu memaparkan loginya dan berbagai alasannya
sehingga ia mendapatkan nilai C saat tengah berbincang dengan teman-
temannya. Menurutnya, mata kuliah tersebut terlalu rumit, proses
kuliahnya kurang menarik dan tidak interaktif, serta ia juga
beranggapan bahwa dosen pengajarnya kurang kompeten sehingga ia
kurang bisa memahami materinya dan akhirnya mendapatkan nilai C
pada mata kuliah tersebut.

7. PROJECTION
Proyeksi merupakan suatu mekanisme koping dimana seseorang melakukan
pengalihan buah pikiran atau impuls yang dimiliki oleh dirinya sendiri kepada
orang lain terutama berupa keinginan, perasaan, emosional, dan motivasi yang
tidak dapat ditoleransi.
Contoh : Seorang wanita yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual pada teman sekerjanya kemudian menuduh teman sekerjanya
itu mencoba untuk merayunya.

8. REACTION FORMATION
Reaksi formasi merupakan mekanisme koping dimana seseorang melakukan
pengembangan sikap dan perilaku secara ia sadari, namun sebenarnya
bertentangan dengan apa yang ia rasakan atau apa yang ia inginkan. Mekanisme
koping ini cenderung mudah dikenali karena sifat perbuatannya yang ekstrim dan
sukit diterima.
Contoh : Seorang wanita yang telah menikah dan merasa tertarik pada salah
seorang suami dari temannya memperlakukan suami temannya tersebut
dengan kasar.

9. REGRESSION
Regresi merupakan mekanisme koping dimana seseorang berusaha menghindari
stress yang ia rasakan terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
yang lebih awal. Ia berusaha berperilaku seseremaja mungkin atau semuda
mungkin seperti saat stress belum ia rasakan.
Contoh : Ny. A (67 tahun) tengah mengalami begitu banyak masalah di usianya
ini sehingga membuat ia mengalami gangguan kejiwaan. Saat dirawat
di rumah sakit ia tidak mau dipanggil “ibu” namun justru menginginkan
dan senang jika dipanggil dengan panggilan “dek”. Perilakunya juga
sangat manja, tidak seperti ibu-ibu sesuai dengan umurnya.

10. REORESSION
Represi merpakan dorongan involunter dari pikiran yang menyakitkan atau
konflik, atau ingatan dari kesadaran, pertahanan ego yang primer, yang lebih
cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
Contoh : Tn. A tidak mengingat bahwa ia pernah memukul istrinya ketika sedang
hamil.
11. SUBLIMATION
Sublimasi merupakan mekanisme koping dimana seseorang telah menerima suatu
sasaran pengganti atau aktivitas yang lebih mulia di mata masyarakat untuk
mengatasi stressnya. Ia telah mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat
dengan cara yang lebih dapat diterima oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan
impuls atau keinginannya berasal dari ide yang sulit dilakukan karena dapat
mengganggu orang lain atau lingkungan masyarakat dimana ia tinggal.
Contoh : Tn. A menggangti impuls agresifnya yang memungkinkan merugikan
orang lain dan masyarakat sekitar menjadi dengan melakukan aktivitas
olahraga.

12. SUPRESSION
Supresi merupakan mekanisme koping yang sering disebut juga sebagai
mekanisme pertahan diri. Namun mekanisme koping ini merupakan analogi dari
mekanisme koping represi, dengan kata lain mekanisme supresi adalah
mekanisme koping yang mengarah pada mekanisme represi. Pada mekanisme
supresi, seseorang mengesampingkan pikirannya tentang suatu hal secara
disengaja dari kesadaran seseorang.
Contoh : Seorang pria muda menyadari bahwa ia terus memikirkan tentang
kencannya pada suatu malamyang mengganggu pekerjaannya. Ia
memutuskan untuk melupakan hal itu dari benaknya sampai ia
meninggalkan kantor hari ini.
GENERAL ADAPTATION SYNDROME

General Adaptation Syndrome atau GAS merupakan istilah yang digunakan


untuk menggambarkan reaksi tubuh terhadap stress secara jangka panjang dan jangka
pendek. Manusia dapat mengalami dua jenis stress yaitu stress fisik dan stress mental
atau emosional. Stres fisik diantaranya yaitu ditabrak mobil, kelaparan, dan lain
sebaginya yang berkaitan dengan fisik manusia. Sedangkan stress mental atau
emosional diantaranya yaitu kehilangan orang yang dicintai, ketidakmampuan
menyelesaikan masalah, maupun stress karena mengalami kesulitan di tempat kerja.
Hans Selye (1907-1982) menggambarkan General Adaptation Syndrome
sebagai tiga tahapan respon terhadap stress. Syndrome ini disebut general atau umum
karena hanya dapat diproduksi oleh agen yang memiliki efek umum pada sebagian besar
tubuh manusia. Lalu disebut adaptif dikarenakan merangsang pertahanan. Sedangkan
disebut syndrome karena manifestasinya masing-masing terkoordinasi dan bahkan
terdapat sebagian yang bergantung satu sama lain.
Selye juga mengatakan bahwa General Adaptation Syndrome melibatkan dua
system utama tubuh, yaitu system saraf dan system endokrin (hormonal). Sedangkan
penjelasan tiga tahapan pada General Adaptation Syndrome adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Reaksi Alarm (AR)
Reaksi alarm merupakan tahap pertama pada General Adaptation
Syndrome yaitu yang berupa reaksi langsung terhadap stressor. Pada fase awal
stress, manusia akan menunjukan respon “lawan atau lari” atau yang sering
dikenal dengan istilah “fight or flight” yang kemudian mempersiapkan tubuh
untuk aktivitas fisik. Namun, ternyata respon awal ini juga dapat menurunkan
efektivitas kekebalan tubuh dan juga dapat membuat orang lebih rentan
terhadap penyakit.
Pada tahap reaksi alarm, sinyal marabahaya dikirim menuju bagian otak
yang disebut hipotalamus. Hipotalamus memungkinkan pelepasan hormon
yaitu berupa hormon glukokortikoid. Glukokortikoid tersebut selanjutnya
memicu pelepasan adrenalin dan kortisol yang merupakan hormon stress.
Adrenalin akan memberi dorongan energi kepada seseorang. Akibatnya, detak
jantung dan tekanan darah akan meningkat. Selain itu, kadar gula darah juga
akan ikut meningkat.

