Proses Pembentukan Spermatogenesis Dan Oogenesis
Proses Pembentukan Spermatogenesis Dan Oogenesis
3. Meiosis II
1. Profase II
Aparatus gelendong terbentuk dan kromosom berkembang ke arah pelat metafase II.
2. Metafase II
Kromosom ditempatkan pada pelat metafase dengan cara seperti mitosis, dengan
kinetokor kromatid saudara dari masing – masing kromosom menunjuk ke arah yang
berlawanan.
3. Anafase II
Sentromer kromatid saudara berpisah dan kromatid saudara dari masing – masing
pasangan bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan.
4. Telofase II dan Sitokinesis
Nukles terbentuk pada kutub sel yang berlawanan dan terjadi sitokinesis. Pada akhir
sitokinesis terdapat 4 sel anak dengan kromosom haploid.
2. Oogenesis
Adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan
pembentukan bakal sel – sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan
sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus
perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut
berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta
oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa
pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel
haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut
badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan
miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel
berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar
sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang
berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan
kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
oogenesis hanya menghasilkan satu ovum
Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
1. FSH (Follicle Stimulating Hormone
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel – sel folikel sekitar sel ovum.
2. LH (Luteinizing Hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).
3. Estrogen
Dihasilkan oleh folikel graff dan dirangsang oleh FSH di dalam ovarium. Estrogen berfungsi
menimbulkan sifat kelamin sekunder.
4. Progesteron
Dihasilkan juga oleh korpus luteum yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH.
Hormon progesteron berfungsi juga untuk menebalkan dinding endometrium.
Oogenesis secara sederhana prosesnya dapat dijelaskan tahapannya sebagai berikut :
1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.
2. Oogonium berubah menjadi oosit primer yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer
melakukan meiosis yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama.
3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya
dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma
dari Oosit primer.
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit
sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua. begitu pula
dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya
mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan
terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.
6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid dengan
23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum
siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan akhir atau
finalnya menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah
ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam. Jika ovum
yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama
dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi (Biohealth Indonesia, 2007).
Ovum memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain :
1. Membrane Vitellin yaitu lapisan transparan dibagian dalam ovum.
2. Zona Pellusida, yaitu lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak dibagian tengah.
Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa.
3. Korona Radiata, yaitu merupakan sel-sel granulose yang melekat disisi luar oosit dan
merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal
Spermatozoa
Terdapat dua macam gametogenesis yakni spermatogenesis (proses pembentukan
spermatozoa) dan oogenesis (proses terbentuknya sel telur/ovum di dalam ovarium).
Spermatozoa berasal dari sel primordial yang diploid yang disebut spermatosit primer.
Setelah mengalami pembelahan meiosis I, maka jumlah kromosom dibagi dan spermatosit
sekunder. Bila pembelahan meiosis II yang berlangsung sebagai pembelahan selesai, maka
terbentuklah 4 sel spermatid yang masing – masing haploid. Selanjutnya spermatid akan
berkembang menjadi spermatozoa.