Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

!
VALIDITAS MIGRAINE SCREEN QUESTIONNAIRE (MS-Q)
VERSI INDONESIA SEBAGAI ALAT PENAPIS MIGREN

THE VALIDITY OF MIGRAINE SCREEN QUESTIONNAIRE (MS-Q)


INDONESIAN VERSION AS A MIGRAINE SCREENING TOOL

Retno Jayantri Ketaren*, Yusuf Wibisono** , Henny Anggraini Sadeli**

ABSTRACT
Introduction: Migraine headache is not only suffered by the adults, but also by children. The
prevalence of migraine in school ages is increasing every year. Therefore, a reliable tool is needed to
detect migraine as early as possible. Migraine Screen Questionnaire (MS-Q) is one of the migraine
screening tool that is used in several countries.
Aims: To validate MS-Q in Indonesia.
Methods: This was a cross sectional observational study among students in the SMA Negeri 15
in Bandung. The study was carried out from March until April 2013. All students who experienced a
headache or migraine episodes in their lifetime were included in this study. MS-Q translated into
Indonesian language was used to detect the migraine cases. Thereafter, the students were then examined
by a neurologist.
Results: A total of 306 subjects with headache completed the study, and 25.8% of these students
experienced migraine headaches, where number of girls was higher than boys (16,3% vs 9,5%). The
sensitivity of MS-Q was 68.35% with specificity of 97.36%, positive predictive value 90.00% and
negative predictive value 89.80% with the cut-off point 4. MS-Q of the Indonesian language version was
proven to be valid (p=0,0000) and reliable (Kappa > 0,7).
Discussions: Indonesian version of the MS-Q is a valid and reliable tool for identifying
migraine.
Keywords: Migraine Screen Questionnaire (MS-Q), reliability, sensitivity, specificity, and
validity.

ABSTRAK
Pendahuluan: Migren merupakan penyakit yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa, tetapi
juga oleh anak-anak. Prevalensi migren pada anak usia sekolah meningkat setiap tahun, namun lebih sulit
dideteksi dibandingkan pada dewasa. Sementara anak yang sering mengalami migren dapat mengalami
penurunan konsentrasi dan kemampuan belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan alat penapis yang mampu
mendeteksi migren secara dini. Salah satu alat yang telah digunakan di berbagai negara adalah Migraine
Screen Questionnaire (MS-Q), namun belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan: Untuk mendapatkan validasi MS-Q di Indonesia.
Metode: Penelitian observasional potong lintang yang dilakukan pada siswa kelas I sampai kelas
III SMA Negeri 15 Bandung dari bulan Maret sampai April 2013. Kriteria inklusi penelitian merupakan
siswa yang pernah menderita nyeri kepala sebelumnya. Kuesioner yang digunakan adalah MS-Q asli
dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Subjek selanjutnya diperiksa oleh
dokter spesialis saraf.
Hasil: Dari 306 siswa penderita nyeri kepala yang diteliti, terdapat 25,8% menderita migren,
dimana prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki (16,3% vs 9,5%). Sensitivitas MS-Q adalah
68,35% dengan spesifisitas 97,36%, nilai prediksi positif 90% dan nilai prediksi negatif 89,8% dengan
cut-off point 4. MS-Q versi bahasa Indonesia ini memiliki validitas (p=0,0000) dan reliabilitas (Indeks
Kappa >0,7) yang baik.
Diskusi: Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa MS-Q versi Indonesia memiliki
validitas dan reliabilitas yang baik.
Kata Kunci: Migraine screen questionnaire (MS-Q), reliabilitas, sensitivitas, dan spesifisitas
validitas.
*
Peserta Program Dokter Spesialis Departemen Neurologi FK Universitas Padjadjaran/RSUP dr. Hasan Sadikin,
Bandung, **Staf Subdivisi Nyeri dan Nyeri Kepala Departemen Neurologi FK Universitas Padjadjaran/RSUP dr.
Hasan Sadikin, Bandung. Korespondensi: jk_ketaren@yahoo.com.

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

!
PENDAHULUAN

Migren adalah nyeri kepala primer dengan intensitas sedang sampai berat yang tidak
hanya umum didapatkan pada populasi dewasa, namun juga pada anak usia sekolah.1-4 Banyak
penelitian di yang telah mendata prevalensi migren pada anak usia sekolah, baik di luar negeri
maupun di dalam negeri.1-4 Di Indonesia telah dilakukan penelitian prevalensi migren oleh
Kalianda pada bulan Maret sampai Desember 1988 di Unit Rawat Jalan Ilmu Penyakit Saraf RS
dr. Hasan Sadikin Bandung, berupa insidens 1,96% migren dari seluruh kasus baru. Pasien yang
datang pada kelompok usia 13-19 tahun (32,5%), anak perempuan lebih tinggi dibandingkan
anak laki-laki (25,0% vs 7,50%).5 Lewis mendapatkan data prevalensi migren pada pelajar
SMA pada tahun 2009 di Swedia sebesar 23%.6 Penelitian prevalensi migren yang dilakukan di
Kroasia pada tahun 2013 terhadap 2350 siswa dari delapan sekolah menengah atas berusia 17-
18 tahun sebesar 16,5% untuk anak perempuan dan 11,8% untuk anak laki-laki.7
Penelitian yang dilakukan di Nigeria pada enam sekolah menengah atas secara acak
terhadap 1679 siswa mendapatkan prevalensi nyeri kepala secara keseluruhan sebesar 19,5%
dan prevalensi migren sebesar 13,5%, anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.8
Sebuah penelitian prevalensi migren pada 1750 anak usia 16-18 tahun di sekolah asrama di
Saudi Arabia pada tahun 2002-2003 mendapatkan prevalensi migren pada anak perempuan
sebesar 4,2% dan anak laki-laki sebesar 3,3%.9 Di Boukan, Iran pada tahun 2010 dilakukan
penelitian mengenai prevalensi migren pada 857 siswa sekolah menengah atas, yaitu 4,78%
siswa dengan migren, berupa 12% migren dengan aura dan 78% tanpa aura.10 Penelitian
prevalensi migren terhadap masing-masing 1000 siswa laki-laki dan siswa perempuan pada dua
sekolah menengah pertama di Jaipur, India mendapatkan prevalensi migren sebesar 14% untuk
anak perempuan dan 9% untuk anak laki-laki.11 Penelitian di Thailand pada tahun 2004 terhadap
1789 siswa sekolah menengah pertama juga mendapatkan angka prevalensi migren yang cukup
tinggi yakni 16,2% untuk anak perempuan dan 11,7% untuk anak laki-laki.12
Dari data penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara ini didapatkan bahwa
prevalensi migren pada anak usia sekolah menengah atas cukup besar.1,7-10,12-14 Menurut survei
dari World Health Organization’s (WHO) Global Burden of Disease Survey, migren merupakan
salah satu penyakit dari 20 penyakit yang paling menyebabkan disabilitas, namun kejadian
migren ini sering tidak ditanggapi dan tidak terdiagnosis dengan baik.15,16 Migren yang diderita
anak usia sekolah pada umumnya akan menyebabkan tingginya jumlah hari tidak masuk
sekolah. Penelitian di Arab Saudi menyebutkan siswa sekolah menengah atas yang mengalami
migren memiliki angka tidak masuk sekolah sebesar 56,8%.9 Migren dengan intensitas nyeri
sedang sampai berat juga menyebabkan penurunan produktivitas dan penurunan prestasi di
sekolah karena konsentrasi dan kemampuan belajar menurun.9,17 Penurunan prestasi ini akan
menyebabkan para siswa penderita migren sulit untuk menyelesaikan pendidikannya hingga
akhirnya akan menjadi beban bagi negara dan masyarakat.9,17-19
Migren didiagnosis berdasarkan kriteria International Headache Society (IHS), walaupun
diagnosis pada usia sekolah lebih sulit dibandingkan pada usia dewasa.15,20 Oleh karena
pentingnya akurasi diagnosis migren ini, maka telah dikembangkan alat skrining berupa
kuesioner untuk menapis migren secara cepat dan tepat dalam populasi yang besar, terutama
dalam sarana kesehatan primer.15,21-27 Beberapa contoh alat penapisan migren antara lain
Diagnostic Headache Diary, ID MigraineTM, 3-Question Headache Screen, The Brief Headache
Screen, Migraine Screen Questionnaire (MS-Q).28 Dari beragam kuesioner yang disebutkan,
hanya ID MigraineTM, 3-Question Headache Screen, dan Migraine Screen Questionnaire (MS-
Q).28 Lainez dkk mendapatkan MS-Q memiliki angka sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
tinggi (82% dan 97%) dibandingkan dengan ID MigraineTM (sensitivitas 75%) dan 3-Question
Headache Screen (sensitivitas 78%).28 MS-Q juga memiliki nilai prediksi positif (PPV) 95%
dan nilai prediksi negatif (NPN) 94%.28 Oleh karena itu, MS-Q terbukti merupakan suatu alat
skrining migren yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