Ciri-ciri :
 Curah jantung meningkat
 Peredaran darah cepat
 Denyut nadi meningkat
 Otot mengalami ketegangan
 Nafas tersengal-sengal
 Daya tahan tubuh berkurang, dan jika stressor sangat besar dan
kuat maka dapat menimbulkan kematian

2. Tahap 2 : Tahap Resistensi (SR)


Tahap resistensi juga dapat disebut sebagai tahap adaptasi. Pada fase
ini, jika stress terus berlanjut maka tubuh akan beradaptasi dengan stressor
yang dihadapi. Misalnya, jika stressornya berupa kelaparan, maka orang
tersebut mungkin akan mengalami penurunan aktivitas fisik guna untuk
menghemat energinya, lalu penyerapan nutrisi akan dimaksimalkan olehnya.
Selama tahap resistensi, tubuh berusaha untuk menetralkan perubahan
fisiologis yang terjadi selama pada tahap alarm. Tahap resistensi diatur oleh
bagian ANS yang disebut parasimpatis. Cabang parasimpatis ANS akan
mencoba mengembalikan tubuh ke keadaan normal dengan cara mengurangi
jumlah kortisol yang dihasilkan. Detak jantung dan tekanan darah akan mulai
kembali normal. Jika situasi stress berakhir selama tahap resistensi, tubuh
akan dapat kembali normal. Namun, jika stressor tetap masih ada, maka tubuh
akan tetap dalam keadaan siaga dan hormone stress akan terus diproduksi.
Ciri-ciri :
 Kurang melakukan aktivitas fisik
 Detak jantung kembali normal
 Tekanan darah kembali normal
3. Tahap 3 : Tahap Kelelahan (SE)
Tahap kelelahan merupakan periode akhir pada General Adaptation
Syndrome ketika tubuh telah mengalami periode stress yang lama. Pada tahap
ini, tubuh telah menghasilkan sumber energinya dengan terus berusaha tetapi
tetap gagal pulih. Pada tahap kelelahan, stress terus berlangsung selama
beberapa waktu. Resistensi tubuh terhadap stress dapat dikurangi secara
bertahap atau mungkin juga dapat runtuh dengan cepat. Hal ini menandakan
system kekebalan tubuh dan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit
mungkin telah sepenuhnya hilang. Pasien yang mengalami stress jangka
panjang mungkin dapat meninggal secara tiba-tiba akibat serangan jantung
ataupun akibat infeksi parah karena kekebalan tubuh yang berkurang.
Contohnya, seseorang dengan pekerjaan yang penuh tekanan akan mengalami
stress jangka panjang yang mengakibatkan tekanan darah tinggi lalu akhirnya
meninggal akibat serangan jantung.
Ciri-ciri :
 Sakit kepala
 Gangguan mental
 Gangguan arteri coroner
 Bisul
 Colitis
LOCAL ADAPTATION SYNDROME

Local Adaptation Syndrome (LAS) merupakan merupakan bentuk adaptasi


tubuh terhadap stress dimana tubuh menghasilkan banyak respon setempat dan respon
tersebut berjangka pendek. Dinamakan local yaitu karena tidak melibatkan seluruh
system tubuh, sedangkan adaptasi atau adaptif yaitu karena diperlukan stressor untuk
menstimulasikan. Adaptasi ini bersifat jangka pendek yaitu karena tidak berlangsung
selamanya. Selain itu, adaptasi ini juga bersifat restoratif yaitu membantu memperbaiki
homestasis daerah atau bagian tubuh tertentu. Contoh Local Adaptation Syndrome yaitu
respon terhadap nyeri dan inflamasi.

Ciri-ciri :

 Bersifat local
 Bersifat adaptif
 Bersifat jangka pendek
 Bersifat restoratif
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhian, A. (2018). Stress dan Adaptasi.


https://www.academia.edu/15575138/JENIS_KOPING. diakses tanggal 27
Agustus 2019
Sriwati, A. (2013). Konsep Stres & Adaptasi.
https://www.slideshare.net/AnitaSriwaty/konsep-stress-adaptasi . diakses
tanggal 27 Agustus 2019
Burgess, L. (2017). What to Know About General Adaptation Syndrome.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/320172.php . diakses tanggal 27
Agustus 2019
Lucille, H. (2016). General Adaptatiom Syndrome (GAS) Stages.
https://www.integrativepro.com/Resources/Integrative-Blog/2016/General-
Adaptation-Syndrome-Stages. diakses tanggal 27 Agustus 2019
Sincero, SM. (2012). General Adaptation Syndrome.
https://explorable.com/general-adaptation-syndrome. diakses tanggal 27 Agustus
2019
Ramadhan, R. (2016). Adaptasi Terhadap Stress Dapat Berupa.
https://www.academia.edu/10368036/Adaptasi_terhadap_stress_dapat_berupa.
diakses tanggal 27 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai