Anda di halaman 1dari 38

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PONOROGO

Oleh: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.

A. PENDAHULUAN

Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga


pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan
masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti
dari dunia pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di dunia pesantren yang
berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu tentu saja mencakup
suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual, moral-
emosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik.
Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren
telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai
lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu
pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai
lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini,
eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan agar


Disampaikan dalam Musyawarah Daerah I, Forum Silaturrahmi
Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak Tahun 2003., Selasa, 1 Muharram
1424 H / 4 Maret 2003, di Gedung PSBR Rangkasbitung.

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
1
dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan
dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat.
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari
sekian banyak pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini.
Andil Gontor ini terlihat dari peran para alumninya yang tersebar beragam dalam
berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala regional, nasional, maupun
internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai, cendekiawan,
pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da’i, guru, dosen, seniman,
budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan
dan mengelola lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 150 pondok pesantren besar dan kecil yang
telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang tesebar di seluruh Indonesia,
dan bahkan di luar negeri.
Tulisan ini berusaha memotret secara singkat mengenai pengelolaan
pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pembahasan
ini akan akan dilakukan dengan memaparkan hal-hal berikut: (a) pendahuluan,
(b) ide-ide Trimurti yang berupa nilai, ajaran, jiwa, dan falsafah yang menjadi
dasar pijakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di PMDG, (c) alasan
mengapa pesantren menjadi pilihan sebagai lembaga pendidikan, (d)
lembaga/organisasi di PMDG sebagai penyelenggara langsung maupun tidak
langsung dari pendidikan dan pengajaran, (e) kurikulum yang meliputi kegiatan

2
intra kurikuler dan ekstra kurikuler, (e) penanaman nilai-nilai Pondok, (f) Pondok
dan pembinaan masyarakat sekitar, (g) program pengembangan PMDG, dan
terakhir (h) penutup.

B. PENGELOLAAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR


1. IDE TRIMURTI
Ide Trimurti adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh
proses pendidikan dan pengajaran di Gontor.
a. Visi
1) Menjadi tempat ibadah, talabul ilmi, dan tempat mencari rida Allah.
2) Menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an/B. Arab, ilmu
pengetahuan, dan tetap berjiwa pondok.
b. Misi
1) Membentuk karakter/pribadi umat yang unggul dan berkualitas, yang
berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran
bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
2) Mempersiapkan warga negara yang berkepriba-dian Indonesia yang
bertakwa kepada Allah SWT.
c. Jiwa
Jiwa ini biasa disebut Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana
yang telah dirumuskan dan disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada

3
Seminar Pondok Pesantren seluruh Indonesia tahap pertama di
Yogyakarta, 4-7 Juli 1965, yaitu:
1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena
didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala
pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai
ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri,
dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses
pendidikan.
2) Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan.
Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan
melarat. Justru dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan,
kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi
perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar,
berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.
3) Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri ini tidak saja dalam
arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala
kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri—sebagai
lembaga pendidikan—juga harus sanggup berdikari sehingga tidak

4
pernah menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau
belas kasihan pihak lain.
4) Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang
akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam
jalinan persaudaraan keagamaan. Ukhuwwah ini bukan saja selama
mereka belajar di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah
persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari
Pondok.
5) Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa
depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari
berbagai pengaruh negatif dari luar. Tentu saja kebebasan ini adalah
bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh
tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri,
maupun dalam kehidupan masyarakat.
d. Moto
Motto pendidikan dan pengajaran di Gontor adalah berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas
e. Orientasi Pendidikan

5
Orientasi pendidikan di Gontor adalah kemasyarakatan,
kesederhanaan, kaderisasi, dan lebih dari itu adalah ibadah thalabul
ilmi.
f. Sintesa Unsur-unsur Pendidikan di PMDG
Pada awal pembukaan Pondok Gontor, para pendirinya telah mengkaji
beberapa lembaga pendidikan terkenal dan maju saat itu. Mereka
merumuskan suatu sintesa unsur-unsur utama dari berbagai lembaga
pendidikan yang diperhatikannya.
1) Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dengan keabadian dan
kepemilikan wakafnya.
2) Pondok Syanggit di Afrika, dengan kedermawanan dan keikhlasan para
pengasuhnya.
3) Universitas Muslim Aligarh di India, dengan modernisasinya.
4) Shantiniketan, di India, dengan kedamaiannya.
g. Falsafah
Falsafah yang mewarnai dan mendasari gerak dan aktifitas di Gontor
adalah
1) Falsafah Kelembagaan
a) Pondok Modern Gontor berdiri di atas dan untuk semua
golongan.

6
b) Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari
penghidupan.
c) Pondok itu milik umat, bukan milik kyai.
2) Falsafah Kependidikan
a) Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.
b) Hidup sekali, hiduplah yang berarti.
c) Berjasalah tetapi jangan minta jasa.
d) Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.
e) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup
mati saja.
f) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-
hari harus mengandung unsur pendidikan.
g) Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak.
h) In uridu illa al-ishlah.
i) Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk
sesamanya.
j) Pendidikan itu by doing, bukan by lip.
k) Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek
perlu sak nyawane.
l) I’malu fauqa ma ‘amilu.

7
m) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang
yang tahu arti perjuangan.
n) Jadilah orang yang kaya iman, kaya ilmu, kaya budi, kaya jasa;
biarpun miskin/kurang harta, asal jangan miskin budi, miskin jasa,
miskin hati; syukur jika kaya harta pula.
3) Falsafah Pembelajaran
a) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada
metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri.
b) Pondok memberi kail, tidak memberi ikan.
c) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
d) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal.
e) Pelajaran di Pondok: agama 100% dan umum 100%.

2. MENGAPA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN?


Untuk mewujudkan ide-idenya tersebut para pendiri Gontor memilih
menghidupkan kembali Pondok Gontor yang telah ditinggalkan oleh nenek
moyang mereka. Pondok Gontor yang mereka hidupkan kembali ini
dibangun di atas warisan dan tradisi luhur pesantren yang diintegrasikan
dengan sistem dan metode pendidikan modern. Idealisme, jiwa, dan
falasafah hidup berikut sistem asramanya tetap mengacu kepada khazanah

8
dunia pesantren, tetapi penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan
efisien yang menjadi kekhasan sistem pendidikan modern.
Lebih lanjut, alasan mengapa sistem pendidikan pesantren menjadi pilihan
untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, antara lain dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pesantren adalah sistem pendidikan
berasrama di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan yang
terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu
lingkungan sehingga lebih memungkinkan penciptaan suasan yang
kondusif, yang terkait dengan peran ketiga pusat pendidikan tersebut,
dalam mencapai tujuan pendidikan.
b. Pesantren adalah sebuah masyarakat mini
yang terdiri dari santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah
masyarakat kecil (a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi
pesantren para santri merupakan subjek dari proses pendidikan,
mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui
berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting
artinya bagi pendidikan mereka.
c. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang
berasal dari, dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat, sehingga

9
paradigma pendidikan yang berorientasi pada Community Based
Education (CBE) bagi dunia pesantren sudah bukan lagi wacana.
d. Orientasi pendidikan pesantren adalah
kemasyarakatan. Lingkungan pesantren diciptakan untuk mendidik
santri agar dapat menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bermanfaat. Pendidikan ini menjadikan alumni pesantren tidak
canggung untuk terjun dan berjuang ke masyarakat, sehingga, dalam
bidang pekerjaan misalnya, dapat dikatakan tidak ada istilah nganggur
(nunggu pekerjaan) bagi tamatan pesantren.
e. Pesantren lebih mementingkan pendidikan
daripada pengajaran. Pendidikan pesantren lebih mengutamakan
pembentukan mental karakter yang didasarkan pada jiwa, falsafah
hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan yang diajarkan
adalah sebagai tambahan dan kelengkapan.
f. Hubungan antara anggota masyarakat
pesantren berlangsung dalam suasana ukhuwwah Islamiyyah yang
bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip akhlak karimah. Suasana ini
tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga untuk kehidupan
di luar masyarakat pesantren.
g. Pendidikan pesantren didasarkan pada
prinsip-prinsip keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan,

10
kemandirian, persaudaraan, dan kebebasan berpikir, sehingga bagi
pesantren tidak ada masalah apapun dengan paradigma School Based
Management (SBM).
h. Dalam masyarakat pesantren, kyai atau
pimpinan pesantren selain berfungsi sebagai central figure juga menjadi
moral force bagi para santri dan seluruh penghuni pesantren. Hal ini
adalah suatu kondisi yang mesti bagi dunia pendidikan, tetapi
kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain
pesantren.

3. LEMBAGA PENYELENGGARA
Untuk memperlancar dan menjamin keberhasilan proses pendidikan dan
pengajaran, di Gontor terdapat beberapa lembaga yang menyelenggarakan
proses ini baik secara langsung maupun tidak. Lembaga tertinggi di Gontor
ialah Badan Wakaf, sebuah badan legislatif yang bertanggungjawab secara
menyeluruh atas pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan
pengajaran. Tugas dan kewajiban keseharian dari lembaga ini dijalankan
oleh Pimpinan Pondok sebagai mandataris Badan Wakaf yang memimpin
seluruh lembaga di Gontor dan bertanggungjawab kepada Badan Wakaf
Pondok Modern Gontor. Saat ini Pondok Modern Gontor dipimpin oleh K.H.
Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan Drs. K.H.

11
Imam Badri. Di tingkat menengah terdapat dua lembaga yang secara
langsung menangani pendidikan dan pengajaran, yaitu Kulliyyatul
Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) yang dipimpinan oleh Direktur KMI dan
lembaga Pengasuh Santri yang dipimpin oleh Pimpinan Pondok. KMI
menangani pendidikan intrakurikuler dan sebagian kegiatan ko-kurikuler,
sedangkan Pengasuh Santri menangani kegiatan ekstra kurikuler dan
sebagian kegiatan ko-kurikuler.
a. Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)
Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) didirikan tanggal 19 Desember
1936, sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tingkat menengah
dengan masa belajar 6 tahun (bagi lulusan SD) dan 4 tahun (bagi lulusan
SLTP/SLTA/PT) ini.
1) Kurikulum
Mengenai kurikulum KMI akan dibahas dalam bagian tersendiri.
2) Bahasa yang Digunakan
Bahasa pengajaran menggunakan bahasa Arab untuk bidang studi
bahasa Arab dan Dirasah Islamiyah, bahasa Inggris untuk bidang studi
bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia untuk bidang studi IPA, IPS, dan
kewarganegaraan.
3) Tenaga Pengajar
Guru-guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri dan
12
alumni berbagai perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri
yang memegang gelar S1, S2, dan S3.
4) Siswa
a) Siswa KMI memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda,
mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dan berasal
dari seluruh pelosok Nusantara serta dari manca negara, seperti
Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, Australia, Singapura, dan
pernah ada juga siswa yang berasal dari Suriname, Somalia,
Jepang, dan Belanda.

b.Pengasuhan Santri
Pengasuhan santri adalah lembaga yang mendidik dan membina langsung
seluruh kegiatan ekstra-kurikuler santri tingkat menengah (KMI) dan santri
tingkat perguruan tinggi (ISID). Kegiatan santri di tingkat menengah
mencakup kegiatan-kegiatan yang diselengarakan oleh Organisasi Pelajar
Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Kepramukaan, sedangkan
kegiatan santri tingkat perguruan tinggi (mahasiswa) adalah kegiatan yang
dikelola oleh Dewan Mahasiswa. Selain itu beberapa kegiatan pengajaran di
tingkat KMI juga ditangani oleh Pengasuhan santri, dan begitu pula
sebaliknya. Semua itu merupakan integrasi pendidikan dan pengajaran di
Gontor.
13
1) Kegiatan Santri
a) Kegiatan Berorganisasi
Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan
dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini
berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri dan tentu saja orang lain.
Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam Pondok diatur oleh
mereka sendiri dengan dibimbing oleh santri-santri senior atau guru-
guru. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-
ajaran yang ditanamkan dalam kehidupan santri di pesantren di bawah
bimbingan dan pimpinan kyai. Di tingkat santri tingkat menengah
terdapat dua organisasi, yaitu:
(1) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)
Pelaksana OPPM adalah santri-santri kelas akhir yang terpilih
secara demokratis. Pemilihan Ketua dan Pengurus Organisasi ini
diadakan setahun sekali. Pada setiap bulan Ramadan atau sebelum
memasuki tahun ajaran baru mereka mengadakan Musyawarah
Kerja untuk merancang Program Kerja selama satu periode masa
bakti.Pada setiap akhir masa jabatan, pengurus Organisasi ini
melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama
setahun di depan seluruh santri dan guru-guru serta pimpinan-
pimpinan lembaga dan Pimpinan Pondok. Seusai laporan

14
pertanggungjawaban diadakan serah terima jabatan dari pengurus
lama ke pengurus baru terpilih.
Kegiatan- kegiatan santri di dalam Pondok diurus oleh 20
bagian dalam OPPM. Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus
harian: ketua, sekretaris, bendahara, dan keamanan, dan 16 bagian
yang lain, yaitu: Bagian Pengajaran, Bagian Penerangan, Bagian
Kesehatan, Bagian Olahraga, Bagian Kesenian, Bagian Kesenian,
Bagian Perpustakaan, Bagian Koperasi Pelajar, Bagian Penerimaan
Tamu, Bagian Koperasi Dapur, Bagian Warung Pelajar, Bagian
Penggerak Bahasa, Bagian Penatu, Bagian Fotografi, dan Bagian
Bersih Lingkungan.
(2) Kegiatan Kepramukaan
Gerakan Pramuka di Pondok Modern Gontor dianggap sangat
penting sebagai sarana pendidikan yang dapat membentuk
kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal para santri dalam
hidup bermasyarakat. Sejak Gerakan Pramuka ini berdiri dengan
nama Kepanduan "Bintang Islam", para pendiri Pondok Modern
Gontor telah mewajibkan seluruh santri untuk aktif dalam kegiatan
kepramukaan. Karena itu, seluruh santri Pondok Modern adalah
anggota Pramuka. Kegiatan kepramukaan ini ditangani oleh

15
organisasi yang disebut Koordinator Gugusdepan 15089 Pondok
Modern, di bawah pengawasan Majlis Pembimbing
Bagian-bagian dalam Koordinator Gerakan Pramuka
Pondok Modern ini terdiri dari: Ketua, Andalan Koordinator Urusan
Kesekretariatan, Andalan Koordinator Urusan Keuangan, Andalan
Koordinator Urusan Latihan, Andalan Koordinator Urusan
Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Kedai Pramuka,
Andalan Koordinator Urusan Perlengakapan. Kemudian ada
Gugusdepan, terdiri dari 9 satuan pramuka.
2) Kegiatan Mahasiswa (Dewan Mahasiswa)
Kegiatan Dewan Mahasiswa ini berada di bawah koordinasi dan
bimbingan Pengasuhan Santri yang langsung ditangani oleh Pimpinan
Pondok Modern Gontor. Dewan Mahasiswa bertanggungjawab
menganani segala kegiatan seluruh mahasiswa ISID. Kepengurusan
Dewan Mahasiswa dipilih melalui pemungutan suara. Pengurus DEMA
terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen Riset dan Diskusi,
Departemen Kesenian, Departemen Olahraga, Departemen Komunikasi,
Departemen Koperasi, dan Departemen Kerohanian.

Beberapa organisasi lain di Pondok memiliki kaitan tidak langsung


dengan proses pendidikan dan pengajaran. Organisasi-organisasi

16
tersebut adalah (a) Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) yang
menangani alumni atau eks-santri yang tersebar di seluruh Indonesia
dan di luar negeri, (b) Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf
Pondok Modern (YPPWPM) yang bertugas menyandang dana untuk
memenuhi sarana dan prasarana serta berbagai kebutuhan lain demi
berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran di Pondok, (c)
Bagian Pembangunan Pondok yang bertanggungjawab membangun
dan memelihara prasarana pendidikan berupa gedung-gedung sekolah,
asrama, balai olah raga, perkantoran, dll., (d) Koperasi Pondok
Pesantren (Kopontren) La Tansa yang mengupayakan usaha-usaha
untuk mencukupi segala kebutuhan dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran melalui pendirian berbagai unit usaha yang
tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren ini (saat ini terdapat 20
unit usaha yang tergabung dalam Kopontren La Tansa), dan (e) Balai
Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) yang menangani pelayanan
kesehatan untuk santri dan masyarakat, juga melayani rawat nginap dan
BKIA.

4. KURIKULUM
Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen
yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak

17
terpisahkan. Berikut ini akan dibicarakan beberapa saja dari komponen
kurikulum yang dimaksud sebagaimana yang diamalkan di PMDG. Pada
bagian pertama akan dibahas sisi intra-kurikuler (akademik), sedangkan
pada bagian berikutnya dibahas kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler (non-
akademik).
Di dunia pesantren, karena sistemnya yang integrated, agaknya
cukup sulit memisahkan sama sekali antara kurikululm intra dan ekstra,
terkadang keduanya bisa menjadi sifat dari satu kegiatan yang sama,
sehingga dia bisa disebut dengan keduanya. Karena itu pembagian ini
hanyalah untuk memudahkan penyajiannya. Bahasan ini tidak akan
menyinggung kurikulum pendidikan tinggi Institut Studi Islam Darussalam
(ISID), hanya terbatas pada jenjang pendidikan menengah Kulliyatu-l-
Mu’allimin al-Islamiyah (KMI).
Karena PMDG mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran, kurikulumnya pun disusun secara mandiri disesuaikan
dengan program Pondok secara keseluruhan. Materi ketrampilan,
kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam kurikulum, melainkan
menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas
memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.
a. Intra-Kurikuler

18
Sebelum membahas beberapa komponen di atas perlu dijelaskan lebih
dulu mengenai program belajar dan jam belajar di KMI. Untuk memberikan
informasi tambahan mengenai KMI, pada akhir pembahasan mengenai
intra-kurikuler ini akan diuraikan secara singkat mengenai kegiatan KMI
yang diadakan secara berkala: harian, mingguan, tengah tahunan, dan
tahunan sebagai kelengkapan informasi untuk memperoleh gambaran
yang agak menyeluruh mengenai kurikulum di Gontor.
1) Program
Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI PMDG:
program reguler dan program intensif. Program reguler untuk lulusan
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtida’iyah, dengan masa belajar 6 tahun.
Sedangkan program intensif untuk lulusan SMP atau MTs dan di
atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6.
2) Jam Belajar
Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00WIB-12.50 WIB,
dengan waktu istirahat 2 kali: pertama jam 08.30-09.00 dan kedua jam
11.15-11.30. Waktu belajar tersebut dibagi menjadi 7 jam pelajaran,
masing-masing mendapat alokasi waktu 45 menit, kecuali mata pelajaran
pada jam ketujuh yang hanya diberi alokasi waktu 35 menit.
3) Tujuan

19
Tujuan institusional umum dari kurikulum di KMI PMDG adalah mencetak
santri yang mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari’at
Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran
bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara.
4) Isi
Kurikulum yang diterapkan di KMI bersifat akademik. Kurikulum tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:
a) Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab): al-Imla’, al-
Insya’, Tamrin al-Lughah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sharf, al-
Balaghah, Tarikh al-Adab, dan al-Khat al-`Arabi.
b) Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh materi ini menggunakan
B. Arab): al-Qur’an, al-Tajwid, al-Tauhid, al-Tafsir, al-Hadis,
Mushthalah al-Hadis, al-Fiqh, Ushul al-Fiqh, al-Fara’idl, al-Din al-
Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan al-
Tarjamah (Arab-Indonesia)
c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (dengan B. Arab) dan Psikologi
Pendidikan (dengan B. Indonesia)
d) Bahasa Inggris (dengan B. Inggris): Reading and Comprehension,
Grammar, Composition, dan Dictation,
e) Ilmu Pasti: Berhitung, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika,
dan Biologi.

20
f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Internasional,
Geografi, Sosiologi, dan Psikologi Umum
g) Keindonesiaan/Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata
Negara
Komposisi kurikulum semacam di atas ditetapkan untuk tujuan
tertentu. Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri
dengan kemampuan berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk
memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam.
Sedangkan B. Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan
mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama,
karena saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam
B. Inggris.
Dalam kurikulum ini terlihat keseimbangan pengetahuan
“agama” dan “umum”. Secara lebih mendasar tujuan pengajaran kedua
macam ilmu tersebut adalah untuk membekali siswa dengan dasar-dasar
ilmu untuk menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan khalifah.
Pelajaran-pelajaran yang diberikan selalu merujuk kepada
tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Pondok dan mesti
mengandung nilai-nilai yang hendak ditanamkan oleh Pondok ke
dalam diri santri. Misalnya ada pelajaran yang, di samping
memberikan materi pengetahuan ia juga, dimaksudkan untuk

21
mengembangkan jiwa-jiwa tertentu dari Panca Jiwa Pondok, misalnya
jiwa kebebasan (berpikir), yang akan menumbuhkan jiwa berpikir kritis,
terbuka, open ended, komparatif, dan seterusnya.
5) Organisasi
Kurikulum di KMI dilaksanakan dengan sistem kelas, berjenjang 6
tahun bagi tamatan SD/MI dan 4 tahun bagi tamatan SMP/MTs dan ke
atasnya. Sistem unit waktu yang digunakan lembaga ini adalah sistem
semester, setahun dibagi menjadi 2 semester.
8) Kegiatan KMI
Kegiatan yang dimaksudkan di sini tidak melulu bersifat intra-kurikuler,
tetapi juga meliputi beberapa kegiatan ekstra. Kegiatan KMI ini terdiri dari
kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler


Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri melaui Organisasi Pelajar
Pondok Modern (OPPM) dan Gerakan Pramuka. Di sini hanya akan
diuraikan mengenai jadwal kegiatan santri: harian, mingguan, tengah
tahunan, dan tahunan.

5. PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK


Di Gontor pendidikan lebih banyak ditanamkan dan ditularkan secara tidak
formal; tidak sekadar dengan ceramah, pengarahan, penataran, diskusi,

22
pengajian, dan sejenisnya. Justru penularannya lebih banyak dilakukan
melalui pembiasaan, keteladanan, dan pengkondisian atau penciptaan
lingkungan ‫ ) )إيجاد البيئة‬yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penciptaan lingkungan semacam ini sangat dimungkinkan di dalam
Pondok karena santri dan guru bertempat tinggal di kampus yang sama.
Selain beberapa guru senior dan guru-guru yunior yang mengurusi unit-unit
usaha Pondok, seluruh guru tinggal di lingkungan asrama. Santri-santri
yunior belajar mengenai kehidupan Pondok dari santri-santri senior, santri-
santri senior belajar dari santri-santri yang lebih senior, dan begitu
seterusnya. Pola kehidupan di Pondok itu diwariskan dan ditularkan dari
satu generasi santri ke generasi berikutnya secara berkelanjutan.
Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penanaman Panca Jiwa
pondok pesantren dengan menggunakan pendekatan tidak formal
sebagaimana yang dijelaskan di atas.
a. Keikhlasan
Keikhlasan adalah pangkal dari segala jiwa Pondok dan kunci dari
diterimanya amal di sisi Allah SWT. Segala sesuatu dilakukan dengan
niat semata-mata ibadah, lillah, ikhlash hanya untuk Allah SWT. Di
Pondok diciptakan suasana di mana semua tindakan didasarkan pada
keikhlasan. Ikhlas dalam bergaul, ikhlas dalam nasehat-menasehati,
ikhlas dalam memimpin, ikhlas dipimpin, ikhlas mendidik, ikhlas didik,

23
ikhlas mendisiplin, ikhlas didisiplin. Ada suasana keikhlasan antara
sesama santri, antara santri dengan guru, antara santri dengan kyai,
antara guru dengan guru, dst.
Pendidikan keikhlasan diwujudkan melalui keteladanan para
pendiri Pondok dengan mewakafkan Pondok seluruhnya, kecuali rumah
pribadi kyai yang ditinggalinya pada tahun 1958. Sejak saat itu Pondok
telah berubah status menjadi milik institusi, bukan milik pribadi. Dengan
pewakafan itu seluruh keturunan para pendiri tidak berhak lagi atas
harta wakaf tersebut. Hal ini memungkinkan Pondok dipimpin orang
yang bukan keturunan para pendiri.
Contoh lain dari penanaman jiwa keikhlasan yang sederhana,
dalam mendidik santri, kyai ikhlas tidak dibayar. Bahkan sampai
sekarang di Gontor tidak ada sistem gaji kepada guru. Istilah yang
digunakan ialah “kesejahteraan keluarga”. Jumlah jam mengajar tidak
terkait dengan tingkat “kesejahteraan” yang diterima. “Kesejahteraan”
guru tersebut tidak diambilkan dari iuran santri, melainkan dari unit-unit
usaha milik Pondok yang dikelola sendiri oleh para guru.
b. Kesederhanaan
Pendidikan kesederhanaan yang diajarkan antara lain kesederhanaan
dalam berpakaian, potongan rambut, makan, tidur, berbicara, bersikap,
dan bahkan berpikir. Contoh kesederhanaan ini dapat dilihat dengan

24
mudah dari kehidupan pribadi kyai; baik rumah, cara berpakaian, pola
makan, bertingkah laku, dan sikap hidup kyai. Dengan begitu, kyai
mempunyai alasan kuat untuk mendidik santri hidup sederhana. Pola
hidup sederhana ini menjadikan suasana hidup di Gontor tergolong
egaliter, tidak ada kemenonjolan materi yang ditunjukkan oleh santri.
Sehingga tidak terlihat perbedan antara santri yang kaya dan miskin. Hal
ini juga membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri
yang kaya tidak sombong.

c. Berdikari
Di antara ciri utama pendidikan pesantren pada umumnya adalah
kemandirian. Maksudnya, bukan sekadar masing-masing santri
mampu mengurus diri sendiri, tetapi juga pondok itu sendiri mandiri.
Hal ini diajarkan dengan tetap menjaga kemandirian Gontor. Pondok
tidak menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pihak
manapun, tidak pemerintah dan tidak pula swasta. Pondok tidak
berafiliasi ke organisasi tertentu; politik, masa, golongan, atau
organisasi apapun.
Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran secara rutin, Pondok tetap mandiri, tidak memiliki
pegawai. Santri dididik untuk mengurus segala keperluannya secara

25
mandiri; mengurus mini toserba, kantin, fastfood, dapur, keuangan,
kesekretarian, asrama, disiplin, olahraga, kursus-kursus, dll.,
semuanya dilakukan sendiri oleh santri. Kebersihan kampus juga
menjadi tanggungjawab santri sendiri; setiap hari ada piket dari
santri yang membersihkan kamar, asrama, depan asrama, kelas,
masjid, aula, kantor-kantor, dst. Untuk pendidikan kemandirian,
seringkali kalau ada pembangunan gedung baru, santri dilibatkan
untuk ikut mengecor secara bergantian. Poinnya di sini tidak
sekadara pada nilai ekonomis biaya pembangunan, tetapi
penanaman jiwa kemandirian.
d. Ukhuwwah Diniyyah
Penanaman jiwa ukhuwwah ini dirangkai dengan nilai-nilai lain yang
diperjuangkan Pondok yaitu berdiri di atas dan untuk semua golongan,
tidak berpartai, dan santri perekat umat.
Pendidikan dan pengajaran di Gontor sama sekali tidak ada
kaitannya dengan golongan, ormas atau partai tertentu. Kyai, ketua-
ketua lembaga, para guru tidak menjadi anggota golongan, ormas, dan
atau partai tertentu. Seringkali ada pertanyaan: Gontor itu
Muhammadiyah atau NU? Gontor itu partainya apa? Pak Kyai itu
nyoblos apa dalam pemilu? Tentu saja pertanyaan ini tidak bisa dijawab
dengan menyebut ormas dan atau partai tertentu. Sebab PMDG bukan

26
ormas dan bukan organisasi partai serta bukan organisasi lain-lain,
Gontor adalah lembaga pendidikan.
Jiwa ukhuwwah ditanamkan dalam kebersamaan dan tolong-
menolong mengurusi organisasi, bermain bersama di klub olahraga,
menjadi piket malam bersama, menjadi anggota kelompok latihan pidato
yang sama, latihan pramuka bersama, main drama bersama, dst.
Dalam pelantikan peremajaan pengurus Badan Wakaf Pondok
Modern Gontor, 24 Desember 1977, K.H. Imam Zarkasyi
menyampaikan amanat:
Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang
simpati atau anggota Muhammadiyah, murid-muridnya terdiri dari anak
keluarga Muhammadiyah, tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan
Pondok Muhammadiyah.
Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang
simpati atau anggota NU, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga NU,
tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan NU.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa sikap ini tidak berarti
bahwa semua golongan atau golongan tertentu itu adalah musuh
Pondok, tetapi semua golongan itu tetap sebagai kawan seperjuangan,
berjalan pada rel masing-masing.

27
Bahkan semboyan Pondok, anak didik Pondok harus menjadi
perekat umat. Artinya dapat mempersatukan yang sering retak atau
berselisih.
Menarik untuk dicatat, banyak santri yang telah menyelesaikan
pendidikannya di PMDG menjadi pengurus ormas, partai, gerakan
pemuda yang berafiliasi pada paratai atau ormas, dll. Sebagai contoh
alumni yang berkiprah di bidang ini di tingkat Nasional antara lain: K.H.
Hasyim Muzadi menjadi Ketua Umum PBNU (dulu ormas ini juga
pernah dipimpin alumni Gontor selama 25 tahun, yaitu K.H. Idham
Khalid), Dr. Din Syamsuddin menjadi salah seorang ketua PP.
Muhammadiyah, Dr. M. Amin Abdullah menjadi Ketua Majlis Tarjih PP.
Muhammadiyah, Drs. Habib Chirzin dan Dr. Din Syamsuddin pernah
memimpin oraganisasi Pemuda Muhammadiyah, Dr. M. Hidayat Nur
Wahid menjadi Presiden Partai Keadilan.

28
d. Jiwa Bebas
Jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa
mandiri seseorang dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa ini
diajarkan misalnya dengan contoh kebebasan Pondok dalam
menentukan kurikulum, kalender, dan program akademik. Pada masa
Orde Baru, jiwa bebas Pondok benar-benar diuji dalam kaitannya
dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang pendidikan yang
sentralistik. Konsekuesnsi dari mempertahankan kebebasan ini, dalam
waktu cukup lama Pondok Gontor diperlakukan secara diskriminatif oleh
Pemerintah. Tetapi kondisi tersebut, saat ini telah mulai berubah.
Jiwa bebas ini mengajarkan kepada santri untuk bebas dalam berpikir
dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam
memilih jalan hidup.

6. PONDOK MODERN GONTOR DAN PEMBINAAN MASYARAKAT


SEKITAR
Di samping mendidik dan mengajar santri di dalam kampus, Pondok juga
memberikan perhatian terhadap pembinaan masyarakat sekitar. Upaya-
upaya Pondok dalam hal ini dilakukan oleh guru-guru yunior dan senior serta
para alumni yang telah berada di lingkungan masyarakat dan tetap menjalin

29
komunikasi aktif dengan Pondok. Kegiatan ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga:
a. Pendidikan dan Sosial-Keagamaan
1) Pendirian pesantren-pesantren ala Gontor oleh alumni Gontor (5
pesantren).
2) Pendirian sekolah-sekolah oleh guru dan atau alumni Gontor,
dengan rincian 4 MTs, 2 MA, dan 1 SMP.
3) Pendirian TPA dan TPQ (148 buah).
4) Penyelenggaraan pengajian-pengajian baik untuk masyarakat
umum seperti yang diselenggarakan pada setiap Ahad pagi, jam
06.00-07.00, dengan mengundang da’i-da’i dari daerah Ponorogo
dan sekitarnya. Adapun pengajian yang khusus diselenggarakan
untuk para pekerja Pondok pada setiap Sabtu malam.
5) Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam.
6) Pendirian ratusan masjid dan musholla di sekitar Gontor.

b. Seni, Budaya, dan Olahraga


Hal ini dilakukan dengan memfasilitasi berbagai pagelaran kesenian,
terutama reog dan gajahan, dan kompetisi-kompetisi olahraga dalam
berbagai kesempatan semisal pada peringatan hari-hari besar Islam,
acara-acara peringatan di Pondok, dan dalam berbagai kegiatan sosial

30
yang diadakan oleh masyarakat bersama Pondok. Pondok juga
melakukan pembinaan terhadap tokoh-tokoh paguyuban reog
Ponorogo. Pondok juga menyediakan fasilitas olahraga kepada
masyarakat berupa lapangan sepak bola dan Gedung Olahraga.
Adapun penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan jadwal yang ada.
c. Ekonomi
Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bidang ekonomi dilakukan
melalui penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor pekerjaan di
Pondok atau melalui berbagai bentuk lainnya. Dalam bahasa Pondok
upaya sedemikian ini biasa diistilahkan sebagai “berkah Pondok untuk
masyarakat sekitar”. Penyerapan tenaga kerja untuk berbagai sektor
pekerjaan di Pondok saat ini melibatkan 402 orang.
i. Di samping itu berkah Pondok untuk masyarakat juga berupa
pelibatan masyarakat sebagai penyetor bahan-bahan dan
penyediaan jasa dan sarana kebutuhan para santri. Mereka itu
berjumlah 196 orang (80%-nya penduduk desa Gontor dan
selebihnya dari desa-desa yang bersebelahan dengan Gontor).
Upaya lain yang dilakukan Pondok untuk membina dan
memberdayakan masyarakat sekitar adalah dengan menjadi penyalur
Kredit Usaha Tani (KUT) untuk para petani di desa-desa sekitar Pondok.

31
Pondok juga memberi kesempatan kepada para petani di
sekitar tanah-tanah pertanian milik Pondok untuk mengelola lahan
pertanian tersebut dengan sistem bagi hasil. Di samping itu, di bidang
pertanian, Pondok menyalurkan pupuk kepada para petani. Para petani
membayar pupuk tersebut pada saat panen dengan harga dasar. Gabah
hasil panen tersebut oleh para petani dijual ke Gontor.
Salah satu unit usaha Pondok yang berlokasi di desa Gontor,
yaitu Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK), berfungsi sebagai penjual
grosiran bagi para pemilik toko-toko di desa Gontor dan sekitarnya.

d. Kesehatan.
Di bidang kesehata Pondok mendirikan Balai Kesehatan Santri dan
Masyarakat (BKSM). Di samping pelayanan kesehatan, kegiatan sosial
BKSM lainnya dilakukan dengan pengobatan masal dan khitanan
massal untuk masyarakat yang diadakan secara insidentil.

7. PROGRAM PENGEMBANGAN PONDOK: PANCA JANGKA


Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok
Modern Gontor, dirumuskanlah “Panca Jangka” yang merupakan program
kerja Pondok yang senantiasa memberikan arah dan panduan untuk

32
mewujudkan upaya pengembangan dan pemajuan tersebut. Adapun Panca
Jangka itu meliputi bidang-bidang berikut:
a. Pendidikan dan Pengajaran
1) Pengembangan di bidang dilakukan dengan mempertahankan dan
meningkatkan pendidikan dan pengarajaran di Pondok Modern
Gontor. Saat ini Pondok Gontor telah membuka 5 cabang Pondok
Gontor Putra dan 3 Pondok Gontor Putri, serta satu perguruan tinggi
di tiga kampus.
Pengembangan ini juga dilaksanakan dengan menjalin
kerjasama-kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan; baik di
dalam maupun di luar negeri.
b. Kaderisasi
Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan
matinya pondok-pondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang
pentingnya kaderisasi. Karena itu Pondok Modern Gontor
memberikan perhatian yang serius terhadap upaya menyiapkan para
keder yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Di antara usaha itu
adalah mengirimkan kader-kader Pondok untuk menambah dan
memperluas ilmu dan pengalaman baik di dalam maupun di luar
negeri.

33
c. Pergedungan
Pengembangan di bidang ini meliputi tugas penyediaan,
pemeliharaan, dan penyediaan sarana dan prasana pendidikan dan
pengajaran yang layak bagi para santri. Bidang ini berkembang
pesat dengan semakin banyaknya gedung-gedung baru—baik untuk
asrama maupun kelas—yang dibangun, di samping perbaikan
gedung-gedung lama dan pengembangannya dari tidak bertingkat
menjadi ditingkat. Di samping membangun asrama dan sekolahan
Pondok juga membangun komplek-komplek perumahan untuk para
guru di lingkungan Kampus Pondok..
d. Chizanatullah (pengadaan sumber dana)
Di antara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk
dapat tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber
dana sendiri. Sejak beridirinya, Pondok Modern telah memperhatikan
masalah ini dengan sungguh-sungguh. Bermacam-macam usaha
telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini, antara lain dengan
membuka bidang-bidang usaha yang dapat menjadi sumber dana
Pondok, berupa usaha pertanian, perkebunan, peternakan,
pertokoan, pabrik, percetakan dan penerbitan, dll. Saat ini tidak
kurang dari 30 unit usaha yang dikelola oleh Pondok.

34
e. Kesejahteraan Keluarga Pondok
Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-
keluarga yang membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan
matinya Pondok secara langsung, agara mereka tidak menggantungkan
penghidupannya kepada Pondok. Pengertian Keluarga Pondok, menurut
kamus PMDG, adalah guru-guru senior yang telah berkeluarga yang
membantu secara langsung pendidikan dan pengajaran di Pondok.
Keluarga Pondok tidak mesti pihak yang memiliki hubungan darah
dengan para pendiri Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri
Pondok yang tidak membantu langsung Pondok tidak termasuk dalam
kategori Keluarga Pondok, dan karena itu tidak berhak atas
kesejahteraan yang diusahakan oleh Pondok. Hubungan kekeluargaan
di sini bersifat institusional, bukan geneologikal. Pemberdayaan
Keluarga Pondok ini dimaksudkan agar meraka dapat berusaha sendiri
dan bahkan beramal untuk Pondok.

8. PENUTUP
Demikianlah pemaparan sebagian potret dari pendidikan dan pengajaran
yang diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pendidikan
dan Pengajaran di Gontor dipahami sebagai upaya pembudayaan
manusia melalui proses pembentukan dan transformasi intelektual, moral,

35
dan spiritual santri dalam sebuah masyarakat kecil pesantren untuk
kemudian diwujudkan dalam kehidupan umat yang lebih luas.
Menurut ijtihad Gontor, cara paling efektif dan efisien untuk
mewujudkan proses transformasi ini adalah melalui keteladanan ( ‫قدوة‬
‫ حسنة‬atau ‫)أسوة حسنة‬. Keteladanan dalam keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, ukhuwwah, kejujuran, kebebasan, kesungguhan, disiplin,
kepemimpinan, pengorbanan, dll., yang dimulai dari kyai, guru, dan
pengurus yang seterusnya ditularkan kepada para santri yang hidup
dalam lingkungan Pondok. Dari sini akan tercipta dan diciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran. Karena itu lingkungan Gontor dikondisikan agar benar-benar
menjadi lingkungan pendidikan. Sehingga “segala gerak-gerik kita dan
perbuatan kita, bukan asal berbuat, asal berdiri, asal berjalan, asal maju,
bukan.” Semua itu diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab
“segala yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami olehsantri
adalah untuk pendidikan.”
Selanjutnya dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran
yang dikehendaki itu, Gontor lebih mementingkan pendidikan daripada
pengajaran, lebih mementingkan mental skill daripada job skill, dan lebih
mementingkan metode daripada materi. Untuk yang terakhir ini biasanya

36
masih diteruskan, yakni lebih mengutamakan guru daripada metode,
sedangkan dari guru yang lebih dipentingkan adalah ruhnya.
Wallahu a`lam bi al-shawab.
Gontor, 3 Maret
2003

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN


DI PONDOK MODERN DARUSSALAM
GONTOR PONOROGO

Oleh :
K.H. ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI, M.A.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo




37


disampaikan dalam Musyawarah Besar Daerah I
Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren ( FSPP )
Kabupaten Lebak
Tahun : 2003

Selasa, 1 Muharram 1424 H/ 4 Maret 2003, di Gedung PSBR


Rangkasbitung

38

Anda mungkin juga menyukai