SKRIPSI
SKRIPSI
i
ABSTRAK
AHMAD HAKIM ROJA A.A: Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Berbasis Youtube untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Kelas X Di
SMA Negeri 1 Sumber
Kualitas suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya.
Peningkatan tingkat pendidikan dapat dikolaborasikan dengan berkembangan
IPTEK sebagai sumber belajar. Pendekatan JAS adalah salah satu solusi yang
ditawarkan oleh peneliti dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa,
terlebih pendekatan tersebut dipadukan dengan basis aplikasi sosial media yang
digunakan oleh seluruh dunia, yaitu youtube yang dapat diakses kapan dan
dimanapun manusia berada. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Sumber dengan
kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 4 sebagai kelas kontrol.
Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan
yang sangat baik, hal tersebut ditandai dengan laju grafik yang terus meningkat
selama pembelajaran yang terbagi menjadi 3 (tiga) kali pertemuan. Selain
peningkatan berdasarkan pertemuan di kelas, setiap tahapan (sintak) yang diberikan
kepada siswa kelas eksperimen memiliki tingkat aktivitas rata-rata sebesar 88,06%
yang termasuk kategori “Sangat Baik”. Perbedaan peningkatan literasi sains antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat jelas terlihat berdasarkan hasil pretest
dan postest yang dilakukan. Hasil uji hipotesis umum secara menyeluruh
menunjukkan bahwa nilai pretes memiliki angka sig. 0,001<0,05, postest dan
NGain memiliki nilai sig. 0.000<0,05. Sehingga, Ha diterima dan Ho ditolak atau
terdapat peningkatan yang signifikan terhadap literasi sains siswa. Respon siswa
terhadap pembelajaran dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis
youtube memiliki respon 100% positif dari responden, yang terdiri dari skala baik
sebesar 85% dan skala sangat baik sebesar 15%. Pembelajaran dengan pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube terbukti disenangi oleh siswa sebagai
responden subjek yang menjalani langsung pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian ini diharapkan menjadi contoh bagi guru yang lain dan mengalami
pembaharuan sesuai dengan kebutuhan pendidikan, khususnya mempermudah
dalam melaksanakan pembelajaran pada konsep ekosistem.
Kata Kunci: Jelajah Alam Sekitar, Literasi Sains, Youtube
i
ABSTRACT
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
NOTA DINAS
Kepada:
Yth. Ketua Jurusan Tadris Biologi
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
di
Cirebon
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi:
Nama : Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah
NIM : 1415106005
Judul : Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube Untuk
Menigkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep Ekosistem Kelas X di SMA Negeri
1 Sumber
Kami bersepakat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk
dimunaqosahkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Bismillahirrahmaanirrahiim
NIM : 1415106005
1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai
ketentuan atau pedoman karya tulis ilmiah.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini sebagian maupun keseluruhan isinya
merupakan karya plagiat, penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di IAIN Syekh
Nurjati Cirebon
v
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis
Youtube untuk Menigkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Kelas X di
SMA Negeri 1 Sumber” oleh Ahmad Hakim Roja Aprolla AlFalasifah dengan NIM.
1415106005 telah dimunaqosahkan pada tanggal 16 Agustus 2019 di hadapan dewan penguji
dan dinyatakan lulus.
Skripsi ini telah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Panitia Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan
Dr. Ina Rosdiana L, M. Si
NIP. 19740326 200604 2 001
Sekretaris Jurusan
Asep Mulyani, M.Pd
NIP. 19790918 201101 1 004
Penguji I
Dr. Ina Rosdiana L, M.Si
NIP. 19740326 200604 2 001
Penguji II
H. Djohar Maknun, M.Si
NIP. 19651004 200003 1 003
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd
NIP. 19651002 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd
NIP. 19680728 199101 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
vi
PERSEMBAHAN
Satu kalimat yang selalu aku ucapkan dalam menghadapi rintangan kehidupan hingga sampai pada
pencapaian ini.
Alhamdulillahirrabil’alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah meridhai dan
memberikan kemudahan serta kasih sayang-Mu yang membimbing hamba dengan ilmu
pengetahuan yang kau berikan sehingga hamba mampu menyelesaikan skripsi yang merupakan
sebuah hadiah kecil yang akan kupersembahkan untuk orang-orang yang aku cintai dan sayangi di
dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW.
Secara pribadi kupersembahkan sebuah karya dan hadiah kecil ini untuk orang yang paling aku
sayangi di dunia ini:
Kedua Orang Tua yang paling mulia di dunia ini ayahanda Bapak Nasma, M.Pd., dan ibunda Ibu
Titin Hartini yang tiada hentinya selalu memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat, serta do’a
yang menghadirkan keridhoan Allah SWT dalam setiap langkah yang aku tempuh demi menggapai
cita-cita dan masa depan yang lebih baik hingga akhirnya telah mampu menyelesaikan studi
sarjana. Keluarga dan saudaraku yang aku sayangi yakni adikku Fikriyatul Maula AtThalifa, dan
Asep Fauzan Muhammad Salman AlBaihaqi, terima kasih atas dukungan dan do’a yang kalian
panjatkan selama ini.
Bapak dan Ibu dosen jurusan Tadris IPA Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kasih
sayang, perhatian, serta bimbingan selama aku menimba ilmu di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kepada dosen pembimbing skripsi yakni Bapak Prof Dr. H. Wahidin, M.Pd., dan Ibu Dr. Dewi
Cahyani, M.Pd., terima kasih atas ilmu dan waktu yang telah diberikan serta kesabaran dalam
membimbing dan memberikan arahan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
SMA Negeri 1 Sumber yang aku banggakan, ku ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan sehingga dapat melakukan penelitian skripsi ini.
vii
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan:
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan kasih sayang kepada kita semua hamba-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul: “Penerapan Pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS) Berbasis Youtube Untuk Menigkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep
Ekosistem Kelas X di SMA Negeri 1 Sumber”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana (S-1) jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri
tauladan bagi umat Islam, yang telah memberikan qudwah hasanah untuk umatnya guna
mencapai insan kamil. Semoga senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir.
Penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan dan dukungan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan penuh
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya pada:
2. Bapak Dr. H. Farihin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
3. Ibu Dr. Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si., Ketua Jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh
Nurjati Cirebon yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan arahannya dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan selama penulisan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd., pembimbing I yang penuh kesabaran serta keikhlasan
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.
5. Ibu Dr. Dewi Cahyani, MM., M.Pd., pembimbing II yang penuh kesabaran serta keikhlasan
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.
6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan jurusan Tadris Biologi yang telah memberikan ilmu
dan arahannya selama ini.
7. Bapak H. Tedi, M.Pd., kepala SMA Negeri 1 Sumber yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
ix
x
9. Orang tua tercinta, Bapak Nasma, M.Pd, dan Ibu Titin Hartini, serta seluruh keluarga besar
yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian tugas ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi
untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat mermanfaat penulis khususnya dan bagi masyarakat pada
umumnya.
Amiin ya Robbal’alamiin
Penulis,
NIM. 1415106005
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Tabel III. 1 Prosedur Eksperimen Non-equivalent Control Group Design.............................. 25
Tabel III. 2 Pedoman untuk memberikan kriteria validitas ...................................................... 27
Tabel III. 3 Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas .................................................. 28
Tabel III. 4 Pedoman untuk memberikan kriteria tingkat kesukaran ....................................... 29
Tabel III. 5 Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria daya pembeda ......................... 29
Tabel III. 6 Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria N-Gain .................................... 31
Tabel IV.1 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Secara Umum ......................................... 46
Tabel IV.2 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest, Postest, dan N-Gain Secara Umum .................. 47
Tabel IV.3 Hasil Uji Prasyarat Data Pretest untuk Setiap Indikator ....................................... 49
Tabel IV.4 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest untuk Setiap Indikator ....................................... 50
Tabel IV.5 Hasil Uji Prasyarat Data Postest untuk Setiap Indikator ....................................... 51
Tabel IV.6 Hasil Uji Hipotesis Data Postest untuk Setiap Indikator ....................................... 52
Tabel IV.7 Hasil Uji Prasyarat Data N-Gain untuk Setiap Indikator ....................................... 53
Tabel IV.8 Hasil Uji Hipotesis Data N-Gain untuk Setiap Indikator....................................... 54
Tabel IV.9 Homogenitas Varian .............................................................................................. 55
Tabel IV.10 Tabel Hasil Uji Anova ......................................................................................... 55
Tabel IV.11 Hasil Analisis Post-Hoc Test ............................................................................... 56
Tabel IV.12 Hasil Uji Analisis Tukey ...................................................................................... 57
Tabel IV.13 Homogenitas Varian ............................................................................................ 58
Tabel IV.14 Hasil Uji Anova ................................................................................................... 58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 23
Gambar III.1 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 33
Gambar IV.1 Diagram Persentase Aktivitas Belajar Berdasarkan Sintak JAS ........................ 34
Gambar IV.2 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan I....................................................... 36
Gambar IV.3 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan II ..................................................... 37
Gambar IV.4 Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan III .................................................... 38
Gambar IV.5 Diagram Nilai Rata-Rata Literasi Sains ............................................................. 40
Gambar IV.6 Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain Literasi Sains ................................................ 41
Gambar IV.7 Diagram Nilai Rata-Rata Pretest-Postest Setiap Indikator Literasi Sains ......... 42
Gambar IV.8 Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain untuk Setiap Indikator Literasi Sains ........... 44
Gambar IV.9 Diagram Respon Siswa dalam Pendekatan JAS Berbasis Youtube ................... 59
Gambar IV.10 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Eksplorasi .................................. 60
Gambar IV.11 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Konstruktivis ............................. 60
Gambar IV.12 Grafik Respon Pendekatan JAS Indikator Proses Sains .................................. 61
Gambar IV.13 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Masyarakat Belajar .................... 62
Gambar IV.14 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Bioedutaiment ............................ 62
Gambar IV.15 Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Authentic Assessment ................ 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xvi
Kualitas suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya. Hal tersebut
menyebabkan negara tersebut terus berupaya untuk meningkatkan tingkat pendidikannya.
Salah satu program internasional yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melihat
gambaran kualitas pendidikan di suatu negara adalah The Programe for International
Student Assessment (PISA). Hasil penilaian terhadap literasi sains siswa Internasional
sampai saat ini masih memprihatinkan (Latip, 2016). Laporan Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD), menunjukkan bahwa peringkat literasi sains
siswa Indonesia pada tahun 2013 adalah 382. Angka ini jauh dari rata-rata skor sains
seluruh peserta yaitu 501 dan Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
Tantangan abad 21 disektor ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diatasi
dengan pembelajaran yang diberikan kepada siswa perlu dilengkapi dengan keterampilan
untuk memastikan daya saing mereka diera globalisasi. Mereka diharapkan untuk
menguasai keterampilan abad 21 selain hanya menjadi unggul dalam kinerja akademis.
Sangat penting untuk menggabungkan keterampilan dalam pendidikan sains.
Keterampilan terdiri dari empat domain utama usia melek yaitu digital, berpikir inventif,
komunikasi yang efektif dan produktivitas yang tinggi. literasi sains merupakan salah satu
keterampilan yang dibutuhkan dalam keaksaraan era digital. Keterampilan tersebut
berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan, partisipasi dalam urusan kewarganegaraan,
budaya, dan produktivitas ekonomi. Literasi sains penting dalam kegiatan pendidikan di
masa modern karena mereka banyak masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Keterampilan proses sains dasar meliputi mengamati, mengklasifikasi,
mengukur dan menggunakan angka, membuat kesimpulan, memprediksi, berkomunikasi
dan menggunakan hubungan ruang dan waktu. Sedangkan, keterampilan proses sains
yang terintegrasi terdiri dari data menafsirkan, definisi operasional, variabel kontrol,
membuat hipotesis dan bereksperimen. mahasiswa ilmu telah dibudidayakan oleh literasi
dan proses ilmu keterampilan ilmiah melalui kelas sains (Turiman, 2012).
Literasi sains sangat penting untuk dikembangkan karena setiap orang
memerlukan informasi dan pengetahuan untuk menentukan pilihan maupun untuk
1
2
memecahkan masalah yang dihadapinya setiap hari. Literasi sains dapat ditingkatkan
dalam pembelajaran dengan menghubungkan suatu konsep sains dengan topik yang
sedang berkembang dan menarik dalam kehidupan nyata (Devi, 2016).
Kegiatan praktikum merupakan nyawa dari pelajaran biologi, karena materi
tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan, sehingga semua contohnya dapat ditemukan
di lingkungan sekitar. Praktikum membuat siswa dapat melengkapi pengetahuan teori
yang didapatkan di kelas dengan cara inquiry atau siswa mencari tahu permasalahan
dalam pembelajaran, kemudia mencari jawaban atas apa yang dipertanyakan mengenai
suatu materai. Partisipasi mahasiswa sangat dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
praktikum. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan media literasi
sains untuk membantu kegiatan praktikum dan membuatnya menarik untuk dilaksanakan
(Fuselier, 2017).
Rekomendasi untuk meningkatkan status guru harus fokus tidak hanya pada
konten pengetahuan, tetapi pada pengetahuan prosedural dan epistemik yang perlu
diterapkan. Mereka juga harus membidik untuk menghapus aspek negatif yang
disebutkan dan fokus pada pemahaman sains dan penjelasan ilmiah tentang fenomena
dengan interpretasi yang tepat. Hasil analisis PISA menunjukkan dalam jangka panjang
bahwa siswa Indonesia memiliki pengetahuan konten yang cukup tetapi sering kali tidak
dapat menerapkannya dalam tugas non-tradisional. Hal Ini juga merupakan konsekuensi
dari fakta yang disebutkan di atas bahwa standar pengajaran di Indonesia sangat menuntut
konten yang tepat. Kerangka kerja independen yang disajikan harus dapat mengumpulkan
secara mandiri informasi yang diperlukan tentang masalah yang diberikan dari berbagai
sumber informasi (ilmiah, sastra, internet) dan menggunakan materi pendidikan
multimedia. Presentasi masalah dapat sangat memotivasi siswa (motivasi menuju non-
tradisional masalah solusi atau menciptakan situasi masalah) karena mereka melihat arti
dan kegunaan dari hal-hal yang akan mereka pelajari dan memaksa mereka untuk
mengidentifikasi apa yang mereka pelajari harus tahu tentang pemecahan masalah yang
digunakan. Pendidikan harus diwujudkan dengan elemen-elemen keteramilan abad 21
agar tercipta suasana pembelajaran yan lebih baik dan membuat kemampuan siswa yang
logis, kritis dan kreatif, yang mampu menemukan hubungan di antara keduanya struktur
dan fitur spesies, yang dapat menyebabkan peningkatan dalam hasil belajar siswa di kelas
(Bellova, 2017)
3
Penelitian yang telah dilakukan oleh Odegaard (2015) Budding Sains dan
Literasi akan menjelajahi bagaimana bekerja dengan model inquiry dan literasi sains
terpadu untuk mendukung dan meningkatkan semangat belajar siswa. Video yang
disajikan beirisi demonstrasi materi dan pola kegiatan ilmu pengetahuan dan keaksaraan
berbasis penyelidikan, modalitas belajar (membaca, menulis, melakukannya, dan
berbicara itu) yang digunakan dalam pendekatan terpadu didominasi oleh kegiatan lisan.
Siswa diberi waktu untuk melakukan kegiatan diskusi melalui kegiatan komunikasi dan
literasi, dan guru melakukan penyelidikan terhadap aktivitas siswa tersebut. Modalitas
belajar yang terintegrasi dalam semua tahap penyelidikan akan berdampak pada
peningkatan literasi siswa.
Kompetensi dalam literasi sains merujuk pada proses sains yang terlibat ketika
menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan suatu masalah, seperti mengidentifikasi
dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya
mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti
apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang
sesuai dengan bukti yang ada. Sehingga PISA mengelompokkan dimensi kompetensi
tersebut ke dalam 3 aspek utama, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain
phonomena scientiifically), mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate
and design scientific enquiry), dan menginterpretasikan data dan menunjukkan fakta
secara ilmiah (interpret data and evidence scientifically). (OECD, 2015: 24)
Kemampuan literasi sains siswa dapat terbentuk dengan bantuan pendekatan
yang tepat, salah satunya dapat menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
yang dipadukan dengan multimedia berbasis youtube. JAS berbasis youtube dapat
mempermudah siswa dalam melakukan eksplorasi sumber belajar tanpa harus menuju
lokasi pengamatan secara langsung. JAS sebagai pendekatan tak dapat lepas dari
persiapan pembelajaran, implementasi perencanaan pada proses pembelajaran, dan
asesmen hasil pembelajaran yang menentukan keberhasilannya (Alimah et. al.. 2016).
JAS mendukung pengembangan kemampuan literasi sains karena menekankan
lingkungan sekitar yang bukan hanya berupa lingkungan alam, tetapi juga lingkungan
sosial masyarakat yang ada di sekitar siswa. Sehingga belajar menggunakan pendekatan
JAS menganggap lingkungan secara utuh berupa lingkungan fisik, sosial, teknologi, dan
budaya. Proses belajar biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek (siswa)
dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Pembelajaran
4
Biologi sesuai dengan karakteristik pembelajaran abad ke-21 diarahkan pada penciptaan
suasana aktif, kritis, analisis, dan kreatif dalam pemecahan masalah dengan menggunakan
keterampilan proses sains (Sudarisman, 2015). Kenyataannya proses pembelajaran
biologi masih sangat jarang yang membawa siswa untuk mempelajari objeknya secara
langsung, padahal objek tersebut sangat mudah dijumpai di lingkungan sekitar.
Pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) yang memiliki enam
komponen yaitu eksplorasi, konstruktivis, proses sains, learning community,
bioedutainment, dan asesmen autentik merupakan salah satu alternatif untuk melengkapi
kekurangan tersebut.
Proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 guru diharapkan menjadi
seorang fasilitator dan motivator yang dapat menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
siswanya. Kegiatan siswa dalam mengeksplorasi fenomena sebelum menjelaskan
merupakan bagian penting dari pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi
siswa. Hal ini akan ditunjang dengan pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar
yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata. Obyek
kajian belajar yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa memberikan gambaran yang
nyata bagi diri siswa karena dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka (Alimah &
Marianti 2015). JAS dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat
mempelajari berbagai macam konsep dan cara mengkaitkannya dengan masalah-masalah
kehidupan nyata. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains siswa yang ditekankan bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap
konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan bagaimana seseorang dapat membuat
keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan pertumbuhan
ekonomi. Pelaksanaan tugas tersebut guru harus dapat menerapkan berbagai metode
supaya pengetahuan tersebut dapat sampai kepada siswa dengan baik. Salah satu metode
yang selama ini kurang dimanfaatkan dengan baik adalah multimedia audio visual berupa
video interaktif. Menurut Haffost (Munir, 2008) multimedia adalah suatu sistem
komputer yang terdiri dari hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk
menggabungkan gambar, video, fotografi, grafik, animasi, suara, teks, dan data yang
dikendalikan oleh komputer. Pendapat lain dikemukakan oleh Thomson (1994) (dalam
Munir, 2008) bahwa multimedia sebagai suatu sistem yang menggabungkan gambar,
video, animasi, dan suara secara interaktif. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh
5
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam
maka peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi masalah yang hanya berkaitan
dengan:
1) Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) yang diterapkan dilakukan oleh
peneliti, kemudian membuat video dokumetasi yang di upload pada situs
youtube agar dapat diakses oleh siswa.
2) Situs youtube hanya sebagai tempat untuk mengakses video dokumentasi JAS
dan tempat diskusi pada kolom komentar apabila ada pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang ditayangkan..
3) Peningkatan kompetensi literasi sains mencangkup tiga aspek yaitu
menjelaskan fenomena secara ilmiah (explain phenomena scientifically),
mengevaluasi dan membuat penyelidikan ilmiah (evaluate and desingn
scintific equiry), serta menginterpretasikan data dan menunjukan fakta secara
ilmiah (interpret data and evidence scientifically).
4) Kajian konsep materi yang diamati adalah konsep ekosistem: Pengertian
ekosistem, aliran energi, siklus biogeokimia, dan interaksi dalam ekosistem.
3. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
3) Bagi Siswa
4) Bagi Sekolah
A. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan
bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006:
30). Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih
lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru
memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa
(Hamalik, 2010:36).
Sains berasal dari gejala-gejala yang terjadi di alam kemudian dengan rasa ingin
tahu manusia dan keinginannya untuk mengamati, mencoba mempelajari sampai mencari
tahu penjelasan atas gelaja-gejala tersebut melalui proses penyelidikan. Bundu (2006: 9)
mengemukakan bahwa, sains berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah
dan berhubungan dengan alam, sedangkan science memiliki arti ilmu pengetahuan,
sehingga natural science adalah ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari
fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-
ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat
organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta maupun konsep-
konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko, 2001:2).
Berdasarkan KTSP (BSNP, 2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah bersifat kualitatif
dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya. Mata
pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada
fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
9
10
Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan yang dapat berupa
lingkungan alam, sosial, teknologi, dan sebagainya. Pembelajaran dengan pendekatan
jelajah alam, siswa dihadapkan langsung terlibat dengan lingkungan kongkrit maupun
manipulatif selama proses belajar. Biologi adalah ilmu yang sangat berhubungan
langsung dengan lingkungan alam sekitar. Kegiatan penjelajahan merupakan suatu
strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi. Menurut Ridho
(dalam Marianti 2006) kegiatan penjelajahan mengajak siswa aktif mengeksplorasi
lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotornya
yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan penguasaan
berkarya, penguasaan menyikapi, dan penguasaan bermasyarakat, sehingga penggunaan
alam sekitar sebagai sumber belajar sangat menunjang dalam mempelajari ilmu tersebut.
Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mempunyai karakteristik memanfaatkan lingkungan sekitar baik lingkungan fisik, sosial,
teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari
melalui kerja ilmiah (Marianti, 2005). Pendekatan ini tidak menekankan siswa untuk
langsung belajar di alam, tetapi juga mengkonstruksi apa yang ada di alam, kemudian
11
dijadikan bahan untuk pembelajaran di kelas. Pendekatan JAS mengajak siswa mengenal
objek, gejala, dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan simpulan atas konsep
tetang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak
secara langsung dari guru atau buku, tetapi melalui kegiatan ilmiah.
Menurut Marianti (2006) yang menjadi ciri dalam keiatan pembelajaran
berpendekatan JAS selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak
langsung yaitu dengan mengunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan berupa
peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah adanya laporan
untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto, atau audio visual. Ciri
keempat yaitu kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan sehingga
menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.
Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang sebaiknya dilaksanakan
secara terpadu. Komponen-komponen JAS tersebut sebagai berikut:
1. Eksplorasi
Eksplorasi terhadap lingkungan secara langsung akan membuat siswa
berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan
pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Lingkungan
yang dimaksud tidak anya lingkungan fisik saja, tetapi meliputi lingkungan sosial,
budaya, dan teknologi.
2. Kontruktivisme
Pengetahuan dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi)
yang terus menerus, terus berubah dan berkembang. Melalui proses berinteraksi
dengan lingkungan menggunakan indera yang dimilikinya, siswa akan membangun
sendiri pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman yang telah didapat.
3. Proses Sains
Proses sains atau kegiatan ilmiah dimulai ketika seorang mengamati hal
yang menarik menurut diri sendiri atau orang lain, sehingga memunculkan
pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan kemudian dipecahkan melalui suatu
proses yang disebut metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu.
4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Konsep Learning Comunity menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
12
antar teman, kelompok, atau antara yang tahu dan yang tidak tahu. Masyarakat
belajar dapat dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua arah. Dua
kelompok atau lebih daalm masyarakat belajar yang terlibat komunikasi
pembelajaran akan saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan
sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5. Bioedutaiment
Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutaiment
memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan serta keterampilan akademik mereka sebagai macam tatanan dalam
sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata dan masalah
yang disimulasikan. Strategi pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS
bercirikan eksplorasi sumber daya alam serta eksplorasi otensi siswa. Strategi
pembelajaran bioedutaiment dapat diterapkan di luar kelas (outdoor classroom)
atau di dalam kelasl (in door classroom), maupun di tempat pembelajaran lainya.
6. Authentic Assessment
Penilaian kemampuan belajar siswa dapat berupa penilaian proses dan
hasil. Penilaian autentik dapat dilakukan dengan menskor dan pengetahuan dan
keterampilan siswa. Penilaian autentik akan menjawab pertanyaan: “Apakah
kemampuan yang telah dikuasai siswa?”, bukan “Apa yang sudah diketahui
siswa?”. Cara tersebut akan mengetahui nilai kemampuan siswa dengan berbagai
cara, tidak hanya berupa tes tertulis saja.
Keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, memecahkan masalah, berpikir
kritis, kreatif, dan berpikir kompleks menjadi dasar pertimbangan bahwa model
pembelajaran Eksperimental Jelajah Alam Sekitar (EJAS) didesain dengan 5 fase utama,
yaitu fase eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi. Kelima fase utama
dalam model EJAS dikembangkan atas dasar kondisi-kondisi yang mendukung
pemberian pengalaman pada proses belajar siswa dan format pembelajaran konstruktivis.
Masing-masing fase pada model EJAS memiliki tujuan yang dijabarkan dalam sintak atau
langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tujuan utama model EJAS.
1. Fase Eksplorasi
Fase eksplorasi merupakan fase yang harus dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran biologi dengan model EJAS. Siswa dituntut untuk melakukan
13
eksplorasi terhadap sumber belajar yang ada di lingkungan, baik yang bersifat by
design maupun by utilization. Fase eksplorasi memberikan kesempatan siswa untuk
mengembangkan ide dan pengalaman mereka melalui kegiatan investigasi terhadap
lingkungan. Investigasi terhadap lingkungan diawali dengan kegiatan observasi
sehingga peserta didik mampu menemukan masalah yang bersumber dari
lingkungan. Permasalahan yang dirumuskan dipecahkan/dicari solusinya dengan
bantuan panca indera melalui interaksi dengan lingkungan belajar sesuai dengan
objek kajian materi yang dipelajari siswa.
Fase eksplorasi pada model EJAS didasarkan pada tiga asumsi dasar dalam
experiential learning menurut Johnson dalam Arends (2008) menyatakan bahwa:
(1) belajar yang paling baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam
pengalaman belajarnya, (2) pengetahuan harus ditemukan oleh peserta didik sendiri
agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku mereka, (3)
komitmen peserta didik berada pada keadaan paling tinggi bila mereka dengan
bebas menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan berusaha secara aktif untuk
mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.
2. Fase Interaksi
Fase interaksi pada fase utama model EJAS didasari pada konsep
pembelajaran kooperatif dan learning community. Konsep learning community
menyarankan agar hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik dibangun atas
dasar kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari
sharing dengan antar teman, kelompok dan peserta didik yang tahu dengan yang
belum tahu. Walau dalam anggota kelompok kecil, jika mereka saling bekerja sama
akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dengan penuh
tanggung jawab, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat, mengambil
keputusan, menghargai orang lain dan mendengarkan pikiranpikiran terbuka serta
membangun persetujuan bersama saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Teori belajar yang mendasari fase interaksi dalam model EJAS adalah
teori belajar konstruktivis personal dan konstruktivis sosial, yang didasarkan pada
pandangan Vygotsky dan Piaget. Vygotsky dan Piaget menyatakan bahwa dalam
proses pembelajaran peserta didik membangun sendiri pengetahuan dan
pemahamannya serta tidak secara pasif menerima pengetahuan yang diberikan
kepadanya. Pembentukan pengetahuan akan terjadi apabila peserta didik saat proses
14
pembelajaran berinteraksi langsung dengan objek fisik belajar mereka. Kedua teori
belajar tersebut menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran karena keaktivan adalah kunci kesuksesan belajar seseorang.
Menurut pandangan teori belajar kontruktivis sosial dikatakan bahwa peserta didik
tidak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Orang lain yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang lebih dewasa (guru,
mentor, tutor) dan teman sebaya (seusia) mereka.
3. Komunikasi
Fase komunikasi dalam model pembelajaran EJAS menekankan pada
peserta didik untuk berkegiatan melatih keterampilan berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulisan dengan tagihan tugas untuk menyusun karya ilmiah sebagai
hasil dari kegiatan eksplorasi dan interaksi yang telah dilakukan dalam fase
sebelumnya pada model EJAS. Hal tersebut dilakukan atas dasar pemikiran dan
pandangan Vygotsky mengungkapkan bahwa segala pengetahuan, ide, gagasan
dapat diungkap melalui media bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Proses
pembelajaran dan belajar peserta didik semakin baik jika mereka diminta untuk
mengungkapkan informasi yang mereka temukan dengan bahasa mereka sendiri.
Inti fase komunikasi pada model EJAS adalah kegiatan komunikasi lisan
dalam rangka membangun konsep pengetahuan bersama dengan kelompok lain.
Hal yang dikomunikasikan/didiskusikan adalah segala sesuatu yang telah diperoleh
peserta didik dalam kegiatan eksplorasi dan interaksi dalam kelompok kecil dengan
menghadirkan guru sebagai penyelaras konsep. Guru perlu dihadirkan pada fase
komunikasi karena menurut pandangan Vygotsky bahwa peserta didik mampu
membangun pemahaman atau pengetahuannya secara aktif untuk mengembangkan
struktur kognitifnya maupun berinteraksi sosial dengan lingkungannya tidak lepas
dari bimbingan orang lain sebagai mediator.
4. Refleksi
Fase refleksi pada model EJAS menuntut peserta didik untuk melakukan
refleksi atas hal-hal yang telah mereka pelajari dan dapatkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Fase refleksi merupakan salah satu fase utama yang
penting karena melakukan analisis dan refleksi dari bagian penting terkait dengan:
(1) tindakan yang harus dilakukan untuk aktivitas belajar, (2) nilai-nilai yang dapat
15
diperoleh dari aktivitas belajar dan (3) manfaat yang dapat diambil dari hasil
aktivitas belajar.
Fase refleksi menutut peserta didik untuk menengok kembali kegiatan
eksplorasi dengan melakukan analisis dan mendiskusikan konsep pengetahuan
yang telah mereka temukan di lapangan selama proses pembelajaran dengan teman
satu kelompok, antar kelompok, dan guru. Refleksi tentang pengalaman-
pengalaman belajar mampu mendorong peserta didik menjadi sadar melalui bahasa
tentang segala sesuatu yang terjadi pada mereka. Aktivitas refleksi dapat dilakukan
peserta didik melalui: (1) diskusi dengan teman sebaya dan atau dengan guru, dan
atau (2) menulis jurnal refleksi. Jurnal refleksi merupakan suatu pendekatan jurnal
dalam proses pembelajaran (1) sebagai ekspresi pemahaman peserta didik dengan
memuat pertanyaan-pertanyaan terkait dengan konsep sains, (2) berhubungan
dengan kualitas berpikir peserta didik, dan (3) penulisannya dengan kata-kata
sendiri oleh peserta didik menanamkan nilai percaya diri, keleluasaan berekspresi
dan semangat anti plagiat.
5. Evaluasi
Fase evaluasi hasil belajar pada model EJAS merupakan teknik penilaian
hasil belajar model EJAS dengan menerapkan teknik penilaian autentik. Penialaian
atau asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik dan kelas
untuk maksud-maksud pengambilan keputusan pembelajaran. Bila data yang
dikumpulkan menunjukkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar, maka
guru dapat segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari
kesulitan belajar.
Proses penilaian hasil belajar dengan model EJAS dilakukan sebelum,
selama, dan setelah proses pembelajaran oleh guru secara terintegrasi dan
komperhensif. Penilaian memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur
keterampilan daripada tes tertulis yang hanya pengukur pengetahuan. Penilaian
menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus
diperoleh dari proses kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik selama proses
pembelajaran tersebut berlangsung. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan
semata-mata hanya dari hasil tes tulis di akhir pembelajaran.
Jadi, pembelajaran berpendekatan JAS dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan, tidak membosankan, sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar.
16
C. Youtube
materi pembelajaran. Youtube dianggap sebagai media belajar yang tepat digunakan oleh
pendidik karena menjaga perhatian siswa dan membuat belajar menjadi mudah diingat.
Video menurut (Asri & Hardianti, 2017:125) merupakan salah satu media audio
visual yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran karena dapat
meningkatkan hasil pembelajaran. media audio visual dapat menampilkan unsur gambar
(visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau
informasi. Menurut (Purwanti, 2015:43) mengemukakan bahwa media dengan video jelas
lebih cenderung mudah mengingnat dan memahami pelajaran karena tidak menggunakan
satu indera. Media pembelajaran video menurut (Rakhman,dkk, 2014:10) adalah alat
yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui tayangan gambar
bergerak yang diproyeksikan membentuk karekter yang sama dengan obyek aslinya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa video Youtube
merupakan media berbasis Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) yang
menggunakan apllikasi internet (Youtube) sebagai bahan pembelajaran yang terdiri dari
film, gambar, foto, dokumentasi, peta dan suara untuk diinformasikan ke siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
D. Literasi Sains
Kompetensi dalam literasi sains merujuk pada proses sains yang terlibat
ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti
mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan.
Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat
dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu
penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang
ada. Sehingga PISA mengelompokkan dimensi kompetensi tersebut kedalam 3
20
mengidentifikasi asumsi; bukti dan penalaran dalam teks ilmu yang berkaitan;
membedakan antara argumen satu dengan yang lainya berdasarkan pada bukti
ilmiah dan teori serta berdasarkan pada pertimbangan lain; mengevaluasi argumen
dan bukti ilmiah dari sumber yang berbeda seperti koran, internet, dan jurnal.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli tersebut maka secara garis besar
literasi sains terbagi menjadi 4 dimensi utama, yaitu context, copetencies, attitudes,
dan knowledge. Keempat dimensi tersebut saling berkaitan dimana dimensi context
megharuskan individu memunculkan dimensi competencies, selanjutnya dimensi
competencies akan berdampak pada dimensi attitudes dan knowledge. Sehingga
dimensi competencies akan muncul ketika context sudah muncul dan dimensi
attitudes dan knowledge dipengaruhi oleh dimensi competencies. Oleh karena itu,
kemunculan dimensi competencies dapat merepresentasikan literasi sains pada diri
siswa.
E. Kerangka Pemikiran
Guru Siswa
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
F. Penelitian Terhadulu
G. Hipotesis Penelitian
B. Desain Penelitian
Tabel III. 1
Prosedur Eksperimen Non-equivalent Control Group Design
Kelompok 1 O1 X1 O2
Kelompok 2 O3 X2 O4
Keterangan:
O1,3 = Pretest
O2,4 = Post Test
X1 = Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Youtube
X2 = Pembelajaran Scinetific Approach
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumber yang
menekankan pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube
dalam meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem. Secara operasional
penelitian ini membutuhkan metode penentuan subjek, yaitu teknik populasi dan teknik
sampling.
25
26
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumber tahun
pelajaran 2018/2019. Berdasarkan populasi tersebut, maka teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang
dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat
dengan objek penelitian (Arikunto, 2006:33). Hal ini penulis tempuh guna menghindari
subjektifitas peneliti, sehingga siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel.
Tabel III. 2
Pedoman untuk memberikan kriteria validitas
Nilai r Kriteria Validitas
0,00 – 0,20 Sangat rendah (hampir tidak ada korelasi)
0,20 – 0,40 Korelasi rendah
0,40 – 0,70 Korelasi cukup
0,70 – 0,90 Korelasi tinggi
0,90 – 1,00 Korelasi sangat tinggi (sempurna)
(Purwanto, 2001: 139)
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk
melihat reliabilitas mesing-masing instrumen yang digunakan, penulis
28
Tabel III. 3
Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas
Nilai r Kriteria reliabilitas
r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11 < 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60 ≤ r11 < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 ≤ r11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Purwanto, 2001: 141)
3) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran (difficulty index) adalah
menunjukan presentase jawaban item yang benar, maka semakin kecil
presentase menunjukkan semakin sulit item tersebut. (Purwanto, 2001: 120)
soal dikatakan memiliki indeks kesukaran baik jika soal tersebut tidak terlalu
mudah atau terlalu sukar. Untuk mengetahui soal yang diujikan sukar atau
mudah, perlu dilihat tingkat kesukarannya dengan rumus:
𝐵𝐴 + 𝐵𝐵
𝑇𝐾 = 𝑋100%
𝑁𝐴 + 𝑁𝐵
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
NA = Jumlah siswa kelompok atas
NB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
29
Tabel III. 4
Pedoman untuk memberikan kriteria tingkat kesukaran
Interval
Kriteria tingkat kesukaran
Koefisien
0% - 15% Sangat sukar (sebaiknya dibuang)
16% - 30% Sukar
31% - 70% Sedang
71% - 85% Mudah
86% - 100% Sangat mudah (sebaiknya dibuang)
(Purwanto, 2001: 139)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah indeks yang digunakan dalam membedakan
antara peserta test yang berkemampuan tinggi dan peserta test yang
berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23, dalam Majid). Dalam
kebanyakan kasus, jumlah peserta test kelompok atas sama dengan jumlah
peserta test kelompok bawah NA = NB = N, dengan demikian maka
persamaan daya pembeda dapat diketahui.
BA BB
𝐷𝑃 = −
NA NB
Keterangan:
DP = Indek daya pembeda
BA = Batas atas
BB = Batas bawah
NA = Jumlah siswa salah satu kelompok A
NB = Jumlah siswa salah satu kelompok b
Tabel III. 5
Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria daya pembeda
Interval Koefisien Kriteria daya pembeda
Negatif – 9% Sangat buruk (sebaliknya dibuang)
10% - 19% Buruk (sebaiknya dibuang)
20% - 29% Agak baik (sebaiknya perlu direvisi)
30% - 49% Baik
50% - Ke atas Sangat baik
(Purwanto, 2001: 146)
Data hasil penelitian yang berisi penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube untuk meningkatkan literasi sains siswa pada kosep ekosistem
kelas X di SMA Negeri 1 Sumber, menggunakan analisis gain score. Uji prasarat
30
normalitas dan homogenitas data dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji normalitas
menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji homogenitas
menggunakan data hasil pretes dan postest (Mahanal, 2010). Pengujian statistik dilakukan
pada taraf signifikansi 0,5%.
1. Uji Prasarat/Analisis
1) Uji normalitas data
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat
untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data
bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan
digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan
model-model penelitian tersebut adalah data distribusi normal. Uji normalitas
yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Rumus Kolmogorov-
Smirnov adalah sebagai berikut :
√n1 + n2
𝐾𝐷 = 1,36
n1. n2
Keterangan :
KD = jumlah Kolmogorov-Smirnov yang dicari
n1 = jumlah sampel yang diperoleh
n2 = jumlah sampel yang diharapkan (Sugiyono, 2013:257)
Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada
(P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada
(P<0,05), maka data dikatakan tidak normal.
yang homogen. Akan tetapi apabila F hitung lebih rendah dari F tabel, maka
varian tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan yaitu menggunakan gain score. Pengujian
hipotesis berdasarkan gain score yaitu menggunakan selisih post-test dan pre-test.
Gain score didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 − X1
(𝑔1) =
X max − 𝑋1
Keterangan:
X1 = nilai pretes
X2 = nilai postest
X max = nilai maksimal
Tabel III. 6
Pedoman untuk memberikan interpretasi kriteria N-Gain
Rata-Rata Gain Score Kategori
(g) ≥ 0,7 Tinggi
0,4 – 0,6 Sedang
(g) ≤ 0,3 Rendah
dengan v = n1 + n2 – 2 dan
2 2
(𝑛1 − 1)𝑠 + (𝑛2 − 1)𝑠
𝑆 𝑔𝑎𝑏 = √ 2 2
𝑛1 + 𝑛1 − 1
32
Keterangan :
x̄1 = rata-rata gain score kelas eksperimen
x̄2 = rata-rata gain score kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksprimen
n2 = banyaknya siswa kelas kontrol
sgab = simpangan baku gabungan
F. Prosedur Penelitian
hipotesis. Hasil belajar siswa digunakan kembali untuk membedakan kelompok di kelas,
yang meliputi kelompok atas, tengah, dan bawah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka alur penelitian tersebut dapat diilustrasikan
dalam diagram berikut:
Studi Pendahuluan
Pretest Pretest
Observasi
Postest Postest
Angket
Kesimpulan Penelitian
Gambar III.1
Prosedur Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambar IV.1
Diagram Persentase Aktivitas Belajar Berdasarkan Sintak JAS
Diagram batang aktivitas belajar berdasarkan (Gambar IV.1)
menunjukkan bahwa hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran
34
35
terdapat kenaikan aktivitas belajar pada sintak satu yaitu eksporasi, hingga
sintak lima yaitu evaluasi. Hasil tersebut disesuaikan dengan sintak
pendekatan JAS berbasis youtube yang dilakukan oleh siswa. Persentase
aktivitas paling rendah dari sintak yang dilakukan terdapat pada tahap I
(eksplorasi) dengan jumlah sebesar 76,85% siswa yang aktif melakukan
kegiatan pembelajaran. Sedangkan, jumlah yang dengan persentase aktivitas
paling tinggi terdapat pada sintak tahap V (evaluasi) sebesar 97,22%.
Kenaikan aktivitas siswa paling tinggi terdapat pada perpindahan dari sintak
eksplorasi menuju interaksi, yaitu naik sebanyak 11,11%. Aktivitas sama
ditunjukkan pada sintak II dan III, yaitu memiliki persentase sebesar 87,96%.
Selain kesamaan tersebut, aktivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dari sintak tahap I sampai V terus mengalami peningkatan tanpa
ditemukan adanya penurunan aktivitas belajar dengan rata-rata aktivitas
sebesar 88,06%. Berdasarkan data pengamatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube
menunjukkan antusias dan keaktifan siswa yang meningkat pada setiap
sintaknya.
2) Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas Eksperimen
Berdasarkan Sintak Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa diukur tidak
hanya secara global mencangkup keseluruhan sintak pembelajaran JAS.
Pengukuran dilakukan berdasarkan sintak pembelajaran yang dilakukan
setiap pertemuan. Pelaksanaan pendekatan JAS yang dilakukan oleh penulis,
membagi sintak dalam 3 (tiga) pertemuan di kelas. Pertemuan pertama
meliputi sintak Eksplorasi dan Interaksi, kemudian dilanjut dengan
pertemuan kedua, yaitu sintak Komunikasi dan Refleksi, serta pertemuan
ketiga yaitu Evaluasi. Penerapan pendekatan JAS dalam setiap pertemuan
memiliki karakteristik dan aktivitas yang berbeda dan selalu mengalami
kenaikan persentase aktivitas yang berarti siswa memiliki perilaku aktif
dengan kenaikan yang bertahap setiap pertemuannya. Hal tersebut dapat
diamati dari grafik persentase aktivitas siswa dalam menanggapi
pembelajaran berikut ini.
36
Gambar IV.2
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan I
Gambar IV.3
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan II
komunikasi lisan sesuai dengan tahap eksplorasi yang telah dilakukan dan
sebagai acuan dalam penulisan jurnal ilmiah.
Aktivitas belajar siswa dalam pendekatan JAS pada pertemuan
ketiga memiliki tingkat aktivitas dengan level yang paling tinggi
dibandingkan dengan pertemuan selanjutnya. Hal tersebut dapat diamati dari
hasil diagram persentase yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan 4 (empat) sintak sebelumnya, yaitu Eksplorasi, Interaksi,
Komunikasi, dan Refleksi. Sintak yang terakhir ini yaitu Evalusi yang terdiri
dari 3 (tiga) poin sintak. Persentase aktivitas siswa tersebut dapat diamati
pada gambar dibawah ini:
Gambar IV.4
Diagram Aktivitas Siswa pada Pertemuan III
dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kepada kelas yang
menggunakan dan tidak menggunakan pendekatan JAS berbasis youtube.
Gambar IV.5
Diagram Nilai Rata-Rata Literasi Sains
Bedasarkan diagram batang pada (Gambar IV.5) nilai rata-rata
pretest dan postest sama-sama mengalami kenaikan. Nilai rata-rata yang
terdapat pada kelas eksperimen memiliki jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai teresbut berdasarkan jumlah
persentase hasil tes kelas eksperimen yang memiliki nilai pretest sebesar
48,96% dan nilai postest sebesar 82,92% dengan kenaikan rata-rata nilai
sebesar 33,96%. Sedangkan, nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar
40,83% dan nilai postest sebesar 59,38% dengan selisih kenaikan nilai
sebesar 18,55%. Selisih tersebut sangat menentukan analisis dari peningkatan
literasi sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Berdasarkan data
41
tersebut, nilai rata-rata pretest dan postest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki perbandingan data yang jauh berbeda, karena dipengaruhi
oleh adanya penerapan pembelajaran JAS berbasis youtube pada kelas
eksperimen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa dari hasil selisih antara pretest dan postest dengan penerapan
pendekatan JAS berbasis youtube untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Nilai rata-rata dan selisihnya tersbut menunjukkan bahwa hasil tes
yang dimiliki oleh kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil yang dimiliki oleh kelas kontrol. Jumlah selisih nilai rata-rata yang
cukup besar menggambarkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan JAS
berbasis youtube terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan literasi
sains siswa terhadap materi pembelajaran.
Gambar IV.6
Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain Literasi Sains
Gambar IV.7
Diagram Nilai Rata-Rata Pretest-Postest Setiap Indikator Literasi Sains
Keterangan : Literasi Sains 1 Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah (Explain
Phenomena Scientifically)
Literasi Sains 2 Mengevaluasi Dan Membuat Penyelidikan
Ilmiah (Evaluate And Design Scientific
Enquiry)
Literasi Sains 3 Menginterpretasikan Data Dan Menunjukkan
Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And
Evidence Scientifically)
Gambar IV.8
Diagram Rata-Rata Nilai N-Gain untuk Setiap Indikator Literasi Sains
Keterangan : Literasi Sains 1 Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah (Explain
Phenomena Scientifically)
Literasi Sains 2 Mengevaluasi Dan Membuat Penyelidikan
Ilmiah (Evaluate And Design Scientific
Enquiry)
Literasi Sains 3 Menginterpretasikan Data Dan Menunjukkan
Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And
Evidence Scientifically)
Tabel IV.2
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest, Postest, dan N-Gain Secara
Umum
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
Pretest Independent Sample T-Test 0.001 Ho ditolak
Postest Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
N-Gain Independent Sample T-Test 0,000 Ho ditolak
48
Tabel IV.3
Hasil Uji Prasyarat Data Pretest untuk Setiap Indikator
Uji Normalitas Uji
Data Kelas Homogenita
Kolmogorov Saphiro
s
Eksperimen Sig. 0,012 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,542
LS 1 Kontrol Sig. 0,010 Sig. 0,009 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,001 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,092
LS 2 Kontrol Sig. 0,002 Sig. 0,000 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,000 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,192
LS 3 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Tabel IV.4
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest untuk Setiap Indikator
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,142 Ho diterima
LS 2 Mann-Whitney U 0,003 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,019 Ho ditolak
Tabel IV.6
Hasil Uji Hipotesis Data Postest untuk Setiap Indikator
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 2 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
Tabel IV.7
Hasil Uji Prasyarat Data N-Gain untuk Setiap Indikator
Uji Normalitas Uji
Data Kelas Homogenita
Kolmogorov Saphiro
s
Eksperimen Sig. 0,032 Sig. 0,036
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,424
LS 1 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,001 Sig. 0,000
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,065
LS 2 Kontrol Sig. 0,032 Sig. 0,007 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Eksperimen Sig. 0,032 Sig. 0,036
Keterangan Tidak Normal Tidak
Indikator Normal Sig. 0,424
LS 3 Kontrol Sig. 0,000 Sig. 0,001 (Homogen)
Keterangan Tidak Normal Tidak
Normal
Tabel IV.8
Hasil Uji Hipotesis Data N-Gain untuk Setiap Indikator
Nilai
Data Uji Hipotesis Keterangan
Signifikansi
LS 1 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
LS 2 Mann-Whitney U 0,001 Ho ditolak
LS 3 Mann-Whitney U 0,000 Ho ditolak
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata atau hasil yang
disampaikan. Hal tersebut akan menjadikan sistem rangking di
kelas. Hasil rangking tersebut akan membagi kategori kelompok
kelas yang termasuk kedalam kelas atas, tengah, atau bawah.
Persentase pembagian kelompoknya meliputi, kelompok atas dan
bawah dengan peresntase sebesar 27% dan kelompok tengah
dengan persentase 46%. Analisis perbandingan kelompok
dilakukan pada kelas eksperimen untuk membuktikan hipotesis
atau mengetahui secara spesifik dalam satu kelas berdasarkan
pembagian kelompok tersebut, kemudian dibandingkan
berdasarkan nilai rata-rata yang sama atau tidak. Analisis ini
dilakukan menggunakan uji One-Way Anova dengan analisis Post
Hoc Test (Tukey) ketika data homogen dan Games Howell ketika
data tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat diamati pada
tabel berikut.
Tabel IV.9
Homogenitas Varian
Tabel IV.10
Tabel Hasil Uji Anova
ANOVA
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups ,055 2 ,028 1,214 ,310
56
Tabel IV.11
Hasil Analisis Post-Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tukey HSD
(I) (J) Kelompok Mean Std. Sig. 95% Confidence
Kelompok Differen Error Interval
ce (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Kelompok -,08825 ,06076 ,327 -,2373 ,0608
Kelompok Tengah
Atas Kelompok -,08600 ,06741 ,419 -,2514 ,0794
Bawah
Kelompok Atas ,08825 ,06076 ,327 -,0608 ,2373
Kelompok
Kelompok ,00225 ,06076 ,999 -,1468 ,1513
Tengah
Bawah
Kelompok Atas ,08600 ,06741 ,419 -,0794 ,2514
Kelompok
Bawah Kelompok -,00225 ,06076 ,999 -,1513 ,1468
Tengah
Tabel IV.13
Homogenitas Varian
Tabel IV.14
Hasil Uji Anova
-ANOVA
Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between ,013 2 ,006 ,267 ,768
Groups
Within ,791 33 ,024
Groups
Total ,803 35
mengacu pada indikator pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan hanya diujikan
pada kelas eksperimen. Indikator JAS yang digunakan antara lain eksplorasi,
konstruktivis, proses sains, masyarakat belajar, bioedutaiment, dan authentic
assessment. Hasil sebaran angket tersebut dapat diamati pada grafik dibawah ini:
Gambar IV.9
Diagram Respon Siswa dalam Pendekatan JAS Berbasis Youtube
Gambar IV.10
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Eksplorasi
Gambar IV.11
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Konstruktivis
Gambar IV.12
Grafik Respon Pendekatan JAS Indikator Proses Sains
Gambar IV.13
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Masyarakat Belajar
Gambar IV.14
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Bioedutaiment
63
Gambar IV.15
Diagram Respon Pendekatan JAS Indikator Authentic Assessment
Sintak tematik tersebut disesuaikan dengan tema dan estimasi waktu yang
digunakan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pertemuan pertama menggunakan
sintak dengan tema eksplorasi dan interaksi, dilanjut pertemuan kedua dengan tema
komunikasi dan refleksi, serta pertemuan ketiga adalah sintak evaluasi. Materi
ekosistem yang diberikan kepada siswa diselesaikan dalam waktu satu kali tema
pendekatan JAS berbasis youtube. Penerapan tema tersebut tetap tidak menambah
atau menghilangkan sintak pendekatan JAS, sintak yang digunakan tetap berjumlah
5 (lima) fase pembelajaran, namun dengan pertemuan yang cukup memakan waktu,
sehingga peneliti membutuhkan waktu sekitar 100 menit untuk melaksanakan
kegiatan inti dalam satu kali pertemuan. Aliyah (2017) jenis sintak yang digunakan
adalah sintak tematik atau model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk menggunakan tema atau mengaitkan beberapa tema pembelajaran sehingga
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
pertanyaan atau masalah. Kegiatan eksplorasi sangat sesuai dengan hakikat obyek
kajian pembelajaran biologi, yaitu alam dan sekitarnya. Untuk belajar memahami
alam, maka obyek dan persoalan kajiannya harus alam itu sendiri sedangkan cara
belajarnya sebaiknya dilakukan dengan cara kontak langsung dengan alam. Kontak
langsung dengan obyek belajar (alam) merupakan pola dasar untuk mempelajari
alam dan berinteraksi dengan alam. Kontak langsung dengan obyek belajar
(lingkungan alam) mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan metakognisi peserta didik. Dengan demikian, kegiatan eksplorasi alam
wajib dilakukan untuk belajar sains karena keberadaannya mampu membawa
peserta didik memperoleh pengalaman nyata tentang alam, sikap, keterampilan
ilmiah dan berpikir ilmiah mahasiswa melalui proses pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan teori Alimah (2015: 59-60) Kegiatan eksplorasi lebih
memberdayakan potensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) yang dimiliki
peserta didik dan tidak mengharuskan mereka menghafal fakta-fakta, melainkan
mendorong mereka untuk mengkonstruksikan fakta-fakta pengetahuan yang
diperolehnya dilapangan berdasarkan konsep atau prinsip biologi. Tanpa
melakukan kegiatan ilmiah, maka potensi keterampilan dan sikap ilmiah peserta
didik tidak mungkin dibudidayakan melalui proses pembelajaran.
Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Priyono et al. (2008) yang
menunjukkan bahwa pendekatan JAS dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi
siswa dalam pembelajaran, dan keaktifan siswa, dengan permasalahan rendahnya
67
aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang masih dibawah
standar ketuntasan belajar minimal. Berdasarkan pernyataan tersebut, pendekatan
JAS yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sumber terbukti benar meningkatkan
aktivitas belajar siswa, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif
dalam memecahkan masalah pembelajaran.
menyelesaikan masalah pada situasi sederhana dan akrab, sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan literasi lebih berkembang mampu menyelesaikan masalah
pada situasi yang kompleks dan sulit. (Marianti, 2016: 15-18)
Penulis terbantu dengan adanya Wi-Fi yang dapat mengakses internet di
tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 1 Sumber dan izin dalam penggunaan
smartphone di lingkungan sekolah, sehingga seluruh siswa dapat mengakses
internet. Literasi sains tersebut diukur menggunakan instrumen tes sebelum dan
sesudah kegiatanan pembelajaran berlangsung, yaitu dalam bentuk pretes dan
postes berbasis literasi sains. Tes tersebut dilakukan pada dua kelas yang berbeda,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
kepada kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan pendekatan JAS berbasis
youtube.
Uji hipotesis data pretest, postest, dan n-gain secara umum terdapat
peningkatan literasi sains yang signifikan terhadap pembelajaran dalam pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) berbasis youtube. Kenaikan rata-rata nilai pretest
postest kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, artinya kemampuan
literasi sains kelas eksperimen meningkat lebih baik. Kegiatan pembelajaran materi
ekosistem dengan pendekatan JAS berbasis youtube pada kelas eksperimen
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam diskusi dan terbiasa menganalisis
masalah. Alimah (2015: 67) kegiatan menganalisis masalah pada pembelajaran
membutuhkan pola berpikir analisis yang disertai kemampuan siswa dalam
mengkaitkan informasi-informasi lama dengan informasi baru. Informasi baru yang
telah diperoleh, terintegrasi dalam ingatan jangka panjang siswa karena siswa
membangun sendiri konsep yang awalnya tidak diketahui.
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari hasil selisih antara pretest
dan postest dengan penerapan pendekatan JAS berbasis youtube untuk
meningkatkan literasi sains siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil data bahwa, nilai
rata-rata pretest dan postest sama-sama mengalami kenaikan. Nilai rata-rata yang
terdapat pada kelas eksperimen memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Menurut Santoso (2017) hubungan positif dan kuat antara
BSCS 5E Instructional Model dengan Pendekatan JAS berbanding lurus terhadap
kemampuan literasi sains siswa. Hal tersebut ditemukan dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis, aktivitas pendekatan JAS berbasis youtube yang tinggi,
69
akan membantu siswa dalam meningkatkan literasi sains. Sehingga, nilai postest
dalam data penelitian cenderung lebih besar pada kelas eksperimen.
Tingkat pemahaman akan konsep materi yang diberikan memiliki tingkat
literasi sains lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol,
karena selisih rata-rata antara nilai pretest dan postest lebih besar pada hasil kelas
eksperimen. Hal tersebut berdasarkan data nilai gabungan antara nilai pretest dan
postest kelas eksperimen yang termasuk kedalam kategori tinggi. Sedangkan, untuk
N-Gain kelas kontrol termasuk kedalam kategori sedang. Nilai Normalitas Gain ini
dapat menujukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep ekosistem
pasca pembelajaran di kelas. Abdullah dan Abbas (2006) menyatakan bahwa
dengan belajar berkelompok efektif mendorong siswa untuk memiliki kemampuan
dalam memahami konsep. Hal tersesbut sesuai dengan penelitian yang
menggunakan pembelajaran berkelompok dalam memecahkan permasalah ilmiah
dalam pembelajaran dalam penerapan JAS berbasis youtube. Peryataan tersebut
sesuai dengan penelitian Sugiyo dan Abidin (2008) yang menyatakan bahwa
belajar dengan diskusi kelompok memudahkan siswa untuk belajar secara efektif
dan bermakna.
Rata-rata nilai kelas eksperimen memiliki penurunan hingga indikator LS
3 pada nilai kelas kontrol disebabkan karena sifat setiap indikator yang semakin
komplenks, sehingga rata-rata nilai kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata nilai kelas esperimen. Penurunan tersebut merupakan sifat kompleksitas
setiap dimensi atau indikator literasi sains semakin meningkat hingga pada
indikator LS 3. Hal tersebut tergambar dari hasil diagram batang nilai rata-rata
pretest berdasarkan indikator literasi sains antara kelas eksperimen dan kontrol.
Nilai pretest pada kelas eksperimen jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
postesnya dalam skala setiap indikator literasi sains. Hasil yang dapat diamati dari
setiap indikator LS, mengalami penurunan jumlah nilai rata-rata dan letak nilai
paling rendah adalah indikator LS 3, yaitu “Menginterpretasikan Data dan
Menunjukkan Fakta Secara Ilmiah (Interpret Data And Evidence Scientifically)”
diantara kedua indikator lainya.
Penurunan pada indikator literasi sains menunjukkan tingkat kesulitan
dalam pemahaman dimensi komptensi literasi sains menjadi semakin sulit,
sehingga penurunan tersebut umum dan terjadi pada kelas eksperimen dan kelas
70
hasil belajar tersebut disebabkan oleh adanya penerapan pendekatan JAS berbasis
youtube pada kelas eksperimen, sehingga hasil belajar pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2012) pemahaman yang baik terhadap materi berdampak
positif terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, hasil belajar siswa kelas
eksperimen yang baik disebabkan oleh bantuan pendekatan JAS berbasis youtube
yang berdampat positif pada siswa yang baik dalam memahami pembelajaran.
Hasil uji hipotesis data pretest untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains yang signifikan melalui pembelajaran dengan penerapan JAS berbasis
berbasis youtube. Nilai ini penelitin gunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil pretest kelas
ensperimen dan kelas kontrol memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Letak
perbedanya adalah peningkatan yang terjadi pada postest pasca pembelajaran JAS
berbasis youtube, yang menyebabkan terjadinya penigkatan hasil belajar yang
sangat baik pada kelas eskperimen.
Hasil uji hipotesis data postest untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains secara signifikan pasca penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube. Hasil belajar dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan peningkatan
literasi sains yang baik pada kelas eksperimen. Belajar dalam bentuk diskusi
kelompok dalam penelitian ini juga mendorong siswa untuk dapat lebih memahami
konsep yang pada akhirnya ditunjukkan dari hasil belajarnya Hasil penelitian lain
yang dikemukakan oleh Hartati (2002) menunjukkan pembelajaran kooperatif
mampu meningkatkan keterampilan interpersonal siswa yaitu adanya motivasi
untuk memperoleh penghargaan kelompok, adanya interaksi saling bertukar
informasi dengan teman sekelompok, serta adanya saling ingin memunculkan
prestasi terbaiknya demi keberhasilan kelompok.
Hasil uji hipotesis data n-gain untuk setiap indikator terdapat peningkatan
literasi sains secara signifikan pasca penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS) berbasis youtube. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Santoso et.al (2017) bahwa koefisien konstanta pada model linier dan koefisien
regresi variabel BSCS 5E Instructional Model dengan pendekatan JAS signifikan.
72
Indikator proses sains memiliki respon positif sebanyak 100% yang terdiri
dari keseluruhan skala baik. Keterampilan proses sains dapat diperoleh peserta
didik bila dalam proses belajar biologi mereka diterapkan metode ilmiah.
Keterampilan yang dapat diperoleh peserta didik melalui penerapan metode ilmiah
adalah keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan
proses dasar terdiri dari keterampilan melakukan observasi, mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan
terpadu dalam kegiatan proses sains dimulai dari keterampilan mengidentifikasi
variabel sampai melakukan eksperimen. Integrasi keterampilan proses sains
mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik.
Alimah (2015: 32-33) komponen proses sains dalam penerapan pendekatan JAS di
dalam kelas sangat diutamakan. Proses sains dalam pendekatan JAS dikemas dalam
berbagai kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik misalnya kegiatan
praktikum, percobaan, eksplorasi, dan mini research. Strategi dan metode
pembelajaran yang diintegrasikan dengan pendekatan JAS didesain sedemikian
rupa sehingga peserta didik mampu melakukan kegiatan proses sains untuk
memahami konsep-konsep dalam biologi.
Terlepas dari hasil positif yang diuraikan, penelitian ini masih memiliki
kekurangan. Kemampuan literasi sains yang diteliti hendaknya secara spesifik
mengukur masing-masing dari keempat aspek yang dinilai dalam literasi sains
menurut Framework PISA yaitu pemahaman konsep (konten) sains, kompetensi
(proses) sains, konteks (aplikasi) sains, dan sikap sains, serta tiga aspek dari
komponen kompetensi (proses) sains dalam penilaian literasi sains, yaitu
menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah
serta menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Sayangnya, penelitian in mengukur
skala literasi sains hanya pada aspek komponen kompetensi. Waktu penelitian perlu
diperhatikan agar pembelajaran tidak dilakukan di luar jam pelajaran yang telah
terjadwal oleh sekolah, sehingga tidak menjadi faktor tersendiri yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian penerapan pendeatan JAS berbasis youtube terhadap
kemampuan literasi sains siswa. Karakter khas yang dimiliki pendekatan JAS
adalah komponen eksplorasi yang menekankan lingkungan secara utuh sebagai
sumber belajar, berupa lingkungan fisik, sosial, teknologi, dan budaya. Seperti
pembelajaran yang telah dilakukan, meliputi kolabrasi antara pembelajaran berbasis
IPTEK. Namun, pada pelaksanaan JAS berbasis youtube siswa hanya terpaku
melihat penjelasan materi pada video, sehingga hal yang dijelaskan oleh guru akan
dijadikan patokan pembelajaran siswa, karena siswa tidak dapat melihat secara
langsung fenomena yang terjadi di lingkungan. Keterbatasan-keterbatasan ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pelaksanaan penelitian selanjutnya
ataupun sebagai bahan penelitian lanjutan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran harus lebih teliti dalam
megamati informasi yang disampaikan oleh guru dan memanfaatkan semua fasilitas
yang disediakan dengan baik.
80
81
2. Siswa harus lebih giat dalam memanfaatkan media komunikasi termasuk sosial
media sebagai sumber belajar, seperti video youtube dan harus selektif dalam
memilih konten yang ditayangkan, khususnya konten pendidikan.
3. Guru sebaiknya melakukan penegmbangan terhadap sumber belajar yang disajikan,
sehingga terdapat pembaharuan konten pendidikan agar lebih baik lagi dimasa yang
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
82
83
Iwantara, I. W., Sadia, I. W., & Suma, K. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Video Youtube
dalam Pembelajaran IPA Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Siswa.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, 4(1).
Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., Widiyanti, N. L. P. M., & Si, S. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
IPA Indonesia, 4(1).
Jagantara, I. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 8 (1):1-8.
Latip, A., & Permanasari, A. (2016). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis
Literasi Sains Untuk Siswa SMP Pada Tema Teknologi. EDUSAINS, 7(2), 160-171.
Lederman, N. G. (2013). Nature of science: Past, present, and future. In Handbook of research
on science education (pp. 845-894). Routledge.
Lee, D. Y., & Lehto, M. R. (2013). User acceptance of YouTube for procedural learning: An
extension of the Technology Acceptance Model. Computers & Education, 61, 193-
208.
Millar, I., & Abrahams, R. (2008). Does practical work really work? A study of the
effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school
science. International Journal of Science Education, 30(14), 1945-1969.
Moghavvemi, S., Sulaiman, A., Jaafar, N. I., & Kasem, N. (2018). Social media as a
complementary learning tool for teaching and learning: The case of youtube. The
International Journal of Management Education, 16(1), 37-42.
Muhson, A. (2010). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, 8(2).
Mulyani, S., Marianti, A., Kartijono, N. E., Widianti, T., Saptono, S., Pukan, K. K., & Bintari,
S. H. (2008). Jelajah Alam Sekitar (JAS) pendekatan pembelajaran biologi. Semarang:
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Odegaard, M., Haug, B., Mork, S., & Sorvik, G. O. (2015). Budding science and literacy. A
classroom video study of the challenges and support in an integrated inquiry and
literacy teaching model. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 167, 274-278.
Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis kemampuan awal literasi sains siswa pada konsep
IPA. In Prosiding Seminar Nasional Kimia (Vol. 20, pp. 1-8).
OECD. (2013). PISA 2012 Results in Focus: What 15year-olds know and what they can do with
what they know. New York: Columbia University.
OECD. (2015). PISA 2015 Draft Mathematics Framework. New York: Columbia University.
Priyono, B., & Indriharti, W. Suprihationo. (2008). Meningkatkan pemahaman siswa SMA N
5 Semarang menggunakan peta konsep berorientasi JAS pada materi biologi dan
organisasi kehidupan. Jurnal penelitian pendidikan, 24(1), 1-11.
Purwanti, B. (2015). Pengembangan media video pembelajaran matematika dengan model
assure. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 3(1).
84
Purwanto, N (2011). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rakhman, A. Z., & Nugroho, L. E. (2014, November). Fall detection system using
accelerometer and gyroscope based on smartphone. In 2014 The 1st International
Conference on Information Technology, Computer, and Electrical Engineering(pp.
99-104). IEEE.
Santoso, A. B., Alimah, S., & Utami, N. R. (2017). Biological Science Curriculum Study 5e
Instructional Model dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar terhadap Kemampuan
Literasi Sains. Journal of Biology Education, 6(2), 173-186.
Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung. Rajawali Pers.
Sari, Y. K., Susilowati, S. M. E., & Ridlo, S. (2013). Efektivitas penerapan metode quantum
teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) berbasis karakter dan
konservasi. Journal of Biology Education, 2(2).
Sugiyo, W., & Abidin, Z. (2008). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran
Team Game Tournament Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar dan Penilaian
Portofolio. Jurnal inovasi pendidikan kimia, 2(1).
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, CV.
Surapranata, S. (2004). Analisis, validitas, reliabilitas dan interpretasi hasil tes. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Thomson. (1994). Up Grading Your PC to Multimedia. Indianapolis: QVE corporation.
Turiman, P., Omar, J., Daud, A. M., & Osman, K. (2012). Fostering the 21st century skills
through scientific literacy and science process skills. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 59, 110-116.
Wang, J., Duncan, D., Shi, Z., & Zhang, B. (2013). WEB-based gene set analysis toolkit
(WebGestalt): update 2013. Nucleic acids research, 41(W1), W77-W83.
Yanti, I. W., Sudarisman, S., & Maridi, M. (2016). Pengembangan Modul Berbasis Guided
Inquiry Laboratory (Gil) Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dimensi
Konten. Inkuiri, 5(2), 108-121.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PETA KONSEP
EKOSISTEM
Interaksi Antar
Komponen Jenis-Jenis
Komponen
Ekosistem Ekosistem
Ekosistem
Interaksi Antar
Interaksi Antar
Abiotik Biotik Komponen Abiotik Ekosistem Darat Ekosistem Laut
Spesies
dengan Biotik
Ekosistem
Produsen Konsumen Pengurai Netralisme Predasi Aliran Energi Daur Biogeokimia Ekosistem Pantai
Terumbu Karang
Piramida
Parasitisme Siklus Air Siklus Sulfur
Makanan
Siklus Fosfor
85
LAMPIRAN 2
ANALISIS KONSEP
1 Ekosistem Kongkret Hubungan timbal balik • Hubungan • Jenis hubungan - - • Komponen Ekosistem Lapangan
(interaksi) antar timbal balik timbal balik ekosistem laut,
sesama individu dan • Individu • Jenis individu • Interaksi Ekosistem
antara individu dengan • Lingkungan • Jenis lingkungan antar darat.
lingkungannya komponen
ekosistem
86
87
2 Komponen Abstrak Tatanan kesatuan • Tatanan • Macam tatanan - - • Abiotik Komponen Interaksi
Ekosistem secara utuh kesatuan kesatuan • Biotik tak hidup, antara
menyeluruh antara • Unsur • Macam unsur komponen kucing dan
segenap unsur yang lingkungan lingkungan hidup hidup. tikus
saling mempengaruhi hidup
3 Interaksi Abstrak Interaksi yang terjadi • Interaksi antar • Macam interaksi antar - - • Interaksi Padi yang Pohon
antar baik antar spesies, dan spesies spesies antar dimakan palem,
komponen interaksi antara biotik • Interaksi antara • Macam antara biotik spesies manusia, mangga
ekosistem dan abiotik biotik dan dan abiotic • Interaksi air, udara
abiotik antara dll.
biotik dan
abiotik
4 Abiotik Kongkret Komponen fisik dan • Faktor-faktor • Macam faktor-faktor Komponen Biotik • Suhu Batu, tanah, Tumbuhan
kimiawi yang terdpat fisik dan fisik dan kimiawi ekosistem • Air air, dll dan hewan
pada ekosistem (benda kimiawi • Jenis benda mati • Cahaya
mati) • Benda mati • Iklim
• Tanah
5 Biotik Kongkret Lingkungan yang • Faktor-faktor • Jenis Faktor-faktor Komponen Abiotik • Tumbuhan Tumbuhan Air, batu,
menyertai suatu lingkungan lingkungan ekosistem Mikroorga- dan hewan tanah
organisme hidup ( • Aktivitas • Jenis aktivitas nisme
benda hidup). organisme organism • Hewan
• Manusia
6 Interaksi Abstrak • Interaksi
Interaksi yang terjadi • Macam Interaksi Interaksi antar Interaksi • Netralisme Manusia, Cahaya,
antar antara spesies yang antar spesies antar spesies komponen antar • Predasi hewan, dan air, batu
spesies satu dengan spesies • Interaksi • Macam Interaksi Ekosistem spesies • Mutualisme tumbuhan
yang lainnya antar spesies antar spesies • komensalis yang hidup
yang satu me berdamping
dengan spesie • parasitisme an.
yang lainnya
7 Interaksi Abstrak Interaksi antara • Interaksi • Macam-macam Interaksi antar • Interaksi Interaksi Lumut
antar komponen fisik dan • Komponen interaksi organisme antar antara
komponen kimiawi dengan fisik dan • Macam-macam spesies manusia
abiotik komponen kimia interaksi antara dengan air
dengan lingkungan • Komponen komponen fisik
biotik lingkungan kimiawi dengan
komponen
lingkungan
88
8 Produsen Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Konsumen - Tumbuhan Serangga,
mampu membuat • Makanan. • Jenis makanan ekosistem • Pengurai lumut, cacing
makanannya sendiri • Kehidupan • Jenis kehidupan tumbuhan tanah
sebagai sumber berbiji,
kehidupannya. tumbuhan
paku
9 Konsumen Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Produsen - Serangga, Tumbuha
tidak mampu • Makanan. • Jenis makanan. ekosistem • Pengurai cacing n lumut,
membuat • Kehidupan • Jenis kehidupan tanah, ulat, tumbuhan
makanannya sendiri • Produsen • Jenis produsen dll berbiji,
sebagai sumber tumbuhan
kehidupannya dan paku
selalu bergantung
pada produsen.
10 Pengurai Kongkret Mahluk hidup yang • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup Komponen • Produsen - Bakteri, Rumput,
menguraikan zat • Makanan. • Jenis makanan. ekosistem • Konsumen fungi tumbuhan
organik sisa
tumbuhan atau
hewan
11 Netralisme Abstrak Interaksi antar • Interaksi • Jenis interaksi Interaksi antar • Predasi Kucing dan Tumbuha
mahluk hidup yang • Mahluk • Jenis mahluk hidup organisme • Komensalis ayam berada n paku
tidak saling hidup • Jenis pengaruh me di halaman dan
mempengaruhi satu • Pengaruh • Parasitisme rumah anggrek
sama lain. • Mutualisme
12 Predasi Abstrak Interaksi antara • Interaksi • Jenis hubungan Interaksi antar • Netral - Interaksi Katak
pemangsa dan • Individu • Macam individu organisme • Komensalis antara ular dengan
mangsa antar • Pemangsa • Jenis pemangsa me dan ayam cecak
organisme • Parasitisme
• Mutualisme
13 Mutualis- Abstrak Interaksi antar dua • Interaksi • Macam interaksi Interaksi antar • Netral - Interaksi Interaksi
me individu, keduanya • Individu • Jenis Individu organisme • Predasi antara antara
saling di untungkan. • Keuntungan • Jenis Keuntungan • Komensalis kerbau dan kambing
me burung jalak dan singa
• Parasitisme
14 Komensa- Abstrak Interaksi antar dua • Interaksi • Macam interaksi Interaksi antar • Netral - Interaksi Interaksi
lisme individu dimana • Individu • Jenis individu spesies • Predasi antara antara
keduanya tidak • Keuntungan • Macam keuntungan • Mutualisme kerbau
89
16 Aliran Abstrak Perpindahan dan • Perpindahan • Jenis perubahan dan Interaksi antar • Daur • Rantai Padi Kumbang
Energi perubahan dari satu dan perpindahan energi komponen biogeokimi makanan dimakan menghisa
bentuk energi ke perubahan abiotik dengan a • Jaring- oleh tikus, p madu
energi lain energi biotik jaring belalang pada
makanan bunga
17 Daur Abstrak Suatu daur yang • unsur kimia • Macam-macam Interaksi antar • Aliran • Silklus Siklus air Metamorf
biogeoki- melibatkan unsur mahluk hidup unsure kimia komponen energi karbon osis
mia kimia dan mahluk • Jenis mahluk hidup abiotik dengan • Siklus
hidup biotik nitrogen
• Siklus
sulfur
• Siklus air
• Siklus
fosfor
18 Jaring- Abstrak Kumpulan dari • Rantai • Macam rantai Aliran energi • Rantai - Padi
jaring beberapa rantai makanan makanan makanan dimakan
makanan makanan yang yang • Hubungan. • Jenis hubungan. • Piramida tikus dan
saling berhubungan. makanan belalang,
balalang
dimakan
katak, tikus
dan katak
dimakan
ular
19 Rantai Abstrak Peristiwa makan dan • Makanan • Jenis makanan Aliran energi • Jaring- - Padi Padi
makanan dimakan antar • Mahluk hidup • Jenis mahluk hidup jaring dimakan dimakan
mahluk hidup makanan tikus dan tikus
tikus
90
23 Siklus air Abstrak Suatu perubahan air • Perputaran • Jenis perputaran air Daur • Silklus - Turun hujan Banjir
dari mulai penguapan air • Jenis penguapan air biogeokimia karbon
air dari bumi sampai • Penguapan • Macam hujan • Siklus
turun kembali air nitrogen
menjadi air sebagai • Hujan • Siklus sulfur
hujan. • Siklus fosfor
24 Siklus Abstrak Perubahan unsur • Unsur sulfur • Jenis unsur sulfur Daur • Siklus air - Perubahan Kerusakan
sulfur sulfur di atmosfer • Atmosfer • Jenis atmosfer biogeokimia • Silklus sulfur di lingkunga
karbon gunung n
• Siklus merapi
nitrogen
• Siklus fosfor
25 Siklus Abstrak Pembentuk asam • Unsur fosfor • Jenis unsur fosfor Daur • Siklus air Batuan Pencemar
fosfor nukleat, protein, dan biogeokimia • Silklus fosfor an
ATP di tanah, air karbon lingkunga
tawar dan air laut n
91
• Siklus
nitrogen
• Siklus sulfur
26 Jenis-jenis Abstrak Penggabungan dari • Komponen • Interaksi Ekosistem • Komponen - • Ekosistem Gedung
ekosistem setiap komponen Biosistem Ekosistem darat
biosistem yang • Interaksi • Ekosistem
melibatkan interaksi antar laut
timbal balik. komponen • Ekosistem
ekosistem terumbu
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
27 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Lingkungan • Daratan Jenis-jenis • Ekosistem - Tudra, Terumbu
darat lingkungan fisiknya fisik daratan ekosistem laut Taiga, karang
berupa daratan. • Ekosistem Savana.
terumbu
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
28 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Perairan laut • Bahari Jenis-jenis • Ekosistem - Perairan Hutan
laut terdapat di perairan ekosistem darat dangkal dan hujan
laut sehingga disebut • Ekosistem pasang tropis
ekosistem bahari. terumbu surut.
karang
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
92
29 Ekosistem Abstrak Ekosistem bawah • Kalsium • Binatang karang Jenis-jenis • Ekosistem - Filum Angiosper
terumbu laut yang terdiri dari karbonat ekosistem darat Cnidaria mae
karang sekelompok binatang • Ekosistem
karang yang laut
membentuk struktur • Ekosistem
kalsium karbonat. pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
30 Ekosistem Abstrak Ekosistem yang • Batas darat • Batas wilayah Jenis-jenis • Ekosistem - Pantai Pasir, Muara
pantai merupakan batas dan laut ekosistem darat Pantai sungai
antara darat dengan • Ekosistem lumpur, dan
laut yang terdiri dari laut Pantai batu.
pantai pasir, lumpur, • Ekosistem
dan batu. terumbu
karang
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
31 Ekosistem Abstrak Ekosistem badan air • Air payau • Wilayah pesisir Jenis-jenis • Ekosistem - Muara Pantai
estuaria setengah tertutup di • Laut terbuka ekosistem darat Sungai pasir
wilayah pesisir, • Ekosistem
dengan satu sungai laut
atau lebih yang • Ekosistem
mengalir masuk terumbu
kedalamnya serta karang
terhubung bebas • Ekosistem
dengan laut terbuka. pantai
• Ekosistem
air tawar
32 Ekosistem Abstrak Ekosistem perairan • Kadar garam • Perairan Jenis-jenis • Ekosistem - Sungai, Laut
air tawar yang memiliki kadar rendah • Kadar garam ekosistem darat danau dalam.
garam rendah • Ekosistem
laut
• Ekosistem
terumbu
karang
93
• Ekosistem
pantai
• Ekosistem
estuaria
• Ekosistem
air tawar
LAMPIRAN 3
SILABUS KELAS EKSPERIMEN
94
95
(Kelas Eksperimen)
Kelas/Semester : X/Genap
Alokasi Waktu : 6 JP
98
99
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan (@pertemuan = 3 x 45 menit)
Sub Materi : Komponen-komponen dalam ekosistem
Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 menit
2) Kegiatan Inti
Pertemuan Pertama:
a. Fase Eksplorasi
a) Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan
bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru
b) Membentuk kelompok kegiatan eksplorasi
sumber belajar dengan anggota kelompok 3-4
orang
c) Merancang kegiatan eksplorasi sumber
belajar sesuai dengan topik yang diberikan
guru
d) Aktif melakukan konsultasi dengan guru
e) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan
bimbingan dan arahan guru
f) Melakukan eksplorasi sumber belajar dan
mendokumentasikan dalam bentuk gambar
/foto dan jurnal sains (nature journal) sesuai
dengan rencana kegiatan yang telah disusun
b. Fase Interaksi
a) Melakukan diskusi dalam kelompok
membahas tentang hasil eksplorasi sumber
belajar yang telah dilakukan
b) Meminta bimbingan dan arahan guru bila
mengalami kesulitan
c) Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara
tertulis berdasarkan hasil diskusi yang telah
dilakukan
Pertemuan Kedua:
c. Fase Komunikasi
a) Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok
Kegiatan
masing-masing dengan format mengikuti
huruf “U” Inti
b) Kelompok penyaji mempresentasikan hasil
@pertemuan
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara
singkat dan jelas = 100 menit
c) Kelompok presentasi memberikan
kesempatan pada peserta didik lain yang
berkedudukan sebagai audiens untuk
bertanya dan berpendapat sesuai dengan
materi presentasi
d) Mencatat hasil feed back yang diberikan baik
dari guru maupun teman dari kelompok lain
101
Fase I : Eksplorasi
1. Catatlah hal penting dan pertanyaan mengenai pembelajaran yang disampaikan
!
3) Siklus Biogeokimia
No Jenis Siklus Deskripsi
104
Fase II : Interaksi
1. Lakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil eksplorasi dan mencatat
hasilnya dalam kolom di bawah!
2. Mencatat timbal balik (feed back) berupa hasil diskusi yang telah dilakukan
pada kolom di bawah ini!
Fase IV : Refleksi
1. Melakukan refleksi semua kegiatan yang telah dilakukan dengan menjawab
pertanyaan refleksi pada kolom di bawah ini!
1) Bagaimana pendapatmu mengenai pembelajaran berpendekatan jelajah
alam sekitar (JAS) berbasis youtube yang telah dilakukan selama ini?
Jawab:
3) Apa saja hal yang masih belum kamu mengerti atau membingungkan dari
pembelajaran ini?
Jawab:
4) Apa hal yang perlu dilakukan atau jenis bantuan apa yang kamu butuhkan
untuk mengatasi kebingungan tersebut?
Jawab:
(Kelas Kontrol)
Kelas/Semester : X/Genap
Alokasi Waktu : 6 JP
108
109
Kegiatan Waktu
1) Kegiatan Pendahuluan 15 Menit
a. Mengucapkan salam, beroda, mennayakan kabar
dan informasi kehadiran kepada siswa sebelum
memulai pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi/prasarat (Tuhan Yang
Maha Esa telah menciptakan alam dan seisinya
untuk saling berkomunikasi satu sama lain agar
tercipta keselarasan dan keseimbangan
lingkungan. Hubungan yang saling
mempengaruhi terjadi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Hubungan tersebut
membentuk suatu sistem yang disebut sebagai
ekosistem).
c. Mengajukan pertanyaan yang meliputi, Apa saja
yang menyusun ekosistem?, Bagaimana setiap
komponen ekosistem saling berinteraksi?.
d. Menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan mengenai diskusi komponen-
komponen dala ekosistem.
2) Kegiatan Inti
100 Menit
a. Mengamati (observing)
Menggunakan panca indra untuk mengamati
fenomena yang relavan dengan apa yang
dipelajari, yaitu komponen biotik dan abiotik serta
satuan makhluk hidup penyusun ekosistem.
b. Menanya (questioning)
Merumuskan pertanyaan tentang informasi yang
tidak mudah dipahami, yaitu:
a) Apakah yang dimaksud dengan komponen
biotik dan abiotik penyusun ekosistem?,
berikan contohnya !
b) Apakah perbedaan dari setiap satuan
makhluk hidup penyusun ekosistem
(individu, populasi, komunitas)?
c. Menumpulkan informasi (eksperimentaling)
Mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan objek pada slide yang disampaikan
oleh guru, yaitu keberadaan komponen biotik dan
abiotik serta satuan makhluk hidup.
d. Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang telah ditemukan, yaitu
mengelompokkan setiap komponen biotik dan
111
A B
Deskripsi gambar A:
Deskripsi gambar B:
2) Kegiatan Inti
a. Mengamati (observing) 100 menit
Menggunakan panca indra untuk mengamati
fenomena yang relavan dengan apa yang
dipelajari, yaitu interaksi antar komponen biotik,
tingkat trofik, rantai makanan dan jaring-jaring
makanan, piramida ekologi, aliran energi, dan
siklus materi (biogeokimia).
b. Menanya (questioning)
Merumuskan pertanyaan tentang informasi yang
tidak mudah dipahami, yaitu:
a) Bagaimana menggolongkan interaksi
antarorganisme dalam ekosistem?
b) Bagaimana menentukan tipe simbiosis pada
interkasi dalam ekosistem?
c) Bagaimana membedakan tingkat trofik dalam
ekosistem?
d) Bagaimana menganalisis rantai makanan dan
jarring-jaring makanan?
e) Bagaimana mengonsepkan aliran energi
dalam ekosistem?
f) Bagaimana menguraikan siklus materi
(biogeokimia) dalam ekosistem?
c. Menumpulkan informasi (eksperimentaling)
Mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan objek yang disampaikan oleh guru
yaitu interaksi antarkomponen dala ekosistem.
d. Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang telah ditemukan, yaitu
menganalisis semua interaksi antarkomponen
dalam suatu ekosistem.
e. Mengkomunikasikan (communicating)
116
A B
C D
E F
Gambar A :
Bambar B :
Gambar C :
118
Gambar D :
Gambar E :
Gambar F :
b) Manakah hal yang termasuk tipe simbiosis pada interaksi dalam ekosistem?
Jawab:
A B
C D
E F
Jelaskan tipe-tipe ekosistem berdasarkan gambar di atas!
Gambar A :
Bambar B :
Gambar C :
Gambar D :
Gambar E :
Gambar F :
123
2. Interaksi Antarkomponen
No Jenis Interaksi Deskripsi
124
125
126
16 Menganalisis jika tidak Membuktikan Mengevaluasi dan C3 Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit A
terjadi keseimbangan penyebab membuat Pada Kura-Kura Air Tawar (Cuora amboinensis) Di
hubungan antar komponen infestasi cacing penyelidikan ilmiah Perairan Sulawesi Selatan
(faktor alami dan pada spesies (Evaluate and Cuora amboinensis ditemukan adanya 7 ekor parasit
perbuatan manusia) Coura design scientific yang tergolong ke dalam filum Platyhelminthes.
amboinensis enquiry) Nilai prevalensi mencapai 0.88% dan nilai intensitas
sebesar 1.75 parasit/individu. Hal tersebut
membuktikan bahwa penyebab infestasi cacing pada
spesies Cuora amboinensis adalah.....
A. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di
Pulau Sulawesi
B. Tingginya tingkat pencemaran lingkungan
akibat aktivitas makhluk hidup
C. Tingginya konsentrasi unsur hara tanah
sehingga cacing mudah berkembang biak
D. Tingginya kadar zat organik tanah di Pulau
Sulawesi sebagai bahan makanan cacing
Platyhelminthes
E. Tinginya populasi spesies Cuora amboinensis
sehingga cacing Platyhelminthes mudah
menemukan tempat tinggal
17 Menjelaskan interaksi Menunjukkan Menjelaskan C2 Jurnal : Prevalensi Dan Intensitas Infestasi Parasit C
dalam ekosistem jenis interaksi fenomena secara Pada Kura-Kura Air Tawar (Cuora amboinensis) Di
antara cacing ilmiah (explain Perairan Sulawesi Selatan
filum phenomena Cacing anggota filum Platyhelmintes yang
platyhelmintes scientifically) menempati tubuh labi-labi dengan spesies Cuora
dengan spesies ambionensis merupakan tipe interaksi yang termasuk
Cuora kedalam simbiosis.....
ambionensis A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
18 Mendeskripsikan jenis- Menyimpulkan Menjelaskan C5 Jurnal : Pola Aktivitas Harian dan Interaksi E
jenis interaksi juga interaksi yang fenomena secara Banteng dan Rusa dalam Pemanfaatan Kawasan
berbagai kemungkinan dilakukan ilmiah (explain Padang Rumput Sadengan Di Taman Nasional Alas
yang terjadi dalam berdasarkan phenomena Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur
interaksi pernyataan scientifically) Perhatikan pernyataan berikut!;
139
dilakukan oleh evidence A. Nitrogen tersebar luas dalam laut, tetapi tidak
bakteri scientifically) dapat dimanfaatkan oleh kehidupan dalam laut,
karena kebanyakan berada dalam bentuk N2.
B. Nitrogen dalam lautan tidak dapat difiksasi
karena lautan tidak memiliki anggota spesies
leguminosa yang dapat memfiksasi nitrogen di
udara.
C. Nitrogen dapat difiksasi oleh bakteri khusus
yang bersifat fotosintetik atau trofik sehingga
banyak dilakukan pada perairan trofik.
D. Nitrogen di laut membutuhkan organisme lain
yang membantu proses fikasasi sehingga peran
bakteri sangat penting dalam proses tersebut.
E. Nitrogen tidak dapat difiksasi melalui reaksi
kimia redoks karena dalam prosesnya tidak
terjadi pelepasan dan pengikatan elekton.
22 Mendeskripsikan Menunjukan Menginterpretasikan C1 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut B
mekanisme aliran energi fungsi bakteri di data dan Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam
pada suatu ekosistem lautan menunjukkan fakta siklus energi di lautan sebagai....
berdasarkan secara ilmiah A. Produsen
perananya dalam (interpret data and B. Dekomposer
siklus energi evidence C. Konsumen tingkat I
scientifically) D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
23 Menjelaskan peran Menguraikan Menjelaskan C4 Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut C
mikroorganisme/organisme reaksi kimia fenomena secara Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang
dalam berbagai daur dalam proses ilmiah (explain dimediasi secara biologis melalui reaksi kimia.
biogeokimia fiksasi nitrogen phenomena Reaksi kimia di bawah ini yang tidak termasuk
scientifically) kedalam proses bakteri dalam mereduksi nitrogen
adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
24 Menjelaskan peran Mengkategorikan Menginterpretasikan C6 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh D
mikroorganisme/organisme hal yang tidak data dan Bakteri Non Simbiotik
dalam berbagai daur termasuk menunjukkan fakta
biogeokimia kedalam syarat secara ilmiah
142
penambatan (interpret data and Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan
nitrogen evidence termasuk kategori syarat penambatan nitrogen
scientifically) adalah.....
A. Adanya enzim nitrogense
B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
C. Adanya sumber penurun potensial dari elektron
D. Adanya sistem perlindungan enzim nitrogenase
dari inaktivasi oleh bakteri penambat
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan
dari tempat penambatan nitrogen untuk
mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
25 Menjelaskan interaksi Mengkombinasi Mengevaluasi dan C6 Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh E
dalam ekosistem hubungan membuat Bakteri Non Simbiotik
simbiosis antara penyelidikan ilmiah Kombinasi hubungan simbiosis antara akar
akar leguminosa (Evaluate and leguminosa dan bakteri dalam proses fiksasi nitrogen
dan bakteri design scientific yang tepat adalah....
fiksasi nitrogen enquiry) Mikroba yang
Proses Substansi
Terlibat
A. Fiksasi Dekomposer Protein
Biologi N2 (Aspergillus, tanaman
Trichoderma, dan
Bacillus, dll) mikroba
B. Pelapukan Rhizobioum Amonia
(Legume), (NH3)
Azopirillum,
Azolla,
Azobacter,
Frankia, dll.
C. Nitritasi Nitrosomonas, Nitrat
Nitrosococcus, (NO3)
Nitrosospira.
D. Nitratasi Nitrobacter Nitrit
(NO2)
E. Denitrifikasi Pseudomonas N2
stutzeri,
Pseudomonas
aeruginosa,
Paracoccus
denitrificans.
143
PETUNJUK:
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!
3. Baca dan pahamilah artikel terlebih dahulu sebelum menjawab soal!
145
146
1. Ekosistem tidak akan pernah terlepas dari proses interaksi yang melibatkan hubungan
dengan makhluk hidup lain. Interaksi yang dapat terjadi contohnya adalah simbiosis
termasuk ekosistem terumbu karang. Kelompok hewan yang bersimbiosis dengan
ekosistem terumbu karang adalah.....
A. Filum Molusca.
B. Filum Cnidaria.
C. Filum Annelida.
D. Filum Arthropoda.
E. Filum Echinodermata.
2. Terumbu karang terkenal memiliki peran penting dalam ekosistem perairan air asin
(laut). Berdasarkan fungsi berikut ini, yang tidak termasuk kedalam penerapan fungsi
dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
3. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau terkulai mencapai nilai
30,37%, kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai
persentase 29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons
menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase paling
besar dan membuat air menjadi keruh, dampak yang dapat ditimbulkan, kecuali......
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat asupan sinar
matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan
kerusakan tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan komponen dan
kecerahan perairan yang kurang baik.
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan terumbu karang
sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.
147
produktivitas pertanian. Hewan kelas Insecta memiliki peranan penting dalam jaring-
jaring makanan ekosistem sawah. Contoh yang bukan menunjukkan peranan hewan
Insecta dalam ekosistem sawah adalah.....
A. Dekomposer
B. Karnivora
C. Herbivora
D. Detrivora
E. Predator
5. Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang paling banyak dan
mendominasi ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7% dan mengalahkan
serangga predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah serangga
parasitoid pada ekosistem sawah meningkat adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang memangsa serangga parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang memangsa serangga parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena serangga predator dan
parasitoid saling memangsa.
6. Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang lingkungan hidup
ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
149
11. Sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun lamun yang berasosiasi dengan alga
kecil yang dikenal dengan periphyton dan epiphytic dari detritus yang merupakan
sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan
invertebrate kecil contohnya ; beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan
Echinodermata. Lamun juga mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai
makanan dari produksi biomasanya. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan
melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan
beberapa jenis ikan-ikan kecil. Kaitan peran padang lamun terhadap ekosistem yang
lebih besar lagi yaitu ekosistem pantai adalah.....
A. Sistem dipadang lamun diketahui sebagai suatu habitat untuk ratusan jenis-jenis
hewan.
B. Lamun yang mati akan kehilangan protein dan materi organik lain kemudian
dimakan oleh fauna pada saat permulaan proses dekomposisi.
C. Serpihan bahan organik yang membusuk yang diangkut arus laut dan menjadi bahan
makanan berbagai organisme pemakan detritus (dekomposer) pada ekosistem
pantai.
D. Metozoa yang dapat mencerna protein bakteri dan serasah daun lamun diekskresi
oleh fauna dan bentuk yang belum dicerna akan didekomposisi lagi oleh mikroba
dekomposer.
E. Aliran energi di padang lamun terjadi karena adanya proses makan memakan baik
itu secara langsung dari daun lamunnya terus di makan konsumen I maupun secara
tidak langsung sebagai detritus dimakan oleh konsumen I dan seterusnya.
152
Tabel kualitas air yang diperoleh pada stasiun penelitian di Ekosistem Mangrove
Kriteria Mutu
Air
Faktor Kisaran
Berdasarkan
Lingkungan Abiotik Stasiun I – IX
Kelas II (PP
No. 82/2008)
pH substrat 6-8 -
DO (mg/L) 4,12-5,62 4
12. Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa pengaruh faktor abiotik lingkungan
sangat berpengaruh terhadap kenaekaragaman makrozobentos sebagai indikator air
pada ekosistem mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas kimia lingkungan
Dissolved Oxygen (DO) lebih tinggi dari kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22– 5,62
mg/L, perbedaan tersebut terlihat pada jumlah Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria mutu air berdasarkan kelas II
(PP No. 82/2008). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa keadaan perairan
termasuk kedalam kategori.....
A. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinggi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
B. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI).
C. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
rendah, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
D. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II yang baik bagi ekosistem mangrove (PP No.28
Tahun 2008, Peraturan Menteri LH RI).
E. Keanekaragaman makrozoobentos di wilayah ekosistem mangrove tergolong
tinngi, karena kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos
termasuk kriteria mutu air kelas II (PP No.28 Tahun 2008, Peraturan Menteri LH
RI) yang tidak baik bagi ekosistem mangrove sehingga membunuh hewan akuatik
lainya.
154
13. Di kawasan Tugu terdapat banyak pabrik, diantaranya adalah pabrik pengepakan ikan,
pabrik sabun, pabrik makanan, penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari
pabrik–pabrik tersebut membuang limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal teresbut dapat berakibat pada rusaknya lingkungan ekosistem
sungai bahkan hingga mengalir ke laut, sehingga dampak bagi organisme pada
ekosistem mangrove adalah.....
A. Keberadaan limbah-limbah tidak mempengaruhi ekosistem karena akan terurai oleh
adanya aliran sungai dan air hujan yang turun dalam siklus hidrologi.
B. Keberadaan limbah-limbah tersebut akan didekomposisi oleh dekomposer untuk
diubah menjadi pupuk anorganik yang menyuburkan alga sebagai produsen dalam
ekosistem mangrove.
C. Keberadaan limbah-limbah akan membuat pertumbuhan alga menjadi semakin
meningkat, sehingga menjadi produsen bagi keberadaan makrozoobentos yang
menjadi indikator kualitas perairan.
D. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga membuat ekosistem
mangrove menjadi tercemar, akibatnya keberadaan makrozobentos menjadi
meningkat dan memperbaiki kualitas perairan.
E. Keberadaan limbah-limbah pabrik dan rumah tangga dapat mempengaruhi
keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove terutama pada penurunan
jumlah keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
14. Kepulauan Wakatobi di Suawesi Tenggara akhir-akhir ini menarik perhatian dunia
dengan ditemukannya salah satu terumbu karang terindah di dunia. Berikut ini beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan di kepulauan Wakatobi:
1) Menjual karang dan ikan warna-warni dengan harga yang mahal.
2) Menjadikan Wakatobi sebagai daerah tujuan wisata bahari dengan fasilitas yang
tidak merukan terumbu karang.
3) Melestarikan terumbu karang dengan dengan melarang siapapun menjamah dan
mendekatinya.
4) Menjadikan wilayah-wilayah Wakatobi sebagai daerah perlindungan bawah air.
Tindakan yang tepat untuk melestarikan daerah Wakatobi tersebut adalah.....
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
155
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
Jurnal : Distribusi Serta Kandungan Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Danau
Rawa Pening
Perubahan kondisi lingkungan perairan Rawa Pening khususnya pada
konduktivitas, pH dan total fosfor yang diakibatkan terutama oleh aktivitas pertanian.
Masuknya bahan pencemar disebabkan oleh buangan air limbah dari kawasan
permukiman yang terbawa oleh aliran sungai yang bermuara di Rawa Pening. Bahan
pencemar yang banyak masuk ke perairan Rawa Pening antara lain adalah nitrat dan
fosfat. Nitrat dan Fosfat merupakan nutrien essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
organisme. Namun demikian jika jumlah nitrat dan fosfat dalam perairan berlebih justru
akan menjadi pencemar yang dapat menurunkan kualitas perairan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi nitrat dan fosfat dalam perairan
Danau Rawa Pening tidak merata. Kandungan nitrat dan fosfat ini sangat bervariasi
antar stasiun penelitian. Kandungan nitrat dalam air danau rata-rata terendah terdapat
pada desa Kesongo yaitu 0,004 mg/l dan rata-rata tertinggi pada desa Tuntang yaitu
0,081 mg/l. Adapun kandungan fosfat rata-rata terendah terdapat pada desa Kesongo
yaitu 0,717 mg/l, dan rata-rata tertinggi pada desa Tambakboyo yaitu 1,350 mg/l.
15. Kandungan nitrat dalam air danau rata-rata terendah terdapat pada desa Kesongo yaitu
0,004 mg/l dan rata-rata tertinggi pada desa Tuntang yaitu 0,081 mg/l. Penyebab
rendahnya kandungan nitrat dalam air danau adalah.....
A. Sifat senyawa nitrat di alam sangat stabil sehingga mudah melakukan siklus.
B. Tingginya masukan nitrat yang dibawa olah aliran sungai yang bermuara ke danau
Rawa Pening,
C. Tingginya nitrat yang berasal dari proses daur biogeokimia di dalam perairan danau
Rawa Pening sendiri.
D. Penyerapan nitrat yang tinggi atau dalam jumlah banyak oleh makrofita maupun
tumbuhan air lainnya seperti makroalga dan fitoplankton.
E. Tingginya masukan nitrat dari kegiatan pertanian, peternakan, karamba jaring
apung, dan kegiatan lainnya oleh masyarakat di areal perairan danau sendiri.
156
A. Predasi
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi
Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama dan gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, pestisida mempunyai dapat
negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, pestisida berspektrum luas dapat
membunuh hama sasaran, parasitoid, predator, hiperparasit serta makhluk bukan
sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga bangkai.
19. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak langsung terhadap perusakan
ekosisitem dengan matiya organisme-organisme penyusun ekosistem. Seharusnya
fungsi dari insektisida sebagai pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh tumbuhan dan
sebagai pelindung tanaman dari gangguan hewan perusak tanaman. Namun,
penggunaannya yang tidak terkontrol dapat mengganngu organisme baik yang
membantu tanaman, seperti organisme penyerbuk lebah dan kupu-kupu. Hal yang dapat
terjadi apabila penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh hewan
penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
20. Komposisi pestisida yang digunakan oleh petani dapat menigkatkan hasil produk
pertanian, pestisida mempunyai dapat negatif seperti berkurangnya keanekaragaman
hayati, pestisida berspektrum luas dapat membunuh hama sasaran, parasitoid, predator,
hiperparasit serta makhluk bukan sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan
159
serangga bangkai. Berikut ini penerapan penggunaan pestisida yang tidak merusak
lingkungan ekosistem adalah.....
A. Mencampur pestisida di dekat sumber air
B. Menuangkan campuran pestisida dekat dengan tubuh
C. Mencampur pestisida tanpa melihan petunjuk pemakaian
D. Menyemprot pestisida ketika kondisi angin sedang kencang
E. Menggunakan pestisida secukupnya dan menyimpan di tempat yang aman
Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut
Bentuk nitrogen terikat yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan, memiliki kadar
yang relatif rendah, akibatnya nitrogen terikat membatasi produktivitas biologis.
Kebalikannya, sebaran nitrogen terikat di laut sebagian besar dikontrol oleh organisme
laut. Jadi, siklus nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis
yang kebanyakan melibatkan reaksi redoks.
Produktivitas tertinggi lazim ditemui di perairan pesisir, hal ini karena input
nitrogen dari sungai dan fiksasi nitrogen oleh bakteri. Kebanyakan bakteri pengikat
nitrogen adalah bakteri heterotrofik, kecuali cyanobakteri Oscillatoria sp., yang bersifat
fotosintetik/ototrofik dan banyak terdapat di perairan tropik.
Reaksi oksidasi yang terjadi akan mereduksi nitrogen dalam senyawa Dissolved
Organic Nitrogen (DON), kemudian dioksidasi secara bertahap. Amonium pertama-
tama diproduksi melalui proses amonifikasi, yang kemudian diubah menjadi nitrit dan
akhirnya nitrat melalui proses nitrifikasi. Sedangkan dalam reaksi reduksi, produk
teroksidasi direduksi baik oleh plankton melalui proses asimilasi nutrien maupun oleh
bakteri heterotrofik yang memanfaatkan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN) sebagai
penerima elektron. Kedua proses reaksi reduksi tersebut dinamakan denitrifikasi atau
reduksi nitrogen disimilatori.
21. Pernyataan yang menafsirkan mengapa reaksi fiksasi nitrogen di pesisir laut lebih
banyak dilakukan oleh bakteri dibandingkan dengan flora lautan adalah....
A. Nitrogen tersebar luas dalam laut, tetapi tidak dapat dimanfaatkan oleh kehidupan
dalam laut, karena kebanyakan berada dalam bentuk N2.
B. Nitrogen dalam lautan tidak dapat difiksasi karena lautan tidak memiliki anggota
spesies leguminosa yang dapat memfiksasi nitrogen di udara.
C. Nitrogen dapat difiksasi oleh bakteri khusus yang bersifat fotosintetik atau trofik
sehingga banyak dilakukan pada perairan trofik.
160
E. Pemindahan yang cepat nitrogen hasil tambatan dari tempat penambatan nitrogen
untuk mencegah terhambatanya enzim nitrogenase.
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Jumlah nitrogen hasil penambatan nitrogen secara biologis merupakan yang
terbesar dari seluruh proses penambatan N2 atmosfer menjadi ion amonium. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa penambatan nitrogen secara biologis merupakan poin
kunci masuknya molekul nitrogen kedalam siklus biogeokimia nitrogen.
30. Hubungan antara pemanfaatan ekosistem lahan gambut dengan potensi dalam bidang
kesehatan yang tepat, kecuali....
A. Ficus sundaica sebagai zat antimikroba
B. Xylopia malayana sebagai zat antioksidan
C. Actinodaphne glomerata sebagai zat anti diabetes
D. Calophyllum cannum sebagai zat bioaktif anti kanker
E. Calophyllum lanigerum sebagai zat bioaktif untuk anti virus HIV
~ GOOD LUCK~
LAMPIRAN 8
KISI-KISI SOAL LITERASI SAINS
165
166
28 18 Soal Perbaikan
C2 8 6 Soal Perbaikan 3 1
C3 2 1 Soal Perbaikan 1 5
6 4 Soal Perbaikan
7 5 Soal Perbaikan
13 10 Soal Perbaikan
30 20 Soal Perbaikan
C4 3 2 Soal Perbaikan 1 3
5 3 Soal Perbaikan
19 13 Soal Perbaikan
18 12 Soal Perbaikan
24 16 Soal Perbaikan
168
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi
menghambat asupan sinar matahari. algae.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat
tergolong rusak dengan kerusakan tinggi. asupan sinar matahari.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak
seimbangan komponen dan kecerahan perairan yang dengan kerusakan tinggi.
kurang baik.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi
komponen dan kecerahan perairan yang kurang baik.
makanan terumbu karang sehingga pertumbuhannya
menjadi optimal. E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan
terumbu karang sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.
Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika
etika lingkungan: lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan 1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman 2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup 3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya 4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-
undang lingkungan hidup ialah..... lingkungan hidup ialah.....
A. 1,3, dan 5
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5 B. 2,3, dan 4
D. 2, 3, dan 5 C. 1, 4, dan 5
E. 1, 3, dan 4 D. 2, 3, dan 5
E. 1, 3, dan 4
Soal No. 7 Soal No. 5
Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang sistem
sistem kehidupan pesisir dan laut, terutama perikanan pantai kehidupan pesisir dan laut, terutama sektor perikanan pantai. Sehingga
sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun merupakan salah satu
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut.
keberadaan ekosistem tersebut. Jenis aktivitas manusia yang Disamping itu masih terdapat beberapa jenis aktivitas manusia yang
dapat merusak ekosistem lamun diantaranya..... dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun. C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.
hingga pesisir pantai. E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara, hingga pesisir
pantai.
171
yang terjadi dalam ekosistem (interpret data and sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
interaksi padang lamun evidence merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan
scientifically) keberadaan ekosistem tersebut. Jenis aktivitas manusia yang
dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
D. Melakukan transplantasi terhadap ekosistem lamun.
E. Memasang jaring ikan di sepanjang sungai, muara,
hingga pesisir pantai.
6 Mendeskripsikan Menerangkan hal Menjelaskan C2 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan D
mekanisme aliran energi yang bukan fenomena secara Rehabilitasi)
pada suatu ekosistem merupakan ilmiah (explain Ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan
fungsi padang phenomena biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung
lamun pada scientifically) produktivitas perikanan pantai. Berikut ini yang bukan
ekosistem pesisir merupakan fungsi padang lamun pada ekosistem pesisir
pantai adalah.....
A. Lamun sebagai produser primer.
B. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota
laut (ikan dan non ikan).
C. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan
elemenelemen langka di lingkungan laut.
D. Komunitas lamun tidak memberikan habitat penting
(tempat hidup) atau perlindungan (tempat berlindung)
untuk sejumlah spesies hewan.
E. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem
perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen
dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.
7 Mendeskripsikan jenis- Memberi saran Mengevaluasi dan C5 Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan A
jenis interaksi juga berupa solusi membuat Rehabilitasi)
berbagai kemungkinan yang tepat untuk penyelidikan ilmiah Upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka
yang terjadi dalam melakukan (Evaluate and mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang
interaksi pengembangan design scientific berkelanjutan, maka dikembangkan solusi tepat dalam
mempertahankan enquiry) mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem. Solusi atau
fungsi ekologi saran tersebut dapat dilakukan dengan cara.....
dari ekosistem A. Intergrated Coastal Management (ICM)
B. Enviromental Impact Assesment (EIA)
C. Ecosystem Based Adaptation (EBA)
D. Convention Of Biodiversity (COB)
178
PETUNJUK:
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!
3. Baca dan pahamilah artikel terlebih dahulu sebelum menjawab soal!
184
185
1. Dalam ekosistem perairan air asin (laut) terumbu karang terkenal memiliki peran
penting dalam penerapan fungsi ekosistem laut. Berdasarkan fungsi berikut ini, yang
tidak termasuk kedalam penerapan fungsi dari terumbu karang adalah......
A. Daerah pembesaran (rearing ground).
B. Daerah pemijahan (spawning ground).
C. Tempat pengasuhan (nursery ground).
D. Tempat mencari makan (feeding ground).
E. Tempat perlindungan (protection ground).
2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di pulau Terkulai mencapai nilai
30,37%, kelompok karang mati mencapai 2,63%, kelompok abiotic mencapai
persentase 29,14%, kelompok biotic mencapai persentase 0,90%, kelompok spons
menempati nilai sebesar 1,94%, kelompok algae sebesar 34,64%. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa komponen tutupan kelompok algae memiliki persentase paling
besar yang mengakibatkan air pantai menjadi keruh. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari kelompok algae dengan presentasi paling besar adalah, kecuali......
A. Berkurangnya komposisi karang hidup dan meningkatnya komposisi algae.
B. Alga akan menempel menutupi polip karang dan menghambat asupan sinar
matahari.
C. Kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan
kerusakan tinggi.
D. Terjadinya kerusakan terumbu karang akibat ketidak seimbangan komponen dan
kecerahan perairan yang kurang baik.
E. Jumlah pertumbuhan alga yang besar dapat menjadi makanan terumbu karang
sehingga pertumbuhannya menjadi optimal.
Jurnal : Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem Sawah (Insect
Diversity and its Role in Wetland Ecosystems)
Ekosistem sawah merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Keanekaragaman hayati seperti jenis-jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang
ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sawah sangat menentukan tingkat
produktivitas pertanian. Serangga sebagai salah satu komponen ekosistem sawah
memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivora, karnivora
(predator dan parasitoid), dan detritivora. Di dalam ekosistem sawah terdapat berbagai
macam jenis serangga yang hidup dan tinggal di ekosistem sawah tersebut. Penelitian
bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman serangga dan menganalisis peranan
serangga yang ditemukan dalam ekosistem sawah. Penelitian dilakukan di lahan sawah
di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Metoda penelitian
menggunakan metoda perangkap sumuran (pit fall traps), perangkap lampu (light traps)
dan perangkap nampan kuning (yellow tray traps). Hasil yang diperoleh nampak bahwa
serangga yang didapatkan dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan peranannya yaitu
serangga herbivor, serangga predator, serangga parasitoid dan serangga detritivor. Dari
186
semua jenis serangga yang teridentifikasi maka 49.60 0 diantaranya adalah serangga
herbivor, 46.1% merupakan serangga predator, 3.5% merupakan serangga parasitoid
dan 0.6% adalah serangga detritivor. Keanekaragaman serangga yang ditemukan di
lahan sawah adalah dengan perangkap sumuran diperoleh 23 spesies dalam 14 famili
dalam 8 ordo, dengan perangkap lampu diperoleh 9 spesies dalam 7 famili dari 4 ordo,
dengan perangkap nampan kuning diperoleh 8 spesies dalam 6 famili dan 3 ordo.
Jenis serangga yang berhasil terperangkap, secara keseluruhan dapat dibedakan
dalam 4 kelompok peran, yaitu herbivor, predator, parasitoid dan detritivor. Dari semua
serangga yang berhasil diidentifikasi dan diketahui perannya, 49,7% adalah kelompok
herbivor yang berpotensi sebagai hama bagi tanaman padi. Sebanyak 46,1% adalah
kelompok serangga predator, yang berpotensi sebagai pemangsa bagi serangga
herbivor, dan 3,5% merupakan serangga parasitoid. Serangga predator dan serangga
parasitoid keduanya berpotensi sebagai pengontrol populasi serangga herbivor menjadi
berpotensi hama. Serangga sisanya sebanyak 0,6% adalah serangga detritivor yang
berkontribusi dalam peruraian material organik di ekosistem sawah.
3. Serangga dengan jenis herbivora ditemukan dengan jumlah yang paling mendominasi
ekosistem sawah dengan persentase sebesar 49,7% jumlah tersebut mengalahkan
serangga predator yang hanya sebesar 46,1%. Hal yang terjadi apabila jumlah
serangga parasitoid pada ekosistem sawah meningkat adalah.....
A. Terjadi peningkatan populasi serangga hama yang merugikan petani.
B. Terjadi penurunan populasi serangga hama yang menguntungkan petani.
C. Terjadi peningkatan popuasi serangga predator yang memangsa serangga
parasitoid.
D. Terjadi penurunan populasi serangga predator yang memangsa serangga
parasitoid.
E. Terjadi peningkatan populasi serangga hama karena serangga predator dan
parasitoid saling memangsa.
4. Berikut ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan etika lingkungan:
1) Mencegah perusakan hutan
2) Pengembangan lingkungan pemukiman
3) Meningkatkan kualitas hidup
4) Menindak para pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan
5) Membuat sengkedan pada tanah yang miring
Pernyataan yang merupakan tujuan diadakannya undang-undang lingkungan hidup
ialah.....
A. 1,3, dan 5
B. 2,3, dan 4
C. 1, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
187
E. 1, 3, dan 4
Jurnal : Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi)
Sebagai sumber daya pesisir, ekosistem padang lamun memiliki multi fungsi
untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam dinamika pesisir dan
laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem
tersebut. Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir
seperti mangrove, terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang
keberadaan biota terutama pada perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik
dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem lamun adalah tidak
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi
aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh
adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebagai upaya konservasi
dan kelestariannya dalam rangka tetap mempertahankan lingkungan dan penggunaan
yang berkelanjutan, maka dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai
pihak untuk perlu untuk membuat solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis
dari ekosistem dengan cara pengelolaan ekosistem terpadu.
Ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan
mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung
produktivitas perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai
stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil
sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih; 2) lamun menjadi sumber
makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan); 3) lamun sebagai produser
primer; 4) komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan; dan 5) lamun
memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemenelemen langka di lingkungan
laut.
5. Ekosistem padang lamun memiliki fungsi untuk menunjang sistem kehidupan pesisir
dan laut, terutama sektor perikanan pantai. Sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi
ekosistem lamun merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan
keberadaan ekosistem tersebut. Disamping itu masih terdapat beberapa jenis aktivitas
manusia yang dapat merusak ekosistem lamun diantaranya.....
A. Memancing ikan di muara sungai.
B. Membuang sisa industri pengolahan ikan ke laut.
C. Melakukan rehabilitasi keras dan rehabilitasi lunak.
188
penyablonan gelas, dan pabrik mebel. Diduga dari pabrik–pabrik tersebut membuang
limbahnya ke sungai baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove yang aliran sungainya mengalir menelusuri
sekitar area ekosistem mangrove. Selain mempengaruhi kualitas sungai, limbah-limbah
tersebut dapat mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di ekositem mangrove
terutama pada keberadaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.
Tabel kualitas air yang diperoleh pada stasiun penelitian di Ekosistem Mangrove
Kriteria Mutu
Air
Faktor Kisaran
Berdasarkan
Lingkungan Abiotik Stasiun I – IX
Kelas II (PP
No. 82/2008)
9. Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui bahwa pengaruh faktor abiotik lingkungan
sangat berpengaruh terhadap kenaekaragaman makrozobentos sebagai indikator air
pada ekosistem mangrove. Hal tersebut ditunjukkan dengan kualitas kimia lingkungan
Dissolved Oxygen (DO) lebih tinggi dari kriteria mutu, yakni berkisar antara 4,22– 5,62
mg/L, perbedaan tersebut terlihat pada jumlah Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi kriteria mutu air berdasarkan kelas II
(PP No. 82/2008). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa keadaan perairan
termasuk kedalam kategori.....
190
B. Netralisme
C. Parasitisme
D. Mutualisme
E. Komensalisme
Jurnal : Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi
Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama dan gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, pestisida mempunyai dampak
negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, pestisida berspektrum luas dapat
membunuh hama sasaran, parasitoid, predator, hiperparasit serta makhluk bukan
sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga bangkai.
13. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak langsung terhadap perusakan
ekosisitem dengan matinya organisme-organisme penyusun ekosistem. Dampak yang
dapat terjadi apabila penggunaan insektisida pada suatu ekosistem justru membunuh
hewan penyerbuk tersebut adalah.....
A. Penurunan proses penyerbukan secara autogami
B. Peningkatan proses penyerbukan secara anemogami
C. Penurunan proses penyerbukan secara zoidiogami
D. Peningkatan proses penyerbukan secara zoidiogami
E. Penurunan proses penyerbukan secara hidrogami
Jurnal : Siklus Nitrogen Dilaut
Bentuk nitrogen terikat yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan, memiliki kadar
yang relatif rendah, akibatnya nitrogen terikat membatasi produktivitas biologis.
Kebalikannya, sebaran nitrogen terikat di laut sebagian besar dikontrol oleh organisme
laut. Jadi, siklus nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis
yang kebanyakan melibatkan reaksi redoks.
Produktivitas tertinggi lazim ditemui di perairan pesisir, hal ini karena input
nitrogen dari sungai dan fiksasi nitrogen oleh bakteri. Kebanyakan bakteri pengikat
nitrogen adalah bakteri heterotrofik, kecuali cyanobakteri Oscillatoria sp., yang bersifat
fotosintetik/ototrofik dan banyak terdapat di perairan tropik.
194
Reaksi oksidasi yang terjadi akan mereduksi nitrogen dalam senyawa Dissolved
Organic Nitrogen (DON), kemudian dioksidasi secara bertahap. Amonium pertama-
tama diproduksi melalui proses amonifikasi, yang kemudian diubah menjadi nitrit dan
akhirnya nitrat melalui proses nitrifikasi. Sedangkan dalam reaksi reduksi, produk
teroksidasi direduksi baik oleh plankton melalui proses asimilasi nutrien maupun oleh
bakteri heterotrofik yang memanfaatkan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN) sebagai
penerima elektron. Kedua proses reaksi reduksi tersebut dinamakan denitrifikasi atau
reduksi nitrogen disimilatori.
14. Berdasarkan artikel tersebut, peranan bakteri dalam siklus energi di lautan sebagai....
A. Produsen
B. Dekomposer
C. Konsumen tingkat I
D. Konsumen tingkat II
E. Konsumen tingkat III
15. Nitrogen di laut didominasi oleh proses yang dimediasi secara biologis melalui reaksi
kimia. Reaksi kimia di bawah ini yang tidak termasuk kedalam proses bakteri dalam
mereduksi nitrogen adalah.....
A. NO2 + 8H+ + 2e → 2NH4 + H2
B. N3 + 8H+ + 4e → 2NH3 + H2O
C. N2 + 8H+ + 8e → 2NH3 + H2
D. N2O + 8H+ + 10e → 2NH3 + H2O
E. NO2 + 8H+ + 12e → 2NH4 + H2
Jurnal : Biokimia Penambatan Nitrogen Oleh Bakteri Non Simbiotik
Nitrogen hasil proses penambatan nitrogen secara biologis oleh mikroorganisme
merupakan poin kunci masuknya molekul nitrogen kedalm sikus nitrogen dialam.
Sejumlah mikroorganisme tanah dan air sanggup menambat nitrogen atmosfer menjadi
amonium. Kelompok mikroorganisme ini ada dua menurut cara penambatan nitrogen
yang dilakukan yaitu : (1) Penambat nitrogen nonsimbiotis; (2) Penambat nitrogen
simbiosis. Kelompok non simbiosis terbagi dua yaitu organisme aerob dan anaerob.
16. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal yang bukan termasuk kategori syarat penambatan
nitrogen adalah.....
A. Adanya enzim nitrogense
B. Ketersediaan sumber energi dalam bentuk ATP
195
foto-autotrofik pada air tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam
tanah dan zona akar.
17. Pernyataan yang sesuai dengan pengertian penambatan nitrogen secara nonsimbiosis
adalah.....
A. Mikroorganisme yang sanggup mengubah molekul nitrogen menjadi amonium
tanpa bergantung pada organisme lain.
B. Mikroorganisme yang menambat nitrogen melalui hidup bersama dalam akar
leguminosa dan tumbuhan lain.
C. Mikroorganisme mereduksi nitrogen di atmosfer dengan bersimbiosis parasitisme
pada akar leguminosa.
D. Mikroorganisme melakukan penambatan nitrogen dibantu oleh adanya bintil akar
pada tumbuhan.
E. Mikroorganisme mengubah nitrogen menjadi amonium tanpa melalui suatu reaksi
kimia
Jurnal : Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kelestarian Ekosistem Hutan Gambut
Penebangan dan kebakaran hutan gambut dan konversi hutan rawa gambut
menjadi wilayah usaha tani dan pemukiman menyebabkan terjadinya kerusakan hutan
dan ekosistem rawa. Pada ekosistem global, perusakan lahan gambut tidak hanya
menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan gambut yang dapat melepaskan gas rumah
kaca, tetapi juga penggundulan hutan rawa gambut akan mendestruksi kemampuan
vegetasi hutan dalam memerangkap karbon (carbon sink) dari atmosfer.
Pulau Sumatera maupun Kalimantan, habitat rawa gambut mengandung kekayaan
keanekaragaman yang tinggi untuk jenis flora dan fauna, reservoir/ simpanan air, dan
simpanan karbon. Kekayaan flora yang berisi bermacam-macam jenis pohon yang
kayunya mempunyai nilai komersial tinggi untuk keperluan bahan industri mebel dan
konstruksi. Selain itu juga terdapat berbagai jenis pohon yang mempunyai nilai
komersial dari hasil non-kayu baik berupa getah, lateks, kulit pohon, bahkan
mempunyai kandungan zat ekstraksi yang berguna untuk kepentingan obat-obatan
(medical plants). Jenis-jenis pohon rawa gambut yang memiliki potensi strategis seperti
bintangur (Calophyllum lanigerum) yang mempunyayi zat bioaktif untuk anti virus
HIV. Jenis bintangur lainnya adalah Calophyllum cannum dan C. disoscorii yang
mempunyai zat bioaktif anti kanker dan masih ada lagi beberapa jenis prospektif
lainnya.
197
Fase
No Indikator
Pembelajaran
1 Eksplorasi a. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru.
b. Membentuk kelompok keiatan eksplorasi sumber belajar dengan anggota kelompok.
c. Merancang kegiatan eksplorasi sumber belajar sesuai dengan topik yang diberikan.
d. Mengkonsultasikan topik pembelajaran secara aktif.
e. Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan bimbingan dan arahan yang diberikan.
f. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto atau jurnal sains (science journal)
sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.
2 Interaksi a. Melakukan diskusi dalam kelompok membahas tentang hasil eksplorasi sumber belajar yang dilakukan.
b. Meminta bimbingan dan arahan bila mengalami kesulitan.
c. Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar secara tertulis berdasarkan hasil diskusi
yang telah dilakukan.
3 Komunikasi a. Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok masing-masing dengan format mengikuti huruf “U”.
b. Kelompok penyaji mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar secara singkat dan jelas.
c. Kelompok presentasi memberikan kesempatan kepada peserta didik lain yang berkedudukan sebagai audiens untuk bertanya
dan berpendapat sesuai materi presentasi.
d. Mencatat hasil feedback yang diberikan baik dari guru maupun teman dari kelompok lain.
198
199
e. Menyimpulkan konsep pengetahuan yang berhasil dibangun melalui aktivitas eksplorasi yang diakhiri dengan kegiatan
diskusi.
4 Refleksi a. Melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah dilakukan baik secara konsep maupun non konsep melalui lisan atau
menyusun jurnal refleksi.
b. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan guru.
5 Evaluasi Fase Eksplorasi
a. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi sumber belajar yang disusun oleh peserta didik secara berkelompok.
b. Melakukan kegiatan eksplorasi sumber belajar.
c. Mengumpulkan jurnal sains hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar.
Fase Interaksi
a. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok untuk menyusun karya ilmiah sesuai dengan kesepakatan kelompok.
Fase Komunikasi
a. Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi sumber belajar peserta didik.
Fase Refleksi
a. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan menulis jurnal sains serta mengerjakan tes metakognisi terkait dengan konsep
dan proses belajar peserta didik.
b. Mengerjakan tes kemampuan kognitif.
200
Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Lembar berisi 10 pernyataan mengenai aktifitas siswa menanggapi pembelajaran.
2. Berilah skor 0-3 pada pilihan di bawah ini dengan jujur sesuai aspek yang dimiliki oleh siswa yang diamati sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
0 = Tidak Ada Kriteria yang Tercapai
1 = Satu Kriteria yang Tercapai
2 = Dua Kriteria yang Tercapai
3 = Tiga Kriteria yang Tercapai
1. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan (1) Mendengarkan hal penting atas penjelasan guru Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru. (2) Mencatat hal penting atas penjelasan guru yang tercapai.
(3) Bertanya bila tidak jelas atas penjelasan guru Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
yang tercapai.
Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
201
2. Merancang, mengkonsultasikan, hingga (1) Merancang kegiatan eksplorasi sumber belajar Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
memperbaiki rancangan kegiatan eksplorasi sesuai dengan topik yang diberikan. yang tercapai.
sehingga mempermudah proses pembelajaran. (2) Mengkonsultasikan topik pembelajaran secara Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
aktif. yang tercapai.
(3) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
bimbingan dan arahan yang diberikan. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
3. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan (1) Melakukan eksplorasi sumber belajar Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto (2) Mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto yang tercapai.
atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
rencana kegiatan yang telah disusun. rencana kegiatan yang telah disusun. yang tercapai.
(3) Mendokumnetasikan dalam bentuk gambar, foto Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
atau jurnal sains (science journal) tidak sesuai yang tercapai.
dengan rencana kegiatan yang telah disusun. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
4. Melakukan diskusi, meminta bimbingan dan (1) Melakukan diskusi dalam kelompok membahas Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
arahan dalam penyusunan karya ilmiah sebagai tentang hasil eksplorasi sumber belajar yang yang tercapai.
laporan hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi dilakukan. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
yang telah dilakukan. (2) Meminta bimbingan dan arahan bila mengalami yang tercapai.
kesulitan. Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
(3) Menyusun karya ilmiah sebagai laporan hasil yang tercapai.
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara tertulis Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan. yang tercapai.
5. Membentuk kelompok belajar dan (1) Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi masing-masing dengan format mengikuti huruf yang tercapai.
yang kemudian dilanjut dengan kegiatan “U”. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
diskusi. (2) Kelompok penyaji mempresentasikan hasil yang tercapai.
kegiatan eksplorasi sumber belajar secara singkat Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
dan jelas. yang tercapai.
(3) Kelompok presentasi memberikan kesempatan Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
kepada peserta didik lain yang berkedudukan yang tercapai.
sebagai audiens untuk bertanya dan berpendapat
sesuai materi presentasi.
6. Mencatat, mnyimpulkan, dan melakukan (1) Mencatat hasil feedback yang diberikan baik dari Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
refleksi terhadap semua kegiatan eksplorasi guru maupun teman dari kelompok lain. yang tercapai.
hingga diskusi dalam bentuk laporan lisan dan (2) Menyimpulkan konsep pengetahuan yang Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
tulisan berupa jurnal. berhasil dibangun melalui aktivitas eksplorasi yang tercapai.
yang diakhiri dengan kegiatan diskusi.
202
(3) Melakukan refleksi atas semua kegiatan yang Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
telah dilakukan baik secara konsep maupun non yang tercapai.
konsep melalui lisan atau menyusun jurnal Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
refleksi. yang tercapai.
7. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan (1) Mendengarkan arahan dan petunuj yang Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
dan petunjuk yang diberikan guru. diberikan guru. yang tercapai.
(2) Menjawab pertanyan berdasarkan arahan dan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
petunjuk yang diberikan guru. yang tercapai.
(3) Mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
guru. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
8. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan (1) Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
eksplorasi dan mengumpulkan jurnal sains eksplorasi sumber belajar yang disusun oleh yang tercapai.
sebagai hasil kegiatan belajar yang telah peserta didik secara berkelompok. Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
dilakukan. (2) Melakukan kegiatan eksplorasi sumber belajar. yang tercapai.
(3) Mengumpulkan jurnal sains hasil kegiatan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
eksplorasi sumber belajar. yang tercapai.
Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
9. Membentuk kelompok untuk melakukan (1) Membentuk kelompok kegiatan eksplorasi Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
kegiatan diskusi dan memaparkan kegiatan sumber belajar dengan anggota kelompok. yang tercapai.
eksplorasi yang telah dilaksanakan. (2) Melakukan diskusi dengan anggota kelompok Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
untuk menyusun karya ilmiah sesuai dengan yang tercapai.
kesepakatan kelompok. Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
(3) Memaparkan hasil kegiatan eksplorasi sumber yang tercapai.
belajar peserta didik. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
10. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan (1) Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan terkait Skor 0: Jika tidak ada kriteria penilaian
menulis jurnal sains serta mengerjakan tes dengan konsep dan proses belajar peserta didik. yang tercapai.
metakognisi terkait dengan konsep dan proses (2) Menulis jurnal sains terkait dengan konsep dan Skor 1: Jika ada 1 kriteria penilaian
belajar peserta didik. proses pembelajaran. yang tercapai.
(3) Mengerjakan tes metakognisi (kemampuan Skor 2: Jika ada 2 kriteria penilaian
kognitif) terkait dengan konsep dan proses belajar yang tercapai.
peserta didik. Skor 3: Jika ada 3 kriteria penilaian
yang tercapai.
LAMPIRAN 11
LEMBAR OBSERVASI
Nama Observer :
Pertemuan Ke- :
Hari/Tanggal :
PETUNJUK:
1. Lembar berisi skor komulatif dari setiap aktivitas fase pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS)
2. Berikanlah skor hasil observasi aktivitas siswa dengan menjumlahkan setiap fase
pembelajaran dan menskor total seluruh skor fase pembelajaran.
3. Berilah skor pada pilihan di bawah ini dengan jujur sesuai aspek yang dimiliki oleh
siswa yang diamati sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
KETERANGAN YANG DIAMATI:
Fase Eksplorasi
A. Mendengarkan, mencatat hal-hal penting dan bertanya bila tidak jelas atas
penjelasan guru.
B. Merancang, mengkonsultasikan, hingga memperbaiki rancangan kegiatan
eksplorasi sehingga mempermudah proses pembelajaran.
C. Melakukan eksplorasi sumber belajar dan mendokumnetasikan dalam bentuk
gambar, foto atau jurnal sains (science journal) sesuai dengan rencana kegiatan
yang telah disusun.
Fase Interaksi
D. Melakukan diskusi, meminta bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya
ilmiah sebagai laporan hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi yang telah
dilakukan.
Fase Komunikasi
E. Membentuk kelompok belajar dan mempresentasikan hasil kegiatan eksplorasi
yang kemudian dilanjut dengan kegiatan diskusi.
203
204
Fae Refleksi
F. Mencatat, menyimpulkan, dan melakukan refleksi terhadap semua kegiatan
eksplorasi hingga diskusi dalam bentuk laporan lisan dan tulisan berupa jurnal.
G. Mendengarkan, menjawab dan mencatat arahan dan petunjuk yang diberikan
guru.
Fase Evaluasi
H. Mengumpulkan hasil rancangan kegiatan eksplorasi dan mengumpulkan jurnal
sains sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
I. Membentuk kelompok untuk melakukan kegiatan diskusi dan memaparkan
kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan.
J. Melakukan refleksi melalui aktivitas lisan, dan menulis jurnal sains serta
mengerjakan tes metakognisi terkait dengan konsep dan proses belajar peserta
didik.
Fase Pembelajaran
Nama Eksplorasi Interaksi Komunikasi Refleksi Evaluasi Skor
No Nilai
Siswa Total
A B C D E F G H I J
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst,
Pedoman Penilaian:
Skor Perolehan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
Skor Maksimal
Nilai KKM:
Krieria Nilai:
Nilai Predikat Kategori
Skala
86-100 A
Sangat Baik
81-85 A-
76-80 B+
71-75 B Baik
66-70 B-
205
61-65 C+
56-60 C Cukup
51-55 C-
46-50 D+
Kurang
0-45 D
(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131)
Observer,
( )
LAMPIRAN 12
KISI-KISI LEMBAR ANGKET
Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Angket berisi 20 pernyataan mengenai sikap literasi sains anda.
2. Berikanlah pendapat terhadap masing-masing pernyataan yang diberikan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban
yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Jawablah pernyataan tersebut dengan jujur dan sepenuh hati.
206
207
Nama Siswa :
Kelas :
PETUNJUK:
1. Angket berisi 20 pernyataan mengenai sikap literasi sains anda.
2. Berikanlah pendapat terhadap masing-masing pernyataan yang diberikan dengan
memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Pilihan jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Jawablah pernyataan tersebut dengan jujur dan sepenuh hati.
Respon
No Pernyataan
STS TS S SS
208
209
Pedoman Penskoran:
Skor 4 = Sangat Setuju
Skor 3 = Setuju
Skor 2 = Tidak Setuju
Skor 1 = Sangat Tidak Setuju
Pedoman Penilaian:
Skor Perolehan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
Skor Maksimal
Nilai KKM:
Kriteria Nilai:
Krieria Nilai:
86-100 A
Sangat Baik
81-85 A-
76-80 B+
71-75 B Baik
66-70 B-
61-65 C+
56-60 C Cukup
51-55 C-
211
46-50 D+
Kurang
0-45 D
(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131)
Responden
( )
LAMPIRAN 14
ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA
2. Komponen Abiotik Kongkret ➢ Komponen abiotik adalah bagian ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
lingkungan fisik berupa benda tidak abiotik (benda mati dan faktor
hidup. fisik) yang mewakili tempat
➢ Lingkungan fisik ini mencangkup tanah, eksplorasi.
air, serta unsur atmosfer berupa cahaya,
iklim, cuaca, angin, suhu, dan
kelembapan.
3. Tanah Kongkret ➢ Tanah merupakan tempat hidup bagi ➢ ➢
sebagian besar organisme.
➢ Seperti manusia, hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme.
➢ Tanah mineral mengandung bahan
organik kurang dari 20%, dan terbentuk
atas induk batuan.
➢ Tanah organik memiliki kandungan
bahan organik lebih dari 65%, dan
terbentuk atas induk organik atau sisa
tumbuhan.
4. Air Kongkret ➢ Sebagian besar tubuh organisme ➢ ➢
tersusun atas air.
➢ Tubuh memerlukan air sebagai
pengangkut, pelarut, dan berperan
dalam metabolisme tubuh.
➢ Tumbuhan memerlukan air yang
diperoleh dari tanah untuk proses
fotosintesis.
212
213
16. Komensalisme Kongkret ➢ Hubungan antar dua organisme yang ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
berbeda spesies dalam bentuk interaksi komensalisme yang
kehidupan bersama. ditemukan di tempat eksplorasi.
➢ Simbion yang terlibat salah satunya
diuntungkan, dan simbion lainya tidak
dirugikan dan tidak juga diuntungkan.
17. Mutualisme Kongkret ➢ Hubungan antara dua organisme yang ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
saling menguntungkan kedua belah interaksi mutualisme yang
pihak. ditemukan di tempat eksplorasi.
18. Interaksi Antar Populasi Kongkret ➢ Interaksi antar populasi terjadi karena ➢ ➢
beberapa populasi hidup dan tinggal di
daerah yang sama.
19. Kompetisi Kongkret ➢ Kompetisi pada makhluk hidup dapat ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
terjadi jika pada suatu antarpopulasi interaksi kompetisi yang
atau antarorganisme terdapat ditemukan di tempat eksplorasi.
kepentingan yang sama sehingga terjadi
persaingan.
20. Alelopati Kongkret ➢ Alelopati merupakan jenis interaksi ➢ ➢ Adegan menjelaskan jenis
pada tumbuhan. interaksi alelopati yang
➢ Beberapa tumbuhan dapat menghasilkan ditemukan di tempat eksplorasi.
zat yang dapat menghalangi hewan atau
tumbuhan untuk tumbuh, bahkan dapat
membunuhnya.
21. Interaksi Antar Komunitas Kongkret ➢ Contoh interaksi antar komunitas ➢ ➢
misalnya komunitas sawah dengan
sungai, terjadi karena interaksi dalam
bentuk peredaran organisme hidup dari
kedua komunitas tersebut, dan
melibatkan aliran energi dan makanan.
22. Tingkat Trofik dalam Kongkret ➢ Peristiwa makan dan dimakan dalam ➢ ➢
Ekosistem suatu ekosistem dapat dibagi dalam
tingkat-tingkat trofik.
➢ Produsen menempati tingkat trofik I,
konsumen promer (herbivor) menempati
tingkat trofik II, konseumen sekunder
(karnvor) menempati tingkat trofik III),
dan seterusnya.
216
23. Rantai Makanan Kongkret ➢ Rantai makanan (Food chain) ➢ ➢ Adegan menjelaskan siklus
merupakan urutan makan dan dimakan rantai makanan yang terdapat di
dalam suatu ekosistem yang saling lokasi eksplorasi.
berkaitan seperti rantai.
24. Jaring-Jaring Makanan Kongkret ➢ Jaring-jaring makanan (food web) ➢ ➢ Adegan menjelaskan siklus
merupakan hubungan antara rantai- jaring-jaring makanan yang
rantai makanan dalam suatu ekosistem terdapat di lokasi eksplorasi.
menghasilkan jaringan atau
percabangan.
25. Piramida Ekologi Kongkret ➢ Interaksi diantara makhluk hidup dalam ➢ ➢ Adegan menjelaskan piramida
suatu ekosistem menyebabkan energi berdasarkan jumlah
komunitas memiliki struktur tropik spesies yang terdapat di lokasi
tertentu yang khas. eksplorasi.
➢ Produsen menempati tingkat trofik
pertama memiliki jumlah yang lebih
besar dibandingkan konsumen I, dan
konsumen I memiliki jumlah lebih besar
dari jumlah konsumen II, sehingga
gambaran tersbut akan membentuk
piramida.
26. Piramida Jumlah Kongkret ➢ Semakin tinggi tingkat trofik suatu ➢ ➢
organisme, akan memiliki jumlah
organisme yang semakin sedikit.
27. Piramida Biomassa Kongkret ➢ Biomassa adalah berat kering total ➢ ➢
komponen biotik pada area tertentu
pada suatu waktu (gr/m3).
➢ Piramida biomassa menggambarkan
perpaduan biomassa seluruh organisme
di habitat tertentu.
28. Piramida Energi Kongkret ➢ Piramida energi mampu memberikan ➢ ➢
gambaran paling akurat tentang aliran
energi dalam ekosistem.
29. Aliran Energi dalam Kongkret ➢ Makanan sebagai sumber energi adalah ➢ ➢ Adegan menjelaskan contoh
Ekosistem suatu komponen esensial untuk aliran energi yang terjadi di
kelangsungan hidup suatu organisme. lokasi eksplorasi.
➢ Proses makan dan dimakan dalam
ekosistem terjadi peristiwa daur materi
dan aliran energi.
217
➢ Darah ini masih dapat ditembus oleh siklus energi yang mungkin
cahaya matahari sehingga fotosintesis terjadi di lokasi eksplorasi.
dapat berlangsung.
42. Ekosistem Pantai Kongkret ➢ Ekosistem yang berbatasan langsung ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
dengan ekosistem darat, laut, dan daerah ekosistem, macam interaksi, dan
pasang surut. siklus energi yang mungkin
➢ Organisme yang hidup di pantai terjadi di lokasi eksplorasi.
memiliki adaptasi struktural sehingga
dapat melekat erat pada substrat keras.
43. Ekosistem Estuaria Kongkret ➢ Estuaria adalah perairan semi tertutup ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
yang berhubungan bebas dengan laut, ekosistem, macam interaksi, dan
sehingga air laut yang memiliki salinitas siklus energi yang mungkin
tinggi dapat bercampur dengan air terjadi di lokasi eksplorasi.
tawar.
44. Ekosistem Air Tawar Kongkret ➢ Ciri ekosistem air tawar antara lain ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
variasi suhu tidak mncolok, penetrasi ekosistem, macam interaksi, dan
cahaya kurang, dan dipengaruhi oleh siklus energi yang mungkin
iklim dan cuaca. terjadi di lokasi eksplorasi.
➢ Kebiasaan hidup organisme dapat
dibedakan menjadi bentos, perifiton,
plankton, nekton, dan neuston.
45. Danau Kongkret ➢ Danau merupakan suatu badan air ➢ ➢ Adegan menjelaskan komponen
menggenang yang di dalamnya terdapat ekosistem, macam interaksi, dan
bergabai macam tumbuhan dan hewan, siklus energi yang mungkin
sesuai dengan kedalaman dan jarak tepi. terjadi di lokasi eksplorasi.
➢ Daerah danau terbagi berdasarkan
penetrasi cahaya matahari.
46. Zona Litoral Kongkret ➢ Merupakan daerah perairan yang ➢ ➢
dangkal dengan penetrasi cahaya sampai
dasar.
➢ Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis ganggang yang melekat,
siput dan remis, serangga, udang, ikan,
amfibi, reptilia air, ular, itik, angsa, dan
beberapa mamalia.
47. Zona Limnetik Kongkret ➢ Merupakan daerah terbuka sampai ➢ ➢
kedalam yang dicapai oleh penetrasi
cahaya efektif.
220
221
LAMPIRAN 16
HASIL OBSERVASI
Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Fase Pembelajaran
No Kode Siswa Eksplorasi Interaksi Komunikasi Refleksi Evaluasi Skor
A B C D E F G H I J
1 EKS - 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 25
2 EKS - 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 25
3 EKS - 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 24
4 EKS - 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 25
5 EKS - 5 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 26
6 EKS - 6 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
7 EKS - 7 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28
8 EKS - 8 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26
9 EKS - 9 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 27
10 EKS - 10 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 27
11 EKS - 11 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27
12 EKS - 12 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 28
13 EKS - 13 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28
14 EKS - 14 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 28
15 EKS - 15 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 28
16 EKS - 16 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
17 EKS - 17 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 26
18 EKS - 18 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 25
19 EKS - 19 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 27
20 EKS - 20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29
21 EKS - 21 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 26
22 EKS - 22 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 26
23 EKS - 23 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 27
24 EKS - 24 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 27
25 EKS - 25 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 26
26 EKS - 26 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
27 EKS - 27 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 24
28 EKS - 28 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 27
29 EKS - 29 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 26
30 EKS - 30 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 24
31 EKS-31 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
32 EKS-32 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 25
33 EKS-33 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 27
34 EKS-34 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 26
35 EKS-35 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 25
36 EKS-36 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 25
Jumlah 74 86 89 95 95 97 98 104 105 106 949
Persentase 68,52 79,63 82,41 87,96 87,96 89,81 90,74 96,30 97,22 98,15 87,87
Persentase Fase Pembelajaran 76,85 87,96 87,96 90,28 97,22
222
LAMPIRAN 17
REKAPITULASI OBSERVASI
PERTEMUAN PERTAMA
FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
A 74 68,52 Baik
EKSPLORASI B 86 79,63 Baik
C 89 82,41 Sangat Baik
INTERAKSI D 95 87,96 Sangat Baik
PERTEMUAN KEDUA
FASE PEMBELAJARAN NO. ITEM JUMLAH PERSENTASE (%) KRITERIA
KOMUNIKASI E 95 87,96 Sangat Baik
F 97 89,81 Sangat Baik
REFLEKSI
G 98 90,74 Sangat Baik
223
224
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tests of Normality
225
226
,002 1 70 ,967
227
ANOVA
Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9800.000 1 9800.000 110.078 .000
Within Groups 6231.944 70 89.028
Total 16031.944 71
Uji Hipotesis N-Gain Secara Umum
Tests of Normality
Tests of Normality
Tests of Normality
19,242 1 70 ,000
,434 1 70 ,512
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa
Mann-Whitney U 184,000
Wilcoxon W 850,000
Z -5,567
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Tests of Normality
Tests of Normality
Tests of Normality
2,915 1 70 ,092
2,932 1 70 ,091
3,524 1 70 ,065
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Mann-Whitney U 398,000
234
Wilcoxon W 1064,000
Z -2,937
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa
Mann-Whitney U 205,500
Wilcoxon W 871,500
Z -5,144
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa
Mann-Whitney U 345,500
Wilcoxon W 1011,500
Z -3,435
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
235
Tests of Normality
Tests of Normality
Tests of Normality
1,734 1 70 ,192
,387 1 70 ,536
,646 1 70 ,424
237
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa
Mann-Whitney U 453,000
Wilcoxon W 1119,000
Z -2,342
Asymp. Sig. (2-tailed) ,019
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
SIswa
Mann-Whitney U 132,500
Wilcoxon W 798,500
Z -5,958
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Test Statisticsa
Perbedaan
Hasil Belajar
Siswa
Mann-Whitney U 166,000
Wilcoxon W 832,000
Z -5,461
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
,307 2 33 ,737
ANOVA
Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbendaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
,305 2 33 ,739
ANOVA
Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perbandingan Hasil Belajar SIswa
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
242
243
244
245
PRE-TEST POS-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
6 8 10 11 12 15 17 19 6 8 10 11 12 15 17 19
EK-1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-2 0 0 0 1 1 1 1 0 4 50 EK-2 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-3 1 0 1 1 0 0 0 1 4 50 EK-3 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-4 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-4 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-5 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50 EK-5 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-6 1 1 0 1 0 0 1 0 4 50 EK-6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-7 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-7 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-8 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75 EK-8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-9 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50 EK-9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-10 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25 EK-10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-11 1 1 1 1 0 1 0 0 5 63 EK-11 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-12 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88 EK-12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-13 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75 EK-13 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-14 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-14 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-15 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75 EK-15 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-16 1 0 0 0 0 0 1 0 2 25 EK-16 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-17 1 0 1 0 0 1 1 1 5 63 EK-17 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-18 0 1 1 1 0 0 0 1 4 50 EK-18 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-19 0 1 1 0 0 0 0 0 2 25 EK-19 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-20 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-20 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-21 0 0 0 1 1 1 1 1 5 63 EK-21 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-22 0 1 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-22 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75
EK-23 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-23 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-24 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-24 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-25 0 1 1 1 0 1 1 1 6 75 EK-25 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-26 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88 EK-26 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-27 0 1 1 1 1 1 1 1 7 88 EK-27 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-28 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88 EK-28 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-29 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-29 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75
EK-30 1 1 1 1 0 0 1 0 5 63 EK-30 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100
EK-31 1 0 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-31 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75
EK-32 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-32 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-33 1 0 1` 0 0 1 0 3 38 EK-33 1 1 1 1 1 1 0 1 7 88
EK-34 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25 EK-34 1 1 0 1 1 1 0 1 6 75
EK-35 0 1 0 1 0 1 1 1 5 63 EK-35 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-36 1 0 1 1 0 0 1 0 4 50 EK-36 1 1 1 1 1 1 1 0 7 88
Jumlah 170 2125 Jumlah 256 3200
Rata-Rata 5 59 Rata-Rata 7,111111 89
246
247
PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
1 2 3 7 13 18 1 2 3 7 13 18
EK-1 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-1 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-2 1 1 1 0 1 1 5 83 EK-2 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-3 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-3 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-4 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-4 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-5 1 1 0 1 0 1 4 67 EK-5 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-6 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-7 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-7 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-8 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-8 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-9 1 1 0 1 0 1 4 67 EK-9 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-10 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-10 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-11 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-12 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-12 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-13 1 0 1 0 1 1 4 67 EK-13 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-14 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-14 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-15 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-15 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-16 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-16 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-17 1 1 0 0 1 1 4 67 EK-17 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-18 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-18 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-19 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-19 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-20 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-20 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-21 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-21 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-22 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-22 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-23 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-23 1 1 1 0 1 0 4 67
EK-24 1 1 0 0 1 1 4 67 EK-24 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-25 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-25 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-26 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-26 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-27 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-27 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-28 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-28 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-29 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-29 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-30 1 0 0 0 1 0 2 33 EK-30 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-31 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-31 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-32 1 1 1 0 0 1 4 67 EK-32 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-33 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-33 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-34 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-34 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-35 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-35 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-36 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-36 1 0 1 0 1 1 4 67
Jumlah 105 1750 Jumlah 177 2950
Rata-Rata 3 49 Rata-Rata 5 82
248
PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
4 5 9 14 16 20 4 5 9 14 16 20
EK-1 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-1 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-2 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-2 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-3 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-3 1 0 1 1 1 0 4 67
EK-4 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-4 1 0 0 1 1 0 3 50
EK-5 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-5 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-6 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-7 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-7 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-8 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-9 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-9 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-10 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-10 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-11 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-11 1 0 1 1 0 1 4 67
EK-12 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-12 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-13 0 1 0 0 1 0 2 33 EK-13 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-14 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-14 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-15 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-15 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-16 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-16 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-17 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-17 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-18 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-18 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-19 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-19 1 0 1 1 1 1 5 83
EK-20 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-20 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-21 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-21 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-22 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-22 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-23 1 1 0 1 0 0 3 50 EK-23 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-24 0 1 0 1 0 1 3 50 EK-24 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-25 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-25 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-26 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-26 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-27 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-27 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-28 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-28 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-29 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-29 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-30 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-30 1 1 1 1 1 0 5 83
EK-31 0 1 1 1 0 0 3 50 EK-31 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-32 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-32 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-33 0 1 1 1 0 0 3 50 EK-33 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-34 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-34 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-35 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-35 1 1 1 1 1 1 6 100
EK-36 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-36 1 1 0 0 1 1 4 67
Jumlah 72 1200 Jumlah 166 2767
Rata-Rata 2 33 Rata-Rata 5 77
LAMPIRAN 22
NILAI PRETEST & POSTEST PERINDIKATOR KELAS KONTROL
PRE-TEST POS-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
6 8 10 11 12 15 17 19 6 8 10 11 12 15 17 19
EK-1 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-2 0 1 1 1 0 1 1 0 5 63 EK-2 0 1 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-3 1 0 1 1 1 0 1 0 5 63 EK-3 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-4 0 1 0 1 0 0 1 1 4 50 EK-4 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-5 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75 EK-5 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-6 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-6 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50
EK-7 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75 EK-7 0 1 1 1 1 0 1 1 6 75
EK-8 0 0 1 1 1 0 1 1 5 63 EK-8 0 1 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-9 0 0 1 1 1 0 0 1 4 50 EK-9 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-10 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75 EK-10 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-11 1 0 0 0 0 0 1 0 2 25 EK-11 0 0 1 1 0 0 1 1 4 50
EK-12 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88 EK-12 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-13 0 0 1 0 0 0 0 0 1 13 EK-13 0 1 0 1 0 0 1 0 3 38
EK-14 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-14 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-15 0 0 1 0 1 1 1 0 4 50 EK-15 1 1 0 1 0 1 1 1 6 75
EK-16 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-16 0 1 1 1 0 1 0 1 5 63
EK-17 1 1 0 1 1 0 1 0 5 63 EK-17 1 1 0 1 1 1 1 1 7 88
EK-18 1 1 1 1 0 0 0 0 4 50 EK-18 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-19 1 1 0 1 1 0 0 1 5 63 EK-19 1 1 1 1 0 1 1 1 7 88
EK-20 1 1 1 1 1 0 0 0 5 63 EK-20 1 1 0 0 1 1 1 1 6 75
EK-21 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75 EK-21 1 0 1 1 1 0 1 1 6 75
EK-22 0 1 0 1 0 1 1 0 4 50 EK-22 0 1 1 1 1 0 0 1 5 63
EK-23 0 1 0 0 0 0 0 0 1 13 EK-23 1 0 1 1 0 0 0 0 3 38
EK-24 1 1 0 0 1 1 0 0 4 50 EK-24 1 1 0 1 0 0 1 1 5 63
EK-25 0 1 1 1 0 0 0 0 3 38 EK-25 1 1 0 1 0 0 1 1 5 63
EK-26 0 0 1 0 1 1 1 1 5 63 EK-26 1 1 1 1 1 1 1 0 7 88
EK-27 0 0 1 0 1 0 1 1 4 50 EK-27 1 0 1 1 0 0 1 1 5 63
EK-28 1 0 0 0 0 0 0 0 1 13 EK-28 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25
EK-29 0 0 1 0 1 0 1 0 3 38 EK-29 1 1 1 1 1 0 1 1 7 88
EK-30 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-30 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-31 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-31 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75
EK-32 0 1 1 1 1 0 0 0 4 50 EK-32 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75
EK-33 1 1 0 0 1 1 0 1 5 63 EK-33 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75
EK-34 0 0 0 1 1 1 0 0 3 38 EK-34 1 1 1 0 0 1 0 0 4 50
EK-35 0 0 1 1 0 0 0 1 3 38 EK-35 0 0 0 1 1 1 1 1 5 63
EK-36 0 1 0 1 1 0 1 1 5 63 EK-36 0 1 1 1 0 1 1 1 6 75
Jumlah 151 1888 Jumlah 202 2525
Rata-Rata 4,19 52 Rata-Rata 5,61 70
249
250
PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
1 2 3 7 13 18 1 2 3 7 13 18
EK-1 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-1 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-2 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-2 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-3 1 0 1 0 1 1 4 67 EK-3 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-4 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-4 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-5 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-5 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-6 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-6 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-7 1 1 0 0 1 0 3 50 EK-7 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-8 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-8 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-9 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-9 1 0 1 0 1 1 4 67
EK-10 1 0 0 0 1 0 2 33 EK-10 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-11 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-13 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-13 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-14 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-14 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-15 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-15 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-16 1 1 1 0 0 0 3 50 EK-16 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-17 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-17 1 0 0 0 1 0 2 33
EK-18 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-18 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-19 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-19 1 0 0 0 0 1 2 33
EK-20 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-20 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-21 1 1 0 0 0 1 3 50 EK-21 1 1 0 1 1 1 5 83
EK-22 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-22 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-23 1 0 1 0 0 0 2 33 EK-23 1 0 0 0 0 1 2 33
EK-24 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-24 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-25 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-25 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-26 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-26 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-27 0 0 1 0 0 0 1 17 EK-27 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-28 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-28 1 1 1 0 1 0 4 67
EK-29 1 0 0 0 1 1 3 50 EK-29 1 1 1 1 0 1 5 83
EK-30 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-30 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-31 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-31 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-32 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-32 1 1 1 0 0 1 4 67
EK-33 1 0 0 0 1 1 3 50 EK-33 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-34 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-34 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-35 1 0 0 0 0 1 2 33 EK-35 1 1 0 0 1 0 3 50
EK-36 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-36 1 1 0 0 1 1 4 67
Jumlah 79 1317 Jumlah 126 2100
Rata-Rata 2,19 37 Rata-Rata 3,50 58
251
PRE-TEST POST-TEST
Nomor Soal Nomor Soal
Kode Siswa Jumlah Nilai Kode Siswa Jumlah Nilai
4 5 9 14 16 20 4 5 9 14 16 20
EK-1 0 0 0 1 1 0 2 33 EK-1 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-2 0 1 0 0 0 1 2 33 EK-2 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-3 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-3 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-4 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-4 0 1 1 1 0 0 3 50
EK-5 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-5 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-6 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-6 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-7 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-7 0 0 0 1 0 0 1 17
EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-8 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-9 0 0 1 0 1 0 2 33 EK-9 1 0 1 1 0 0 3 50
EK-10 0 0 0 0 1 0 1 17 EK-10 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-11 0 0 0 0 1 1 2 33 EK-11 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-12 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-12 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-13 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-13 0 0 1 1 0 0 2 33
EK-14 0 0 0 0 1 1 2 33 EK-14 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-15 0 0 1 0 0 0 1 17 EK-15 0 1 1 1 0 0 3 50
EK-16 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-16 0 1 0 1 0 0 2 33
EK-17 1 0 0 0 0 0 1 17 EK-17 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-18 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-18 1 0 0 1 0 0 2 33
EK-19 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-19 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-20 1 0 0 1 0 0 2 33 EK-20 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-21 1 1 1 0 1 0 4 67 EK-21 1 1 0 1 1 0 4 67
EK-22 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-22 1 1 0 1 0 1 4 67
EK-23 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-23 1 1 0 0 0 0 2 33
EK-24 0 1 0 1 0 0 2 33 EK-24 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-25 0 0 0 0 0 1 1 17 EK-25 0 0 1 0 0 0 1 17
EK-26 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-26 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-27 0 1 0 1 0 1 3 50 EK-27 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-28 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-28 1 0 0 0 1 0 2 33
EK-29 0 0 0 0 0 0 0 0 EK-29 1 1 1 0 0 0 3 50
EK-30 1 0 1 0 0 1 3 50 EK-30 1 1 1 0 1 1 5 83
EK-31 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-31 1 1 1 1 0 0 4 67
EK-32 1 0 1 0 1 0 3 50 EK-32 1 1 0 0 0 1 3 50
EK-33 0 0 0 1 0 0 1 17 EK-33 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-34 0 1 0 0 0 0 1 17 EK-34 1 1 0 1 0 0 3 50
EK-35 0 1 1 0 0 0 2 33 EK-35 1 1 0 0 1 1 4 67
EK-36 1 1 0 0 0 0 2 33 EK-36 0 1 0 1 0 1 3 50
Jumlah 56 933 Jumlah 103 1717
Rata-Rata 1,56 26 Rata-Rata 2,86 48
LAMPIRAN 23
REKAPITULASI HASIL PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN KELAS EKSPERIMEN
Eksperimen
Siswa N-Gain Kriteria
Pretest Postest
EK-1 45 90 0,82 Tinggi
EK-2 55 90 0,78 Tinggi
EK-3 45 80 0,64 Sedang
EK-4 45 75 0,55 Sedang
EK-5 55 80 0,56 Sedang
EK-6 40 95 0,92 Tinggi
EK-7 40 85 0,75 Tinggi
EK-8 60 85 0,63 Sedang
EK-9 55 80 0,56 Sedang
EK-10 30 90 0,86 Tinggi
EK-11 45 85 0,73 Tinggi
EK-12 65 85 0,57 Sedang
EK-13 60 80 0,50 Sedang
EK-14 60 75 0,38 Sedang
EK-15 55 85 0,67 Sedang
EK-16 40 75 0,58 Sedang
EK-17 50 75 0,50 Sedang
EK-18 40 85 0,75 Tinggi
EK-19 35 85 0,77 Tinggi
EK-20 55 85 0,67 Sedang
EK-21 50 95 0,90 Tinggi
EK-22 40 70 0,50 Sedang
EK-23 45 85 0,73 Tinggi
EK-24 65 75 0,29 Rendah
EK-25 50 85 0,70 Tinggi
EK-26 60 95 0,88 Tinggi
EK-27 55 90 0,78 Tinggi
EK-28 65 90 0,71 Tinggi
EK-29 55 80 0,56 Sedang
EK-30 40 95 0,92 Tinggi
EK-31 50 75 0,50 Sedang
EK-32 50 75 0,50 Sedang
EK-33 45 80 0,64 Sedang
EK-34 20 75 0,69 Sedang
EK-35 45 90 0,82 Tinggi
EK-36 25 75 0,67 Sedang
jumlah 1175 1990 16
Rata-rata 48,96 82,92 0,65 Sedang
252
LAMPIRAN 24
REKAPITULASI HASIL PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN KELAS KONTROL
Kontrol
Siswa N-Gain Kriteria
Pretest Postest
K-1 55 75 0,44 Sedang
K-2 45 50 0,09 Rendah
K-3 50 70 0,40 Sedang
K-4 25 65 0,53 Sedang
K-5 50 65 0,30 Sedang
K-6 35 40 0,08 Rendah
K-7 50 55 0,10 Rendah
K-8 45 60 0,27 Rendah
K-9 35 65 0,46 Sedang
K-10 45 75 0,55 Sedang
K-11 30 45 0,21 Rendah
K-12 55 55 0,00 Rendah
K-13 25 45 0,27 Rendah
K-14 40 70 0,50 Sedang
K-15 35 70 0,54 Sedang
K-16 35 50 0,23 Rendah
K-17 35 55 0,31 Sedang
K-18 40 60 0,33 Sedang
K-19 40 55 0,25 Rendah
K-20 45 65 0,36 Sedang
K-21 65 75 0,29 Rendah
K-22 40 65 0,42 Sedang
K-23 20 35 0,19 Rendah
K-24 40 60 0,33 Sedang
K-25 30 40 0,14 Rendah
K-26 40 75 0,58 Sedang
K-27 40 55 0,25 Rendah
K-28 15 40 0,29 Rendah
K-29 30 75 0,64 Sedang
K-30 45 70 0,45 Sedang
K-31 40 65 0,42 Sedang
K-32 45 65 0,36 Sedang
K-33 45 70 0,45 Sedang
K-34 30 50 0,29 Rendah
K-35 35 60 0,38 Sedang
K-36 55 65 0,22 Rendah
jumlah 980 1425 7
Rata-rata 40,83 59,38 0,31 Sedang
253
LAMPIRAN 25
REKAPITULASI PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN PERINDIKATOR KELAS EKSPERIMEN
KELAS EKSPERIMEN
Literasi Sains 1 Literasi Sains 2 Literasi Sains 3
No Nama N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
1 EK-1 63 88 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
2 EK-2 50 88 0,75 Tinggi 83 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
3 EK-3 50 88 0,75 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
4 EK-4 63 88 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 50 0,25 Rendah
5 EK-5 50 88 0,75 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 50 83 0,67 Sedang
6 EK-6 50 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
7 EK-7 50 88 0,75 Tinggi 17 83 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang
8 EK-8 75 100 1,00 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang
9 EK-9 50 100 1,00 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang
10 EK-10 25 100 1,00 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 0 83 0,83 Tinggi
11 EK-11 63 88 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi 33 67 0,50 Sedang
12 EK-12 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 67 0,33 Sedang
13 EK-13 75 88 0,50 Sedang 67 67 0,00 Rendah 33 83 0,75 Tinggi
14 EK-14 75 88 0,50 Sedang 67 50 -0,50 Rendah 33 83 0,75 Tinggi
15 EK-15 75 88 0,50 Sedang 50 83 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi
16 EK-16 25 88 0,83 Tinggi 67 67 0,00 Rendah 33 67 0,50 Sedang
17 EK-17 63 88 0,67 Sedang 67 83 0,50 Sedang 17 50 0,40 Sedang
18 EK-18 50 88 0,75 Tinggi 50 100 1,00 Tinggi 17 67 0,60 Sedang
19 EK-19 25 88 0,83 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 17 83 0,80 Tinggi
20 EK-20 75 88 0,50 Sedang 50 100 1,00 Tinggi 33 67 0,50 Sedang
21 EK-21 63 88 0,67 Sedang 50 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi
22 EK-22 50 75 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang 50 67 0,33 Sedang
23 EK-23 50 88 0,75 Tinggi 33 67 0,50 Sedang 50 100 1,00 Tinggi
24 EK-24 75 88 0,50 Sedang 67 50 -0,50 Rendah 50 83 0,67 Sedang
25 EK-25 75 88 0,50 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
26 EK-26 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 33 100 1,00 Tinggi
27 EK-27 88 88 0,00 Rendah 33 100 1,00 Tinggi 33 83 0,75 Tinggi
28 EK-28 88 100 1,00 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 83 0,67 Sedang
29 EK-29 75 75 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang 33 100 1,00 Tinggi
30 EK-30 63 100 1,00 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi 17 83 0,80 Tinggi
31 EK-31 50 75 0,50 Sedang 50 67 0,33 Sedang 50 83 0,67 Sedang
32 EK-32 50 88 0,75 Tinggi 67 83 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
33 EK-33 38 88 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 50 67 0,33 Sedang
34 EK-34 25 75 0,67 Sedang 17 100 1,00 Tinggi 17 50 0,40 Sedang
35 EK-35 63 88 0,67 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 100 1,00 Tinggi
36 EK-36 50 88 0,75 Tinggi 17 67 0,60 Sedang 0 67 0,67 Sedang
JUMLAH 2125 3200 25 1750 2950 21 1200 2767 23
RATA-RATA 59,03 88,89 0,70 Sedang 48,61 81,94 0,58 Sedang 33,33 76,85 0,65 Sedang
254
LAMPIRAN 26
REKAPITULASI PRETEST, POSTEST, DAN N-GAIN PERINDIKATOR KELAS KONTROL
KELAS KONTROL
Literasi Sains 1 Literasi Sains 2 Literasi Sains 3
No Nama N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
1 K-1 75 88 0,50 Sedang 50 67 0,33 Sedang 33 67 0,50 Sedang
2 K-2 63 63 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah 33 33 0,00 Rendah
3 K-3 63 75 0,33 Sedang 67 67 0,00 Rendah 17 67 0,60 Sedang
4 K-4 50 88 0,75 Tinggi 17 50 0,40 Sedang 0 50 0,50 Sedang
5 K-5 75 75 0,00 Rendah 50 50 0,00 Rendah 17 67 0,60 Sedang
6 K-6 50 50 0,00 Rendah 17 33 0,20 Rendah 33 33 0,00 Rendah
7 K-7 75 75 0,00 Rendah 50 67 0,33 Sedang 17 17 0,00 Rendah
8 K-8 63 63 0,00 Rendah 33 83 0,75 Tinggi 33 33 0,00 Rendah
9 K-9 50 75 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang 33 50 0,25 Rendah
10 K-10 75 88 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
11 K-11 25 50 0,33 Sedang 33 33 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah
12 K-12 88 88 0,00 Rendah 33 33 0,00 Rendah 33 33 0,00 Rendah
13 K-13 13 38 0,29 Rendah 67 67 0,00 Rendah 0 33 0,33 Sedang
14 K-14 50 88 0,75 Tinggi 33 67 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
15 K-15 50 75 0,50 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 17 50 0,40 Sedang
16 K-16 50 63 0,25 Rendah 50 50 0,00 Rendah 0 33 0,33 Sedang
17 K-17 63 88 0,67 Sedang 17 33 0,20 Rendah 17 33 0,20 Rendah
18 K-18 50 88 0,75 Tinggi 33 50 0,25 Rendah 33 33 0,00 Rendah
19 K-19 63 88 0,67 Sedang 17 33 0,20 Rendah 33 33 0,00 Rendah
20 K-20 63 75 0,33 Sedang 33 83 0,75 Tinggi 33 33 0,00 Rendah
21 K-21 75 75 0,00 Rendah 50 83 0,67 Sedang 67 67 0,00 Rendah
22 K-22 50 63 0,25 Rendah 50 67 0,33 Sedang 17 67 0,60 Sedang
23 K-23 13 38 0,29 Rendah 33 33 0,00 Rendah 17 33 0,20 Rendah
24 K-24 50 63 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah
25 K-25 38 63 0,40 Sedang 33 33 0,00 Rendah 17 17 0,00 Rendah
26 K-26 63 88 0,67 Sedang 33 67 0,50 Sedang 17 67 0,60 Sedang
27 K-27 50 63 0,25 Rendah 17 50 0,40 Sedang 50 50 0,00 Rendah
28 K-28 13 25 0,14 Rendah 17 67 0,60 Sedang 17 33 0,20 Rendah
29 K-29 38 88 0,80 Tinggi 50 83 0,67 Sedang 0 50 0,50 Sedang
30 K-30 50 75 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah 50 83 0,67 Sedang
31 K-31 50 75 0,50 Sedang 33 50 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang
32 K-32 50 75 0,50 Sedang 33 67 0,50 Sedang 50 50 0,00 Rendah
33 K-33 63 75 0,33 Sedang 50 83 0,67 Sedang 17 50 0,40 Sedang
34 K-34 38 50 0,20 Rendah 33 50 0,25 Rendah 17 50 0,40 Sedang
35 K-35 38 63 0,40 Sedang 33 50 0,25 Rendah 33 67 0,50 Sedang
36 K-36 63 75 0,33 Sedang 67 67 0,00 Rendah 33 50 0,25 Rendah
JUMLAH 1888 2525 13 1317 2100 12 933 1717 10
RATA-RATA 52,43 70,14 0,36 Sedang 36,57 58,33 0,33 Sedang 25,93 47,69 0,27 Rendah
255
LAMPIRAN 27
REKAPITULASI HASIL ANGKET
No Item Pernyataan
No Kode Siswa Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Skor Presentase Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 EKS-1 4 3 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 65 81,25 Sangat Baik
2 EKS-2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 72,5 Baik
3 EKS-3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 62 77,5 Baik
4 EKS-4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 68 85 Sangat Baik
5 EKS-5 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 4 64 80 Baik
6 EKS-6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 97,5 Sangat Baik
7 EKS-7 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 58 72,5 Baik
8 EKS-8 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 63 78,75 Baik
9 EKS-9 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 67 83,75 Sangat Baik
10 EKS-10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 Baik
11 EKS-11 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 58 72,5 Baik
12 EKS-12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 61 76,25 Baik
13 EKS-13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 Baik
14 EKS-14 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 4 3 3 2 2 3 51 63,75 Cukup
15 EKS-15 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 75 93,75 Sangat Baik
16 EKS-16 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 72 90 Sangat Baik
17 EKS-17 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 62 77,5 Baik
18 EKS-18 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 64 80 Baik
19 EKS-19 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 65 81,25 Sangat Baik
20 EKS-20 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 67 83,75 Sangat Baik
21 EKS-21 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 66 82,5 Sangat Baik
22 EKS-22 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 66 82,5 Sangat Baik
23 EKS-23 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 68 85 Sangat Baik
24 EKS-24 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 4 3 3 2 2 3 51 63,75 Cukup
25 EKS-25 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 72 90 Sangat Baik
26 EKS-26 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 64 80 Baik
27 EKS-27 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 67 83,75 Sangat Baik
28 EKS-28 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 71 88,75 Sangat Baik
29 EKS-29 3 2 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 66 82,5 Sangat Baik
30 EKS-30 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 67 83,75 Sangat Baik
31 EKS-31 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 70 87,5 Sangat Baik
32 EKS-32 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 65 81,25 Sangat Baik
33 EKS-33 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 77 96,25 Sangat Baik
34 EKS-34 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 71 88,75 Sangat Baik
35 EKS-35 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 68 85 Sangat Baik
36 EKS-36 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 3 4 4 61 76,25 Baik
Jumlah 114 102 116 108 105 106 96 100 100 101 104 104 107 110 117 103 111 113 117 114 2148 2685
Rata-rata 3,454545 3,09091 3,515152 3,273 3,182 3,2121 2,909 3,0303 3,03 3,06 3,152 3,15 3,242 3,33 3,55 3,12 3,36 3,42 3,55 3,45 65,09 81,3636364 Sangat Baik
Persentase 79 71 81 75 73 74 67 69 69 70 72 72 74 76 81 72 77 78 81 79
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
256
LAMPIRAN 28
ANALISIS PERSENTASE HASIL ANGKET
257
LAMPIRAN 29
REKAPITULASI POINT ANGKET
Respon
No Pernyataan Jumlah
STS TS S SS
1. Saya membutuhkan rasa ingin tahu 44,44 55,56 0,00 0,00
dalam menginvestigasi objek biologi.
100,00
2. Saya melaksanakan kegiatan 13,89 80,56 5,56 0,00
eksplorasi dengan rasa tanggung
jawab yang tinggi. 100,00
3. Saya senang apabila mengerjakan 55,56 44,44 0,00 0,00
tugas dengan cara kerja sama dengan
teman. 100,00
4. Saya membutuhkan panca indra 27,78 72,22 0,00 0,00
untuk menyusun dan merangkai
(mengkontruksi) pengetahuan. 100,00
5. Saya menggabungkan pemikiran 16,67 83,33 0,00 0,00
kreatif dan realita dalam
mnegkonstruk informasi. 100,00
6. Saya membentuk suatu informasi 22,22 75,00 2,78 0,00
dengan pemikiran yang inovatif. 100,00
7. Saya memahami konsep biologi 13,89 61,11 25,00 0,00
dengan sikap ketelitian yang tinggi. 100,00
8. Saya menyampaikan pendapat 16,67 72,22 11,11 0,00
dengan cara terbuka dan
berdasarkan fakta. 100,00
9. Saya memberikan kritik dan saran 27,78 52,78 13,89 5,56
terhadap hasil kerja orang lain. 100,00
10. Saya mealksanakan semua kegiatan 22,22 69,44 8,33 0,00
sesuai dnegan metode yang telah
dirancang sebelumnya. 100,00
11. Saya memberikan tanggapan dan 27,78 66,67 5,56 0,00
masukan terhadap argumentasi yang
disampaikan orang lain. 100,00
12. Saya merasa terdorong membantu 30,56 55,56 8,33 5,56
teman yang kesulitan menanggapi
pembelajaran. 100,00
13. Saya membantu teman yang merasa 38,89 55,56 0,00 5,56
kesulitan dalam menanggapi
pembelajaran yang disampaikan
dengan rasa ikhlas dan sabar. 100,00
14. Saya menghargai teman yang 44,44 50,00 0,00 5,56
kesulitan menanggapi pembelajaran
dan berusaha untuk membantunya. 100,00
15. Saya menjungjung tinggi sportifitas, 52,78 47,22 0,00 0,00
kejujuran, dan etika kependidikan
dalam berkompetisi menjadi yang
terbaik di kelas. 100,00
16. Saya menciptakan suatu karya sangat 30,56 50,00 19,44 0,00
membutuhkan kreatifitas yang tinggi.
100,00
17. Saya membutuhkan pemikiran yang 36,11 52,78 11,11 0,00
mendalam dan perlakuan yang terus-
menerus dalam menghasilkan suatu
karya. 100,00
18. Saya harus bekerja keras dalam 52,78 36,11 11,11 0,00
mengumpulan data dan memahami
proses pembelajaran. 100,00
19. Saya memerlukan managemen waktu 63,89 30,56 5,56 0,00
yang maksimal dalam pengerjaan
tugas agar dapat dikumpulkan tepat
waktu. 100,00
20. Saya merasa pembelajaran di sekolah 47,22 52,78 0,00 0,00
menjadi kebutuhan dalam
memperoleh materi pembelajaran dan
mewajibkan hadir saat pembelajaran
berlangsung. 100,00
258
LAMPIRAN 30
JURNAL ILMIAH LITERASI SAINS SISWA
ABSTRAK
Padang lamun merupakan salah satu bentuk ekosistem laut yang unik dan khas juga merupakan
potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Padang lamun sering dijumpai berdampingan
atau tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan, terdapat
interkoneksi antarketiganya. Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun
yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula
diperkirakan 30.000 KM2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut 30% - 40%. Mengingat
ancaman terhadap padang lamun semakin meningkat, akhir-akhir ini mulailah timbul perhatian
untuk menyelamatkan padang lamun. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah mengamanatkan perlunya penyelamatan
dan pengelolaan padang lamun sebagai bagian dari pengelolaan terpadu ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padang lamun adalah suatu hamparan laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan
lamun. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan,
bertelur, dan membesarkan anaknya. Karena itu, rusak atau hilangnya habitat padang lamun
akan menimbulkan dampak lingkungan yang luas.
2. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Kegiatan eksplorasi yang kami lakukan ditunjang dengan penggunaan alat-alat demi
memudahkan kegiatan pengamatan. Alat-alat yang kami gunakan diantaranya Smartphone, 4
in 1 enviroment meter, Max and min hygrometer, Thermometer tanah, Lembar Kerja Siswa
(LKS), Alat tulis, Buku catatan, Jaringan sinyal, Koneksi Internet, Aplikasi Youtube, dan
Chanel Youtube “ Oja Aponga “ dan melakukan pengamatan lingkungan dengan eksplorasi
berbasis Youtube.
3. HASIL PENGAMATAN
Ekosistem padang lamun terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik
terdiri dari cahaya (0,02 Lux), suhu (26,9oC), dan RH (25,4 %). Faktor biotik terdiri atas Lamun
(Seagrass), Belut laut (Macrotema caligans), Udang pasir (Harpiosquilla raphidea), Bintang
mengular (Ophioroidea brevispinum). Selain itu, ada juga onteraksi yang terjadi di padang
lamun seperti Simbiosis Mutualisme, Simbiosis Predasi, dan Simbiosis Komensalisme.
4. PEMBAHASAN
Lamun membutuhkan intensitas cahaya sebesar 0,02 Lux untuk melaksanakan proses
fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukan bahwa distribusi padang
lamun hanya terbatas pada perairan yang terlalu dalam, jika suatu perairan mendapat pengaruh
261
akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang
akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis.
Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.
Padang lamun secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi
yang luas terhadap temperature. Pada kenyataannya spesies lamun di daerah tropic mempunyai
toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur optimal bagi spesies
lamun adalah 29oC.
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10-40% dan nilai optimumnya
adalah 35%. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan
fotosintetis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun
yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebardaun, dan kecepatan pulih. Salah satu faktor yang
menyebarkan rusaknya ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas.
Interaksi yang terjadi di padang lamun diantaranya simbiosis netralisme antara padang lamun
dan ekosistemnya hidup berdampingan tidak ada yang saling menguntungkan dan merugikan.
Simbiosis mutualisme terjadi pada ikan-ikan kecil yang memakan makanannya kemudian sisa
makanannya dijatuhkan ke dasar laut dijadikan sebagai sumber nutrisi. Simbiosis
komensalisme terjadi ketika padang lamun ini dijadikan tempat tinggal ikan. Simbiosis predasi
terjadi ketika belut laut dan udang pasir yang memakan ikan-ikan kecil yang lewat di depan
mereka serta bintang mengular yang memakan organisme kecil yang berada di perairan sekitar
padang lamun.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ekosistem di
padang lamun ini merupakan ekosistem lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen
biotik dan abiotik. Selain itu juga, terdapat beberapa interaksi antarmakhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Sukoco, T, Rusmiati, Hidayah, SN. 2018. Biologi. Klaten: PT Intan Perwira
ABSTRAK
Cagar alam merupakan suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari
kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang
bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan
konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk
Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) setempat. Dengan dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan
fauna dapat dilindungi dengan baik oleh negara. Salah satu cagar alam di Indonesia adalah cagar
alam Pangandaran yang berada di daerah Pangandaran, Jawa Barat. Luas dan letak sebelum
ditetapkan sebagai Cagar Alam (CA) kawasan hutan pangandaran terlebih dahulu ditetapkan
sebagai kawasan Suaka Margasatwa, hal ini berdasarkan Gb tanggal 7-12-1934 nomor 19 Stbl.
669, dengan luas 497 Ha, (luas yang sebenarnya 530 Ha) dan taman laut luasnya 470 Ha.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah ditemukan bunga Raflesia Padma, status
Suaka Margasatwa dirumah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian nomor: 34/KMP/1961.
Kata kunci: Cagar Alam, Pangandaran, Suaka Margasatwa
ABSTRACT
Preserve nature is a natural sanctuaries who because of its natural have particularity herbs,
animals, and its ecosystem or ecosystem certain needs to be protected and progress place in a
natural. In indonesia, heritage nature is part of conservation area (sanctuaries the worlds, so
tourism activity or other activities of a commercial nature, cannot be done at inside the area
preserve nature. As other conservation area, to enter preserve nature required SIMAKSI
(licenses enter the conservation). SIMAKSI can be obtained at the office the natural resource
conservation agency (BKSDA) local .The construction of preserve nature and natural resources
of flora and fauna able to be protected well by the state. One of Preserve nature in indonesia
is preserve nature pangandaran who was in the area pangandaran, west java. The area and
location before set as a preserve nature (ca) zone forest pangandaran first set as Wildlife
Sanctuaries it is based on the pl the date of 7-12-1934 number 19 stbl. 669, is as the width of
497 than one hectare in size, (but those who turn back actually 530 than one hectare in size)
and Marine park in mind the extent of 470 than one hectare in size. Later in the following
263
development after it was unearthed flowers raflesia padma, The status of Wildlife reserve
become Preserve Nature based on the letter agriculture ministers decree number: 34 / KMP /
1961.
Keywords: Preserve Nature Pangandaran, wildlife sanctuary
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cagar alam adalah kawasan hutan yang dilindungi karena memiliki keunikan tumbuhan,
satwa dan ekosistemnya. Biasanya, tumbuhan dan satwa dalam kawasan cagar alam
tersebut merupakan asli dari daerah tersebut, tidak didatangkan dari luar.
Perkembangannya pun dibiarkan alami apa adanya. Pengelola hanya memastikan manusia
yang menyebabkan kerusakan. Cagar Alam Pangandaran mampu memberikan beberapa
fungsi kepada masyarakat umum, baik untuk kepentingan umum, ilmu pengetahuan,
penelitian dan pendidikan. Kawasan ini merupakan labolatorium alam, dimana proses
kehidupan alamnya tidak begitu terganggu. Di dalam cagar alam ini terdapat beberapa flora
dan fauna yang amat banyak.
1.2. Identifikasi Masalah
Meneliti apa saja penyusun ekosistem yang ada di dalam Cagar Alam Pangandaran ini.
Mengetahui apa saja komponen-komponen yang ada didalamnya, apa saja interaksi antar
komponen dalam ekosistem tersebut dan adakah siklus biogeokimia yang terjadi
didalamnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Pemenuhan tugas Biologi
2. Menambah pengetahuan mengenai ekosistem.
3. Mengetahui apa saja komponen ekosistem yang ada didalamnya.
4. Mengetahui interaksi apa saja yang terjadi antara biotik dan abiotik.
5. Dapat mengetahui cara membedakan komponen biotik dan abiotik.
6. Mengetahui apa saja dan bagaimana terjadinya siklus biogeokimia.
1. Bagi peneliti yaitu bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai penyusun ekosistem yang
ada di Cagar Alam Pangandaran.
2. Bagi pembaca yaitu bisa memahami dan mengetahui penyusun ekosistem tersebut, juga
bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya.
II. METODOLOGI
1.2. Alat dan Bahan
Kegiatan eksplorasi yang penulis lakukan ini, ditunjang dengan penggunaan alat-alat
demi memudahkan kegiatan pengamatan. Alat-alat yang kami gunakan diantaranya alat
tulis (pensil, pulpen, buku tulis, penghapus, dll.), smartphone yang terkoneksi dengan
internet, 4 in 1 enviroment meter, max dan min hygrometer, termometer tanah, dan
melakukan pengamatan lingkungan ini dengan eksplorasi berbasis youtube.
1.3. Langkah Kerja
Adapun beberapa langkah kerja yang kami lakukan:
1. Pertama siapkan smartphone yang sudah terkoneksi internet dan jaringan.
2. Lalu buka aplikasi youtube, pergi ke kolom pencarian akun youtube lalu ketik “Oja
Aponga”
3. Pilih vidio yang sesuai interuksi yang ada di dalam LKS.
4. Pada saat menonton vidio catat semua komponen biotik, interaksi antar komponen,dan
siklus biogekimia yang ada dalam ekosistem.
5. Diskusikan hasil pekerjaan dengan teman satu kelompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah jurnal ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang sudah kita lakukan.
Terdapat sebuah gua yang di dalamnya berisi habitat Cynopterus minutus (Kelelawar
codut), spesies Trachypithecus auratus (Lutung jawa) juga banyak ditemukan di dalam
hutan yang terdapat pada cagar alam Pangandaran ini. Terdapat juga habitat Macaca
fascicularis (Monyet ekor panjang) di wilayah pasir putih.
265
Jenis interaksi antar komponen pun terjadi di cagar alam ini, interaksinya antara lain
seperti, jenis interaksi predasi yang terjadi antara Solenopsis invicta (semut api) dan
Lumbricus terrestis (cacing gelang). Dimana, semut api memangsa cacing gelang. Lalu,
ada juga jenis interaksi Netralisme yang terjadi antara keong, gelodok dan kelomang.
Dimana, ketiga jenis hewan tersebut hidup berdampingan. Jenis interaksi yang terakhir
yaitu mutualisme yang terjadi antara Macaca fascicularis (monyet ekor panjang),
dimana, spesies tersebut saling mengambil kutu spesies sejenisnya.
Selanjutnya siklus biogeokimia juga terjadi cagar alam Pangandaran, siklus tersebut
meliputi siklus:
1. Pelapukan, pelapukan yang terjadi di cagar alam Pangandaran merupakan pelapukan
kayu, dimana pelapukan ini dibantu oleh spesies Ganoderma zonatum (jamur hitam
kayu lapuk).
2. Nitrogen, terjadi pengubahan amonia oleh spesies rusa, burung, dll. Dimana rusa dan
burung tersebut menghasilkan feses.
3. Material karbon, dihasilkan dari sisa-sisa hasil pembakaran kayu.
IV. PEMBAHASAN
Cagar alam pangandaran merupakan ekosistem darat yang cukup lengkap. Karena disini
terdapat banyak spesies hewan dan tumbuhan. Di posko awal masuk, terdapat spesies Pavo
muticus (merak hijau). Hewan ini termasuk hewan yang dilindungi. Di cagar alam ini pula
terdapat sebuah gua yang dihuni oleh banyak Cynopterus minutus (kelelawar codut). Ada
pula populasi lutung jawa yang dihuni oleh banyak spesies Trachypithecus auratus (lutung
jawa). Terdapat juga ekosistem air tawar dalam bentuk aliran sungai. Aliran sungai ini akan
mengalir hingga ke laut.
Terdapat pula wilayah pasir putih di cagar alam ini. Menurut penjaga sekitar, di pasir
putih tersebut, terdapat habitat Macaca fascicularis (monyet ekor panjang). Dalam
perjalanan menuju pasir putih, terdapat sebuah muara yang menjadi tempat habitat
Ocypode ceratophthalmus (kepiting hantu bertanduk). Kepiting tersebut menggali pasir
lalu mengeluarkan pasir tersebut hingga ke permukaan.
Habitat lutung jawa, lebih banyak ditemukan di bagian barat. Sementara habitat monyet
ekor panjang banyak ditemukan di bagian timur, tepatnya di bagian wilayah pasir putih.
Selain spesies primata di daerah ini, ada pula hewan yang dilindungi keberadaannya seperti
burung merak yang berada di pos awal masuk cagar alam ini.
V. SIMPULAN
Ekosistem darat di cagar alam pangandaran ini merupakan ekosistem darat yang
cukup lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen biotik dan abiotik, selain
itu juga terjadi interaksi antar komponen dan terjadi pula siklus biogeokimia. Terdapat
pula beberapa jenis buah yang dimakan oleh primata, baik itu lutung jawa maupun
monyet ekor panjang.
266
Mochammad Agus Prasetya, Rossa Cholina, Absil Farras Hadi Pranaya, Noviyanti
Hikmah R, Putri Rohmatilah, Nadief Fahrezi
ABSTRAK
Ekosistem darat mengacu pada keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik. Dalam istilah
sederhana, ekosistem adalah identitas dimana organisme hidup berinteraksi dengan lingkungan
fisik. Ini adalah area di mana benda-benda fisik seperti (batu, tanah, air) berfungsi bersama-
sama dengan tanaman dan hewan. Dalam ekosistem darat, kategori utama bentuk kehidupan
termasuk burung (Aves) dengan lebih dari 8.000 spesies, mamalia dengan sekitar 4.000 spesies
dan serangga sekitar 900.000 spesies. Kategori tanaman termasuk tanaman berbunga
(Magnoliophyta) dengan sekitar 275.000 spesies, lumut dengan sekitar 24.000 spesies dan
runjung dengan sekitar 500 spesies. Ekosistem darat terdiri dari komponen biotik dan abiotik
yang berada di daratan. Ekosistem darat, misalnya hutan, padang, rumput dan gurun pasir.
Didalam tiap ekosistem terdapat interaksi antar komponen ekosistem. Hutan sebagai salah satu
bentuk ekosistem darat yang tersebar di permukaaan bumi memiliki berbagai komponen
pembentuk. Komponen-komponen tersebut, yaitu beragam jenis tumbuhan dan hewan serta
lingkungan abiotik. Kawasan hutan Indonesia menyimpan kekayaan hayati beraneka ragam.
Sebagian besar hutan Indonesia termasuk kelompok hutan tropis. Selain hutan tropis, wilayah
Indonesisa banyak memiliki ekosistem darat berupa savana. Savana memiliki ciri-ciri iklim
selalu basah sampai saat kering dengan curah hujan per tahun 700 – 7100 mm.
ABSTRACT
Terrestial ecosystem can refer to the relationship between biotic and abiotic factors. In simple
terms, ecosystems are identities where living organisms interact with the phisycal environment.
This is the area where phisycal object (soil, rock and water) function together with plants and
animal. In terrestrial ecosystem the main categories of life froms including bird ( Aves) with
more than 8.000 spacies,mammals with around 4.000 species amd insects around 900.000
species. Categories of plants include flowering plants with around 275.000 species, 24.000
species of moss, and 500 species of conifers. Terrestrial ecosystem consist of biotic and abiotic
commponents that are on land. Terrestrial ecosystems, such as forests, grasslands, or deserts.
In each scosystem there are interactions between ecosystem components. Forests as one from
of terrestrial ecosystem that are spread on the surface of the earth have various forming
components. Component, namely various types of palnts and animals as well as the abiotic
environment. Indonesian forest areas store diverse biological wealth. Most of Indonesia’s
268
forests are classified as tropical forest. Beside tropical forest, Indonesian have many terrestrial
ecosystems in the form of savana. Savanna has teh charahteristics of the climateis always wet
to dry with annual rain 700-7100 mm.
Key word : explain what is meant by terrestrial ecosystem, sridianti of terrestrial ecosystem.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem darat (Plangon) merupakan salah satu tempat wisata alam yang berbalut
religi di kabupaten Cirebon, Jawa barat. Di dalamnya terdapat ratusan anak tangga,
dan pengunjung akan menemukan makam seorang penyebar agama islam di tanah
Cirebon. Secara geografi, situs Plangon ini menempati lahan seluas 48 hektar,Wisata
alam plangon hanya berjarak 16 km dari pusat Kota Cirebon, atau dapat ditempuh
hanya dalam waktu 45 menit saja. Nama Plangon bersal dari bahsa Tegal yaitu
Klangenan, yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri.
II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Kegiatan eksplorasi yang penulis lakukan ini, ditunjang dengan penggunaan alat-alat
untuk memudahkan kegiatan observasi. Alat yang kami gunakan di sini adalah alat
tulis seperti (Buku tulis, Pulpen, pensil, Penggaris, Penghapus, dan lain-lain ), 4 in 1
environment meter, max dan min hygrometer, termometer tanah , smartphone yang
terhubung dengan internet.
IV. PEMBAHASAN
Plangon merupakan ekosistem darat yang cukup lengkap, karena di dalamnya
terdapat komponen biotik dan abiotik. Pada gapura masuk Plangon terdapat banyak hewan
Macaca Fascicularis atau disebut monyet berekor panjang. Di Plangon ini juga terdapat
banyak hewan dan tumbuhan antara lain, seperti ulat kaki seribu (Julus Virgatus), kupu-
kupu (Appias Libhijfea), semut, capung dan tumbuhan semak-semak.
270
Di Plangon juga terdapat puncak bukit wisata, sebelum kita ke puncak bukit kita akan
menaiki rartusan tangga yang berawal dari gapura masuk sampai puncak bukit. Puncak
bukit Plangon ini adalah salah satu tempat yang terdpat banyak berbagai jenis monyet.
Plangon juga memiliki sebutan “Hutan Monyet” karena hewan yang mendominasi Plangon
adalah hewan monyet. Maka dari situlah tercipta sebutan hutan monyet.
V. SIMPULAN
Ekosistem darat (Plangon) di Cirebon ini merupakan ekosistem darat yang sudah
cukup lengkap karena di dalamnya sudah tersusun komponen biotik maupun abiotik, selain
itu juga terjadi interkasi antar komponen yaitu Netralisme dan komensalisme, terjadi pula
siklus biogeokimia yaitu pelapukan kayu.
ABSTRAK
Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok binatang
karang yang membentuk struktur kalisum karbonat, semacam batu kapur. Ekosistem ini
menjadi habitat hidup berbagai satwa laut. Terumbu karang bersama-sama hutan
mangrove merupakan ekosistem penting yang menjadi gudang keanekaragaman hayati
di laut. Dari sisi keanekaragaman hayati, terumbu karang disebut-sebut sebagai hutan
tropis di lautan.Ekosistem terumbu karang merupakan habitat hidup sejumlah spesies
bintang laut, tempat pemijahan, peneluran dan pembesaran anak-anak ikan. Dalam
ekosistem ini terdapat banyak makanan bagi ikan-ikan kecil dan ikan-ikan kecil tersebut
merupakan mangsa bagi predator yang lebih besar. Diperkirakan terdapat lebih dari satu
juta spesies mendiami ekosistem ini. Meski terlihat kokoh seperti batuan karang,
ekosistem ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Suhu optimum bagi
pertumbuhan terumbu karang berkisar 26-28°C.1 Dengan toleransi suhu berkisar 17-
34°C.2 Perubahan suhu dalam jangka waktu yang panjang bisa membunuh terumbu
karang. Ekosistem ini juga memerlukan perairan yang jernih, sehingga matahari bisa
menembus hingga lapisan terdalamnya.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang
batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’ , ‘karang’
yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia
yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu,
sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga
meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan
kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang
maupun alga. Secara fisik, terumbu karang adalah terumbu yang
terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua
terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di
dalam terumbu karang, koral adalah insiynyur ekosistemnya. Sebagai
hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya. Karang
merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi
terumbu karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang
272
II. METOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
• 4 in 1 environment meter
• Max & min termohigro meter
• Termater tanah
2.2. Langkah kerja
274
Pembahasan
Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang saling
bersimbiosis dengan sejenis alga. Bahkan Indonesia merupakan Negara yang
memiliki terumbu karang terkaya di dunia. Sekitar 85.200 km2 atau 18% dari
seluruh terumbu karang di dunia yang jumlahnya 284.300 km2 berada di
hamparan dalam samudra Indonesia. Terumbu karang memiliki komponen-
komponen sebagaimana ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik.
Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Keterkaitan antar komponen-komponen tersebut sangat erat sehingga
perubahan salah satu komponen dapat berakibat pada berubahnya kondisi
ekosistem. Berkurang atau punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat
terjadinya alur tropik dalam jaring makanan, yang tidak konsisten sehingga
memicu terjadinya kelabilan ekosistem. Adanya rantai makanan yang terputus
(missing link) dapat memicu munculnya spesies-spesies asing (exotic spesies)
atau bioinvasi.
Faktor penyebab kerusakan karang meliputi :
• Factor alam
Misalnya hempasan ombak yang mematahkan karang atau ikan
dan hewan laut lainnya yang menjadikan karang sebagai
mangsanya.
• Pengendapan sendimen
• Aliran air yang tercemar
• Pemanasan suhu bumi
275
ABSTRAK
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada. Pengertian Ekosistem menurut A.G. Tansley yaitu Suatu
unit Ekologi (An Ecological Unit) yang di dalam sistemnya terdapat sebuah struktur-struktur &
fungsinya masing-masing, dan dapat mempengaruhi suatu timbal balik diantaranya. Menurut Odum,
ekosistem merupakan suatu unit fungsional dasar dalam ekologi, yang di dalamnya terdapat sebuah
organisme (Hewan, Tumbuhan & Manusia) & lingkungannya (Lingkungan Biotik & Abiotik) dimana
antara keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Menurut UU Lingkungan Hidup tahun 1997,
ekosistem yaitu suatu tatanan hidup yang menjadi satu yang utuh dengan menyeluruh antara semua
unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas
berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi
dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan
hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme,
bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di
bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan
kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda
memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun
asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan
makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya
untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
Kata kunci: Ekosistem, Biotik, Abiotik, Organisme, Mikroorganisme
ABSTRACT
An ecosystem is an ecological system formed by the inseparable reciprocal relationship
between living things and their environment. Ecosystems can also be said as a whole and whole unitary
arrangement between all elements of the environment that influence each other. Ecosystem is a merger
of each biosystem unit that involves reciprocal interactions between organisms and the physical
environment so that the flow of energy leads to a certain biotic structure and a material cycle occurs
between organisms and anorganisms. The sun is the source of all available energy. Definition of
Ecosystems according to A.G. Tansley is an Ecological Unit (An Ecological Unit) which has a structure
and function in its system, and can influence a reciprocity between them. According to Odum,
ecosystems are a basic functional unit in ecology, in which there is an organism (Animals, Plants &
277
Humans) & its environment (Biotic & Abiotic Environment) where both of them influence each other.
According to the 1997 Environmental Law, ecosystems are a life order that becomes a whole as a whole
between all elements of the environment and influences each other. In ecosystems, organisms in a
community develop together with the physical environment as a system. Organisms will adapt to the
physical environment, otherwise organisms also affect the physical environment for life. This
understanding is based on the Gaia Hypothesis, namely: "organisms, especially microorganisms,
together with the physical environment produce a control system that keeps the conditions on earth
suitable for life". This leads to the fact that the chemical content of the atmosphere and earth is very
controlled and very different from other planets in the solar system. The presence, abundance and
spread of a species in an ecosystem are determined by the level of availability of resources and the
conditions of chemical and physical factors that must be within the range that the species can tolerate,
this is what is called the law of tolerance. For example: Panda has a broad tolerance to temperature,
but has a narrow tolerance to its food, namely bamboo. Thus, pandas can live in the ecosystem under
any conditions provided that the ecosystem contains bamboo as a source of food. Unlike other living
beings, humans can widen their tolerance range because of their ability to think, develop technology
and manipulate nature.
Keywords: Biotic, Abiotic, Organisms, Microorganisms
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem adalah sebuah sistem yang terbentuk akibat adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada ekosistem ini terdapat 2 komponen yang
penting yang terlibat, yaitu komponen biotik (hidup) dan komponen abiotik (tidak hidup).
Kedua komponen ini saling mempengaruhi, contohnya disini adalah hubungan hewan
dengan air. Interaksi antara kedua komponen ini pada akhirnya akan membentuk suatu
kesatuan dan keteraturan. Pada dasarnya setiap komponen memiliki tugas masing-masing
dan selama tugas tersebut dapat dijalankan dan tidak ada gangguan, maka keseimbangan
dari ekosistem akan tetap terjaga. Komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem ini
tentunya sangat berbeda-beda, perbedaan diantara keduanya tersebutlah yang menyebabkan
terbentuknya keanekaragam ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem adalah suatu bentuk interaksi antara sebuah komunitas
dengan lingkungan abiotiknya di suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu yang
tertentu pula. Komunitas yang dimaksud disini adalah kumpulan populasi yang berinteraksi
di suatu tempat dan dalam jangka waktu yang tertentu.
1.2. Identifikasi Masalah
Memahami dan meneliti berbagai penyusun ekosistem serta mengetahui komponen-
komponen dan interaksi-interaksi yang ada di berbagai ekosistem, diantaranya Ekosistem
Darat ( Plangon), Ekosistem Hutan Kota Sumber, Ekosistem Padang Lamun (Karapyak),
Ekosistem Cagar Alam Pangandaran, dan Ekosistem Hutan Mangrove.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Pemenuhan tugas Biologi.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan.
3. Mengetahui berbagai interaksi lain yang jarang diketahui.
4. Mengajarkan kita untuk mengagumi kekuasaan tuhan.
5. Melatih kita untuk lebih teliti dan disiplin mengerjakan tugas atau kewajiban.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil akhir dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi peneliti atau pembacanya.
1. Bagi peneliti, menambahnya wawasan dan pengalaman baru yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan.
2. Bagi Pembaca, mengetahui dan memahami berbagai komponen dan interaksi yang
berkaitan dengan ekosistem yang tersaji.
1.5. Kerangka Pemikiran
278
Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya
sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem
dalam waktu tertentu. Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal
ikhwal tentang makhluk hidup, habitat, dan lingkungan sebagai Untuk memperdalam
pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! penyusun
komponen biotik dan abiotik, serta menjelaskan wilayah lingkungan fisik dan persebaran
nutrien. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat
seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup
termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur
makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai
produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer. Secara
fungsional sebagian besar peran dan fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses
fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur
biogeokimiawi. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui
proses penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari
bahan-bahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen
konsumen dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup
yang telah mati menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan
ulang oleh produsen dan konsumen kembali. Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut
tidak saja melibatkan proses alir atau transfer energi, produksi, pertumbuhan,
perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur makhluk hidup yang kemudian akan
mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi. Dalam proses fungsi ekosistem tersebut,
juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik antara komponen ekosistem.
II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Kegiatan pengamatan yang kami lakukan ditunjang dengan penggunaan berbagai alat-alat
khusus. Alat-alat tersebut diantaranya alat tulis (buku, pensil, penghapus, penggaris,
pensil, spidol, dll), min hygrometer, termometer tanah, dan aplikasi youtube, karena
penelitian yang dilakukan berbasis youtube.
2.2. Langkah Kerja
Langkah-langkah yang kami lakukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan smartphone yang telah terkoneksi dengan jaringan internet.
2. Membuka aplikasi Youtube, lalu mengunjungi akun youtube “Oja Aponga.”
3. Menyimak 5 video tentang ekosistem yang ada di channel tersebut.
4. Mencatat hal-hal penting hasil pengamatan dalam video.
5. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman kelompok.
6. Membuat jurnal ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah dijelaskan.
Mangrove ini cenderung memiliki komponen-komponen abiotik yang tidak berbeda jauh.
Seperti yang ada di ekosistem Plangon, cahaya = 0,03 Lux, suhu = 32,1 C, RH = 21,9 %, dan
suara 32 – 56 dB. Pada ekosistem juga terjadi beragam interaksi-interaksi dan siklus
biogeokimia. Contohnya interaksi predasi yang terjadi antara belut laut dan ikan kecil. Belut
laut memangsa ikan-ikan kecil dan organisme kecil yang ada di sekitarnya. Selain predasi,
terjadi juga interaksi naturalisme yang terjadi pada ikan geledok, kepting, dan spesies lain dalam
ekosistem cagar alam Pangandaran. Siklus biogeokimia yang sering terjadi adalah siklus
hidrologi, siklus ini mempengaruhi kondisi air pada suatu ekosistem.
IV. PEMBAHASAN
Ekosistem adalah Suatu sistem yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungan hidup dan diantara keduanya tidak bisa
terpisahkan.Ekosistem juga dapat disebut Ekologi yaitu Suatu tatanan kehidupan dalam suatu
kesatuan secara utuh & menyeluruh, di antara seluruh komponen-komponen lingkungan yang
masing-masing memiliki pengaruh antara satu sama lain. Ekosistem terbentuk dari 2 komponen
yaitu Komponen Biotik & Komponen Abiotik.
Komponen Biotik adalah Suatu komponen ekosistem yang berupa benda hidup
(Organisme). Contoh Komponen Biotik : Heterotrof (Konsumen) & Pengurai (Dekomposer).
Komponen Heterotrof adalah Suatu organisme yang mengunakan bahan organik, yang telah
disediakan oleh suatu organisme lain sebagai makanannya. Komponen ini memanfaatkan
makanan yang dimakannya lebih kecil, dan disebut dengan komponen Makro atau Fagotrof.
Dekomposer (Pengurai) adalah Suatu organisme yang mengurai sebuah bahan organik, yang
berasal dari organisme yang sudah mati. Dekomposer (Pengurai) memanfaatkan makanan yang
dimakannya dalam jumlah yang besar, dan disebut dengan Makro atau Sapotrof.
Komponen Abiotik adalah Suatu komponen ekosistem yang terdiri berupa benda mati
atau benda tak hidup (Non Hayati). Contoh Komponen Abiotik : Suhu, Air, Garam, Tanah,
Cahaya Matahari, & Iklim. Suhu yaitu Suatu proses biologis yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan pada suhu. Contoh : Mamalia & Burung merupakan makhluk hidup yang dapat
mengatur sendiri suhu yang berada didalam tubuhnya. Sebuah ketersediaan air dapat
mempengaruhi distribusinya suatu organisme. Contoh : Organisme dapat beradaptasi dan
bertahan hidup dengan memanfaatkan ketersediaan air yang berada padang pasir. Suatu
konsentrat pada sebuah garam mempengaruhi keseimbangan air di dalam organisme
melalui Osmosis. Contoh : Beberapa organisme Terestrial dapat beradaptasi pada lingkungan,
yang kandungan garamnya cukup tinggi. Intensitas & Kualitas pada sebuah Cahaya Matahari
akan mempengaruhi suatu prosesnya fotosintesis, karena air mampu menyerap cahaya sehingga
proses fotosintesis dapat terjadi di sekitar permukaan matahari & terjangkau. Contoh : di padang
pasir intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan & tumbuhan
yang hidup di sana bisa depresi.
Jenis-jenis dalam Ekosistem terdiri dari 2 macam yaitu Ekosistem Alami & Ekosistem
Buatan. Jenis Ekosistem Alami adalah Suatu hubungan timbal balik, yang terjadi pada suatu
wilayah & suatu kejadian tertentu tanpa adanya campur tangan manusia. Jenis Ekosistem
Buatan adalah Sebuah hubungan timbal balik yang terjadi pada suatu wilayah & suatu kejadian
tertentu merupakan hasil campur tangan manusia untuk memenuhi hasrat dan kebutuhannya.
V. SIMPULAN
Ekosistem adalah jalinan yang sangat penting pada lingkungan. Keberagaman
ekosistem yang ada di permukaan bumi memiliki komponen-komponen penyusun, yaitu
komponen biotik dab abiotik. Selain itu, terdapat juga interaksi-interaksi seperti simbiosis,
kompetisi, dan sebagainya. Dalam ekosistempun terdapat siklus-siklus biogeokimia yang erat
hubungannya dengan komponen abiotik. Oleh karena itu, kita harus bersyukur atas
keberagaman ini. Karena ekosistem akan menghasilkan sumber-sumber kehidupan.
280
ABSTRAK
Ekosistem buatan yang berada di hutan taman kota yang berada di daerah sumber
merupakan ekosistem buatan yang dibuat oleh pemerintah untuk pemampungan air atau waduk
yang disalurkan ke beberapa saluran air di sekitarnya. Pohon-pohon yang mendominasi
ekosistem tersebut sebagai tempat menetralisirnya polusi udara yang disebakan oleh kedaraan,
dan tempat hidup komponen ekosistem penyususnnya.
PENDAHULUAN
Ekosistem merupakan gabungan yang berisi biotik dan abiotik yang di dalamnya terdiri
dari individu, populasi, dan komunitas serta faktor fisik atau komponen abiotik menjadi
medianya yang berada di satu wilayah. Kedua komponen biotik dan abiotik memiliki fungsinya
masing-masing yang dapat berkesinambungan atau ketergantungan salah satu atau satu sama
lainnya. Seperti halnya pada ekosistem darat (hutan taman kota sumber) yang berada di
kabupaten cirebon.
Rumusan masalah
Agar dapat mengetahui tentang ekosistem dan komponen penyusunnya, interaksi antar
abiotik dan biotik, dan mengethaui cara menbedakan abiotik dan biotik serta bagimana
terjadinya biogeokimia dan juga dimana saja kita dapat menemukan ekosistem.
Tujuan
METODOLOGI
Alat dan bahan
Langkah kerja
1. Pertama siapkan smartphone yang sudah ada koneksi internet dan jaringan.
2. Lalu membuka aplikasi youtube, pencarian akun youtube “ Oja Aponga”
3. Pilih vidio yang sesuai interuksi yang ada di dalam LKS.
4. Pada saat menonton vidio catat komponen biotik, interaksi antar komponen,dan siklus
biogekimia yang ada dalam ekosistem.
5. Diskusikan hasil pekerjaan dengan teman satu kelompok atau kelompok lainnya.
6. Buatlah jurnal ilmiah yang membahas tentang eksplorasi yang kita lakukan.
HASIL PENGAMATAN
Mengetahui pengusun sebuah ekosistem, membedakan antara abiotik dan biotik,
interaksi antarkomponen, faktor penghambat pada biotik, serta faktor pendukung dari
abiotik. Mengetahui siklus biogeokimia pada seatu ekosistem.
PEMBAHASAN
Berbagai macam komponen abiotik dan biotik yang ada di hutan taman kota sumber,
komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain yang di sebut interaksi
antarkompnen, selain itu komponen biotik yang di bantu oleh abiotik dapat terjadinya siklus
biogeokimia. Komponen biotik diantaranya ada Mimosa pudica atau putri malu, Cyperus
rotundus atau rumput teki, Colotes versicolor atau bunglon, Plumeria atau pohon kamboja
dan komponen biotik yang lainnya. Selain biotik, abiotik adalah faktor pendukung utama
adanya komponen abiotok antara lain, cahaya 0,003 Lux, suhu 31,4 derajat C, RH 22,0 %,
suara 57,6-82,3 db, ada juga air, kelembapan. Angin, tanah, topografi, iklim, dan PH.
Interaksi antarkomponen seperti, jenis interaksi parasitisme yang terjadi antara putri
malu denan rumput teki, ilalang dengan pohon kamboja yang membuat pohon kaboja
terhambat pertumbuhanya oleh ilalang, pengunjung yang menaiki kuda dan membuang
sampah sembarangan, pengunjung yang menggangu ekositem contohnya anak kecil yang
menangkap bunglon dengan tujuan menjadikanya sebagai mainan. Interaksi komensalisme
terjadi pada, antarpopulasi keong dengan waduk tempat air yang ada di hutan taman kota
283
sumber. Interaksi netralisme terjadi antara populasi keong dengan populasi capung yang ada
di ekosistem tersebut.
Selanjutnya siklus biogeokimia juga terjadi di hutan taman kota sumber yaitu siklus
nitrogen dimana fases kuda (Amonifikasi) bereperan dalam siklus biogeokimia di hutan taman
kota sumber. Ada juga siklus hidrogen yaitu penguapan dari komponen abiotik ialah air yang
ada di kolam hutan kota sumber menguap ka atas yang di dukung banyaknya pohon di hutan
taman kota sumber.
Sampah plastik yang berada di hutan taman kota sumber menjadi masalah tersendiri,
sampah tersebut banyak berada di waduk atau kolam di hutan taman kota yang bisa
mengakibatkan ekosistem tergantng. Sampah-sampah yang ada di kolam tersebut juga
menghambat saluran-saluran yang di salurkan oleh waduk yang menimbulkan sarang
berkembangbiaknya nyamuk. Sampah plastik tersebut di peroleh dari pengunjung yang
membuang sampah sembarangan.
KESIMPULAN
Ekosistem buatan di hutan taman kota sumber ini merupakan ekosistem lengkap karena
di dalamnya sudah tersusun komponen biotik dan abiotik, selain itu juga terjadi interaksi
keduanya dan biogeokimia.
DAFTAR PUSTAKA
Sukoco,T, Rusmiati, Hidayah, SN. 2018. Biologi. Klaten: PT Intan Perwira
284
LAMPIRAN 32
BERANDA YOUTUBE
285
286