!
Lebih dari setengah penderita migren tidak mencari pertolongan medis, sehingga
dikhawatirkan migren dapat luput dari diagnosis dan tidak tertangani secara benar.18,29 Hal ini
menandakan dibutuhkannya alat penapisan migren dengan validitas dan reliabilitas yang baik.
Saat ini di Indonesia belum ada penelitian mengenai validitas alat penapisan migren, khususnya
pada anak-anak usia sekolah menengah atas.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional secara potong lintang yang dilakukan
pada siswa kelas I sampai III SMA Negeri 15 Bandung. Kriteria inklusi adalah siswa-siswi yang
pernah menderita nyeri kepala selama hidupnya. Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak
menjawab secara lengkap pada kuesioner. Penelitian dimulai dari tahap pertama yaitu
penerjemahan kuesioner Migraine Screen Questionnaire (MS-Q) dalam bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia oleh dua penerjemah profesional yang mahir berbahasa Inggris. Tahap
kedua adalah penerjemahan kembali kuesioner Migraine Screen Questionnaire (MS-Q) yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini ke dalam bahasa Inggris oleh dua
penerjemah profesional yang berbeda dari yang pertama atau yang biasa disebut back
translation dengan hasil seperti pada Gambar 1.
Tahap terakhir adalah pengkajian dan pengoreksian oleh dua orang dokter spesialis saraf
Subdivisi Nyeri dan Nyeri Kepala Departemen Neurologi RSUP dr. Hasan Sadikin/Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung mengenai ketepatan isi kuesioner yang
disesuaikan dengan istilah keilmuan dan kebiasaan bahasa masyarakat setempat.22,30-32
Kuesioner MS-Q yang telah dikoreksi inilah yang akan digunakan dalam penelitian.
Penerjemahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dan ijin dari pembuat aslinya, Miguel J.
Lainez, seorang profesor dan Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Valencia dari Spanyol. Segala hasil dari penelitian juga dikorespondensikan kepada profesor
tersebut.

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

Gambar 1. MS-Q versi Indonesia

Selanjutnya dilakukan penelitian percobaan (field study) kepada 20 orang siswa yang
memenuhi kriteria inklusi untuk mengisi kuesioner MS-Q. Setelah pengisian, peneliti
berdiskusi bersama para siswa perihal kata-kata dalam kuesioner yang mungkin tidak mereka
pahami atau bermakna ganda. Dari diskusi tersebut, didapatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner MS-Q tersebut telah cukup dapat dipahami oleh para siswa dan mampu
dijawab dengan baik tanpa adanya pengertian ganda.
Kuesioner MS-Q dibagikan kepada subjek untuk diisi sambil didampingi oleh peneliti.
Sebelum pengisian, subjek diberikan pengarahan mengenai cara pengisian dan maksud dari
pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam kuesioner. Setelah mengisi MS-Q, subjek diperiksa
oleh seorang dokter spesialis saraf subspesialis Nyeri dan Nyeri Kepala untuk didiagnosis
sebagai nyeri kepala tipe migren dan nyeri kepala selain migren berdasarkan kriteria IHS tahun
2004, yaitu:
Migren adalah nyeri kepala primer yang dibagi menjadi 2 yaitu migren tanpa aura dan
migren dengan aura. Kriteria diagnostik migren tanpa aura adalah sekurang-kurangnya terjadi 5
serangan yang memenuhi kriteria berikut:20,33
A. Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati dan tidak berhasil diobati)
B. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua di antara karakteristik berikut:
1. Lokasi unilateral

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

!
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas
fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga)
5. Selama nyeri kepala disertai salah satu di bawah ini:
a. Nausea dan atau muntah
b. Fotofobia dan fonofobia

Migren dengan aura didefinisikan sebagai suatu nyeri kepala berulang dimana didahului
gejala neurologi fokal yang reversibel secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari
60 menit. Gambaran aura tipikal pada migren ini dijelaskan sebagai berikut:20,33
A. Adanya aura yang paling sedikit satu dari di bawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan
motorik:
1. Gangguan visual yang reversibel seperti: positif (cahaya yang berkedip-kedip,
bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan)
2. Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles) dan/atau
negatif (hilang rasa atau kebas)
3. Gangguan berbicara disfasia yang reversible sempurna
B. Paling sedikit dua dari di bawah ini:
1. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral
2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual lebih atau sama dengan 5 menit
dan/atau jenis aura yang lainnya lebih atau sama dengan 5 menit
3. Masing-masing gejala berlangsung antara 5-60 menit

Validitas merupakan suatu parameter diagnostik yang menyatakan bahwa alat ukur
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.34 Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan Spearman. Uji reliabilitas merujuk pada konsistensi dan stabilitas
nilai hasil alat ukur tertentu, menggunakan indeks Kappa dengan hasil lebih dari 0,7 dianggap
reliabilitas baik.38 Analisis data dilakukan dengan menggunakan Stat-Soft.
HASIL
Jumlah subjek penelitian sebanyak 306 siswa ini telah melebihi besar sampel minimal
yakni 267 siswa. Secara klinis, nilai AUC untuk MS-Q sangat memuaskan, sehingga titik
potong 4 merupakan titik potong yang optimal untuk MS-Q.

Tabel 1. Karakteristik Siswa Berdasarkan MS-Q

Jenis Kelamin Migren Non Migren


n % n %
Berdasarkan MS-Q
- Perempuan 40 13,07 137 44,8
- Laki-laki 20 6,5 109 35,63
Berdasarkan Kriteria IHS
- Perempuan 16,3 50 127 41,5
- Laki-laki 9,5 29 100 32,7

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

!
Tabel 2. Hasil Uji Diagnostik MS-Q dan Kriteria IHS
Hasil Uji Kriteria IHS
Total
MS-Q Positif Negatif
Positif 54 6 60
Negatif 25 221 246
Total 79 227 306

Tabel 3. AUC (Area Under The Curve)

IK 95%
Area Std. Asymptomatic Lower Upper
Error Sig Bound Bound
,882 ,025 ,000 ,832 ,932

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah sensitivitas MS-Q versi bahasa
Indonesia sebesar 68,35% dan spesifisitas 97,36%, dengan NPP 90% dan NPN 89,84%. MS-Q
versi bahasa Indonesia terbukti valid dengan p=0,0000 (Tabel 3) terhadap diagnosis berdasarkan
kriteria IHS serta terbukti reliable dengan indeks Kappa 0,7465.
PEMBAHASAN
Dari penelitian Lainez mengenai validasi MS-Q pada pusat kesehatan primer di Spanyol
tahun 2010 mendapatkan hasil sensitivitas MS-Q sebesar 82%28 dan spesifisitas yakni 97%.28

Dari hasil uji diagnostik didapatkan sensitivitas 68,35%, spesifisitas 97,36%, PPV 90%
dan NPV 89,84% untuk MS-Q. Nilai sensitivitas yang agak rendah ini dikarenakan MS-Q
dengan total nilai 3 dinyatakan sebagai non migren, sedangkan pada diagnosis berdasarkan
kriteria IHS dinyatakan sebagai migren. Nilai 3 sangat dekat dengan 4, sehingga mungkin ada
perbedaan diagnosis antara kuesioner dengan baku emas.
Untuk menghitung validitas dapat digunakan korelasi antara nilai total kuesioner MS-Q
dengan kriteria IHS atau antara diagnosis MS-Q dengan kriteria IHS. Pada penelitian ini,
korelasi antara diagnosis MS-Q dengan kriteria IHS adalah r=0,7243 yang memiliki arti cukup
baik (r>0,7). Validitas ini disebut validitas konstruk eksternal yang bertujuan untuk mengetahui
validitas suatu alat ukur dibandingkan dengan alat ukur lainnya yang telah ada.34 Kuesioner MS-
Q di Spanyol pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Lainez dkk juga terbukti valid setelah
disebarkan di pusat kesehatan primer kepada 9246 responden.28
Reliabilitas dalam penelitian ini dianalisis menggunakan indeks Kappa dengan rumus:
K=(Pobserve – P chance)/(1-Pchance).
Pada penelitian ini, kuesioner MS-Q terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai 0 untuk
“tidak” dan 1 untuk “ya”. Total nilai kuesioner MS-Q yang lebih kecil dari 4 dinyatakan sebagai
non migren dan total nilai antara 4-5 dinyatakan sebagai migren. Dari pernyataan ini maka
diperoleh diagnosis MS-Q sebagai migren dan non migren.
Dengan menggunakan indeks Kappa untuk menghitung reliabilitas pada penelitian ini,
maka didapatkan indeks Kappa=0,7465. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas baik karena
Indeks Kappa >0,7.
KESIMPULAN
Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas MS-Q versi bahasa Indonesia yang cukup baik
(68,35% dan 97,36% dengan NPP dan NPN 90% dan 89,84%. MS-Q ini juga terbukti valid
dengan p=0,0000 terhadap diagnosis berdasarkan kriteria HIS dan terbukti reliable dengan
indeks Kappa 0,7465.

DAFTAR PUSTAKA

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

1. H. Fallahzadeh MA. Prevalence of migraine and tension-type headache among school children
in Yazd, Iran. Journal of Pediatric Neurosciences. 2011;6:4.
2. Mavromichalis I, Anagnostopoulos D, Metaxas N, Papanastassiou E. Prevalence of migraine in
school children and some clinical comparisons between migraine with aura and without aura.
Headache. 1999;39:728-36.
3. Zencir M, Ergin H, Sahiner T, Kilic I, Alkis E, Ozdel L, Gurses D, Ergin A. Epidemiology and
symptomology of migraine among school children: denzili urban area in turkey. Headache.
2004;44:780-5.
4. Akyol A, Kiylioglu N, Aydin I, Ertruk A, Kaya E, Telli E, Akyildiz U. Epidemiology and
clinical characteristics of migraine among school children in the menderes region. Cephalalgia.
2007;7:781-7.
5. Kalianda B. Pola klinik migren. Bandung: Universitas Padjadjaran; 1990. p. 1-120.
6. Lewis DW. Pediatric migraine. Neurology Clincal. 2009;27:481-501.
7. Cvetkovic VV, Plavec D, Lovrencic-Huzjan A, Strineka M, Azman D, Bene R. Prevalence and
clinical characteristics of headache in adolescents: a croatian epidemiological study.
Cephalalgia. 2013;10:1-10.
8. Ofovwe G. Prevalence and impact of headache and migraine among secondary school students
in nigeria. Headache. 2010;50:1570-5.
9. Al-Tulaihi BA, Al-Jumah MA. Prevalence of migraine and non-migraine headache among high
school students at the national guard housing in riyadh, saudi arabia. Saudi Medicine Journal.
2009;30:120-4.
10. Abdollahpour I, Salimi Y, Jabbedari B, Hajji M, Shoshtari ZJ. Prevalence of migraine and its
triggers in high school students in Boukan 2010. Urmia Medical Journal. 2013;23:661-9.
11. Shivpuri D, Rajesh MS, Jain D. Prevalence and characteristics of migraine among adolescents: a
questionnaire survey. Indian Pediatrics. 2003;40:665-9.
12. Visudtibhan A, Siripornpanich V, Khongkhaitithum C, Chiemchanaya S, Sirijunpen S,
Ruangkanchanasetr S, dkk. Migraine in thai children: prevalence in junior high school students.
Journal of Child Neurology. 2007;22:1117-20.
13. Boru UT, Kocer A, Luleci, A, Sur H, Tutkan H, Atli H. Prevalence and characteristics of
migraine in women of reproductive age in istanbul, turkey: a population based survey. Tohoku J
Exp Med. 2005;206:51-9.
14. Diamond M, Lipton RB. Prevalence and burden of migraine headache in the united states data
from the american study II. Headache. 2001;41:646-57.
15. Zarifoglu M, Karii N, Taskapilioglu O. Taskapilioglu. Can ID migraine be used as a screening
test for adolescent migraine? Cephalalgia 2008;28(1):65-72.
16. Sadeli HA. Migren atau bukan migren: diagnosis banding dan penanganan. Kumpulan Makalah
Simposium Nyeri Solo 2008.p.1-8.
17. Leonardi M, Mathers C. Global burden of migraine in the year 2000: summary of methods and
data sources. Global Burden of Disease 2000:1-18.
18. Gore FM, Bloem PJN, Patton GC, Ferguson J, Joseph V, Coffey C, dkk.. Global burden of
disease in young people aged 10–24 years: a systematic analysis. Lancet. 2011;377:10.
19. JL Natoli AM, B Dean, Q Butler, CC Turkel, L Stovner, RB Lipton. Global prevalence of
chronic migraine: a systematic review. Cephalalgia. 2009;30(9):1-12.
20. Society HCSotIH. The International Classification of Headache Disorders. Edisi ke-2. Oxford:
Blackwell Publishing; 2004.
21. Lipton RB, Dodick D, Sadovsky R, Kolodner K, Endicott J, Hettiarachchi J, dkk. A self
administered screener for migraine in primary care: the id migraine validation study. Neurology.
2003;61:375-85.
22. Siva A, Zarifoglu M, Ertas M, Saip S, Karli HN, Baykan B, dkk. Validity of the ID-migraine
screener in the workplace. Neurology. 2008;70(16):1337-45.
23. Mostardini C, d’Agostino VC, Dugoni DE, Cerbo R. A possible role of ID-Migraine™ in the
emergency department: a study of an emergency department out-patient population. Cephalalgia.
2009;29(12):1326-30.
24. cousins G, Hijazze S, Van de laar FA, Fahey T. Diagnostic accuracy of the ID Migraine: a
systematic review and meta-analysis. Headache. 2011;51:1140-8.

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

!
Artikel Penelitian

!
25. Karli N, Ertas M, Baykan B, Uzunkaya O, Saip S, Zarifoglu M, dkk. The validation of ID
Migraine screener in neurology outpatient clinics in turkey. J Headache Pain. 2007;8(4):217-23.
26. Bicakci S, Bozdemir N, Over F, Saatci E, Sarica Y. Prevalence of migraine diagnosis using ID
Migraine among university students in southern turkey. J Headache Pain. 2008;9:159-64.
27. Oztora S, Korkmaz O, Dagdeviren N, Celik Y, Caylan A, Top MS, dkk. Migraine headaches
among university students using ID migraine test as a screening tool. BMC Neurology.
2011;11:103-8.
28. Lainez MJ, Castillo J, Dominguez M, Palacios G, Diaz S, Rejas J. New uses of the Migraine
Screen Questionnaire (MS-Q): validation in the primary care setting and ability to detect hidden
migraine. MS-Q in Primary Care. BMC Neurology. 2010;10:39-47.
29. Nieri AB, Bigal ME. Obesity and migraine progression: evidence and associations. Migraneas
Cefuleias. 2007;10(1):8-18.
30. Barbara H. Forsyth mSK, Deidre Lawrence, Kerry Levin, Gordon B. Willis. Methods for
translating survey questionnaires. American Association for Public Opinion Reasearch;
Montreal Canada; 2006.p.1-6.
31. Lainez MJ, Dominguez M, Rejas J, Palacios G, Arriaza E, Garcia-Garcia M, dkk. Development
and validation of the migraine screen questionnaire (MS-Q). Headache. 2005;45(10):1328-38.
32. Janet A. Harkness AS-G: Questionnaires in translation. ZUMA-Nachrichten Spezial. 1998:87-
127.
33. PERDOSSI KSNK. Konsensus nasional III: diagnostik dan penatalaksanaan nyeri kepala.
Surabaya: Airlangga University Press; 2010.
34. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
35. Lalkhen AG, McCluskey A. Clinical tests: sensitivity and specitivity. Educ Anaesth Crit Care
Pain. 2008;8(6):221-3.
36. Akobeng AK. Understanding diagnostic tests 1: sensitivity, specifity, and predictive values. Acta
Paediatrica. 2007;96(3):338-41.
37. Spitalnic S. Test properties 1: sensitivity, specifity, and predictive values. Hospital Physician.
2004;9:27-31.
38. Golafshani N. Understanding reliability and validity in qualitative research. The Qualitative
Report. 2003;8(4):597-607.

Neurona Vol. 31 No. 2 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai