Anda di halaman 1dari 53

Pautan & Peta Kromosom

Dosen Pengampu:
Dr. Zairin Thomy, MSi. E-mail: z_thomy@yahoo.com
PAUTAN GEN

PENDAHULUAN
• Pada kenyataannya gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama
tidak selalu diturunkan secara bebas.
• Jika ada beberapa gen yang terletak pada kromosom yang sama, maka
gen-gen tersebut kemungkinan ada hubungan pautan (linkage) yang
dapat diturunkan bersama-sama.
• Kekuatan pautan tergantung jarak antar gen.
• Meskipun gen tersebut secara fisik berpautan pada kromosom, tetapi
dapat terjadi kombinasi baru karena gennya dapat pindah silang (crossing
over).
• Kombinasi baru antar gen yang berpautan merupakan sumber keragaman
genetik. Perubahan yang terjadi pada nisbah fenotip atau genotip dari
aturan Mendel dapat terjadi karena adanya interaksi antar gen, dan juga
karena adanya pautan gen.
• Dengan adanya pautan gen maka muncul konsep susunan linear gen-gen
pada suatu kromosom dengan jarak tertentu.
TUJUAN
• Mempelajari pautan gen : pautan sempurna dan pautan tidak
sempurna.
• Mempelajari pindah silang dan rekombinasi antar gen-gen
yang berpautan.
• Mempelajari cara pemetaan pada kromosom, menghitung
frekuensi rekombinasi, menentukan jarak antar gen dan
menentukan letak gen pada kromosom.
PAUTAN (LINKAGE) GEN
• Pautan gen adalah beberapa gen yang bukan alel terdapat
pada kromosom yang sama, karena jmlh gen jauh lebih
banyak daripada jumlah kromosom.
• Antara satu gen dengan gen yang lain pada satu kromosom
dapat berpautan (linkage). Kekuatan pautan antar gen-gen
tersebut tergantung pada jaraknya.
• Bukti adanya pautan ini dapat terlihat pada perubahan nisbah
fenotip atau genotip yang menyimpang dari aturan Mendel.
• Untuk mengetahui ada tidaknya pautan antar gen biasanya
dilakukan suatu “test cross”
• Adanya pautan telah banyak dipelajari oleh peneliti seperti :
Sutton (1903), Bateson & Punnet (1905), T. H. Morgan (1910)
dan peneliti lainnya.
• Untuk membedakan apakah gen-gen letaknya terpisah atau
berpautan pada kromosom yang sama, maka diadakan
perbedaan cara penulisannya.
a. Pautan dalam susunan sis (coupling)
• Pautan dalan susunan sis adalah gen-gen dominan terpaut
pada satu kromosom, sedangkan alel-alelnya yang resesif
pada kromosom homolognya.
• Misalnya genotip dituliskan AaBb, maka kalau ada pautan
dalam susunan sis dapat ditulis :
AB atau (AB) (ab) atau AB/ab
ab
b. Pautan dalam susunan trans (repulsion)
• Pautan dalam susunan trans adalah gen dominan terpaut
dengan gen resesif yang bukan alelnya pada satu kromosom,
sedangkan alel resesif dari gen pertama dan alel dominan dari
gen kedua terpaut pada kromosom homolognya.
• Misalnya genotip AaBb, ada pautan dalam susunan trans
dapat ditulis :
Ab atau (Ab) (aB) atau Ab/aB
aB
I. Pautan sempurna
• Pautan sempurna terjadi apabila gen-gen yang terpaut letaknya sangat
berdekatan satu dengan yang lain, selama meiosis (?) tidak mengalami
perubahan letak sehingga gen-gen tersebut bersama-sama menuju ke
gamet.
Contoh pada lalat buah Drosophila dikenal gen-gen terpaut, yaitu :
• Cu = gen untuk sayap normal
• cu = gen untuk sayap keriput
• Sr = gen untuk dada polos (normal)
• sr = gen untuk dada bergaris.
• Lalat dihibrid dengan fenotip : sayap normal dan dada normal mempunyai
2 kemungkinan genotip :
• Cu Cr/cu sr (gen-gen terpaut dalam susunan sis)

• Cu sr/cu Sr (gen-gen terpaut dalam susunan trans)


a. Gen-gen terpaut sempurna dalam susunan sis
Jika gen-gen terpaut sempurna dalam susunan sis kita silangkan sesamanya,
maka hasil fenotip keturunannya : ><

sayap dan dada normal : sayap keriput dan dada bergaris = 3 : 1


Hal ini terjadi karena tiap individu hanya membentuk 2 macam gamet yaitu :
Cu Sr dan cu sr karena adanya pautan sempurna. Diagram persilangannya
adalah :

Cu Sr cu sr

Cu Sr CuCu SrSr Cucu Srsr

cu sr Cucu Srsr cucu srsr


• b. Gen-gen terpaut sempurna dalam susunan
trans
• Jika gen-gen terpaut sempurna seperti tersebut dalam
susunan trans kita silangkan sesamanya, maka hasil
fenotip keturunannya :
• sayap dan dada normal : sayap normal dan dada bergaris
: sayap keriput dan dada normal = 2 : 1 : 1.
• Hal ini terjadi karena tiap individu hanya membentuk 2
macam gamet, yaitu : Cu sr dan cu Sr karena adanya
pautan sempurna. Diagram persilangan tersebut adalah :
Cu sr cu Sr
Cu sr CuCu srsr Cucu Srsr
cu Sr Cucu Srsr Cucu SrSr
• II. Pautan Tak Sempurna
• Pautan tak sempurna terjadi karena gen-gen terpaut
pada suatu kromosom yang letaknya satu dengan gen
lain tidak terlalu berdekatan.
• Gen-gen tersebut dapat mengalami perubahan letak
yang terjadi karena adanya pertukaran segmen dari
kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolog.
• Peristiwa tersebut dikenal dengan pindah silang (crossing
over).
• Berikut contoh penyilangan untuk mengetahui apakah 2
gen terletak pada satu kromosom yang sama.
• Penelitian morgan ini ketika ia mempelajari 2 pasang gen
autosom dari Drosophila yang hasilnya menyimpang dari
aturan Mendel.
Pautan gen pada Drosophila
Pada Drosophila :
Gen warna mata merah = pr+ ; Gen sayap panjang = vg+
Gen warna mata ungu = pr ; Gen sayap pendek = vg
Penyilangan antara Drosophila betina bermata ungu dan sayap pendek dengan
jantan mata merah dan sayap panjang memberikan hasil :
Gen-gen terpaut tidak sempurna dalam susunan sis:

P. Betina pr vg/pr vg X jantan pr+ vg+/ pr+ vg+

F1: Betina pr+ vg+/pr vg x jantan pr+ vg+/ pr+ vg+ (tc)

F2: pr+ vg+ = 1139 (tipe parental)


pr vg = 1195 (tipe parental)
pr+ vg = 151 (tipe rekombinasi)
pr vg+ = 154 (tipe rekombinasi)
-----------------------
= 2839
• Jika kita lihat hasil perbandingan F2 tersebut ternyata menyimpang dari
aturan nisbah 1 : 1 : 1 : 1 atau nisbah 3 : 1 atau perbandingan fenotip
Mendel lainnya.
• Jika kita perhatikan hasil test cross tersebut : jumlah yang paling banyak
adalah fenotip yang sama seperti fenotip parentalnya, sehingga disebut
tipe parental, dan jumlah yang sedikit adalah fenotip baru yang tidak
sama dengan parentalnya disebut tipe rekombinasi (kombinasi baru).
• Untuk membuktikan adanya pautan maka hasil test cross yang fenotipnya
tipe parental haruslah lebih besar dari 50%.
• Dari data tersebut dapat kita hitung tipe parentalnya :
1139 + 1195 /2839 x 100% = 89,25%
• Jadi kedua gen tersebut terpaut, hal ini oleh Bateson & Punnet disebut
terpaut dalam susunan sis.
• Besarnya rekombinasi :
151+ 154 /2839 x 100% = 10,75%
% rekombinasi menunjukkan jarak pada peta kromosom.
Jadi, jarak antara kedua gen adalah = 10,75 map unit atau unit morgan.
Pada Drosophila :
Gen warna mata merah = pr+ ; Gen sayap panjang = vg+
Gen warna mata ungu = pr ; Gen sayap pendek = vg
Penyilangan antara Drosophila betina bermata ungu dan sayap pendek dengan
jantan mata merah dan sayap panjang memberikan hasil :
Gen-gen terpaut tidak sempurna dalam susunan trans
Jika kita silangkan Drosophila seperti diatas, tetapi gen-gennya terpaut tidak
sempurna dalam susunan trans, terlihat hasil penyilangan sebagai berikut :
P. Betina pr+ vg/pr+ vg X jantan pr vg+/ pr vg+

F1: Betina pr+ vg/pr vg+ x jantan pr+ vg+/ pr+ vg+ (tc)

F2: pr+ vg+ = 157 (tipe rekombinasi)


pr vg = 146 (tipe rekombinasi)
pr+ vg = 965 (tipe parental)
pr vg+ =1047 (tipe parental)
-------------------------
= 2335
• Jika kita lihat hasil perbandingan F2 tersebut ternyata
menyimpang dari aturan nisbah 1 : 1 : 1 : 1 atau nisbah 3 : 1
atau perbandingan fenotip Mendel lainnya.
• Dari data tersebut dapat kita hitung tipe parentalnya :
965+1047/2335 x 100% = 87%
• Jadi kedua gen tersebut terpaut, hal ini oleh Bateson &
Punnet disebut terpaut dalam susunan sis.
• Besarnya rekombinasi :
157+ 146 /2335 x 100% = 13%
% rekombinasi menunjukkan jarak pada peta kromosom.
Jadi, jarak antara kedua gen adalah = 13 map unit atau unit
morgan.
• Kesimpulan
• Pautan gen adalah beberapa gen yang bukan alel terdapat pada suatu kromosom
yang sama. Untuk membuktikan adanya pautan dilakukan uji silang (test cross).
Pautan dapat terjadi dalam susunan sis (coupling) dimana gen-gen dominan
terpaut pada 1 kromosom yang sama sedangkan alel-alelnya yang resesif pada
kromosom homolognya. Pautan dalam susunan trans (repulsion) gen dominan
terpaut gen resesif yang bukan alelnya pada satu kromosom, sedangkan alel
resesifnya dari gen pertama dan alel dominan dari gen kedua terpaut pada
kromosom homolognya.
• Pautan sempurna terjadi apabila gen-gen yang terpaut letaknya sangat
berdekatan satu dengan yang lainnya, selama meiosis tidak mengalami
perubahan letaknya sehingga gen-gen tersebut selalu bersama-sama. Pada
persilangan dihibrid yang gen-gennya terpaut sempurna akan didapatkan nisbah
fenotip keturunannya 3 : 1 pada susunan sis dan nisbah 2 : 1 : 1 untuk gen-gen
dalam susunan trans, yang semuanya menyimpang dari aturan Mendel.
• Pautan tidak sempurna terjadi apabila gen-gen terpaut pada suatu kromosom
letaknya tidak terlalu berdekatan satu dengan lainnya, sehingga gen-gen tersebut
dapat mengalami perubahan letaknya yang disebabkan terjadinya pertukaran
segmen antar kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolog. Pindah
silang tidak sempurna ada yang dalam susunan sis dan ada juga yang dalam
susunan trans.
• Uji silang gen-gen terpaut sis, nisbah fenotipnya = n : 1 : 1 : n
• uji silang gen-gen terpaut trans, nisbah fenotipnya = 1 : n : n : 1
n = tipe parental.
Contoh :
• Pada tanaman “Sweet Pea” gen untuk :
warna ungu = P ; bentuk pollen panjang = L
warna merah = p ; bentuk pollen bula = l
• Disilangkan tanaman tersebut yang berbunga ungu dan pollen panjang
homosigot dominan untuk kedua sifat dengan tanaman berwarna merah
dan pollen pendek homosigot resesif. F1 di uji silang dengan hasil data
sebagai berikut :
ungu, panjang = 310
ungu, bulat = 92
merah, panjang = 98
merah, bulat = 300
-----------------------------------------------
= 800
• Buatlah bagan persilangan soal tersebut !
• Perlihatkan genotip tipe parental dan tipe rekombinasi pada
keturunannya !
• Tentukan apakah gen-gen tersebut terpaut, jika terpaut apa tipe pautan
tersebut ?
• Jawab :
• a. & b. P. ungu, panjang >< merah, bulat
PP LL pp ll
• F1 Pp Ll >< Pp Ll
(ungu,panjang) (ungu, panjang)

• F2 ungu,panjang (P. L.) = 310 tipe parental


ungu,bulat (P. ll ) = 92 tipe rekombinasi
merah,panjang (pp L.) = 98 tipe rekombinasi
merah,bulat (pp ll ) = 300 tipe parental
-------------------------------------------------------------------------------
= 800
310  300
 100%  76,25%
800

• .Syarat gen-gen terpaut : % tipe parental > 50%


% tipe parental =
= 310+300/8000 x 100% = 76,25%
• Jadi kedua gen tersebut terpaut.
• Tipe pautannya : nisbah fenotip F2 = 310 : 92 : 98 : 300
= 3 : 1 : 1 : 3
= n : 1 : 1 : n
• Jadi terpaut tidak sempurna dalam susunan sis.
TERIMA KASIH
• Pindah Silang
• Kombinasi baru dapat terjadi antara gen-gen apabila bagian-bagian
kromosom saling bertukar, proses ini disebut pindah pilang (crossing
over).
• Proses pindah silang terjadi karena patahnya kromatid-kromatid dan
saling bertukar, diikuti melekatnya kembali kromatid-kromatid
tersebut pada waktu profase dalam meiosis. Tempat-tempat
persilangan tersebut disebut : Chiasmata (kiasmata).
• Pindah silang dapat dibedakan :
• 1 Pindah silang tunggal (single crossing over)
• Pindah silang tunggal adalah pindah silang yang terjadi pada satu
tempat, dengan terjadinya pindah silang ini akan terbentuk macam
gamet yang terdiri dari gamet-gamet tipe parental dan gamet-gamet
tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental dibentuk lebih banyak
dari gemet-gamet tipe rekombinasi.
• 2 Pindah silang ganda (double crossing over)
• Pindah silang ganda adalah pindah silang yang terjadi
pada dua tempat.
• Jika pindah silang ganda ini terjadi diantara 2 buah gen
yang terpaut, maka gamet-gamet yang dibentuk hanya
tipe parental saja atau tipe rekombinasi saja yang tidak
akan tampak pada fenotip akan tetapi jika pindah silang
ganda ini terjadi diantara 3 buah gen maka akan tampak
pada fenotipnya.
Nilai pindah silang (frekuensi pindah silang) adalah :
• Angka yang menunjukkan besarnya presentasi
rekombinasi yang dihasilkan akibat terjadinya pindah
silang. Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
• Usia individu
• Temperatur
• Zat kimia
• Sinar X
• Jarak antar gen yang terpaut, dll.
Contoh soal :
Misalkan pada kacang kapri, gen untuk :
warna ungu = P : bentuk pollen panjang = L
dominan terhadap : dominan terhadap
warna merah = p : bentuk pollen bulat = l

• jika dilakukan uji silang sebagai berikut : PL/pl X pl/pl


F1. heterozigot : PL/pl >< pl/pl
F2 ungu, panjang PL/pl = 123 (tipe parental)
ungu, bulat Pl/pl = 18 (tipe rekombinasi)
merah, panjang pL/pl = 17 (tipe rekombinasi)
merah, bulat pl/pl = 122 (tipe parental)
----------
= 280
• Frekuensi rekombinasi = 18+17/280 x 100% = 12,5%
• Nilai pindah silang ini merupakan jarak antara gen warna bunga P
dan gen pollen L.
• P 12,5 L
• ________________
• Peta kromosom
• Pembuatan peta kromosom dimulai sudah sejak tahun 1920
oleh para ahli genetik seperti T.H. Morgan, C.B. Bridge, dll.
• Hingga saat ini sudah banyak peta kromosom yang dibuat
antara lain peta kromosom Drosophila, tanaman jagung,
hewan ternak, manusia, dll.
• Peta kromosom adalah gambar skema suatu kromosom yang
letak gen-gennya tersusun linear pada suatu kromosom.
• Sentromer dianggap sebagai titik pangkal yang biasanya diberi
tanda nol (O) dan jarak antar gen adalah sama dengan
prosentasi rekombinasi, tiap 1% rekombinasi = jarak 1 unit
peta (map unit atau 1 unit morgan).
• Untuk membuat peta kromosom kita menggunakan uji silang
tiga gen, karena jika hanya menggunakan dua gen yang
terpaut dan terjadi pindah silang ganda, maka tidak akan
diketahui tipe rekombinasi keturunannya. Untuk membuat
peta kromosom kita haruslah menentukan :
• Pautan antar gen dengan menghitung apabila dua gen
terpaut : tipe rekombinasinya haruslah lebih kecil
dari 50% atau tipe parentalnya haruslah lebih besar dari
50%.
• Jarak antar gen, yaitu prosentasi tipe rekombinasi.
• Susunan urutan gen-gen, dengan membandingkan hasil
hitungan jarak antar gen.

Contoh 1 : Menentukan pautan antar gen dan membuat


peta kromosomnya.
Pada Drosophila gen :
sc+ = sayap normal; sc = sayap tanpa tulang melintang
ec+ = permukaan mata normal; ec = permukaan mata kasar
vg+ = panjang sayap normal ; vg = sayap pendek
Peta gen Drosophila
• Disilangkan Drosophila sebagai berikut :
• P. + + + /+ + +>< sc ec vg/ sc ec vg
• F1 : + + + / sc ec vg >< (uji silang )
• F2 : sc ec vg = 235
• + + + = 241
• sc ec + = 243
• + + vg = 233
• sc + vg = 16
• + ec + = 14
• sc + + = 14
• + ec vg = 12
= 1008
Tentukan pautan ketiga gen tersebut !
• Jawab :
Kita lihat apakah antara gen sc dan ec berpautan ?
Dari hasil uji silang kita dapat hitung :
• Rekombinasi dari sc vg adalah : sc + dan + ec
Dengan mengabaikan vg (data yang ditutup) :
• sc + = 16 + 14 = 30
• + ec = 14 + 12 = 26
• = 56
% rekombinasi = 56/1008 x 100% = 5,5%, angka ini
lebih kecil dari 50% maka gen sc dan ec terpaut
dengan jarak 5,5 unit.
Hitung ec dan vg terpaut.
• Abaikan sc (tutup sc) didapatkan rekombinasinya :
• ec + = 243 + 14 = 257
• + vg = 233 + 16 = 249
• = 506
• % rekombinasi 506/1008 x 100% = 50,20%
• Karena % rekombinasi lebih besar dari 50% maka ec
dan vg bebas tidak terpaut.
• Jadi peta kromosomnya adalah : 5,5 unit morgan
TERIMA KASIH
Pemetaan Kromosom
• Untuk pembuatan peta kromosom diperlukan “three point
test cross” yang menggunakan 3 gen pada kromosom yg
sama.
• Jarak antara gen-gen tersebut lebih besar dari 10 unit,
karena adanya kemungkinan double crossing over
• Contoh pada Drosophila :
b=tubuh hitam
vg= sayap pendek
cn=mata colak hitam
• Contoh 2 :
• Persilangan antara lalat betina black, cinnabar, vestigel dengan jantan
normal, kemudian F1 betina di tess cross dengan jantan black,
cinnabar, vestigel didapatkan hasil F2 sebagai berikut :
• F2 : b cn vg = 326
• + + + = 332 82,25% (nco)
• b + + = 35
• + cn vg = 31 8,25% sco: b-cn
• b cn + = 36
• + + vg = 44 8,75% sco: cn-vg
• + cn + = 4
0,75% , dco
• b + vg = 2
• ---------
800
• Buatlah peta kromosomnya !
Jarak antara
• b-cn= 8,25% + 0,75% = 9% atau 9 m.u.
• Cn-vg= 8,75% + 0,75% = 9,5 % atau 9,5 m.u.
• b-vg= 9 m.u + 9,5 m.u = 18,5 m.u.
• Contoh 2 :
• Menentukan jarak antar gen dan urutan gen untuk
pembuatan peta kromosom.
• Persilangan sepeti pada soal no.1 tetapi didapatkan hasil F2
sebagai berikut :
• F2 : sc ec vg = 417
• + + + = 430
• sc + + = 25
• + ec vg = 29
• sc ec + = 44
• + + vg = 37
• = 982
• Buatlah peta kromosomnya !
• Jawab:
gen sc – ec : rekombinasinya sc + dan + ec.
• tutup vg
• sc + = 25
• + ec = 29
• = 54
% rekombinasinya = 54/982 x 100% = 5,5 %
Jadi sc dan ec terpaut dengan jarak 5,5 unit morgan.
gen ec – vg : rekombinasinya ec + dan + vg.
• tutup sc
• ec + = 44
• + vg = 37
• = 81
% rekombinasinya = 81/982 x 100% = 8,2 %
Jadi ec dan vg terpaut dengan jarak 8,2 unit morgan.
• Jika kita buat petanya maka akan ada 2 kemungkinan :
• Sc _____________ec_____________________vg
5,5 8,2

• EC_____________SC________vg
5,5
8,2

untuk menentukan urutan gen tersebut kita hitung:


jarak antara gen sc – vg (abaikan ec), maka rekombinasinya
:
• sc + = 25 + 44 = 69
• + vg = 29 + 37 = 66
• = 135
% rekombinasinya = 135/982 x 100% = 13,7 %
Jadi jarak sc dan vg = 13,7 unit morgan.
Urutan gen-gen tersebut haruslah :
Sc _____________ec_____________________vg
• 5,5 8,2
Contoh Soal 3 :
Bila ada pindah silang ganda.
• Pada studi pindah silang ganda pada 3 gen terpaut, sangat jarang
terjadi, sehingga hasil turunan uji silang yang terkecil merupakan
tipe pindah silang ganda. Misalkan terjadi persilangan seperti pada
contoh soal 1 dengan data uji silang yang didapatkan sbb.:
• sc ec vg = 580
• + + + = 592
• sc + + = 45
• + ec vg = 40
• sc ec + = 89
• + + vg = 94
• sc + vg = 3
• + ec + = 5
• = 1448
a.Jarak antara sc – ec (tutup vg)
Rekombinasi :
• sc + = 45 + 3 = 48
• + ec = 40 + 5 = 45
• = 93
• % rekombinasinya = 93/1448 x 100% = 6,4 %
Jadi jarak gen sc dan ec = 6,4 unit morgan.
b.Jarak antara ec – vg (tutup sc)
• Rekombinasi :
ec + = 89 + 5 = 94
+ vg = 94 + 3 = 97
= 191
• % rekombinasinya = 191/1448 x 100% = 13,2 %
Jadi jarak gen ec dan vg = 13,2 unit morgan.
c.Jarak antara sc – vg (tutup ec)
• Rekombinasi :
• sc + = 45 + 89 = 134
• + vg = 40 + 94 = 134
• = 268
• % rekombinasinya = 268/1448 x 100% = 18,5 %
Jadi jarak gen sc dan vg = 18,5 unit morgan.
• Jika kita bandingkan data hasil perhitungan a dan b dan kita
buat petanya sebagai berikut:
• Sc______________________ec_________________vg
• 6,4 13,2

• Pada perhitungan c. didapatkan jarak gen sc dengan vg = 18,5


unit morgan.
• Jika kita hitung dengan menjumlahkan hitungan pada a. dan b.
maka :
• sc – ec = 6,4
• ec – vg = 13,2
• = 19,6 unit morgan.
• Selisih ini terjadi karena adanya crossing over,
untuk itu perhitungan c : % rekombinasi
ditambah 2 x jumlah pindah silang ganda, yaitu :
sc – vg
• Hasil ini sesuai dengan perhitungan pada c.
PENENTUAN URUTAN GEN (1)
• Utk buat peta gen kromosom digunakan “three point test cross”
• Dari data FENOTIP yg didapat (diamati), apakah URUTAN GEN SUDAH
BENAR ? Menggambarkan penyilangan tersebut ! Data tsb dichek
urutannya: nco= jmlh yang paling banyak & dco jumlah yang paling
sedikit.
• Contoh :

No. FENOTIP YG DIAMATI JMLH INDV. C.O.


1 + + + 30 sco
2 + + c 6 dco
3 + b + 339 nc0
4 + b c 137 sco
5 a + + 142 sco
6 a + c 291 nco
7 a b + 3 dco
8 a b c 34 sco
PENENTUAN URUTAN GEN (2)
• Contoh :
No. FENOTIP YG DIAMATI JMLH INDV. C.O.
3 + b + 339 nc0
6 a + c 291 nco
2 + + c 6 dco
7 a b + 3 dco

 Bila urutan urutan tersebut benar maka seharusnya fenotip


 dco seharusnya + + + dan a b c, ternyata tidak
 Jadi urutan gen harus diubah supaya setelah terjadi dco gen c
berada bersama-sama dgn + + ; dan a b dg +.
 Dapat kita lakukan dengan menukar posisi a dg b sehingga posisi
nco menjadi b + + dan + a c
PENENTUAN URUTAN GEN (3)
• Data menjadi :

No. FENOTIP YG JMLH INDV. C.O.


DIAMATI
1 b + + 339 nco
2 + a c 241 nco
3 + + + 30 sc0:
4 b a c 34 antara b-a
5 b + c 137 sco:
6 + a + 142 antara a-c
7 + + c 6 dco
8 b a + 3 b-a-c
• Contoh soal :
• Pada tanaman jagung terdapat 3 gen resesif yg terletak pada
kromosom yg sama: va=variable steril; v=virescent &
gl=glossy.
• Dua (2) tanaman homozigotik disilangkan dan menghasilkan
keturunan F1 yang semuanya normal. Hasil test cross F1 sbb:
• 60 virescent; 48 virescent, glossy; 7 glossy; 270 variable
sterile,virescent,glossy; 4 variable sterile,virescent; 40 variable
sterile; 62 variable sterile,glossy; dan 235 normal.
• Tentukan :
1. Urutan gen tersebut ?
2. Bagaimana fenotip dan genotipe parentalnya ?
3. Tentukanlah konstitusi gen pada F1 ?
4. Gambarlah pautan ke-3 tsb ?
5. Hitunglah koefisien Koinsidensinya ?
Penyelesaian:
a) Kita misalkan urutan gen adalah : va—v—gl, maka F2:
No Fenotip F2 Jumlah CO
1 + v + 60
2 + v gl 48
3 + + gl 7
4 va v gl 270 nco
5 va v + 4
6 va + + 40
7 va + gl 62
8 + + + 235 nco

nco : va v gl/ + + + ; dan bila terjadi dco hasilnya : : va + gl/ + v +


Hal ini tidak cocok dg data. Maka posisi urutan gen harus diubah
sedemikian rupa
• Sehingga hasil dco menjadi : va—gl—v ;
• Bila urutan menjadi : va—gl—v ; maka F1 menjadi:
va—gl—v /+ + +. Jika terjadi dco hasilnya :
va—+—v ; /+ gl + (fenotip: variable sterile, glossy,
virescent)
• Jadi urutan gen tersebut adalah :
va—gl—v
b) Genotip P: va—gl—v/ va—gl—v X + + +/ + + +
(Fenotip P: variab steril, glossy,vir X Normal)
c) F1 : va—gl—v/ +—+—+
d) Data F2 menjadi
No Fenotip F2 Jumlah CO
1 va gl v 270 nc0
2 + + + 235 nco
3 va + + 40 sco
4 + gl v 49 va-gl
5 va gl + 62 sco
6 + + v 60 gl-v
7 va + v 4 dco
8 + gl + 7 va-gl-v

Jarak va-gl =40+48+7+4/726 x 100% = 13, 64% = 13,64 uM


Jarak gl –v =62+60+7+4/726 x 100% = 18, 32% = 18,32 uM

Peta genetiknya :
va gl v
Interferensi dan Koinsidensi
• Interferensi adalah : efek penghambatan pindah silang di suatu
tempat dapat menghalangi terjadinya pindah silang lain di
tempat lain yang berdekatan.
• Derajat penghambatan ini dinyatakan dengan koefisien
koinsidensi.
• Koefisien Koinsidensi :
% Pindah silang ganda yang diamati dibagi % Pindah silang
ganda yang diharapkan
• % Pindah silang ganda yang diamati =
Saat kita lihat dari data percobaan yaitu angka genotip terkecil
masing-masing.
• Pindah silang ganda yang diharapkan =
• Hasil kali masing-masing pindah silang tunggal.
• Koinsidensi + Interferensi = 1 artinya :
• Bila interferensi sempurna = 1, maka tidak ada pindah silang
ganda yang diamati.
• Bila pindah silang ganda yang diharapkan dapat diamati, maka
interferensinya = 0
Frekuensi rekombinasi
Contoh Soal : Pada contoh soal 3 terlihat :
• Pindah silang yang diamati = 3 + 5/1448 x 100% =
5,52 x 10 -3
• Pindah silang yang diharapkan = (6,4%) (13,2%)
= (0,064) (0,132) = 0,45 x 10 -3
• Koefisien Koinsidensi = 5,52 x 10 -3 / 0,45 x 10 -3
=0,65

• Jadi interferensi = 1 – koefisien koinsidensi


= 1 – 0,65 = 0,35

Rekombinasi offspring
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai