Anda di halaman 1dari 304

PENERAPAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) BERBASIS

YOUTUBE UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA


KONSEP EKOSISTEM KELAS X DI SMA NEGERI 1 SUMBER

SKRIPSI

AHMAD HAKIM ROJA APROLLA ALFALASIFAH


NIM. 1415106005

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2019 M / 1440 H
PENERAPAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) BERBASIS
YOUTUBE UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA
KONSEP EKOSISTEM KELAS X DI SMA NEGERI 1 SUMBER

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Jurusan Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

AHMAD HAKIM ROJA APROLLA ALFALASIFAH


NIM. 1415106005

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2019 M / 1440 H

i
ABSTRAK

AHMAD HAKIM ROJA A.A: Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Kelas X Di
SMA Negeri 1 Sumber
Kualitas suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya.
Peningkatan tingkat pendidikan dapat dikolaborasikan dengan berkembangan
IPTEK sebagai sumber belajar. Pendekatan JAS adalah salah satu solusi yang
ditawarkan oleh peneliti dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa,
terlebih pendekatan tersebut dipadukan dengan basis aplikasi sosial media yang
digunakan oleh seluruh dunia, yaitu youtube yang dapat diakses kapan dan
dimanapun manusia berada. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Sumber dengan
kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 4 sebagai kelas kontrol.
Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan
yang sangat baik, hal tersebut ditandai dengan laju grafik yang terus meningkat
selama pembelajaran yang terbagi menjadi 3 (tiga) kali pertemuan. Selain
peningkatan berdasarkan pertemuan di kelas, setiap tahapan (sintak) yang diberikan
kepada siswa kelas eksperimen memiliki tingkat aktivitas rata-rata sebesar 88,06%
yang termasuk kategori “Sangat Baik”. Perbedaan peningkatan literasi sains antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat jelas terlihat berdasarkan hasil pretest
dan postest yang dilakukan. Hasil uji hipotesis umum secara menyeluruh
menunjukkan bahwa nilai pretes memiliki angka sig. 0,001<0,05, postest dan
NGain memiliki nilai sig. 0.000<0,05. Sehingga, Ha diterima dan Ho ditolak atau
terdapat peningkatan yang signifikan terhadap literasi sains siswa. Respon siswa
terhadap pembelajaran dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
youtube memiliki respon 100% positif dari responden, yang terdiri dari skala baik
sebesar 85% dan skala sangat baik sebesar 15%. Pembelajaran dengan pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube terbukti disenangi oleh siswa sebagai
responden subjek yang menjalani langsung pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian ini diharapkan menjadi contoh bagi guru yang lain dan mengalami
pembaharuan sesuai dengan kebutuhan pendidikan, khususnya mempermudah
dalam melaksanakan pembelajaran pada konsep ekosistem.
Kata Kunci: Jelajah Alam Sekitar, Literasi Sains, Youtube

i
ABSTRACT

AHMAD HAKIM ROJA A.A: Application of Youtube-Based Approach to the


Surrounding Environment (JAS) to Improve
Student Science Literacy in the Concept of
Ecosystem Class X in SMA Negeri 1 Sumber

The quality of a country is strongly influenced by the level of education.


Increasing the level of education can be collaborated by developing science and
technology as a learning resource. The JAS approach is one of the solutions offered
by researchers in improving student learning outcomes and scientific literacy,
especially the approach is combined with the basis of social media applications
used by the whole world, namely youtube which can be accessed anytime and
anywhere human beings are. The study was conducted at 1 Sumber State High
School with class X MIA 1 as the experimental class and X MIA 4 as the control
class. Student learning activities during the learning process progressed very well,
it was marked by a graphical rate that continued to increase during learning which
was divided into 3 (three) meetings. In addition to improving based on class
meetings, each stage (syntax) given to students in the experimental class had an
average activity level of 88.06% which included the category "Very Good". The
difference in increasing scientific literacy between the experimental class and the
control class is very clearly seen based on the results of the pretest and posttest
conducted. The results of the general hypothesis test as a whole show that the
pretest value has a sig number. 0.001 <0.05, post-test and N-Gain have sig values.
0,000 <0.05. So, Ha is accepted and Ho is rejected or there is a significant increase
in students' scientific literacy. Students' responses to learning in the youtube-based
Approach Natural Exploration (JAS) approach have a 100% positive response from
respondents, which consists of a good scale of 85% and very good scale of 15%.
Learning with the YouTube-based Surrounding Natural Approach (JAS) proved to
be favored by students as subject respondents who underwent direct learning. This
research is expected to be an example for other teachers and experience renewal
in accordance with educational needs, especially facilitating the implementation of
learning on the concept of ecosystems.

Keywords: Exploring Nature Around, Literacy Science, Youtube

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) BERBASIS YOUTUBE


UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM
KELAS X DI SMA NEGERI 1 SUMBER

AHMAD HAKIM ROJA APROLLA ALFALASIFAH


NIM. 1415106005

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd


NIP. 19651002 198803 1 002 NIP. 19680728 199101 2 001

iii
NOTA DINAS

Kepada:
Yth. Ketua Jurusan Tadris Biologi
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
di
Cirebon

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi:
Nama : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah
NIM : 1415106005
Judul : Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube Untuk
Menigkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep Ekosistem Kelas X di SMA Negeri
1 Sumber

Kami bersepakat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk
dimunaqosahkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Cirebon, ........... 20..


Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd


NIP. 19651002 198803 1 002 NIP. 19680728 199101 2 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Bismillahirrahmaanirrahiim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ahmad Hakim Roja Aprolla ALFalasifah

NIM : 1415106005

Fakultas / Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Tadris Biologi

Judul : Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube


untuk Menigkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Kelas
X di SMA Negeri 1 Sumber

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai
ketentuan atau pedoman karya tulis ilmiah.

3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini sebagian maupun keseluruhan isinya
merupakan karya plagiat, penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di IAIN Syekh
Nurjati Cirebon

Cirebon, ........... 20..


Pembuat Pernyataan,

Ahmad Hakim Roja A.A


NIM. 1415106005

v
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis
Youtube untuk Menigkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Kelas X di
SMA Negeri 1 Sumber” oleh Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah dengan NIM.
1415106005 telah dimunaqosahkan pada tanggal 16 Agustus 2019 di hadapan dewan penguji
dan dinyatakan lulus.
Skripsi ini telah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Panitia Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan

Ketua Jurusan
Dr. Ina Rosdiana L, M. Si
NIP. 19740326 200604 2 001
Sekretaris Jurusan
Asep Mulyani, M.Pd
NIP. 19790918 201101 1 004
Penguji I
Dr. Ina Rosdiana L, M.Si
NIP. 19740326 200604 2 001
Penguji II
H. Djohar Maknun, M.Si
NIP. 19651004 200003 1 003
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd
NIP. 19651002 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd
NIP. 19680728 199101 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Farihin, M.Pd


NIP. 19610805 199003 1 004

vi
PERSEMBAHAN

Satu kalimat yang selalu aku ucapkan dalam menghadapi rintangan kehidupan hingga sampai pada
pencapaian ini.
Alhamdulillahirrabil’alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah meridhai dan
memberikan kemudahan serta kasih sayang-Mu yang membimbing hamba dengan ilmu
pengetahuan yang kau berikan sehingga hamba mampu menyelesaikan skripsi yang merupakan
sebuah hadiah kecil yang akan kupersembahkan untuk orang-orang yang aku cintai dan sayangi di
dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW.
Secara pribadi kupersembahkan sebuah karya dan hadiah kecil ini untuk orang yang paling aku
sayangi di dunia ini:
Kedua Orang Tua yang paling mulia di dunia ini ayahanda Bapak Nasma, M.Pd., dan ibunda Ibu
Titin Hartini yang tiada hentinya selalu memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat, serta do’a
yang menghadirkan keridhoan Allah SWT dalam setiap langkah yang aku tempuh demi menggapai
cita-cita dan masa depan yang lebih baik hingga akhirnya telah mampu menyelesaikan studi
sarjana. Keluarga dan saudaraku yang aku sayangi yakni adikku Fikriyatul Maula AtThalifa, dan
Asep Fauzan Muhammad Salman AlBaihaqi, terima kasih atas dukungan dan do’a yang kalian
panjatkan selama ini.
Bapak dan Ibu dosen jurusan Tadris IPA Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kasih
sayang, perhatian, serta bimbingan selama aku menimba ilmu di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kepada dosen pembimbing skripsi yakni Bapak Prof Dr. H. Wahidin, M.Pd., dan Ibu Dr. Dewi
Cahyani, M.Pd., terima kasih atas ilmu dan waktu yang telah diberikan serta kesabaran dalam
membimbing dan memberikan arahan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
SMA Negeri 1 Sumber yang aku banggakan, ku ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan sehingga dapat melakukan penelitian skripsi ini.

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ahmad Hakim Roja Aprolla


AlFalasifah
Tempat/ : Cirebon, 15 April 1997
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Bapak : Nasma, M.Pd
Nama Ibu : Titin Hartini
Telp./ HP : 089629608225
e-mail : ahmadhakimroja@gmail.com
Hobi : Membaca dan memaknai Al-
Quran

Alamat Lengkap : Jl. Embargo, Blok Pagebangan, Ds. Kalibaru


RT/RW 004/006
Kec. Tengahtani, Kab. Cirebon

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 6 Sagalaherang – Subang, Lulus SD Negeri 2 Kalitengah tahun 2009


2. SMP Negeri 2 Plered, lulus tahun 2012
3. MA Negeri 1 Cirebon, lulus tahun 2015
4. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, lulus tahun 2019

viii
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan kasih sayang kepada kita semua hamba-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul: “Penerapan Pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS) Berbasis Youtube Untuk Menigkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep
Ekosistem Kelas X di SMA Negeri 1 Sumber”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana (S-1) jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri
tauladan bagi umat Islam, yang telah memberikan qudwah hasanah untuk umatnya guna
mencapai insan kamil. Semoga senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir.

Penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan dan dukungan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan penuh
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya pada:

1. Bapak Dr. H. Sumanta, M,Ag., Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

2. Bapak Dr. H. Farihin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.

3. Ibu Dr. Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si., Ketua Jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh
Nurjati Cirebon yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan arahannya dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan selama penulisan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd., pembimbing I yang penuh kesabaran serta keikhlasan
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.

5. Ibu Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd., pembimbing II yang penuh kesabaran serta keikhlasan
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.

6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan jurusan Tadris Biologi yang telah memberikan ilmu
dan arahannya selama ini.

7. Bapak H. Tedi, M.Pd., kepala SMA Negeri 1 Sumber yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Ibu Sri Handayani, S.Pd., guru Biologi SMA Negeri 1 Sumber.

ix
x

9. Orang tua tercinta, Bapak Nasma, M.Pd, dan Ibu Titin Hartini, serta seluruh keluarga besar
yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian tugas ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi
untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat mermanfaat penulis khususnya dan bagi masyarakat pada
umumnya.

Amiin ya Robbal’alamiin

Cirebon, Juli 2019

Penulis,

Ahmad Hakim Roja A.A

NIM. 1415106005

x
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .......................................................................................................................... ix


Daftar Isi .................................................................................................................................... xi
Daftar Tabel............................................................................................................................. xiii
Daftar Gambar ......................................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ....................................................................................................................... xv
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6
3. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 7
2. Manfaat Praktis .................................................................................. 7
Bab II tinjauan pustaka............................................................................................................ 9
A. Pembelajaran Biologi ....................................................................................... 9
B. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) ......................................................... 10
C. Youtube ........................................................................................................... 16
D. Literasi Sains .................................................................................................. 17
E. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 22
F. Penelitian Terhadulu ...................................................................................... 23
G. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 24
Bab III metode penelitian ....................................................................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 25
B. Desain Penelitian ............................................................................................ 25
C. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 26
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 29
F. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 32
xi
xii

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 34


A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 34
1. Aktivitas Belajar dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube .............................................................................. 34
2. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains dalam Penerapan Jelajah
Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube ............................................. 39
3. Respon Siswa Menaggapi Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube .............................................................................. 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 64
1. Aktivitas Belajar dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube .............................................................................. 64
2. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains dalam Penerapan Jelajah
Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube ............................................. 67
3. Respon Siswa Menaggapi Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube .............................................................................. 75
Bab V PENUTUP .................................................................................................................. 80
A. Kesimpulan..................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel III. 1 Prosedur Eksperimen Non-equivalent Control Group Design.............................. 25
Tabel III. 2 Pedoman untuk memberikan kriteria validitas ...................................................... 27
Tabel III. 3 Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas .................................................. 28
Tabel III. 4 Pedoman untuk memberikan kriteria tingkat kesukaran ....................................... 29
Tabel III. 5 Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria daya pembeda ......................... 29
Tabel III. 6 Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria N-Gain .................................... 31
Tabel IV.1 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Secara Umum ......................................... 46
Tabel IV.2 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest, Postest, dan N-Gain Secara Umum .................. 47
Tabel IV.3 Hasil Uji Prasyarat Data Pretest untuk Setiap Indikator ....................................... 49
Tabel IV.4 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest untuk Setiap Indikator ....................................... 50
Tabel IV.5 Hasil Uji Prasyarat Data Postest untuk Setiap Indikator ....................................... 51
Tabel IV.6 Hasil Uji Hipotesis Data Postest untuk Setiap Indikator ....................................... 52
Tabel IV.7 Hasil Uji Prasyarat Data N-Gain untuk Setiap Indikator ....................................... 53
Tabel IV.8 Hasil Uji Hipotesis Data N-Gain untuk Setiap Indikator....................................... 54
Tabel IV.9 Homogenitas Varian .............................................................................................. 55
Tabel IV.10 Tabel Hasil Uji Anova ......................................................................................... 55
Tabel IV.11 Hasil Analisis Post-Hoc Test ............................................................................... 56
Tabel IV.12 Hasil Uji Analisis Tukey ...................................................................................... 57
Tabel IV.13 Homogenitas Varian ............................................................................................ 58
Tabel IV.14 Hasil Uji Anova ................................................................................................... 58

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 23
Gambar III.1 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 33
Gambar IV.1 Diagram Persentase Aktivitas Belajar Berdasarkan Sintak JAS ........................ 34
Gambar IV.2 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan I....................................................... 36
Gambar IV.3 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan II ..................................................... 37
Gambar IV.4 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan III .................................................... 38
Gambar IV.5 Diagram Nilai Rata-Rata Literasi Sains ............................................................. 40
Gambar IV.6 Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain Literasi Sains ................................................ 41
Gambar IV.7 Diagram Nilai Rata-Rata Pretest-Postest Setiap Indikator Literasi Sains ......... 42
Gambar IV.8 Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain untuk Setiap Indikator Literasi Sains ........... 44
Gambar IV.9 Diagram Respon Siswa dalam Pendekatan JAS Berbasis Youtube ................... 59
Gambar IV.10 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Eksplorasi .................................. 60
Gambar IV.11 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Konstruktivis ............................. 60
Gambar IV.12 Grafik Respon Pendekatan JAS Indikator Proses Sains .................................. 61
Gambar IV.13 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Masyarakat Belajar .................... 62
Gambar IV.14 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Bioedutaiment ............................ 62
Gambar IV.15 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Authentic Assessment ................ 63

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 Peta Konsep............................................................................................................ 85


Lampiran 2 Analisis Konsep .................................................................................................... 86
Lampiran 3 Silabus Kelas Eksperimen .................................................................................... 94
Lampiran 4 Rpp Kelas Eksperimen ......................................................................................... 98
Lampiran 5 Rpp Kelas Kontrol .............................................................................................. 108
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ...................................................................................... 125
Lampiran 7 Sebaran Soal Uji Coba ........................................................................................ 145
Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Literasi Sains ............................................................................... 165
Lampiran 9 Sebaran Soal Literasi Sains ................................................................................ 184
Lampiran 10 Kisi-Kisi Lembar Observasi ............................................................................. 198
Lampiran 11 Lembar Observasi ............................................................................................. 203
Lampiran 12 Kisi-Kisi Lembar Angket ................................................................................. 206
Lampiran 13 Rpp Kelas Kontrol ............................................................................................ 208
Lampiran 14 Analisis Kebutuhan Media ............................................................................... 212
Lampiran 15 Flow Chart ........................................................................................................ 221
Lampiran 16 Hasil Observasi ................................................................................................. 222
Lampiran 17 Rekapitulasi Observasi ..................................................................................... 223
Lampiran 18 Hasil Uji Statistik .............................................................................................. 225
Lampiran 19 Nilai Pretest & Postest Kelas Eksperimen ....................................................... 242
Lampiran 20 Nilai Pretest & Postest Kelas Kontrol .............................................................. 244
Lampiran 21 Nilai Pretest & Postest Perindikator Kelas Eksperimen .................................. 246
Lampiran 22 Nilai Pretest & Postest Perindikator Kelas Kontrol ......................................... 249
Lampiran 23 Rekapitulasi Hasil Pretest, Postest, Dan N-Gain Kelas Eksperimen ............... 252
Lampiran 24 Rekapitulasi Hasil Pretest, Postest, Dan N-Gain Kelas Kontrol ...................... 253
Lampiran 25 Rekapitulasi Pretest, Postest, Dan N-Gain Perindikator Kelas Eksperimen .... 254
Lampiran 26 Rekapitulasi Pretest, Postest, Dan N-Gain Perindikator Kelas Kontrol .......... 255
Lampiran 27 Rekapitulasi Hasil Angket ................................................................................ 256
Lampiran 28 Analisis Persentase Hasil Angket ..................................................................... 257
Lampiran 29 Rekapitulasi Point Angket ................................................................................ 258
Lampiran 30 Jurnal Ilmiah Literasi Sains Siswa .................................................................... 259
Lampiran 31 Foto Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 284

xv
xvi

Lampiran 32 Beranda Youtube ............................................................................................... 285


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya. Hal tersebut
menyebabkan negara tersebut terus berupaya untuk meningkatkan tingkat pendidikannya.
Salah satu program internasional yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melihat
gambaran kualitas pendidikan di suatu negara adalah The Programe for International
Student Assessment (PISA). Hasil penilaian terhadap literasi sains siswa Internasional
sampai saat ini masih memprihatinkan (Latip, 2016). Laporan Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD), menunjukkan bahwa peringkat literasi sains
siswa Indonesia pada tahun 2013 adalah 382. Angka ini jauh dari rata-rata skor sains
seluruh peserta yaitu 501 dan Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
Tantangan abad 21 disektor ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diatasi
dengan pembelajaran yang diberikan kepada siswa perlu dilengkapi dengan keterampilan
untuk memastikan daya saing mereka diera globalisasi. Mereka diharapkan untuk
menguasai keterampilan abad 21 selain hanya menjadi unggul dalam kinerja akademis.
Sangat penting untuk menggabungkan keterampilan dalam pendidikan sains.
Keterampilan terdiri dari empat domain utama usia melek yaitu digital, berpikir inventif,
komunikasi yang efektif dan produktivitas yang tinggi. literasi sains merupakan salah satu
keterampilan yang dibutuhkan dalam keaksaraan era digital. Keterampilan tersebut
berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan, partisipasi dalam urusan kewarganegaraan,
budaya, dan produktivitas ekonomi. Literasi sains penting dalam kegiatan pendidikan di
masa modern karena mereka banyak masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Keterampilan proses sains dasar meliputi mengamati, mengklasifikasi,
mengukur dan menggunakan angka, membuat kesimpulan, memprediksi, berkomunikasi
dan menggunakan hubungan ruang dan waktu. Sedangkan, keterampilan proses sains
yang terintegrasi terdiri dari data menafsirkan, definisi operasional, variabel kontrol,
membuat hipotesis dan bereksperimen. mahasiswa ilmu telah dibudidayakan oleh literasi
dan proses ilmu keterampilan ilmiah melalui kelas sains (Turiman, 2012).
Literasi sains sangat penting untuk dikembangkan karena setiap orang
memerlukan informasi dan pengetahuan untuk menentukan pilihan maupun untuk

1
2

memecahkan masalah yang dihadapinya setiap hari. Literasi sains dapat ditingkatkan
dalam pembelajaran dengan menghubungkan suatu konsep sains dengan topik yang
sedang berkembang dan menarik dalam kehidupan nyata (Devi, 2016).
Kegiatan praktikum merupakan nyawa dari pelajaran biologi, karena materi
tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan, sehingga semua contohnya dapat ditemukan
di lingkungan sekitar. Praktikum membuat siswa dapat melengkapi pengetahuan teori
yang didapatkan di kelas dengan cara inquiry atau siswa mencari tahu permasalahan
dalam pembelajaran, kemudia mencari jawaban atas apa yang dipertanyakan mengenai
suatu materai. Partisipasi mahasiswa sangat dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
praktikum. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan media literasi
sains untuk membantu kegiatan praktikum dan membuatnya menarik untuk dilaksanakan
(Fuselier, 2017).
Rekomendasi untuk meningkatkan status guru harus fokus tidak hanya pada
konten pengetahuan, tetapi pada pengetahuan prosedural dan epistemik yang perlu
diterapkan. Mereka juga harus membidik untuk menghapus aspek negatif yang
disebutkan dan fokus pada pemahaman sains dan penjelasan ilmiah tentang fenomena
dengan interpretasi yang tepat. Hasil analisis PISA menunjukkan dalam jangka panjang
bahwa siswa Indonesia memiliki pengetahuan konten yang cukup tetapi sering kali tidak
dapat menerapkannya dalam tugas non-tradisional. Hal Ini juga merupakan konsekuensi
dari fakta yang disebutkan di atas bahwa standar pengajaran di Indonesia sangat menuntut
konten yang tepat. Kerangka kerja independen yang disajikan harus dapat mengumpulkan
secara mandiri informasi yang diperlukan tentang masalah yang diberikan dari berbagai
sumber informasi (ilmiah, sastra, internet) dan menggunakan materi pendidikan
multimedia. Presentasi masalah dapat sangat memotivasi siswa (motivasi menuju non-
tradisional masalah solusi atau menciptakan situasi masalah) karena mereka melihat arti
dan kegunaan dari hal-hal yang akan mereka pelajari dan memaksa mereka untuk
mengidentifikasi apa yang mereka pelajari harus tahu tentang pemecahan masalah yang
digunakan. Pendidikan harus diwujudkan dengan elemen-elemen keteramilan abad 21
agar tercipta suasana pembelajaran yan lebih baik dan membuat kemampuan siswa yang
logis, kritis dan kreatif, yang mampu menemukan hubungan di antara keduanya struktur
dan fitur spesies, yang dapat menyebabkan peningkatan dalam hasil belajar siswa di kelas
(Bellova, 2017)
3

Penelitian yang telah dilakukan oleh Odegaard (2015) Budding Sains dan
Literasi akan menjelajahi bagaimana bekerja dengan model inquiry dan literasi sains
terpadu untuk mendukung dan meningkatkan semangat belajar siswa. Video yang
disajikan beirisi demonstrasi materi dan pola kegiatan ilmu pengetahuan dan keaksaraan
berbasis penyelidikan, modalitas belajar (membaca, menulis, melakukannya, dan
berbicara itu) yang digunakan dalam pendekatan terpadu didominasi oleh kegiatan lisan.
Siswa diberi waktu untuk melakukan kegiatan diskusi melalui kegiatan komunikasi dan
literasi, dan guru melakukan penyelidikan terhadap aktivitas siswa tersebut. Modalitas
belajar yang terintegrasi dalam semua tahap penyelidikan akan berdampak pada
peningkatan literasi siswa.
Kompetensi dalam literasi sains merujuk pada proses sains yang terlibat ketika
menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan suatu masalah, seperti mengidentifikasi
dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya
mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti
apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang
sesuai dengan bukti yang ada. Sehingga PISA mengelompokkan dimensi kompetensi
tersebut ke dalam 3 aspek utama, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain
phonomena scientiifically), mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate
and design scientific enquiry), dan menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta
secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically). (OECD, 2015: 24)
Kemampuan literasi sains siswa dapat terbentuk dengan bantuan pendekatan
yang tepat, salah satunya dapat menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
yang dipadukan dengan multimedia berbasis youtube. JAS berbasis youtube dapat
mempermudah siswa dalam melakukan eksplorasi sumber belajar tanpa harus menuju
lokasi pengamatan secara langsung. JAS sebagai pendekatan tak dapat lepas dari
persiapan pembelajaran, implementasi perencanaan pada proses pembelajaran, dan
asesmen hasil pembelajaran yang menentukan keberhasilannya (Alimah et. al.. 2016).
JAS mendukung pengembangan kemampuan literasi sains karena menekankan
lingkungan sekitar yang bukan hanya berupa lingkungan alam, tetapi juga lingkungan
sosial masyarakat yang ada di sekitar siswa. Sehingga belajar menggunakan pendekatan
JAS menganggap lingkungan secara utuh berupa lingkungan fisik, sosial, teknologi, dan
budaya. Proses belajar biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek (siswa)
dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Pembelajaran
4

Biologi sesuai dengan karakteristik pembelajaran abad ke-21 diarahkan pada penciptaan
suasana aktif, kritis, analisis, dan kreatif dalam pemecahan masalah dengan menggunakan
keterampilan proses sains (Sudarisman, 2015). Kenyataannya proses pembelajaran
biologi masih sangat jarang yang membawa siswa untuk mempelajari objeknya secara
langsung, padahal objek tersebut sangat mudah dijumpai di lingkungan sekitar.
Pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) yang memiliki enam
komponen yaitu eksplorasi, konstruktivis, proses sains, learning community,
bioedutainment, dan asesmen autentik merupakan salah satu alternatif untuk melengkapi
kekurangan tersebut.
Proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 guru diharapkan menjadi
seorang fasilitator dan motivator yang dapat menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
siswanya. Kegiatan siswa dalam mengeksplorasi fenomena sebelum menjelaskan
merupakan bagian penting dari pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi
siswa. Hal ini akan ditunjang dengan pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar
yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata. Obyek
kajian belajar yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa memberikan gambaran yang
nyata bagi diri siswa karena dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka (Alimah &
Marianti 2015). JAS dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat
mempelajari berbagai macam konsep dan cara mengkaitkannya dengan masalah-masalah
kehidupan nyata. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains siswa yang ditekankan bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap
konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan bagaimana seseorang dapat membuat
keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan pertumbuhan
ekonomi. Pelaksanaan tugas tersebut guru harus dapat menerapkan berbagai metode
supaya pengetahuan tersebut dapat sampai kepada siswa dengan baik. Salah satu metode
yang selama ini kurang dimanfaatkan dengan baik adalah multimedia audio visual berupa
video interaktif. Menurut Haffost (Munir, 2008) multimedia adalah suatu sistem
komputer yang terdiri dari hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk
menggabungkan gambar, video, fotografi, grafik, animasi, suara, teks, dan data yang
dikendalikan oleh komputer. Pendapat lain dikemukakan oleh Thomson (1994) (dalam
Munir, 2008) bahwa multimedia sebagai suatu sistem yang menggabungkan gambar,
video, animasi, dan suara secara interaktif. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh
5

guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa menggunakan perangkat komputer


sehingga proses pembelajaran lebih interaktif dan komunikatif, seperti penerapan media
video pada situs youtube.
Peningkatan literasi sains siswa berdasarkan dimensi kompetensi melalui
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube diharapkan menjadi suatu
perpaduan desain pembelajaran yang dapat membuat siswa berinteraksi langsung dengan
objek biologi serta meningkatkan kemampuan literasi sains siawa. Selain itu, kterkaitan
pendekatan JAS dan media video youtube dengan kurikulum terbaru yaitu kurikulum
2013 revisi yang dikembangkan pemerintah menjadi nilai kebermaknaan peneiltian ini.
Penelitian di SMA Negeri 1 Sumber dilakukan berdasarkan kebutuhan siswa akan literasi
sains dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Pemilihan tempat tersebut
disesuaikan dengan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran, seperti perizinan
dalam menggunakan smartphone di lingkungan sekolah dan akses wi-fi yang dapat
diakses oleh seluruh siswa. Selain itu, letak geografis sekolah yang berdekatan dengan
lahan hijau seperti situs budaya plangon dan hutan kota dijadikan sebagain perbandingan
objek kajian yang diamati, termasuk pada objek ekosistem sebagai sarana penerapan
pendekatan JAS berbasis youtube.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Guru dalam pembelajaran mata pelajaran biologi tidak sedikit masalah


yang dihadapinya. Kekurang mampuan mengatasi masalah akan menjadi faktor
pemicu pembelajaran yang diselenggarakan kurang berhasil mengantarkan siswa
pada tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut akhirnya dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebegai berikut:
1) Kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih sangat rendah.
2) Proses pembelajaran akan ketinggalan zaman apabila guru tidak
memanfaatkan teknologi dalam mengeimbangi kemajuan IPTEK.
3) Teori belajar biologi tidak seimbang tanpa adanya kegiatan praktikum atau
eksperimen.
4) Literasi sains siswa perlu ditingkatkan dengan pendekatan Jelajah Alam
Sekitar berbasis youtube.
6

5) Kurangnya pemanfaatan smartphone dan fasilitas wi-fi yang dimiliki siswa


sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.

2. Pembatasan Masalah

Agar Penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam
maka peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi masalah yang hanya berkaitan
dengan:
1) Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) yang diterapkan dilakukan oleh
peneliti, kemudian membuat video dokumetasi yang di upload pada situs
youtube agar dapat diakses oleh siswa.
2) Situs youtube hanya sebagai tempat untuk mengakses video dokumentasi JAS
dan tempat diskusi pada kolom komentar apabila ada pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang ditayangkan..
3) Peningkatan kompetensi literasi sains mencangkup tiga aspek yaitu
menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically),
mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and desingn
scintific equiry), serta menginterpretasikan data dan menunjukan fakta secara
ilmiah (interpret data and evidence scientifically).
4) Kajian konsep materi yang diamati adalah konsep ekosistem: Pengertian
ekosistem, aliran energi, siklus biogeokimia, dan interaksi dalam ekosistem.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam penerapan pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS) berbasis youtube pada konsep ekosistem kelas X di SMA
Negeri 1 Sumber?.
2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan literasi sains siswa melalui
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube pada konsep
ekosistem kelas X di SMA Negeri 1 Sumber?.
3) Bagaimana respon siswa dalam menanggapi pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar berbasis youtube pada konsep
ekosistem kelas X di SMA Negeri 1 Sumber?.
7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa dalam penerapan pendekatan Jelajah


Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube pada konsep ekosistem kelas X di SMA
Negeri 1 Sumber?.

2. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan literasi sains siswa melalui pendekatan


Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube pada konsep ekosistem kelas X di
SMA Negeri 1 Sumber?.

3. Untuk mendeskripsikan respon siswa dalam menanggapi pembelajaran dengan


pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar berbasis youtube pada konsep
ekosistem kelas X di SMA Negeri 1 Sumber?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan, diharapkan memberikan manfaat baik,


diantaranya adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan kurikulum di sekolah


yang terus berkembang sesuai perkembangan teknologi informasi dan
kebutuhan siswa akan pendidikan berbasis literasi.
2) Memberikan sumbangan ilmiah dalam dalam ilmu pendidikan, yaitu
pendekatan JAS berbasis youtube untuk meningkatkan literasi sains siswa.
3) Dijadikan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan peningkatan literasi sains siswa di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian pendidikan dengan penerapan pendekatan


Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube dapat bermanfaat sebagai berikut:
8

1) Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara


peningkatan kemampuan literasi sains siswa melalui pendekatan JAS
berbasis video youtube.

2) Bagi Pendidik dan Calon Pendidik

Menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara


meningkatkan kemampuan literasi sains siswa khususnya melalui pendekatan
JAS berbasis video youtube.

3) Bagi Siswa

Siswa sebagai subjek penelitian diharapkan mendapat pengalaman


langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif dan menyenangkan
melalui pendekatan JAS dan tertarik mempelajari sains hingga meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa.

4) Bagi Sekolah

Dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun program


pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan literasi sains
siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan
bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006:
30). Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih
lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru
memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa
(Hamalik, 2010:36).
Sains berasal dari gejala-gejala yang terjadi di alam kemudian dengan rasa ingin
tahu manusia dan keinginannya untuk mengamati, mencoba mempelajari sampai mencari
tahu penjelasan atas gelaja-gejala tersebut melalui proses penyelidikan. Bundu (2006: 9)
mengemukakan bahwa, sains berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah
dan berhubungan dengan alam, sedangkan science memiliki arti ilmu pengetahuan,
sehingga natural science adalah ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari
fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-
ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat
organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta maupun konsep-
konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko, 2001:2).
Berdasarkan KTSP (BSNP, 2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah bersifat kualitatif
dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya. Mata
pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada
fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

9
10

1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup,


hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan energi,
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan
dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
3. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan


karakteristik perkembangan siswa yang sedang berada pada periode operasi formal.
Periode ini yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan
bisa memahami hal-hal yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Hal ini
harus diperhatikan karena siswa mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu
sama lain.

B. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan yang dapat berupa
lingkungan alam, sosial, teknologi, dan sebagainya. Pembelajaran dengan pendekatan
jelajah alam, siswa dihadapkan langsung terlibat dengan lingkungan kongkrit maupun
manipulatif selama proses belajar. Biologi adalah ilmu yang sangat berhubungan
langsung dengan lingkungan alam sekitar. Kegiatan penjelajahan merupakan suatu
strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi. Menurut Ridho
(dalam Marianti 2006) kegiatan penjelajahan mengajak siswa aktif mengeksplorasi
lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotornya
yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan penguasaan
berkarya, penguasaan menyikapi, dan penguasaan bermasyarakat, sehingga penggunaan
alam sekitar sebagai sumber belajar sangat menunjang dalam mempelajari ilmu tersebut.
Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mempunyai karakteristik memanfaatkan lingkungan sekitar baik lingkungan fisik, sosial,
teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari
melalui kerja ilmiah (Marianti, 2005). Pendekatan ini tidak menekankan siswa untuk
langsung belajar di alam, tetapi juga mengkonstruksi apa yang ada di alam, kemudian
11

dijadikan bahan untuk pembelajaran di kelas. Pendekatan JAS mengajak siswa mengenal
objek, gejala, dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan simpulan atas konsep
tetang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak
secara langsung dari guru atau buku, tetapi melalui kegiatan ilmiah.
Menurut Marianti (2006) yang menjadi ciri dalam keiatan pembelajaran
berpendekatan JAS selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak
langsung yaitu dengan mengunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan berupa
peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah adanya laporan
untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto, atau audio visual. Ciri
keempat yaitu kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan sehingga
menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.
Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang sebaiknya dilaksanakan
secara terpadu. Komponen-komponen JAS tersebut sebagai berikut:
1. Eksplorasi
Eksplorasi terhadap lingkungan secara langsung akan membuat siswa
berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan
pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Lingkungan
yang dimaksud tidak anya lingkungan fisik saja, tetapi meliputi lingkungan sosial,
budaya, dan teknologi.
2. Kontruktivisme
Pengetahuan dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi)
yang terus menerus, terus berubah dan berkembang. Melalui proses berinteraksi
dengan lingkungan menggunakan indera yang dimilikinya, siswa akan membangun
sendiri pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman yang telah didapat.
3. Proses Sains
Proses sains atau kegiatan ilmiah dimulai ketika seorang mengamati hal
yang menarik menurut diri sendiri atau orang lain, sehingga memunculkan
pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan kemudian dipecahkan melalui suatu
proses yang disebut metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu.
4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Konsep Learning Comunity menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
12

antar teman, kelompok, atau antara yang tahu dan yang tidak tahu. Masyarakat
belajar dapat dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua arah. Dua
kelompok atau lebih daalm masyarakat belajar yang terlibat komunikasi
pembelajaran akan saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan
sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5. Bioedutaiment
Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutaiment
memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan serta keterampilan akademik mereka sebagai macam tatanan dalam
sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata dan masalah
yang disimulasikan. Strategi pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS
bercirikan eksplorasi sumber daya alam serta eksplorasi otensi siswa. Strategi
pembelajaran bioedutaiment dapat diterapkan di luar kelas (outdoor classroom)
atau di dalam kelasl (in door classroom), maupun di tempat pembelajaran lainya.
6. Authentic Assessment
Penilaian kemampuan belajar siswa dapat berupa penilaian proses dan
hasil. Penilaian autentik dapat dilakukan dengan menskor dan pengetahuan dan
keterampilan siswa. Penilaian autentik akan menjawab pertanyaan: “Apakah
kemampuan yang telah dikuasai siswa?”, bukan “Apa yang sudah diketahui
siswa?”. Cara tersebut akan mengetahui nilai kemampuan siswa dengan berbagai
cara, tidak hanya berupa tes tertulis saja.
Keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, memecahkan masalah, berpikir
kritis, kreatif, dan berpikir kompleks menjadi dasar pertimbangan bahwa model
pembelajaran Eksperimental Jelajah Alam Sekitar (EJAS) didesain dengan 5 fase utama,
yaitu fase eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi. Kelima fase utama
dalam model EJAS dikembangkan atas dasar kondisi-kondisi yang mendukung
pemberian pengalaman pada proses belajar siswa dan format pembelajaran konstruktivis.
Masing-masing fase pada model EJAS memiliki tujuan yang dijabarkan dalam sintak atau
langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tujuan utama model EJAS.
1. Fase Eksplorasi
Fase eksplorasi merupakan fase yang harus dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran biologi dengan model EJAS. Siswa dituntut untuk melakukan
13

eksplorasi terhadap sumber belajar yang ada di lingkungan, baik yang bersifat by
design maupun by utilization. Fase eksplorasi memberikan kesempatan siswa untuk
mengembangkan ide dan pengalaman mereka melalui kegiatan investigasi terhadap
lingkungan. Investigasi terhadap lingkungan diawali dengan kegiatan observasi
sehingga peserta didik mampu menemukan masalah yang bersumber dari
lingkungan. Permasalahan yang dirumuskan dipecahkan/dicari solusinya dengan
bantuan panca indera melalui interaksi dengan lingkungan belajar sesuai dengan
objek kajian materi yang dipelajari siswa.
Fase eksplorasi pada model EJAS didasarkan pada tiga asumsi dasar dalam
experiential learning menurut Johnson dalam Arends (2008) menyatakan bahwa:
(1) belajar yang paling baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam
pengalaman belajarnya, (2) pengetahuan harus ditemukan oleh peserta didik sendiri
agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku mereka, (3)
komitmen peserta didik berada pada keadaan paling tinggi bila mereka dengan
bebas menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan berusaha secara aktif untuk
mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.
2. Fase Interaksi
Fase interaksi pada fase utama model EJAS didasari pada konsep
pembelajaran kooperatif dan learning community. Konsep learning community
menyarankan agar hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik dibangun atas
dasar kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari
sharing dengan antar teman, kelompok dan peserta didik yang tahu dengan yang
belum tahu. Walau dalam anggota kelompok kecil, jika mereka saling bekerja sama
akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dengan penuh
tanggung jawab, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat, mengambil
keputusan, menghargai orang lain dan mendengarkan pikiranpikiran terbuka serta
membangun persetujuan bersama saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Teori belajar yang mendasari fase interaksi dalam model EJAS adalah
teori belajar konstruktivis personal dan konstruktivis sosial, yang didasarkan pada
pandangan Vygotsky dan Piaget. Vygotsky dan Piaget menyatakan bahwa dalam
proses pembelajaran peserta didik membangun sendiri pengetahuan dan
pemahamannya serta tidak secara pasif menerima pengetahuan yang diberikan
kepadanya. Pembentukan pengetahuan akan terjadi apabila peserta didik saat proses
14

pembelajaran berinteraksi langsung dengan objek fisik belajar mereka. Kedua teori
belajar tersebut menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran karena keaktivan adalah kunci kesuksesan belajar seseorang.
Menurut pandangan teori belajar kontruktivis sosial dikatakan bahwa peserta didik
tidak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Orang lain yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang lebih dewasa (guru,
mentor, tutor) dan teman sebaya (seusia) mereka.
3. Komunikasi
Fase komunikasi dalam model pembelajaran EJAS menekankan pada
peserta didik untuk berkegiatan melatih keterampilan berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulisan dengan tagihan tugas untuk menyusun karya ilmiah sebagai
hasil dari kegiatan eksplorasi dan interaksi yang telah dilakukan dalam fase
sebelumnya pada model EJAS. Hal tersebut dilakukan atas dasar pemikiran dan
pandangan Vygotsky mengungkapkan bahwa segala pengetahuan, ide, gagasan
dapat diungkap melalui media bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Proses
pembelajaran dan belajar peserta didik semakin baik jika mereka diminta untuk
mengungkapkan informasi yang mereka temukan dengan bahasa mereka sendiri.
Inti fase komunikasi pada model EJAS adalah kegiatan komunikasi lisan
dalam rangka membangun konsep pengetahuan bersama dengan kelompok lain.
Hal yang dikomunikasikan/didiskusikan adalah segala sesuatu yang telah diperoleh
peserta didik dalam kegiatan eksplorasi dan interaksi dalam kelompok kecil dengan
menghadirkan guru sebagai penyelaras konsep. Guru perlu dihadirkan pada fase
komunikasi karena menurut pandangan Vygotsky bahwa peserta didik mampu
membangun pemahaman atau pengetahuannya secara aktif untuk mengembangkan
struktur kognitifnya maupun berinteraksi sosial dengan lingkungannya tidak lepas
dari bimbingan orang lain sebagai mediator.
4. Refleksi
Fase refleksi pada model EJAS menuntut peserta didik untuk melakukan
refleksi atas hal-hal yang telah mereka pelajari dan dapatkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Fase refleksi merupakan salah satu fase utama yang
penting karena melakukan analisis dan refleksi dari bagian penting terkait dengan:
(1) tindakan yang harus dilakukan untuk aktivitas belajar, (2) nilai-nilai yang dapat
15

diperoleh dari aktivitas belajar dan (3) manfaat yang dapat diambil dari hasil
aktivitas belajar.
Fase refleksi menutut peserta didik untuk menengok kembali kegiatan
eksplorasi dengan melakukan analisis dan mendiskusikan konsep pengetahuan
yang telah mereka temukan di lapangan selama proses pembelajaran dengan teman
satu kelompok, antar kelompok, dan guru. Refleksi tentang pengalaman-
pengalaman belajar mampu mendorong peserta didik menjadi sadar melalui bahasa
tentang segala sesuatu yang terjadi pada mereka. Aktivitas refleksi dapat dilakukan
peserta didik melalui: (1) diskusi dengan teman sebaya dan atau dengan guru, dan
atau (2) menulis jurnal refleksi. Jurnal refleksi merupakan suatu pendekatan jurnal
dalam proses pembelajaran (1) sebagai ekspresi pemahaman peserta didik dengan
memuat pertanyaan-pertanyaan terkait dengan konsep sains, (2) berhubungan
dengan kualitas berpikir peserta didik, dan (3) penulisannya dengan kata-kata
sendiri oleh peserta didik menanamkan nilai percaya diri, keleluasaan berekspresi
dan semangat anti plagiat.
5. Evaluasi
Fase evaluasi hasil belajar pada model EJAS merupakan teknik penilaian
hasil belajar model EJAS dengan menerapkan teknik penilaian autentik. Penialaian
atau asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik dan kelas
untuk maksud-maksud pengambilan keputusan pembelajaran. Bila data yang
dikumpulkan menunjukkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar, maka
guru dapat segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari
kesulitan belajar.
Proses penilaian hasil belajar dengan model EJAS dilakukan sebelum,
selama, dan setelah proses pembelajaran oleh guru secara terintegrasi dan
komperhensif. Penilaian memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur
keterampilan daripada tes tertulis yang hanya pengukur pengetahuan. Penilaian
menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus
diperoleh dari proses kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik selama proses
pembelajaran tersebut berlangsung. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan
semata-mata hanya dari hasil tes tulis di akhir pembelajaran.
Jadi, pembelajaran berpendekatan JAS dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan, tidak membosankan, sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar.
16

Pembelajaran dilaksanakan terintegrasi, menggunakan berbagai sumber belajar sehingga


pengetahuan siswa menyeluruh, tidak terpisah-pisah dalam setiap bidang studi.
Pembelajaran JAS menekankan padasiswa aktifdan kritis. Jadi pembelajaran dilakukan
dengan berpusat pada siswa, dan dipandu oleh guru yang kreatif (Mulyani, 2008).

C. Youtube

Media pembelajaran pada dasarnya merupakan “’perangkat lunak” (software)


yang berupa pesan atau informasi yang disajikan dengan memakai suatu peralatan bantu
(hardware) agar pesan atau informasi tersebut dapat diterima oleh siswa (Muhson,
2010:3). Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses
pembelajaran yang dijadikan sebagai alat bantu mengajar (Ainina, 2014:41).
Media Video Pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media Audio
Visual Aids (AVA) atau media yang dapat dilihat atau didengar. Media Audio Motion
Visual (media audio visual gerak) yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan
bentuk obyeknya dapat dilihat, media ini paling lengkap. Informasi yang disajikan
melalui media ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor atau
ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui projector dapat didengar suaranya dan dapat
dilihat gerakannya (video atau animasi).
Youtube merupakan aplikasi internet yang menguploud, berbagi dan menonton
video melalui platfom yang terintegrasi dan sederhana (Duncan, Yarwood-ross, & Haigh,
2013). Youtube dapat memfasilittasi pengguna untuk mendownload dan berbagi klip
video pada masyarakat luas yang didalamnya mencakup film, acara televisi, musik, dan
video instruksional, vlogs atau video blogs, serta video amatir. Youtube menjadi media
sosial ketika video dibagikan dan terjadinya bentuk interaksi melalui komentar terjadi di
situs tersebut (Dewitt et al., 2013).
Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat menjadikan youtube sebagai
saluran pembelajaran menjanjikan. Sejak diluncurkan tahun 2005, Youtube telah menjadi
situs gratis yang paling populer dan situs membagikan video (Lee, 2013).Youtube
merupakan situs ketiga yang paling banyak dikunjungi di dunia setelah google dan
facebook (Moghavvemi et al., 2018). Keunggulan youtube sebagai situs yang paling
banyak dikunjungi mendorong lembaga pendidikan untuk menggunakannya sebagai
media pembelajaran. Lembaga pendidikan dapat memanfaatkan Youtube untuk membuat
media dimana pendidik maupun siswa dapat menggunakan video untuk meningkatkan
17

materi pembelajaran. Youtube dianggap sebagai media belajar yang tepat digunakan oleh
pendidik karena menjaga perhatian siswa dan membuat belajar menjadi mudah diingat.
Video menurut (Asri & Hardianti, 2017:125) merupakan salah satu media audio
visual yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran karena dapat
meningkatkan hasil pembelajaran. media audio visual dapat menampilkan unsur gambar
(visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau
informasi. Menurut (Purwanti, 2015:43) mengemukakan bahwa media dengan video jelas
lebih cenderung mudah mengingnat dan memahami pelajaran karena tidak menggunakan
satu indera. Media pembelajaran video menurut (Rakhman,dkk, 2014:10) adalah alat
yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui tayangan gambar
bergerak yang diproyeksikan membentuk karekter yang sama dengan obyek aslinya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa video Youtube
merupakan media berbasis Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) yang
menggunakan apllikasi internet (Youtube) sebagai bahan pembelajaran yang terdiri dari
film, gambar, foto, dokumentasi, peta dan suara untuk diinformasikan ke siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

D. Literasi Sains

1. Pengetian Literasi Sains


Literasi sains menurut PISA (OECD, 2015: 22), didefinisikan sebagai:
“…the capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw
evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about
the natural world and the changes made to it through human activity”. Literasi
sains didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada,
sehingga dapat memahami dan membuat keputusan berkaitan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Hal tersebut dijelaskan pula oleh Lederman, (2013: 138) bahwa, the
essential nature of scientific literacy is that which influences students’ decisions
about personal and societal problems. Beyond this, however, educators work to
influence students’ ability to view science through a more holistic lens. Hal yang
esensial atau penting dari literasi sains yaitu literasi sains mampu mempengaruhi
siswa dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi masalah sosial maupun
18

personal. Sedangkan peran pendidik yaitu mempengaruhi kemampuan siswa agar


dapat melihat ilmu pengetahuan secara holistik.
Literasi sains penting dimiliki oleh siswa agar dapat menyikapi berbagai
isu-isu sains yang berkembang di masyarakat. Selaras dengan pernyataan Millar,
(2008: 18) bahwa,
“The evidence from the pilot and from the first two years of more
general use of the course is that a scientific literacy emphasis can
significantly improve students’ engagement with science ideas and issues, in
schools where teachers have a sound understanding of the rationale for the
course and are generally supportive of its aims and aspirations.”
Kemampuan literasi sains secara signifikan dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dengan ide-ide dan isu-isu mengenai ilmu pengetahuan,
kemudian guru di sekolah memiliki pemahaman yang baik mengenai suatu ilmu
pengetahuan sehingga mampu mendukung dan menampung aspirasi siswa selama
keterlibatannya dalam ide-ide dan isu-isu ilmu pengetahuan selama proses
pembelajaran.
Definisi mengenai literasi sains tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
literasi sains tidak hanya menuntut siswa memahami tentang pengetahuan IPA saja,
namun siswa juga harus mampu memahamai berbagai aspek proses sains dan
kemampuan mengaplikasikan pengetahuan IPA dalam kehidupan nyata. Tuntutan
pembelajaran IPA tidak hanya terkait pemahaman konsep, prinsip, hukum dan teori
dalam IPA saja, melainkan juga harus meningkatkan kompetensi siswa agar mampu
memenuhi kebutuhannya dan mampu mengikuti perkembangan pendidikan di
masyarakat yang saat ini dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi.
PISA membagi literasi sains kedalam 3 dimensi (Holbrook & Miia, 2009:
280-281):
“First, scientific concepts, which are needed to understand certain
phenomena of the natural world and the changes made to it through human
activity…... The main content of the assessment is selected from within
three broad areas of application: science in life and health; science of
the earth and the environment and science in technology. …Second,
scientific processes, which are centred on the ability to acquire, interpret and
act upon evidence. … Third, scientific situations, selected mainly from
people's everyday lives rather than from the practice of science in a school
classroom or laboratory, or the work of professional scientists. As with
mathematics, science figures in people's lives in contexts ranging from
personal or private situations to wider public, sometimes global issues.”
19

Secara umum petikan di atas memberikan penjelasan bahwa literasi sains


terbagi menjadi 3 dimensi yaitu scientific concepts, scientific situations dan
scientific processes. Dimensi scientific concepts diperlukan untuk memahami
fenomena alam dan perubahan alam akibat aktivitas manusia. Penilaian dari
scientific concepts dipilih dari dalam tiga bidang aplikasi yaitu ilmu dalam
kehidupan dan kesehatan, ilmu bumi dan lingkungan dan ilmu pengetahuan
teknologi. Kemudian scientific processes, berpusat pada kemampuan untuk
memperoleh, menafsirkan dan bertindak berdasarkan bukti. Sedangkan, scientific
situations yang menekankan pada kehidupan sehari-hari masyarakat dan bukan dari
praktek ilmu di kelas sekolah atau laboratorium, atau karya ilmuwan professional.
Selanjutnya PISA melakukan pembaharuan terhadap dimensi dalam
literasi sains. Tiga dimensi yang sebelumnya ditetapkan oleh PISA kemudian
diubah menjadi 4 dimensi. Terdapat 1 dimensi tambahan dalam literasi sains yaitu
dimensi sikap (attitude).
Selaras dengan pernyataan PISA (OECD, 2015: 23), bahwa definisi dari
literasi sains meliputi 4 domain yang saling terkait yaitu:
“Contexts: Personal, local/national and global issues, both current
and historical, which demand some understanding of science and technology.
Knowledge: An understanding of the major facts, concepts and
explanatory theories that form the basis of scientific knowledge. Such
knowledge includes knowledge of both the natural world and technological
artefacts (content knowledge), knowledge of how such ideas are produced
(procedural knowledge), and an understanding of the underlying rationale
for these procedures and the justification for their use (epistemic knowledge).
Competencies: The ability to explain phenomena scientifically,
evaluate and design scientific enquiry, and interpret data and evidence
scientifically.
Attitudes: A set of attitudes towards science indicated by an interest
in science and technology, valuing scientific approaches to enquiry where
appropriate, and a perception and awareness of environmental issues.”

Kompetensi dalam literasi sains merujuk pada proses sains yang terlibat
ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti
mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan.
Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat
dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu
penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang
ada. Sehingga PISA mengelompokkan dimensi kompetensi tersebut kedalam 3
20

aspek utama yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan


membuat penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasikan data dan menunjukkan
fakta secara ilmiah.
2. Penilaian Dimensi Kompetensi dalam Literasi Sains
Penilaian kompetensi sains meliputi 3 aspek utama. Aspek yang pertama
yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically).
Aspek yang kedua yaitu mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (Evaluate
and design scientific enquiry). Terakhir aspek yang ketiga yaitu
menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and
evidence scientifically).
PISA selanjutnya menjabarkan ketiga aspek utama dalam kompetensi
literasi sains sebagai berikut (OECD, 2015: 24).
1) Explain Phenomena Scientifically
“Recognise, offer and evaluate explanations for a range of natural
and technological phenomena demonstrating the ability to:
a) Recall and apply appropriate scientific knowledge.
b) Identify, use and generate explanatory models and representations.
c) Make and justify appropriate predictions.
d) Offer explanatory hypotheses.
e) Explain the potential implications of scientific knowledge for society.”
Sedangkan aspek evaluate and design scientific enquiry dijabarkan PISA
sebagai berikut (OECD, 2015: 25),
2) Evaluate And Design Scientific Enquiry
“Describe and appraise scientific investigations and propose ways
of addressing questions scientifically demonstrating the ability to:
a) Identify the question explored in a given scientific study.
b) Distinguish questions that could be investigated scientifically.
c) Propose a way of exploring a given question scientifically.
d) Evaluate ways of exploring a given question scientifically.
e) Describe and evaluate how scientists ensure the reliability of data, and
the objectivity and generalisability of explanations. ”
21

Terakhir mengenai aspek interpret data and evidence dijabarkan oleh


PISA sebagai berikut (OECD 2015: 25).
3) Interpret Data And Evidence
“Analyse and evaluate scientific data, claims and arguments in a
variety of representations and draw appropriate conclusions, demonstrating
the ability to:
a) Transform data from one representation to another.
b) Analyse and interpret data and draw appropriate conclusions.
c) Identify the assumptions, evidence and reasoning in science-related
texts.
d) Distinguish between arguments that are based on scientific evidence
and theory and those based on other considerations.
e) Evaluate scientific arguments and evidence from different sources (e.g.
newspapers, the Internet, journals. ”
Petikan di atas menenakankan bahwa setiap aspek dalam kompetensi sains
memiliki poin-poin yang harus dicapai. Berkaitan dengan aspek menjelaskan
fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically) maka siswa memiliki
kemampuan untuk mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang sesuai;
mengidentifikasi, menggunakan dan menghasilkan model dan pernyataan yang
jelas; membuat dan melakukan justifikasi suatu prediksi dengan tepat; mengajukan
hipotesis dengan jelas; menjelaskan potensi dampak dari pengetahuan ilmiah bagi
msyarakat.
Berkaitan dengan aspek mengevaluasi dan membuat penyelidikan imliah
(evaluate and design scientific enquiry) maka siswa memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi pernyataan yang dibahas dalam sebuah penelitian ilmiah yang
diberikan; membedakan pertanyaan yang bisa diselidiki secara ilmiah;
mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan yang diberikan secara ilmiah;
menjelaskan dan mengevaluasi bagaimana para ilmuan memastikan keandalan data,
dan objektifitas serta generalisasi dari suatu penjelasan.
Aspek menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah
(interpret data and evidence scientifically) menginginkan agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengubah data dari satu representasi atau gambaran ke repretasi
lainya; menganalisis dan menafsirkan data serta menarik kesimpulan dengan tepat;
22

mengidentifikasi asumsi; bukti dan penalaran dalam teks ilmu yang berkaitan;
membedakan antara argumen satu dengan yang lainya berdasarkan pada bukti
ilmiah dan teori serta berdasarkan pada pertimbangan lain; mengevaluasi argumen
dan bukti ilmiah dari sumber yang berbeda seperti koran, internet, dan jurnal.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli tersebut maka secara garis besar
literasi sains terbagi menjadi 4 dimensi utama, yaitu context, copetencies, attitudes,
dan knowledge. Keempat dimensi tersebut saling berkaitan dimana dimensi context
megharuskan individu memunculkan dimensi competencies, selanjutnya dimensi
competencies akan berdampak pada dimensi attitudes dan knowledge. Sehingga
dimensi competencies akan muncul ketika context sudah muncul dan dimensi
attitudes dan knowledge dipengaruhi oleh dimensi competencies. Oleh karena itu,
kemunculan dimensi competencies dapat merepresentasikan literasi sains pada diri
siswa.

E. Kerangka Pemikiran

Konteks permasalahan yang terdapat dalamkurikulum 2013 mencangkup 3 (tiga)


kompetensi utama, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Keterpaduan anatar ketiga
kompetensi tersebut akan menghasilkan komposisi pendidikan yang baik. Peneliti
berencana untuk menciptakan interaksi yang terjalin antara guru dan siswa melalui
pembelajaran diabad 21 dengan memadukan pembelajaran dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pendekatan yang digunakan ialah Jelajah Alam
Sekitar (JAS) berbasis Youtube, dengan sintak pembelajaran yang meliputi eksplorasi,
interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi. Hasil belajar yang diukur mengacu kepada
dimendi kompetensi dalam literasi sains, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah
(explain phenomena scientifically). Aspek yang kedua yaitu mengevaluasi dan membuat
penyelidikan ilmiah (Evaluate and design scientific enquiry). Terakhir aspek yang ketiga
yaitu menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and
evidence scientifically). Pembelajaran yang dilakukan memiliki kaitan dengan aspek
pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitudes). Aspek pengetahuan meliputi konten,
prosedural, dan epistemik. Sedangkan, aspek sikap yang berkaitan dengan literasi sains,
meliputi minat sains dan teknologi, menghargai pendekatan ilmiah, dan kesadaran akan
isu lingkungan. Hal tersebut seluruhnya akan mengacu kepada hasil belajar dan
peningkatan literasi sains siswa.
23

Guru Siswa

Gambar II.1
Kerangka Pemikiran

F. Penelitian Terhadulu

Penelitian yang dilaksanakan mengacu atau memperbaharuhi penelitian-


penelitian relavan yang sebelumnya telah dilakukan, diantara penelitian-penelitian
tersebut dijadikan sebagai sumber rujukan penentuan judul skripsi sehingga terjalin
keterkaitan antara penelitian yang telah berlalu dan akan penulis laksanakan. Motivasi
peneliti dalma melakukan penelitian untuk mempermudah pembelajaran, baik dalam
kegiatan belajar siswa mauapun transfer ilmu pengetahuan dikelas terbantu dengan
24

adanya penelitian terdahulu, sehingga penulis hanya membutuhkan sedikit modifikasi


agar terlihat lebih baru danmenyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan dimasa sekarang.

Azhar, K (2015), ” Peningkatan Hasil Belajar dengan Pendekatan Jelajah Alam


Sekitar pada Materi Keanekaragaman Hayati Di Mts. Miftahul Huda Sarang Rembang
Kelas VII Semester Genap”. Simpulan dari penelitian ini adalah Hasil Survei pra siklus,
siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I
sebanyak 78,30% menjadi 100% pada siklus II, dengan peningkatan hasil belajar IPA
materi Keanekaragaman Hayati berdasarkan presentasi nilai yang mencapai KKM pada
kondisi awal hanya 17,39%, pada siklus I meningkat menjadi 78,30% dan pada siklus II
meningkat menjadi 100%. Dan hasil peningkatan rata-rata kelas dari kondisi awal 58,82
pada siklus I meningkat menjadi 72,30 dan pada siklus II meningkat menjadi 85,70.

Santoso, et.al (2017), “Biological Science Curriculum Study 5e Instructional


Model dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar terhadap Kemampuan Literasi Sains”.
Simpulan dari penelitian ini adalah BSCS 5E Instructional Model dengan pendekatan JAS
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Boja Kendal dan BSCS 5E Instructional Model dengan pendekatan JAS memiliki
pengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja Kendal
sebesar 32,8%.

Iwantara, et.al (2014), “Pengaruh Penggunaan Media Video Youtube dalam


Pembelajaran IPA Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Siswa”. Simpulan
dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan motivasi belajar dan pemahaman
konsep siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media riil, media video
youtube, dan media charta dengan taraf signifikansi 0,00 yang lebih kecil dari 0,05.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:


Ho = Tidak terdapat peningkatan literasi sains yang signifikan terhadap penerapan
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube pada konsep ekosistem
kelas X di SMA Negeri 1 Sumber.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumber pada semester genap tahun


ajaran 2018-2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X yang akan mendapatkan
materi pelajaran ekosistem: Ekosistem, aliran energi, siklus biogeokimia, dan interaksi
dalam ekosistem.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif memodifikasi dari jurnal yang


ditulis oleh Jagantara (2014), menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi) non-
equivalent control group design yang secara prosedural mengikuti pola seperti yang
ditunjukkan dalam (Tabel III. 1).

Tabel III. 1
Prosedur Eksperimen Non-equivalent Control Group Design

Kelompok 1 O1 X1 O2

Kelompok 2 O3 X2 O4

Keterangan:
O1,3 = Pretest
O2,4 = Post Test
X1 = Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube
X2 = Pembelajaran Scinetific Approach

C. Teknik Pengambilan Sampel

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumber yang
menekankan pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube
dalam meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem. Secara operasional
penelitian ini membutuhkan metode penentuan subjek, yaitu teknik populasi dan teknik
sampling.

25
26

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumber tahun
pelajaran 2018/2019. Berdasarkan populasi tersebut, maka teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang
dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat
dengan objek penelitian (Arikunto, 2006:33). Hal ini penulis tempuh guna menghindari
subjektifitas peneliti, sehingga siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh peneliti untuk


mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subjek maupun objek penelitian
(Arisman, 2016). Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian, penulis
menggunakan beberapa metode, diantaranya menggunakan instrumen berupa tes pilihan
ganda sebanyak 30 buah, lembar observasi keterlaksanaan belajar, dan angket tanggapan
siswa.
1. Instrumen
1) Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan
mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas mengacu pada dimensi
kompetensi literasi sains menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain
phenomena scientifically).
2) Tes
Siswa sebelum dilakukan tindakan demonstrasi video youtube,
terlebih dahulu dilkaukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Setelah dilakukan tindakan, kemudian dilakukan postest untuk mengetahui
perbedaan peningkatan literasi siswa yang menacu pada dimensi kompetensi
literasi sains mengevaluasi dan membuat penyelididkan ilmiah (evaluate and
design scientific equiry).
3) Angket
Angket merupakan instrumen pencarian data yang berupa
pernyataan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Instrumen ini disusun
berdasarkan indikator yang dapat mengungkapkan tingkat kemandirian
27

belajar siswa dan respon dalam menanggapi pembelajaran yang dilakukan


mengaacu pada dimensi kompetensi literasi sains menginterpretasikan data
dan menunjukkan fakta ilmiah (interpret data and evidence scientifically).
Skala likert pada angket terdiri dari pilihan setiap butir angket terdiri dari
empat pilihan jawaban, yaitu sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan
sangat kurang baik.
2. Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu tes. Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Arikunto, 2006: 168). Validitas merupakan derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti (Sugiyono, 2010: 363). Dalam menghitung validitas suatu butir
soal digunakan dengan rumus korelasi Product Moment:
𝑁𝛴𝑥𝑦−(∑𝑥) (∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁𝛴𝑥 2 − (∑𝑥)2 (𝑁𝛴𝑦 2 − (𝛴𝑦)2)
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi
X = Skor butir
Y = Skor total yang diperoleh
N = Jumlah responden
∑X2 = Jumlah kuadrat nilai X
∑Y2 = Jumlah kuadrat nilai Y

Tabel III. 2
Pedoman untuk memberikan kriteria validitas
Nilai r Kriteria Validitas
0,00 – 0,20 Sangat rendah (hampir tidak ada korelasi)
0,20 – 0,40 Korelasi rendah
0,40 – 0,70 Korelasi cukup
0,70 – 0,90 Korelasi tinggi
0,90 – 1,00 Korelasi sangat tinggi (sempurna)
(Purwanto, 2001: 139)

2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk
melihat reliabilitas mesing-masing instrumen yang digunakan, penulis
28

mengunakan koefisien cornbach alpha dengan bantuan perngakat lunak SPP


Statistict.
𝑟1
2. 2.1 /2
𝑟𝑥𝑦 = 𝑟1
2.1
(1 + )
2

(Sudjana, 2011: 18, dalam Majid 2012)


Keterangan :
Rxy = Koefisien reliabilitas keseluruhan
r/1/2.1/2 = Korelasi (r) dari belah dua

Tabel III. 3
Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas
Nilai r Kriteria reliabilitas
r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11 < 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60 ≤ r11 < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 ≤ r11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Purwanto, 2001: 141)

3) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran (difficulty index) adalah
menunjukan presentase jawaban item yang benar, maka semakin kecil
presentase menunjukkan semakin sulit item tersebut. (Purwanto, 2001: 120)
soal dikatakan memiliki indeks kesukaran baik jika soal tersebut tidak terlalu
mudah atau terlalu sukar. Untuk mengetahui soal yang diujikan sukar atau
mudah, perlu dilihat tingkat kesukarannya dengan rumus:

𝐵𝐴 + 𝐵𝐵
𝑇𝐾 = 𝑋100%
𝑁𝐴 + 𝑁𝐵

Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
NA = Jumlah siswa kelompok atas
NB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
29

Tabel III. 4
Pedoman untuk memberikan kriteria tingkat kesukaran
Interval
Kriteria tingkat kesukaran
Koefisien
0% - 15% Sangat sukar (sebaiknya dibuang)
16% - 30% Sukar
31% - 70% Sedang
71% - 85% Mudah
86% - 100% Sangat mudah (sebaiknya dibuang)
(Purwanto, 2001: 139)

4) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah indeks yang digunakan dalam membedakan
antara peserta test yang berkemampuan tinggi dan peserta test yang
berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23, dalam Majid). Dalam
kebanyakan kasus, jumlah peserta test kelompok atas sama dengan jumlah
peserta test kelompok bawah NA = NB = N, dengan demikian maka
persamaan daya pembeda dapat diketahui.
BA BB
𝐷𝑃 = −
NA NB

Keterangan:
DP = Indek daya pembeda
BA = Batas atas
BB = Batas bawah
NA = Jumlah siswa salah satu kelompok A
NB = Jumlah siswa salah satu kelompok b

Tabel III. 5
Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria daya pembeda
Interval Koefisien Kriteria daya pembeda
Negatif – 9% Sangat buruk (sebaliknya dibuang)
10% - 19% Buruk (sebaiknya dibuang)
20% - 29% Agak baik (sebaiknya perlu direvisi)
30% - 49% Baik
50% - Ke atas Sangat baik
(Purwanto, 2001: 146)

E. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang berisi penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube untuk meningkatkan literasi sains siswa pada kosep ekosistem
kelas X di SMA Negeri 1 Sumber, menggunakan analisis gain score. Uji prasarat
30

normalitas dan homogenitas data dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji normalitas
menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji homogenitas
menggunakan data hasil pretes dan postest (Mahanal, 2010). Pengujian statistik dilakukan
pada taraf signifikansi 0,5%.
1. Uji Prasarat/Analisis
1) Uji normalitas data
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat
untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data
bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan
digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan
model-model penelitian tersebut adalah data distribusi normal. Uji normalitas
yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Rumus Kolmogorov-
Smirnov adalah sebagai berikut :
√n1 + n2
𝐾𝐷 = 1,36
n1. n2

Keterangan :
KD = jumlah Kolmogorov-Smirnov yang dicari
n1 = jumlah sampel yang diperoleh
n2 = jumlah sampel yang diharapkan (Sugiyono, 2013:257)
Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada
(P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada
(P<0,05), maka data dikatakan tidak normal.

2) Uji homogenitas data


Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang
sama. Uji homogenitas dikenakan pada data hasil post-test dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengukur homogenitas varians
dari dua kelompok data, digunakan rumus uji F sebagai berikut : (Sugiyono,
2013 : 276)
Varian terbesar
𝐹=
Varian terkecil
Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 0,05. Uji homogenitas
menggunakan SPSS dengan kriteria yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka memiliki varian
31

yang homogen. Akan tetapi apabila F hitung lebih rendah dari F tabel, maka
varian tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan yaitu menggunakan gain score. Pengujian
hipotesis berdasarkan gain score yaitu menggunakan selisih post-test dan pre-test.
Gain score didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X2 − X1
(𝑔1) =
X max − 𝑋1
Keterangan:
X1 = nilai pretes
X2 = nilai postest
X max = nilai maksimal

Tabel III. 6
Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria N-Gain
Rata-Rata Gain Score Kategori
(g) ≥ 0,7 Tinggi
0,4 – 0,6 Sedang
(g) ≤ 0,3 Rendah

Analisis menggunakan gain score dilakukan untuk menguji hipotesis


dalam penelitian sebagai berikut: Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah
manakah yang lebih efektif anatara pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
Youtube dengan pembelajaran Scientific Approach, hipotesis yang digunakan yaitu:
Ha : µ1> µ2 (rata-rata skor nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol)
Ho : µ1 ≤ µ2 (rata-rata skor nilai kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan
kelas kontrol)
Analisis yang digunakan adalah independent sample t test :
𝑥̅ 1 − 𝑥̅ 2
𝑇 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
1 1
𝑆 𝑔𝑎𝑏√𝑛1 + 𝑛2

dengan v = n1 + n2 – 2 dan

2 2
(𝑛1 − 1)𝑠 + (𝑛2 − 1)𝑠
𝑆 𝑔𝑎𝑏 = √ 2 2
𝑛1 + 𝑛1 − 1
32

Keterangan :
x̄1 = rata-rata gain score kelas eksperimen
x̄2 = rata-rata gain score kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksprimen
n2 = banyaknya siswa kelas kontrol
sgab = simpangan baku gabungan

Taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Kriteria keputusan H0 diterima jika t


hitung ≥ t tabel.

F. Prosedur Penelitian

Studi pendahuluan sangat diperlukan untuk mengetahui penelitian secara teoritik


dan empirik agar mempermudah dalam penyusunan proposal penelitian. Penyusunan
proposal penelitian akan mengalami perbaikan (revisi) sampai kegiatan seminar selesai
diadakan. Setelah seminar proposal penelitian, maka langkah selanjutnya adalah
perumusan kisi-kisi instrumen dan penyususnan instrumen penelitian sesuai dengan
indikator dimensi kompetensi dalam literasi sains. Validasi ahli dan uji instrumen sangat
dibutuhkan sebelum diberikan kepada siswa dalam bentuk instrumen. Untuk itu, perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas soal sebagai alat ukur penilaian literasi sains siswa.
Tugas guru sebagai tenaga pendidik adalah mempersiapkan penyajian media
tersebut agar menarik perhatian siswa dalam melaksanakan pembelajaran di kelas agar
materi yang sulit menjadi mudah dipahami dengan baik dan menambah wawasan
keilmuan siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan pretest pada dua kelompok sampel,
yaitu kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa, Kelas
eksperimen akan diberikan perlakuan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
youtube, sedangkan, kelas kontrol melakukan pembelajaran konvensional dengan tujuan
pembelajaran yang sama pada konsep materi ekosistem. Pelaksanaan pembelajaran, guru
akan dibantu oleh seorang observer yang akan melakukan observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan agar mengefektifkan
proses pembelajaran yang diberikan. Setelah melaksanakan pembelajaran JAS berbasis
youtube, diadakan penyebaran angket respon siswa dan postest untuk mengetahui
peningkatan literasi siswa.
Olah data yang digunakan dalam menganalisis hasil setiap instrumen dapat
dibuntu dengan adanya aplikasi excel dan uji statistika menggunakan SPSS. Data uji
instrumen tes diuji secara statistika dengan tipe uji normalitas, homogenitas, dan uji
33

hipotesis. Hasil belajar siswa digunakan kembali untuk membedakan kelompok di kelas,
yang meliputi kelompok atas, tengah, dan bawah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka alur penelitian tersebut dapat diilustrasikan
dalam diagram berikut:

Studi Pendahuluan

Studi Teoritik Studi Empirik

Penyusunan Proposal Penelittian

Seminar Proposal Penelitian Revisi

Penyususnan Kisi-Kisi dan


Penyusunan Alat Ukur Penilaian
Literasi Sains

Validasi Lembar Validasi Alat Ukur


Penilaian Literasi Sains

Uji Instrumen Alat Ukur Penilaian Revisi


Literasi Sains

Pretest Pretest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Penerapan pendekatan JAS berbasis Penerapan pembelajaran konvensional


youtube

Observasi

Postest Postest

Angket

Hasil Penelitian dan


Interpretasi Data

Kesimpulan Penelitian

Gambar III.1
Prosedur Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Aktivitas Belajar dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis


Youtube

Aktivitas siswa dalam menerapkan pembelajaran memiliki peran yang


sangat penting, keaktifan dalam pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa
terdapat keseriusan dan semangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
diterapkan oleh pendidik. Aktivitas siswa tersebut dapat dinilai menggunakan suatu
alat atau lembar instrumen yang berisi tingkah laku siswa selama pembelajaran
berlangsung berdasarkan langkah-langkah pembelajaran (sintak) sesuai dengan
pendekatan yang diterapkan. Teknik observasi dapat dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas siswa. Observer memiliki peranan yang sangat penting dalam
melakukan kegiatan observasi pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung. Penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen yang mendapatkan
pembelajaran berpendakatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube,
sehingga sintak yang digunakan adalah modifikasi pendekatan JAS dengan
menggunakan media audio visual yang diunggah kemedia youtube..

1) Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas Eksperimen


Diagram aktivitas siswa dapat d iamati pada gambar dibawah ini:

Gambar IV.1
Diagram Persentase Aktivitas Belajar Berdasarkan Sintak JAS
Diagram batang aktivitas belajar berdasarkan (Gambar IV.1)
menunjukkan bahwa hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran

34
35

terdapat kenaikan aktivitas belajar pada sintak satu yaitu eksporasi, hingga
sintak lima yaitu evaluasi. Hasil tersebut disesuaikan dengan sintak
pendekatan JAS berbasis youtube yang dilakukan oleh siswa. Persentase
aktivitas paling rendah dari sintak yang dilakukan terdapat pada tahap I
(eksplorasi) dengan jumlah sebesar 76,85% siswa yang aktif melakukan
kegiatan pembelajaran. Sedangkan, jumlah yang dengan persentase aktivitas
paling tinggi terdapat pada sintak tahap V (evaluasi) sebesar 97,22%.
Kenaikan aktivitas siswa paling tinggi terdapat pada perpindahan dari sintak
eksplorasi menuju interaksi, yaitu naik sebanyak 11,11%. Aktivitas sama
ditunjukkan pada sintak II dan III, yaitu memiliki persentase sebesar 87,96%.
Selain kesamaan tersebut, aktivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dari sintak tahap I sampai V terus mengalami peningkatan tanpa
ditemukan adanya penurunan aktivitas belajar dengan rata-rata aktivitas
sebesar 88,06%. Berdasarkan data pengamatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube
menunjukkan antusias dan keaktifan siswa yang meningkat pada setiap
sintaknya.
2) Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas Eksperimen
Berdasarkan Sintak Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa diukur tidak
hanya secara global mencangkup keseluruhan sintak pembelajaran JAS.
Pengukuran dilakukan berdasarkan sintak pembelajaran yang dilakukan
setiap pertemuan. Pelaksanaan pendekatan JAS yang dilakukan oleh penulis,
membagi sintak dalam 3 (tiga) pertemuan di kelas. Pertemuan pertama
meliputi sintak Eksplorasi dan Interaksi, kemudian dilanjut dengan
pertemuan kedua, yaitu sintak Komunikasi dan Refleksi, serta pertemuan
ketiga yaitu Evaluasi. Penerapan pendekatan JAS dalam setiap pertemuan
memiliki karakteristik dan aktivitas yang berbeda dan selalu mengalami
kenaikan persentase aktivitas yang berarti siswa memiliki perilaku aktif
dengan kenaikan yang bertahap setiap pertemuannya. Hal tersebut dapat
diamati dari grafik persentase aktivitas siswa dalam menanggapi
pembelajaran berikut ini.
36

Gambar IV.2
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan I

Keterangan : Eksplorasi A Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan bertanya


bila tidak jelas atas penjelasan guru
B Merancang, mengkonsultasikan, hingga memperbaiki
rancangan kegiatan eksplorasi sehingga mempermudah
proses pembelajaran
C Melakukan eksplorasi sumber belajar dan
mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto atau
jurnal sains (science journal) sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah disusun.
Interaksi D Melakukan diskusi, meminta bimbingan dan arahan
dalam penyusunan karya ilmiah sebagai laporan hasil
kegiatan eksplorasi dan diskusi yang telah dilakukan

Diagram batang aktivitas siswa dengan pendekatan JAS berbasis


youtube pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa tingkat keaktifan
siswa berada diatas rata-rata. Persentase aktivitas pada pertemuan pertama
memiliki angka diatas 50% keaktifan siswa. Angka terendah terdapat pada
sintak eksplorasi poin A, yaitu sebesar 68,52%. Sedangkan, persentase
aktivitas tertinggi pada pertemuan pertama terdapat pada sintak interaksi poin
D, yaitu sebesar 87,96%. Sintak eksplorasi dan interaksi selesai dilaksanakan
pada pertemuan pertama diakhiri oleh pelaksanaan poin D, yaitu “Melakukan
diskusi, meminta bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah
sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi yang telah dilakukan”
dengan perolehan angka perentase tertinggi. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa, sintak eksplorasi memiliki tingkat aktivitas yang tinggi
sebagai awal permulaan dari kegiatan pembelajaran JAS berbasis youtube,
karena melatih siswa untuk merencanakan kegiatan untuk mengembangkan
ide dan pengalaman melalui kegiatan investigasi lingkungan, sedangkan
37

sintak interaksi hanya melibatkan kegiatan sosialisasi antara siswa dengan


guru melalui bimbingan dan konsultasi terhadap kegiatan eksplorasi.

Aktivitas pembelajaran siswa pada pertemuan kedua dengan sintak


komunikasi dan refleksi menunjukkan kenaikan pada setiap poin sintaknya.
Argumen tersebut dapat diamati malalui grafik berikut ini:

Gambar IV.3
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan II

Keterangan : Komunikasi E Membentuk kelompok belajar dan mempresentasikan


hasil kegiatan eksplorasi yang kemudian dilanjut dengan
kegiatan diskusi
Refleksi F Mencatat, menyimpulkan, dan melakukan refleksi
terhadap semua kegiatan eksplorasi hingga diskusi dalam
bentuk laporan lisan dan tulisan berupa jurnal
G Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan dan
petunjuk yang diberikan guru
Diagram batang aktivitas pada pertemuan kedua yang terdiri dari 3
(tiga) poin siktak, semuanya menunjukkan kenaikann persentase yang besar.
Sintak komunikasi yang terdiri dari poin sintak E memiliki nilai persentase
sebesar 87,96%. Aktivitas yang diperoleh pada sintak refleksi yang terdiri
dari 2 (dua) poin sintak menunjukkan kenaikan aktivitas dari poin sintak F ke
G dengan nilai persensae sebesar 89,81% ke 90,74%. Selisih antara poin F
dan G pada sintak refleksi adalah 0,93% dengan rata-rata aktivitas sebesar
90,28%. Aktivitas sintak refleksi apabila dibandingkan dengan sintak
sebelumnya, akan memiliki selisih aktivitas sebesar 2,32% lebih besar
daripada sintak komunikasi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa, sintak refleksi memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses
pembelajaran, karena mengharuskan siswa untuk mengingat kembali
38

komunikasi lisan sesuai dengan tahap eksplorasi yang telah dilakukan dan
sebagai acuan dalam penulisan jurnal ilmiah.
Aktivitas belajar siswa dalam pendekatan JAS pada pertemuan
ketiga memiliki tingkat aktivitas dengan level yang paling tinggi
dibandingkan dengan pertemuan selanjutnya. Hal tersebut dapat diamati dari
hasil diagram persentase yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan 4 (empat) sintak sebelumnya, yaitu Eksplorasi, Interaksi,
Komunikasi, dan Refleksi. Sintak yang terakhir ini yaitu Evalusi yang terdiri
dari 3 (tiga) poin sintak. Persentase aktivitas siswa tersebut dapat diamati
pada gambar dibawah ini:

Gambar IV.4
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan III

Keterangan : Evaluasi H Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi dan


mengumpulkan jurnal sains sebagai hasil kegiatan belajar
yang telah dilakukan
I Membentuk kelompok untuk melakukan kegiatan diskusi
dan memaparkan kegiatan eksplorasi yang telah
dilaksanakan
J Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan menulis
jurnal sains serta mengerjakan tes metakognisi terkait
dengan konsep dan proses belajar siswa

Hasil aktivitas belajar pada sintak evaluasi memiliki tingkat


persentase yang sangat tinggi, ditunjukkan dengan poin sintak yang memiliki
persentase diatas 90%. Persentase poin sintak tersebut diantaranya, poin
sintak evaluasi H sebesar 96,30%, F sebesar 97,22%, dan G sebesar 98,15%.
Kenaikan aktivitas belajar dari poin sintak H menuju I sebesar 0,92%, dan
aktivitas poin sintak I menuju J adalah 0,93% dengan rata-rata kenaikan
aktivitas poin sintak evaluasi sebesar 0,925%. Berdasarkan data pertemuan
39

ketiga, dapat disimpulkan bahwa, sintak evaluasi memiliki kenaikan aktivitas


yang cenderung stabil karena tidak terlalu melibatkan kegiatan belajar
mengajar (KBM), melainkan hanya melakukan pengumpulan jurnal ilmiah
dan pemaparan kembali hasil jurnal yang telah dibuat, ditutup dengan
mengerjakan tes kemampuan kognitif berupa pretest.

Berdasarkan pemaparan sintak pembelajaran berpendakatan JAS,


terdapat kenaikan yang stabil, ditandai dengan aktivitas dalam diagram
batang yang selalu mengalami kenaikan pada setiap sintak dalam pertemuan
pembelajaran. Aktivitas tersebut dapat diamati melalui nilai rata-rata setiap
pertemuan, dimulai dari pertemuan I sebesar 79,63%, kemudain pertemuan II
sebesar 89,51%, serta pertemuan III sebesar 97,23%. Rata-rata kenaikan
setiap pertemuan sebesar 88,79% terhitung sejak pertemuan pertama hingga
ketiga. Sedangkan rata-rata setiap sintak dalam pendekatan JAS, meliputi
eksplorasi sebesar 76,85%, interaksi sebesar 87,96%, komunikasi sebesar
87,96%, refleksi sebesar 90,23%, dan evaluasi dengan aktivitas tertinggi
sebesar 97,22%. Berdasarkan perolehan hasil seluruh sintak, dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran JAS berbasis youtube memiliki
tingkat aktivitas yang tinggi, karena nilai persentase rata-rata setiap sintak
memiliki angka yang jauh melebihi nilai rata-rata.

2. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar


(JAS) Berbasis Youtube

Rendahnya kemampuan literasi sains siswa dipengaruhi oleh beberapa


faktor, diantaranya kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model
pembelajaran, fasilitas komputer sebagai penunjang pembelajaran, penggunaan
media berbasis komputer dan frekuensi mengakses informasi melalui internet.
Penulis terbantu dengan adanya Wi-Fi yang dapat mengakses internet di tempat
penelitian, yaitu SMA Negeri 1 Sumber dan izin dalam penggunaan smartphone di
lingkungan sekolah, sehingga seluruh siswa dapat mengakses internet. Literasi
sains tersebut diukur menggunakan instrumen tes sebelum dan sesudah kegiatanan
pembelajaran berlangsung, yaitu dalam bentuk pretes dan postes berbasis literasi
sains. Tes tersebut dilakukan pada dua kelas yang berbeda, yaitu kelas eksperimen
40

dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kepada kelas yang
menggunakan dan tidak menggunakan pendekatan JAS berbasis youtube.

1) Peningkatan Literasi Sains pada Kelas Eksperimen dan Kontrol


Hasil belajar mengacu kepada kemampuan literasi yang diujikan
pada aspek utama dalam dimensi kompetensi literasi sains. Aspek yang
pertama yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena
scientifically). Aspek yang kedua yaitu mengevaluasi dan membuat
penyelidikan ilmiah (Evaluate and design scientific enquiry). Terakhir aspek
yang ketiga yaitu menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara
ilmiah (interpret data and evidence scientifically). Hasil perbandingan nilai
rata-rata nilai pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat diamati pada gambar berikut:

Gambar IV.5
Diagram Nilai Rata-Rata Literasi Sains
Bedasarkan diagram batang pada (Gambar IV.5) nilai rata-rata
pretest dan postest sama-sama mengalami kenaikan. Nilai rata-rata yang
terdapat pada kelas eksperimen memiliki jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai teresbut berdasarkan jumlah
persentase hasil tes kelas eksperimen yang memiliki nilai pretest sebesar
48,96% dan nilai postest sebesar 82,92% dengan kenaikan rata-rata nilai
sebesar 33,96%. Sedangkan, nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar
40,83% dan nilai postest sebesar 59,38% dengan selisih kenaikan nilai
sebesar 18,55%. Selisih tersebut sangat menentukan analisis dari peningkatan
literasi sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Berdasarkan data
41

tersebut, nilai rata-rata pretest dan postest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki perbandingan data yang jauh berbeda, karena dipengaruhi
oleh adanya penerapan pembelajaran JAS berbasis youtube pada kelas
eksperimen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa dari hasil selisih antara pretest dan postest dengan penerapan
pendekatan JAS berbasis youtube untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Nilai rata-rata dan selisihnya tersbut menunjukkan bahwa hasil tes
yang dimiliki oleh kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil yang dimiliki oleh kelas kontrol. Jumlah selisih nilai rata-rata yang
cukup besar menggambarkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan JAS
berbasis youtube terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan literasi
sains siswa terhadap materi pembelajaran.

Gambar IV.6
Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain Literasi Sains

Hasil berdasarkan diagram lingkaran diatas menunjukkan selisih


nilai pretest dan postest dapat diketahui melalui (Gambar IV.6) bahwa pada
tes kelas eksperimen memiliki nilai N-Gain sebesar 0,65 yang termasuk
kedalam kategori tinggi. Sedangkan, untuk N-Gain kelas kontrol memiliki
nilai sebesar 0,31 yang termasuk kedalam kategori sedang. Nilai Normalitas
Gain ini dapat menujukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep
ekosistem pasca pembelajaran di kelas. Perbedaan nilai rata-rata gabungan
antara pretest dan postest menunjukkan bahwa penguasaan konsep materi
ekosistem lebih banyak dikuasai oleh kelas eksperimen, pendekatan Jelajah
Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube berperan dalam meningkatkan
42

pemahaman konsep ekosistem berdasarkan hasil belajar yang telah dilakukan.


Berdasarkan data rata-rata nilai n-gain literasi sains, dapat disimpulkan bahwa
tingkat pemahaman akan konsep materi yang diberikan memiliki tingkat
literasi sains lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas
kontrol, karena selisih rata-rata antara nilai pretest dan postest lebih besar
pada hasil kelas eksperimen.

Gambar IV.7
Diagram Nilai Rata-Rata Pretest-Postest Setiap Indikator Literasi Sains
Keterangan : Literasi Sains 1 Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah (Explain
Phenomena Scientifically)
Literasi Sains 2 Mengevaluasi Dan Membuat Penyelidikan
Ilmiah (Evaluate And Design Scientific
Enquiry)
Literasi Sains 3 Menginterpretasikan Data Dan Menunjukkan
Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And
Evidence Scientifically)

Hasil yang dapat dianalisis berdasarkan (Gambar IV.7), terdapat


perbedaan nilai rata-rata pretest dan postest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada setiap indikatornya. Nilai pretest pada kelas eksperimen jauh
lebih kecil dibandingkan dengan nilai postest dalam skala setiap indikator
literasi sains. Hasil yang dapat diamati dari setiap indikator LS, mengalami
penurunan jumlah nilai rata-rata dan letak nilai paling rendah adalah indikator
LS 3, yaitu “Menginterpretasikan Data Dan Menunjukkan Fakta Secara
Ilmiah (Interpret Data And Evidence Scientifically)” diantara kedua indikator
lainya. Nilai rata-rata pretest literasi sains seluruh indikator pada kelas
eksperimen adalah 46,99 dan pada kelas kontrol adalah 38,31. Selisih nilai
rata-rata setiap kelasnya adalah 8,68. Indikator literasi sains memiliki selisih
penurunan dari LS 1 sampai LS 3. Kelas eksperimen memiliki selisih nilai
43

pretest antara LS 1 dan LS 2 sebesar 10,42, serta LS 2 dan LS 3 sebesar 15,28.


Sedangkan kelas kontrol memiliki selisih nilai pretest antara LS 1 dan LS 2
sebesar 15,86, serta LS 2 dan LS 3 sebesar 10,65. Berdasarkan pemaparan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen memiliki
penurunan hingga indikator LS 3 pada nilai kelas kontrol disebabkan karena
sifat setiap indikator yang semakin komplenks, sehingga rata-rata nilai kelas
kontrol lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas esperimen.

Nilai rata-rata postest kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan


hasil yang tidak jauh berbeda dengan kelas eksperimen. Nilai indikator
literasi sains dari LS 1 hingga LS 3 mengalami penurunan jumlah. Hal
tersebut dapat diamati pada (Gambar IV.7). Rata-rata nilai dari ketiga
indikator untuk kelas eksperimen sebesar 82,56, sedangkan untuk kelas
kontrol sebesar 58,72 dengan selisih nilai pretest dan postest sebesar 23,84.
Penurunan nilai pada setiap indikator literasi sains pada kelas eksperimen
antara LS 1 dan LS 2 adalah 6,94, serta LS 2 dan LS 3 sebesar 5,09.
Sedangkan, penurunan nilai setiap indikator pada kelas kontrol antara LS 1
dan LS 2 sebesar 11,81, serta LS 2 dan SL 3 sebesar 10,65. Rata-rata nilai
postest antara kelas eksperimen lebih besar 15,16 apabila dibandingkan
dengan nlai kelas kontrol. Artinya, nilai tes literasi sains kelas eksperimen
baik secara pretest maupun postets lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
literasi sains kelas kontrol. Berdasarkan data postest tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penurunan pada indikator literasi sains menunjukkan
tingkat kesulitan dalam pemahaman dimensi komptensi literasi sains menjadi
semakin sulit, sehingga penurunan tersebut umum dan terjadi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
44

Gambar IV.8
Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain untuk Setiap Indikator Literasi Sains
Keterangan : Literasi Sains 1 Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah (Explain
Phenomena Scientifically)
Literasi Sains 2 Mengevaluasi Dan Membuat Penyelidikan
Ilmiah (Evaluate And Design Scientific
Enquiry)
Literasi Sains 3 Menginterpretasikan Data Dan Menunjukkan
Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And
Evidence Scientifically)

Normalitas Gain setiap indikator literasi sains berdasarkan diagram


batang pada (Gambar IV.8) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai
rata-rata yang terjadi pada hasil pretest dan postest antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perbandingan nilai rata-rata tersebut memiliki kategori
yang berbeda-beda pada setiap indikatornya. Indikator LS pada kelas
eksperimen memiliki nilai N-Gain yang lebih tinggi pada keseluruhan hasil
tes, dengan jumlah pada LS 1 sebesar 0,70 yang termasuk kategori tinggi, LS
2 sebesar 0,58 yang termasuk kategori sedang, dan LS 3 sebesar 0,65 yang
termasuk kategori tinggi, serta rata-rata nilai N-Gain seluruh indikator pada
kelas eksperimen sebesar 0,65 yang termasuk kedalam kategori tinggi.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata
N-Gain menunjukkan bahwa hasil peningkatan literasi sains siswa termasuk
kedalam kategori tinggi, karena gabungan antara nilai pretest dan postest
kelas eksperimen memiliki selisih nilai yang tinggi dibanding dengan selisih
nilai kelas kontrol.

Pemahaman setiap indikator literasi sains pada kelas kontrol


memiliki nilai yang tidak cukup tinggi dibandingkan dengan kelas
eksperimen. Perolehan nilai N-Gain apabila diurutkan dari nilai paling tinggi
45

terdapat pada indikator LS 1, LS 2 dan LS 3, yaitu sebesar 0,36; 0,33; dan


0,27 yang termasuk kedalam kategori rendah, dengan rata-rata nilai N-Gain
seluruh indikator sebesar 0,32 yang termasuk kategori rendah. Sehingga,
berdasarkan perbandingan perolehan nilai Normalitas Gain, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman terhadap literasi siswa pada konsep
ekosistem dalam pendekatan JAS pada kelas eksperimen memiliki tingkat
yang tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, karena nilai kelas kontrol
memiliki selisih nilai gabungan antara pretest dan postest yang tidak besar
dibandingkan dengan kelas eksperimen.
2) Analisis Uji Statistik Peningkatan Literasi Sains pada Kelas Eksperimen dan
Kontrol
A. Uji Statistik Perbedaan Peningkatan Literasi Sains
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu metode ilmiah. Melakukan analisis data dapat memberikan hasil
yang mampu menjawab atau memecahkan suatu permasalahan dalam
penelitian. Statistik sangat perlu digunakan dalam penelitian kuantitatif
dan mampu membantu peneliti dalam menyimpulkan perbedaan dari
beberapa kelompok yang benar-benar berbeda secara signifikan atau
hubungan tersebut hanya dipengaruhi oleh faktor random dan yang
lainya. Kesimpulan yang mengacu kepada hasil statistik
memungkinkan peneliti mampu melakukan kegiatan ilmiah dengan
lebih ekonomis dalam pembuktian suatu penelitian. Peneliti
menggunakan uji statistika ini untuk menentukan kesimpulan dalam
peningkatan literasi sains siswa menggunakan pembelajaran dengan
pedekatan JAS berbasis youtube. Pengolahan analisis tersebut
menggunakan software SPSS V. 21,0 dan mengkonsentrasikan untuk
melakukan uji prasyarat, hipotesis, dan melakukan analisa perbedaan
peningkatan perbandingan kelompok kelas eksperimen dan kontrol.
A) Uji Prasyarat
Uji prasyarat terbagi menjadi dua yaitu uji normalitas
dan homogenitas. Uji normalitas digunakan sebagai syarat atau
asumsi dari berbagai uji parametris. Jika asumsi normalitas tidak
terdistribusi normal atau Ha diterima dan Ho ditolak, maka
46

menggunakan uji alternatif dengan uji non parametris. Uji


homogenitas berbeda dengan uji normalitas meskipun sama-sama
digunakan sebagai syarat dalam uji parametris, maka uji
homogenitas tidak selalu digunakan. Uji homogenitas hanya
digunakan pada uji parametris yang menguji perbedaan antara
kedua kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda
subjeknya atau sumber datanya. Oleh karena itu, uji homogenitas
diperlukan sebagai asumsi dari uji Independent Sample T Test
atau uji T.
Tabel IV.1
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Secara Umum
Uji Normalitas Uji
Data Kelas
Kolmogorov Saphiro Homogenitas
Eksperimen Sig. 0,167 Sig. 0,114
Keterangan Normal Normal Sig. 0,636
Pretest
Kontrol Sig. 0,197 Sig. 0,669 (Homogen)
Keterangan Normal Normal
Eksperimen Sig. 0,158 Sig. 0,014
Keterangan Normal Tidak
Sig. 0,006
Normal
Postest (Tidak
Kontrol Sig. 0,174 Sig. 0,029
Homogen)
Keterangan Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0,553
Keterangan Normal Normal Sig. 0,967
N-Gain
Kontrol Sig. 0,200 Sig. 0,972 (Homogen)
Keterangan Normal Normal

Hasil uji prasyarat normalitas (Kolmogorov dan


Saphiro) pada (Tabel IV.1) menunjukkan varian data yang
beragam. Uji normalitas kolmogorov, semua data menunjukkan
distribusi yang normal dengan nilai sig. >0,05 pada hasil Pretest,
postest, dan N-Gain. Sedangkan, uji saphiro menunjukkan varian
sebagian besar data memiliki distribusi normal, kecuali pada hasil
postest dengan hasil tidak homogen dan normalitas data kelas
eksperimen dengan nilai sig. 0,014<0,05, dan hasil kelas kontrol
dengan sig. 0,029<0,05. Jumlah tersebut membuktikan bahwa
data pretest dan N-gain berdistribusi normal, jika data tersebut
berdistribusi normal maka Ha ditolak dan Ho diterima dan untuk
47

uji hipotesis dapat dilakukan dengan uji Independent Sample T


Test atau uji T. Sedangkan, data uji normalitas pada data yang
berdistribusi tidak normal (sig. <0,05) maka uji hipotesis yang
digunakan adalah uji Mann Whitney U Test.

Normalitas Gain (N-Gain) yang dihitung menggunakan


uji prasyarat memiliki distribusi normal dan data yang diujikan
adalah homogen. Hal tersebut terbukti dengan taraf signifikansi
setiap data baik kelas eskperimen maupun kelas kontrol memiliki
angka sig. >0,05. Uji normalitas Kolmogorov dan Saphiro
tersebut membuat nilai N-Gain secara umum Ha ditolah dan Ho
diterima, serta uji hipotesis yang digunakan adalah Independent
Sample T Test. Selain itu, homogenitas data dengan angka
signifikansi sebesar 0,967>0,05 sehingga terdapat perbedaan data
antara kedua kelas yang berbeda subjek atau sumber datanya,
yaitu perbedaan data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B) Uji Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Hipotesis dapat diuji secara
statistika dengan menggunakan uji hipotesis. Uji ini akan
menjawab atau memutuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis
yang diajukan tersebut akan diterima atau ditolak. Teknik dalam
menganalisa uji hipotesis akan merujuk pada data yang diperoleh
sebelumnya, yaitu data uji prasyarat. Apabila data berdistribusi
normal atau sig. >0,05, maka dapat dilakukan uji hipotesis
menggunakan Independent Sample T Test atau Uji T. Sedangkan,
data yang berdistribusi tidak normal atau sig. <0,05, maka
dilakukan dengan uji alternatif non parametrik Mann Withney U.

Tabel IV.2
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest, Postest, dan N-Gain Secara
Umum
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
Pretest Independent Sample T-Test 0.001 Ho ditolak
Postest Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
N-Gain Independent Sample T-Test 0,000 Ho ditolak
48

Berdasarkan hasil analisis statistika pada (Tabel IV.2)


menunjukkan bahwa data pretest dan nilai N-Gain pada uji
prasyarat memiliki distribusi normal, maka digunakan uji
hipotesis Independent Sample T Test. Sedangkan, data hasil
postest menunjukkan distribusi tidak normal sehingga
menggunakan uji hipotesis non parametrik. Hasil uji hipotesis
secara statistika menghasilkan nilai signifikansi untuk pretest
sebesar 0,001<0,05, serta nilai postest dan N-Gain sig.
0,000<0,05. Karena nilai sig. <α, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, sehingga dapat dimpulkan bahwa hasil uji hipotesis data
pretest, postest, dan n-gain secara umum terdapat peningkatan
literasi sains yang signifikan terhadap pembelajaran dalam
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube.

B. Uji Statistik Perbedaan Literasi Sains untuk Setiap Indikator


Uji statistika terhadap hasil belajar akan menentukan
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa. Penulis menggunakan
pendekatan JAS berbasis Youtube untuk meningkatkan literasi sains
siswa. Aspek literasi sains siswa terbagi menjadi 3, yaitu menjelaskan
fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically),
mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and design
scientific enquiry), dan menginterpretasikan data dan mengajukan fakta
secara ilmiah (interpret data and envidence scientifically). Aspek
tersebut akan diketahui pengaruhnya dalam meningkatkan literasi sains
siswa melalui uji statistika baik pada data hasil pretest, postest, dan N-
Gain yang terdapat pada kelas eksperimen dan kontrol.
A) Uji Statistik Data Pretest Setiap Indikator Literasi Sains
Pretest merupakan bentuk tes yang dilakukan untuk
mengukur pengetahuan awal siswa sebelum menerima materi
pembelajaran. Hasil data ini akan menentukan kemampuan awal
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
menerima materi biologi ekosistem. Tabel dibawah ini
merupakan hasil analisa uji statistik untuk menentukan normalitas
49

dan homogenitas data yang diujikan berdasarkan intikator atau


aspek literasi sains.

Tabel IV.3
Hasil Uji Prasyarat Data Pretest untuk Setiap Indikator
Uji Normalitas Uji
Data Kelas Homogenita
Kolmogorov Saphiro
s
Eksperimen Sig. 0,012 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,542
LS 1 Kontrol Sig. 0,010 Sig. 0,009 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,001 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,092
LS 2 Kontrol Sig. 0,002 Sig. 0,000 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,000 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,192
LS 3 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal

Keterangan : Literasi Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah


Sains 1 (Explain Phenomena Scientifically)
Literasi Mengevaluasi Dan Membuat
Sains 2 Penyelidikan Ilmiah (Evaluate And
Design Scientific Enquiry)
Literasi Menginterpretasikan Data Dan
Sains 3 Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah
(Interpret Data And Evidence
Scientifically)

Uji statistika untuk mengetahui normalitas data


menunjukkan bahwa semua data yang dilakukan uji Kolmogorov
dan Saphiro tidak terdistribusi normal. Hal tersebut sesuai dengan
(Tabel IV.3) yang berisi data normalitas pretest sesuai dengan
indikator literasi sains. Data tersebut memiliki angka signifikansi
<0,05, namun memiliki data yang homogen saat dilakukan uji
homogenitas. Nilai signifikansi homogenitas dari ke-3 (tiga)
indikator literasi sains memiliki nilai sig. >0,05, yang terdiri dari
indikator LS1 sig. 0,542>0,05; indikator LS2 0,092>0,05; dan
indikator LS3 0,192>0,05. Hasil uji normalitas data yang tidak
50

terdistribusi normal menandakan bahwa uji hipotesis harus


menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney U. Sementara itu,
hasil uji homogenitas data yang bersifat homogen, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan data yang diuji antara
nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil uji normalitas yang tidak menunjukkan distribusi


normal, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk menentukan
penigkatan literasi sains siswa pada hasil pretest setiap indikator
baik pada kelas eksperimen maupun kontrol. Data hasil uji
hipotesis Mann Whitney U dapat diamati pada tabel berikut:

Tabel IV.4
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest untuk Setiap Indikator
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,142 Ho diterima
LS 2 Mann-Whitney U 0,003 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,019 Ho ditolak

Data analisis data uji hipotesis pada (Tabel IV.4)


menunjukkan bahwa indikator literasi sains 1, yaitu menjelaskan
fenomena secara ilmiah memiliki nilai sig. 0,142>0,05, sehingga
Ha ditolak dan Ho diterima. Kesimpulan statistika berdasarkan
data indikator LS 1 adalah tidak terdapat peningkatan secara
signifikan terhadap literasi sains siswa pada nilai pretest. Namun,
hasil analisis uji hipotesis indikator LS 2 dan 3 menunjukkan hasil
yang sebaliknya pada data pretes. Ditandai dengan nilai
signifikanasi LS2 0,003<0,05 dan signifikansi LS3 0,019<0,05,
maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, hasil uji hipotesis data pretest untuk setiap indikator
terdapat peningkatan literasi sains yang signifikan melalui
pembelajaran dengan penerapan JAS berbasis berbasis youtube.

B) Uji Statistik Data Postest Setiap Indikator Literasi Sains


Postest merupakan bentuk tes yang dilakukan untuk
mengukur pengetahuan akhir siswa setelah menerima materi
pembelajaran. Hasil data ini akan menentukan kemampuan akhir
51

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah menerima


materi biologi ekosistem. Tabel dibawah ini merupakan hasil
analisa uji statistik untuk menentukan normalitas dan
homogenitas data yang diujikan berdasarkan intikator atau aspek
literasi sains.
Tabel IV.5
Hasil Uji Prasyarat Data Postest untuk Setiap Indikator

Uji Normalitas Uji


Data Kelas Homogenita
Kolmogorov Saphiro
s
Eksperimen Sig. 0,000 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Sig. 0,000
Indikator Normal
(Tidak
LS 1 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001
Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,000 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,091
LS 2 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,000 Sig. 0,001
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,536
LS 3 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,003 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal

Keterangan : Literasi Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah


Sains 1 (Explain Phenomena Scientifically)
Literasi Mengevaluasi Dan Membuat
Sains 2 Penyelidikan Ilmiah (Evaluate And
Design Scientific Enquiry)
Literasi Menginterpretasikan Data Dan
Sains 3 Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah
(Interpret Data And Evidence
Scientifically)
Uji statistika untuk mengetahui normalitas data
menunjukkan bahwa semua data yang dilakukan uji Kolmogorov
dan Saphiro tidak terdistribusi normal. Hal tersebut sesuai dengan
(Tabel IV.5) yang berisi data normalitas postest sesuai dengan
indikator literasi sains. Data tersebut memiliki angka dengan nilai
signifikansi <0,05, namun memiliki data yang homogen saat
dilakukan uji homogenitas yang terdapat pada indikator LS 2 dan
LS 3. Nilai signifikansi dari indikator literasi sains memiliki nilai
52

sig. 0,091>0,05 pada indikator LS 2 dan nilai sig. 0,536>0,05


pada indikator LS 3. Data yang menujukkan tidak homogen justru
terdapat pada indikator literasi sains 1, yaitu menjelaskan
fenomena secara ilmiah dengan angka homogenitas sig.
0,000<0,05. Berdasarkan hasil data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa indikator LS 1 memiliki perbedaan data postest antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan indikator LS 2 dan
LS 3 tidak memiliki perbedaan data postest antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil uji normalitas yang tidak menunjukkan distribusi


normal, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk menentukan
penigkatan literasi sains siswa pada hasil postest setiap indikator
baik pada kelas eksperimen maupun kontrol. Data hasil uji
hipotesis Mann Whitney U dapat diamati pada tabel berikut:

Tabel IV.6
Hasil Uji Hipotesis Data Postest untuk Setiap Indikator

Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 2 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak

Hasil data analisis uji hipotesis pada (Tabel IV.6)


menunjukkan bahwa indikator literasi sains 1, 2, dan 3 memiliki
nilai sig. 0,000<0,05. Analisis tersebut membuktikan bahwa uji
Mann Whitney U pada indikator LS 1 sampai 3 menerima Ha dan
menolak Ho. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa, hasil uji hipotesis data postest untuk setiap indikator
terdapat peningkatan literasi sains secara signifikan pasca
penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
youtube.

C) Uji Statistik Data N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains


Uji Normalitas Gain (N-Gain) akan memberikan
gambaran umum peningkatan nilai hasil belajar antara sebelum
53

dan sesudah penerapan pembelajaran JAS berbasis Youtube.


Tabel dibawah ini merupakan hasil analisa uji statistik untuk
menentukan normalitas dan homogenitas data yang diujikan
berdasarkan intikator atau aspek literasi sains.

Tabel IV.7
Hasil Uji Prasyarat Data N-Gain untuk Setiap Indikator
Uji Normalitas Uji
Data Kelas Homogenita
Kolmogorov Saphiro
s
Eksperimen Sig. 0,032 Sig. 0,036
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,424
LS 1 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,001 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,065
LS 2 Kontrol Sig. 0,032 Sig. 0,007 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,032 Sig. 0,036
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,424
LS 3 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal

Keterangan : Literasi Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah


Sains 1 (Explain Phenomena Scientifically)
Literasi Mengevaluasi Dan Membuat
Sains 2 Penyelidikan Ilmiah (Evaluate And
Design Scientific Enquiry)
Literasi Menginterpretasikan Data Dan
Sains 3 Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah
(Interpret Data And Evidence
Scientifically)

Uji statistika untuk mengetahui normalitas data N-Gain


menunjukkan bahwa semua data yang dilakukan uji Kolmogorov
dan Saphiro tidak terdistribusi normal. Hal tersebut sesuai dengan
(Tabel IV.7) yang berisi data normalitas sesuai dengan indikator
literasi sains. Data normalitas tersebut memiliki angka dengan
nilai signifikansi <0,05, namun memiliki data yang homogen saat
dilakukan uji homogenitas yang terdapat pada indikator LS1,
LS2, dan LS3. Nilai signifikansi homogenitas dari indikator LS1
54

memiliki nilai sig. 0,424>0,05, indikator LS2 memiliki nilai sig.


0,065>0,05, dan indikator LS3 memiliki nilai sig. 0,424>0,05.
Berdasarkan hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
indikator LS1, LS2, dan LS3 memiliki data yang homogen,
artinya nilai N-Gain atau gabungan antara nilai pretest dan postest
memiliki perbedaan data antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

Hasil uji normalitas yang tidak menunjukkan distribusi


normal, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk menentukan
penigkatan literasi sains siswa pada hasil data N-Gain setiap
indikator baik pada kelas eksperimen maupun kontrol. Data hasil
uji hipotesis Mann Whitney U dapat diamati pada tabel berikut:

Tabel IV.8
Hasil Uji Hipotesis Data N-Gain untuk Setiap Indikator

Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 2 Mann-Whitney U 0,001 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak

Hasil data analisis uji hipotesis pada (Tabel IV.8)


menunjukkan bahwa indikator literasi sains 1 dan 3 memiliki nilai
sig. 0,000<0,05, sedangkan intikator literasi sains 2 memiliki nilai
sig. 0,001<0,05. Analisis tersebut membuktikan bahwa uji Mann
Whitney U pada indikator LS 1 sampai 3 menerima Ha dan
menolak Ho. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa, hasil uji hipotesis data n-gain untuk setiap indikator
terdapat peningkatan literasi sains secara signifikan pasca
penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
youtube.

C. Analisis Uji Statistik Perbandingan Kelompok


A) Perbandingan Kelompok Kelas Eksperimen
Kategorisasi siswa berdasarkan kemampuannya dalam
menyerap pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang
55

baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata atau hasil yang
disampaikan. Hal tersebut akan menjadikan sistem rangking di
kelas. Hasil rangking tersebut akan membagi kategori kelompok
kelas yang termasuk kedalam kelas atas, tengah, atau bawah.
Persentase pembagian kelompoknya meliputi, kelompok atas dan
bawah dengan peresntase sebesar 27% dan kelompok tengah
dengan persentase 46%. Analisis perbandingan kelompok
dilakukan pada kelas eksperimen untuk membuktikan hipotesis
atau mengetahui secara spesifik dalam satu kelas berdasarkan
pembagian kelompok tersebut, kemudian dibandingkan
berdasarkan nilai rata-rata yang sama atau tidak. Analisis ini
dilakukan menggunakan uji One-Way Anova dengan analisis Post
Hoc Test (Tukey) ketika data homogen dan Games Howell ketika
data tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat diamati pada
tabel berikut.

Tabel IV.9
Homogenitas Varian

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,307 2 33 ,737

Berdasarkan (Tabel IV.9) menunjukkan bahwa hasil uji


homogenitas pada Lavene Statistic memperoleh angka 0,307 dan
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,737>0,05, kesimpulan
homogenitas yang dapat disimpulkan, ialah data bersifat
homogen, sehingga terdapat perbedaan data peningkatan literasi
sains antara kelompok atas, tengah, dan bawah, serta memenuhi
syarat untuk melanjutkan pada uji One-Way Anova.

Tabel IV.10
Tabel Hasil Uji Anova
ANOVA
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups ,055 2 ,028 1,214 ,310
56

Within Groups ,750 33 ,023


Total ,805 35

Peroleh nilai signifikasni setelah uji anova, diperoleh


nilai signifikansi sebesar 0,310>0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho
diterima. Kesimpulan yang dapat diambil dari perolehan data
tersebut adalah terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang
signifikan.

Tabel IV.11
Hasil Analisis Post-Hoc Test

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tukey HSD
(I) (J) Kelompok Mean Std. Sig. 95% Confidence
Kelompok Differen Error Interval
ce (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Kelompok -,08825 ,06076 ,327 -,2373 ,0608
Kelompok Tengah
Atas Kelompok -,08600 ,06741 ,419 -,2514 ,0794
Bawah
Kelompok Atas ,08825 ,06076 ,327 -,0608 ,2373
Kelompok
Kelompok ,00225 ,06076 ,999 -,1468 ,1513
Tengah
Bawah
Kelompok Atas ,08600 ,06741 ,419 -,0794 ,2514
Kelompok
Bawah Kelompok -,00225 ,06076 ,999 -,1513 ,1468
Tengah

Berdasarkan (Tabel IV. 11) menunjukkan bahwa


perbandingan antara kelompok atas, tengah dan bawah memiliki
nilai signifikansi >0,05. Selain itu, selisih antara nilai atas
terhadap nilai kelompok tengah dan bawah memiliki nilai yang
negatif, yaitu sebesar -0,08825 dan -0,08600. Slain itu, selisih
antara nilai kelimpok tengah terhadap kelompok atas dan bawah
memiliki nilai positif, yaitu sebesar 0,08825 dan 0,00225.
Sedangkan, nilai perbandingan antara kelompok bawah terhadap
kelompok atas dan kelompok tengah bernilai positif dan negatif,
yaitu 0,08600 dan -0,00225. Nilai signifikansi paling rendah
terletak pada angka 0,327>0,05 dan nilai tertinggi terletak pada
angak 0,999>0,05. Angka tersebut sangat jauh dari patokan nilai
signifikansi α=0,05. Karena semua perbandingan setiap
57

kelompok memiliki nilai signifikansi tinggi, maka data tersebut


adalah menolak Ha dan menerima Ho, sehingga dapat
disimpulkan bahwa perbedaan peningkatan literasi sains tidak
signifikan antara kelompok atas, tengah dan bawah pada kelas
eksperimen.
Tabel IV.12
Hasil Uji Analisis Tukey

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa


Tukey HSDa,b
Kelompok N Subset for alpha
= 0.05
1
Kelompok Atas 10 ,6030
Kelompok Bawah 10 ,6890
Kelompok Tengah 16 ,6913
Sig. ,353
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 11,429.
b. The group sizes are unequal. The harmonic
mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.

Uji lanjutan post hoc dengan anlisis Tukey memiliki


hasil yang sama dengan hasil data analisis pada uji sebelumnya.
Nilai signifikansi untuk mengetahui perbedaan setiap kelompok
pada kelas eksperimen dimulai dari kelompok atas hingga
kelompok bawah memiliki sig. 0,353>0,05, karena nilai sig.
>0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, kesimpulan berdasarkan
data tersebut adalah pembelajaran dalam pendekatan JAS
berbasis youtube tidak berpengaruh signifikan untuk
membedakan kelompok kelas atas, tengah dan bawah pada kelas
eksperimen.

B) Perbandingan Kelompok Kelas Kontrol


Perbandingan selanjutnya dilakukan pada kelas kontrol
yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan perbedaan nilai
rata-rata setiap kelompok dengan kelas eksperimen. Pembagian
kelompoknya sama dengan kelas eksperimen, yaitu 27% untuk
kelompok atas dan bawah, serta 46% untuk kelompok tengah.
Hasil analisis statistiknya dapat diamati pada tabel berikut.
58

Tabel IV.13
Homogenitas Varian

Test of Homogeneity of Variances


Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,305 2 33 ,739

Berdasarkan (Tabel IV.13) hasil analisis statistika uji


homogenitas menunjukkan bahwa nilai yang terdapat pasca uji
Levene Statistic memiliki angka sig. 0,739>0,05, Hal tersebut
membuktikan bahwa perbandingan nilai rata-rata hasil belajar
kelompok kelas homogen dan akan dilakukan uji One Way Anova
untuk menunjukkan nilai signifikansi lainya. Data tersebut dapat
diamati pada tabel berikut.

Tabel IV.14
Hasil Uji Anova

-ANOVA
Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between ,013 2 ,006 ,267 ,768
Groups
Within ,791 33 ,024
Groups
Total ,803 35

Setelah dilakukan uji One Way Anova, diketahui bahwa


pada (Tabel IV.14) nilai signifikansi 0,768. >0,05. maka hasil
analisis tersebut adalah Ha ditolak dan Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dalam pendekatan JAS
berbasis youtube tidak berpengaruh signifikan untuk
membedakan kelompok kelas atas, tengah dan bawah pada kelas
kontrol.

3. Respon Siswa Menaggapi Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis


Youtube

Respon siswa dapat diukur menggunakan lembar angket yang berisi


pembelajaran yang telah disampaikan. Peneliti menggunakan sebaran angket yang
59

mengacu pada indikator pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan hanya diujikan
pada kelas eksperimen. Indikator JAS yang digunakan antara lain eksplorasi,
konstruktivis, proses sains, masyarakat belajar, bioedutaiment, dan authentic
assessment. Hasil sebaran angket tersebut dapat diamati pada grafik dibawah ini:

Gambar IV.9
Diagram Respon Siswa dalam Pendekatan JAS Berbasis Youtube

Berdasarkan (Gambar IV.9) dapat diketahui melalui empat skala yang


digunakan, mayoritas siswa memilih respon baik dengan persentase sebanyak 85%.
Skala selanjutnya adalah respon sangat baik dengan persentase sebesar 15%.
Sedangkan, kedua skala lainya yaitu cukup dan kurang memiliki persentase 0%.
Apabila dikategorikan, yang termasuk kedalam respon positif adalah baik dan
sangat baik, maka total 100% respon siswa kelas eksperimen adalah baik. Jika skala
cukup dan kurang termasuk kedalam respon negatif, maka total 0% respon siswa
yang menganggap pembelajaran yang mereka lakukan tidak menyenangkan karena
respon negatif yang diberikan. Penjabaran lebih lengkapnya, dapat diamati
berdasarkan pemaparan grafik yang menunjukkan respon siswa terhadap setiap
pembelajaran berdasarkan komponen literasi sains siswa yang terbagi menjadi 6
(enam) indikator.
60

Gambar IV.10
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Eksplorasi

Hasil diagram batang penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)


berbasis Youtube pada konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.10)
menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas
eksperimen, 100% siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data
pengamatan sebaran angket 4 (empat) skala, 67% siswa memilih skala baik dan
33% sisanya memilih skala sangat baik. Kesimpulan berdasarkan data tersebut
adalah indikator eksplorasi memiliki respon positif dari seluruh responden, yaitu
kelas eksperimen. Selain itu, hasil respon sebaran angket pada indikator
selanjutnya dapat diamati pada gambar dibawah ini.

Gambar IV.11
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Konstruktivis

Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube pada


konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.11), diagram batang tersebut
61

menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas


eksperimen, 100% siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data
pengamatan sebaran angket 4 (empat) skala, 100% siswa memilih skala baik.
Sedangkan, untuk skala sangat baik, cukup, dan kurang memiliki persentase 0%.
Kesimpulan berdasarkan data tersebut adalah indikator konstruktivis memiliki
tanggapan positif yang diberikan oleh seluruh responden, yaitu kelas eksperimen.
Selain itu, hasil respon sebaran angket pada indikator selanjutnya dapat diamati
pada gambar dibawah ini.

Gambar IV.12
Grafik Respon Pendekatan JAS Indikator Proses Sains

Hasil diagram batang penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)


berbasis Youtube pada konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.12)
menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas
eksperimen, 100% siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data
pengamatan sebaran angket 4 (empat) skala, 100% siswa memilih skala baik.
Sedangkan, untuk skala sangat baik, cukup, dan kurang memiliki persentase 0%.
Kesimpulan berdasarkan data tersebut adalah indikator proses sains memiliki
respon positif sebanyak 100% yang terdiri dari keseluruhan skala baik. Selain itu,
hasil respon sebaran angket pada indikator selanjutnya dapat diamati pada gambar
dibawah ini.
62

Gambar IV.13
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Masyarakat Belajar

Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube pada


konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.13), diagram batang tersebut
menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas
eksperimen, 100% siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data
pengamatan sebaran angket 4 (empat) skala, 100% siswa memilih skala baik.
Sedangkan, untuk skala sangat baik, cukup, dan kurang memiliki persentase 0%.
Kesimpulan berdasarkan data tersebut adalah indikator masyarakat belajar
(learning comunity) memiliki tanggapan positif dari seluruh responden dengan
persentase sebesar 100%. Selain itu, hasil respon sebaran angket pada indikator
selanjutnya dapat diamati pada gambar dibawah ini.

Gambar IV.14
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Bioedutaiment
63

Diagram batang penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)


berbasis Youtube pada konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.14)
menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas
eksperimen, 100% siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data
pengamatan sebaran angket 4 (empat) skala, 67% siswa memilih skala baik dan
33% sisanya memilih skala sangat baik. Kesimpulan berdasarkan data tersebut
adalah indikator bioedutaiment memiliki 100% tanggapan positif dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, hasil respon sebaran angket pada
indikator selanjutnya dapat diamati pada gambar dibawah ini.

Gambar IV.15
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Authentic Assessment

Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube pada


konsep ekosistem berdasarkan (Gambar IV.15) diagram batang menunjukkan
bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang pada kelas eksperimen, 100%
siswa memilih respon positif. Hal tersebut sesuai data pengamatan sebaran angket
4 (empat) skala, 67% siswa memilih skala baik dan 33% sisanya memilih skala
sangat baik. Kesimpulan berdasarkan data tersebut adalah indikator authentic
assessment memiliki respon positif yang diberikan oleh selirih responden kelas
eksperimen.

Berdasarkan seluruh indikator pendekatan JAS, dapat disimpulkan bahwa


respon siswa secara keseluruhan adalah positif yang terdiri dari skala baik dan
sangat baik. Hal tersebut membuktikan bahwa, pembelajaran dengan pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube terbukti disenangi dan disukai oleh
siswa sebagai responden kelas eksperimen.
64

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Aktivitas Belajar dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis


Youtube

Sintak tematik tersebut disesuaikan dengan tema dan estimasi waktu yang
digunakan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pertemuan pertama menggunakan
sintak dengan tema eksplorasi dan interaksi, dilanjut pertemuan kedua dengan tema
komunikasi dan refleksi, serta pertemuan ketiga adalah sintak evaluasi. Materi
ekosistem yang diberikan kepada siswa diselesaikan dalam waktu satu kali tema
pendekatan JAS berbasis youtube. Penerapan tema tersebut tetap tidak menambah
atau menghilangkan sintak pendekatan JAS, sintak yang digunakan tetap berjumlah
5 (lima) fase pembelajaran, namun dengan pertemuan yang cukup memakan waktu,
sehingga peneliti membutuhkan waktu sekitar 100 menit untuk melaksanakan
kegiatan inti dalam satu kali pertemuan. Aliyah (2017) jenis sintak yang digunakan
adalah sintak tematik atau model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk menggunakan tema atau mengaitkan beberapa tema pembelajaran sehingga
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube


menunjukkan antusias dan keaktifan siswa yang meningkat pada setiap sintaknya.
Ditandai dengan hasil persentase aktivitas paling rendah dari sintak yang dilakukan
terdapat pada tahap I (eksplorasi). Sedangkan, jumlah yang dengan persentase
aktivitas paling tinggi terdapat pada sintak tahap V (evaluasi). Kenaikan aktivitas
siswa paling tinggi terdapat pada perpindahan dari sintak eksplorasi menuju
interaksi. Aktivitas belajar tersebut dapat diketahui pada masing-masing sintak
pembelajaran dan keunggulannya dalam meningkatkan literasi sains siswa.

Sintak eksplorasi memiliki tingkat aktivitas yang tinggi sebagai awal


permulaan dari kegiatan pembelajaran JAS berbasis youtube, karena melatih siswa
untuk merencanakan kegiatan untuk mengembangkan ide dan pengalaman melalui
kegiatan investigasi lingkungan, sedangkan sintak interaksi hanya melibatkan
kegiatan sosialisasi antara siswa dengan guru melalui bimbingan dan konsultasi
terhadap kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi terhadap lingkungannya
menyebabkan peserta didik berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan
sehingga mereka menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan
65

pertanyaan atau masalah. Kegiatan eksplorasi sangat sesuai dengan hakikat obyek
kajian pembelajaran biologi, yaitu alam dan sekitarnya. Untuk belajar memahami
alam, maka obyek dan persoalan kajiannya harus alam itu sendiri sedangkan cara
belajarnya sebaiknya dilakukan dengan cara kontak langsung dengan alam. Kontak
langsung dengan obyek belajar (alam) merupakan pola dasar untuk mempelajari
alam dan berinteraksi dengan alam. Kontak langsung dengan obyek belajar
(lingkungan alam) mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan metakognisi peserta didik. Dengan demikian, kegiatan eksplorasi alam
wajib dilakukan untuk belajar sains karena keberadaannya mampu membawa
peserta didik memperoleh pengalaman nyata tentang alam, sikap, keterampilan
ilmiah dan berpikir ilmiah mahasiswa melalui proses pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan teori Alimah (2015: 59-60) Kegiatan eksplorasi lebih
memberdayakan potensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) yang dimiliki
peserta didik dan tidak mengharuskan mereka menghafal fakta-fakta, melainkan
mendorong mereka untuk mengkonstruksikan fakta-fakta pengetahuan yang
diperolehnya dilapangan berdasarkan konsep atau prinsip biologi. Tanpa
melakukan kegiatan ilmiah, maka potensi keterampilan dan sikap ilmiah peserta
didik tidak mungkin dibudidayakan melalui proses pembelajaran.

Sintak refleksi memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses pembelajaran,


karena mengharuskan siswa untuk mengingat kembali komunikasi lisan sesuai
dengan tahap eksplorasi yang telah dilakukan dan sebagai acuan dalam penulisan
jurnal ilmiah. Fase komunikasi dalam model JAS didasari dengan pemikiran bahwa
perkembangan kemampuan seseorang tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial.
Konteks sosial yang dimaksud yaitu pertisipasi dalam kegiatan lingkungan sosial,
yang dalam praktik proses pembelajaran di kelas peserta didik tidak dapat lepas dari
partisipasi kegiatan sosial dalam lingkungannya, sehingga untuk mencapai hasil
yang maksimal peserta didik membutuhkan bimbingan orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih kompeten untuk proses internalisasi pengetahuan yang diperoleh
dari dalam diri mereka. Alimah (2015: 83) fase refleksi menutut peserta didik untuk
menengok kembali kegiatan eksplorasi dengan melakukan analisis dan
mendiskusikan konsep pengetahuan yang telah mereka temukan di lapangan
selama proses pembelajaran dengan teman satu kelompok, antar kelompok, dan
guru.
66

Sintak evaluasi memiliki kenaikan aktivitas yang cenderung stabil karena


tidak terlalu melibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM), melainkan hanya
melakukan pengumpulan jurnal ilmiah dan pemaparan kembali hasil jurnal yang
telah dibuat, ditutup dengan mengerjakan tes kemampuan kognitif berupa pretest.
Jurnal sains ditugaskan kepada peserta didik dengan tujuan untuk menggali,
membangun dan melatih keterampilan peserta didik dalam menulis dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Penulisan jurnal sain oleh peserta didik juga
bertujuan untuk membiasakan mereka menulis dalam rangka mengekspresikan
pemahaman tentang konsep yang mereka dapatkan dalam proses belajar.
Kedisiplinan, tanggung jawab, kepercayaan diri, metakognisi, sikap dan kognitif
peserta didik juga dapat dilatihkan melalui menulis jurnal sain. Sedangkan, hasil
belajar dilakukan dengan cara pelaksanaan tes, yaitu pretets dan postest. Menurut
Alimah (2015: 86) proses penilaian hasil belajar dengan model EJAS dilakukan
sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran oleh guru secara terintegrasi dan
komperhensif. Penilaian memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur
keterampilan daripada tes tertulis yang hanya pengukur pengetahuan.

Penerapan pembelajaran JAS berbasis youtube memiliki tingkat aktivitas


yang tinggi, karena nilai persentase rata-rata setiap sintak memiliki angka yang jauh
melebihi nilai rata-rata. Pencapaian tingkat aktivitas siswa dalam kategori aktif dan
sangat aktif dapat disebabkan karena siswa merasa pembelajaran yang diterapkan
menyenangkan dan dirasakan penting seperti yang terlihat dari hasil angket
tanggapan siswa. Selain itu, dapat juga disebabkan karena diterapkannya
pendekatan JAS dalam pembelajaran yang membuat siswa belajar melalui
pengalamannya sendiri, sehingga memungkinkan siswa menjadi lebih memahami
masalah yang dipelajarinya dan menjadi lebih aktif untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang diungkapkan
oleh Sardiman (2007) bahwa besarnya tingkat aktivitas siswa dapat diakibatkan
karena dalam kegiatan belajar, segala pengetahuan diperoleh dengan pengamatan
sendiri dan juga pengalaman sendiri.

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Priyono et al. (2008) yang
menunjukkan bahwa pendekatan JAS dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi
siswa dalam pembelajaran, dan keaktifan siswa, dengan permasalahan rendahnya
67

aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang masih dibawah
standar ketuntasan belajar minimal. Berdasarkan pernyataan tersebut, pendekatan
JAS yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sumber terbukti benar meningkatkan
aktivitas belajar siswa, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif
dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Penerapan pendekatan JAS dalam penelitian ini berpengaruh terhadap


hasil belajar siswa. Hal ini karena siswa pada kelas eksperimen sebagian besar
memiliki minat dan antusias yang tinggi terhadap pembelajaran sehingga nantinya
memudahkan peneliti yang berperan sebagai guru untuk mengatur siswa dalam
melakukan tahapan-tahapan dalam penerapan pendekatan JAS. Keterlibatan siswa
dalam melakukan Jelajah Alam berbasis youtube menunjukkan perilaku aktif siswa
yang tinggi. Pemanfaatan gadget sebagai alat bantu dan belajar dan media audio
visual dalam bentuk video youtube yang dijadikan sebagai sumber belajar membuat
siswa senang dalam melaksanakan pembelajaran pada zaman modern ini. Aktivitas
yang tinggi dalam pembelajaran dapat menambah pemahaman siswa, karena
mendapatkan pengalaman langsung terutama untuk materi yang berkaitan dengan
lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugiyo dan Abidin (2008) yang
mengungkapkan bahwa konsep belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam
sekitar dapat mempermudah siswa dalam mempelajarinya yang kemudian
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

2. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains dalam Penerapan Jelajah Alam Sekitar


(JAS) Berbasis Youtube

Kemampuan literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan


pengetahuan dalam masalah sains sehingga menjadi masyarakat yang peka terhadap
sains dan teknologi. Literasi sains diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan dalam masalah yang berhubungan dengan sains, dan
dengan ide-ide ilmu pengetahuan sehingga menjadi masyarakat yang reflektif.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model
pembelajaran, fasilitas komputer sebagai penunjang pembelajaran, penggunaan
media berbasis komputer dan frekuensi mengakses informasi melalui internet.
Siswa dengan kemampuan literasi yang kurang berkembang hanya mampu
68

menyelesaikan masalah pada situasi sederhana dan akrab, sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan literasi lebih berkembang mampu menyelesaikan masalah
pada situasi yang kompleks dan sulit. (Marianti, 2016: 15-18)
Penulis terbantu dengan adanya Wi-Fi yang dapat mengakses internet di
tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 1 Sumber dan izin dalam penggunaan
smartphone di lingkungan sekolah, sehingga seluruh siswa dapat mengakses
internet. Literasi sains tersebut diukur menggunakan instrumen tes sebelum dan
sesudah kegiatanan pembelajaran berlangsung, yaitu dalam bentuk pretes dan
postes berbasis literasi sains. Tes tersebut dilakukan pada dua kelas yang berbeda,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
kepada kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan pendekatan JAS berbasis
youtube.
Uji hipotesis data pretest, postest, dan n-gain secara umum terdapat
peningkatan literasi sains yang signifikan terhadap pembelajaran dalam pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube. Kenaikan rata-rata nilai pretest
postest kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, artinya kemampuan
literasi sains kelas eksperimen meningkat lebih baik. Kegiatan pembelajaran materi
ekosistem dengan pendekatan JAS berbasis youtube pada kelas eksperimen
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam diskusi dan terbiasa menganalisis
masalah. Alimah (2015: 67) kegiatan menganalisis masalah pada pembelajaran
membutuhkan pola berpikir analisis yang disertai kemampuan siswa dalam
mengkaitkan informasi-informasi lama dengan informasi baru. Informasi baru yang
telah diperoleh, terintegrasi dalam ingatan jangka panjang siswa karena siswa
membangun sendiri konsep yang awalnya tidak diketahui.
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari hasil selisih antara pretest
dan postest dengan penerapan pendekatan JAS berbasis youtube untuk
meningkatkan literasi sains siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil data bahwa, nilai
rata-rata pretest dan postest sama-sama mengalami kenaikan. Nilai rata-rata yang
terdapat pada kelas eksperimen memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Menurut Santoso (2017) hubungan positif dan kuat antara
BSCS 5E Instructional Model dengan Pendekatan JAS berbanding lurus terhadap
kemampuan literasi sains siswa. Hal tersebut ditemukan dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis, aktivitas pendekatan JAS berbasis youtube yang tinggi,
69

akan membantu siswa dalam meningkatkan literasi sains. Sehingga, nilai postest
dalam data penelitian cenderung lebih besar pada kelas eksperimen.
Tingkat pemahaman akan konsep materi yang diberikan memiliki tingkat
literasi sains lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol,
karena selisih rata-rata antara nilai pretest dan postest lebih besar pada hasil kelas
eksperimen. Hal tersebut berdasarkan data nilai gabungan antara nilai pretest dan
postest kelas eksperimen yang termasuk kedalam kategori tinggi. Sedangkan, untuk
N-Gain kelas kontrol termasuk kedalam kategori sedang. Nilai Normalitas Gain ini
dapat menujukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep ekosistem
pasca pembelajaran di kelas. Abdullah dan Abbas (2006) menyatakan bahwa
dengan belajar berkelompok efektif mendorong siswa untuk memiliki kemampuan
dalam memahami konsep. Hal tersesbut sesuai dengan penelitian yang
menggunakan pembelajaran berkelompok dalam memecahkan permasalah ilmiah
dalam pembelajaran dalam penerapan JAS berbasis youtube. Peryataan tersebut
sesuai dengan penelitian Sugiyo dan Abidin (2008) yang menyatakan bahwa
belajar dengan diskusi kelompok memudahkan siswa untuk belajar secara efektif
dan bermakna.
Rata-rata nilai kelas eksperimen memiliki penurunan hingga indikator LS
3 pada nilai kelas kontrol disebabkan karena sifat setiap indikator yang semakin
komplenks, sehingga rata-rata nilai kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata nilai kelas esperimen. Penurunan tersebut merupakan sifat kompleksitas
setiap dimensi atau indikator literasi sains semakin meningkat hingga pada
indikator LS 3. Hal tersebut tergambar dari hasil diagram batang nilai rata-rata
pretest berdasarkan indikator literasi sains antara kelas eksperimen dan kontrol.
Nilai pretest pada kelas eksperimen jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
postesnya dalam skala setiap indikator literasi sains. Hasil yang dapat diamati dari
setiap indikator LS, mengalami penurunan jumlah nilai rata-rata dan letak nilai
paling rendah adalah indikator LS 3, yaitu “Menginterpretasikan Data dan
Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And Evidence Scientifically)”
diantara kedua indikator lainya.
Penurunan pada indikator literasi sains menunjukkan tingkat kesulitan
dalam pemahaman dimensi komptensi literasi sains menjadi semakin sulit,
sehingga penurunan tersebut umum dan terjadi pada kelas eksperimen dan kelas
70

kontrol. Data postest menunjukkan tingkat kesulitan dalam pemahaman dimensi


komptensi literasi sains menjadi semakin sulit, karena penurunan tersebut umum
dan terjadi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga sifat kompleksitas
setiap dimensi atau indikator literasi sains semakin meningkat hingga pada
indikator LS 3. Rata-rata nilai dari ketiga indikator untuk kelas eksperimen lebih
besar dibandingkan dengan kelas kontrol.. Rata-rata nilai postest antara kelas
eksperimen lebih besar bila dibandingkan dengan nlai kelas kontrol. Artinya, nilai
tes literasi sains kelas eksperimen baik secara pretest maupun postest lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai literasi sains kelas kontrol. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Millar (2008) pemahaman yang baik terhadap materi berdampak
positif terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut ditemukan pada pembelajaran JAS
berbasis youtube, ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan literasi sains pasca
penerapan pendekatan tersebut.
Pemahaman terhadap literasi siswa pada konsep ekosistem dalam
pendekatan JAS pada kelas eksperimen memiliki tingkat yang tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol, karena nilai kelas kontrol memiliki selisih nilai gabungan
antara pretest dan postest yang tidak besar dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Sari (2012) menyatakan pembelajaran dengan menerapkan jelajah alam sekitar
dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan konkret, siswa
mengkonstruksi pengetahuan sendiri, mengeksplorasi objek yang dipelajari, dan
menciptakan masyarakat belajar sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai. Sehingga, dalam pembelajaran yang telah dilakukan, terjadi penimngkatan
peningkatan pemahaman akan konsep ekosistem pasca penerapan pembelajaran
dalam pendekatan JAS berbasis youtube, yang membuat siswa lebih memahami
konsep pembelajaran di kelas.
Hasil uji hipotesis data pretest, postest, dan n-gain secara umum terdapat
peningkatan literasi sains yang signifikan terhadap pembelajaran dalam pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube. Nilai signifikansi homogenitas dari
ke-3 (tiga) indikator literasi sains memiliki nilai sig. >α, karena data bersifat
homogen, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan data yang diuji antara
nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan data tersebut menunjukkan
bahwa nilai pretest, postest, dan n-gain memiliki perbedaan data yang dapat
membedakan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan
71

hasil belajar tersebut disebabkan oleh adanya penerapan pendekatan JAS berbasis
youtube pada kelas eksperimen, sehingga hasil belajar pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2012) pemahaman yang baik terhadap materi berdampak
positif terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, hasil belajar siswa kelas
eksperimen yang baik disebabkan oleh bantuan pendekatan JAS berbasis youtube
yang berdampat positif pada siswa yang baik dalam memahami pembelajaran.
Hasil uji hipotesis data pretest untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains yang signifikan melalui pembelajaran dengan penerapan JAS berbasis
berbasis youtube. Nilai ini penelitin gunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil pretest kelas
ensperimen dan kelas kontrol memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Letak
perbedanya adalah peningkatan yang terjadi pada postest pasca pembelajaran JAS
berbasis youtube, yang menyebabkan terjadinya penigkatan hasil belajar yang
sangat baik pada kelas eskperimen.
Hasil uji hipotesis data postest untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains secara signifikan pasca penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube. Hasil belajar dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan peningkatan
literasi sains yang baik pada kelas eksperimen. Belajar dalam bentuk diskusi
kelompok dalam penelitian ini juga mendorong siswa untuk dapat lebih memahami
konsep yang pada akhirnya ditunjukkan dari hasil belajarnya Hasil penelitian lain
yang dikemukakan oleh Hartati (2002) menunjukkan pembelajaran kooperatif
mampu meningkatkan keterampilan interpersonal siswa yaitu adanya motivasi
untuk memperoleh penghargaan kelompok, adanya interaksi saling bertukar
informasi dengan teman sekelompok, serta adanya saling ingin memunculkan
prestasi terbaiknya demi keberhasilan kelompok.
Hasil uji hipotesis data n-gain untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains secara signifikan pasca penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Santoso et.al (2017) bahwa koefisien konstanta pada model linier dan koefisien
regresi variabel BSCS 5E Instructional Model dengan pendekatan JAS signifikan.
72

Oleh karenanya BSCS 5E Instructional Model dengan pendekatan JAS dapat


memprediksi tingkat kemampuan literasi sains siswa.
Pengaruh literasi sains tersebut sesuai dengan penelitian yang
dikemukakan oleh Hardianti (2014) yang menyatakan bahwa literasi sains
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti status sosial, sejarah keluarga dan
pendidikan orang tua. Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Arisman (2016)
tinggi rendahnya literasi sains siswa dipengaruhi secara positif oleh sikap siswa
terhadap sains dan latar belakang pendidikan orang tua, strategi kooperatif (peer
teaching), dan pemodelan, pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiatan belajar
mengajar di kelas, latar belakang pendidikan orang tua, dan banyaknya waktu yang
digunakan untuk belajar sains, dan kepercayaan diri dan motivasi belajar sains.
Kategorisasi siswa berdasarkan kemampuannya dalam menyerap pembelajaran
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-
rata atau hasil yang disampaikan. Hasil rangking tersebut akan membagi kategori
kelompok kelas yang termasuk kedalam kelas atas, tengah, atau bawah.
Ardiansyah, et.al (2016) menyatakan bahwa persentase pembagian kelompoknya
meliputi, kelompok atas dan bawah dengan persentase sebesar 27% dan kelompok
tengah dengan persentase 46%. Analisis perbandingan kelompok dilakukan pada
kelas eksperimen untuk membuktikan hipotesis atau mengetahui secara spesifik
dalam satu kelas berdasarkan pembagian kelompok tersebut, kemudian
dibandingkan berdasarkan nilai rata-rata yang sama atau tidak.
Pembelajaran dalam pendekatan JAS berbasis youtube tidak berpengaruh
signifikan untuk membedakan kelompok kelas atas, tengah dan bawah pada kelas
eksperimen dan kontrol. Perbandingan setiap kelompok memiliki nilai signifikansi
tinggi, maka data tersebut adalah menolak Ha dan menerima Ho. Perbandingan
tersebut tidak dapat dibuat karena terdapat persamaan hasil belajar yang meningkat
pesat dan terjadi pemrataan hasil belajar antara nilai pretets dan postest. Hasil
belajar yang merata pasca penerapan pendekatan JAS berbasis youtube membuat
guru tidak dapat mengetahui perbedaan antara kelompok atas, tengah , dan bawah.
Penerapan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube
menunjang pengembangan kemampuan literasi sains siswa pada materi ekosistem
karena memiliki siklus belajar terintegrasi yang menekankan pentingnya
pembelajaran berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan pakar kognitif yang
73

mengemukakan bahwa siswa membutuhkan untuk menghubungkan ide baru


dengan pengalaman mereka dan menempatkan ide baru dalam kerangka
berpikirnya (Bundu, 2006). Kemampuan literasi sains siswa dimunculkan di setiap
tahapan dalam pendekatan JAS berbasis youtube. Model ini menyajikan konsep
pembelajaran materi sistem pencernaan yang lebih bermakna dan memberikan
peluang siswa untuk belajar lebih mendalam. Kebermaknaan pembelajaran pada
konsep materi ekosistem dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengkaitkan
informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi yang baru diterimanya.
Peningkatan literasi siswa dimensi kompetensi dengan indikator
“Menjelaskan Fakta Secara Ilmiah (Eksplain Phenomena Scientifically)” memiliki
hubungan dengan sintak pendekatan JAS berbasis youtube. Pendekatan tersebut
mengharuskan siswa untuk membuat rancangan kegiatan Jelajah Alam berbasis
youtube yang akan dilakukan. Rancangan jelajah tersebut dikonsultasikan dengan
guru agar kegiatan jelajah menjadi terarah dan membatasi pengamatan hanya
mencangkup pelajaran pada konsep ekosistem, seperti potensi lingkungan dan
permasalahan yang berkaitan dengan ekosistem yang dijelajah, selain itu, akan
berkaitan dengan manfaat dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. Setelah
merancang kegiatan jelajah, indikator 1 (satu) literasi sains, memiliki kaitan dengan
tahap awal sintak eksplorasi, yaitu mendengar dan mencatat hal penting yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa memiliki gambaran untuk menjelaskan
fakta secara ilmiah. Tahap selanjutnya yang berperan dalam peningkatan literasi
sains indikator 1 dari JAS adalah sintak komunikasi. OECD (2015:24) peserta didik
memiliki kemampuan untuk mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang
sesuai; mengidentifikasi, menggunakan dan menghasilkan model dan pernyataan
yang jelas; membuat dan melakukan justifikasi suatu prediksi dengan tepat;
mengajukan hipotesis dengan jelas; menjelaskan potensi dampak dari pengetahuan
ilmiah bagi masyarakat.
Peningkatan literasi siswa dimensi kompetensi dengan indikator
“Mengevaluasi dan Membuat Penyeledikan Ilmiah (Evaluate and Design Scientific
Enquiry)” memiliki hubungan dengan sintak pendekatan JAS berbasis youtube.
Tahapan sintak pembelajaran JAS berbasis youtube, diterapkan pada siswa yang
berkaitan dengan peningkatan literasi sains siswa untuk indikator ke-2 (dua) ini
adalah tahap eksplorasi dan interaksi. Tahap eksplorasi memiliki dominasi kegiatan
74

dalam membuat penyelidikan secara ilmiah seperti mengikuti tahapan rancangan


jelajah yang sebelumnya telah dirumuskan. Sedangkan, tahap interaksi, siswa lebih
dominana dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan eksplorasi yang telah
dilaksanakan. Menurut OECD (2015: 25) peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi pernyataan yang dibahas dalam sebuah penelitian ilmiah yang
diberikan; membedakan pertanyaan yang bisa diselidiki secara ilmiah;
mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan yang diberikan secara ilmiah;
menjelaskan dan mengevaluasi bagaimana para ilmuan memastikan keandalan data,
dan objektifitas serta generalisasi dari suatu penjelasan.
Peningkatan literasi sains siswa indiktor terakhir yaitu
”Menginterpretasikan Data dan Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data
and Envidence Scientifically)” hubungan dengan sintak pembelajaran JAS
berbasisi youtube didominasi oleh kegiatan pembejalaran pada sintak refleksi dan
evaluasi. Peningkatan yang terdapat pada sintak pembelajaran refleksi membuat
siswa memahami kembali konsep ekosistem yang telah dilakukan, baik pada
kegiatan eksplorasi, pengumpulan data hingga kegiatan diskusi pada tahap
komunikasi. Sedangkan, tahap evaluasi, siswa diberikan tugas untuk
mengumpulkan jurnal ilmiah terkait dengan kegiatan jelajah yang telah dilakukan.
Hal tersebut membuat siswa mengerti dan dapat menunjukkan data secara ilmiah
melalui interpretasi data melalui penulisan jurnal ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan
OECD (2015: 25) yang menginginkan agar peserta didik memiliki kemampuan
untuk mengubah data dari satu representasi atau gambaran ke repretasi lainya;
menganalisis dan menafsirkan data serta menarik kesimpulan dengan tepat;
mengidentifikasi asumsi; bukti dan penalaran dalam teks ilmu yang berkaitan;
membedakan antara argumen satu dengan yang lainya berdasarkan pada bukti
ilmiah dan teori serta berdasarkan pada pertimbangan lain; mengevaluasi argumen
dan bukti ilmiah dari sumber yang berbeda seperti koran, internet, dan jurnal.
Kebermaknaan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik tidak terlepas
dari peran seorang guru yang menyajikan video pembelajaran di pembelajaran di
youtube, menganalisis materi yang terdapat pada video, mendorong siswa
menganalisis komponen biotik dan abiotik hingga interaksi dalam ekosistem.
Memutarkan video, membagikan artikel/topik up to date untuk memulai
pembelajaran termasuk dalam kategori pembelajaran bermakna, yaitu pembelajaran
75

yang ditandai dengan advance organizer sehingga pembelajaran lebih


menyenangkan dan berdaya guna (Alimah, 2016: 87). Penerapan pendekatan JAS
berbasis youtube sangat membantu siswa dalam menerima pembelajaran di kelas.
Penerapan Pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk berperan aktif dalam setiap
tahapan pembelajarannya. Siswa dituntut berinteraksi dengan lingkungan,
mengumpulkan/ menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data yang
diperoleh, berdiskusi dalam memecahkan masalah, menemukan konsep baru, dan
menggunakan simbol verbal dalam mempelajari ekosistem, hingga menyelesaikan
penulisan jurnal sains yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Hal ini menjadi bagian penting dalam model pemrosesan
informasi yang didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari
lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal dan visual. Pembelajaran yang dialami oleh siswa
mampu tersimpan dalam memori jangka panjang dan siswa mampu mengambil
tindakan yang bijak dengan belajar mensosialisasikan pentingnya memahami
konsep ekosistem. Selaras dengan konteks (aplikasi) sains yang menjadi indikator
kemampuan literasi sains dirumuskan OECD (2013) meliputi topik kesehatan dan
penyakit, sumber daya alam, kualitas lingkungan, bahaya yang mengancam,
batasan sains dan teknologi yang mencakup ranah personal, lokal/nasional maupun
global.

3. Respon Siswa Menaggapi Penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis


Youtube

Respon siswa dapat diukur menggunakan lembar angket yang berisi


pembelajaran yang telah disampaikan. Peneliti menggunakan sebaran angket yang
mengacu pada indikator pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan hanya diujikan
pada kelas eksperimen. pembelajaran yang disampaikan sangat dibutuhkan untuk
mengetahui penerapan suatu pembelajaran memiliki respon positif atau negatif.
Jika siswa memiliki respon positif, tentu mereka akan menunjukkan rasa
kesukaannya dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang
berlangsung. Sebaliknya, dampat bila respon siswa negatif, mereka akan cenderung
76

tidak bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran yang akan berdampak pada


penurunan hasil belajar siswa. Indikator JAS yang digunakan antara lain eksplorasi,
konstruktivis, proses sains, masyarakat belajar, bioedutaiment, dan authentic
assessment. (Alimah, 2016: 23-37)

Mayoritas siswa memilih skala dengan respon baik dengan persentase


sebanyak 85%. Skala selanjutnya adalah respon sangat baik dengan persentase
sebesar 15%. Sehingga, respon siswa terhadap pembelajaran secara umum
didukung sepenuhnya oleh respon positif. Respon tersebut dikarenakan
pembelajaran dirancang sesuai pengetahuan awal siswa dan berbeda dari
pembelajaran yang sering siswa dapatkan dari guru mata pelajaran. Pembelajaran
dilakukan secara ilmiah, sehingga siswa dapat mempraktikkan secara langsung apa
yang dipelajarinya. Santoso (2017) sikap baik/positif dari siswa terhadap pelajaran,
pembelajaran dan pemodelan oleh guru merupakan hal yang penting untuk
kebermaknaan pembelajaran.

Indikator eksplorasi memiliki respon positif dari seluruh responden, yaitu


kelas eksperimen. Kegiatan eksplorasi dalam pendekatan JAS tidak terbatas pada
kegiatan berkunjung ke lapangan tetapi dapat juga dilakukan dengan penjelajahan
sumber belajar di dunia “maya” dengan memanfaatkan kecangihan teknologi
informasi. Dengan demikian peserta didik dapat belajar tanpa batas ruang dan
waktu sehingga prinsip belajar bahwa belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan
saja, dan dengan apa saja dapat berlangsung dengan baik. Alimah (2015: 26)
kegiatan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar belajar yang dilakukan oleh peserta
didik mampu mendorong mereka untuk berinteraksi langsung dengan fakta yang
ada di lingkungan mereka sehingga mereka menemukan pengalaman dan mampu
menemukan suatu pertanyaan atau masalah. Permasalah yang ditemukan dari
kegiatan eksplorasi mampu mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta
didik. Proses berpikir dari kegiatan eksplorasi memacu peserta didik untuk
menganalisis masalah, menalarnya dan memutuskan solusi pemecahan masalah
hasil kegiatan eksplorasi melalui berpikir kritis dan keatif.

Indikator konstruktivis memiliki tanggapan positif yang diberikan oleh


seluruh responden, yaitu kelas eksperimen, dengan jumlah 100% respon positif.
Alimah (2015: 29) pengetahuan hasil konstruksi dari peserta didik berupa informasi
77

yang disebut dengan skemata. Skemata yang merupakan hasil konstruksi


pengetahuan oleh peserta didik mampu tersimpan di dalam long term memory
apabila informasi baru tersebut cocok dengan informasi yang telah mereka miliki
sebelumnya. Apabila informasi baru yang terbentuk tidak cocok dengan informasi
yang telah mereka miliki, maka akan terjadi proses asimilasi hingga terbentuk
keseimbangan pengetahuan (equilibrium). Teori tersebut membuktikan dengan
respon siswa yang baik terhadap pembelajaran, berarti siswa sangat antusias dalam
mengkonstruksi pengetahuan melalui proses pembelajaran hingga membentuk
keseimbangan pengetahuan.

Indikator proses sains memiliki respon positif sebanyak 100% yang terdiri
dari keseluruhan skala baik. Keterampilan proses sains dapat diperoleh peserta
didik bila dalam proses belajar biologi mereka diterapkan metode ilmiah.
Keterampilan yang dapat diperoleh peserta didik melalui penerapan metode ilmiah
adalah keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan
proses dasar terdiri dari keterampilan melakukan observasi, mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan
terpadu dalam kegiatan proses sains dimulai dari keterampilan mengidentifikasi
variabel sampai melakukan eksperimen. Integrasi keterampilan proses sains
mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik.
Alimah (2015: 32-33) komponen proses sains dalam penerapan pendekatan JAS di
dalam kelas sangat diutamakan. Proses sains dalam pendekatan JAS dikemas dalam
berbagai kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik misalnya kegiatan
praktikum, percobaan, eksplorasi, dan mini research. Strategi dan metode
pembelajaran yang diintegrasikan dengan pendekatan JAS didesain sedemikian
rupa sehingga peserta didik mampu melakukan kegiatan proses sains untuk
memahami konsep-konsep dalam biologi.

Indikator masyarakat belajar (learning comunity) memiliki tanggapan


positif dari seluruh responden dengan persentase sebesar 100%. Masyarakat belajar
dapat terwujud dalam praktik pembelajaran di kelas bila guru melakukan proses
belajar siswa melalui pembentukan kelompok kecil maupun kelompok besar.
Pengelempokkan tersebut telah dilakukan oleh peneliti dengan membagi kelas
78

kedalam 6 (enam) kelompok, sehingga proses pembelajaran menjadi mudah


terarah.

Indikator bioedutaiment memiliki 100% tanggapan positif dari proses


pembelajaran yang telah dilaksanakan. Alimah (2015: 35-36) Strategi
bioedutainment dapat diterapkan di luar kelas (out door classroom) atau di dalam
kelas (in door classroom). Strategi bioedutanment dapat diintegrasikan dengan
metode pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang dapat diintegrasikan
dengan strategi bioedutainment antara lain metode ceramah, diskusi, game edukatif,
eksperimen, dan simulasi (role playing). Sesuai dengan pembelajaran yang telah
dilakukan, terjadi integrasi dari berbagai metode pembelajaran dalam satu strategi
belajar mampu menghasilkan desain pembelajaran yang berifat multi metode.
Strategi bioedutainment juga dapat diintegrasikan dengan berbagai media seperti
audio visual dalam bentuk video yang diunggah ke youtube sehingga pembelajaran
lebih efektif dan efisien.

Indikator authentic assessment memiliki respon positif yang diberikan


oleh selirih responden kelas eksperimen. Penilaian dalam penelitian ini
menggunakan lembar tes untuk mengukur literasi sains siswa. Selain itu, terdapat
penugasan perancangan kegiatan eksplorasi hingga penyusunan jurnal imiah.
Penilaian tersebut sependapat dengan teori Alimah (2015: 38) penilaian autentik
dilakukan pada penilaian untuk mengukur keterampilan dan performan peserta
didik, dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan
sebagai umpan balik bagi mereka. Contoh penilaian autentik antara lain penilaian
terhadap kegiatan proyek, pekerjaan rumah, karya peserta didik, presentasi atau
penampilan peserta didik, demonstrasi, laporan, jurnal refleksi, karya tulis dan lain-
lain.

Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis Youtube pada


konsep ekosistem menunjukkan bahwa, dengan total responden sebanyak 36 orang
pada kelas eksperimen, terdapat 3 (tiga) aspek indikator yang memiliki nilai 100%
skala baik, yaitu pada aspek konstruktivis, proses sains, dan masyarakat belajar
(learning community). Sedangkan, skala campuran antara baik dan sangat baik
dengan jumlah skala 67% dan 33% terdapat pada aspek eksplorasi, bioedutaiment,
dan authentic asessment. Keseluruhan siswa kelas eksperimen memberikan
79

tanggapan positif terhadap pembelajaran, khususnya pada indikator V pendekatan


JAS yaitu bioedutaiment. Hartati (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi
aktivitas siswa pada saat pembelajaran mengakibatkan semakin tinggi hasil belajar
yang dicapai oleh siswa begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut
membuktikan bahwa, pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
berbasis youtube terbukti disenangi oleh siswa sebagai responden kelas eksperimen
atau subjek yang menjalani langsung pembelajaran yang dilakukan.

Terlepas dari hasil positif yang diuraikan, penelitian ini masih memiliki
kekurangan. Kemampuan literasi sains yang diteliti hendaknya secara spesifik
mengukur masing-masing dari keempat aspek yang dinilai dalam literasi sains
menurut Framework PISA yaitu pemahaman konsep (konten) sains, kompetensi
(proses) sains, konteks (aplikasi) sains, dan sikap sains, serta tiga aspek dari
komponen kompetensi (proses) sains dalam penilaian literasi sains, yaitu
menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah
serta menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Sayangnya, penelitian in mengukur
skala literasi sains hanya pada aspek komponen kompetensi. Waktu penelitian perlu
diperhatikan agar pembelajaran tidak dilakukan di luar jam pelajaran yang telah
terjadwal oleh sekolah, sehingga tidak menjadi faktor tersendiri yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian penerapan pendeatan JAS berbasis youtube terhadap
kemampuan literasi sains siswa. Karakter khas yang dimiliki pendekatan JAS
adalah komponen eksplorasi yang menekankan lingkungan secara utuh sebagai
sumber belajar, berupa lingkungan fisik, sosial, teknologi, dan budaya. Seperti
pembelajaran yang telah dilakukan, meliputi kolabrasi antara pembelajaran berbasis
IPTEK. Namun, pada pelaksanaan JAS berbasis youtube siswa hanya terpaku
melihat penjelasan materi pada video, sehingga hal yang dijelaskan oleh guru akan
dijadikan patokan pembelajaran siswa, karena siswa tidak dapat melihat secara
langsung fenomena yang terjadi di lingkungan. Keterbatasan-keterbatasan ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pelaksanaan penelitian selanjutnya
ataupun sebagai bahan penelitian lanjutan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan


mengenai penerapan pendekatan JAS berbasis youtube, dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan


yang sangat baik, hal tersebut ditandai dengan laju grafik yang terus meningkat
selama pembelajaran yang terbagi menjadi 3 (tiga) kali pertemuan. Selain
peningkatan berdasarkan pertemuan di kelas, setiap tahapan (sintak) yang diberikan
kepada siswa kelas eksperimen memiliki tingkat aktivitas rata-rata sebesar 88,06%
yang termasuk kategori “Sangat Baik”.
2. Perbedaan peningkatan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
sangat jelas terlihat berdasarkan hasil pretest dan postest yang dilakukan. Hasil uji
hipotesis umum secara menyeluruh menunjukkan bahwa nilai pretes memiliki
angka sig. 0,001<0,05, postest dan N-Gain memiliki nilai sig. 0.000<0,05.
Sehingga, Ha diterima dan Ho ditolak atau terdapat peningkatan yang signifikan
terhadap literasi sains siswa.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
berbasis youtube memiliki respon 100% positif dari responden, yang terdiri dari
skala baik sebesar 85% dan skala sangat baik sebesar 15%. Pembelajaran dengan
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube terbukti disenangi oleh
siswa sebagai responden subjek yang menjalani langsung pembelajaran yang
dilakukan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran


sebagai berikut:

1. Siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran harus lebih teliti dalam
megamati informasi yang disampaikan oleh guru dan memanfaatkan semua fasilitas
yang disediakan dengan baik.

80
81

2. Siswa harus lebih giat dalam memanfaatkan media komunikasi termasuk sosial
media sebagai sumber belajar, seperti video youtube dan harus selektif dalam
memilih konten yang ditayangkan, khususnya konten pendidikan.
3. Guru sebaiknya melakukan penegmbangan terhadap sumber belajar yang disajikan,
sehingga terdapat pembaharuan konten pendidikan agar lebih baik lagi dimasa yang
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Ainina, I. A. (2014). Pemanfaatan media audio visual sebagai sumber pembelajaran


sejarah. Indonesian journal of history education, 3(1).
Alimah, Marianti. (2016). Jelajah Alam Sekitar: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metodel
Pembelajaran Biologi Berkarakter untuk Konservasi. Semarang: FMIPA UNNES.
Aliyah, H. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, 8(2),
36-50.
Ardiansyah, A. A. I., Irwandi, D., & Murniati, D. (2016). Analisis Literasi Sains Siswa Kelas
XI IPA pada Materi Hukum Dasar Kimia di Jakarta Selatan. EduChemia (Jurnal
Kimia dan Pendidikan), 1(2), 149-161.
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara
Arisman, A., & Permanasari, A. (2016). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dengan Metode Prapektikum dan Demonstrasi Multimedia Interaktif (MMI) Dalam
Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. EDUSAINS,
7(2), 179-184.
Azhar, K. (2015). Peningkatan hasil belajar dengan pendekatan jelajah alam sekitar pada
materi keanekaragaman hayati di MTs Miftahul Huda Sarang Rembang kelas VII
semester genap(Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
Hardianti, H., & Asri, W. K. (2017). Keefektifan Penggunaan Media Video Dalam
Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Bahasa Jerman Siswa Kelas Xii Ipa Sma
Negeri 11 Makassar. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan Sastra, 1(2).
Bellová, R., Melicherčíková, D., & Tomčík, P. (2018). Possible reasons for low scientific
literacy of Slovak students in some natural science subjects. Research in Science &
Technological Education, 36(2), 226-242.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains. Jakarta : Depdiknas.
Devi. (2016). Penerapan E-Modul Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Literasi Sains Dan Mengurangi Miskonsepsi Pada Materi Ekologi Siswa X MIA 6
SMAN 1 Karanganom Tahun Pelajaran 2014/2015. BIOEDUKASI volume 9, nomor
1, hal 4-10. Surakarta.
Fuselier, L., Detmering, R., & Porter, T. (2017). Contextualizing and scaling up science
information literacy in introductory biology laboratories. Science & Technology
Libraries, 36(2), 135-152.
Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hartati, S. (2002). Peningkatan Kadar Keaktifan dan Keterampilan Interpersonal Melalui
Pembelajaran Kooperatif IPA pada siswa SLTP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 2, 327-
337.

82
83

Iwantara, I. W., Sadia, I. W., & Suma, K. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Video Youtube
dalam Pembelajaran IPA Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Siswa.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, 4(1).
Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., Widiyanti, N. L. P. M., & Si, S. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
IPA Indonesia, 4(1).
Jagantara, I. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 8 (1):1-8.
Latip, A., & Permanasari, A. (2016). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis
Literasi Sains Untuk Siswa SMP Pada Tema Teknologi. EDUSAINS, 7(2), 160-171.
Lederman, N. G. (2013). Nature of science: Past, present, and future. In Handbook of research
on science education (pp. 845-894). Routledge.
Lee, D. Y., & Lehto, M. R. (2013). User acceptance of YouTube for procedural learning: An
extension of the Technology Acceptance Model. Computers & Education, 61, 193-
208.
Millar, I., & Abrahams, R. (2008). Does practical work really work? A study of the
effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school
science. International Journal of Science Education, 30(14), 1945-1969.
Moghavvemi, S., Sulaiman, A., Jaafar, N. I., & Kasem, N. (2018). Social media as a
complementary learning tool for teaching and learning: The case of youtube. The
International Journal of Management Education, 16(1), 37-42.
Muhson, A. (2010). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, 8(2).
Mulyani, S., Marianti, A., Kartijono, N. E., Widianti, T., Saptono, S., Pukan, K. K., & Bintari,
S. H. (2008). Jelajah Alam Sekitar (JAS) pendekatan pembelajaran biologi. Semarang:
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Odegaard, M., Haug, B., Mork, S., & Sorvik, G. O. (2015). Budding science and literacy. A
classroom video study of the challenges and support in an integrated inquiry and
literacy teaching model. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 167, 274-278.
Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis kemampuan awal literasi sains siswa pada konsep
IPA. In Prosiding Seminar Nasional Kimia (Vol. 20, pp. 1-8).
OECD. (2013). PISA 2012 Results in Focus: What 15year-olds know and what they can do with
what they know. New York: Columbia University.
OECD. (2015). PISA 2015 Draft Mathematics Framework. New York: Columbia University.
Priyono, B., & Indriharti, W. Suprihationo. (2008). Meningkatkan pemahaman siswa SMA N
5 Semarang menggunakan peta konsep berorientasi JAS pada materi biologi dan
organisasi kehidupan. Jurnal penelitian pendidikan, 24(1), 1-11.
Purwanti, B. (2015). Pengembangan media video pembelajaran matematika dengan model
assure. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 3(1).
84

Purwanto, N (2011). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rakhman, A. Z., & Nugroho, L. E. (2014, November). Fall detection system using
accelerometer and gyroscope based on smartphone. In 2014 The 1st International
Conference on Information Technology, Computer, and Electrical Engineering(pp.
99-104). IEEE.
Santoso, A. B., Alimah, S., & Utami, N. R. (2017). Biological Science Curriculum Study 5e
Instructional Model dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar terhadap Kemampuan
Literasi Sains. Journal of Biology Education, 6(2), 173-186.
Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung. Rajawali Pers.
Sari, Y. K., Susilowati, S. M. E., & Ridlo, S. (2013). Efektivitas penerapan metode quantum
teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) berbasis karakter dan
konservasi. Journal of Biology Education, 2(2).
Sugiyo, W., & Abidin, Z. (2008). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran
Team Game Tournament Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar dan Penilaian
Portofolio. Jurnal inovasi pendidikan kimia, 2(1).
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, CV.
Surapranata, S. (2004). Analisis, validitas, reliabilitas dan interpretasi hasil tes. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Thomson. (1994). Up Grading Your PC to Multimedia. Indianapolis: QVE corporation.
Turiman, P., Omar, J., Daud, A. M., & Osman, K. (2012). Fostering the 21st century skills
through scientific literacy and science process skills. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 59, 110-116.
Wang, J., Duncan, D., Shi, Z., & Zhang, B. (2013). WEB-based gene set analysis toolkit
(WebGestalt): update 2013. Nucleic acids research, 41(W1), W77-W83.
Yanti, I. W., Sudarisman, S., & Maridi, M. (2016). Pengembangan Modul Berbasis Guided
Inquiry Laboratory (Gil) Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dimensi
Konten. Inkuiri, 5(2), 108-121.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
PETA KONSEP

EKOSISTEM

Interaksi Antar
Komponen Jenis-Jenis
Komponen
Ekosistem Ekosistem
Ekosistem

Interaksi Antar
Interaksi Antar
Abiotik Biotik Komponen Abiotik Ekosistem Darat Ekosistem Laut
Spesies
dengan Biotik

Ekosistem
Produsen Konsumen Pengurai Netralisme Predasi Aliran Energi Daur Biogeokimia Ekosistem Pantai
Terumbu Karang

Jaring-jaring Ekosistem Air


Mutualisme Komensalisme Rantai Makanan Siklsu Karbon Siklus Nitrogen Ekosistem Estuaria
Makanan Tawar

Piramida
Parasitisme Siklus Air Siklus Sulfur
Makanan

Siklus Fosfor

85
LAMPIRAN 2
ANALISIS KONSEP

Nama Guru : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah


Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/Genap
Materi Pokok : Ekosistem
Alokasi Waktu : 6 JP
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, berdasarkan rasa
ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural dan bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan yang telah
dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KD 3.10 : Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen tersebut.
KD 4.10 : Menyajikan karya yang menunjukkan interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring makanan, dan siklus
biogeokimia)

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

1 Ekosistem Kongkret Hubungan timbal balik • Hubungan • Jenis hubungan - - • Komponen Ekosistem Lapangan
(interaksi) antar timbal balik timbal balik ekosistem laut,
sesama individu dan • Individu • Jenis individu • Interaksi Ekosistem
antara individu dengan • Lingkungan • Jenis lingkungan antar darat.
lingkungannya komponen
ekosistem

86
87

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

2 Komponen Abstrak Tatanan kesatuan • Tatanan • Macam tatanan - - • Abiotik Komponen Interaksi
Ekosistem secara utuh kesatuan kesatuan • Biotik tak hidup, antara
menyeluruh antara • Unsur • Macam unsur komponen kucing dan
segenap unsur yang lingkungan lingkungan hidup hidup. tikus
saling mempengaruhi hidup
3 Interaksi Abstrak Interaksi yang terjadi • Interaksi antar • Macam interaksi antar - - • Interaksi Padi yang Pohon
antar baik antar spesies, dan spesies spesies antar dimakan palem,
komponen interaksi antara biotik • Interaksi antara • Macam antara biotik spesies manusia, mangga
ekosistem dan abiotik biotik dan dan abiotic • Interaksi air, udara
abiotik antara dll.
biotik dan
abiotik
4 Abiotik Kongkret Komponen fisik dan • Faktor-faktor • Macam faktor-faktor Komponen Biotik • Suhu Batu, tanah, Tumbuhan
kimiawi yang terdpat fisik dan fisik dan kimiawi ekosistem • Air air, dll dan hewan
pada ekosistem (benda kimiawi • Jenis benda mati • Cahaya
mati) • Benda mati • Iklim
• Tanah
5 Biotik Kongkret Lingkungan yang • Faktor-faktor • Jenis Faktor-faktor Komponen Abiotik • Tumbuhan Tumbuhan Air, batu,
menyertai suatu lingkungan lingkungan ekosistem Mikroorga- dan hewan tanah
organisme hidup ( • Aktivitas • Jenis aktivitas nisme
benda hidup). organisme organism • Hewan
• Manusia
6 Interaksi Abstrak • Interaksi
Interaksi yang terjadi • Macam Interaksi Interaksi antar Interaksi • Netralisme Manusia, Cahaya,
antar antara spesies yang antar spesies antar spesies komponen antar • Predasi hewan, dan air, batu
spesies satu dengan spesies • Interaksi • Macam Interaksi Ekosistem spesies • Mutualisme tumbuhan
yang lainnya antar spesies antar spesies • komensalis yang hidup
yang satu me berdamping
dengan spesie • parasitisme an.
yang lainnya
7 Interaksi Abstrak Interaksi antara • Interaksi • Macam-macam Interaksi antar • Interaksi Interaksi Lumut
antar komponen fisik dan • Komponen interaksi organisme antar antara
komponen kimiawi dengan fisik dan • Macam-macam spesies manusia
abiotik komponen kimia interaksi antara dengan air
dengan lingkungan • Komponen komponen fisik
biotik lingkungan kimiawi dengan
komponen
lingkungan
88

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

8 Produsen Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Konsumen - Tumbuhan Serangga,
mampu membuat • Makanan. • Jenis makanan ekosistem • Pengurai lumut, cacing
makanannya sendiri • Kehidupan • Jenis kehidupan tumbuhan tanah
sebagai sumber berbiji,
kehidupannya. tumbuhan
paku
9 Konsumen Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Produsen - Serangga, Tumbuha
tidak mampu • Makanan. • Jenis makanan. ekosistem • Pengurai cacing n lumut,
membuat • Kehidupan • Jenis kehidupan tanah, ulat, tumbuhan
makanannya sendiri • Produsen • Jenis produsen dll berbiji,
sebagai sumber tumbuhan
kehidupannya dan paku
selalu bergantung
pada produsen.
10 Pengurai Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Produsen - Bakteri, Rumput,
menguraikan zat • Makanan. • Jenis makanan. ekosistem • Konsumen fungi tumbuhan
organik sisa
tumbuhan atau
hewan
11 Netralisme Abstrak Interaksi antar • Interaksi • Jenis interaksi Interaksi antar • Predasi Kucing dan Tumbuha
mahluk hidup yang • Mahluk • Jenis mahluk hidup organisme • Komensalis ayam berada n paku
tidak saling hidup • Jenis pengaruh me di halaman dan
mempengaruhi satu • Pengaruh • Parasitisme rumah anggrek
sama lain. • Mutualisme
12 Predasi Abstrak Interaksi antara • Interaksi • Jenis hubungan Interaksi antar • Netral - Interaksi Katak
pemangsa dan • Individu • Macam individu organisme • Komensalis antara ular dengan
mangsa antar • Pemangsa • Jenis pemangsa me dan ayam cecak
organisme • Parasitisme
• Mutualisme
13 Mutualis- Abstrak Interaksi antar dua • Interaksi • Macam interaksi Interaksi antar • Netral - Interaksi Interaksi
me individu, keduanya • Individu • Jenis Individu organisme • Predasi antara antara
saling di untungkan. • Keuntungan • Jenis Keuntungan • Komensalis kerbau dan kambing
me burung jalak dan singa
• Parasitisme
14 Komensa- Abstrak Interaksi antar dua • Interaksi • Macam interaksi Interaksi antar • Netral - Interaksi Interaksi
lisme individu dimana • Individu • Jenis individu spesies • Predasi antara antara
keduanya tidak • Keuntungan • Macam keuntungan • Mutualisme kerbau
89

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

saling diuntungkan • Kerugian • Macam kerugian • Parasitisme anggrek dan dan


maupun dirugikan. inangnya harimau.
15 Parasitisme Abstrak Interaksi antar dua • Interaksi • Macam interaksi Interaksi antar • Netral - Interaksi Interaksi
individu dimana ada • Individu • Jenis individu spesies • Predasi masyarakat antara
pihak yang • Keuntungan • Macam keuntungan • Komensalis dengan kerbau
diuntungkan dan ada • Kerugian • Macam kerugian me tanaman dan
pihak yang • Mutualisme padi burung
dirugikan. jalak

16 Aliran Abstrak Perpindahan dan • Perpindahan • Jenis perubahan dan Interaksi antar • Daur • Rantai Padi Kumbang
Energi perubahan dari satu dan perpindahan energi komponen biogeokimi makanan dimakan menghisa
bentuk energi ke perubahan abiotik dengan a • Jaring- oleh tikus, p madu
energi lain energi biotik jaring belalang pada
makanan bunga
17 Daur Abstrak Suatu daur yang • unsur kimia • Macam-macam Interaksi antar • Aliran • Silklus Siklus air Metamorf
biogeoki- melibatkan unsur mahluk hidup unsure kimia komponen energi karbon osis
mia kimia dan mahluk • Jenis mahluk hidup abiotik dengan • Siklus
hidup biotik nitrogen
• Siklus
sulfur
• Siklus air
• Siklus
fosfor
18 Jaring- Abstrak Kumpulan dari • Rantai • Macam rantai Aliran energi • Rantai - Padi
jaring beberapa rantai makanan makanan makanan dimakan
makanan makanan yang yang • Hubungan. • Jenis hubungan. • Piramida tikus dan
saling berhubungan. makanan belalang,
balalang
dimakan
katak, tikus
dan katak
dimakan
ular
19 Rantai Abstrak Peristiwa makan dan • Makanan • Jenis makanan Aliran energi • Jaring- - Padi Padi
makanan dimakan antar • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup jaring dimakan dimakan
mahluk hidup makanan tikus dan tikus
tikus
90

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

membentuk suatu • Aliran • Macam aliran • Piramida dimakan


aliran energy. energy. energy. makanan ular
20 Piramida Abstrak Gambaran aliran • Aliran energy • Jenis aliran energy Aliran energi • Rantai - Piramida Padi
makanan energy dari produsen • Produsen • Jenis produsen makanan makanan di dimakan
sampai pengurai • Pengurain • Jenis pengurain • Jaring- ekosistem burung
jaring sawah
makanan
21 Siklus Abstrak Perputaran unsur • Unsur karbon • Jenis unsur karbon Daur • Siklus air - Perubahan Fotosintes
karbon karbon mulai dari • Atmosfer • Jenis atmosfer biogeokimia • Siklus karbon sisa is
atmosfer, dipakai • Mahluk hidup • Jenis mahluk nitrogen pernapasan
oleh mahluk hidup • Siklus sulfur
sampai kembali lagi • Siklus fosfor
ke atmosfer.
22 Siklus Abstrak Perubahan unsur • Unsur • Jenis unsur Daur • Siklus air - Perubahan Peristiwa
nitrogen nitrogen di atmosfer nitrogen nitrogen biogeokimia • Silklus nitrogen sisa peneba-
• Atmosfer • Jenis atmosfer karbon metabolis- ngan liar
• Siklus sulfur me
• Siklus fosfor

23 Siklus air Abstrak Suatu perubahan air • Perputaran • Jenis perputaran air Daur • Silklus - Turun hujan Banjir
dari mulai penguapan air • Jenis penguapan air biogeokimia karbon
air dari bumi sampai • Penguapan • Macam hujan • Siklus
turun kembali air nitrogen
menjadi air sebagai • Hujan • Siklus sulfur
hujan. • Siklus fosfor
24 Siklus Abstrak Perubahan unsur • Unsur sulfur • Jenis unsur sulfur Daur • Siklus air - Perubahan Kerusakan
sulfur sulfur di atmosfer • Atmosfer • Jenis atmosfer biogeokimia • Silklus sulfur di lingkunga
karbon gunung n
• Siklus merapi
nitrogen
• Siklus fosfor

25 Siklus Abstrak Pembentuk asam • Unsur fosfor • Jenis unsur fosfor Daur • Siklus air Batuan Pencemar
fosfor nukleat, protein, dan biogeokimia • Silklus fosfor an
ATP di tanah, air karbon lingkunga
tawar dan air laut n
91

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

• Siklus
nitrogen
• Siklus sulfur
26 Jenis-jenis Abstrak Penggabungan dari • Komponen • Interaksi Ekosistem • Komponen - • Ekosistem Gedung
ekosistem setiap komponen Biosistem Ekosistem darat
biosistem yang • Interaksi • Ekosistem
melibatkan interaksi antar laut
timbal balik. komponen • Ekosistem
ekosistem terumbu
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
27 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Lingkungan • Daratan Jenis-jenis • Ekosistem - Tudra, Terumbu
darat lingkungan fisiknya fisik daratan ekosistem laut Taiga, karang
berupa daratan. • Ekosistem Savana.
terumbu
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
28 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Perairan laut • Bahari Jenis-jenis • Ekosistem - Perairan Hutan
laut terdapat di perairan ekosistem darat dangkal dan hujan
laut sehingga disebut • Ekosistem pasang tropis
ekosistem bahari. terumbu surut.
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
92

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

29 Ekosistem Abstrak Ekosistem bawah • Kalsium • Binatang karang Jenis-jenis • Ekosistem - Filum Angiosper
terumbu laut yang terdiri dari karbonat ekosistem darat Cnidaria mae
karang sekelompok binatang • Ekosistem
karang yang laut
membentuk struktur • Ekosistem
kalsium karbonat. pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
30 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Batas darat • Batas wilayah Jenis-jenis • Ekosistem - Pantai Pasir, Muara
pantai merupakan batas dan laut ekosistem darat Pantai sungai
antara darat dengan • Ekosistem lumpur, dan
laut yang terdiri dari laut Pantai batu.
pantai pasir, lumpur, • Ekosistem
dan batu. terumbu
karang
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
31 Ekosistem Abstrak Ekosistem badan air • Air payau • Wilayah pesisir Jenis-jenis • Ekosistem - Muara Pantai
estuaria setengah tertutup di • Laut terbuka ekosistem darat Sungai pasir
wilayah pesisir, • Ekosistem
dengan satu sungai laut
atau lebih yang • Ekosistem
mengalir masuk terumbu
kedalamnya serta karang
terhubung bebas • Ekosistem
dengan laut terbuka. pantai
• Ekosistem
air tawar
32 Ekosistem Abstrak Ekosistem perairan • Kadar garam • Perairan Jenis-jenis • Ekosistem - Sungai, Laut
air tawar yang memiliki kadar rendah • Kadar garam ekosistem darat danau dalam.
garam rendah • Ekosistem
laut
• Ekosistem
terumbu
karang
93

Analisis konsep Atribut Posisi Non


No Contoh
Label Jenis Definisi Kritis Variabel Super ordinat Koordinat Subordinat contoh

• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
LAMPIRAN 3
SILABUS KELAS EKSPERIMEN

Nama Guru : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah


Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/Genap
Materi Pokok : Ekosistem
Alokasi Waktu : 6 JP
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, berdasarkan rasa
ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural dan bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan yang telah
dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KD 3.10 : Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen tersebut.
KD 4.10 : Menyajikan karya yang menunjukkan interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring makanan, dan siklus
biogeokimia)

Indikator pencapaian Alokasi


Kompetensi Dasar Materi pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber belajar
kompetensi waktu
3.10 Menganalisis 3.10.1 Menunjukkan 1) Komponen- Pertemuan pertama: • Pretest 3 x 45 • Aplikasi youtube
komponen- komponen biotik komponen Fase Eksplorasi • Postest menit • Internet
komponen dan abiotik ekosistem • Mendengarkan, mencatat hal-hal • Kemampuan • Buku
ekosistem dan penyusun a. Komponen penting dan bertanya bila tidak sikap,
interaksi antar ekosistem. biotik jelas atas penjelasan guru perilaku dan
komponen 3.10.2 Menggolongkan b. Komponen • Membentuk kelompok kegiatan berfikir.
tersebut. satuan-satuan abiotik eksplorasi sumber belajar dengan • Tugas
makhluk hidup. c. Satuan anggota kelompok 3-4 orang kelompok
makhluk hidup

94
95

Indikator pencapaian Alokasi


Kompetensi Dasar Materi pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber belajar
kompetensi waktu
4.10 Menyajikan 3.10.3 Menggolongkan dalam • Merancang kegiatan eksplorasi
karya yang interaksi antar ekosistem sumber belajar sesuai dengan topik
menunjukkan komponen yang diberikan guru
interaksi antar ekosistem. • Aktif melakukan konsultasi
komponen 3.10.4 Menentukan tipe dengan guru
ekosistem simbiosis pada • Memperbaiki rencana kegiatan
(jaring-jaring interkasi dalam sesuai dengan bimbingan dan
makanan, dan ekosistem. arahan guru
siklus 3.10.5 Membedakan • Melakukan eksplorasi sumber
biogeokimia) tingkat trofik belajar dan mendokumentasikan
dalam ekosistem. dalam bentuk gambar /foto dan
3.10.6 Menganalisis jurnal sains (nature journal) sesuai
rantai makanan dengan rencana kegiatan yang
dan jarring-jaring telah disusun
makanan. Fase Interaksi
3.10.7 Mengonsepkan • Melakukan diskusi dalam
aliran energi kelompok membahas tentang hasil
dalam ekosistem. eksplorasi sumber belajar yang
3.10.8 Menguraikan telah dilakukan
siklus materi • Meminta bimbingan dan arahan
(biogeokimia) guru bila mengalami kesulitan
dalam ekosistem.
• Menyusun karya ilmiah sebagai
3.10.9 Menganalisis tipe-
laporan hasil kegiatan eksplorasi
tipe ekosistem. sumber belajar secara tertulis
4.10.1 Merancang poster
berdasarkan hasil diskusi yang
interaksi antar
telah dilakukan.
komponen
ekosistem (jaring-
2) Interaksi Pertemuan kedua: • Pretest 3 x 45 • Aplikasi youtube
jaring makanan,
siklus
antarkomponen Fase Komunikasi • Postest menit • Internet
ekosistem • Peserta didik duduk sesuai dengan • Kemampuan • Buku
biogeokimia).
a. Interaksi kelompok masing-masing dengan sikap,
4.10.2 Mempresentasikan
antarkomponen format mengikuti huruf “U” perilaku dan
poster interaksi
antar komponen
biotik • Kelompok penyaji berfikir.
ekosistem (jaring-
b. Tingkat trofik mempresentasikan hasil kegiatan • Tugas
dalam eksplorasi sumber belajar secara kelompok
jaring makanan,
ekosistem singkat dan jelas
96

Indikator pencapaian Alokasi


Kompetensi Dasar Materi pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber belajar
kompetensi waktu
siklus c. Rantai • Kelompok presentasi memberikan
biogeokimia). makanan dan kesempatan pada peserta didik lain
jarring-jaring yang berkedudukan sebagai
makanan audiens untuk bertanya dan
d. Piramida berpendapat sesuai dengan materi
ekologi presentasi
e. Aliran energi • Mencatat hasil feed back yang
dalam diberikan baik dari guru maupun
ekosistem teman dari kelompok lain
f. Siklus materi • Menyimpulkan konsep
(biogeokimia) pengetahuan yang berhasil
dibangun melalui aktivitas
eksplorasi diakhir kegiatan diskusi
Fase Refleksi
• Melakukan refleksi atas seluruh
rangkaian kegiatan yang dilakukan
peserta didik mencangkup konsep
dan non konsep melalui
pertanyaan lisan dan atau
menyusun jurnal refleksi oleh
mereka
• Memotivasi sekaligus
mengevaluasi kegiatan refleksi
dalam bentuk lisan atau menulis
jurnal refleksi yang telah
dilakukan peserta didik terkait
dengan refleksi konsep maupun
non konsep.
3) Tipe-tipe ekosistem Pertemuan ketiga: • Pretest 3 x 45 • Aplikasi youtube
a. Ekosistem Fase Evaluasi • Postest menit • Internet
darat Eksplorasi • Kemampuan • Buku
b. Ekosistem laut • Mengumpulkan hasil rancangan sikap,
c. Ekosistem kegiatan eksplorasi sumber belajar perilaku dan
terumbu yang disusun oleh peserta didik berfikir.
karang secara berkelompok • Tugas
kelompok
97

Indikator pencapaian Alokasi


Kompetensi Dasar Materi pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber belajar
kompetensi waktu
d. Ekosistem • Melakukan eksplorasi sumber
pantai belajar
e. Ekosistem • Mengumpulkan jurnal sains hasil
estuaria kegiatan eksplorasi sumber belajar
f. Ekosistem air Interaksi
tawar • Melakukan diskusi dengan
anggota kelompok untuk
menyusun karya ilmiah sesuai
dengan kesepakatan kelompok
Komunikasi
• Memaparkan hasil kegiatan
eksplorasi sumber belajar peserta
didik
Refleksi
• Melakukan refleksi melalui
aktivitas lisan, dan menulis jurnal
sains serta mengerjakan tes
metakognisi terkait dengan konsep
dan proses belajar peserta didik
• Mengerjakan tes kemampuan
metakognitif.
LAMPIRAN 4
RPP KELAS EKSPERIMEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Eksperimen)

Nama Guru : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/Genap

Materi Pokok : Ekosistem

Alokasi Waktu : 6 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural dan bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan yang telah dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.10. Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen
tersebut.
4.10. Menyajikan karya yang menunjukkan interaksi antar komponen ekosistem (jaring-
jaring makanan, dan siklus biogeokimia)
C. Indikator
3.10.10Menunjukkan komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem.
3.10.11Menggolongkan satuan-satuan makhluk hidup.
3.10.12Menggolongkan interaksi antar komponen ekosistem.
3.10.13Menentukan tipe simbiosis pada interkasi dalam ekosistem.

98
99

3.10.14Membedakan tingkat trofik dalam ekosistem.


3.10.15Menganalisis rantai makanan dan jarring-jaring makanan.
3.10.16Mengonsepkan aliran energi dalam ekosistem.
3.10.17Menguraikan siklus materi (biogeokimia) dalam ekosistem.
3.10.18Menganalisis tipe-tipe ekosistem.
4.10.3 Merancang poster interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring makanan,
siklus biogeokimia).
4.10.4 Mempresentasikan poster interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring
makanan, siklus biogeokimia).
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pokok : Ekosistem
2. Sub Materi :
1) Komponen-komponen ekosistem
a. Komponen biotik
b. Komponen abiotik
c. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem
2) Interaksi antarkomponen ekosistem
a. Interaksi antarkomponen biotik
b. Tingkat trofik dalam ekosistem
c. Rantai makanan dan jarring-jaring makanan
d. Piramida ekologi
e. Aliran energi dalam ekosistem
f. Siklus materi (biogeokimia)
3) Tipe-tipe ekosistem
a. Ekosistem darat
b. Ekosistem laut
c. Ekosistem terumbu karang
d. Ekosistem pantai
e. Ekosistem estuaria
f. Ekosistem air tawar
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Metode Pembelajaran : Ceramah, Literasi Video Youtube, Diskusi
F. Media dan Sumber Belajar
1. Media Pebelajaran : Smartphone, LCD Proyektor, Laptop.
2. Sumber Belajar : Video Youtube, Buku siswa aktif dan kreatif biologi
dan Biologi Campbell
100

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan (@pertemuan = 3 x 45 menit)
Sub Materi : Komponen-komponen dalam ekosistem
Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 menit
2) Kegiatan Inti
Pertemuan Pertama:
a. Fase Eksplorasi
a) Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan
bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru
b) Membentuk kelompok kegiatan eksplorasi
sumber belajar dengan anggota kelompok 3-4
orang
c) Merancang kegiatan eksplorasi sumber
belajar sesuai dengan topik yang diberikan
guru
d) Aktif melakukan konsultasi dengan guru
e) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan
bimbingan dan arahan guru
f) Melakukan eksplorasi sumber belajar dan
mendokumentasikan dalam bentuk gambar
/foto dan jurnal sains (nature journal) sesuai
dengan rencana kegiatan yang telah disusun
b. Fase Interaksi
a) Melakukan diskusi dalam kelompok
membahas tentang hasil eksplorasi sumber
belajar yang telah dilakukan
b) Meminta bimbingan dan arahan guru bila
mengalami kesulitan
c) Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara
tertulis berdasarkan hasil diskusi yang telah
dilakukan
Pertemuan Kedua:
c. Fase Komunikasi
a) Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok
Kegiatan
masing-masing dengan format mengikuti
huruf “U” Inti
b) Kelompok penyaji mempresentasikan hasil
@pertemuan
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara
singkat dan jelas = 100 menit
c) Kelompok presentasi memberikan
kesempatan pada peserta didik lain yang
berkedudukan sebagai audiens untuk
bertanya dan berpendapat sesuai dengan
materi presentasi
d) Mencatat hasil feed back yang diberikan baik
dari guru maupun teman dari kelompok lain
101

e) Menyimpulkan konsep pengetahuan yang


berhasil dibangun melalui aktivitas eksplorasi
diakhir kegiatan diskusi
d. Fase Refleksi
a) Melakukan refleksi atas seluruh rangkaian
kegiatan yang dilakukan peserta didik
mencangkup konsep dan non konsep melalui
pertanyaan lisan dan atau menyusun jurnal
refleksi oleh mereka
b) Memotivasi sekaligus mengevaluasi kegiatan
refleksi dalam bentuk lisan atau menulis
jurnal refleksi yang telah dilakukan peserta
didik terkait dengan refleksi konsep maupun
non konsep
Pertemuan Ketiga:
e. Fase Evaluasi
Eksplorasi
a) Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan
eksplorasi sumber belajar yang disusun oleh
peserta didik secara berkelompok
b) Melakukan eksplorasi sumber belajar
c) Mengumpulkan jurnal sains hasil kegiatan
eksplorasi sumber belajar
Interaksi
a) Melakukan diskusi dengan anggota
kelompok untuk menyusun karya ilmiah
sesuai dengan kesepakatan kelompok
Komunikasi
a) Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi
sumber belajar peserta didik
Refleksi
a) Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan,
dan menulis jurnal sains serta mengerjakan
tes metakognisi terkait dengan konsep dan
proses belajar peserta didik
b) Mengerjakan tes kemampuan metakognitif.
3) Kegiatan Penutup
20 menit
102

Lembar Kerja Siswa

Fase I : Eksplorasi
1. Catatlah hal penting dan pertanyaan mengenai pembelajaran yang disampaikan
!

2. Rancanglah kegiatan eksplorasi berbasis youtube yang akan dilakukan dengan


kelompok diskusi kelas !

3. Lakukanlah kegiatan eksplorasi berbasis youtube dengan melengkapi tabel di


bawah ini !
1) Komponen-komponen dalam ekosistem
No Nama Komponen Keterangan
103

2) Interaksi antar komponen dalam ekosistem


No Jenis Interaksi Deskripsi

3) Siklus Biogeokimia
No Jenis Siklus Deskripsi
104

Fase II : Interaksi
1. Lakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil eksplorasi dan mencatat
hasilnya dalam kolom di bawah!

2. Tentukan judul jurnal ilmiah yang telah dikonsultasikan dengan guru!

3. Menyusun jurnal ilmiah sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi sesuai


dengan ketentuan format di bawah ini!
JUDUL
Abstrak
A. Pendahuluan
B. Metodologi
1. Alat dan Bahan
2. Langkah Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Simpulan
F. Daftar Pustaka
105

Fase III : Komunikasi


1. Mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi hasil belajar secara singkat dan
jelas di depan kelas dengan ketentuan sebagai berikut!
A. Waktu maksimal argumentasi 5 menit
B. Materi yang disampaikan mencangkup:
1. Komponen penyusun ekosistem
2. Interaksi antarkomponen dalam ekosistem
3. Siklus biogeokimia yang terjadi di ekosistem
C. Materi yang disampaikan dalam bentuk argumentasi lengkap sesuai
jurnal ilmiah yang telah dibuat.

2. Mencatat timbal balik (feed back) berupa hasil diskusi yang telah dilakukan
pada kolom di bawah ini!

3. Menyimpulkan konsep pengetahuan yang berhasil dibangun melalui aktivitas


eksplorasi!
106

Fase IV : Refleksi
1. Melakukan refleksi semua kegiatan yang telah dilakukan dengan menjawab
pertanyaan refleksi pada kolom di bawah ini!
1) Bagaimana pendapatmu mengenai pembelajaran berpendekatan jelajah
alam sekitar (JAS) berbasis youtube yang telah dilakukan selama ini?
Jawab:

2) Apa saja hal yang telah kamu pahami?


Jawab:

3) Apa saja hal yang masih belum kamu mengerti atau membingungkan dari
pembelajaran ini?
Jawab:

4) Apa hal yang perlu dilakukan atau jenis bantuan apa yang kamu butuhkan
untuk mengatasi kebingungan tersebut?
Jawab:

5) Seandainya kamu menemukan pembelajaran yang sama, bagaimana kamu


akan melakukannya?
Jawab:

2. Mendengarkan dan mencatat arahan yang diberikan oleh guru!


Fase V : Evaluasi
Berilah tanda √ pada kolom keterangan jika kelompok Anda telah melakukan
rangkaian kegiatan di bawah ini!
No Kegiatan Ket
1 Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi
sumber belajar yang disusun oleh peserta didik secara
berkelompok
107

2 Melakukan eksplorasi sumber belajar berbasis youtube


3 Mengumpulkan jurnal sains kegitan eksplorasi sumber
belajar
4 Melakukan diskusi dengan anggota kelompok untuk
menyusun karya ilmiah sesuai dengan kesepakatan
kelompok
5 Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar
peserta didik berbasis youtube
6 Melakukan reflesi dengan mengisi sejumlah pertanyaan
yang diberikan terkait dengan konsep dan proses belajar
yang telah dilakukan
LAMPIRAN 5
RPP KELAS KONTROL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Kontrol)

Nama Guru : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/Genap

Materi Pokok : Ekosistem

Alokasi Waktu : 6 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural dan bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan yang telah dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.10. Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen
tersebut.
4.10. Mneyajikan karya yang menunjukkan interaksi antar komponen ekosistem (jaring-
jaring makanan, dan siklus biogeokimia)
C. Indikator
3.10.1 Menunjukkan komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem.
3.10.2 Menggolongkan satuan-satuan makhluk hidup.
3.10.3 Menggolongkan interaksi antar komponen ekosistem.
3.10.4 Menentukan tipe simbiosis pada interkasi dalam ekosistem.

108
109

3.10.5 Membedakan tingkat trofik dalam ekosistem.


3.10.6 Menganalisis rantai makanan dan jarring-jaring makanan.
3.10.7 Mengonsepkan aliran energi dalam ekosistem.
3.10.8 Menguraikan siklus materi (biogeokimia) dalam ekosistem.
3.10.9 Menganalisis tipe-tipe ekosistem.
4.10.1 Merancang poster interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring makanan,
siklus biogeokimia).
4.10.2 Mempresentasikan poster interaksi antar komponen ekosistem (jaring-jaring
makanan, siklus biogeokimia).
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pokok : Ekosistem
2. Sub Materi :
1) Komponen-komponen ekosistem
a. Komponen biotik
b. Komponen abiotik
c. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem
2) Interaksi antarkomponen ekosistem
a. Interaksi antarkomponen biotik
b. Tingkat trofik dalam ekosistem
c. Rantai makanan dan jarring-jaring makanan
d. Piramida ekologi
e. Aliran energi dalam ekosistem
f. Siklus materi (biogeokimia)
3) Tipe-tipe ekosistem
a. Ekosistem darat
b. Ekosistem laut
c. Ekosistem terumbu karang
d. Ekosistem pantai
e. Ekosistem estuaria
f. Ekosistem air tawar
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific Approach
Metode Pembelajaran : Ceramah, Presentasi, Diskusi
F. Media dan Sumber Belajar
1. Media Pebelajaran : LCD Proyektor, Laptop.
2. Sumber Belajar : Buku siswa aktif dan kreatif biologi dan Biologi
Campbell
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)
Sub Materi : Komponen-komponen dalam ekosistem
110

Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 Menit
a. Mengucapkan salam, beroda, mennayakan kabar
dan informasi kehadiran kepada siswa sebelum
memulai pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi/prasarat (Tuhan Yang
Maha Esa telah menciptakan alam dan seisinya
untuk saling berkomunikasi satu sama lain agar
tercipta keselarasan dan keseimbangan
lingkungan. Hubungan yang saling
mempengaruhi terjadi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Hubungan tersebut
membentuk suatu sistem yang disebut sebagai
ekosistem).
c. Mengajukan pertanyaan yang meliputi, Apa saja
yang menyusun ekosistem?, Bagaimana setiap
komponen ekosistem saling berinteraksi?.
d. Menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan mengenai diskusi komponen-
komponen dala ekosistem.
2) Kegiatan Inti
100 Menit
a. Mengamati (observing)
Menggunakan panca indra untuk mengamati
fenomena yang relavan dengan apa yang
dipelajari, yaitu komponen biotik dan abiotik serta
satuan makhluk hidup penyusun ekosistem.
b. Menanya (questioning)
Merumuskan pertanyaan tentang informasi yang
tidak mudah dipahami, yaitu:
a) Apakah yang dimaksud dengan komponen
biotik dan abiotik penyusun ekosistem?,
berikan contohnya !
b) Apakah perbedaan dari setiap satuan
makhluk hidup penyusun ekosistem
(individu, populasi, komunitas)?
c. Menumpulkan informasi (eksperimentaling)
Mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan objek pada slide yang disampaikan
oleh guru, yaitu keberadaan komponen biotik dan
abiotik serta satuan makhluk hidup.
d. Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang telah ditemukan, yaitu
mengelompokkan setiap komponen biotik dan
111

abiotik serta membedakan setiap satuan makhluk


hidup.
e. Mengkomunikasikan (communicating)
Menyampaikan simpulan hasil analisis secara
tulis atau lisan. Kesimpulan tersebut meliputi
pengertian dan contoh komponen biotik dan
abiotik serta satuan makhluk hidup dan contohnya
dalam menyusun ekosistem.
3) Kegiatan Penutup
20 menit
a. Menyimpulkan hasil pembelajaran.
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa: Ekosistem tersusun
atas komponen hidup (biotik) seperti tumbuhan
dan hewan serta komponen tak hidup (abiotik)
seperti batu, tanah, air, udara. Satuan makhluk
hidup ekosistem tersusun atas indiviu (satu
organisme makhluk hidup), populasi
(perkumpulan individu dalam satu tempat), dan
komunitas (gabungan beberapa populasi yang
menghuni suatu tempat).
b. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan dan
menanyakan hal yang belum dipahami mengenai
materi yang telah disampaikan.
c. Menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, yaitu
diskusi mengenai interaksi antar komponen dalam
ekosistem.
112

Lembar Kerja Siswa

Tahap I : Mengamati (observing)


Perhatikan komponen berikut ini !

A B
Deskripsi gambar A:

Deskripsi gambar B:

Tahap II : Menanya (questing)


a) Apakah yang dimaksud dengan komponen biotik dan abiotik penyusun
ekosistem?, berikan contohnya !
Jawaban:

b) Apakah perbedaan dari setiap satuan makhluk hidup penyusun ekosistem


(individu, populasi, komunitas)?
Jawaban:

Tahap III : Mengumpulkan Data (eksperimentaling)


Isilah tabel pengamatan dibawah ini dengan memahami slide power point yang
ditampilkan !
No Nama Jenis Komponen Jumlah
113

Tahap IV : Mengasosiasi (associating)


Isilah tabel dibawah ini dengan mengacu pada tahap III !
No Komponen Biotik Komponen Abiotik Satuan Makhluk Hidup
114

Tahap V : Mengkomunikasikan (communicating)


Simpulkan hasil pengamatan berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
diskusikan di depan kelas !
Kesimpulan:

2. Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)


Sub Materi : Interaksi Antarkomponen Ekosistem
Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 menit
a. Mengucapkan salam, beroda, mennayakan kabar
dan informasi kehadiran kepada siswa sebelum
memulai pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi/prasarat (Ekosistem dapat
diartikan sebagai hubungan yang saling
mempengaruhi atau interaksi antar organisme
dengan lingkungan abiotiknya. Dengan adanya
interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan
untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini
merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila
keseimbangan ini tidak diperoleh, ekosistem akan
berubah untuk menyesuaikan dan menciptakan titi
keseimbangan baru).
c. Mengajukan pertanyaan yang meliputi, Apakah
kaitan antara interaksi dengan adanya siklus
energi?, Apakah yang dimaksud dengan siklus
biogeokimia?
d. Menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan mengenai diskusi interaksi
antarkomponen dalam ekosistem.
115

2) Kegiatan Inti
a. Mengamati (observing) 100 menit
Menggunakan panca indra untuk mengamati
fenomena yang relavan dengan apa yang
dipelajari, yaitu interaksi antar komponen biotik,
tingkat trofik, rantai makanan dan jaring-jaring
makanan, piramida ekologi, aliran energi, dan
siklus materi (biogeokimia).
b. Menanya (questioning)
Merumuskan pertanyaan tentang informasi yang
tidak mudah dipahami, yaitu:
a) Bagaimana menggolongkan interaksi
antarorganisme dalam ekosistem?
b) Bagaimana menentukan tipe simbiosis pada
interkasi dalam ekosistem?
c) Bagaimana membedakan tingkat trofik dalam
ekosistem?
d) Bagaimana menganalisis rantai makanan dan
jarring-jaring makanan?
e) Bagaimana mengonsepkan aliran energi
dalam ekosistem?
f) Bagaimana menguraikan siklus materi
(biogeokimia) dalam ekosistem?
c. Menumpulkan informasi (eksperimentaling)
Mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan objek yang disampaikan oleh guru
yaitu interaksi antarkomponen dala ekosistem.
d. Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang telah ditemukan, yaitu
menganalisis semua interaksi antarkomponen
dalam suatu ekosistem.
e. Mengkomunikasikan (communicating)
116

Menyampaikan simpulan hasil analisis secara


tulis atau lisan. Kesimpulan tersebut meliputi
semua hal yang berkaitan dengan interaksi
antarkomponen dalam ekosistem.
3) Kegiatan Penutup 20 menit
a. Menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan dan
menanyakan hal yang belum dipahami mengenai
materi yang telah disampaikan.
c. Menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, yaitu
diskusi mengenai tipe-tipe ekosistem.
117

Lembar Kerja Siswa

Tahap I : Mengamati (observating)


Perhatikan gambar dibawah ini !

A B

C D

E F
Gambar A :

Bambar B :

Gambar C :
118

Gambar D :

Gambar E :

Gambar F :

Tahap II : Menanya (questioning)


a) Manakah yang tergolong kedalam interaksi antarorganisme dalam
ekosistem?, mengapa demikian?
Jawab:

b) Manakah hal yang termasuk tipe simbiosis pada interaksi dalam ekosistem?
Jawab:

c) Sebutkan perbadaan tingkat trofik dalam ekosistem!


Jawab:

d) Analisiskan perbedaan antara rantai makanan dengan jaring-jaring makanan?


Jawab:

e) Bagaimana konsep aliran energi dalam ekosistem?


Jawab:

f) Apa cara yang digunakan untuk menguraikan siklus materi (biogeokimia)


dalam ekosistem?
Jawab:
119

Tahap III : Mengumpulkan data (eksperimentaling)


Buatlah siklus interaksi yang terdapat dalam suatu ekosistem !

Tahap IV : Mengasosiasi (associating)

Berdasarkan siklus yang telah dibuat, jelaskan maksud siklus tersebut !


120

Tahap V : Mengkomunikasi (communicating)


Berdasarkan data yang telah diperoleh, simpulkan materi yang telah dipelajari dan
kemukakan didepan kelas !.
Kesimpulan:

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 menit)


Sub Materi : Jenis-Jenis Ekosistem
Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 menit
a. Mengucapkan salam, beroda, mennayakan kabar
dan informasi kehadiran kepada siswa sebelum
memulai pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi/prasarat (Ekosistem
merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi
yang meliputi faktor biotik dan faktor abiotik.
Pengaruh dari faktor abiotik sangat
mempengaruhi kehidupan komponen biotik. Hal
ini menyebabkan berbasgai macam ekosistem
dengan karakteristik yang khas).
c. Mengajukan pertanyaan yang meliputi, Apakah
yang dimaksud dengan ekosistem daratan?
d. Menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan mengenai diskusi jenis-jenis
ekosistem.
2) Kegiatan Inti 100 menit
a. Mengamati (observing)
Menggunakan panca indra untuk mengamati
fenomena yang relavan dengan apa yang
dipelajari, yaitu mengamati jenis-jenis ekosistem
yang terdiri dari komponen penyusun ekosistem
121

dan jenis-jenis interaksi yang terdapat


didalamnya.
b. Menanya (questioning)
Merumuskan pertanyaan tentang informasi yang
tidak mudah dipahami, yaitu:
a) Jelaskan tipe-tipe ekosistem!
b) Apakah perbedaan dari setiap ekosistem
tersebut!
c) Apa saja jenis interaksi yang terdapat di
ekosistem tersebut?
c. Menumpulkan informasi (eksperimentaling)
Mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan objek ekosistem yang terdapat di
lingkungan sekolah.
d. Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang telah ditemukan, yaitu
menganalisis semua tipe ekosistem yang
ditayangkan dan pengamatan yang telah
dilakuikan.
e. Mengkomunikasikan (communicating)
Menyampaikan simpulan hasil analisis secara
tulis atau lisan. Kesimpulan tersebut meliputi
semua hal yang berkaitan dengan tipe-tipe
ekosistem yang telah diketahui.
3) Kegiatan Penutup 20 menit
a. Menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan dan
menanyakan hal yang belum dipahami mengenai
materi yang telah disampaikan.
c. Menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, yaitu
ulangan harian materi ekosistem.
122

Lembar Kerja Siswa

Tahap I : Mengamati (observating)


Perhatikan gambar dibawah ini !

A B

C D

E F
Jelaskan tipe-tipe ekosistem berdasarkan gambar di atas!
Gambar A :

Bambar B :

Gambar C :

Gambar D :

Gambar E :

Gambar F :
123

Tahap II : Menanya (questioning)


a) Apakah perbedaan dari setiap ekosistem tersebut?
Jawab:

b) Apa saja jenis interaksi yang terdapat di ekosistem tersebut?


Jawab:

Tahap III : Mengumpulkan data (eksperimentaling)


Isilah tabel di bawah ini dengan melakukan pengamatan ekosistem yang
terdapat di sekitar sekolah!
Lokasi :
Waktu :
1. Komponen Ekosistem
No Komponen Deskripsi

2. Interaksi Antarkomponen
No Jenis Interaksi Deskripsi
124

Tahap IV : Mengasosiasi (associating)


Berdasarkan penjelasan dan pengamatan yang telah dilakukan, jawablah
pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem estuaria dan pantai?
Jawab:

2. Jelaskan perbedaan kedua tipe ekosistem tersebut!


Jawab:

3. Jelaskan zona yang terdapat pada ekosistem air tawar!


Jawab:

Tahap V : Mengkomunikasi (communicating)


Berdasarkan data yang telah diperoleh, simpulkan materi yang telah dipelajari dan
kemukakan didepan kelas!.
Kesimpulan:

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


LAMPIRAN 6
KISI-KISI SOAL UJI COBA

KISI-KISI LEMBAR TES LITERASI SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen tersebut.

Kisi-Kisi Tes Berdasarkan Aspek Kognitif Siswa


Materi Jenjang Kognitif
No Indikator Pembelajaran Nomor Soal
Pembelajaran C1 C2 C3 C4 C5 C6
Komponen Mengidentifikasi komponen
Penyusun penyusun ekosistem √ 20
Ekosistem
Menguraikan komponen
ekosistem dari hasil
√ 1
pengamatan yang telah
dilakukan
Mendeskripsikan hubungan
antara komponen biotik dan
√√ 2, 30
abiotik, serta biotik dan biotik
lainya
Memprediksi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi √ 29
keseimbangan ekosistem

125
126

Menganalisis jika tidak terjadi


keseimbangan hubungan antar
√ 16
komponen (faktor alami dan
perbuatan manusia)
Interaksi Makhluk Menjelaskan interaksi dalam
√ √√ √ 6, 17, 25, 26
Hidup ekosistem
Mendeskripsikan jenis-jenis
interaksi juga berbagai
√ √√ √√ 7, 9, 14, 18, 19
kemungkinan yang terjadi
dalam interaksi
Aliran Energi Mendeskripsikan mekanisme
aliran energi pada suatu √ √ √ √ 8, 12, 13, 22
ekosistem
Membuat bagan tentang
interaksi antar komponen
ekosistem dan jaring makanan √√ √√√ 3, 4, 5, 10, 11
yang berlangsung dalam
ekosistem
Siklus Biogeokimia Menjelaskan peran
mikroorganisme/organisme
√ √ √ √ √ √ 15, 21, 23, 24, 27, 28
dalam berbagai daur
biogeokimia
Persentase 10% 20% 30% 30% 10% 10% 100%
Jumlah Soal 3 6 9 6 3 3 30
127

Kisi-Kisi Tes Berdasarkan Aspek Literasi Sains Siswa


Aspek Literasi Sains:
1. Menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically)
2. Mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and design scientific enquiry)
3. Menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically)
Materi Aspek Literasi Sains
No Indikator Pembelajaran Nomor Soal
Pembelajaran 1 2 3
Komponen Mengidentifikasi komponen
Penyusun penyusun ekosistem √ 20
Ekosistem
Menguraikan komponen
ekosistem dari hasil
√ 1
pengamatan yang telah
dilakukan
Mendeskripsikan hubungan
antara komponen biotik dan
√ √ 2, 30
abiotik, serta biotik dan biotik
lainya
Memprediksi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi √ 29
keseimbangan ekosistem
Menganalisis jika tidak terjadi
keseimbangan hubungan antar
√ 16
komponen (faktor alami dan
perbuatan manusia)
Interaksi Makhluk Menjelaskan interaksi dalam
√√ √ √ 6, 17, 25, 26
Hidup ekosistem
Mendeskripsikan jenis-jenis
interaksi juga berbagai
√ √√√ √ 7, 9, 14, 18, 19
kemungkinan yang terjadi
dalam interaksi
Aliran Energi Mendeskripsikan mekanisme
aliran energi pada suatu √√ √√ 8, 12, 13, 22
ekosistem
Membuat bagan tentang
√ √√ √√ 3, 4, 5, 10, 11
interaksi antar komponen
128

ekosistem dan jaring makanan


yang berlangsung dalam
ekosistem
Siklus Biogeokimia Menjelaskan peran
mikroorganisme/organisme
√ √√ √√√ 15, 21, 23, 24, 27, 28
dalam berbagai daur
biogeokimia
Persentase 33,3% 33,3% 33,3% 100%
Jumlah Soal 10 10 10 30
129

Kisi-Kisi Tes dan Kunci Jawaban

Indikator Penguasaan Konsep


No
Indikator Pembelajaran Indikator Soal Aspek Literasi Jenjang Soal Jawaban Soal
Soal
Sains Kognitif
1 Menguraikan komponen Menyebutkan Menjelaskan C1 Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu B
ekosistem dari hasil kelompok hewan fenomena secara Karang Di Perairan Pulau Terkulai
pengamatan yang telah yang ilmiah (explain Ekosistem tidak akan pernah terlepas dari proses
dilakukan bersimbiosis phenomena interaksi yang melibatkan hubungan dengan
dengan scientifically) makhluk hidup lain. Interaksi yang dapat terjadi
ekosistem contohnya adalah simbiosis termasuk ekosistem
terumbu karang. terumbu karang. Kelompok hewan yang
bersimbiosis dengan ekosistem terumbu karang
adalah.....
A. Filum Molusca.
B. Filum Cnidaria.
C. Filum Annelida.
D. Filum Arthropoda.
E. Filum Echinodermata.
2 Mendeskripsikan Menentukan Mengevaluasi dan C3 Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu E
hubungan antara yang tidak membuat Karang Di Perairan Pulau Terkulai
komponen biotik dan termasuk fungsi penyelidikan ilmiah Terumbu karang terkenal memiliki peran penting
abiotik, serta biotik dan dari terumbu (Evaluate and dalam ekosistem perairan air asin (laut). Berdasarkan
biotik lainya karang design scientific fungsi berikut ini, yang tidak termasuk kedalam
enquiry) penerapan fungsi dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
3 Membuat bagan tentang Mendeteksi Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu E
interaksi antar komponen dampak yang membuat Karang Di Perairan Pulau Terkulai
ekosistem dan jaring ditimbulkan penyelidikan ilmiah Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di
makanan yang berlangsung akibat keruhnya (Evaluate and pulau terkulai mencapai nilai 30,37%, kelompok
dalam ekosistem air akibat design scientific karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic
besarnya enquiry) mencapai persentase 29,14%, kelompok biotic
komponen mencapai persentase 0,90%, kelompok spons
menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok algae
130

tutupan sebesar 34,64%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa


kelompok algae komponen tutupan kelompok algae memiliki
persentase paling besar dan membuat air menjadi
keruh, dampak yang dapat ditimbulkan, kecuali.....
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan
meningkatnya komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang
dan menghambat asupan sinar matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau
Terkulai tergolong rusak dengan kerusakan
tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat
ketidak seimbangan komponen dan kecerahan
perairan yang kurang baik.
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat
menjadi makanan terumbu karang sehingga
pertumbuhannya menjadi optimal.
4 Membuat bagan tentang Menunjukkan Menginterpretasikan C2 Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di A
interaksi antar komponen peranan hewan data dan Ekosistem Sawah (Insect Diversity and its Role in
ekosistem dan jaring insecta dalam menunjukkan fakta Wetland Ecosystems)
makanan yang berlangsung ekosistem sawah secara ilmiah Keanekaragaman hayati seperti jenis-jenis tanaman,
dalam ekosistem (interpret data and hewan, dan mikroorganisme yang ada dan
evidence berinteraksi dalam suatu ekosistem sawah sangat
scientifically) menentukan tingkat produktivitas pertanian. Hewan
kelas Insecta memiliki peranan penting dalam jaring-
jaring makanan ekosistem sawah. Contoh yang
bukan menunjukkan peranan hewan Insecta dalam
ekosistem sawah adalah.....
A. Dekomposer
B. Karnivora
C. Herbivora
D. Detrivora
E. Predator
5 Membuat bagan tentang Mendiagnosis Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di B
interaksi antar komponen dampak yang membuat Ekosistem Sawah (Insect Diversity and its Role in
ekosistem dan jaring ditimbulkan penyelidikan ilmiah Wetland Ecosystems)
makanan yang berlangsung apabila serangga (Evaluate and Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan
dalam ekosistem parasitologi pada design scientific jumlah yang paling banyak dan mendominasi
enquiry) ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7%
131

ekosistem sawah dan mengalahkan serangga predator yang hanya


meningkat sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah
serangga parasitoid pada ekosistem sawah meningkat
adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama
yang merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama
yang menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator
yang memangsa serangga parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator
yang memangsa serangga parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama
karena serangga predator dan parasitoid saling
memangsa.
6 Menjelaskan interaksi Menyesuaikan Menginterpretasikan C3 Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan C
dalam ekosistem pernyataan yang data dan dengan etika lingkungan:
sesuai dengan menunjukkan fakta 1) Mencegah perusakan hutan
tujuan undang- secara ilmiah 2) Pengembangan lingkungan pemukiman
undang (interpret data and 3) Meningkatkan kualitas hidup
lingkungan hidup evidence 4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan
scientifically) rusaknya lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya
undang-undang lingkungan hidup ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
7 Mendeskripsikan jenis- Menunjukkan Menginterpretasikan C3 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, B
jenis interaksi juga jenis aktivitas data dan Fungsi dan Rehabilitasi)
berbagai kemungkinan manusia yang menunjukkan fakta Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk
yang terjadi dalam dapat merusak secara ilmiah menunjang sistem kehidupan pesisir dan laut,
interaksi ekosistem (interpret data and terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan
padang lamun evidence rehabilitasi ekosistem lamun merupakan salah satu
scientifically) alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan
ekosistem tersebut. Jenis aktivitas manusia yang
dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
132

A. Memancing ikan di muara sungai.


B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke
laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi
lunak.
D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem
lamun.
E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai,
muara, hingga pesisir pantai.
8 Mendeskripsikan Menerangkan hal Menjelaskan C2 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, D
mekanisme aliran energi yang bukan fenomena secara Fungsi dan Rehabilitasi)
pada suatu ekosistem merupakan ilmiah (explain Ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan
fungsi padang phenomena mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih
lamun pada scientifically) penting sebagai pendukung produktivitas perikanan
ekosistem pesisir pantai. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi
pantai padang lamun pada ekosistem pesisir adalah.....
A. Lamun sebagai produser primer.
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung
berbagai biota laut (ikan dan non ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur
zat hara dan elemenelemen langka di
lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat
penting (tempat hidup) atau perlindungan
(tempat berlindung) untuk sejumlah spesies
hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi
sistem perakannya sebagai perangkap dan
pengstabil sedimen dasar sehingga perairan
menjadi lebih jernih.
9 Mendeskripsikan jenis- Memberi saran Mengevaluasi dan C5 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, A
jenis interaksi juga berupa solusi membuat Fungsi dan Rehabilitasi)
berbagai kemungkinan yang tepat untuk penyelidikan ilmiah Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka
yang terjadi dalam melakukan (Evaluate and mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang
interaksi pengembangan design scientific berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat
mempertahankan enquiry) dalam mempertahankan fungsi ekologis dari
fungsi ekologi ekosistem. Solusi atau saran tersebut dapat dilakukan
dari ekosistem dengan cara.....
A. Intergrated Coastal Management (ICM)
133

B. Enviromental Impact Assesment (EIA)


C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
E. Self Suistainable System (SSS)
10 Membuat bagan tentang Memperkirakan Menjelaskan C2 Ekosistem hutan terdapat rantai makanan yang A
interaksi antar komponen hal yang terjadi fenomena secara menghubungkan sesama mahkluk hidup atau
ekosistem dan jaring apabila rumput ilmiah (explain komponen ekosistem lainya, contoh rantai makanan
makanan yang berlangsung (produsen) phenomena yang terjadi sebagai berikut:
dalam ekosistem dibakar untuk scientifically) Rumput → Kijang → Harimau → Pengurai
dijadikan Hal yang akan terjadi apabila rumput dibakar
bangunan kemudia didirikan bangunan adalah.....
A. Menurunnya populasi kijang dan harimau
B. Meningkatnya populasi kijang dan pengurai
C. Populasi kijang akan stabil dan tidak akan ada
kematian
D. Meningkatnya populasi harimau karena tidak
ada saingan
E. Populasi harimau tidak terpengaruh karena
bukan termasuk hewan herbivora
11 Membuat bagan tentang Mengaitkan Menginterpretasikan C4 C
interaksi antar komponen peranan padang data dan
ekosistem dan jaring lamun terhadap menunjukkan fakta
makanan yang berlangsung ekosistem pantai secara ilmiah
dalam ekosistem yang lebi besar (interpret data and
evidence
scientifically)

Sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun


lamun yang berasosiasi dengan alga kecil yang
dikenal dengan periphyton dan epiphytic dari detritus
yang merupakan sumber makanan terpenting bagi
hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan
invertebrate kecil contohnya ; beberapa jenis udang,
kuda laut, bivalve, gastropoda, dan Echinodermata.
134

Lamun juga mempunyai hubungan ekologis dengan


ikan melalui rantai makanan dari produksi
biomasanya. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur
dengan melekat pada permukaan daun lamun dan
sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan
beberapa jenis ikan-ikan kecil. Kaitan peran padang
lamun terhadap ekosistem yang lebih besar lagi yaitu
ekosistem pantai adalah.....
A. Sistem dipadang lamun diketahui sebagai suatu
habitat untuk ratusan jenis-jenis hewan.
B. Lamun yang mati akan kehilangan protein dan
materi organik lain kemudian dimakan oleh
fauna pada saat permulaan proses dekomposisi.
C. Serpihan bahan organik yang membusuk yang
diangkut arus laut dan menjadi bahan makanan
berbagai organisme pemakan detritus
(dekomposer) pada ekosistem pantai.
D. Metozoa yang dapat mencerna protein bakteri
dan serasah daun lamun diekskresi oleh fauna
dan bentuk yang belum dicerna akan
didekomposisi lagi oleh mikroba decomposer.
E. Aliran energi di padang lamun terjadi karena
adanya proses makan memakan baik itu secara
langsung dari daun lamunnya terus di makan
konsumen I maupun secara tidak langsung
sebagai detritus dimakan oleh konsumen I dan
seterusnya.
12 Mendeskripsikan Mengaktegorikan Menginterpretasikan C6 Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai B
mekanisme aliran energi kedaan perairan data dan Indikator Kualitas Perairan Di Ekosistem Mangrove
pada suatu ekosistem ekosistem menunjukkan fakta Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang
mangrove secara ilmiah Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa
berdasarkan (interpret data and pengaruh faktor abiotik lingkungan sangat
bukti penelitian evidence berpengaruh terhadap kenaekaragaman
scientifically) makrozobentos sebagai indikator air pada ekosistem
mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas
kimia lingkungan Dissolved Oxygen (DO) lebih
tinggi dari kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22–
5,62 mg/L, perbedaan tersebut terlihat pada jumlah
Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical
135

Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria mutu


air berdasarkan kelas II (PP No. 82/2008). Hasil
penelitian tersebut membuktikan bahwa keadaan
perairan termasuk kedalam kategori.....
A. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah
ekosistem mangrove tergolong tinggi, karena
kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kriteria mutu air
kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI).
B. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah
ekosistem mangrove tergolong rendah, karena
kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kriteria mutu air
kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI).
C. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah
ekosistem mangrove tergolong rendah, karena
kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kriteria mutu air
kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP
No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
D. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah
ekosistem mangrove tergolong tinngi, karena
kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kriteria mutu air
kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP
No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
E. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah
ekosistem mangrove tergolong tinngi, karena
kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
makrozoobentos termasuk kriteria mutu air
kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI) yang tidak baik bagi ekosistem
mangrove sehingga membunuh hewan akuatik
lainya.
13 Mendeskripsikan Menemukan Menjelaskan C3 Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai E
mekanisme aliran energi dampak limbah fenomena secara Indikator Kualitas Perairan Di Ekosistem Mangrove
pada suatu ekosistem pabrik dan rumah ilmiah (explain Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang
136

tangga terhadap phenomena Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya


organisme pada scientifically) adalah pabrik pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik
ekosistem makanan, penyablonan gelas, dan pabrik mebel.
mangrove Diduga dari pabrik–pabrik tersebut membuang
limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal teresbut dapat berakibat pada
rusaknya lingkungan ekosistem sungai bahkan hingga
mengalir ke laut, sehingga dampak bagi organisme
pada ekosistem mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi
ekosistem karena akan terurai oleh adanya aliran
sungai dan air hujan yang turun dalam siklus
hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan
didekomposisi oleh dekomposer untuk diubah
menjadi pupuk anorganik yang menyuburkan
alga sebagai produsen dalam ekosistem
mangrove.
C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat
pertumbuhan alga menjadi semakin meningkat,
sehingga menjadi produsen bagi keberadaan
makrozoobentos yang menjadi indikator kualitas
perairan.
D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah
tangga membuat ekosistem mangrove menjadi
tercemar, akibatnya keberadaan makrozobentos
menjadi meningkat dan memperbaiki kualitas
perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah
tangga dapat mempengaruhi keberadaan
organisme yang hidup di ekositem mangrove
terutama pada penurunan jumlah keberadaan
makrozoobentos sebagai indikator kualitas
perairan.
14 Mendeskripsikan jenis- Menelaah Mengevaluasi dan C4 Kepulauan Wakatobi di Suawesi Tenggara akhir- E
jenis interaksi juga tindakan yang membuat akhir ini menarik perhatian dunia dengan
berbagai kemungkinan tepat untuk penyelidikan ilmiah ditemukannya salah satu terumbu karang terindah di
yang terjadi dalam melestarikan (Evaluate and dunia. Berikut ini beberapa kegiatan yang dapat
interaksi daerah Wakatobi dilakukan di kepulauan Wakatobi:
137

design scientific 1) Menjual karang dan ikan warna-warni dengan


enquiry) harga yang mahal.
2) Menjadikan Wakatobi sebagai daerah tujuan
wisata bahari dengan fasilitas yang tidak
merukan terumbu karang.
3) Melestarikan terumbu karang dengan dengan
melarang siapapun menjamah dan
mendekatinya.
4) Menjadikan wilayah-wilayah Wakatobi
sebagai daerah perlindungan bawah air.
Tindakan yang tepat untuk melestarikan daerah
Wakatobi tersebut adalah.....
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
15 Menjelaskan peran Menyesuaikan Mengevaluasi dan C3 Jurnal : Distribusi Serta Kandungan Nitrat Dan D
mikroorganisme/organisme penyebab membuat Fosfat Di Perairan Danau Rawa Pening
dalam berbagai daur rendahnya penyelidikan ilmiah Kandungan nitrat dalam air danau rata-rata terendah
biogeokimia kandungan nitrat (Evaluate and terdapat pada desa Kesongo yaitu 0,004 mg/l dan rata-
dalam air danau design scientific rata tertinggi pada desa Tuntang yaitu 0,081 mg/l.
berdasarkan data enquiry) Penyebab rendahnya kandungan nitrat dalam air
penelitian danau adalah.....
A. Sifat senyawa nitrat di alam sangat stabil
sehingga mudah melakukan siklus.
B. Tingginya masukan nitrat yang dibawa olah
aliran sungai yang bermuara ke danau Rawa
Pening,
C. Tingginya nitrat yang berasal dari proses daur
biogeokimia di dalam perairan danau Rawa
Pening sendiri.
8Penyerapan nitrat yang tinggi atau dalam jumlah
banyak oleh makrofita maupun tumbuhan air lainnya
seperti makroalga dan fitoplankton.
D. Tingginya masukan nitrat dari kegiatan
pertanian, peternakan, karamba jaring apung,
dan kegiatan lainnya oleh masyarakat di areal
perairan danau sendiri.
138

16 Menganalisis jika tidak Membuktikan Mengevaluasi dan C3 Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit A
terjadi keseimbangan penyebab membuat Pada Kura-Kura Air Tawar (Cuora amboinensis) Di
hubungan antar komponen infestasi cacing penyelidikan ilmiah Perairan Sulawesi Selatan
(faktor alami dan pada spesies (Evaluate and Cuora amboinensis ditemukan adanya 7 ekor parasit
perbuatan manusia) Coura design scientific yang tergolong ke dalam filum Platyhelminthes.
amboinensis enquiry) Nilai prevalensi mencapai 0.88% dan nilai intensitas
sebesar 1.75 parasit/individu. Hal tersebut
membuktikan bahwa penyebab infestasi cacing pada
spesies Cuora amboinensis adalah.....
A. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di
Pulau Sulawesi
B. Tingginya tingkat pencemaran lingkungan
akibat aktivitas makhluk hidup
C. Tingginya konsentrasi unsur hara tanah
sehingga cacing mudah berkembang biak
D. Tingginya kadar zat organik tanah di Pulau
Sulawesi sebagai bahan makanan cacing
Platyhelminthes
E. Tinginya populasi spesies Cuora amboinensis
sehingga cacing Platyhelminthes mudah
menemukan tempat tinggal

17 Menjelaskan interaksi Menunjukkan Menjelaskan C2 Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit C
dalam ekosistem jenis interaksi fenomena secara Pada Kura-Kura Air Tawar (Cuora amboinensis) Di
antara cacing ilmiah (explain Perairan Sulawesi Selatan
filum phenomena Cacing anggota filum Platyhelmintes yang
platyhelmintes scientifically) menempati tubuh labi-labi dengan spesies Cuora
dengan spesies ambionensis merupakan tipe interaksi yang termasuk
Cuora kedalam simbiosis.....
ambionensis A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
18 Mendeskripsikan jenis- Menyimpulkan Menjelaskan C5 Jurnal : Pola Aktivitas Harian dan Interaksi E
jenis interaksi juga interaksi yang fenomena secara Banteng dan Rusa dalam Pemanfaatan Kawasan
berbagai kemungkinan dilakukan ilmiah (explain Padang Rumput Sadengan Di Taman Nasional Alas
yang terjadi dalam berdasarkan phenomena Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur
interaksi pernyataan scientifically) Perhatikan pernyataan berikut!;
139

aktivitas harian 1) Banteng lebih banyak memanfaatkan kawasan


hewan savana untuk aktivitas istirahat (93,2%) dan
bergerak (5,7%).
2) Aktivitas makan dan bergerak pada banteng
lebih banyak dilakukan oleh anak (23,3 menit),
aktivitas istirahat paling banyak dilakukan oleh
betina dewasa (10,6 jam) dan aktivitas minum
jarang dilakukan pada waktu siang hari karena
faktor keamanan.
3) Rusa lebih banyak memanfaatkan kawasan
savana untuk aktivitas istirahat (61,8%) dan
aktivitas makan (36,6%).
4) Aktivitas makan dan rusa paling banyak
dilakukan oleh anak (6,1 jam), aktivitas
bergerak paling banyak dilakukan oleh remaja
(12,8 menit), aktivitas intirahat paling banyak
dilakukan karena kebutuhan air dapat dipenuhi
dari pakanannya.
Berdasarkan pernyataan mengenai aktivitas harian
banteng dan rusa, dapat disimpulkan bahwa jenis
interaksi yang dilakukan oleh kedua organisme
tersebut adalah.....
A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
19 Mendeskripsikan jenis- Mendiagnosis Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam C
jenis interaksi juga dampak akibat membuat Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut
berbagai kemungkinan penggunaan penyelidikan ilmiah Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
yang terjadi dalam insektisida (Evaluate and Penggunaan pestisida yang berlebihan akan
interaksi terhadap hewan design scientific berdampak langsung terhadap perusakan ekosisitem
penyerbuk enquiry) dengan matiya organisme-organisme penyusun
ekosistem. Seharusnya fungsi dari insektisida
sebagai pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh
tumbuhan dan sebagai pelindung tanaman dari
gangguan hewan perusak tanaman. Namun,
penggunaannya yang tidak terkontrol dapat
mengganngu organisme baik yang membantu
140

tanaman, seperti organisme penyerbuk lebah dan


kupu-kupu. Hal yang dapat terjadi apabila
penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru
membunuh hewan penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara
anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara
zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara
zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara
hidrogami
20 Mengidentifikasi Menerapkan cara Menjelaskan C3 Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam E
komponen penyusun penggunaan fenomena secara Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut
ekosistem pestisida yang ilmiah (explain Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
tidak merusak phenomena Komposisi pestisida yang digunakan oleh petani
lingkungan scientifically) dapat menigkatkan hasil produk pertanian, pestisida
mempunyai dapat negatif seperti berkurangnya
keanekaragaman hayati, pestisida berspektrum luas
dapat membunuh hama sasaran, parasitoid, predator,
hiperparasit serta makhluk bukan sasaran seperti
lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga
bangkai. Berikut ini penerapan penggunaan pestisida
yang tidak merusak lingkungan ekosistem adalah.....
A. Mencampur pestisida di dekakt sumber air
B. Menuangkan campuran pestisida dekat dengan
tubuh
C. Mencampur pestisida tanpa melihan petunjuk
pemakaian
D. Menyemprot pestisida ketika kondisi angin
sedang kencang
E. Menggunakan pestisida secukupnya dan
menyimpan di tempat yang aman
21 Menjelaskan peran Menafsirkan Menginterpretasikan C5 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut A
mikroorganisme/organisme penyebab fiksasi data dan Pernyataan yang menafsirkan reaksi fiksasi nitrogen
dalam berbagai daur nitrogen di laut menunjukkan fakta di pesisir laut lebih banyak dilakukan oleh bakteri
biogeokimia banyak secara ilmiah dibandingkan dengan flora lautan adalah....
(interpret data and
141

dilakukan oleh evidence A. Nitrogen tersebar luas dalam laut, tetapi tidak
bakteri scientifically) dapat dimanfaatkan oleh kehidupan dalam laut,
karena kebanyakan berada dalam bentuk N2.
B. Nitrogen dalam lautan tidak dapat difiksasi
karena lautan tidak memiliki anggota spesies
leguminosa yang dapat memfiksasi nitrogen di
udara.
C. Nitrogen dapat difiksasi oleh bakteri khusus
yang bersifat fotosintetik atau trofik sehingga
banyak dilakukan pada perairan trofik.
D. Nitrogen di laut membutuhkan organisme lain
yang membantu proses fikasasi sehingga peran
bakteri sangat penting dalam proses tersebut.
E. Nitrogen tidak dapat difiksasi melalui reaksi
kimia redoks karena dalam prosesnya tidak
terjadi pelepasan dan pengikatan elekton.
22 Mendeskripsikan Menunjukan Menginterpretasikan C1 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut B
mekanisme aliran energi fungsi bakteri di data dan Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam
pada suatu ekosistem lautan menunjukkan fakta siklus energi di lautan sebagai....
berdasarkan secara ilmiah A. Produsen
perananya dalam (interpret data and B. Dekomposer
siklus energi evidence C. Konsumen tingkat I
scientifically) D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
23 Menjelaskan peran Menguraikan Menjelaskan C4 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut C
mikroorganisme/organisme reaksi kimia fenomena secara Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang
dalam berbagai daur dalam proses ilmiah (explain dimediasi secara biologis melalui reaksi kimia.
biogeokimia fiksasi nitrogen phenomena Reaksi kimia di bawah ini yang tidak termasuk
scientifically) kedalam proses bakteri dalam mereduksi nitrogen
adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
24 Menjelaskan peran Mengkategorikan Menginterpretasikan C6 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh D
mikroorganisme/organisme hal yang tidak data dan Bakteri Non Simbiotik
dalam berbagai daur termasuk menunjukkan fakta
biogeokimia kedalam syarat secara ilmiah
142

penambatan (interpret data and Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan
nitrogen evidence termasuk kategori syarat penambatan nitrogen
scientifically) adalah.....
A. Adanya enzim nitrogense
B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron
D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase
dari inaktivasi oleh bakteri penambat
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan
dari tempat penambatan nitrogen untuk
mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
25 Menjelaskan interaksi Mengkombinasi Mengevaluasi dan C6 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh E
dalam ekosistem hubungan membuat Bakteri Non Simbiotik
simbiosis antara penyelidikan ilmiah Kombinasi hubungan simbiosis antara akar
akar leguminosa (Evaluate and leguminosa dan bakteri dalam proses fiksasi nitrogen
dan bakteri design scientific yang tepat adalah....
fiksasi nitrogen enquiry) Mikroba yang
Proses Substansi
Terlibat
A. Fiksasi Dekomposer Protein
Biologi N2 (Aspergillus, tanaman
Trichoderma, dan
Bacillus, dll) mikroba
B. Pelapukan Rhizobioum Amonia
(Legume), (NH3)
Azopirillum,
Azolla,
Azobacter,
Frankia, dll.
C. Nitritasi Nitrosomonas, Nitrat
Nitrosococcus, (NO3)
Nitrosospira.
D. Nitratasi Nitrobacter Nitrit
(NO2)
E. Denitrifikasi Pseudomonas N2
stutzeri,
Pseudomonas
aeruginosa,
Paracoccus
denitrificans.
143

26 Menjelaskan interaksi Mengartikan Menjelaskan C3 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh A


dalam ekosistem pengertian fenomena secara Bakteri Non Simbiotik
penambatan ilmiah (explain Pernyataan yang sesuai dengan pengertian
nitrogen secara phenomena penambatan nitrogen secara nonsimbiosis adalah.....
nonsimbiosis scientifically) A. Mikroorganisme yang sanggup mengubah
molekul nitrogen menjadi amonium tanpa
bergantung pada organisme lain.
B. Mikroorganisme yang menambat nitrogen
melalui hidup bersama dalam akar leguminosa
dan tumbuhan lain.
C. Mikroorganisme mereduksi nitrogen di
atmosfer dengan bersimbiosis parasitisme pada
akar leguminosa.
D. Mikroorganisme melakukan penambatan
nitrogen dibantu oleh adanya bintil akar pada
tumbuhan.
E. Mikroorganisme mengubah nitrogen menjadi
amonium tanpa melalui suatu reaksi kimia
27 Menjelaskan peran Menunjukkan Menginterpretasikan C2 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh E
mikroorganisme/organisme jenis bakteri data dan Bakteri Non Simbiotik
dalam berbagai daur yang tidak dapat menunjukkan fakta Bakteri di bawah ini yang tidak termasuk kedalam
biogeokimia memfiksasi secara ilmiah spesies yang dapat memfiksasi nitrogen adalah.....
nitrogen (interpret data and A. Glycene max
evidence B. Vigna sinensis
scientifically) C. Piscera sativam
D. Medicago sativa
E. Staphylococcus aureus
28 Menjelaskan peran Menyatakan hal Mengevaluasi dan C1 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian D
mikroorganisme/organisme yang dapat membuat Ekosistem Hutan Gambut
dalam berbagai daur mendestruksi penyelidikan ilmiah Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan
biogeokimia penyerapan (Evaluate and karbon di atmosfir, kecuali....
karbon di design scientific A. Kebakaran hutan gambut
atmosfer enquiry) B. Penebangan hutan gambut
C. Penggundulan rawa gambut
D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman
nasional
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan
pertanian
144

29 Mendeskripsikan Menjelaskan Menjelaskan C2 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian E


hubungan antara manfaat lahan fenomena secara Ekosistem Hutan Gambut
komponen biotik dan gambut dalam ilmiah (explain Hal berikut ini yang menjelaskan tentang manfaat
abiotik, serta biotik dan ekosistem phenomena lahan gambut dalam ekosistem adalah....
biotik lainya scientifically) A. Menyimpan karbon (carbon save) dari atmosfer
B. Melepas karbon (carbon release) ke atmosfer
C. Mendekomposisi karbon (carbon decompose)
dari atmosfer
D. Mereduksi karbon (carbon reduce) ke atmosfer
E. Memerangkap karbon (carbon sink) dari
atmosfer
30 Memprediksi faktor-faktor Menghubungkan Menginterpretasikan C3 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian B
yang dapat mempengaruhi pemanfaatan data dan Ekosistem Hutan Gambut
keseimbangan ekosistem ekosistem lahan menunjukkan fakta Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan
gambut dalam secara ilmiah gambut dengan potensi dalam bidang kesehatan
bidang kesehatan (interpret data and yang tepat, kecuali....
evidence A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
scientifically) B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti
diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti
kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif
untuk anti virus HIV
LAMPIRAN 7
SEBARAN SOAL UJI COBA

LEMBAR TES LITERASI SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

PETUNJUK:
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!
3. Baca dan pahamilah artikel terlebih dahulu sebelum menjawab soal!

Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau


Terkulai
Terumbu Karang adalah suatu ekositem yang bersimbiosis dengan kelompok
hewan anggota filum Cnidaria yang dapat menghasilkan kerangka luar dari kalsium
karbonat. Terumbu karang dikenal sebagai suatu komponen yang memiliki fungsi
penting dalam ekosistemnya. Terumbu karang tidak terlepas dari peranan ekologisnya
sebagai daerah pemijahan (spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground),
tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi
biota ekonomis penting. Komponen tutupan terumbu karang tertinggi adalah jenis
Sargassum (SA) sedangkan terendah pada jenis Coral Mushroom (CMR). Kondisi
tutupan karang hidup pada secara keseluruhan di pulau terkulai mencapai nilai 30,37%,
kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai persentase
29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons menempati nilai
sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
tertinggi pada komponen tutupan algae. Bila dilihat dari tutupan karang hidupnya, maka
kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan kerusakan
sedang dengan nilai persentase antara 25- 49,9%.

145
146

1. Ekosistem tidak akan pernah terlepas dari proses interaksi yang melibatkan hubungan
dengan makhluk hidup lain. Interaksi yang dapat terjadi contohnya adalah simbiosis
termasuk ekosistem terumbu karang. Kelompok hewan yang bersimbiosis dengan
ekosistem terumbu karang adalah.....
A. Filum Molusca.
B. Filum Cnidaria.
C. Filum Annelida.
D. Filum Arthropoda.
E. Filum Echinodermata.
2. Terumbu karang terkenal memiliki peran penting dalam ekosistem perairan air asin
(laut). Berdasarkan fungsi berikut ini, yang tidak termasuk kedalam penerapan fungsi
dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
3. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau terkulai mencapai nilai
30,37%, kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai
persentase 29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons
menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase paling
besar dan membuat air menjadi keruh, dampak yang dapat ditimbulkan, kecuali......
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat asupan sinar
matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan
kerusakan tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan komponen dan
kecerahan perairan yang kurang baik.
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan terumbu karang
sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.
147

Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem Sawah (Insect


Diversity and its Role in Wetland Ecosystems)
Ekosistem sawah merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Keanekaragaman hayati seperti jenis-jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang
ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sawah sangat menentukan tingkat
produktivitas pertanian. Serangga sebagai salah satu komponen ekosistem sawah
memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivora, karnivora
(predator dan parasitoid), dan detritivora. Di dalam ekosistem sawah terdapat berbagai
macam jenis serangga yang hidup dan tinggal di ekosistem sawah tersebut. Penelitian
bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman serangga dan menganalisis peranan
serangga yang ditemukan dalam ekosistem sawah. Penelitian dilakukan di lahan sawah
di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Metoda penelitian
menggunakan metoda perangkap sumuran (pit fall traps), perangkap lampu (light traps)
dan perangkap nampan kuning (yellow tray traps). Hasil yang diperoleh nampak bahwa
serangga yang didapatkan dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan peranannya yaitu
serangga herbivor, serangga predator, serangga parasitoid dan serangga detritivor. Dari
semua jenis serangga yang teridentifikasi maka 49.60 0 diantaranya adalah serangga
herbivor, 46.1% merupakan serangga predator, 3.5% merupakan serangga parasitoid
dan 0.6% adalah serangga detritivor. Keanekaragaman serangga yang ditemukan di
lahan sawah adalah dengan perangkap sumuran diperoleh 23 spesies dalam 14 famili
dalam 8 ordo, dengan perangkap lampu diperoleh 9 spesies dalam 7 famili dari 4 ordo,
dengan perangkap nampan kuning diperoleh 8 spesies dalam 6 famili dan 3 ordo.
Jenis serangga yang berhasil terperangkap, secara keseluruhan dapat dibedakan
dalam 4 kelompok peran, yaitu herbivor, predator, parasitoid dan detritivor. Dari semua
serangga yang berhasil diidentifikasi dan diketahui perannya, 49,7% adalah kelompok
herbivor yang berpotensi sebagai hama bagi tanaman padi. Sebanyak 46,1% adalah
kelompok serangga predator, yang berpotensi sebagai pemangsa bagi serangga
herbivor, dan 3,5% merupakan serangga parasitoid. Serangga predator dan serangga
parasitoid keduanya berpotensi sebagai pengontrol populasi serangga herbivor menjadi
berpotensi hama. Serangga sisanya sebanyak 0,6% adalah serangga detritivor yang
berkontribusi dalam peruraian material organik di ekosistem sawah.
4. Keanekaragaman hayati seperti jenis-jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang
ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sawah sangat menentukan tingkat
148

produktivitas pertanian. Hewan kelas Insecta memiliki peranan penting dalam jaring-
jaring makanan ekosistem sawah. Contoh yang bukan menunjukkan peranan hewan
Insecta dalam ekosistem sawah adalah.....
A. Dekomposer
B. Karnivora
C. Herbivora
D. Detrivora
E. Predator
5. Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang paling banyak dan
mendominasi ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7% dan mengalahkan
serangga predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah serangga
parasitoid pada ekosistem sawah meningkat adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang memangsa serangga parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang memangsa serangga parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena serangga predator dan
parasitoid saling memangsa.
6. Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang lingkungan hidup
ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
149

Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi)


Sebagai sumber daya pesisir, ekosistem padang lamun memiliki multi fungsi
untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam dinamika pesisir dan
laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem
tersebut. Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir
seperti mangrove, terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang
keberadaan biota terutama pada perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik
dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem lamun adalah tidak
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi
aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh
adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebagai upaya konservasi
dan kelestariannya dalam rangka tetap mempertahankan lingkungan dan penggunaan
yang berkelanjutan, maka dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai
pihak untuk perlu untuk membuat solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis
dari ekosistem dengan cara pengelolaan ekosistem terpadu.
Ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan
mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung
produktivitas perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai
stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil
sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih; 2) lamun menjadi sumber
makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan); 3) lamun sebagai produser
primer; 4) komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan; dan 5) lamun
memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemenelemen langka di lingkungan
laut.
7. Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang sistem kehidupan pesisir
dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem
lamun merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem
tersebut. Jenis aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
150

D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.


E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, hingga pesisir pantai.
8. Ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan biodiversitas pesisir dan
lebih penting sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai. Berikut ini yang bukan
merupakan fungsi padang lamun pada ekosistem pesisir adalah.....
A. Lamun sebagai produser primer.
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemenelemen langka di
lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting (tempat hidup) atau
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap
dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.
9. Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka mempertahankan lingkungan dan
penggunaan yang berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat dalam
mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem. Solusi atau saran tersebut dapat
dilakukan dengan cara.....
A. Intergrated Coastal Management (ICM)
B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
E. Self Suistainable System (SSS)
10. Ekosistem hutan terdapat rantai makanan yang menghubungkan sesama mahkluk hidup
atau komponen ekosistem lainya, contoh rantai makanan yang terjadi sebagai berikut:
Rumput → Kijang → Harimau → Pengurai
Hal yang akan terjadi apabila rumput dibakar kemudia didirikan bangunan
adalah.....
A. Menurunnya populasi kijang dan harimau
B. Meningkatnya populasi kijang dan pengurai
C. Populasi kijang akan stabil dan tidak akan ada kematian
D. Meningkatnya populasi harimau karena tidak ada saingan
E. Populasi harimau tidak terpengaruh karena bukan termasuk hewan herbivora
151

11. Sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun lamun yang berasosiasi dengan alga
kecil yang dikenal dengan periphyton dan epiphytic dari detritus yang merupakan
sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan
invertebrate kecil contohnya ; beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan
Echinodermata. Lamun juga mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai
makanan dari produksi biomasanya. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan
melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan
beberapa jenis ikan-ikan kecil. Kaitan peran padang lamun terhadap ekosistem yang
lebih besar lagi yaitu ekosistem pantai adalah.....
A. Sistem dipadang lamun diketahui sebagai suatu habitat untuk ratusan jenis-jenis
hewan.
B. Lamun yang mati akan kehilangan protein dan materi organik lain kemudian
dimakan oleh fauna pada saat permulaan proses dekomposisi.
C. Serpihan bahan organik yang membusuk yang diangkut arus laut dan menjadi bahan
makanan berbagai organisme pemakan detritus (dekomposer) pada ekosistem
pantai.
D. Metozoa yang dapat mencerna protein bakteri dan serasah daun lamun diekskresi
oleh fauna dan bentuk yang belum dicerna akan didekomposisi lagi oleh mikroba
dekomposer.
E. Aliran energi di padang lamun terjadi karena adanya proses makan memakan baik
itu secara langsung dari daun lamunnya terus di makan konsumen I maupun secara
tidak langsung sebagai detritus dimakan oleh konsumen I dan seterusnya.
152

Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas


Perairan Di Ekosistem Mangrove Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kota
Semarang

Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini mengakibatkan semakin


meningkatnya kegiatan industri di Indonesia. Dari kegiatan industri selain memberikan
dampak positif, juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif ini kebanyakan
berkaitan dengan aspek lingkungan, yaitu pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
polusi dan limbah yang dihasilkan industri. Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik,
diantaranya adalah pabrik pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik makanan,
penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari pabrik–pabrik tersebut membuang
limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove yang aliran sungainya mengalir menelusuri
sekitar area ekosistem mangrove. Selain mempengaruhi kualitas sungai, limbah-limbah
tersebut dapat mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove
terutama pada keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.

Tabel kualitas air yang diperoleh pada stasiun penelitian di Ekosistem Mangrove

Kriteria Mutu

Air
Faktor Kisaran
Berdasarkan
Lingkungan Abiotik Stasiun I – IX
Kelas II (PP

No. 82/2008)

Suhu air (oC) 31-33 -

Suhu Substrat (oC) 28-30 -

pH air 6-7 6-9

pH substrat 6-8 -

DO (mg/L) 4,12-5,62 4

BOD (mg/L) 3,11-5,27 2

COD (mg/L) 25,13-30,33 25


153

Salinitas (‰) 0-23 -

Substrat dasar Lumpur -

12. Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa pengaruh faktor abiotik lingkungan
sangat berpengaruh terhadap kenaekaragaman makrozobentos sebagai indikator air
pada ekosistem mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas kimia lingkungan
Dissolved Oxygen (DO) lebih tinggi dari kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22– 5,62
mg/L, perbedaan tersebut terlihat pada jumlah Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria mutu air berdasarkan kelas II
(PP No. 82/2008). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa keadaan perairan
termasuk kedalam kategori.....
A. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinggi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
B. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
C. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
D. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
E. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI) yang tidak baik bagi ekosistem mangrove sehingga membunuh hewan akuatik
lainya.
154

13. Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah pabrik pengepakan ikan,
pabrik sabun, pabrik makanan, penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari
pabrik–pabrik tersebut membuang limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal teresbut dapat berakibat pada rusaknya lingkungan ekosistem
sungai bahkan hingga mengalir ke laut, sehingga dampak bagi organisme pada
ekosistem mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi ekosistem karena akan terurai oleh
adanya aliran sungai dan air hujan yang turun dalam siklus hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi oleh dekomposer untuk
diubah menjadi pupuk anorganik yang menyuburkan alga sebagai produsen dalam
ekosistem mangrove.
C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan alga menjadi semakin
meningkat, sehingga menjadi produsen bagi keberadaan makrozoobentos yang
menjadi indikator kualitas perairan.
D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga membuat ekosistem
mangrove menjadi tercemar, akibatnya keberadaan makrozobentos menjadi
meningkat dan memperbaiki kualitas perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga dapat mempengaruhi
keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove terutama pada penurunan
jumlah keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
14. Kepulauan Wakatobi di Suawesi Tenggara akhir-akhir ini menarik perhatian dunia
dengan ditemukannya salah satu terumbu karang terindah di dunia. Berikut ini beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan di kepulauan Wakatobi:
1) Menjual karang dan ikan warna-warni dengan harga yang mahal.
2) Menjadikan Wakatobi sebagai daerah tujuan wisata bahari dengan fasilitas yang
tidak merukan terumbu karang.
3) Melestarikan terumbu karang dengan dengan melarang siapapun menjamah dan
mendekatinya.
4) Menjadikan wilayah-wilayah Wakatobi sebagai daerah perlindungan bawah air.
Tindakan yang tepat untuk melestarikan daerah Wakatobi tersebut adalah.....
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
155

D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
Jurnal : Distribusi Serta Kandungan Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Danau
Rawa Pening
Perubahan kondisi lingkungan perairan Rawa Pening khususnya pada
konduktivitas, pH dan total fosfor yang diakibatkan terutama oleh aktivitas pertanian.
Masuknya bahan pencemar disebabkan oleh buangan air limbah dari kawasan
permukiman yang terbawa oleh aliran sungai yang bermuara di Rawa Pening. Bahan
pencemar yang banyak masuk ke perairan Rawa Pening antara lain adalah nitrat dan
fosfat. Nitrat dan Fosfat merupakan nutrien essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
organisme. Namun demikian jika jumlah nitrat dan fosfat dalam perairan berlebih justru
akan menjadi pencemar yang dapat menurunkan kualitas perairan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi nitrat dan fosfat dalam perairan
Danau Rawa Pening tidak merata. Kandungan nitrat dan fosfat ini sangat bervariasi
antar stasiun penelitian. Kandungan nitrat dalam air danau rata-rata terendah terdapat
pada desa Kesongo yaitu 0,004 mg/l dan rata-rata tertinggi pada desa Tuntang yaitu
0,081 mg/l. Adapun kandungan fosfat rata-rata terendah terdapat pada desa Kesongo
yaitu 0,717 mg/l, dan rata-rata tertinggi pada desa Tambakboyo yaitu 1,350 mg/l.
15. Kandungan nitrat dalam air danau rata-rata terendah terdapat pada desa Kesongo yaitu
0,004 mg/l dan rata-rata tertinggi pada desa Tuntang yaitu 0,081 mg/l. Penyebab
rendahnya kandungan nitrat dalam air danau adalah.....
A. Sifat senyawa nitrat di alam sangat stabil sehingga mudah melakukan siklus.
B. Tingginya masukan nitrat yang dibawa olah aliran sungai yang bermuara ke danau
Rawa Pening,
C. Tingginya nitrat yang berasal dari proses daur biogeokimia di dalam perairan danau
Rawa Pening sendiri.
D. Penyerapan nitrat yang tinggi atau dalam jumlah banyak oleh makrofita maupun
tumbuhan air lainnya seperti makroalga dan fitoplankton.
E. Tingginya masukan nitrat dari kegiatan pertanian, peternakan, karamba jaring
apung, dan kegiatan lainnya oleh masyarakat di areal perairan danau sendiri.
156

Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit Pada Kura-Kura Air


Tawar (Cuora amboinensis) Di Perairan Sulawesi Selatan
Komunitas di dalamnya terdapat berbagai bentuk interaksi. Interaksi terjadi di
antara makhluk hidup yang satu dan yang lainnya serta menciptakan suatu simbiosis.
Simbiosis secara luas diartikan sebagai interaksi antara dua individu yang berlainan
spesies. Bentuk simbiosis yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme dan
simbiosis parasitisme. Simbiosis mutualisme merupakan interaksi antara dua individu
yang saling menguntungkan. Simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi di antara
dua individu yang tidak saling menguntungkan maupun merugikan. Simbiosis
parasitisme adalah interaksi yang merugikan karena satu spesies beruntung karena
mendapat makanan dari spesies yang ditumpanginya dan spesies tersebut akan
menderita kerugian karenanya. Simbiosis mutualisme dan parasitisme merupakan faktor
penting dalam fungsi ekologi dan proses evolusi.
Simbiosis parasitisme tercipta antara kelompok herpetofauna dan parasitnya.
Herpetofauna merupakan semua jenis hewan yang tergolong dalam kelas Amphibia dan
Reptilia. Kura-kura adalah jenis reptilia. Cuora amboinensis merupakan kura-kura air
tawar yang menyukai lingkungan akuatik seperti kolam sungai, rawa dan persawahan.
Cuora amboinensis yang di koleksi berasal dari perairan di Sulawesi Selatan. Cuora
amboinensis ini umumnya di jumpai di anakan sungai yang berarus tenang, berbatu,
berpasir dan berlumpur. Dari hasil identifikasi, organisme yang ditemukan pada feses
C. amboinensis tergolong ke dalam anggota filum Platyhelminthes. Cacing parasit ini
ditemukan sebanyak tujuh ekor.
Cuora amboinensis yang terkumpul sebanyak 22 ekor dan hanya ada 4 ekor yang
terinfestasi oleh cacing parasite. Prevalensi setiap jenis cacing endoparasit yang
menginfestasi C. amboinensis sebesar 0.88% dan intensitas infestasi sebesar 1.75
parasit/individu inang. Nilai prevalensi intensitas pada C. amboinensis sangat rendah
dimana dari 40 ekor C. amboinensis hanya ada empat ekor C. amboinensis yang
terinfestasi cacing parasit sebanyak tujuh ekor. Inang dari cacing parasit ini merupakan
C. amboinensis yang ditangkap langsung di daerah Sulawesi Selatan. Pulau Sulawesi
atau Celebes merupakan pulau dengan tingkat endemisitas tinggi bagi flora dan
faunanya.
16. Cuora amboinensis ditemukan adanya 7 ekor parasit yang tergolong ke dalam filum
Platyhelminthes. Nilai prevalensi mencapai 0.88% dan nilai intensitas sebesar 1.75
157

parasit/individu. Hal tersebut membuktikan bahwa penyebab infestasi cacing pada


spesies Cuora amboinensis adalah.....
A. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di Pulau Sulawesi
B. Tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat aktivitas makhluk hidup
C. Tingginya konsentrasi unsur hara tanah sehingga cacing mudah berkembang biak
D. Tingginya kadar zat organik tanah di Pulau Sulawesi sebagai bahan makanan cacing
Platyhelminthes
E. Tinginya populasi spesies Cuora amboinensis sehingga cacing Platyhelminthes
mudah menemukan tempat tinggal
17. Cacing anggota filum Platyhelmintes yang menempati tubuh labi-labi dengan spesies
Cuora ambionensis merupakan tipe interaksi yang termasuk kedalam simbiosis.....
A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Pola Aktivitas Harian dan Interaksi Banteng dan Rusa dalam
Pemanfaatan Kawasan Padang Rumput Sadengan Di Taman Nasional Alas
Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur
Perhatikan pernyataan berikut!;
1) Banteng lebih banyak memanfaatkan kawasan savana untuk aktivitas istirahat
(93,2%) dan bergerak (5,7%).
2) Aktivitas makan dan bergerak pada banteng lebih banyak dilakukan oleh anak (23,3
menit), aktivitas istirahat paling banyak dilakukan oleh betina dewasa (10,6 jam)
dan aktivitas minum jarang dilakukan pada waktu siang hari karena faktor
keamanan.
3) Rusa lebih banyak memanfaatkan kawasan savana untuk aktivitas istirahat (61,8%)
dan aktivitas makan (36,6%).
4) Aktivitas makan dan rusa paling banyak dilakukan oleh anak (6,1 jam), aktivitas
bergerak paling banyak dilakukan oleh remaja (12,8 menit), aktivitas intirahat
paling banyak dilakukan karena kebutuhan air dapat dipenuhi dari pakanannya.
18. Berdasarkan pernyataan mengenai aktivitas harian banteng dan rusa, dapat disimpulkan
bahwa jenis interaksi yang dilakukan oleh kedua organisme tersebut adalah.....
158

A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi
Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama dan gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, pestisida mempunyai dapat
negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, pestisida berspektrum luas dapat
membunuh hama sasaran, parasitoid, predator, hiperparasit serta makhluk bukan
sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga bangkai.
19. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak langsung terhadap perusakan
ekosisitem dengan matiya organisme-organisme penyusun ekosistem. Seharusnya
fungsi dari insektisida sebagai pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh tumbuhan dan
sebagai pelindung tanaman dari gangguan hewan perusak tanaman. Namun,
penggunaannya yang tidak terkontrol dapat mengganngu organisme baik yang
membantu tanaman, seperti organisme penyerbuk lebah dan kupu-kupu. Hal yang dapat
terjadi apabila penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh hewan
penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
20. Komposisi pestisida yang digunakan oleh petani dapat menigkatkan hasil produk
pertanian, pestisida mempunyai dapat negatif seperti berkurangnya keanekaragaman
hayati, pestisida berspektrum luas dapat membunuh hama sasaran, parasitoid, predator,
hiperparasit serta makhluk bukan sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan
159

serangga bangkai. Berikut ini penerapan penggunaan pestisida yang tidak merusak
lingkungan ekosistem adalah.....
A. Mencampur pestisida di dekat sumber air
B. Menuangkan campuran pestisida dekat dengan tubuh
C. Mencampur pestisida tanpa melihan petunjuk pemakaian
D. Menyemprot pestisida ketika kondisi angin sedang kencang
E. Menggunakan pestisida secukupnya dan menyimpan di tempat yang aman
Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut
Bentuk nitrogen terikat yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan, memiliki kadar
yang relatif rendah, akibatnya nitrogen terikat membatasi produktivitas biologis.
Kebalikannya, sebaran nitrogen terikat di laut sebagian besar dikontrol oleh organisme
laut. Jadi, siklus nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis
yang kebanyakan melibatkan reaksi redoks.
Produktivitas tertinggi lazim ditemui di perairan pesisir, hal ini karena input
nitrogen dari sungai dan fiksasi nitrogen oleh bakteri. Kebanyakan bakteri pengikat
nitrogen adalah bakteri heterotrofik, kecuali cyanobakteri Oscillatoria sp., yang bersifat
fotosintetik/ototrofik dan banyak terdapat di perairan tropik.
Reaksi oksidasi yang terjadi akan mereduksi nitrogen dalam senyawa Dissolved
Organic Nitrogen (DON), kemudian dioksidasi secara bertahap. Amonium pertama-
tama diproduksi melalui proses amonifikasi, yang kemudian diubah menjadi nitrit dan
akhirnya nitrat melalui proses nitrifikasi. Sedangkan dalam reaksi reduksi, produk
teroksidasi direduksi baik oleh plankton melalui proses asimilasi nutrien maupun oleh
bakteri heterotrofik yang memanfaatkan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN) sebagai
penerima elektron. Kedua proses reaksi reduksi tersebut dinamakan denitrifikasi atau
reduksi nitrogen disimilatori.
21. Pernyataan yang menafsirkan mengapa reaksi fiksasi nitrogen di pesisir laut lebih
banyak dilakukan oleh bakteri dibandingkan dengan flora lautan adalah....
A. Nitrogen tersebar luas dalam laut, tetapi tidak dapat dimanfaatkan oleh kehidupan
dalam laut, karena kebanyakan berada dalam bentuk N2.
B. Nitrogen dalam lautan tidak dapat difiksasi karena lautan tidak memiliki anggota
spesies leguminosa yang dapat memfiksasi nitrogen di udara.
C. Nitrogen dapat difiksasi oleh bakteri khusus yang bersifat fotosintetik atau trofik
sehingga banyak dilakukan pada perairan trofik.
160

D. Nitrogen di laut membutuhkan organisme lain yang membantu proses fikasasi


sehingga peran bakteri sangat penting dalam proses tersebut.
E. Nitrogen tidak dapat difiksasi melalui reaksi kimia redoks karena dalam prosesnya
tidak terjadi pelepasan dan pengikatan elekton.
22. Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam siklus energi di lautan sebagai....
A. Produsen
B. Dekomposer
C. Konsumen tingkat I
D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
23. Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis melalui reaksi
kimia. Reaksi kimia di bawah ini yang tidak termasuk kedalam proses bakteri dalam
mereduksi nitrogen adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Nitrogen hasil proses penambatan nitrogen secara biologis oleh mikroorganisme
merupakan poin kunci masuknya molekul nitrogen kedalm sikus nitrogen dialam.
Sejumlah mikroorganisme tanah dan air sanggup menambat nitrogen atmosfer menjadi
amonium. Kelompok mikroorganisme ini ada dua menurut cara penambatan nitrogen
yang dilakukan yaitu : (1) Penambat nitrogen nonsimbiotis; (2) Penambat nitrogen
simbiosis. Kelompok non simbiosis terbagi dua yaitu organisme aerob dan anaerob.
24. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk kategori syarat penambatan
nitrogen adalah.....
A. Adanya enzim nitrogense
B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron
D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari inaktivasi oleh bakteri
penambat
161

E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat penambatan nitrogen
untuk mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Jumlah nitrogen hasil penambatan nitrogen secara biologis merupakan yang
terbesar dari seluruh proses penambatan N2 atmosfer menjadi ion amonium. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa penambatan nitrogen secara biologis merupakan poin
kunci masuknya molekul nitrogen kedalam siklus biogeokimia nitrogen.

Sejumlah mikroorganisme tanah dan air sanggup mengunakan secara langsung


nitrogen atmosfer sebagai sumber nitrogen bagi kehidupanya. Kelompok
mikroorganisme ini ada dua menurut cara penambatan nitrogen yang dilakukan yaitu :
(1) Penambat nitrogen nonsimbiosis yaitu mikroorganisme yang sanggup mengubah
molekul nitrogen menjadi amonium tanpa bergantung pada organisme lain; (2)
Penambat nitrogen simbiosis yaitu mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui
hidup bersama dalam akar leguminosa dan tumbuhan lain. Berbagai jenis bakteri
penambat nitrogen atmosfer secara biologis yang dapat mengubah N2 menjadi
amonium, antara lain terdiri atas rhizobia, sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri
foto-autotrofik pada air tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam
tanah dan zona akar.
25. Kombinasi hubungan simbiosis antara akar leguminosa dan bakteri dalam proses fiksasi
nitrogen yang tepat adalah....
162

Proses Mikroba yang Terlibat Substansi

A. Fiksasi Biologi Dekomposer (Aspergillus, Protein tanaman


N2 Trichoderma, Bacillus, dll) dan mikroba

B. Pelapukan Rhizobioum (Legume), Amonia (NH3)


Azopirillum, Azolla,
Azobacter, Frankia, dll.
C. Nitritasi Nitrosomonas, Nitrat (NO3)
Nitrosococcus, Nitrosospira.
D. Nitratasi Nitrobacter Nitrit (NO2)

E. Denitrifikasi Pseudomonas stutzeri, N2


Pseudomonas aeruginosa,
Paracoccus denitrificans.
26. Pernyataan yang sesuai dengan pengertian penambatan nitrogen secara nonsimbiosis
adalah.....
A. Mikroorganisme yang sanggup mengubah molekul nitrogen menjadi amonium
tanpa bergantung pada organisme lain.
B. Mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui hidup bersama dalam akar
leguminosa dan tumbuhan lain.
C. Mikroorganisme mereduksi nitrogen di atmosfer dengan bersimbiosis parasitisme
pada akar leguminosa.
D. Mikroorganisme melakukan penambatan nitrogen dibantu oleh adanya bintil akar
pada tumbuhan.
E. Mikroorganisme mengubah nitrogen menjadi amonium tanpa melalui suatu reaksi
kimia
27. Bakteri di bawah ini yang tidak termasuk kedalam spesies yang dapat memfiksasi
nitrogen adalah.....
A. Glycene max
B. Vigna sinensis
C. Piscera sativam
D. Medicago sativa
E. Staphylococcus aureus
163

Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian Ekosistem Hutan Gambut


Penebangan dan kebakaran hutan gambut dan konversi hutan rawa gambut
menjadi wilayah usaha tani dan pemukiman menyebabkan terjadinya kerusakan hutan
dan ekosistem rawa. Pada ekosistem global, perusakan lahan gambut tidak hanya
menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan gambut yang dapat melepaskan gas rumah
kaca, tetapi juga penggundulan hutan rawa gambut akan mendestruksi kemampuan
vegetasi hutan dalam memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer.
Pulau Sumatera maupun Kalimantan, habitat rawa gambut mengandung kekayaan
keanekaragaman yang tinggi untuk jenis flora dan fauna, reservoir/ simpanan air, dan
simpanan karbon. Kekayaan flora yang berisi bermacam-macam jenis pohon yang
kayunya mempunyai nilai komersial tinggi untuk keperluan bahan industri mebel dan
konstruksi. Selain itu juga terdapat berbagai jenis pohon yang mempunyai nilai
komersial dari hasil non-kayu baik berupa getah, lateks, kulit pohon, bahkan
mempunyai kandungan zat ekstraksi yang berguna untuk kepentingan obat-obatan
(medical plants). Jenis-jenis pohon rawa gambut yang memiliki potensi strategis seperti
bintangur (Calophyllum lanigerum) yang mempunyayi zat bioaktif untuk anti virus
HIV. Jenis bintangur lainnya adalah Calophyllum cannum dan C. disoscorii yang
mempunyai zat bioaktif anti kanker dan masih ada lagi beberapa jenis prospektif
lainnya.
28. Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan karbon di atmosfir, kecuali....
A. Kebakaran hutan gambut
B. Penebangan hutan gambut
C. Penggundulan rawa gambut
D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman nasional
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian
29. Hal berikut ini yang menjelaskan tentang manfaat lahan gambut dalam ekosistem
adalah....
A. Menyimpan karbon (carbon save) dari atmosfer
B. Melepas karbon (carbon release) ke atmosfer
C. Mendekomposisi karbon (carbon decompose) dari atmosfer
D. Mereduksi karbon (carbon reduce) ke atmosfer
E. Memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer
164

30. Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut dengan potensi dalam bidang
kesehatan yang tepat, kecuali....
A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti virus HIV

~ GOOD LUCK~
LAMPIRAN 8
KISI-KISI SOAL LITERASI SAINS

Kisi-Kisi Tes Berdasarkan Aspek Literasi Sains Siswa


Aspek Literasi Sains:
1. Menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically)
2. Mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and design scientific enquiry)
3. Menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically)

Materi Aspek Literasi Sains


No Indikator Pembelajaran Nomor Soal
Pembelajaran 1 2 3
Komponen Mendeskripsikan hubungan antara
Penyusun komponen biotik dan abiotik, serta biotik √ √ 1, 20
Ekosistem dan biotik lainya
Memprediksi faktor-faktor yang dapat
√ 19
mempengaruhi keseimbangan ekosistem
Interaksi Makhluk Menjelaskan interaksi dalam ekosistem
√√ √ 4, 11, 17
Hidup
Mendeskripsikan jenis-jenis interaksi
juga berbagai kemungkinan yang terjadi √ √√ √ 5, 7, 12, 13
dalam interaksi
Aliran Energi Mendeskripsikan mekanisme aliran
√√ √√ 6, 9, 10, 14
energi pada suatu ekosistem
Membuat bagan tentang interaksi antar
komponen ekosistem dan jaring makanan √ √√ 2, 3, 8,
yang berlangsung dalam ekosistem
Siklus Biogeokimia Menjelaskan peran
mikroorganisme/organisme dalam √ √ √ 15, 16, 18
berbagai daur biogeokimia
Persentase 40% 30% 30% 100%
Jumlah Soal 8 6 6 20

165
166

Kisi-Kisi Tes Berdasarkan Data Pasca Uji Coba

Jenjang Soal Pengambilan Jumlah Soal Valid


Soal Uji Coba Keterangan
Kognitif Data Dipakai Diganti

C1 22 14 Soal Uji Coba 1 1

28 18 Soal Perbaikan

C2 8 6 Soal Perbaikan 3 1

10 8 Soal Uji Coba

17 11 Soal Uji Coba

29 19 Soal Uji Coba

C3 2 1 Soal Perbaikan 1 5

6 4 Soal Perbaikan

7 5 Soal Perbaikan

13 10 Soal Perbaikan

26 17 Soal Uji Coba


167

30 20 Soal Perbaikan

C4 3 2 Soal Perbaikan 1 3

5 3 Soal Perbaikan

19 13 Soal Perbaikan

23 15 Soal Uji Coba

C5 9 7 Soal Perbaikan 31. 0 2

18 12 Soal Perbaikan

C6 12 9 Soal Uji Coba 1 1

24 16 Soal Perbaikan
168

Kisi-Kisi Berdasarkan Kevalidan dan Soal Pengganti

No Soal Uji Coba Soal Pengganti

Soal No. 2 Soal No. 1


Terumbu karang terkenal memiliki peran penting dalam Dalam ekosistem perairan air asin (laut) terumbu karang terkenal
ekosistem perairan air asin (laut). Berdasarkan fungsi berikut memiliki peran penting dalam penerapan fungsi ekosistem laut.
ini, yang tidak termasuk kedalam penerapan fungsi dari Berdasarkan fungsi berikut ini, yang tidak termasuk kedalam penerapan
terumbu karang adalah...... fungsi dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground). A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground). B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).

Soal No. 3 Soal No. 2


Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau Terkulai
terkulai mencapai nilai 30,37%, kelompok karang mati mencapai nilai 30,37%, kelompok karang mati mencapai 2,63%,
mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai persentase kelompok abiotic mencapai persentase 29,14%, kelompok biotic
29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, mencapai persentase 0,90%, kelompok spons menempati nilai sebesar
kelompok spons menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Dari data tersebut
algae sebesar 34,64%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa komponen tutupan kelompok algae memiliki
komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase
persentase paling besar yang mengakibatkan air pantai menjadi keruh.
paling besar dan membuat air menjadi keruh, dampak yang
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kelompok algae dengan presentasi
dapat ditimbulkan, kecuali......
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan paling besar adalah, kecuali......
meningkatnya komposisi algae.
169

B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi
menghambat asupan sinar matahari. algae.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat
tergolong rusak dengan kerusakan tinggi. asupan sinar matahari.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak
seimbangan komponen dan kecerahan perairan yang dengan kerusakan tinggi.
kurang baik.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi
komponen dan kecerahan perairan yang kurang baik.
makanan terumbu karang sehingga pertumbuhannya
menjadi optimal. E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan
terumbu karang sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.

Soal No. 5 Soal No. 3


Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang paling
yang paling banyak dan mendominasi ekosistem sawah mendominasi ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7% jumlah
dengan persentase sebesar 49,7% dan mengalahkan serangga tersebut mengalahkan serangga predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal
predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila yang terjadi apabila jumlah serangga parasitoid pada ekosistem sawah
jumlah serangga parasitoid pada ekosistem sawah meningkat meningkat adalah.....
adalah..... A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang merugikan petani.
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang menguntungkan
merugikan petani.
petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang
menguntungkan petani. C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang memangsa
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang serangga parasitoid.
memangsa serangga parasitoid. D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang memangsa
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang serangga parasitoid.
memangsa serangga parasitoid. E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena serangga
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena predator dan parasitoid saling memangsa.
serangga predator dan parasitoid saling memangsa.
Soal No. 6 Soal No. 4
170

Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika
etika lingkungan: lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan 1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman 2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup 3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya 4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-
undang lingkungan hidup ialah..... lingkungan hidup ialah.....
A. 1,3, dan 5
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5 B. 2,3, dan 4
D. 2, 3, dan 5 C. 1, 4, dan 5
E. 1, 3, dan 4 D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
Soal No. 7 Soal No. 5
Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang sistem
sistem kehidupan pesisir dan laut, terutama perikanan pantai kehidupan pesisir dan laut, terutama sektor perikanan pantai. Sehingga
sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun merupakan salah satu
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut.
keberadaan ekosistem tersebut. Jenis aktivitas manusia yang Disamping itu masih terdapat beberapa jenis aktivitas manusia yang
dapat merusak ekosistem lamun diantaranya..... dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun. C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.
hingga pesisir pantai. E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, hingga pesisir
pantai.
171

Soal No. 8 Soal No. 6


Ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan Ekosistem pesisir sangat menunjang dalam mempertahankan
mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting biodiversitas pesisir serta penting keberadaannya sebagai pendukung
sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai. Berikut produktivitas perikanan pantai. Berikut ini merupakan fungsi padang
ini yang bukan merupakan fungsi padang lamun pada lamun pada ekosistem pesisir kecuali.....
ekosistem pesisir adalah..... A. Lamun sebagai produser primer.
A. Lamun sebagai produser primer. B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai
dan non ikan).
biota laut (ikan dan non ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen-
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara
dan elemenelemen langka di lingkungan laut. elemen langka di lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting (tempat hidup)
(tempat hidup) atau perlindungan (tempat berlindung) atau perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies
untuk sejumlah spesies hewan. hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya
perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen sebagai perangkap dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan
dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih. menjadi lebih jernih.

Soal No. 9 Soal No. 7


Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka mempertahankan
mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang lingkungan serta penggunaan yang berkelanjutan, maka dikembangkan
berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat dalam solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem.
mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem. Solusi atau Solusi atau saran tersebut dapat dilakukan dengan cara.....
saran tersebut dapat dilakukan dengan cara..... A. Intergrated Coastal Management (ICM)
A. Intergrated Coastal Management (ICM) B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
E. Self Suistainable System (SSS) E. Self Suistainable System (SSS)
172

Soal No. 13 Soal No. 10


Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah pabrik
pabrik pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik makanan, pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik makanan, penyablonan gelas, dan
penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari pabrik– pabrik mebel. Diduga dari pabrik–pabrik tersebut membuang limbahnya
pabrik tersebut membuang limbahnya ke sungai baik secara ke sungai baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal teresbut
langsung maupun tidak langsung. Hal teresbut dapat dapat berakibat pada rusaknya lingkungan ekosistem sungai bahkan
berakibat pada rusaknya lingkungan ekosistem sungai bahkan hingga mengalir ke laut. Dampak dari limbah tersebut bagi organisme
hingga mengalir ke laut, sehingga dampak bagi organisme
pada ekosistem mangrove adalah.....
pada ekosistem mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi ekosistem karena
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi
ekosistem karena akan terurai oleh adanya aliran sungai akan terurai oleh adanya aliran sungai dan air hujan yang turun
dan air hujan yang turun dalam siklus hidrologi. dalam siklus hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi oleh
oleh dekomposer untuk diubah menjadi pupuk dekomposer untuk diubah menjadi pupuk anorganik yang
anorganik yang menyuburkan alga sebagai produsen menyuburkan alga sebagai produsen dalam ekosistem mangrove.
dalam ekosistem mangrove. C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan alga
C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan menjadi semakin meningkat, sehingga menjadi produsen bagi
alga menjadi semakin meningkat, sehingga menjadi keberadaan makrozoobentos yang menjadi indikator kualitas
produsen bagi keberadaan makrozoobentos yang perairan.
menjadi indikator kualitas perairan. D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga membuat
D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga ekosistem mangrove menjadi tercemar, akibatnya keberadaan
membuat ekosistem mangrove menjadi tercemar,
makrozobentos menjadi meningkat dan memperbaiki kualitas
akibatnya keberadaan makrozobentos menjadi
meningkat dan memperbaiki kualitas perairan. perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga dapat
dapat mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di ekositem
di ekositem mangrove terutama pada penurunan jumlah mangrove terutama pada penurunan jumlah keberadaan
keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
perairan.
173

Soal No. 18 Soal No. 12


Berdasarkan pernyataan mengenai aktivitas harian banteng Berdasarkan pernyataan dari data diatas menunjukkan aktivitas harian
dan rusa, dapat disimpulkan bahwa jenis interaksi yang banteng dan rusa yang hidup dalam satu kawasan, sehingga dapat
dilakukan oleh kedua organisme tersebut adalah..... disimpulkan bahwa jenis interaksi yang dilakukan oleh kedua organisme
A. Predasi tersebut adalah.....
B. Netralisme A. Predasi
C. Parasitisme B. Netralisme
D. Mutualisme
C. Parasitisme
E. Komensalisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Soal No. 19 Soal No. 13
Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak langsung
langsung terhadap perusakan ekosisitem dengan matiya terhadap perusakan ekosisitem dengan matinya organisme-organisme
organisme-organisme penyusun ekosistem. Seharusnya penyusun ekosistem. Dampak yang dapat terjadi apabila penggunaan
fungsi dari insektisida sebagai pengatur tumbuh dan insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh hewan penyerbuk
perangsang tumbuh tumbuhan dan sebagai pelindung tersebut adalah.....
tanaman dari gangguan hewan perusak tanaman. Namun, A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
penggunaannya yang tidak terkontrol dapat mengganngu
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
organisme baik yang membantu tanaman, seperti organisme
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
penyerbuk lebah dan kupu-kupu. Hal yang dapat terjadi
apabila penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
membunuh hewan penyerbuk tersebut adalah..... E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
Soal No. 24 Soal No. 16
Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk kategori
kategori syarat penambatan nitrogen adalah..... syarat penambatan nitrogen adalah.....
174

A. Adanya enzim nitrogense A. Adanya enzim nitrogense


B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron
D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari inaktivasi oleh
inaktivasi oleh bakteri penambat bakteri penambat
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat
tempat penambatan nitrogen untuk mencegah
penambatan nitrogen untuk mencegah terhambatanya enzim
terhambatanya enzim nitrogenase.
nitrogenase.

Soal No. 28 Soal No. 18


Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan karbon di Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan karbon di atmosfir,
atmosfir, kecuali.... kecuali....
A. Kebakaran hutan gambut A. Kebakaran hutan gambut
B. Penebangan hutan gambut B. Penebangan hutan gambut
C. Penggundulan rawa gambut C. Penggundulan rawa gambut
D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman nasional D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman nasional
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian
pertanian

Soal No. 30 Soal No. 20


Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut dengan potensi
dengan potensi dalam bidang kesehatan yang tepat, kecuali.... dalam bidang kesehatan yang tepat, kecuali....
A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti virus HIV
virus HIV
175

Kisi-Kisi Sebaran Soal Literasi Sains

Indikator Penguasaan Konsep


No Jawaban
Indikator Pembelajaran Indikator Soal Aspek Literasi Jenjang Soal
Soal Soal
Sains Kognitif
1 Mendeskripsikan Menentukan Mengevaluasi dan C3 Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di E
hubungan antara yang tidak membuat Perairan Pulau Terkulai
komponen biotik dan termasuk fungsi penyelidikan ilmiah Terumbu karang terkenal memiliki peran penting dalam
abiotik, serta biotik dan dari terumbu (Evaluate and ekosistem perairan air asin (laut). Berdasarkan fungsi berikut ini,
biotik lainya karang design scientific yang tidak termasuk kedalam penerapan fungsi dari terumbu
enquiry) karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
2 Membuat bagan tentang Mendeteksi Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di E
interaksi antar komponen dampak yang membuat Perairan Pulau Terkulai
ekosistem dan jaring ditimbulkan penyelidikan ilmiah Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau
makanan yang berlangsung akibat keruhnya (Evaluate and terkulai mencapai nilai 30,37%, kelompok karang mati
dalam ekosistem air akibat design scientific mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai persentase
besarnya enquiry) 29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%,
komponen kelompok spons menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok
tutupan algae sebesar 34,64%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kelompok algae komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase paling
besar dan membuat air menjadi keruh, dampak yang dapat
ditimbulkan, kecuali.....
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya
komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan
menghambat asupan sinar matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai
tergolong rusak dengan kerusakan tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak
seimbangan komponen dan kecerahan perairan yang
kurang baik.
176

E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi


makanan terumbu karang sehingga pertumbuhannya
menjadi optimal.
3 Membuat bagan tentang Mendiagnosis Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem B
interaksi antar komponen dampak yang membuat Sawah (Insect Diversity and its Role in Wetland Ecosystems)
ekosistem dan jaring ditimbulkan penyelidikan ilmiah Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang
makanan yang berlangsung apabila serangga (Evaluate and paling banyak dan mendominasi ekosistem sawah dengan
dalam ekosistem parasitologi pada design scientific persentase sebesar 49,7% dan mengalahkan serangga predator
ekosistem sawah enquiry) yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah
meningkat serangga parasitoid pada ekosistem sawah meningkat adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang
merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang
menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang
memangsa serangga parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang
memangsa serangga parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena
serangga predator dan parasitoid saling memangsa.
4 Menjelaskan interaksi Menyesuaikan Menginterpretasikan C3 Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan C
dalam ekosistem pernyataan yang data dan etika lingkungan:
sesuai dengan menunjukkan fakta 1) Mencegah perusakan hutan
tujuan undang- secara ilmiah 2) Pengembangan lingkungan pemukiman
undang (interpret data and 3) Meningkatkan kualitas hidup
lingkungan hidup evidence 4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya
scientifically) lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang
lingkungan hidup ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
5 Mendeskripsikan jenis- Menunjukkan Menginterpretasikan C3 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan B
jenis interaksi juga jenis aktivitas data dan Rehabilitasi)
berbagai kemungkinan manusia yang menunjukkan fakta Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang
dapat merusak secara ilmiah sistem kehidupan pesisir dan laut, terutama perikanan pantai
177

yang terjadi dalam ekosistem (interpret data and sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
interaksi padang lamun evidence merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan
scientifically) keberadaan ekosistem tersebut. Jenis aktivitas manusia yang
dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.
E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara,
hingga pesisir pantai.
6 Mendeskripsikan Menerangkan hal Menjelaskan C2 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan D
mekanisme aliran energi yang bukan fenomena secara Rehabilitasi)
pada suatu ekosistem merupakan ilmiah (explain Ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan
fungsi padang phenomena biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung
lamun pada scientifically) produktivitas perikanan pantai. Berikut ini yang bukan
ekosistem pesisir merupakan fungsi padang lamun pada ekosistem pesisir
pantai adalah.....
A. Lamun sebagai produser primer.
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota
laut (ikan dan non ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan
elemenelemen langka di lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting
(tempat hidup) atau perlindungan (tempat berlindung)
untuk sejumlah spesies hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem
perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen
dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.
7 Mendeskripsikan jenis- Memberi saran Mengevaluasi dan C5 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan A
jenis interaksi juga berupa solusi membuat Rehabilitasi)
berbagai kemungkinan yang tepat untuk penyelidikan ilmiah Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka
yang terjadi dalam melakukan (Evaluate and mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang
interaksi pengembangan design scientific berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat dalam
mempertahankan enquiry) mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem. Solusi atau
fungsi ekologi saran tersebut dapat dilakukan dengan cara.....
dari ekosistem A. Intergrated Coastal Management (ICM)
B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
178

E. Self Suistainable System (SSS)


8 Membuat bagan tentang Memperkirakan Menjelaskan C2 Ekosistem hutan terdapat rantai makanan yang menghubungkan A
interaksi antar komponen hal yang terjadi fenomena secara sesama mahkluk hidup atau komponen ekosistem lainya, contoh
ekosistem dan jaring apabila rumput ilmiah (explain rantai makanan yang terjadi sebagai berikut:
makanan yang berlangsung (produsen) phenomena Rumput → Kijang → Harimau → Pengurai
dalam ekosistem dibakar untuk scientifically) Hal yang akan terjadi apabila rumput dibakar kemudia didirikan
dijadikan bangunan adalah.....
bangunan A. Menurunnya populasi kijang dan harimau
B. Meningkatnya populasi kijang dan pengurai
C. Populasi kijang akan stabil dan tidak akan ada kematian
D. Meningkatnya populasi harimau karena tidak ada saingan
E. Populasi harimau tidak terpengaruh karena bukan
termasuk hewan herbivora
9 Mendeskripsikan Mengaktegorikan Menginterpretasikan C6 Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator B
mekanisme aliran energi kedaan perairan data dan Kualitas Perairan Di Ekosistem Mangrove Wilayah Tapak
pada suatu ekosistem ekosistem menunjukkan fakta Kelurahan Tugurejo Kota Semarang
mangrove secara ilmiah Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa pengaruh
berdasarkan (interpret data and faktor abiotik lingkungan sangat berpengaruh terhadap
bukti penelitian evidence kenaekaragaman makrozobentos sebagai indikator air pada
scientifically) ekosistem mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas
kimia lingkungan Dissolved Oxygen (DO) lebih tinggi dari
kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22– 5,62 mg/L, perbedaan
tersebut terlihat pada jumlah Biological Oxygen Demand (BOD)
dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria
mutu air berdasarkan kelas II (PP No. 82/2008). Hasil penelitian
tersebut membuktikan bahwa keadaan perairan termasuk
kedalam kategori.....
A. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem
mangrove tergolong tinggi, karena kualitas perairan
berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos termasuk
kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI).
B. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem
mangrove tergolong rendah, karena kualitas perairan
berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos termasuk
kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI).
C. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem
mangrove tergolong rendah, karena kualitas perairan
179

berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos termasuk


kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem
mangrove (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
D. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem
mangrove tergolong tinngi, karena kualitas perairan
berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos termasuk
kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem
mangrove (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
E. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem
mangrove tergolong tinngi, karena kualitas perairan
berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos termasuk
kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan
Menteri LH RI) yang tidak baik bagi ekosistem mangrove
sehingga membunuh hewan akuatik lainya.
10 Mendeskripsikan Menemukan Menjelaskan C3 Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator E
mekanisme aliran energi dampak limbah fenomena secara Kualitas Perairan Di Ekosistem Mangrove Wilayah Tapak
pada suatu ekosistem pabrik dan rumah ilmiah (explain Kelurahan Tugurejo Kota Semarang
tangga terhadap phenomena Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah
organisme pada scientifically) pabrik pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik makanan,
ekosistem penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari pabrik–pabrik
mangrove tersebut membuang limbahnya ke sungai baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal teresbut dapat berakibat pada
rusaknya lingkungan ekosistem sungai bahkan hingga mengalir
ke laut, sehingga dampak bagi organisme pada ekosistem
mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi
ekosistem karena akan terurai oleh adanya aliran sungai
dan air hujan yang turun dalam siklus hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi
oleh dekomposer untuk diubah menjadi pupuk anorganik
yang menyuburkan alga sebagai produsen dalam
ekosistem mangrove.
C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan
alga menjadi semakin meningkat, sehingga menjadi
produsen bagi keberadaan makrozoobentos yang menjadi
indikator kualitas perairan.
180

D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga


membuat ekosistem mangrove menjadi tercemar,
akibatnya keberadaan makrozobentos menjadi meningkat
dan memperbaiki kualitas perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga dapat
mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di
ekositem mangrove terutama pada penurunan jumlah
keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas
perairan.
11 Menjelaskan interaksi Menunjukkan Menjelaskan C2 Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit Pada C
dalam ekosistem jenis interaksi fenomena secara Kura-Kura Air Tawar (Cuora amboinensis) Di Perairan
antara cacing ilmiah (explain Sulawesi Selatan
filum phenomena Cacing anggota filum Platyhelmintes yang menempati tubuh
platyhelmintes scientifically) labi-labi dengan spesies Cuora ambionensis merupakan tipe
dengan spesies interaksi yang termasuk kedalam simbiosis.....
Cuora A. Predasi
ambionensis B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
12 Mendeskripsikan jenis- Menyimpulkan Menjelaskan C5 Jurnal : Pola Aktivitas Harian dan Interaksi Banteng dan E
jenis interaksi juga interaksi yang fenomena secara Rusa dalam Pemanfaatan Kawasan Padang Rumput Sadengan
berbagai kemungkinan dilakukan ilmiah (explain Di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur
yang terjadi dalam berdasarkan phenomena Perhatikan pernyataan berikut!;
interaksi pernyataan scientifically) 1) Banteng lebih banyak memanfaatkan kawasan savana
aktivitas harian untuk aktivitas istirahat (93,2%) dan bergerak (5,7%).
hewan 2) Aktivitas makan dan bergerak pada banteng lebih banyak
dilakukan oleh anak (23,3 menit), aktivitas istirahat paling
banyak dilakukan oleh betina dewasa (10,6 jam) dan
aktivitas minum jarang dilakukan pada waktu siang hari
karena faktor keamanan.
3) Rusa lebih banyak memanfaatkan kawasan savana untuk
aktivitas istirahat (61,8%) dan aktivitas makan (36,6%).
4) Aktivitas makan dan rusa paling banyak dilakukan oleh
anak (6,1 jam), aktivitas bergerak paling banyak dilakukan
oleh remaja (12,8 menit), aktivitas intirahat paling banyak
dilakukan karena kebutuhan air dapat dipenuhi dari
pakanannya.
181

Berdasarkan pernyataan mengenai aktivitas harian banteng dan


rusa, dapat disimpulkan bahwa jenis interaksi yang dilakukan
oleh kedua organisme tersebut adalah.....
A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
13 Mendeskripsikan jenis- Mendiagnosis Mengevaluasi dan C4 Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan C
jenis interaksi juga dampak akibat membuat Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan
berbagai kemungkinan penggunaan penyelidikan ilmiah Kabupaten Grobogan)
yang terjadi dalam insektisida (Evaluate and Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak
interaksi terhadap hewan design scientific langsung terhadap perusakan ekosisitem dengan matiya
penyerbuk enquiry) organisme-organisme penyusun ekosistem. Seharusnya fungsi
dari insektisida sebagai pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh tumbuhan dan sebagai pelindung tanaman dari
gangguan hewan perusak tanaman. Namun, penggunaannya
yang tidak terkontrol dapat mengganngu organisme baik yang
membantu tanaman, seperti organisme penyerbuk lebah dan
kupu-kupu. Hal yang dapat terjadi apabila penggunaan
insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh hewan
penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
14 Mendeskripsikan Menunjukan Menginterpretasikan C1 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut B
mekanisme aliran energi fungsi bakteri di data dan Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam siklus
pada suatu ekosistem lautan menunjukkan fakta energi di lautan sebagai....
berdasarkan secara ilmiah A. Produsen
perananya dalam (interpret data and B. Dekomposer
siklus energi evidence C. Konsumen tingkat I
scientifically) D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
15 Menjelaskan peran Menguraikan Menjelaskan C4 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut C
mikroorganisme/organisme reaksi kimia fenomena secara Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara
dalam berbagai daur dalam proses ilmiah (explain biologis melalui reaksi kimia. Reaksi kimia di bawah ini yang
biogeokimia fiksasi nitrogen
182

phenomena tidak termasuk kedalam proses bakteri dalam mereduksi


scientifically) nitrogen adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
16 Menjelaskan peran Mengkategorikan Menginterpretasikan C6 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non D
mikroorganisme/organisme hal yang tidak data dan Simbiotik
dalam berbagai daur termasuk menunjukkan fakta Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk
biogeokimia kedalam syarat secara ilmiah kategori syarat penambatan nitrogen adalah.....
penambatan (interpret data and A. Adanya enzim nitrogense
nitrogen evidence B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
scientifically) C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron
D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari
inaktivasi oleh bakteri penambat
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari
tempat penambatan nitrogen untuk mencegah
terhambatanya enzim nitrogenase.
17 Menjelaskan interaksi Mengartikan Menjelaskan C3 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non A
dalam ekosistem pengertian fenomena secara Simbiotik
penambatan ilmiah (explain Pernyataan yang sesuai dengan pengertian penambatan
nitrogen secara phenomena nitrogen secara nonsimbiosis adalah.....
nonsimbiosis scientifically) A. Mikroorganisme yang sanggup mengubah molekul
nitrogen menjadi amonium tanpa bergantung pada
organisme lain.
B. Mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui hidup
bersama dalam akar leguminosa dan tumbuhan lain.
C. Mikroorganisme mereduksi nitrogen di atmosfer dengan
bersimbiosis parasitisme pada akar leguminosa.
D. Mikroorganisme melakukan penambatan nitrogen dibantu
oleh adanya bintil akar pada tumbuhan.
E. Mikroorganisme mengubah nitrogen menjadi amonium
tanpa melalui suatu reaksi kimia
18 Menjelaskan peran Menyatakan hal Mengevaluasi dan C1 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian D
mikroorganisme/organisme yang dapat membuat Ekosistem Hutan Gambut
dalam berbagai daur mendestruksi penyelidikan ilmiah Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan karbon di
biogeokimia penyerapan (Evaluate and atmosfir, kecuali....
A. Kebakaran hutan gambut
183

karbon di design scientific B. Penebangan hutan gambut


atmosfer enquiry) C. Penggundulan rawa gambut
D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman nasional
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian
19 Mendeskripsikan Menjelaskan Menjelaskan C2 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian E
hubungan antara manfaat lahan fenomena secara Ekosistem Hutan Gambut
komponen biotik dan gambut dalam ilmiah (explain Hal berikut ini yang menjelaskan tentang manfaat lahan
abiotik, serta biotik dan ekosistem phenomena gambut dalam ekosistem adalah....
biotik lainya scientifically) A. Menyimpan karbon (carbon save) dari atmosfer
B. Melepas karbon (carbon release) ke atmosfer
C. Mendekomposisi karbon (carbon decompose) dari
atmosfer
D. Mereduksi karbon (carbon reduce) ke atmosfer
E. Memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer
20 Memprediksi faktor-faktor Menghubungkan Menginterpretasikan C3 Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian B
yang dapat mempengaruhi pemanfaatan data dan Ekosistem Hutan Gambut
keseimbangan ekosistem ekosistem lahan menunjukkan fakta Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut dengan
gambut dalam secara ilmiah potensi dalam bidang kesehatan yang tepat, kecuali....
bidang kesehatan (interpret data and A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
evidence B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
scientifically) C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti
virus HIV
LAMPIRAN 9
SEBARAN SOAL LITERASI SAINS

LEMBAR TES LITERASI SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

PETUNJUK:
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!
3. Baca dan pahamilah artikel terlebih dahulu sebelum menjawab soal!

Jurnal : Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau


Terkulai
Terumbu Karang adalah suatu ekositem yang bersimbiosis dengan kelompok
hewan anggota filum Cnidaria yang dapat menghasilkan kerangka luar dari kalsium
karbonat. Terumbu karang dikenal sebagai suatu komponen yang memiliki fungsi
penting dalam ekosistemnya. Terumbu karang tidak terlepas dari peranan ekologisnya
sebagai daerah pemijahan (spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground),
tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi
biota ekonomis penting. Komponen tutupan terumbu karang tertinggi adalah jenis
Sargassum (SA) sedangkan terendah pada jenis Coral Mushroom (CMR). Kondisi
tutupan karang hidup pada secara keseluruhan di pulau terkulai mencapai nilai 30,37%,
kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai persentase
29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons menempati nilai
sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
tertinggi pada komponen tutupan algae. Bila dilihat dari tutupan karang hidupnya, maka
kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan kerusakan
sedang dengan nilai persentase antara 25- 49,9%.

184
185

1. Dalam ekosistem perairan air asin (laut) terumbu karang terkenal memiliki peran
penting dalam penerapan fungsi ekosistem laut. Berdasarkan fungsi berikut ini, yang
tidak termasuk kedalam penerapan fungsi dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau Terkulai mencapai nilai
30,37%, kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai
persentase 29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons
menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase paling
besar yang mengakibatkan air pantai menjadi keruh. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari kelompok algae dengan presentasi paling besar adalah, kecuali......
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat asupan sinar
matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan
kerusakan tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan komponen dan
kecerahan perairan yang kurang baik.
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan terumbu karang
sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.
Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem Sawah (Insect
Diversity and its Role in Wetland Ecosystems)
Ekosistem sawah merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Keanekaragaman hayati seperti jenis-jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang
ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sawah sangat menentukan tingkat
produktivitas pertanian. Serangga sebagai salah satu komponen ekosistem sawah
memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivora, karnivora
(predator dan parasitoid), dan detritivora. Di dalam ekosistem sawah terdapat berbagai
macam jenis serangga yang hidup dan tinggal di ekosistem sawah tersebut. Penelitian
bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman serangga dan menganalisis peranan
serangga yang ditemukan dalam ekosistem sawah. Penelitian dilakukan di lahan sawah
di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Metoda penelitian
menggunakan metoda perangkap sumuran (pit fall traps), perangkap lampu (light traps)
dan perangkap nampan kuning (yellow tray traps). Hasil yang diperoleh nampak bahwa
serangga yang didapatkan dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan peranannya yaitu
serangga herbivor, serangga predator, serangga parasitoid dan serangga detritivor. Dari
186

semua jenis serangga yang teridentifikasi maka 49.60 0 diantaranya adalah serangga
herbivor, 46.1% merupakan serangga predator, 3.5% merupakan serangga parasitoid
dan 0.6% adalah serangga detritivor. Keanekaragaman serangga yang ditemukan di
lahan sawah adalah dengan perangkap sumuran diperoleh 23 spesies dalam 14 famili
dalam 8 ordo, dengan perangkap lampu diperoleh 9 spesies dalam 7 famili dari 4 ordo,
dengan perangkap nampan kuning diperoleh 8 spesies dalam 6 famili dan 3 ordo.
Jenis serangga yang berhasil terperangkap, secara keseluruhan dapat dibedakan
dalam 4 kelompok peran, yaitu herbivor, predator, parasitoid dan detritivor. Dari semua
serangga yang berhasil diidentifikasi dan diketahui perannya, 49,7% adalah kelompok
herbivor yang berpotensi sebagai hama bagi tanaman padi. Sebanyak 46,1% adalah
kelompok serangga predator, yang berpotensi sebagai pemangsa bagi serangga
herbivor, dan 3,5% merupakan serangga parasitoid. Serangga predator dan serangga
parasitoid keduanya berpotensi sebagai pengontrol populasi serangga herbivor menjadi
berpotensi hama. Serangga sisanya sebanyak 0,6% adalah serangga detritivor yang
berkontribusi dalam peruraian material organik di ekosistem sawah.
3. Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang paling mendominasi
ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7% jumlah tersebut mengalahkan
serangga predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah
serangga parasitoid pada ekosistem sawah meningkat adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang memangsa serangga
parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang memangsa serangga
parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena serangga predator dan
parasitoid saling memangsa.
4. Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang lingkungan hidup
ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
187

E. 1, 3, dan 4
Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi)
Sebagai sumber daya pesisir, ekosistem padang lamun memiliki multi fungsi
untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam dinamika pesisir dan
laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem
tersebut. Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir
seperti mangrove, terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang
keberadaan biota terutama pada perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik
dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem lamun adalah tidak
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi
aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh
adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebagai upaya konservasi
dan kelestariannya dalam rangka tetap mempertahankan lingkungan dan penggunaan
yang berkelanjutan, maka dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai
pihak untuk perlu untuk membuat solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis
dari ekosistem dengan cara pengelolaan ekosistem terpadu.
Ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan
mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung
produktivitas perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai
stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil
sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih; 2) lamun menjadi sumber
makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan); 3) lamun sebagai produser
primer; 4) komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan; dan 5) lamun
memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemenelemen langka di lingkungan
laut.
5. Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang sistem kehidupan pesisir
dan laut, terutama sektor perikanan pantai. Sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi
ekosistem lamun merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan
keberadaan ekosistem tersebut. Disamping itu masih terdapat beberapa jenis aktivitas
manusia yang dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
188

D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.


E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, hingga pesisir pantai.
6. Ekosistem pesisir sangat menunjang dalam mempertahankan biodiversitas pesisir serta
penting keberadaannya sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai. Berikut ini
merupakan fungsi padang lamun pada ekosistem pesisir kecuali.....
A. Lamun sebagai produser primer.
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non
ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen-elemen langka di
lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting (tempat hidup) atau
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap
dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.
7. Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka mempertahankan lingkungan serta
penggunaan yang berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat dalam
mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem. Solusi atau saran tersebut dapat
dilakukan dengan cara.....
A. Intergrated Coastal Management (ICM)
B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
E. Self Suistainable System (SSS)
8. Berikut contoh rantai makanan yang menghubungkan sesama mahkluk hidup atau
komponen lainnya dalam ekosistem hutan :
Rumput → Kijang → Harimau → Pengurai
Hal yang akan terjadi apabila rumput dibakar kemudian didirikan bangunan adalah.....
A. Menurunnya populasi kijang dan harimau
B. Meningkatnya populasi kijang dan pengurai
C. Populasi kijang akan stabil dan tidak akan ada kematian
D. Meningkatnya populasi harimau karena tidak ada saingan
E. Populasi harimau tidak terpengaruh karena bukan termasuk hewan herbivora
Jurnal : Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Di Ekosistem Mangrove Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kota
Semarang

Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini mengakibatkan semakin


meningkatnya kegiatan industri di Indonesia. Dari kegiatan industri selain memberikan
dampak positif, juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif ini kebanyakan
berkaitan dengan aspek lingkungan, yaitu pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
polusi dan limbah yang dihasilkan industri. Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik,
diantaranya adalah pabrik pengepakan ikan, pabrik sabun, pabrik makanan,
189

penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari pabrik–pabrik tersebut membuang
limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove yang aliran sungainya mengalir menelusuri
sekitar area ekosistem mangrove. Selain mempengaruhi kualitas sungai, limbah-limbah
tersebut dapat mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove
terutama pada keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.

Tabel kualitas air yang diperoleh pada stasiun penelitian di Ekosistem Mangrove

Kriteria Mutu
Air
Faktor Kisaran
Berdasarkan
Lingkungan Abiotik Stasiun I – IX
Kelas II (PP
No. 82/2008)

Suhu air (oC) 31-33 -


Suhu Substrat (oC) 28-30 -
pH air 6-7 6-9
pH substrat 6-8 -
DO (mg/L) 4,12-5,62 4
BOD (mg/L) 3,11-5,27 2
COD (mg/L) 25,13-30,33 25
Salinitas (‰) 0-23 -
Substrat dasar Lumpur -

9. Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa pengaruh faktor abiotik lingkungan
sangat berpengaruh terhadap kenaekaragaman makrozobentos sebagai indikator air
pada ekosistem mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas kimia lingkungan
Dissolved Oxygen (DO) lebih tinggi dari kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22– 5,62
mg/L, perbedaan tersebut terlihat pada jumlah Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria mutu air berdasarkan kelas II
(PP No. 82/2008). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa keadaan perairan
termasuk kedalam kategori.....
190

A. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong


tinggi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
B. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
C. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
D. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
E. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI) yang tidak baik bagi ekosistem mangrove sehingga membunuh hewan akuatik
lainya.
10. Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah pabrik pengepakan ikan,
pabrik sabun, pabrik makanan, penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari
pabrik–pabrik tersebut membuang limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal teresbut dapat berakibat pada rusaknya lingkungan ekosistem
sungai bahkan hingga mengalir ke laut. Dampak dari limbah tersebut bagi organisme
pada ekosistem mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi ekosistem karena akan terurai oleh
adanya aliran sungai dan air hujan yang turun dalam siklus hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi oleh dekomposer untuk
diubah menjadi pupuk anorganik yang menyuburkan alga sebagai produsen dalam
ekosistem mangrove.
191

C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan alga menjadi semakin


meningkat, sehingga menjadi produsen bagi keberadaan makrozoobentos yang
menjadi indikator kualitas perairan.
D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga membuat ekosistem
mangrove menjadi tercemar, akibatnya keberadaan makrozobentos menjadi
meningkat dan memperbaiki kualitas perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga dapat mempengaruhi
keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove terutama pada penurunan
jumlah keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit Pada Kura-Kura Air
Tawar (Cuora amboinensis) Di Perairan Sulawesi Selatan
Komunitas di dalamnya terdapat berbagai bentuk interaksi. Interaksi terjadi di
antara makhluk hidup yang satu dan yang lainnya serta menciptakan suatu simbiosis.
Simbiosis secara luas diartikan sebagai interaksi antara dua individu yang berlainan
spesies. Bentuk simbiosis yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme dan
simbiosis parasitisme. Simbiosis mutualisme merupakan interaksi antara dua individu
yang saling menguntungkan. Simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi di antara
dua individu yang tidak saling menguntungkan maupun merugikan. Simbiosis
parasitisme adalah interaksi yang merugikan karena satu spesies beruntung karena
mendapat makanan dari spesies yang ditumpanginya dan spesies tersebut akan
menderita kerugian karenanya. Simbiosis mutualisme dan parasitisme merupakan faktor
penting dalam fungsi ekologi dan proses evolusi.
Simbiosis parasitisme tercipta antara kelompok herpetofauna dan parasitnya.
Herpetofauna merupakan semua jenis hewan yang tergolong dalam kelas Amphibia dan
Reptilia. Kura-kura adalah jenis reptilia. Cuora amboinensis merupakan kura-kura air
tawar yang menyukai lingkungan akuatik seperti kolam sungai, rawa dan persawahan.
Cuora amboinensis yang di koleksi berasal dari perairan di Sulawesi Selatan. Cuora
amboinensis ini umumnya di jumpai di anakan sungai yang berarus tenang, berbatu,
berpasir dan berlumpur. Dari hasil identifikasi, organisme yang ditemukan pada feses
C. amboinensis tergolong ke dalam anggota filum Platyhelminthes. Cacing parasit ini
ditemukan sebanyak tujuh ekor.
Cuora amboinensis yang terkumpul sebanyak 22 ekor dan hanya ada 4 ekor yang
terinfestasi oleh cacing parasite. Prevalensi setiap jenis cacing endoparasit yang
192

menginfestasi C. amboinensis sebesar 0.88% dan intensitas infestasi sebesar 1.75


parasit/individu inang. Nilai prevalensi intensitas pada C. amboinensis sangat rendah
dimana dari 40 ekor C. amboinensis hanya ada empat ekor C. amboinensis yang
terinfestasi cacing parasit sebanyak tujuh ekor. Inang dari cacing parasit ini merupakan
C. amboinensis yang ditangkap langsung di daerah Sulawesi Selatan. Pulau Sulawesi
atau Celebes merupakan pulau dengan tingkat endemisitas tinggi bagi flora dan
faunanya.
11. Cacing anggota filum Platyhelmintes yang menempati tubuh labi-labi dengan spesies
Cuora ambionensis merupakan tipe interaksi yang termasuk kedalam simbiosis.....
A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Pola Aktivitas Harian dan Interaksi Banteng dan Rusa dalam
Pemanfaatan Kawasan Padang Rumput Sadengan Di Taman Nasional Alas
Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur
Perhatikan pernyataan berikut!;
1) Banteng lebih banyak memanfaatkan kawasan savana untuk aktivitas istirahat
(93,2%) dan bergerak (5,7%).
2) Aktivitas makan dan bergerak pada banteng lebih banyak dilakukan oleh anak (23,3
menit), aktivitas istirahat paling banyak dilakukan oleh betina dewasa (10,6 jam)
dan aktivitas minum jarang dilakukan pada waktu siang hari karena faktor
keamanan.
3) Rusa lebih banyak memanfaatkan kawasan savana untuk aktivitas istirahat (61,8%)
dan aktivitas makan (36,6%).
4) Aktivitas makan dan rusa paling banyak dilakukan oleh anak (6,1 jam), aktivitas
bergerak paling banyak dilakukan oleh remaja (12,8 menit), aktivitas intirahat
paling banyak dilakukan karena kebutuhan air dapat dipenuhi dari pakanannya.
12. Berdasarkan pernyataan dari data diatas menunjukkan aktivitas harian banteng dan rusa
yang hidup dalam satu kawasan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis interaksi yang
dilakukan oleh kedua organisme tersebut adalah.....
A. Predasi
193

B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi
Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama dan gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, pestisida mempunyai dampak
negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, pestisida berspektrum luas dapat
membunuh hama sasaran, parasitoid, predator, hiperparasit serta makhluk bukan
sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga bangkai.
13. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak langsung terhadap perusakan
ekosisitem dengan matinya organisme-organisme penyusun ekosistem. Dampak yang
dapat terjadi apabila penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh
hewan penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut
Bentuk nitrogen terikat yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan, memiliki kadar
yang relatif rendah, akibatnya nitrogen terikat membatasi produktivitas biologis.
Kebalikannya, sebaran nitrogen terikat di laut sebagian besar dikontrol oleh organisme
laut. Jadi, siklus nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis
yang kebanyakan melibatkan reaksi redoks.
Produktivitas tertinggi lazim ditemui di perairan pesisir, hal ini karena input
nitrogen dari sungai dan fiksasi nitrogen oleh bakteri. Kebanyakan bakteri pengikat
nitrogen adalah bakteri heterotrofik, kecuali cyanobakteri Oscillatoria sp., yang bersifat
fotosintetik/ototrofik dan banyak terdapat di perairan tropik.
194

Reaksi oksidasi yang terjadi akan mereduksi nitrogen dalam senyawa Dissolved
Organic Nitrogen (DON), kemudian dioksidasi secara bertahap. Amonium pertama-
tama diproduksi melalui proses amonifikasi, yang kemudian diubah menjadi nitrit dan
akhirnya nitrat melalui proses nitrifikasi. Sedangkan dalam reaksi reduksi, produk
teroksidasi direduksi baik oleh plankton melalui proses asimilasi nutrien maupun oleh
bakteri heterotrofik yang memanfaatkan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN) sebagai
penerima elektron. Kedua proses reaksi reduksi tersebut dinamakan denitrifikasi atau
reduksi nitrogen disimilatori.
14. Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam siklus energi di lautan sebagai....
A. Produsen
B. Dekomposer
C. Konsumen tingkat I
D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
15. Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis melalui reaksi
kimia. Reaksi kimia di bawah ini yang tidak termasuk kedalam proses bakteri dalam
mereduksi nitrogen adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Nitrogen hasil proses penambatan nitrogen secara biologis oleh mikroorganisme
merupakan poin kunci masuknya molekul nitrogen kedalm sikus nitrogen dialam.
Sejumlah mikroorganisme tanah dan air sanggup menambat nitrogen atmosfer menjadi
amonium. Kelompok mikroorganisme ini ada dua menurut cara penambatan nitrogen
yang dilakukan yaitu : (1) Penambat nitrogen nonsimbiotis; (2) Penambat nitrogen
simbiosis. Kelompok non simbiosis terbagi dua yaitu organisme aerob dan anaerob.
16. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk kategori syarat penambatan
nitrogen adalah.....
A. Adanya enzim nitrogense
B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
195

C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron


D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase dari inaktivasi oleh bakteri
penambat
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat penambatan nitrogen
untuk mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Jumlah nitrogen hasil penambatan nitrogen secara biologis merupakan yang
terbesar dari seluruh proses penambatan N2 atmosfer menjadi ion amonium. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa penambatan nitrogen secara biologis merupakan poin
kunci masuknya molekul nitrogen kedalam siklus biogeokimia nitrogen.

Sejumlah mikroorganisme tanah dan air sanggup mengunakan secara langsung


nitrogen atmosfer sebagai sumber nitrogen bagi kehidupanya. Kelompok
mikroorganisme ini ada dua menurut cara penambatan nitrogen yang dilakukan yaitu :
(1) Penambat nitrogen nonsimbiosis yaitu mikroorganisme yang sanggup mengubah
molekul nitrogen menjadi amonium tanpa bergantung pada organisme lain; (2)
Penambat nitrogen simbiosis yaitu mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui
hidup bersama dalam akar leguminosa dan tumbuhan lain. Berbagai jenis bakteri
penambat nitrogen atmosfer secara biologis yang dapat mengubah N2 menjadi
amonium, antara lain terdiri atas rhizobia, sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri
196

foto-autotrofik pada air tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam
tanah dan zona akar.
17. Pernyataan yang sesuai dengan pengertian penambatan nitrogen secara nonsimbiosis
adalah.....
A. Mikroorganisme yang sanggup mengubah molekul nitrogen menjadi amonium
tanpa bergantung pada organisme lain.
B. Mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui hidup bersama dalam akar
leguminosa dan tumbuhan lain.
C. Mikroorganisme mereduksi nitrogen di atmosfer dengan bersimbiosis parasitisme
pada akar leguminosa.
D. Mikroorganisme melakukan penambatan nitrogen dibantu oleh adanya bintil akar
pada tumbuhan.
E. Mikroorganisme mengubah nitrogen menjadi amonium tanpa melalui suatu reaksi
kimia
Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian Ekosistem Hutan Gambut
Penebangan dan kebakaran hutan gambut dan konversi hutan rawa gambut
menjadi wilayah usaha tani dan pemukiman menyebabkan terjadinya kerusakan hutan
dan ekosistem rawa. Pada ekosistem global, perusakan lahan gambut tidak hanya
menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan gambut yang dapat melepaskan gas rumah
kaca, tetapi juga penggundulan hutan rawa gambut akan mendestruksi kemampuan
vegetasi hutan dalam memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer.
Pulau Sumatera maupun Kalimantan, habitat rawa gambut mengandung kekayaan
keanekaragaman yang tinggi untuk jenis flora dan fauna, reservoir/ simpanan air, dan
simpanan karbon. Kekayaan flora yang berisi bermacam-macam jenis pohon yang
kayunya mempunyai nilai komersial tinggi untuk keperluan bahan industri mebel dan
konstruksi. Selain itu juga terdapat berbagai jenis pohon yang mempunyai nilai
komersial dari hasil non-kayu baik berupa getah, lateks, kulit pohon, bahkan
mempunyai kandungan zat ekstraksi yang berguna untuk kepentingan obat-obatan
(medical plants). Jenis-jenis pohon rawa gambut yang memiliki potensi strategis seperti
bintangur (Calophyllum lanigerum) yang mempunyayi zat bioaktif untuk anti virus
HIV. Jenis bintangur lainnya adalah Calophyllum cannum dan C. disoscorii yang
mempunyai zat bioaktif anti kanker dan masih ada lagi beberapa jenis prospektif
lainnya.
197

18. Pernyataan yang dapat mendestruksi penyerapan karbon di atmosfir, kecuali....


A. Kebakaran hutan gambut
B. Penebangan hutan gambut
C. Penggundulan rawa gambut
D. Menjadikan hutan gambut sebagai taman nasional
E. Konvensi hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian
19. Berikut pernyataan yang tepat untuk menjelaskan manfaat lahan gambut dalam
ekosistem rawa adalah....
A. Menyimpan karbon (carbon save) dari atmosfer
B. Melepas karbon (carbon release) ke atmosfer
C. Mendekomposisi karbon (carbon decompose) dari atmosfer
D. Mereduksi karbon (carbon reduce) ke atmosfer
E. Memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer
20. Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut dengan potensi dalam bidang
kesehatan yang tepat, kecuali....
A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti virus HIV
LAMPIRAN 10
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

Fase
No Indikator
Pembelajaran

1 Eksplorasi a. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru.
b. Membentuk kelompok keiatan eksplorasi sumber belajar dengan anggota kelompok.
c. Merancang kegiatan eksplorasi sumber belajar sesuai dengan topik yang diberikan.
d. Mengkonsultasikan topik pembelajaran secara aktif.
e. Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan bimbingan dan arahan yang diberikan.
f. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto atau jurnal sains (science journal)
sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.
2 Interaksi a. Melakukan diskusi dalam kelompok membahas tentang hasil eksplorasi sumber belajar yang dilakukan.
b. Meminta bimbingan dan arahan bila mengalami kesulitan.
c. Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar secara tertulis berdasarkan hasil diskusi
yang telah dilakukan.
3 Komunikasi a. Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok masing-masing dengan format mengikuti huruf “U”.
b. Kelompok penyaji mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar secara singkat dan jelas.
c. Kelompok presentasi memberikan kesempatan kepada peserta didik lain yang berkedudukan sebagai audiens untuk bertanya
dan berpendapat sesuai materi presentasi.
d. Mencatat hasil feedback yang diberikan baik dari guru maupun teman dari kelompok lain.

198
199

e. Menyimpulkan konsep pengetahuan yang berhasil dibangun melalui aktivitas eksplorasi yang diakhiri dengan kegiatan
diskusi.
4 Refleksi a. Melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah dilakukan baik secara konsep maupun non konsep melalui lisan atau
menyusun jurnal refleksi.
b. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan guru.
5 Evaluasi Fase Eksplorasi
a. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi sumber belajar yang disusun oleh peserta didik secara berkelompok.
b. Melakukan kegiatan eksplorasi sumber belajar.
c. Mengumpulkan jurnal sains hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar.
Fase Interaksi
a. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok untuk menyusun karya ilmiah sesuai dengan kesepakatan kelompok.
Fase Komunikasi
a. Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar peserta didik.
Fase Refleksi
a. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan menulis jurnal sains serta mengerjakan tes metakognisi terkait dengan konsep
dan proses belajar peserta didik.
b. Mengerjakan tes kemampuan kognitif.
200

PEDOMAN PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Lembar berisi 10 pernyataan mengenai aktifitas siswa menanggapi pembelajaran.
2. Berilah skor 0-3 pada pilihan di bawah ini dengan jujur sesuai aspek yang dimiliki oleh siswa yang diamati sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
0 = Tidak Ada Kriteria yang Tercapai
1 = Satu Kriteria yang Tercapai
2 = Dua Kriteria yang Tercapai
3 = Tiga Kriteria yang Tercapai

No Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor

1. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan (1) Mendengarkan hal penting atas penjelasan guru Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru. (2) Mencatat hal penting atas penjelasan guru yang tercapai.
(3) Bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
yang tercapai.
Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
201

2. Merancang, mengkonsultasikan, hingga (1) Merancang kegiatan eksplorasi sumber belajar Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
memperbaiki rancangan kegiatan eksplorasi sesuai dengan topik yang diberikan. yang tercapai.
sehingga mempermudah proses pembelajaran. (2) Mengkonsultasikan topik pembelajaran secara Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
aktif. yang tercapai.
(3) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
bimbingan dan arahan yang diberikan. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
3. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan (1) Melakukan eksplorasi sumber belajar Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto (2) Mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto yang tercapai.
atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
rencana kegiatan yang telah disusun. rencana kegiatan yang telah disusun. yang tercapai.
(3) Mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
atau jurnal sains (science journal) tidak sesuai yang tercapai.
dengan rencana kegiatan yang telah disusun. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
4. Melakukan diskusi, meminta bimbingan dan (1) Melakukan diskusi dalam kelompok membahas Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
arahan dalam penyusunan karya ilmiah sebagai tentang hasil eksplorasi sumber belajar yang yang tercapai.
laporan hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi dilakukan. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
yang telah dilakukan. (2) Meminta bimbingan dan arahan bila mengalami yang tercapai.
kesulitan. Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
(3) Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil yang tercapai.
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara tertulis Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan. yang tercapai.
5. Membentuk kelompok belajar dan (1) Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi masing-masing dengan format mengikuti huruf yang tercapai.
yang kemudian dilanjut dengan kegiatan “U”. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
diskusi. (2) Kelompok penyaji mempresentasikan hasil yang tercapai.
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara singkat Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
dan jelas. yang tercapai.
(3) Kelompok presentasi memberikan kesempatan Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
kepada peserta didik lain yang berkedudukan yang tercapai.
sebagai audiens untuk bertanya dan berpendapat
sesuai materi presentasi.
6. Mencatat, mnyimpulkan, dan melakukan (1) Mencatat hasil feedback yang diberikan baik dari Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
refleksi terhadap semua kegiatan eksplorasi guru maupun teman dari kelompok lain. yang tercapai.
hingga diskusi dalam bentuk laporan lisan dan (2) Menyimpulkan konsep pengetahuan yang Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
tulisan berupa jurnal. berhasil dibangun melalui aktivitas eksplorasi yang tercapai.
yang diakhiri dengan kegiatan diskusi.
202

(3) Melakukan refleksi atas semua kegiatan yang Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
telah dilakukan baik secara konsep maupun non yang tercapai.
konsep melalui lisan atau menyusun jurnal Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
refleksi. yang tercapai.
7. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan (1) Mendengarkan arahan dan petunuj yang Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
dan petunjuk yang diberikan guru. diberikan guru. yang tercapai.
(2) Menjawab pertanyan berdasarkan arahan dan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
petunjuk yang diberikan guru. yang tercapai.
(3) Mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
guru. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
8. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan (1) Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
eksplorasi dan mengumpulkan jurnal sains eksplorasi sumber belajar yang disusun oleh yang tercapai.
sebagai hasil kegiatan belajar yang telah peserta didik secara berkelompok. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
dilakukan. (2) Melakukan kegiatan eksplorasi sumber belajar. yang tercapai.
(3) Mengumpulkan jurnal sains hasil kegiatan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
eksplorasi sumber belajar. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
9. Membentuk kelompok untuk melakukan (1) Membentuk kelompok kegiatan eksplorasi Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
kegiatan diskusi dan memaparkan kegiatan sumber belajar dengan anggota kelompok. yang tercapai.
eksplorasi yang telah dilaksanakan. (2) Melakukan diskusi dengan anggota kelompok Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
untuk menyusun karya ilmiah sesuai dengan yang tercapai.
kesepakatan kelompok. Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
(3) Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi sumber yang tercapai.
belajar peserta didik. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
10. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan (1) Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan terkait Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
menulis jurnal sains serta mengerjakan tes dengan konsep dan proses belajar peserta didik. yang tercapai.
metakognisi terkait dengan konsep dan proses (2) Menulis jurnal sains terkait dengan konsep dan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
belajar peserta didik. proses pembelajaran. yang tercapai.
(3) Mengerjakan tes metakognisi (kemampuan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
kognitif) terkait dengan konsep dan proses belajar yang tercapai.
peserta didik. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
LAMPIRAN 11
LEMBAR OBSERVASI

LEMBAR HASIL PENGAMATAN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

Nama Observer :
Pertemuan Ke- :
Hari/Tanggal :

PETUNJUK:
1. Lembar berisi skor komulatif dari setiap aktivitas fase pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS)
2. Berikanlah skor hasil observasi aktivitas siswa dengan menjumlahkan setiap fase
pembelajaran dan menskor total seluruh skor fase pembelajaran.
3. Berilah skor pada pilihan di bawah ini dengan jujur sesuai aspek yang dimiliki oleh
siswa yang diamati sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
KETERANGAN YANG DIAMATI:

Fase Eksplorasi
A. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan bertanya bila tidak jelas atas
penjelasan guru.
B. Merancang, mengkonsultasikan, hingga memperbaiki rancangan kegiatan
eksplorasi sehingga mempermudah proses pembelajaran.
C. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan mendokumnetasikan dalam bentuk
gambar, foto atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan rencana kegiatan
yang telah disusun.
Fase Interaksi
D. Melakukan diskusi, meminta bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya
ilmiah sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi yang telah
dilakukan.
Fase Komunikasi
E. Membentuk kelompok belajar dan mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi
yang kemudian dilanjut dengan kegiatan diskusi.

203
204

Fae Refleksi
F. Mencatat, menyimpulkan, dan melakukan refleksi terhadap semua kegiatan
eksplorasi hingga diskusi dalam bentuk laporan lisan dan tulisan berupa jurnal.
G. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan
guru.
Fase Evaluasi
H. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi dan mengumpulkan jurnal
sains sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
I. Membentuk kelompok untuk melakukan kegiatan diskusi dan memaparkan
kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan.
J. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan menulis jurnal sains serta
mengerjakan tes metakognisi terkait dengan konsep dan proses belajar peserta
didik.
Fase Pembelajaran
Nama Eksplorasi Interaksi Komunikasi Refleksi Evaluasi Skor
No Nilai
Siswa Total
A B C D E F G H I J
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst,

Pedoman Penilaian:
Skor Perolehan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
Skor Maksimal

Nilai KKM:
Krieria Nilai:
Nilai Predikat Kategori
Skala
86-100 A
Sangat Baik
81-85 A-
76-80 B+
71-75 B Baik
66-70 B-
205

61-65 C+
56-60 C Cukup
51-55 C-
46-50 D+
Kurang
0-45 D
(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131)
Observer,

( )
LAMPIRAN 12
KISI-KISI LEMBAR ANGKET

KISI-KISI LEMBAR ANGKET RESPON SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Angket berisi 20 pernyataan mengenai sikap literasi sains anda.
2. Berikanlah pendapat terhadap masing-masing pernyataan yang diberikan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban
yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Jawablah pernyataan tersebut dengan jujur dan sepenuh hati.

No Komponen Indikator Jenis Respon Jumlah Soal


1 Eksplorasi a. Rasa ingin tahu dalam menginvestigasi
b. Tanggung jawab melakukan eksplorasi Positif 3
c. Kerja sama menyelesaikan tugas
2 Konstruktivis a. Berpikir kritis mengkontruksi pengetahuan melalui panca indra
b. Kreatif mengartikan informasi yang disamapikan Positif 3
c. Inovatif menampilkan informasi yang diberikan

206
207

3 Proses Sains a. Teliti memahami konsep biologi


b. Bersifat terbuka dalam menyampaikan pendapat
Positif 4
c. Menghargai hasil kerja orang lain
d. Jujur melaksanakan metode ilmiah sesuai rancangan
4 Masyarakat a. Menghargai pendapat orang lain
Belajar b. Empati membantu teman yang kesulitan
Positif 4
(Learning c. Sabar menanggapi teman yang kesulitan
Comunity) d. Toleransi dan saling menghargai antar sesama siswa
5 Bioedutaiment a. Sportif dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berkompeisi
b. Kreatif dalam menghasilkan keterampilan dan berkarya Positif 3
c. Kritis menyelesaikan suatu karya tertentu
6 Asesemen a. Kerja keras mengumpulkan data belajar
Autentik b. Disiplin mengerjakan dan mengumpulkan tugas Positif 3
c. Rajin hadir dalam setiap pembelajaran
Jumlah Soal 20
LAMPIRAN 13
RPP KELAS KONTROL

LEMBAR ANGKET RESPON SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumber


Mata Pelajaran : Biologi
Nama Guru : Ahmad Hakim Roja A.A
Kelas/Semester : X/Genap

Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Angket berisi 20 pernyataan mengenai sikap literasi sains anda.
2. Berikanlah pendapat terhadap masing-masing pernyataan yang diberikan dengan
memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Jawablah pernyataan tersebut dengan jujur dan sepenuh hati.
Respon
No Pernyataan
STS TS S SS

1. Saya membutuhkan rasa ingin tahu dalam menginvestigasi


objek biologi.

2. Saya melaksanakan kegiatan eksplorasi dengan rasa tanggung


jawab yang tinggi.

3. Saya senang apabila mengerjakan tugas dengan cara kerja


sama dengan teman.

4. Saya membutuhkan panca indra untuk menyusun dan


merangkai (mengkontruksi) pengetahuan.

5. Saya menggabungkan pemikiran kreatif dan realita dalam


mnegkonstruk informasi.

208
209

6. Saya membentuk suatu informasi dengan pemikiran yang


inovatif.

7. Saya memahami konsep biologi dengan sikap ketelitian yang


tinggi.

8. Saya menyampaikan pendapat dengan cara terbuka dan


berdasarkan fakta.

9. Saya memberikan kritik dan saran terhadap hasil kerja orang


lain.

10. Saya mealksanakan semua kegiatan sesuai dnegan metode


yang telah dirancang sebelumnya.

11. Saya memberikan tanggapan dan masukan terhadap


argumentasi yang disampaikan orang lain.

12. Saya merasa terdorong membantu teman yang kesulitan


menanggapi pembelajaran.

13. Saya membantu teman yang merasa kesulitan dalam


menanggapi pembelajaran yang disampaikan dengan rasa
ikhlas dan sabar.

14. Saya menghargai teman yang kesulitan menanggapi


pembelajaran dan berusaha untuk membantunya.

15. Saya menjungjung tinggi sportifitas, kejujuran, dan etika


kependidikan dalam berkompetisi menjadi yang terbaik di
kelas.

16. Saya menciptakan suatu karya sangat membutuhkan


kreatifitas yang tinggi.

17. Saya membutuhkan pemikiran yang mendalam dan perlakuan


yang terus-menerus dalam menghasilkan suatu karya.
210

18. Saya harus bekerja keras dalam mengumpulan data dan


memahami proses pembelajaran.

19. Saya memerlukan managemen waktu yang maksimal dalam


pengerjaan tugas agar dapat dikumpulkan tepat waktu.

20. Saya merasa pembelajaran di sekolah menjadi kebutuhan


dalam memperoleh materi pembelajaran dan mewajibkan
hadir saat pembelajaran berlangsung.

Pedoman Penskoran:
Skor 4 = Sangat Setuju
Skor 3 = Setuju
Skor 2 = Tidak Setuju
Skor 1 = Sangat Tidak Setuju
Pedoman Penilaian:
Skor Perolehan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
Skor Maksimal
Nilai KKM:
Kriteria Nilai:
Krieria Nilai:

Skala Predikat Kategori

86-100 A
Sangat Baik
81-85 A-
76-80 B+
71-75 B Baik
66-70 B-
61-65 C+
56-60 C Cukup
51-55 C-
211

46-50 D+
Kurang
0-45 D
(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131)

Responden

( )
LAMPIRAN 14
ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA

No Konsep Jenis Konsep Teks/Suara Gambar Video/Animasi


1. Komponen Biotik Kongkret ➢ Komponen biotik adalah bagian yang ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
berupa makhluk hidup. biotik (flora dan fauna) yang
➢ Seperti tumbuhan, hewan, fungi, dan mewakili tempat eksplorasi.
protista.

2. Komponen Abiotik Kongkret ➢ Komponen abiotik adalah bagian ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
lingkungan fisik berupa benda tidak abiotik (benda mati dan faktor
hidup. fisik) yang mewakili tempat
➢ Lingkungan fisik ini mencangkup tanah, eksplorasi.
air, serta unsur atmosfer berupa cahaya,
iklim, cuaca, angin, suhu, dan
kelembapan.
3. Tanah Kongkret ➢ Tanah merupakan tempat hidup bagi ➢ ➢
sebagian besar organisme.
➢ Seperti manusia, hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme.
➢ Tanah mineral mengandung bahan
organik kurang dari 20%, dan terbentuk
atas induk batuan.
➢ Tanah organik memiliki kandungan
bahan organik lebih dari 65%, dan
terbentuk atas induk organik atau sisa
tumbuhan.
4. Air Kongkret ➢ Sebagian besar tubuh organisme ➢ ➢
tersusun atas air.
➢ Tubuh memerlukan air sebagai
pengangkut, pelarut, dan berperan
dalam metabolisme tubuh.
➢ Tumbuhan memerlukan air yang
diperoleh dari tanah untuk proses
fotosintesis.

212
213

➢ Jenis organisme lainya memerlukan air


sebagai tempat tinggal untuk hidup.
5. Cahaya Matahari Kongkret ➢ Matahari merupakan sumber energi ➢ ➢
utama bagi makhluk hidup.
➢ Tumbuhan memerlukan cahaya
matahari untuk melakukan proses
fotosintesis.
6. Udara Kongkret ➢ Udara merupakan campuran berbagai ➢ ➢
macam gas yang menyelimuti bumi.
➢ Gas yang banyak digunakan pada
kehidupan makhluk hidup adalah
oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.
7. Suhu Kongkret ➢ Suhu lingkungan sangat berpengaruh ➢ ➢
terhadap kehidupan makhluk hidup.
➢ Metabolisme makhluk hidup sangat
bergantung pada kondisi suhu tubuh.
➢ Beberapa hewan membutuhkan
penyesuaian dengan suhu lingkungan
untuk dapat hidup.
8. Kelembapan Kongkret ➢ Kelembapan udara ditentukan oleh ➢ ➢
kadar air di udara.
➢ Kelembapan udara merupakan faktor
yang sangat penting di darat.
9. Angin Kongkret ➢ Angin adalah massa udara yang ➢ ➢
bergerak dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah.
➢ Angin sangat berpengaruh terhadap
proses evaporasi dan transpirasi.
➢ Beberapa jenis makhluk hidup
memanfaatkan media angin untuk
perkembangbiakkan,
10. Iklim dan Cuaca Kongkret ➢ Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu ➢ ➢
daerah yang luas dengan waktu yang
relatif lama, kurang lebih selama 30
tahun.
➢ Cuaca merupakan gabungan sejumlah
unsur antara lain suhu, kelembapan,
awan, penyinaran, dan curah hujan.
214

➢ Perbedaan iklim menyebabkan


terbentuknya tipe-tipe vegetasi yang
khas.
11. Satuan Makhluk Hidup Kongkret ➢ Faktor biotik dalam ekosistem tersusun ➢ ➢
atas beberapa tingkatan makhluk hidup
yaitu individu, populasi, dan komunitas.
➢ Individu merupakan satuan individu
tunggal yang tersusun atas oragan dan
sistem organ.
➢ Populasi adalah sekumpulan individu
sejenis yang saling berinteraksi satu
dengan yang lainya dan berada dalam
suatu ekosistem dan waktu yang sama.
➢ Komunitas merupakan kumpulan
populasi berbeda jenis yang berada di
ekosistem dan waktu yang sama.
12. Interaksi Antar Organisme Kongkret ➢ Bentuk interaksi yang sangat erat dan ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
khusus disebut simbiosis. interaksi yang ditemukan di
➢ Organisme yang melakuakn simbiosis tempat eksplorasi.
disebut simbion.
13. Netral Kongkret ➢ Hubungan antarorganisme dalam habitat ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
yang sama dan kedua simbion tidak ada interaksi netralisme yang
yang diuntungkan dan dirugikan. ditemukan di tempat eksplorasi.
14. Predasi Kongkret ➢ Hubungan antara mangsa dan pemangsa ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
(predator). interaksi predasi yang ditemukan
➢ Tanpa ada mangsa, maka predator tidak di tempat eksplorasi.
akan hidup
➢ Tanpa ada predator, maka populasi
mangsa tidak ada yang mengkontrol.
15. Parasitisme Kongkret ➢ Hubungan antarorganisme dengan ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
kondisi salah satu simbion mendapat interaksi parasitisme yang
keuntungan, sedangkan simbion lain ditemukan di tempat eksplorasi.
dirugikan.
➢ Makhluk hidup yang hidup pada
makhluk lain dan mengambil makanan
atau keuntungan dari inangnya disebut
parasit.
215

16. Komensalisme Kongkret ➢ Hubungan antar dua organisme yang ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
berbeda spesies dalam bentuk interaksi komensalisme yang
kehidupan bersama. ditemukan di tempat eksplorasi.
➢ Simbion yang terlibat salah satunya
diuntungkan, dan simbion lainya tidak
dirugikan dan tidak juga diuntungkan.
17. Mutualisme Kongkret ➢ Hubungan antara dua organisme yang ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
saling menguntungkan kedua belah interaksi mutualisme yang
pihak. ditemukan di tempat eksplorasi.
18. Interaksi Antar Populasi Kongkret ➢ Interaksi antar populasi terjadi karena ➢ ➢
beberapa populasi hidup dan tinggal di
daerah yang sama.
19. Kompetisi Kongkret ➢ Kompetisi pada makhluk hidup dapat ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
terjadi jika pada suatu antarpopulasi interaksi kompetisi yang
atau antarorganisme terdapat ditemukan di tempat eksplorasi.
kepentingan yang sama sehingga terjadi
persaingan.
20. Alelopati Kongkret ➢ Alelopati merupakan jenis interaksi ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
pada tumbuhan. interaksi alelopati yang
➢ Beberapa tumbuhan dapat menghasilkan ditemukan di tempat eksplorasi.
zat yang dapat menghalangi hewan atau
tumbuhan untuk tumbuh, bahkan dapat
membunuhnya.
21. Interaksi Antar Komunitas Kongkret ➢ Contoh interaksi antar komunitas ➢ ➢
misalnya komunitas sawah dengan
sungai, terjadi karena interaksi dalam
bentuk peredaran organisme hidup dari
kedua komunitas tersebut, dan
melibatkan aliran energi dan makanan.
22. Tingkat Trofik dalam Kongkret ➢ Peristiwa makan dan dimakan dalam ➢ ➢
Ekosistem suatu ekosistem dapat dibagi dalam
tingkat-tingkat trofik.
➢ Produsen menempati tingkat trofik I,
konsumen promer (herbivor) menempati
tingkat trofik II, konseumen sekunder
(karnvor) menempati tingkat trofik III),
dan seterusnya.
216

23. Rantai Makanan Kongkret ➢ Rantai makanan (Food chain) ➢ ➢ Adegan menjelaskan siklus
merupakan urutan makan dan dimakan rantai makanan yang terdapat di
dalam suatu ekosistem yang saling lokasi eksplorasi.
berkaitan seperti rantai.
24. Jaring-Jaring Makanan Kongkret ➢ Jaring-jaring makanan (food web) ➢ ➢ Adegan menjelaskan siklus
merupakan hubungan antara rantai- jaring-jaring makanan yang
rantai makanan dalam suatu ekosistem terdapat di lokasi eksplorasi.
menghasilkan jaringan atau
percabangan.
25. Piramida Ekologi Kongkret ➢ Interaksi diantara makhluk hidup dalam ➢ ➢ Adegan menjelaskan piramida
suatu ekosistem menyebabkan energi berdasarkan jumlah
komunitas memiliki struktur tropik spesies yang terdapat di lokasi
tertentu yang khas. eksplorasi.
➢ Produsen menempati tingkat trofik
pertama memiliki jumlah yang lebih
besar dibandingkan konsumen I, dan
konsumen I memiliki jumlah lebih besar
dari jumlah konsumen II, sehingga
gambaran tersbut akan membentuk
piramida.
26. Piramida Jumlah Kongkret ➢ Semakin tinggi tingkat trofik suatu ➢ ➢
organisme, akan memiliki jumlah
organisme yang semakin sedikit.
27. Piramida Biomassa Kongkret ➢ Biomassa adalah berat kering total ➢ ➢
komponen biotik pada area tertentu
pada suatu waktu (gr/m3).
➢ Piramida biomassa menggambarkan
perpaduan biomassa seluruh organisme
di habitat tertentu.
28. Piramida Energi Kongkret ➢ Piramida energi mampu memberikan ➢ ➢
gambaran paling akurat tentang aliran
energi dalam ekosistem.
29. Aliran Energi dalam Kongkret ➢ Makanan sebagai sumber energi adalah ➢ ➢ Adegan menjelaskan contoh
Ekosistem suatu komponen esensial untuk aliran energi yang terjadi di
kelangsungan hidup suatu organisme. lokasi eksplorasi.
➢ Proses makan dan dimakan dalam
ekosistem terjadi peristiwa daur materi
dan aliran energi.
217

➢ Hukum termodinamika menyatakan


bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan . Namun, energi dapat
mengalami transformasi.
30. Siklus Materi (Biogeokimia) Kongkret ➢ Unsur kimai di alam dapat melakukan ➢ ➢ Adegan menjelaskan siklus
sirkulasi, yaitu berasal dari lingkungan materi (biogeokimi) yang terjadi
abiotik, kemudian terkandung dalam oleh komponen biotik atau
tubuh organisme (lingkungan biotik), abiotik di lokasi eksplorasi.
dan kembali lagi ke lingkungan abiotik.
31. Siklus Nitrogen Kongkret ➢ Transfer nitrogen dari atmosfer ke ➢ ➢
dalam tanah.
➢ Nitrogen bebas di atmosfer dapat
bereaksi dengan hidrogen dan oksigen
dengan bantuan kilat, dan terbawa tanah
oleh air hujan.
➢ Penambatan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen
oleh bakteri.
32. Siklus Air Kongkret ➢ Air di atmosfer berada dalam bentuk ➢ ➢
uap air.
➢ Uap air berasal dari air di daratan dan
air laut yang menguap karena panas
cahaya matahari.
➢ Siklus panjang ketika air tanah dan air
permukaan sebagian mengalir ke
sungai, kemudian ke danau, dan ke laut.
➢ Siklus pendek terjadi dimulai dengan
proses transpirasi dan evaporasi, lalu
diikuti dengan proses presipitasi.
33. Siklus Karbon dan Oksigen Kongkret ➢ CO2 di atmosfer terkandung sebanyak ➢ ➢
0,03%, berasal dari respirasi, proses
dekomposisi erupsi vulkanik,
pembakaran batu bara, serta asap pabrik
dan kendaraan.
➢ CO2 dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau
untuk melakukan proses fotosintesis dan
menghasilkan oksigen.
34. Siklus Belerang (Sulfur) Kongkret ➢ Sulfur merupakan salah satu unsur ➢ ➢
penyusun protein.
218

➢ Sulfur di alam berbentuk sulfat organik.


➢ Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida, dan kadang terdapat sulfur
dioksida atau hidrogen sulfida.
35. Siklus Fosfor Kongkret ➢ Makhluk hidup membentuk fosfor yang ➢ ➢
terdapat pada tumbuhan dan hewan.
➢ Hewan dan tanaman menghasilkan
bahan organik mati yang mengalami
pelapukan atau mineralisasi sehingga
dihasilkan fosfor anorganik bagi
tanaman.
36. Ekosistem Darat Kongkret ➢ Ekosistem darat ialah ekosistem yang ➢ ➢ Adegan memperkenalkan
lingkungan fisiknya berupa daratan. ekosistem daratan yang terdapat
di lokasi eksplorasi.
37. Vegetasi Dataran Rendah Kongkret ➢ Vegetasi dataran rendah memiliki ➢ ➢ Adegan menganalisis vegetasi
ketinggian 0-1000 mdpl. yang menempati ekosistem
➢ Vegetasi dataran rendah diantaranya daratan tersebut.
hutan bakau, hutan rawa air tawar, hutan
rawa gambut, hutan sagu, dan hutan tepi
sungai.
38. Vegetasi Pegunungan Kongkret ➢ Ekosistem paguna meliputi daerah ➢ ➢ Adegan menganalisis vegetasi
(Ekosistem Paguna) dengan ketinggian 1000-4600 mdpl, dan yang menempati ekosistem
vegetasi alpin (pegunungan tinggi pegunungan tersebut.
Papua).
➢ Iklim ditentukan oleh ketinggia,
semakintinggi suatu daerah maka
semakin rendah curah hujannya.
39. Vegetasi Monsun Kongkret ➢ Vegetasi monsun adalah suatu hutan ➢ ➢ Adegan menganalisis vegetasi
yang terletak pada ketinggian 0- yang menempati ekosistem
800mdpl. monsun tersebut.
➢ Terdapat di daerah yang beriklim kering
dengan kelembapan lebih besar dari
33,3%.
40. Ekosistem Laut Kongkret ➢ Ekosistem bahari ditandai dengan ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
salinitas (kadar garam) yang tinggi. ekosistem, macam interaksi, dan
➢ Salinitas rata-rata air laut adalah 3,5%. siklus energi yang mungkin
terjadi di lokasi eksplorasi.
41. Ekosistem Terumbu Karang Kongkret ➢ Ekosistem ini terletak di laut dangkal ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
dan terumbu karang. ekosistem, macam interaksi, dan
219

➢ Darah ini masih dapat ditembus oleh siklus energi yang mungkin
cahaya matahari sehingga fotosintesis terjadi di lokasi eksplorasi.
dapat berlangsung.
42. Ekosistem Pantai Kongkret ➢ Ekosistem yang berbatasan langsung ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
dengan ekosistem darat, laut, dan daerah ekosistem, macam interaksi, dan
pasang surut. siklus energi yang mungkin
➢ Organisme yang hidup di pantai terjadi di lokasi eksplorasi.
memiliki adaptasi struktural sehingga
dapat melekat erat pada substrat keras.
43. Ekosistem Estuaria Kongkret ➢ Estuaria adalah perairan semi tertutup ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
yang berhubungan bebas dengan laut, ekosistem, macam interaksi, dan
sehingga air laut yang memiliki salinitas siklus energi yang mungkin
tinggi dapat bercampur dengan air terjadi di lokasi eksplorasi.
tawar.
44. Ekosistem Air Tawar Kongkret ➢ Ciri ekosistem air tawar antara lain ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
variasi suhu tidak mncolok, penetrasi ekosistem, macam interaksi, dan
cahaya kurang, dan dipengaruhi oleh siklus energi yang mungkin
iklim dan cuaca. terjadi di lokasi eksplorasi.
➢ Kebiasaan hidup organisme dapat
dibedakan menjadi bentos, perifiton,
plankton, nekton, dan neuston.
45. Danau Kongkret ➢ Danau merupakan suatu badan air ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
menggenang yang di dalamnya terdapat ekosistem, macam interaksi, dan
bergabai macam tumbuhan dan hewan, siklus energi yang mungkin
sesuai dengan kedalaman dan jarak tepi. terjadi di lokasi eksplorasi.
➢ Daerah danau terbagi berdasarkan
penetrasi cahaya matahari.
46. Zona Litoral Kongkret ➢ Merupakan daerah perairan yang ➢ ➢
dangkal dengan penetrasi cahaya sampai
dasar.
➢ Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis ganggang yang melekat,
siput dan remis, serangga, udang, ikan,
amfibi, reptilia air, ular, itik, angsa, dan
beberapa mamalia.
47. Zona Limnetik Kongkret ➢ Merupakan daerah terbuka sampai ➢ ➢
kedalam yang dicapai oleh penetrasi
cahaya efektif.
220

➢ Daerah ini dihuni oleh berbagai


fitiplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri.
48. Zona Profundal Kongkret ➢ Merupakan bagian dasar dan daerah air ➢ ➢
dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi
cahaya efektif.
➢ Mikroba dan organisme lain
menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detrius
yang jatuh dari daerah limnetik.
49. Zona Bentik Kongkret ➢ Merupakan daerah dasar danau tempat ➢ ➢
terdapatnya bentos dan sisa-sisa
organisme mati.
50. Kolam Kongkret ➢ Kolam adalah daerah perairan air tawar ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
yang relatif kecil. ekosistem, macam interaksi, dan
➢ Memiliki zona litoral yang relatif besar, siklus energi yang mungkin
sedangkan zona limnetik serta terjadi di lokasi eksplorasi.
profundalnya relatif kecil bahkan tidak
ada.
51. Sungai Kongkret ➢ Ekosistem lotik ditandai dengan adanya ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
arus air yang mengalir terus menerus. ekosistem, macam interaksi, dan
➢ Komunitas yang berada di sungai siklus energi yang mungkin
berbeda dengan danau. terjadi di lokasi eksplorasi.
➢ Air sungai yang emngalir deras tidak
mendukung keberadaan komunitas
plankton yang mengapung, namun
terjadi fotosintesis dari ganggang yang
melekat dan tanaman berakar sehingga
dapat mendukun rantai makanan.
➢ Organisme pada komunitas ini biasanya
menunjukkan adaptasi morfologi ,
misalnya bertubuh tipis dorsoventral
dan dapat melekat pada batu.
LAMPIRAN 15
FLOW CHART

221
LAMPIRAN 16
HASIL OBSERVASI
Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Fase Pembelajaran
No Kode Siswa Eksplorasi Interaksi Komunikasi Refleksi Evaluasi Skor
A B C D E F G H I J
1 EKS - 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 25
2 EKS - 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 25
3 EKS - 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 24
4 EKS - 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 25
5 EKS - 5 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 26
6 EKS - 6 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
7 EKS - 7 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28
8 EKS - 8 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26
9 EKS - 9 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 27
10 EKS - 10 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 27
11 EKS - 11 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27
12 EKS - 12 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 28
13 EKS - 13 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28
14 EKS - 14 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 28
15 EKS - 15 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 28
16 EKS - 16 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
17 EKS - 17 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 26
18 EKS - 18 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 25
19 EKS - 19 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 27
20 EKS - 20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29
21 EKS - 21 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
22 EKS - 22 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 26
23 EKS - 23 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 27
24 EKS - 24 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 27
25 EKS - 25 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 26
26 EKS - 26 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
27 EKS - 27 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 24
28 EKS - 28 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 27
29 EKS - 29 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 26
30 EKS - 30 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 24
31 EKS-31 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
32 EKS-32 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 25
33 EKS-33 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 27
34 EKS-34 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 26
35 EKS-35 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 25
36 EKS-36 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 25
Jumlah 74 86 89 95 95 97 98 104 105 106 949
Persentase 68,52 79,63 82,41 87,96 87,96 89,81 90,74 96,30 97,22 98,15 87,87
Persentase Fase Pembelajaran 76,85 87,96 87,96 90,28 97,22

222
LAMPIRAN 17
REKAPITULASI OBSERVASI

SINTAK FASE PEMBELAJARAN JAS


FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
A 74 68,52 Baik
EKSPLORASI B 86 79,63 Baik
C 89 82,41 Sangat Baik
INTERAKSI D 95 87,96 Sangat Baik
KOMUNIKASI E 95 87,96 Sangat Baik
F 97 89,81 Sangat Baik
REFLEKSI
G 98 90,74 Sangat Baik
EVALUASI H 104 96,30 Sangat Baik
I 105 97,22 Sangat Baik
J 106 98,15 Sangat Baik
RATA-RATA 94,9 87,87 Sangat Baik

PERTEMUAN PERTAMA
FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
A 74 68,52 Baik
EKSPLORASI B 86 79,63 Baik
C 89 82,41 Sangat Baik
INTERAKSI D 95 87,96 Sangat Baik

PERTEMUAN KEDUA
FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
KOMUNIKASI E 95 87,96 Sangat Baik
F 97 89,81 Sangat Baik
REFLEKSI
G 98 90,74 Sangat Baik

223
224

SINTAK FASE PEMBELAJARAN JAS


FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
EVALUASI H 104 96,30 Sangat Baik
I 105 97,22 Sangat Baik
J 106 98,15 Sangat Baik
LAMPIRAN 18
HASIL UJI STATISTIK

Uji Normalitas Pretest Secara Umum

Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen .125 36 .167 .951 36 .114


Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Kelas Kontrol .122 36 .197 .978 36 .669

a. Lilliefors Significance Correction


Uji Normalitas Postest Secara Umum

Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen .158 36 .024 .921 36 .014


Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Kelas Kontrol .174 36 .007 .932 36 .029

a. Lilliefors Significance Correction


Uji Normalitas N-Gain Secara Umum

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Kelas Eksperimen ,081 36 ,200* ,974 36 ,553
Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,058 36 ,200* ,989 36 ,972

225
226

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Uji Homogenitas Postest Secara Umum

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean .226 1 70 .636
Based on Median .189 1 70 .665
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Based on Median and with adjusted df .189 1 69.993 .665
Based on trimmed mean .218 1 70 .642
Uji Homogenitas Postest Secara Umum

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 8.097 1 70 .006
Based on Median 7.097 1 70 .010
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Based on Median and with adjusted df 7.097 1 58.995 .010
Based on trimmed mean 7.823 1 70 .007
Uji Homogenitas N-Gain Secara Umum

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,002 1 70 ,967
227

Uji Hipotesis Postest Secara Umum

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality t-test for Equality of Means
of Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error Difference 95% Confidence Interval
tailed) Difference of the Difference
Lower U
p
p
e
r
1
3
Equal variances .
.226 .636 3.393 70 .001 8.472 2.497 3.493
assumed 4
5
Perbedaan
2
Peningkatan
1
Hasil Belajar
3
Equal variances .
3.393 69.923 .001 8.472 2.497 3.492
not assumed 4
5
2
228

Uji Hipotesis Postest Secara Umum

ANOVA
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9800.000 1 9800.000 110.078 .000
Within Groups 6231.944 70 89.028
Total 16031.944 71
Uji Hipotesis N-Gain Secara Umum

Uji Normalitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 1

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,168 36 ,012 ,916 36 ,010


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,218 36 ,000 ,915 36 ,009
a. Lilliefors Significance Correction
229

Uji Normalitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 1

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,346 36 ,000 ,743 36 ,000


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,222 36 ,000 ,872 36 ,001

a. Lilliefors Significance Correction


Uji Normalitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 1

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,176 36 ,007 ,864 36 ,000


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,122 36 ,194 ,932 36 ,028

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 1

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.


,375 1 70 ,542
230

Uji Homogenitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 1

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

19,242 1 70 ,000

Uji Homogenitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 1

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,434 1 70 ,512

Uji Hipotesis Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 1


231

Uji Hipotesis Postest Setiap Indikator Literasi Sains 1

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa

Mann-Whitney U 184,000
Wilcoxon W 850,000
Z -5,567
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Hipotesis N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 1


232

Uji Normalitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,206 36 ,001 ,891 36 ,002


Perbedaan Hasil Belajar
Kelas Kontrol ,291 36 ,000 ,853 36 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,225 36 ,000 ,862 36 ,000


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,225 36 ,000 ,877 36 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 2

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,203 36 ,001 ,862 36 ,000


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,153 36 ,032 ,910 36 ,007
a. Lilliefors Significance Correction
233

Uji Homogenitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,915 1 70 ,092

Uji Homogenitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,932 1 70 ,091

Uji Homogenitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3,524 1 70 ,065

Uji Hipotesis Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar

Mann-Whitney U 398,000
234

Wilcoxon W 1064,000
Z -2,937
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Hipotesis Postest Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa

Mann-Whitney U 205,500
Wilcoxon W 871,500
Z -5,144
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Hipotesis N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 2

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa

Mann-Whitney U 345,500
Wilcoxon W 1011,500
Z -3,435
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
235

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Normalitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,271 36 ,000 ,839 36 ,000


Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ,209 36 ,000 ,887 36 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,250 36 ,000 ,874 36 ,001


Perbedaan Hasil Belajar SIswa
Kelas Kontrol ,207 36 ,000 ,897 36 ,003

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 3

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ,154 36 ,032 ,935 36 ,036
236

Kelas Kontrol ,213 36 ,000 ,872 36 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,734 1 70 ,192

Uji Homogenitas Postest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar SIswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,387 1 70 ,536

Uji Homogenitas N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test of Homogeneity of Variances


Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,646 1 70 ,424
237

Uji Hipotesis Pretest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa

Mann-Whitney U 453,000
Wilcoxon W 1119,000
Z -2,342
Asymp. Sig. (2-tailed) ,019

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Hipotesis Postest Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
SIswa

Mann-Whitney U 132,500
Wilcoxon W 798,500
Z -5,958
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kelas


238

Uji Hipotesis N-Gain Setiap Indikator Literasi Sains 3

Test Statisticsa

Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa

Mann-Whitney U 166,000
Wilcoxon W 832,000
Z -5,461
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kelas

Uji Perbandingan Kelompok Kelas Eksperimen

Test of Homogeneity of Variances


Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,307 2 33 ,737

ANOVA
Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,055 2 ,028 1,214 ,310


Within Groups ,750 33 ,023
Total ,805 35
239

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tukey HSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound

Kelompok Tengah -,08825 ,06076 ,327 -,2373 ,0608


Kelompok Atas
Kelompok Bawah -,08600 ,06741 ,419 -,2514 ,0794
Kelompok Atas ,08825 ,06076 ,327 -,0608 ,2373
Kelompok Tengah
Kelompok Bawah ,00225 ,06076 ,999 -,1468 ,1513
Kelompok Atas ,08600 ,06741 ,419 -,0794 ,2514
Kelompok Bawah
Kelompok Tengah -,00225 ,06076 ,999 -,1513 ,1468

Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa


Tukey HSDa,b

Kelompok N Subset for


alpha = 0.05

Kelompok Atas 10 ,6030


Kelompok Bawah 10 ,6890
Kelompok Tengah 16 ,6913
Sig. ,353

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 11,429.
b. The group sizes are unequal. The harmonic
mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
240

Uji Perbandingan Kelompok Kelas Kontrol

Test of Homogeneity of Variances


Perbandingan Hasil Belajar SIswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,305 2 33 ,739

ANOVA
Perbandingan Hasil Belajar SIswa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,013 2 ,006 ,267 ,768


Within Groups ,791 33 ,024
Total ,803 35

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Tukey HSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound

Kelompok Tengah -,04463 ,06239 ,756 -,1977 ,1085


Kelompok Atas
Kelompok Bawah -,01900 ,06922 ,959 -,1889 ,1509
Kelompok Atas ,04463 ,06239 ,756 -,1085 ,1977
Kelompok Tengah
Kelompok Bawah ,02563 ,06239 ,911 -,1275 ,1787
Kelompok Atas ,01900 ,06922 ,959 -,1509 ,1889
Kelompok Bawah
Kelompok Tengah -,02563 ,06239 ,911 -,1787 ,1275
241

Perbandingan Hasil Belajar SIswa


Tukey HSDa,b

Kelompok N Subset for


alpha = 0.05

Kelompok Atas 10 ,3060


Kelompok Bawah 10 ,3250
Kelompok Tengah 16 ,3506
Sig. ,771

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 11,429.
b. The group sizes are unequal. The harmonic
mean of the group sizes is used. Type I error levels
are not guaranteed.
LAMPIRAN 19
NILAI PRETEST & POSTEST KELAS EKSPERIMEN

Pre Test Kelas Eksperimen


Nomor Soal
K-S Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
EKS-1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 9 45
EKS-2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11 55
EKS-3 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 9 45
EKS-4 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 9 45
EKS-5 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 11 55
EKS-6 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8 40
EKS-7 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 40
EKS-8 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 12 60
EKS-9 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 11 55
EKS-10 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 30
EKS-11 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9 45
EKS-12 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 13 65
EKS-13 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 12 60
EKS-14 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 12 60
EKS-15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 11 55
EKS-16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 8 40
EKS-17 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 10 50
EKS-18 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 8 40
EKS-19 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 35
EKS-20 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 11 55
EKS-21 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 10 50
EKS-22 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 8 40
EKS-23 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 9 45
EKS-24 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 13 65
EKS-25 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 10 50
EKS-26 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 12 60
EKS-27 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 11 55
EKS-28 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 13 65
EKS-29 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 11 55
EKS-30 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 40
EKS-31 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 10 50
EKS-32 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 10 50
EKS-33 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1` 0 0 1 0 0 1 0 0 0 9 45
EKS-34 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 20
EKS-35 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 9 45
EKS-36 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 25
JML 36 28 13 13 28 25 2 24 6 28 32 7 8 17 10 7 28 18 16 1
9,639 48,19
% 100,00 77,78 36,11 36,11 77,78 69,44 5,56 66,67 16,67 77,78 88,89 19,44 22,22 47,22 27,78 19,44 77,78 50,00 44,44 2,78

242
243

Post Test Kelas Eksperimen


Nomor Soal
K-S Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
EKS-1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90
EKS-2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90
EKS-3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 80
EKS-4 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 75
EKS-5 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 16 80
EKS-6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 95
EKS-7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85
EKS-8 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85
EKS-9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16 80
EKS-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 18 90
EKS-11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85
EKS-12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 17 85
EKS-13 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 80
EKS-14 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 15 75
EKS-15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85
EKS-16 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 15 75
EKS-17 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 15 75
EKS-18 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 85
EKS-19 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85
EKS-20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85
EKS-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 95
EKS-22 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 14 70
EKS-23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17 85
EKS-24 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15 75
EKS-25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 85
EKS-26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95
EKS-27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 18 90
EKS-28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90
EKS-29 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 80
EKS-30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 95
EKS-31 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15 75
EKS-32 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 15 75
EKS-33 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 80
EKS-34 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 15 75
EKS-35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 18 90
EKS-36 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75
JML 36 34 29 36 32 36 14 36 17 35 36 21 30 33 26 28 32 34 34 20
16,6 83,194
% 100,00 94,44 80,56 100,00 88,89 100,00 38,89 100,00 47,22 97,22 100,00 58,33 83,33 91,67 72,22 77,78 88,89 94,44 94,44 55,56
LAMPIRAN 20
NILAI PRETEST & POSTEST KELAS KONTROL

Pre Test Kelas Kontrol


Nomor Soal
K-S Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K-1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 11 55
K-2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 9 45
K-3 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 10 50
K-4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5 25
K-5 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 10 50
K-6 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7 35
K-7 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 10 50
K-8 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 9 45
K-9 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 7 35
K-10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 9 45
K-11 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 6 30
K-12 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 11 55
K-13 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 25
K-14 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 8 40
K-15 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 35
K-16 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 35
K-17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7 35
K-18 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 40
K-19 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 8 40
K-20 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9 45
K-21 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 13 65
K-22 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 8 40
K-23 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 20
K-24 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 8 40
K-25 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6 30
K-26 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 8 40
K-27 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 8 40
K-28 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 15
K-29 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 6 30
K-30 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 9 45
K-31 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 40
K-32 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 9 45
K-33 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 9 45
K-34 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 30
K-35 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 7 35
K-36 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 11 55
JML 35 15 8 8 14 16 2 22 9 24 26 20 8 11 10 8 19 11 14 6
7,944 39,72
% 97,22 41,67 22,22 22,22 38,89 44,44 5,56 61,11 25,00 66,67 72,22 55,56 22,22 30,56 27,78 22,22 52,78 30,56 38,89 16,67

244
245

Post Test Kelas Kontrol


Nomor Soal
K-S Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K-1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 75
K-2 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 10 50
K-3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 14 70
K-4 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 13 65
K-5 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 65
K-6 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 40
K-7 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 11 55
K-8 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 12 60
K-9 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 13 65
K-10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 15 75
K-11 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 9 45
K-12 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 11 55
K-13 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 9 45
K-14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 14 70
K-15 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 14 70
K-16 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 10 50
K-17 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 11 55
K-18 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 12 60
K-19 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 11 55
K-20 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 13 65
K-21 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 75
K-22 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 13 65
K-23 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 35
K-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 12 60
K-25 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 8 40
K-26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 15 75
K-27 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 11 55
K-28 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8 40
K-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 15 75
K-30 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14 70
K-31 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 13 65
K-32 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 13 65
K-33 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 14 70
K-34 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 10 50
K-35 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 60
K-36 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 65
JML 36 31 14 26 30 24 5 24 13 28 34 12 23 23 21 4 30 17 29 7
12 59,9
% 100,00 86,11 38,89 72,22 83,33 66,67 13,89 66,67 36,11 77,78 94,44 33,33 63,89 63,89 58,33 11,11 83,33 47,22 80,56 19,44
LAMPIRAN 21
NILAI PRETEST & POSTEST PERINDIKATOR KELAS EKSPERIMEN

ASPEK LITERASI SAINS KELAS EKSPERIMEN


Menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically)

PRE-TEST POS-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
6 8 10 11 12 15 17 19 6 8 10 11 12 15 17 19
EK-1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-2 0 0 0 1 1 1 1 0 4 50 EK-2 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-3 1 0 1 1 0 0 0 1 4 50 EK-3 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-4 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-4 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-5 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50 EK-5 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-6 1 1 0 1 0 0 1 0 4 50 EK-6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-7 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-7 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-8 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75 EK-8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-9 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50 EK-9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-10 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25 EK-10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-11 1 1 1 1 0 1 0 0 5 63 EK-11 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-12 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88 EK-12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-13 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75 EK-13 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-14 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-14 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-15 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75 EK-15 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-16 1 0 0 0 0 0 1 0 2 25 EK-16 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-17 1 0 1 0 0 1 1 1 5 63 EK-17 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-18 0 1 1 1 0 0 0 1 4 50 EK-18 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-19 0 1 1 0 0 0 0 0 2 25 EK-19 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-20 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-20 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-21 0 0 0 1 1 1 1 1 5 63 EK-21 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-22 0 1 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-22 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75
EK-23 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-23 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-24 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-24 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-25 0 1 1 1 0 1 1 1 6 75 EK-25 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-26 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88 EK-26 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-27 0 1 1 1 1 1 1 1 7 88 EK-27 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-28 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88 EK-28 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-29 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-29 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75
EK-30 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-30 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-31 1 0 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-31 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75
EK-32 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-32 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-33 1 0 1` 0 0 1 0 3 38 EK-33 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-34 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25 EK-34 1 1 0 1 1 1 0 1 6 75
EK-35 0 1 0 1 0 1 1 1 5 63 EK-35 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-36 1 0 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-36 1 1 1 1 1 1 1 0 7 88
Jumlah 170 2125 Jumlah 256 3200
Rata-Rata 5 59 Rata-Rata 7,111111 89

246
247

ASPEK LITERASI SAINS KELAS EKSPERIMEN


Mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and design scientific enquiry)

PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
1 2 3 7 13 18 1 2 3 7 13 18
EK-1 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-1 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-2 1 1 1 0 1 1 5 83 EK-2 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-3 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-3 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-4 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-4 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-5 1 1 0 1 0 1 4 67 EK-5 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-6 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-7 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-7 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-8 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-8 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-9 1 1 0 1 0 1 4 67 EK-9 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-10 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-10 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-11 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-12 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-12 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-13 1 0 1 0 1 1 4 67 EK-13 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-14 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-14 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-15 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-15 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-16 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-16 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-17 1 1 0 0 1 1 4 67 EK-17 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-18 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-18 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-19 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-19 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-20 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-20 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-21 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-21 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-22 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-22 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-23 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-23 1 1 1 0 1 0 4 67
EK-24 1 1 0 0 1 1 4 67 EK-24 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-25 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-25 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-26 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-26 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-27 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-27 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-28 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-28 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-29 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-29 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-30 1 0 0 0 1 0 2 33 EK-30 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-31 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-31 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-32 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-32 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-33 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-33 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-34 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-34 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-35 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-35 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-36 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-36 1 0 1 0 1 1 4 67
Jumlah 105 1750 Jumlah 177 2950
Rata-Rata 3 49 Rata-Rata 5 82
248

ASPEK LITERASI SAINS KELAS EKSPERIMEN


Menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically)

PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
4 5 9 14 16 20 4 5 9 14 16 20
EK-1 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-1 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-2 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-2 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-3 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-3 1 0 1 1 1 0 4 67
EK-4 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-4 1 0 0 1 1 0 3 50
EK-5 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-5 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-6 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-7 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-7 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-8 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-9 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-9 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-10 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-10 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-11 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-11 1 0 1 1 0 1 4 67
EK-12 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-12 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-13 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-13 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-14 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-14 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-15 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-15 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-16 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-16 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-17 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-17 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-18 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-18 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-19 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-19 1 0 1 1 1 1 5 83
EK-20 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-20 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-21 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-21 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-22 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-22 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-23 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-23 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-24 0 1 0 1 0 1 3 50 EK-24 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-25 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-25 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-26 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-26 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-27 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-27 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-28 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-28 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-29 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-29 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-30 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-30 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-31 0 1 1 1 0 0 3 50 EK-31 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-32 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-32 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-33 0 1 1 1 0 0 3 50 EK-33 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-34 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-34 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-35 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-35 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-36 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-36 1 1 0 0 1 1 4 67
Jumlah 72 1200 Jumlah 166 2767
Rata-Rata 2 33 Rata-Rata 5 77
LAMPIRAN 22
NILAI PRETEST & POSTEST PERINDIKATOR KELAS KONTROL

ASPEK LITERASI SAINS KELAS KONTROL


Menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically)

PRE-TEST POS-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
6 8 10 11 12 15 17 19 6 8 10 11 12 15 17 19
EK-1 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-2 0 1 1 1 0 1 1 0 5 63 EK-2 0 1 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-3 1 0 1 1 1 0 1 0 5 63 EK-3 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-4 0 1 0 1 0 0 1 1 4 50 EK-4 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-5 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75 EK-5 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-6 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-6 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50
EK-7 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75 EK-7 0 1 1 1 1 0 1 1 6 75
EK-8 0 0 1 1 1 0 1 1 5 63 EK-8 0 1 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-9 0 0 1 1 1 0 0 1 4 50 EK-9 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-10 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-10 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-11 1 0 0 0 0 0 1 0 2 25 EK-11 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50
EK-12 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88 EK-12 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-13 0 0 1 0 0 0 0 0 1 13 EK-13 0 1 0 1 0 0 1 0 3 38
EK-14 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-14 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-15 0 0 1 0 1 1 1 0 4 50 EK-15 1 1 0 1 0 1 1 1 6 75
EK-16 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-16 0 1 1 1 0 1 0 1 5 63
EK-17 1 1 0 1 1 0 1 0 5 63 EK-17 1 1 0 1 1 1 1 1 7 88
EK-18 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-18 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-19 1 1 0 1 1 0 0 1 5 63 EK-19 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-20 1 1 1 1 1 0 0 0 5 63 EK-20 1 1 0 0 1 1 1 1 6 75
EK-21 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75 EK-21 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75
EK-22 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-22 0 1 1 1 1 0 0 1 5 63
EK-23 0 1 0 0 0 0 0 0 1 13 EK-23 1 0 1 1 0 0 0 0 3 38
EK-24 1 1 0 0 1 1 0 0 4 50 EK-24 1 1 0 1 0 0 1 1 5 63
EK-25 0 1 1 1 0 0 0 0 3 38 EK-25 1 1 0 1 0 0 1 1 5 63
EK-26 0 0 1 0 1 1 1 1 5 63 EK-26 1 1 1 1 1 1 1 0 7 88
EK-27 0 0 1 0 1 0 1 1 4 50 EK-27 1 0 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-28 1 0 0 0 0 0 0 0 1 13 EK-28 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25
EK-29 0 0 1 0 1 0 1 0 3 38 EK-29 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-30 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-30 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-31 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-31 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-32 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-32 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-33 1 1 0 0 1 1 0 1 5 63 EK-33 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75
EK-34 0 0 0 1 1 1 0 0 3 38 EK-34 1 1 1 0 0 1 0 0 4 50
EK-35 0 0 1 1 0 0 0 1 3 38 EK-35 0 0 0 1 1 1 1 1 5 63
EK-36 0 1 0 1 1 0 1 1 5 63 EK-36 0 1 1 1 0 1 1 1 6 75
Jumlah 151 1888 Jumlah 202 2525
Rata-Rata 4,19 52 Rata-Rata 5,61 70

249
250

ASPEK LITERASI SAINS KELAS KONTROL


Mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and design scientific enquiry)

PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
1 2 3 7 13 18 1 2 3 7 13 18
EK-1 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-1 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-2 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-2 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-3 1 0 1 0 1 1 4 67 EK-3 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-4 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-4 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-5 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-5 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-6 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-7 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-7 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-8 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-8 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-9 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-9 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-10 1 0 0 0 1 0 2 33 EK-10 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-13 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-13 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-14 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-14 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-15 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-15 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-16 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-16 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-17 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-17 1 0 0 0 1 0 2 33
EK-18 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-18 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-19 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-19 1 0 0 0 0 1 2 33
EK-20 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-20 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-21 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-21 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-22 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-22 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-23 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-23 1 0 0 0 0 1 2 33
EK-24 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-24 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-25 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-25 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-26 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-26 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-27 0 0 1 0 0 0 1 17 EK-27 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-28 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-28 1 1 1 0 1 0 4 67
EK-29 1 0 0 0 1 1 3 50 EK-29 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-30 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-30 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-31 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-31 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-32 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-32 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-33 1 0 0 0 1 1 3 50 EK-33 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-34 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-34 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-35 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-35 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-36 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-36 1 1 0 0 1 1 4 67
Jumlah 79 1317 Jumlah 126 2100
Rata-Rata 2,19 37 Rata-Rata 3,50 58
251

ASPEK LITERASI SAINS KELAS KONTROL


Menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically)

PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
4 5 9 14 16 20 4 5 9 14 16 20
EK-1 0 0 0 1 1 0 2 33 EK-1 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-2 0 1 0 0 0 1 2 33 EK-2 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-3 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-3 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-4 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-4 0 1 1 1 0 0 3 50
EK-5 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-5 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-6 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-6 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-7 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-7 0 0 0 1 0 0 1 17
EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-9 0 0 1 0 1 0 2 33 EK-9 1 0 1 1 0 0 3 50
EK-10 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-10 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-11 0 0 0 0 1 1 2 33 EK-11 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-12 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-13 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-13 0 0 1 1 0 0 2 33
EK-14 0 0 0 0 1 1 2 33 EK-14 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-15 0 0 1 0 0 0 1 17 EK-15 0 1 1 1 0 0 3 50
EK-16 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-16 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-17 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-17 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-18 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-18 1 0 0 1 0 0 2 33
EK-19 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-19 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-20 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-20 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-21 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-21 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-22 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-22 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-23 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-23 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-24 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-24 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-25 0 0 0 0 0 1 1 17 EK-25 0 0 1 0 0 0 1 17
EK-26 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-26 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-27 0 1 0 1 0 1 3 50 EK-27 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-28 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-28 1 0 0 0 1 0 2 33
EK-29 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-29 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-30 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-30 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-31 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-31 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-32 1 0 1 0 1 0 3 50 EK-32 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-33 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-33 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-34 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-34 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-35 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-35 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-36 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-36 0 1 0 1 0 1 3 50
Jumlah 56 933 Jumlah 103 1717
Rata-Rata 1,56 26 Rata-Rata 2,86 48
LAMPIRAN 23
REKAPITULASI HASIL PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN KELAS EKSPERIMEN

Eksperimen
Siswa N-Gain Kriteria
Pretest Postest
EK-1 45 90 0,82 Tinggi
EK-2 55 90 0,78 Tinggi
EK-3 45 80 0,64 Sedang
EK-4 45 75 0,55 Sedang
EK-5 55 80 0,56 Sedang
EK-6 40 95 0,92 Tinggi
EK-7 40 85 0,75 Tinggi
EK-8 60 85 0,63 Sedang
EK-9 55 80 0,56 Sedang
EK-10 30 90 0,86 Tinggi
EK-11 45 85 0,73 Tinggi
EK-12 65 85 0,57 Sedang
EK-13 60 80 0,50 Sedang
EK-14 60 75 0,38 Sedang
EK-15 55 85 0,67 Sedang
EK-16 40 75 0,58 Sedang
EK-17 50 75 0,50 Sedang
EK-18 40 85 0,75 Tinggi
EK-19 35 85 0,77 Tinggi
EK-20 55 85 0,67 Sedang
EK-21 50 95 0,90 Tinggi
EK-22 40 70 0,50 Sedang
EK-23 45 85 0,73 Tinggi
EK-24 65 75 0,29 Rendah
EK-25 50 85 0,70 Tinggi
EK-26 60 95 0,88 Tinggi
EK-27 55 90 0,78 Tinggi
EK-28 65 90 0,71 Tinggi
EK-29 55 80 0,56 Sedang
EK-30 40 95 0,92 Tinggi
EK-31 50 75 0,50 Sedang
EK-32 50 75 0,50 Sedang
EK-33 45 80 0,64 Sedang
EK-34 20 75 0,69 Sedang
EK-35 45 90 0,82 Tinggi
EK-36 25 75 0,67 Sedang
jumlah 1175 1990 16
Rata-rata 48,96 82,92 0,65 Sedang

252
LAMPIRAN 24
REKAPITULASI HASIL PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN KELAS KONTROL

Kontrol
Siswa N-Gain Kriteria
Pretest Postest
K-1 55 75 0,44 Sedang
K-2 45 50 0,09 Rendah
K-3 50 70 0,40 Sedang
K-4 25 65 0,53 Sedang
K-5 50 65 0,30 Sedang
K-6 35 40 0,08 Rendah
K-7 50 55 0,10 Rendah
K-8 45 60 0,27 Rendah
K-9 35 65 0,46 Sedang
K-10 45 75 0,55 Sedang
K-11 30 45 0,21 Rendah
K-12 55 55 0,00 Rendah
K-13 25 45 0,27 Rendah
K-14 40 70 0,50 Sedang
K-15 35 70 0,54 Sedang
K-16 35 50 0,23 Rendah
K-17 35 55 0,31 Sedang
K-18 40 60 0,33 Sedang
K-19 40 55 0,25 Rendah
K-20 45 65 0,36 Sedang
K-21 65 75 0,29 Rendah
K-22 40 65 0,42 Sedang
K-23 20 35 0,19 Rendah
K-24 40 60 0,33 Sedang
K-25 30 40 0,14 Rendah
K-26 40 75 0,58 Sedang
K-27 40 55 0,25 Rendah
K-28 15 40 0,29 Rendah
K-29 30 75 0,64 Sedang
K-30 45 70 0,45 Sedang
K-31 40 65 0,42 Sedang
K-32 45 65 0,36 Sedang
K-33 45 70 0,45 Sedang
K-34 30 50 0,29 Rendah
K-35 35 60 0,38 Sedang
K-36 55 65 0,22 Rendah
jumlah 980 1425 7
Rata-rata 40,83 59,38 0,31 Sedang

253
LAMPIRAN 25
REKAPITULASI PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN PERINDIKATOR KELAS EKSPERIMEN

KELAS EKSPERIMEN
Literasi Sains 1 Literasi Sains 2 Literasi Sains 3
No Nama N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
1 EK-1 63 88 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
2 EK-2 50 88 0,75 Tinggi 83 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
3 EK-3 50 88 0,75 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
4 EK-4 63 88 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 50 0,25 Rendah
5 EK-5 50 88 0,75 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 50 83 0,67 Sedang
6 EK-6 50 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
7 EK-7 50 88 0,75 Tinggi 17 83 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang
8 EK-8 75 100 1,00 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang
9 EK-9 50 100 1,00 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang
10 EK-10 25 100 1,00 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 0 83 0,83 Tinggi
11 EK-11 63 88 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi 33 67 0,50 Sedang
12 EK-12 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 67 0,33 Sedang
13 EK-13 75 88 0,50 Sedang 67 67 0,00 Rendah 33 83 0,75 Tinggi
14 EK-14 75 88 0,50 Sedang 67 50 -0,50 Rendah 33 83 0,75 Tinggi
15 EK-15 75 88 0,50 Sedang 50 83 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi
16 EK-16 25 88 0,83 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 33 67 0,50 Sedang
17 EK-17 63 88 0,67 Sedang 67 83 0,50 Sedang 17 50 0,40 Sedang
18 EK-18 50 88 0,75 Tinggi 50 100 1,00 Tinggi 17 67 0,60 Sedang
19 EK-19 25 88 0,83 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 17 83 0,80 Tinggi
20 EK-20 75 88 0,50 Sedang 50 100 1,00 Tinggi 33 67 0,50 Sedang
21 EK-21 63 88 0,67 Sedang 50 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi
22 EK-22 50 75 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang 50 67 0,33 Sedang
23 EK-23 50 88 0,75 Tinggi 33 67 0,50 Sedang 50 100 1,00 Tinggi
24 EK-24 75 88 0,50 Sedang 67 50 -0,50 Rendah 50 83 0,67 Sedang
25 EK-25 75 88 0,50 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
26 EK-26 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi
27 EK-27 88 88 0,00 Rendah 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
28 EK-28 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 83 0,67 Sedang
29 EK-29 75 75 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang 33 100 1,00 Tinggi
30 EK-30 63 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi 17 83 0,80 Tinggi
31 EK-31 50 75 0,50 Sedang 50 67 0,33 Sedang 50 83 0,67 Sedang
32 EK-32 50 88 0,75 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
33 EK-33 38 88 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 67 0,33 Sedang
34 EK-34 25 75 0,67 Sedang 17 100 1,00 Tinggi 17 50 0,40 Sedang
35 EK-35 63 88 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi
36 EK-36 50 88 0,75 Tinggi 17 67 0,60 Sedang 0 67 0,67 Sedang
JUMLAH 2125 3200 25 1750 2950 21 1200 2767 23
RATA-RATA 59,03 88,89 0,70 Sedang 48,61 81,94 0,58 Sedang 33,33 76,85 0,65 Sedang

254
LAMPIRAN 26
REKAPITULASI PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN PERINDIKATOR KELAS KONTROL

KELAS KONTROL
Literasi Sains 1 Literasi Sains 2 Literasi Sains 3
No Nama N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
1 K-1 75 88 0,50 Sedang 50 67 0,33 Sedang 33 67 0,50 Sedang
2 K-2 63 63 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah 33 33 0,00 Rendah
3 K-3 63 75 0,33 Sedang 67 67 0,00 Rendah 17 67 0,60 Sedang
4 K-4 50 88 0,75 Tinggi 17 50 0,40 Sedang 0 50 0,50 Sedang
5 K-5 75 75 0,00 Rendah 50 50 0,00 Rendah 17 67 0,60 Sedang
6 K-6 50 50 0,00 Rendah 17 33 0,20 Rendah 33 33 0,00 Rendah
7 K-7 75 75 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang 17 17 0,00 Rendah
8 K-8 63 63 0,00 Rendah 33 83 0,75 Tinggi 33 33 0,00 Rendah
9 K-9 50 75 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang 33 50 0,25 Rendah
10 K-10 75 88 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
11 K-11 25 50 0,33 Sedang 33 33 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah
12 K-12 88 88 0,00 Rendah 33 33 0,00 Rendah 33 33 0,00 Rendah
13 K-13 13 38 0,29 Rendah 67 67 0,00 Rendah 0 33 0,33 Sedang
14 K-14 50 88 0,75 Tinggi 33 67 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
15 K-15 50 75 0,50 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 17 50 0,40 Sedang
16 K-16 50 63 0,25 Rendah 50 50 0,00 Rendah 0 33 0,33 Sedang
17 K-17 63 88 0,67 Sedang 17 33 0,20 Rendah 17 33 0,20 Rendah
18 K-18 50 88 0,75 Tinggi 33 50 0,25 Rendah 33 33 0,00 Rendah
19 K-19 63 88 0,67 Sedang 17 33 0,20 Rendah 33 33 0,00 Rendah
20 K-20 63 75 0,33 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 33 0,00 Rendah
21 K-21 75 75 0,00 Rendah 50 83 0,67 Sedang 67 67 0,00 Rendah
22 K-22 50 63 0,25 Rendah 50 67 0,33 Sedang 17 67 0,60 Sedang
23 K-23 13 38 0,29 Rendah 33 33 0,00 Rendah 17 33 0,20 Rendah
24 K-24 50 63 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
25 K-25 38 63 0,40 Sedang 33 33 0,00 Rendah 17 17 0,00 Rendah
26 K-26 63 88 0,67 Sedang 33 67 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
27 K-27 50 63 0,25 Rendah 17 50 0,40 Sedang 50 50 0,00 Rendah
28 K-28 13 25 0,14 Rendah 17 67 0,60 Sedang 17 33 0,20 Rendah
29 K-29 38 88 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 0 50 0,50 Sedang
30 K-30 50 75 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah 50 83 0,67 Sedang
31 K-31 50 75 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang
32 K-32 50 75 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang 50 50 0,00 Rendah
33 K-33 63 75 0,33 Sedang 50 83 0,67 Sedang 17 50 0,40 Sedang
34 K-34 38 50 0,20 Rendah 33 50 0,25 Rendah 17 50 0,40 Sedang
35 K-35 38 63 0,40 Sedang 33 50 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang
36 K-36 63 75 0,33 Sedang 67 67 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah
JUMLAH 1888 2525 13 1317 2100 12 933 1717 10
RATA-RATA 52,43 70,14 0,36 Sedang 36,57 58,33 0,33 Sedang 25,93 47,69 0,27 Rendah

255
LAMPIRAN 27
REKAPITULASI HASIL ANGKET

No Item Pernyataan
No Kode Siswa Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Skor Presentase Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 EKS-1 4 3 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 65 81,25 Sangat Baik
2 EKS-2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 72,5 Baik
3 EKS-3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 62 77,5 Baik
4 EKS-4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 68 85 Sangat Baik
5 EKS-5 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 4 64 80 Baik
6 EKS-6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 97,5 Sangat Baik
7 EKS-7 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 58 72,5 Baik
8 EKS-8 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 63 78,75 Baik
9 EKS-9 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 67 83,75 Sangat Baik
10 EKS-10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 Baik
11 EKS-11 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 58 72,5 Baik
12 EKS-12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 61 76,25 Baik
13 EKS-13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 Baik
14 EKS-14 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 4 3 3 2 2 3 51 63,75 Cukup
15 EKS-15 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 75 93,75 Sangat Baik
16 EKS-16 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 72 90 Sangat Baik
17 EKS-17 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 62 77,5 Baik
18 EKS-18 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 64 80 Baik
19 EKS-19 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 65 81,25 Sangat Baik
20 EKS-20 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 67 83,75 Sangat Baik
21 EKS-21 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 66 82,5 Sangat Baik
22 EKS-22 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 66 82,5 Sangat Baik
23 EKS-23 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 68 85 Sangat Baik
24 EKS-24 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 4 3 3 2 2 3 51 63,75 Cukup
25 EKS-25 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 72 90 Sangat Baik
26 EKS-26 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 64 80 Baik
27 EKS-27 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 67 83,75 Sangat Baik
28 EKS-28 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 71 88,75 Sangat Baik
29 EKS-29 3 2 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 66 82,5 Sangat Baik
30 EKS-30 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 67 83,75 Sangat Baik
31 EKS-31 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 70 87,5 Sangat Baik
32 EKS-32 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 65 81,25 Sangat Baik
33 EKS-33 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 77 96,25 Sangat Baik
34 EKS-34 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 71 88,75 Sangat Baik
35 EKS-35 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 68 85 Sangat Baik
36 EKS-36 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 3 4 4 61 76,25 Baik
Jumlah 114 102 116 108 105 106 96 100 100 101 104 104 107 110 117 103 111 113 117 114 2148 2685
Rata-rata 3,454545 3,09091 3,515152 3,273 3,182 3,2121 2,909 3,0303 3,03 3,06 3,152 3,15 3,242 3,33 3,55 3,12 3,36 3,42 3,55 3,45 65,09 81,3636364 Sangat Baik
Persentase 79 71 81 75 73 74 67 69 69 70 72 72 74 76 81 72 77 78 81 79
Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik
Kriteria
Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
256
LAMPIRAN 28
ANALISIS PERSENTASE HASIL ANGKET

Alternatif Jawaban % Pernyataan Positif Alternatif Jawaban % Pernyataan Positif


Jumlah Jumlah
No. Item SS S TS STS No. Item SS S TS STS
Siswa Siswa
4 3 2 1 4 3 2 1
1 16 20 0 0 36 1 67% 83% 0% 0% 100%
2 5 29 2 0 36 2 21% 121% 8% 0% 100%
3 20 16 0 0 36 3 83% 67% 0% 0% 100%
4 10 26 0 0 36 4 42% 108% 0% 0% 100%
5 6 30 0 0 36 5 25% 125% 0% 0% 100%
6 8 27 1 0 36 6 33% 113% 4% 0% 100%
7 5 22 9 0 36 7 21% 92% 38% 0% 100%
8 6 26 4 0 36 8 25% 108% 17% 0% 100%
9 10 19 5 2 36 9 42% 79% 21% 8% 100%
10 8 25 3 0 36 10 33% 104% 13% 0% 100%
11 10 24 2 0 36 11 42% 100% 8% 0% 100%
12 11 20 3 2 36 12 46% 83% 13% 8% 100%
13 14 20 0 2 36 13 58% 83% 0% 8% 100%
14 16 18 0 2 36 14 67% 75% 0% 8% 100%
15 19 17 0 0 36 15 79% 71% 0% 0% 100%
16 11 18 7 0 36 16 46% 75% 29% 0% 100%
17 13 19 4 0 36 17 54% 79% 17% 0% 100%
18 19 13 4 0 36 18 79% 54% 17% 0% 100%
19 23 11 2 0 36 19 96% 46% 8% 0% 100%
20 17 19 0 0 36 20 71% 79% 0% 0% 100%
Jumlah 247 419 46 8 Jumlah 10,292 17,458 1,917 0,33
Rata-rata 12,35 20,95 2,30 0,40 Rata-rata 51% 87% 10% 2%

257
LAMPIRAN 29
REKAPITULASI POINT ANGKET

Respon
No Pernyataan Jumlah
STS TS S SS
1. Saya membutuhkan rasa ingin tahu 44,44 55,56 0,00 0,00
dalam menginvestigasi objek biologi.
100,00
2. Saya melaksanakan kegiatan 13,89 80,56 5,56 0,00
eksplorasi dengan rasa tanggung
jawab yang tinggi. 100,00
3. Saya senang apabila mengerjakan 55,56 44,44 0,00 0,00
tugas dengan cara kerja sama dengan
teman. 100,00
4. Saya membutuhkan panca indra 27,78 72,22 0,00 0,00
untuk menyusun dan merangkai
(mengkontruksi) pengetahuan. 100,00
5. Saya menggabungkan pemikiran 16,67 83,33 0,00 0,00
kreatif dan realita dalam
mnegkonstruk informasi. 100,00
6. Saya membentuk suatu informasi 22,22 75,00 2,78 0,00
dengan pemikiran yang inovatif. 100,00
7. Saya memahami konsep biologi 13,89 61,11 25,00 0,00
dengan sikap ketelitian yang tinggi. 100,00
8. Saya menyampaikan pendapat 16,67 72,22 11,11 0,00
dengan cara terbuka dan
berdasarkan fakta. 100,00
9. Saya memberikan kritik dan saran 27,78 52,78 13,89 5,56
terhadap hasil kerja orang lain. 100,00
10. Saya mealksanakan semua kegiatan 22,22 69,44 8,33 0,00
sesuai dnegan metode yang telah
dirancang sebelumnya. 100,00
11. Saya memberikan tanggapan dan 27,78 66,67 5,56 0,00
masukan terhadap argumentasi yang
disampaikan orang lain. 100,00
12. Saya merasa terdorong membantu 30,56 55,56 8,33 5,56
teman yang kesulitan menanggapi
pembelajaran. 100,00
13. Saya membantu teman yang merasa 38,89 55,56 0,00 5,56
kesulitan dalam menanggapi
pembelajaran yang disampaikan
dengan rasa ikhlas dan sabar. 100,00
14. Saya menghargai teman yang 44,44 50,00 0,00 5,56
kesulitan menanggapi pembelajaran
dan berusaha untuk membantunya. 100,00
15. Saya menjungjung tinggi sportifitas, 52,78 47,22 0,00 0,00
kejujuran, dan etika kependidikan
dalam berkompetisi menjadi yang
terbaik di kelas. 100,00
16. Saya menciptakan suatu karya sangat 30,56 50,00 19,44 0,00
membutuhkan kreatifitas yang tinggi.
100,00
17. Saya membutuhkan pemikiran yang 36,11 52,78 11,11 0,00
mendalam dan perlakuan yang terus-
menerus dalam menghasilkan suatu
karya. 100,00
18. Saya harus bekerja keras dalam 52,78 36,11 11,11 0,00
mengumpulan data dan memahami
proses pembelajaran. 100,00
19. Saya memerlukan managemen waktu 63,89 30,56 5,56 0,00
yang maksimal dalam pengerjaan
tugas agar dapat dikumpulkan tepat
waktu. 100,00
20. Saya merasa pembelajaran di sekolah 47,22 52,78 0,00 0,00
menjadi kebutuhan dalam
memperoleh materi pembelajaran dan
mewajibkan hadir saat pembelajaran
berlangsung. 100,00

258
LAMPIRAN 30
JURNAL ILMIAH LITERASI SAINS SISWA

IDENTIFIKASI EKOSISTEM PADANG LAMUN


Oleh
Eka Agusetiawati, Ghina Rizqi , Irene Patria , Ivena Putri , M. Iqbal Rajaya, Mita
Septiyani

X Mipa 1 SMAN 1 Sumber

ABSTRAK
Padang lamun merupakan salah satu bentuk ekosistem laut yang unik dan khas juga merupakan
potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Padang lamun sering dijumpai berdampingan
atau tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan, terdapat
interkoneksi antarketiganya. Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun
yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula
diperkirakan 30.000 KM2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut 30% - 40%. Mengingat
ancaman terhadap padang lamun semakin meningkat, akhir-akhir ini mulailah timbul perhatian
untuk menyelamatkan padang lamun. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah mengamanatkan perlunya penyelamatan
dan pengelolaan padang lamun sebagai bagian dari pengelolaan terpadu ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Padang lamun adalah suatu hamparan laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan
lamun. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan,
bertelur, dan membesarkan anaknya. Karena itu, rusak atau hilangnya habitat padang lamun
akan menimbulkan dampak lingkungan yang luas.

1.2. Rumusan Masalah

✓ Apa itu ekosistem?


✓ Apa saja komponen yang ada di dalamnya?
✓ Apakah ada interaksi anatar biotik dan abiotik?
✓ Bagaimana cara membedakan biotik dan abiotik?
✓ Dimana saja kita dapat menemukan ekosistem?
259
260

✓ Siapa saja yang menghambat ekosistem?


1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Pemenuhan tugas Biologi.


2. Menambah pengetahuan mengenai ekosistem.
3. Mengetahui komponen ekosistem.
4. Mengetahui interaksi anatara biotik dan abiotik.
5. Dapat mengetahui cara membedakan biotik dan abiotik.

2. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan

Kegiatan eksplorasi yang kami lakukan ditunjang dengan penggunaan alat-alat demi
memudahkan kegiatan pengamatan. Alat-alat yang kami gunakan diantaranya Smartphone, 4
in 1 enviroment meter, Max and min hygrometer, Thermometer tanah, Lembar Kerja Siswa
(LKS), Alat tulis, Buku catatan, Jaringan sinyal, Koneksi Internet, Aplikasi Youtube, dan
Chanel Youtube “ Oja Aponga “ dan melakukan pengamatan lingkungan dengan eksplorasi
berbasis Youtube.

2.2. Langkah Kerja

1. Siapkan smartphone yang sudah ada koneksi internet dan jaringan.


2. Buka aplikasi Youtube, pencarian akun Youtube “ Oja Aponga “
3. Pilih video sesuai imtruksi yang ada di dalam Lembar Kerja Siswa ( LKS ).
4. Pada saat menontonton video, catat hal penting yang akan dituangkan ke dalam
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
5. Diskusikan hasil penelitian dengan teman satu kelompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah Jurnal Ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang kita lakukan.

3. HASIL PENGAMATAN
Ekosistem padang lamun terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik
terdiri dari cahaya (0,02 Lux), suhu (26,9oC), dan RH (25,4 %). Faktor biotik terdiri atas Lamun
(Seagrass), Belut laut (Macrotema caligans), Udang pasir (Harpiosquilla raphidea), Bintang
mengular (Ophioroidea brevispinum). Selain itu, ada juga onteraksi yang terjadi di padang
lamun seperti Simbiosis Mutualisme, Simbiosis Predasi, dan Simbiosis Komensalisme.

4. PEMBAHASAN
Lamun membutuhkan intensitas cahaya sebesar 0,02 Lux untuk melaksanakan proses
fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukan bahwa distribusi padang
lamun hanya terbatas pada perairan yang terlalu dalam, jika suatu perairan mendapat pengaruh
261

akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang
akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis.
Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.

Padang lamun secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi
yang luas terhadap temperature. Pada kenyataannya spesies lamun di daerah tropic mempunyai
toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur optimal bagi spesies
lamun adalah 29oC.

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10-40% dan nilai optimumnya
adalah 35%. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan
fotosintetis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun
yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebardaun, dan kecepatan pulih. Salah satu faktor yang
menyebarkan rusaknya ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas.

Interaksi yang terjadi di padang lamun diantaranya simbiosis netralisme antara padang lamun
dan ekosistemnya hidup berdampingan tidak ada yang saling menguntungkan dan merugikan.
Simbiosis mutualisme terjadi pada ikan-ikan kecil yang memakan makanannya kemudian sisa
makanannya dijatuhkan ke dasar laut dijadikan sebagai sumber nutrisi. Simbiosis
komensalisme terjadi ketika padang lamun ini dijadikan tempat tinggal ikan. Simbiosis predasi
terjadi ketika belut laut dan udang pasir yang memakan ikan-ikan kecil yang lewat di depan
mereka serta bintang mengular yang memakan organisme kecil yang berada di perairan sekitar
padang lamun.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ekosistem di
padang lamun ini merupakan ekosistem lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen
biotik dan abiotik. Selain itu juga, terdapat beberapa interaksi antarmakhluk hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Sukoco, T, Rusmiati, Hidayah, SN. 2018. Biologi. Klaten: PT Intan Perwira

Aponga, O. 2019. Ekosistem padang lamun di https://youtu.be/Wbloes9oNME (Akses 8 Mei


2019)
262

PENYUSUN EKOSISTEM DARAT CAGAR ALAM PANGANDARAN


Oleh
Fahreza Ramadhan, Giska Amelia, Lola Amelya Putri, Moh.Sarjana, Reza Muhammad
Ubaidillah, Syifa Fadlilah
SMA Negeri 1 Sumber
Jln.Sunan Malik Ibrahim 04 Sumber Kab.Cirebon

ABSTRAK
Cagar alam merupakan suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari
kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang
bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan
konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk
Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) setempat. Dengan dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan
fauna dapat dilindungi dengan baik oleh negara. Salah satu cagar alam di Indonesia adalah cagar
alam Pangandaran yang berada di daerah Pangandaran, Jawa Barat. Luas dan letak sebelum
ditetapkan sebagai Cagar Alam (CA) kawasan hutan pangandaran terlebih dahulu ditetapkan
sebagai kawasan Suaka Margasatwa, hal ini berdasarkan Gb tanggal 7-12-1934 nomor 19 Stbl.
669, dengan luas 497 Ha, (luas yang sebenarnya 530 Ha) dan taman laut luasnya 470 Ha.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah ditemukan bunga Raflesia Padma, status
Suaka Margasatwa dirumah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian nomor: 34/KMP/1961.
Kata kunci: Cagar Alam, Pangandaran, Suaka Margasatwa

ABSTRACT
Preserve nature is a natural sanctuaries who because of its natural have particularity herbs,
animals, and its ecosystem or ecosystem certain needs to be protected and progress place in a
natural. In indonesia, heritage nature is part of conservation area (sanctuaries the worlds, so
tourism activity or other activities of a commercial nature, cannot be done at inside the area
preserve nature. As other conservation area, to enter preserve nature required SIMAKSI
(licenses enter the conservation). SIMAKSI can be obtained at the office the natural resource
conservation agency (BKSDA) local .The construction of preserve nature and natural resources
of flora and fauna able to be protected well by the state. One of Preserve nature in indonesia
is preserve nature pangandaran who was in the area pangandaran, west java. The area and
location before set as a preserve nature (ca) zone forest pangandaran first set as Wildlife
Sanctuaries it is based on the pl the date of 7-12-1934 number 19 stbl. 669, is as the width of
497 than one hectare in size, (but those who turn back actually 530 than one hectare in size)
and Marine park in mind the extent of 470 than one hectare in size. Later in the following
263

development after it was unearthed flowers raflesia padma, The status of Wildlife reserve
become Preserve Nature based on the letter agriculture ministers decree number: 34 / KMP /
1961.
Keywords: Preserve Nature Pangandaran, wildlife sanctuary
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cagar alam adalah kawasan hutan yang dilindungi karena memiliki keunikan tumbuhan,
satwa dan ekosistemnya. Biasanya, tumbuhan dan satwa dalam kawasan cagar alam
tersebut merupakan asli dari daerah tersebut, tidak didatangkan dari luar.
Perkembangannya pun dibiarkan alami apa adanya. Pengelola hanya memastikan manusia
yang menyebabkan kerusakan. Cagar Alam Pangandaran mampu memberikan beberapa
fungsi kepada masyarakat umum, baik untuk kepentingan umum, ilmu pengetahuan,
penelitian dan pendidikan. Kawasan ini merupakan labolatorium alam, dimana proses
kehidupan alamnya tidak begitu terganggu. Di dalam cagar alam ini terdapat beberapa flora
dan fauna yang amat banyak.
1.2. Identifikasi Masalah
Meneliti apa saja penyusun ekosistem yang ada di dalam Cagar Alam Pangandaran ini.
Mengetahui apa saja komponen-komponen yang ada didalamnya, apa saja interaksi antar
komponen dalam ekosistem tersebut dan adakah siklus biogeokimia yang terjadi
didalamnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Pemenuhan tugas Biologi
2. Menambah pengetahuan mengenai ekosistem.
3. Mengetahui apa saja komponen ekosistem yang ada didalamnya.
4. Mengetahui interaksi apa saja yang terjadi antara biotik dan abiotik.
5. Dapat mengetahui cara membedakan komponen biotik dan abiotik.
6. Mengetahui apa saja dan bagaimana terjadinya siklus biogeokimia.

1.4. Kegunaan Penelitian


Hasil akhir yang diharapkan dari penelirian ini diharapkan memberi manfaat yaitu:

1. Bagi peneliti yaitu bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai penyusun ekosistem yang
ada di Cagar Alam Pangandaran.
2. Bagi pembaca yaitu bisa memahami dan mengetahui penyusun ekosistem tersebut, juga
bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya.

1.5. Kerangka Pemikiran


Cagar alam berfungsi sebagai tempat berlindungnya flora serta fauna dari ancaman
kepunahan, menjaga kesuburan tanah, mengatur tata air, dll. Pada Cagar Alam
Pangandaran pun sama. Cagar Alam Pangandaran berfungsi untuk melindungi berbagai
macam flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Banyak sekali flora dan fauna yang
264

terdapat didalamnya. Semua hidup berdampingan, sampai terciptanya beberapa interaksi


antar komponen ekosistem tersebut. Siklus biogeokimia juga terjadi di Cagar Alam ini.

II. METODOLOGI
1.2. Alat dan Bahan
Kegiatan eksplorasi yang penulis lakukan ini, ditunjang dengan penggunaan alat-alat
demi memudahkan kegiatan pengamatan. Alat-alat yang kami gunakan diantaranya alat
tulis (pensil, pulpen, buku tulis, penghapus, dll.), smartphone yang terkoneksi dengan
internet, 4 in 1 enviroment meter, max dan min hygrometer, termometer tanah, dan
melakukan pengamatan lingkungan ini dengan eksplorasi berbasis youtube.
1.3. Langkah Kerja
Adapun beberapa langkah kerja yang kami lakukan:
1. Pertama siapkan smartphone yang sudah terkoneksi internet dan jaringan.
2. Lalu buka aplikasi youtube, pergi ke kolom pencarian akun youtube lalu ketik “Oja
Aponga”
3. Pilih vidio yang sesuai interuksi yang ada di dalam LKS.
4. Pada saat menonton vidio catat semua komponen biotik, interaksi antar komponen,dan
siklus biogekimia yang ada dalam ekosistem.
5. Diskusikan hasil pekerjaan dengan teman satu kelompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah jurnal ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang sudah kita lakukan.

III. HASIL PENGAMATAN


Dari hasil eksplorasi yang kami lakukan di Ekosistem darat cagar alam Pangandaran
ini, didapatkan beberapa komponen baik biotik maupun abiotik. Adapun komponen biotik
seperti Hernandia nyphaeifolia (Kampis cina), Drynaria rigidula (Paku kepala tupai),
Dirinaria applanata (Lumut kerak), Solenopsis invicta (Semut cina), Lumbricus terrestis
(Cacing gelang), Ganoderma zonatum (Jamur hitam kayu lapuk), Ganoderma lucidium
(Jamur putih kayu lapuk), Brachythecium rutabulum (Lumut daun), Pycnoporus
sanguineus (Jamur kuning kayu lapuk), Cynopterus minutus (Kelelawar codut), Cervus
unicolor (Rusa), Pavo muticus (Merak hijau), Trachypithecus auratus (Lutung jawa),
Ocypode ceratophthalmus (Kepiting hantu bertanduk), Clibanarius longitarsus
(Kelomang cangkang pamang), Periophthlamus barbarous (Gelodok), Macaca
fascicularis (Monyet ekor panjang), Myrmeleon formicarius (Undur-undur), Ocypode
kuhlii (Gelenteng pasir). Adapun komponen abiotic seperti cahaya, suhu (32,8℃), RH udara
(20,5%), RH tanah (26,1 %), kelembapan, angin, tanah, topografi, iklim, PH.

Terdapat sebuah gua yang di dalamnya berisi habitat Cynopterus minutus (Kelelawar
codut), spesies Trachypithecus auratus (Lutung jawa) juga banyak ditemukan di dalam
hutan yang terdapat pada cagar alam Pangandaran ini. Terdapat juga habitat Macaca
fascicularis (Monyet ekor panjang) di wilayah pasir putih.
265

Jenis interaksi antar komponen pun terjadi di cagar alam ini, interaksinya antara lain
seperti, jenis interaksi predasi yang terjadi antara Solenopsis invicta (semut api) dan
Lumbricus terrestis (cacing gelang). Dimana, semut api memangsa cacing gelang. Lalu,
ada juga jenis interaksi Netralisme yang terjadi antara keong, gelodok dan kelomang.
Dimana, ketiga jenis hewan tersebut hidup berdampingan. Jenis interaksi yang terakhir
yaitu mutualisme yang terjadi antara Macaca fascicularis (monyet ekor panjang),
dimana, spesies tersebut saling mengambil kutu spesies sejenisnya.
Selanjutnya siklus biogeokimia juga terjadi cagar alam Pangandaran, siklus tersebut
meliputi siklus:
1. Pelapukan, pelapukan yang terjadi di cagar alam Pangandaran merupakan pelapukan
kayu, dimana pelapukan ini dibantu oleh spesies Ganoderma zonatum (jamur hitam
kayu lapuk).
2. Nitrogen, terjadi pengubahan amonia oleh spesies rusa, burung, dll. Dimana rusa dan
burung tersebut menghasilkan feses.
3. Material karbon, dihasilkan dari sisa-sisa hasil pembakaran kayu.

IV. PEMBAHASAN
Cagar alam pangandaran merupakan ekosistem darat yang cukup lengkap. Karena disini
terdapat banyak spesies hewan dan tumbuhan. Di posko awal masuk, terdapat spesies Pavo
muticus (merak hijau). Hewan ini termasuk hewan yang dilindungi. Di cagar alam ini pula
terdapat sebuah gua yang dihuni oleh banyak Cynopterus minutus (kelelawar codut). Ada
pula populasi lutung jawa yang dihuni oleh banyak spesies Trachypithecus auratus (lutung
jawa). Terdapat juga ekosistem air tawar dalam bentuk aliran sungai. Aliran sungai ini akan
mengalir hingga ke laut.
Terdapat pula wilayah pasir putih di cagar alam ini. Menurut penjaga sekitar, di pasir
putih tersebut, terdapat habitat Macaca fascicularis (monyet ekor panjang). Dalam
perjalanan menuju pasir putih, terdapat sebuah muara yang menjadi tempat habitat
Ocypode ceratophthalmus (kepiting hantu bertanduk). Kepiting tersebut menggali pasir
lalu mengeluarkan pasir tersebut hingga ke permukaan.
Habitat lutung jawa, lebih banyak ditemukan di bagian barat. Sementara habitat monyet
ekor panjang banyak ditemukan di bagian timur, tepatnya di bagian wilayah pasir putih.
Selain spesies primata di daerah ini, ada pula hewan yang dilindungi keberadaannya seperti
burung merak yang berada di pos awal masuk cagar alam ini.

V. SIMPULAN
Ekosistem darat di cagar alam pangandaran ini merupakan ekosistem darat yang
cukup lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen biotik dan abiotik, selain
itu juga terjadi interaksi antar komponen dan terjadi pula siklus biogeokimia. Terdapat
pula beberapa jenis buah yang dimakan oleh primata, baik itu lutung jawa maupun
monyet ekor panjang.
266

VI. DAFTAR PUSTAKA


Sukoco Teo, dkk. 2018. Biologi peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu alam. Klaten: PT Intan
Perwira.
Youtube. 2019. Ekosistem darat (Cagar Alam Pangandaran):
https://youtu.be/T0oOhOoFE04 . [Online]. 10 Mei 2019.
Wikipedia. 2018. Cagar alam: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cagar_alam . [Online]. 10 Mei
2019.
Disparbud Jawa Barat. 2015. Cagar Alam Pananjung:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=594&lang=id . [Online].
10 Mei 2019.
Jurnal Bumi. 2018. Cagar alam: https://jurnalbumi.com/knol/cagar-alam . [Online]. 10 Mei
2019.
Pendidikan.co.id. 2018. Pengertian cagar alam, karakteristik, tujuan, manfaat, fungsi dan
contohnya: https://pendidikan.co.id/pengertian-cagar-alam-karakteristik-tujuan-
manfaat-fungsi-dan-contohnya . [Online]. 12 Mei 2019.
267

PENYUSUN EKOSISTEM DARAT (PLANGON)


Oleh :

Mochammad Agus Prasetya, Rossa Cholina, Absil Farras Hadi Pranaya, Noviyanti
Hikmah R, Putri Rohmatilah, Nadief Fahrezi

SMA Negeri 1 Sumber

Jalan Sunan Malik Ibrahim Nomor 04 Sumber Kabupaten Cirebon

ABSTRAK

Ekosistem darat mengacu pada keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik. Dalam istilah
sederhana, ekosistem adalah identitas dimana organisme hidup berinteraksi dengan lingkungan
fisik. Ini adalah area di mana benda-benda fisik seperti (batu, tanah, air) berfungsi bersama-
sama dengan tanaman dan hewan. Dalam ekosistem darat, kategori utama bentuk kehidupan
termasuk burung (Aves) dengan lebih dari 8.000 spesies, mamalia dengan sekitar 4.000 spesies
dan serangga sekitar 900.000 spesies. Kategori tanaman termasuk tanaman berbunga
(Magnoliophyta) dengan sekitar 275.000 spesies, lumut dengan sekitar 24.000 spesies dan
runjung dengan sekitar 500 spesies. Ekosistem darat terdiri dari komponen biotik dan abiotik
yang berada di daratan. Ekosistem darat, misalnya hutan, padang, rumput dan gurun pasir.
Didalam tiap ekosistem terdapat interaksi antar komponen ekosistem. Hutan sebagai salah satu
bentuk ekosistem darat yang tersebar di permukaaan bumi memiliki berbagai komponen
pembentuk. Komponen-komponen tersebut, yaitu beragam jenis tumbuhan dan hewan serta
lingkungan abiotik. Kawasan hutan Indonesia menyimpan kekayaan hayati beraneka ragam.
Sebagian besar hutan Indonesia termasuk kelompok hutan tropis. Selain hutan tropis, wilayah
Indonesisa banyak memiliki ekosistem darat berupa savana. Savana memiliki ciri-ciri iklim
selalu basah sampai saat kering dengan curah hujan per tahun 700 – 7100 mm.

Kata kunci : Ekosistem darat, Sridianti pengertian ekosistem darat.

ABSTRACT

Terrestial ecosystem can refer to the relationship between biotic and abiotic factors. In simple
terms, ecosystems are identities where living organisms interact with the phisycal environment.
This is the area where phisycal object (soil, rock and water) function together with plants and
animal. In terrestrial ecosystem the main categories of life froms including bird ( Aves) with
more than 8.000 spacies,mammals with around 4.000 species amd insects around 900.000
species. Categories of plants include flowering plants with around 275.000 species, 24.000
species of moss, and 500 species of conifers. Terrestrial ecosystem consist of biotic and abiotic
commponents that are on land. Terrestrial ecosystems, such as forests, grasslands, or deserts.
In each scosystem there are interactions between ecosystem components. Forests as one from
of terrestrial ecosystem that are spread on the surface of the earth have various forming
components. Component, namely various types of palnts and animals as well as the abiotic
environment. Indonesian forest areas store diverse biological wealth. Most of Indonesia’s
268

forests are classified as tropical forest. Beside tropical forest, Indonesian have many terrestrial
ecosystems in the form of savana. Savanna has teh charahteristics of the climateis always wet
to dry with annual rain 700-7100 mm.

Key word : explain what is meant by terrestrial ecosystem, sridianti of terrestrial ecosystem.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem darat (Plangon) merupakan salah satu tempat wisata alam yang berbalut
religi di kabupaten Cirebon, Jawa barat. Di dalamnya terdapat ratusan anak tangga,
dan pengunjung akan menemukan makam seorang penyebar agama islam di tanah
Cirebon. Secara geografi, situs Plangon ini menempati lahan seluas 48 hektar,Wisata
alam plangon hanya berjarak 16 km dari pusat Kota Cirebon, atau dapat ditempuh
hanya dalam waktu 45 menit saja. Nama Plangon bersal dari bahsa Tegal yaitu
Klangenan, yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri.

1.2. Identifikasi Masalah


Meneliti dan mengetahui apa saja komponen komponen yang ada di daerah ekosistem
darat Plangon ini. Dan apa saja interaksi dalam komponen tersebut dan adakah siklus
biogeokimia yang terjadi.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Pemenuhan tugas biologi.
2. Mengetahui dan meneliti apa saja komponen-komponen yang ada di dalamnya.
3. Mengetahui interaksi dan siklus biogeokimia yang terjadi antara komponen
biotik dan abiotik.
4. Dapat mengetahui dan cara membedakan komponen biotik dan abiotik.
5. Menambah pengetahuan tentang ekosistem darat.

1.4. Kegunaan penelitian


Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk peniliti yaitu bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai penyusuan
ekosistem yang ada di Plangon.
2. Untuk pembaca yaitu bisa memahami dan mengetahui penyusun ekosistem
tersebut, juga bisa menambah wawasan dan imu pengetahuan.

1.5. Kerangka Penelitian


Ekosistem darat (Plangon) ini berfungsi untuk tempat wisata bagi pengujung yang
ingin berlibur atau berziarah. Selain tempat wisata, Plangon juga adalah tempat untuk
berlindung bagi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Plangon itu identik dengan
salah satu hewan yaitu monyet atau kera. Semuanya hidup berdampingan, hingga
terjadi suatu interaksi antar komponen ekosistem tersebut.
269

II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Kegiatan eksplorasi yang penulis lakukan ini, ditunjang dengan penggunaan alat-alat
untuk memudahkan kegiatan observasi. Alat yang kami gunakan di sini adalah alat
tulis seperti (Buku tulis, Pulpen, pensil, Penggaris, Penghapus, dan lain-lain ), 4 in 1
environment meter, max dan min hygrometer, termometer tanah , smartphone yang
terhubung dengan internet.

2.2. Langkah Kerja


1. Siapkan smartphone yang sudah terkoneksi dengan internet dan jaringan.
2. Kemudian, buka apliaksi youtube dan ketik di kolom pencarian “ Ojja Aponga”.
3. Piilihlah video yang sesuai dengan perintah yang ada di dalam LKS.
4. Pada saat menonton video, catat semua komponen biotik dan abiotik, interaksi
antar komponen dan siklus biogeokimia.
5. Diskusikan hasil pekerjaan dengan teman satu keompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah jurnal ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang sudah kita
lakukan.

III. HASIL PENGAMATAN


Dari hasil eksplorasi yang kami lakukan di Ekosistem darat (Plangon) ini, didapatkan
beberapa komponen biotik dan abiotik. Adapun komponen biotik yaitu Macaca
Fascicularis (Monyet berekor panjang). Populasi monyet berekor panjang mendominasi di
Plangon dan suka di beri makan oleh pengunjung, Julus Virgatus (Kaki Seribu). Hewan ini
sangat banyak ditemukan karena wilayahnya memiliki tingkat kelembapan yang sangat
tinggi, Fejervarya Cancrivora (Katak), Appias Libhijfea (Kupu-Kupu), Semut, Capung
dan Tumbuhan semak-semak. Adapun komponen abiotik yaitu, Cahaya matahari (0,3 lux,
0,01 lux), Suhu (32,1C), Kelembapan (21,9%, 21,5%).
Jenis interaksi antar komponen pun terjadi di kawasan Plangon ini, interaksinya
antara lain seperti, jenis interaksi Netralisme yang terjadi pada hewan kupu-kupu dengan
katak yang berdampingan tetapi tidak ada yang diuntung ataupun dirugikan. Lalu ada juga
interaksi komensalisme yang terjadi antara pengunjung dan monyet berekor panjang
(Macaca Fascicularis).
Selanjutnya siklus biogeokimia juga terjadi di kawasan Plangon ini. Siklus tersebut
yaitu pelapukan, pelapukan yang terjadi di Plangon merupakan pelapukan kayu, pelapukan
ini dibantu oleh spesies Ganodema Zonatum (jamur hitam kayu lapuk).

IV. PEMBAHASAN
Plangon merupakan ekosistem darat yang cukup lengkap, karena di dalamnya
terdapat komponen biotik dan abiotik. Pada gapura masuk Plangon terdapat banyak hewan
Macaca Fascicularis atau disebut monyet berekor panjang. Di Plangon ini juga terdapat
banyak hewan dan tumbuhan antara lain, seperti ulat kaki seribu (Julus Virgatus), kupu-
kupu (Appias Libhijfea), semut, capung dan tumbuhan semak-semak.
270

Di Plangon juga terdapat puncak bukit wisata, sebelum kita ke puncak bukit kita akan
menaiki rartusan tangga yang berawal dari gapura masuk sampai puncak bukit. Puncak
bukit Plangon ini adalah salah satu tempat yang terdpat banyak berbagai jenis monyet.
Plangon juga memiliki sebutan “Hutan Monyet” karena hewan yang mendominasi Plangon
adalah hewan monyet. Maka dari situlah tercipta sebutan hutan monyet.

V. SIMPULAN
Ekosistem darat (Plangon) di Cirebon ini merupakan ekosistem darat yang sudah
cukup lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen biotik maupun abiotik, selain
itu juga terjadi interkasi antar komponen yaitu Netralisme dan komensalisme, terjadi pula
siklus biogeokimia yaitu pelapukan kayu.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Seputar Pengetahuan. 2016. Pengertian Ekosistem Darat, Macam dan Cirinya.
Https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/09/pengertian-ekosistem-darat-macam-dan-
cirinya-lengkap.html. 30 Mei 2019.

Sridianti. 2018. Pengertian Ekosistem Darat. Https://www.sridianti.com/pengertian-ekosistem-


darat .html. 30 Mei 2019.

Youtube. 2019. Ekosistem Darat (Plangon). Https://youtu.be/93X6dSBRO-A. (Online). 30 Mei


2019.
271

EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PANTAI KARAPYAK


PANGANDARAN
Oleh
Andika Wijaya, Fauziyyah Kania Wulandari, Imas Endang
Murdaningrum, Pebby Septiani, Rani Rahmawati, Yuliarti Aoliyah
SMA Negeri 1 Sumber

ABSTRAK
Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok binatang
karang yang membentuk struktur kalisum karbonat, semacam batu kapur. Ekosistem ini
menjadi habitat hidup berbagai satwa laut. Terumbu karang bersama-sama hutan
mangrove merupakan ekosistem penting yang menjadi gudang keanekaragaman hayati
di laut. Dari sisi keanekaragaman hayati, terumbu karang disebut-sebut sebagai hutan
tropis di lautan.Ekosistem terumbu karang merupakan habitat hidup sejumlah spesies
bintang laut, tempat pemijahan, peneluran dan pembesaran anak-anak ikan. Dalam
ekosistem ini terdapat banyak makanan bagi ikan-ikan kecil dan ikan-ikan kecil tersebut
merupakan mangsa bagi predator yang lebih besar. Diperkirakan terdapat lebih dari satu
juta spesies mendiami ekosistem ini. Meski terlihat kokoh seperti batuan karang,
ekosistem ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Suhu optimum bagi
pertumbuhan terumbu karang berkisar 26-28°C.1 Dengan toleransi suhu berkisar 17-
34°C.2 Perubahan suhu dalam jangka waktu yang panjang bisa membunuh terumbu
karang. Ekosistem ini juga memerlukan perairan yang jernih, sehingga matahari bisa
menembus hingga lapisan terdalamnya.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang
batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’ , ‘karang’
yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia
yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu,
sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga
meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan
kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang
maupun alga. Secara fisik, terumbu karang adalah terumbu yang
terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua
terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di
dalam terumbu karang, koral adalah insiynyur ekosistemnya. Sebagai
hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya. Karang
merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi
terumbu karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang
272

terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22°


C),memiliki kadar Ca𝐶𝑂3 (kalsium karbonat), dan komunitasnya
didominasi berbagai jenis hewan karang keras (Guilcher, 1988).
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana keadaan ekosistem terumbu karang di pantai Karapyak
Pangandaran?
2. Apa saja faktor penyebab kerusakan, jenis pencemaran dan pengaruh
pencemaranlingkungan terhadap keberadaan terumbu karang
3. Apa akibat yang akan ditimbulkan dari pencemaran terhadap
terumbu karang?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui keadaan ekosistem terumbu karang di pantai Karapyak
Pangandaran.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat yaitu bagi pembaca dan peneliti.
1.5. Kerangka Pemikiran
Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia dan lingkungan. Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar
menjadi tempat hidup dan berkembang biota laut belaka. Namun
terumbu karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa
diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir,
maupun darat), dan bagi kehidupan manusia.
Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi
lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat secara
ekologi mengandung arti sebagai peran terumbu karang dalam
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Manfaat Terumbu Karang Secara Ekologi ;
Ekologi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Sehingga manfaat terumbu karang secara
ekologi berarti peran dan fungsi terumbu karang bagi lingkungan
(alam sekitar) maupun bagi biota laut lainnya. Lingkungan dapat
berupa habitat di sekitar terumbu karang berada maupun secara global,
termasuk daerah pesisir dan daratan. Secara ekologi, terumbu karang
memiliki manfaat antara lain :
1.Penunjang Kehidupan
Sebagai sebuah ekosistem, secara langsung terumbu karang menjadi
penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
sekitarnya. Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari
makan, dan berkembang biak bagi berbagai biota laut. Rusaknya
terumbu karang akan berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup
dan kelestarian berbagai hewan dan tumbuhan di laut.
273

2.Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi


Terumbu karang menjadi ekosistem dengan biodiversitas
(keanekaragaman hayati) yang tertinggi dibanding ekosistem laut
lainnya. Dengan tingkat biodiversitas yang tinggi maka terumbu
karang menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
Keanekaragaman genetik menjadikan ditemukannya keberagaman
variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan hidup yang lebih
tinggi. Sedang keanekaragaman spesies berarti akan semakin banyak
jenis biota yang dapat dimanfaatkan.
3.Pelindung Pantai dan Pesisir
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan
ekosistem yang saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah
pesisir. Terumbu karang mampu memperkecil energi ombak yang
menuju ke daratan. Energi ini kemudian diperkecil lagi dengan adanya
padang lamun dan hutan bakau (mangrove). Sehingga ombak tidak
merusak pantai atau menyebabkan abrasi pantai. Dan ekosistem di
pantai pun dapat terlindungi.
4.Mengurangi Pemanasan Global
Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui
reaksi kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur
yang bahan baku terumbu. Dalam proses yang disebut sebagai
kalsifikasi ini, karang dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan bersel
satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang.
5. Sumber obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahankimia yang
diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak
penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan
untuk mengobati berbagai manusia.
6. Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga
menyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.
Diperkirakan sekitar 20 juta penyelam, menyelam dan menikmati
terumbu karang per tahun.
7. Mempunyai nilai spiritual
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat
penting, laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya
mendukung kekayaan spiritual ini.

II. METOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
• 4 in 1 environment meter
• Max & min termohigro meter
• Termater tanah
2.2. Langkah kerja
274

• Mengamati, menganalisis, dan mencatat.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
▪ Burung Bangau (biotik) memakan spesies yang ada disekitar terumbu
karang.
▪ Bintang Mengular (biotik) menjadikan sela-sela terumbu karang sebagai
tempat tinggalnya.
▪ Macrodac lyla dore erisis (biotik) banyak spesiesnya.
▪ Cahaya (abiotik) Cahaya 0,02 lux
Suhu 26,9 C
RH 25,4 %
o Simbiosis Predasi (burung bangau dan spesies kecil disekitar terumbu
karang dimana burung bangau memakannya).
o Simbiosis Komensalisme (antara terumbu karang & bintang mengular)
❖ Hidrologi (penguapan yang terjadi di lautan).

Pembahasan
Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang saling
bersimbiosis dengan sejenis alga. Bahkan Indonesia merupakan Negara yang
memiliki terumbu karang terkaya di dunia. Sekitar 85.200 km2 atau 18% dari
seluruh terumbu karang di dunia yang jumlahnya 284.300 km2 berada di
hamparan dalam samudra Indonesia. Terumbu karang memiliki komponen-
komponen sebagaimana ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik.
Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Keterkaitan antar komponen-komponen tersebut sangat erat sehingga
perubahan salah satu komponen dapat berakibat pada berubahnya kondisi
ekosistem. Berkurang atau punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat
terjadinya alur tropik dalam jaring makanan, yang tidak konsisten sehingga
memicu terjadinya kelabilan ekosistem. Adanya rantai makanan yang terputus
(missing link) dapat memicu munculnya spesies-spesies asing (exotic spesies)
atau bioinvasi.
Faktor penyebab kerusakan karang meliputi :
• Factor alam
Misalnya hempasan ombak yang mematahkan karang atau ikan
dan hewan laut lainnya yang menjadikan karang sebagai
mangsanya.
• Pengendapan sendimen
• Aliran air yang tercemar
• Pemanasan suhu bumi
275

• Uji coba militer


• Eksploitasi yang berlebihan
• Asal melempar jangkar
IV. KESIMPULAN
Setiap ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Contohnya
pada ekosistem terumbu karang (di pantai karapyak pangandaran)
dengan cahaya sebagai komponen abiotik dan burung bangau sebagai
komponen biotic.
Setiap komponen dalam ekosistem memiliki jenis interaksi dan siklus
biogeokimia. Contoh jenis interaksi : Predasi yaitu tipe interaksi
makan dan dimakan ; Komensalisme yaitu tipe interaksi yang satu
untung dan yang satunya tidak untung dan tidak rugi.
Contoh siklus biogeokimia : Hidrologi yaitu penguapan udara.
• Faktor- faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang:
1. Faktor alam
2. Pengendapan sedimen
3. Aliran air yang tercemar
4. Pemanasan suhu bumi
5. Uji coba militer
6. Eksploitasi yang berlebihan
7. Asal lempar jangkar
DAFTAR PUSTAKA
Youtube
https://jurnalbumi.com/knol/terumbu-karang/
https://alamendah.org/2015/07/23/manfaat-terumbu-karang-bagi-
manusia-dan-lingkungan/
276

LINGKUNGAN EKOSISTEM SEKITAR BESERTA ANCAMANNYA


Oleh
Adinda Dwi Lestari, Enggar Vionita Antikasari, Fariz Rifai, Firly Maulidiyan Naurah,
Khaeruddin Indra Wijaya, Muhammad Hasan
SMA Negeri 1 Sumber
Jln. Sunan Malik Ibrahim 04 Sumber Kab. Cirebon

ABSTRAK
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada. Pengertian Ekosistem menurut A.G. Tansley yaitu Suatu
unit Ekologi (An Ecological Unit) yang di dalam sistemnya terdapat sebuah struktur-struktur &
fungsinya masing-masing, dan dapat mempengaruhi suatu timbal balik diantaranya. Menurut Odum,
ekosistem merupakan suatu unit fungsional dasar dalam ekologi, yang di dalamnya terdapat sebuah
organisme (Hewan, Tumbuhan & Manusia) & lingkungannya (Lingkungan Biotik & Abiotik) dimana
antara keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Menurut UU Lingkungan Hidup tahun 1997,
ekosistem yaitu suatu tatanan hidup yang menjadi satu yang utuh dengan menyeluruh antara semua
unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas
berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi
dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan
hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme,
bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di
bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan
kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda
memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun
asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan
makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya
untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
Kata kunci: Ekosistem, Biotik, Abiotik, Organisme, Mikroorganisme

ABSTRACT
An ecosystem is an ecological system formed by the inseparable reciprocal relationship
between living things and their environment. Ecosystems can also be said as a whole and whole unitary
arrangement between all elements of the environment that influence each other. Ecosystem is a merger
of each biosystem unit that involves reciprocal interactions between organisms and the physical
environment so that the flow of energy leads to a certain biotic structure and a material cycle occurs
between organisms and anorganisms. The sun is the source of all available energy. Definition of
Ecosystems according to A.G. Tansley is an Ecological Unit (An Ecological Unit) which has a structure
and function in its system, and can influence a reciprocity between them. According to Odum,
ecosystems are a basic functional unit in ecology, in which there is an organism (Animals, Plants &
277

Humans) & its environment (Biotic & Abiotic Environment) where both of them influence each other.
According to the 1997 Environmental Law, ecosystems are a life order that becomes a whole as a whole
between all elements of the environment and influences each other. In ecosystems, organisms in a
community develop together with the physical environment as a system. Organisms will adapt to the
physical environment, otherwise organisms also affect the physical environment for life. This
understanding is based on the Gaia Hypothesis, namely: "organisms, especially microorganisms,
together with the physical environment produce a control system that keeps the conditions on earth
suitable for life". This leads to the fact that the chemical content of the atmosphere and earth is very
controlled and very different from other planets in the solar system. The presence, abundance and
spread of a species in an ecosystem are determined by the level of availability of resources and the
conditions of chemical and physical factors that must be within the range that the species can tolerate,
this is what is called the law of tolerance. For example: Panda has a broad tolerance to temperature,
but has a narrow tolerance to its food, namely bamboo. Thus, pandas can live in the ecosystem under
any conditions provided that the ecosystem contains bamboo as a source of food. Unlike other living
beings, humans can widen their tolerance range because of their ability to think, develop technology
and manipulate nature.
Keywords: Biotic, Abiotic, Organisms, Microorganisms
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem adalah sebuah sistem yang terbentuk akibat adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada ekosistem ini terdapat 2 komponen yang
penting yang terlibat, yaitu komponen biotik (hidup) dan komponen abiotik (tidak hidup).
Kedua komponen ini saling mempengaruhi, contohnya disini adalah hubungan hewan
dengan air. Interaksi antara kedua komponen ini pada akhirnya akan membentuk suatu
kesatuan dan keteraturan. Pada dasarnya setiap komponen memiliki tugas masing-masing
dan selama tugas tersebut dapat dijalankan dan tidak ada gangguan, maka keseimbangan
dari ekosistem akan tetap terjaga. Komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem ini
tentunya sangat berbeda-beda, perbedaan diantara keduanya tersebutlah yang menyebabkan
terbentuknya keanekaragam ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem adalah suatu bentuk interaksi antara sebuah komunitas
dengan lingkungan abiotiknya di suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu yang
tertentu pula. Komunitas yang dimaksud disini adalah kumpulan populasi yang berinteraksi
di suatu tempat dan dalam jangka waktu yang tertentu.
1.2. Identifikasi Masalah
Memahami dan meneliti berbagai penyusun ekosistem serta mengetahui komponen-
komponen dan interaksi-interaksi yang ada di berbagai ekosistem, diantaranya Ekosistem
Darat ( Plangon), Ekosistem Hutan Kota Sumber, Ekosistem Padang Lamun (Karapyak),
Ekosistem Cagar Alam Pangandaran, dan Ekosistem Hutan Mangrove.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Pemenuhan tugas Biologi.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan.
3. Mengetahui berbagai interaksi lain yang jarang diketahui.
4. Mengajarkan kita untuk mengagumi kekuasaan tuhan.
5. Melatih kita untuk lebih teliti dan disiplin mengerjakan tugas atau kewajiban.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil akhir dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi peneliti atau pembacanya.
1. Bagi peneliti, menambahnya wawasan dan pengalaman baru yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan.
2. Bagi Pembaca, mengetahui dan memahami berbagai komponen dan interaksi yang
berkaitan dengan ekosistem yang tersaji.
1.5. Kerangka Pemikiran
278

Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya
sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem
dalam waktu tertentu. Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal
ikhwal tentang makhluk hidup, habitat, dan lingkungan sebagai Untuk memperdalam
pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! penyusun
komponen biotik dan abiotik, serta menjelaskan wilayah lingkungan fisik dan persebaran
nutrien. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat
seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup
termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur
makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai
produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer. Secara
fungsional sebagian besar peran dan fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses
fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur
biogeokimiawi. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui
proses penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari
bahan-bahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen
konsumen dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup
yang telah mati menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan
ulang oleh produsen dan konsumen kembali. Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut
tidak saja melibatkan proses alir atau transfer energi, produksi, pertumbuhan,
perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur makhluk hidup yang kemudian akan
mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi. Dalam proses fungsi ekosistem tersebut,
juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik antara komponen ekosistem.

II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Kegiatan pengamatan yang kami lakukan ditunjang dengan penggunaan berbagai alat-alat
khusus. Alat-alat tersebut diantaranya alat tulis (buku, pensil, penghapus, penggaris,
pensil, spidol, dll), min hygrometer, termometer tanah, dan aplikasi youtube, karena
penelitian yang dilakukan berbasis youtube.
2.2. Langkah Kerja
Langkah-langkah yang kami lakukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan smartphone yang telah terkoneksi dengan jaringan internet.
2. Membuka aplikasi Youtube, lalu mengunjungi akun youtube “Oja Aponga.”
3. Menyimak 5 video tentang ekosistem yang ada di channel tersebut.
4. Mencatat hal-hal penting hasil pengamatan dalam video.
5. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman kelompok.
6. Membuat jurnal ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah dijelaskan.

III. HASIL PENGAMATAN


Dari hasil eksplorasi yang telah kami lakukan, yaitu diantaranya Ekosistem Darat (
Plangon), Ekosistem Hutan Kota Sumber, Ekosistem Padang Lamun (Karapyak), Ekosistem
Cagar Alam Pangandaran, dan Ekosistem Hutan Mangrove, terdapat berbagai komponen biotik
maupun abiotik. Pada ekosistem darat Plangon, terdapat komponen biotik Julus virgatus dan
Macaca fascicularis, Fejerfarya cancrivora, dan Appias libythea. Pada ekosistem Hutan Kota
Sumber, terdapat Minimosa pudica, dan Imperata cylindrica. Pada ekosistem Padang Lamun,
ada Marcrotema caligans, Harrpiosquilla raphidea, dan Ophiuradea brevispinum. Pada
ekosistem darat Pangandaran terdapat Pavo multicus (Merak hijau), Aernandia nyphaeifolia
(Campis cina), Dirinacia applanata (Lumut kerak), dan lain-lain. Sedangkan pada ekosistem
Hutan Mangrove, terdapat komponen biotik Nypafrueticans (Nifah), Sonneratia alba (Pedada),
Avicennia alba (Api-api), dan lain-lain.
Selain komponen biotik, ekosistem juga memiliki komponen abiotik. Komponen
abiotik yang ada di Ekosistem Darat ( Plangon), Ekosistem Hutan Kota Sumber, Ekosistem
Padang Lamun (Karapyak), Ekosistem Cagar Alam Pangandaran, dan Ekosistem Hutan
279

Mangrove ini cenderung memiliki komponen-komponen abiotik yang tidak berbeda jauh.
Seperti yang ada di ekosistem Plangon, cahaya = 0,03 Lux, suhu = 32,1 C, RH = 21,9 %, dan
suara 32 – 56 dB. Pada ekosistem juga terjadi beragam interaksi-interaksi dan siklus
biogeokimia. Contohnya interaksi predasi yang terjadi antara belut laut dan ikan kecil. Belut
laut memangsa ikan-ikan kecil dan organisme kecil yang ada di sekitarnya. Selain predasi,
terjadi juga interaksi naturalisme yang terjadi pada ikan geledok, kepting, dan spesies lain dalam
ekosistem cagar alam Pangandaran. Siklus biogeokimia yang sering terjadi adalah siklus
hidrologi, siklus ini mempengaruhi kondisi air pada suatu ekosistem.

IV. PEMBAHASAN
Ekosistem adalah Suatu sistem yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungan hidup dan diantara keduanya tidak bisa
terpisahkan.Ekosistem juga dapat disebut Ekologi yaitu Suatu tatanan kehidupan dalam suatu
kesatuan secara utuh & menyeluruh, di antara seluruh komponen-komponen lingkungan yang
masing-masing memiliki pengaruh antara satu sama lain. Ekosistem terbentuk dari 2 komponen
yaitu Komponen Biotik & Komponen Abiotik.

Komponen Biotik adalah Suatu komponen ekosistem yang berupa benda hidup
(Organisme). Contoh Komponen Biotik : Heterotrof (Konsumen) & Pengurai (Dekomposer).
Komponen Heterotrof adalah Suatu organisme yang mengunakan bahan organik, yang telah
disediakan oleh suatu organisme lain sebagai makanannya. Komponen ini memanfaatkan
makanan yang dimakannya lebih kecil, dan disebut dengan komponen Makro atau Fagotrof.
Dekomposer (Pengurai) adalah Suatu organisme yang mengurai sebuah bahan organik, yang
berasal dari organisme yang sudah mati. Dekomposer (Pengurai) memanfaatkan makanan yang
dimakannya dalam jumlah yang besar, dan disebut dengan Makro atau Sapotrof.

Komponen Abiotik adalah Suatu komponen ekosistem yang terdiri berupa benda mati
atau benda tak hidup (Non Hayati). Contoh Komponen Abiotik : Suhu, Air, Garam, Tanah,
Cahaya Matahari, & Iklim. Suhu yaitu Suatu proses biologis yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan pada suhu. Contoh : Mamalia & Burung merupakan makhluk hidup yang dapat
mengatur sendiri suhu yang berada didalam tubuhnya. Sebuah ketersediaan air dapat
mempengaruhi distribusinya suatu organisme. Contoh : Organisme dapat beradaptasi dan
bertahan hidup dengan memanfaatkan ketersediaan air yang berada padang pasir. Suatu
konsentrat pada sebuah garam mempengaruhi keseimbangan air di dalam organisme
melalui Osmosis. Contoh : Beberapa organisme Terestrial dapat beradaptasi pada lingkungan,
yang kandungan garamnya cukup tinggi. Intensitas & Kualitas pada sebuah Cahaya Matahari
akan mempengaruhi suatu prosesnya fotosintesis, karena air mampu menyerap cahaya sehingga
proses fotosintesis dapat terjadi di sekitar permukaan matahari & terjangkau. Contoh : di padang
pasir intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan & tumbuhan
yang hidup di sana bisa depresi.

Jenis-jenis dalam Ekosistem terdiri dari 2 macam yaitu Ekosistem Alami & Ekosistem
Buatan. Jenis Ekosistem Alami adalah Suatu hubungan timbal balik, yang terjadi pada suatu
wilayah & suatu kejadian tertentu tanpa adanya campur tangan manusia. Jenis Ekosistem
Buatan adalah Sebuah hubungan timbal balik yang terjadi pada suatu wilayah & suatu kejadian
tertentu merupakan hasil campur tangan manusia untuk memenuhi hasrat dan kebutuhannya.

V. SIMPULAN
Ekosistem adalah jalinan yang sangat penting pada lingkungan. Keberagaman
ekosistem yang ada di permukaan bumi memiliki komponen-komponen penyusun, yaitu
komponen biotik dab abiotik. Selain itu, terdapat juga interaksi-interaksi seperti simbiosis,
kompetisi, dan sebagainya. Dalam ekosistempun terdapat siklus-siklus biogeokimia yang erat
hubungannya dengan komponen abiotik. Oleh karena itu, kita harus bersyukur atas
keberagaman ini. Karena ekosistem akan menghasilkan sumber-sumber kehidupan.
280

VI. DAFTAR PUSTAKA


Aji, Vishar. 2019. Pengertian Ekosistem: https://rumus.co.id/ekosistem-adalah/ . [Online]. 25 Mei
2019
Elfisuir. 2010. Struktur dan Fungsi Ekosistem: http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/struktur-dan-
fungsi-ekosistem.html . [Online]. 25 Mei 2019.
Sukoco Teo, dkk. 2018. Biologi dan Peminatan Ilmu-Ilmu Alam, Klaten: PT Intan Perwira.
Wikipedia. 2018. Ekosistem: https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem . [Online]. 25 Mei 2019.
281

PENYUSUSUN EKOSISTEM BUATAN DI HUTAN TAMAN KOTA


SUMBER
Oleh
Atikka, Dianito NBA, Hafidh R, Nayla Putri N, Nevy DM, Shalsa RM.
X MIPA 1 SMA Negeri 1 Sumber
Atikkaatk17@gmail.com

ABSTRAK
Ekosistem buatan yang berada di hutan taman kota yang berada di daerah sumber
merupakan ekosistem buatan yang dibuat oleh pemerintah untuk pemampungan air atau waduk
yang disalurkan ke beberapa saluran air di sekitarnya. Pohon-pohon yang mendominasi
ekosistem tersebut sebagai tempat menetralisirnya polusi udara yang disebakan oleh kedaraan,
dan tempat hidup komponen ekosistem penyususnnya.

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

Ekosistem merupakan gabungan yang berisi biotik dan abiotik yang di dalamnya terdiri
dari individu, populasi, dan komunitas serta faktor fisik atau komponen abiotik menjadi
medianya yang berada di satu wilayah. Kedua komponen biotik dan abiotik memiliki fungsinya
masing-masing yang dapat berkesinambungan atau ketergantungan salah satu atau satu sama
lainnya. Seperti halnya pada ekosistem darat (hutan taman kota sumber) yang berada di
kabupaten cirebon.

Rumusan masalah

Agar dapat mengetahui tentang ekosistem dan komponen penyusunnya, interaksi antar
abiotik dan biotik, dan mengethaui cara menbedakan abiotik dan biotik serta bagimana
terjadinya biogeokimia dan juga dimana saja kita dapat menemukan ekosistem.
Tujuan

Memaparkan dan menganalisis tentang ekosistem dan komponen penyusunnya,


interaksi antar abiotik dan biotik, dan mengeahui cara menbedakan abiotik dan biotik serta
bagimana terjadinya biogeokimia dan juga dimana saja kita dapat menemukan ekosistem.
282

METODOLOGI
Alat dan bahan

Alat yang dibutuhkan untuk menunjang kualitas vidio observasi adalah 4 in 1


enviroment meter, Max dan min hygrometer, dan Termometer tanah. Media perantara
penelitian seperti: smarphone, jaringan dan koneksi internet, aplikasi youtube, channel akun
“Oja Aponga” , dan LKS. Ada juga alat dan bahan yang mendukung penelitian antara lain: buku
biologi, buku catatan dan alat tulis lainnya.

Langkah kerja

1. Pertama siapkan smartphone yang sudah ada koneksi internet dan jaringan.
2. Lalu membuka aplikasi youtube, pencarian akun youtube “ Oja Aponga”
3. Pilih vidio yang sesuai interuksi yang ada di dalam LKS.
4. Pada saat menonton vidio catat komponen biotik, interaksi antar komponen,dan siklus
biogekimia yang ada dalam ekosistem.
5. Diskusikan hasil pekerjaan dengan teman satu kelompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah jurnal ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang kita lakukan.

HASIL PENGAMATAN
Mengetahui pengusun sebuah ekosistem, membedakan antara abiotik dan biotik,
interaksi antarkomponen, faktor penghambat pada biotik, serta faktor pendukung dari
abiotik. Mengetahui siklus biogeokimia pada seatu ekosistem.

PEMBAHASAN
Berbagai macam komponen abiotik dan biotik yang ada di hutan taman kota sumber,
komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain yang di sebut interaksi
antarkompnen, selain itu komponen biotik yang di bantu oleh abiotik dapat terjadinya siklus
biogeokimia. Komponen biotik diantaranya ada Mimosa pudica atau putri malu, Cyperus
rotundus atau rumput teki, Colotes versicolor atau bunglon, Plumeria atau pohon kamboja
dan komponen biotik yang lainnya. Selain biotik, abiotik adalah faktor pendukung utama
adanya komponen abiotok antara lain, cahaya 0,003 Lux, suhu 31,4 derajat C, RH 22,0 %,
suara 57,6-82,3 db, ada juga air, kelembapan. Angin, tanah, topografi, iklim, dan PH.

Interaksi antarkomponen seperti, jenis interaksi parasitisme yang terjadi antara putri
malu denan rumput teki, ilalang dengan pohon kamboja yang membuat pohon kaboja
terhambat pertumbuhanya oleh ilalang, pengunjung yang menaiki kuda dan membuang
sampah sembarangan, pengunjung yang menggangu ekositem contohnya anak kecil yang
menangkap bunglon dengan tujuan menjadikanya sebagai mainan. Interaksi komensalisme
terjadi pada, antarpopulasi keong dengan waduk tempat air yang ada di hutan taman kota
283

sumber. Interaksi netralisme terjadi antara populasi keong dengan populasi capung yang ada
di ekosistem tersebut.

Selanjutnya siklus biogeokimia juga terjadi di hutan taman kota sumber yaitu siklus
nitrogen dimana fases kuda (Amonifikasi) bereperan dalam siklus biogeokimia di hutan taman
kota sumber. Ada juga siklus hidrogen yaitu penguapan dari komponen abiotik ialah air yang
ada di kolam hutan kota sumber menguap ka atas yang di dukung banyaknya pohon di hutan
taman kota sumber.

Sampah plastik yang berada di hutan taman kota sumber menjadi masalah tersendiri,
sampah tersebut banyak berada di waduk atau kolam di hutan taman kota yang bisa
mengakibatkan ekosistem tergantng. Sampah-sampah yang ada di kolam tersebut juga
menghambat saluran-saluran yang di salurkan oleh waduk yang menimbulkan sarang
berkembangbiaknya nyamuk. Sampah plastik tersebut di peroleh dari pengunjung yang
membuang sampah sembarangan.

Ketidakpedulian pengujung dan masyarakat sekitar mengancam keseimbangan


ekosistem yang ada di hutan taman kota sumber, pengunjung mengira hutan taman kota
sumber yang sebagai tempat rekreasi keluarga memiliki kebersihan yang terjamin oleh
pemerintah tetapi nyatanya sampah masih ada di lingkungan hutan taman kota sumber.

KESIMPULAN
Ekosistem buatan di hutan taman kota sumber ini merupakan ekosistem lengkap karena
di dalamnya sudah tersusun komponen biotik dan abiotik, selain itu juga terjadi interaksi
keduanya dan biogeokimia.

DAFTAR PUSTAKA
Sukoco,T, Rusmiati, Hidayah, SN. 2018. Biologi. Klaten: PT Intan Perwira

Aponga, O. 2019. Ekosistem Darat (hutan kota sumber) di


https://youtu.be/beZyyVNAI1RMw (Akses 8 mei 2019)
LAMPIRAN 31
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Pembelajaran Kelas Eksperimen Diskusi Kelompok Kelas Eksperimen

Observasi Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Pembelajaran Kelas Kontrol Pengamatan Kelas Kontrol

284
LAMPIRAN 32
BERANDA YOUTUBE

Video Ekosistem Plangon

Video Ekosistem Hutan Kota

Video Ekosistem Padang Lamun

285
286

Video Ekosistem Terumbu Karang

Video Ekosistem Cagar Alam

Video Ekosistem Hutan Mangrove

Anda mungkin juga menyukai