Anda di halaman 1dari 13

Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri

di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005

Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS


Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK UKRIDA/SMF Penyakit Dalam, RSUD Koja

Abstract
Geriatric is a medical science where concerned to the ederly problems consist of clinical
problem, remedial, prevention and social aspect of the diseases. According to WHO South East Asia
Regional office geriatric patient is the patient whose 60 years old or more and Indonesia also adopted
the WHO criteria. The aim of this research is to study the distribution of organ disfunction occur in
the ederly people. Material and methode: This research was done by cross sectional methode and
patients was collected from Koja Hospital during 1 July 2001 – 30 June 2005 periode. The result :
There was 620 geriatric patients have been collected with organs disfunction data. The distribution of
organ disfunction in the male is 50,32% and 49,68% in the female group. The group of patient
hospitalized with unable letter 78,55% and 21,45% none (Without unable letter from government
institution). The distribution of cerebral vascular diseases 31,13%, and 26,45% with pulmonary
diseases, 21,61% with heart diseases and 20,81% with renal diseases. The most prevalence of cerebral
disfunction in those geriatric patients is non hemorrhagic stroke (46,11%), in pulmonary diseases is
COPD (51,22%), in the hearth diseases is decompensated heart (47,01%), and the most prevalence in
renal diseases is chronic kidney diseases (46,51%).

Keywords: Geriatric, organ disfunction

Pendahuluan sebesar 7.28% dan pada tahun 2020


Batasan usia lanjut di Indonesia sebesar 11.34% Biro Pusat Statistik (BPS,
Menurut WHO South East Asia Regional 1992 ). Dari data USA Bureau of the
Office (Organisasi Kesehatan Dunia Cencus, bahkan Indonesia diperkirakan
untuk Regional Asia Selatan dan Timur) akan mengalami pertambahan warga
adalah usia 60 tahun ke atas. Di USA lansia terbesar seluruh dunia, antara
batasan usia lanjut adalah 70 tahun ke tahun 1990 – 2025, yaitu sebesar 41,4%. 2
atas, sedangkan di Eropa batasan usia Sehingga tahun 2025 penduduk
lanjut adalah 65 tahun ke atas. usia lanjut indonesia diatas 60 tahun 35
Salah satu tolak ukur kemajuan juta orang atau nomor lima di dunia
suatu bangsa seringkali dilihat dari setelah Cina, India, USA dan Jepang.
harapan hidup penduduknya. Demikian Hal ini semua merupakan
juga Indonesia sebagai suatu negara gambaran pada seluruh Negara-negara
berkembang, dengan perkembangan di dunia, berkat kemajuan ilmu
yang cukup baik, makin tinggi harapan pengetahuan dan teknologi dan
hidupnya diproyeksikan dapat kemajuan dalam kondisi sosio-
mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun ekonominya masing-masing.2
2000 yang akan datang.1 Menurut UN-Population Division,
Pada tahun 2000 jumlah orang Departement of Economic and Social Affairs
lanjut usia di Indonesia diproyeksikan (1999) jumlah Populasi lanjut usia

36
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

(Lansia) ≥ 60 tahun diperkirakan hampir tahun 1935 di Inggris dimana seorang


mencapai 600 juta orang dan dokter wanita Marjory Warren dari West
proyeksikan menjadi 2 milyar pada Middlesex Hospital dinggap sebagai
tahun 2025, saat itu lansia akan melebihi pelopornya. Geriatri (geriatrics =
jumlah populasi anak (0-14 tahun), geriatric medicine) berasal dari kata-kata
pertama kali dalam sejarah umat gereos (usia lanjut) dan iatreia (=
manusia.3 mengobati). Geriatri merupakan cabang
Peningkatan populasi usia lanjut gerontologi.
selalu dikaitkan dengan status kesehatan Gerontologi ini dibagi menjadi :
kelompok usia lanjut. Manifestasi a. Biology of aging
organik dalam bentuk penyakit yang b. Social gerontologi dan
umumnya diderita kelompok usia lanjut c. Geriatric medicine, yang mengupas
yaitu reumatik, hipertensi, penyakit problem - problem klinis orang-
jantung, penyakit paru, diabetes orang usia lanjut
mellitus, paralysis, fraktur dan kanker. 3 Definisi Geriatric medicine yang
Data mengenai manifestasi banyak dipakai adalah sebagai berikut :
gangguan organik/penyakit pada lansia Geriatrics is the branch of general (internal)
di Indonesia belum banyak dipubli- medicine concemed with the clinical,
kasikan. Tahun 1991 Darmajo B dkk preventive, remendial and social aspects of
penelitian WHO BEARO di Jawa Tengah illness in the elderly.4
terhadap populasi 1203 orang usia lanjut Menua ( = menjadi tua = aging )
diatas 60 tahun mendapatkan : 49% adalah suatu proses menghilangnya
arthritis, 15,2% hipertensi & CVD, 7,4% secara perlahan-lahan kemampuan
bronchitis, 3,3% DM, 2,5% jatuh, 2,1% jaringan untuk memperbaiki diri /
paralisis, 1,8% TBC, 1% fraktur, 0,7% mengganti diri dan mempertahankan
kanker. struktur dan fungsi normalnya sehingga
Czeresna, 2002 melaporkan tidak dapat bertahan terhadap jejas
pada ruang gawat akut Geriatri RSCM (termasuk infeksi) dan memperbaiki
ditemukan: Pneumonia pada laki-laki kerusakan yang di derita.
38,5% dan perempuan 61,5%, Hipertensi Dengan begitu manusia secara
pada laki-laki 37,5% dan perempuan progresif akan kehilangan daya tahan
62,5%, DM pada laki-laki 46,9% dan terhadap infeksi dan akan menumpuk
perempuan 53,1%. makin banyak distorsi metabolic dan
Agaknya masih diperlukan struktural yang disebut sebagai
banyak penelitian mengenai pola “penyakit degeneratif” (seperti
gangguan organ atau penyakit pada usia hipertensi, aterosklerosis, diabetes
lanjut mengingat dari tahun ke tahun mellitus dan kanker) yang akan
populasi usia lanjut akan terus menyebabkan kita menghadapi akhir
meningkat. hidup dengan episode terminal yang
dramatik seperti stroke, infark miokard,
Tinjauan Pustaka koma asidotik, metastasis kanker dsb.).2,3
Kata Geriatrik untuk pertama
kali diberikan oleh seorang dokter Teori – Teori Proses Menua
Amerika, Ignaz Leo Vaschers pada Teori “ Genetic clock ”
tahun 1909. Tetapi ternyata ilmu ini Menurut teori ini menua telah
baru berkembang dengan nyata pada terprogram secara genetik untuk

37
JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 36-46

spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mutasi somatik menyebabkan terjadinya


mempunyai di dalam nuclei ( inti sel ) kelainan pada antigen permukaan sel,
nya suatu jam genetik yang telah diputar maka hal ini dapat menyebabkan sistem
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini imun tubuh dapat menganggap sel yang
akan menghitung mitosis dan mengalami perubahan tersebut sebagai
menghentikan replikasi sel bila tidak sel asing dan menghancurkannya.
diputar, jadi menurut konsep ini bila jam Perubahan inilah yang menjadi dasar
kita itu berhenti akan meninggal dunia, terjadinya peristiwa autorium.
meskipun tanpa disertai kecelakaan Hasilnya dapat pula berupa
lingkungan atau penyakit akhir yang reaksi antigen/antibodi yang luas
katastrofal. Secara teoritis dapat mengenai jaringan-jaringan beraneka
dimungkinkan memutar jam ini lagi ragam, efek menua jadi akan
meski hanya untuk beberapa waktu menyebabkan reaksi
dengan pengaruh-pengaruh dari luar, histoinkompatibilitas pada banyak
berupa peningkatan kesehatan, jaringan.
pencegahan penyakit dengan obat-obat Di pihak lain sistem imun tubuh
atau tindakan-tindakan tertentu.1,2 sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, juga
Mutasi Somatik ( Teori Eror daya serangnya terhadap sel kanker.
Catastrophe) Inilah yang meyebabkan terjadinya
Sekarang sudah umum kanker meningkat sesuai dengan
diketahui bahwa radiasi dan zat kimia meningkatnya umur.1,2,4
dapat memperpendek umur, sebaliknya
menghindari terkenanya radiasi atau Teori menua akibat metabolisme
tercemar zat kimia yang bersifat Pentingnya metabolisme sebagai
karsinogenik atau toksik, dapat faktor penghambat umur panjang,
memperpanjang umur. Menurut teori ini dikemukakan oleh Ballin dan Allen
terjadinya mutasi yang progresif pada (1989), (dikutip oleh Suhana, 1994).
DNA sel somatik, akan menyebabkan Menurut mereka ada hubungan antara
terjadinya penurunan kemampuan tingkat metabolisme dengan panjang
fungsional sel tersebut. Salah satu umur. Beberapa hasil penelitian di
hipotesis tersebut, menua disebabkan bawah ini menunjukkan adanya
oleh kesalahan - kesalahan yang keterkaitan tersebut.
beruntun sepanjang kehidupan setelah Perkembangan lalat (Drosophila
berlangsung dalam waktu yang cukup melanogaster) lebih cepat dan umurnya
lama, terjadi kesalahan dalam proses lebih pendek pada temperatur 30º C,
transkripsi (DNA – RNA), maupun jika dibandingkan dengan lalat yang
dalam proses translasi ( RNA – protein dipelihara pada temperatur 10ºC.
/ enzim).1,3 Mamalia yang dirangsang untuk
hibernasi (“tidur”), selama musim
Rusaknya sistem imum Tubuh dingin umurnya lebih panjang daripada
Mutasi yang berulang atau kontrolnya. Sebaliknya jika mamalia
perubahan protein pascatranslasi, dapat ditempatkan pada temperatur yang
menyebabkan berkurangnya kemam- rendah tanpa dirancang berhibernasi,
puan sistem imum tubuh mengenali metabolismenya meningkat dan
dirinya sendiri (self recognition). Jika berumur lebih pendek. Walaupun

38
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

umurnya berbeda, namun jumlah kalori fungsional atas organ - organnya makin
yang dikeluarkan untuk metabolisme besar.1,6
selama hidup sama.1,4
Sistem Kardiovaskuler
Walaupun tanpa adanya
Kerusakan akibat radikal bebas penyakit, pada usia lanjut, jantung
Radikal bebas (RB) dapat sudah menunjukkan penurunan
terbentuk di alam bebas, dan di dalam kekuatan kontraksi kecepatan kontraksi
tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai dan isi sekuncup. Terjadi pula
produk sampingan di dalam rantai penurunan yang signifikan dari
pernafasan di dalam mitokondria (Oen, cadangan jantung dan kemampuan
1993). Untuk organisme aerobik, RB untuk meningkatkan kekuatan curah
terutama terbentuk dalam waktu jantung, misalnya pada keadaan latihan
respirasi ( aerob ) di dalam mitokondria. fisik.1,7
Waktu terjadi proses respirasi tersebut Penyakit jantung yang banyak
oksigen dilibatkan dalam mengubah dijumpai pada usia lanjut yaitu penyakit
bahan bakar menjadi ATP, melalui jantung koroner (PJK), penyakit jantung
enzim - enzim respirasi di dalam hipertensif/hypertensive hearth diseases
mitokondria, maka radikal bebas (RB) (HHD), congestive hearth failure (CHF),
akan dihasilkan sebagai zat antara. RB penyakit jantung valvular,
yang terbentuk tersebut adalah : kardiomiopati, aritmia kordis, infark
superoksida (O2), radikal hidroksil (OH) miokard.
dan juga peroksida hydrogen (H2O2).
RB bersifat merusak, karena sangat Penyakit Jantung Koroner (PJK)
reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan PJK cukup banyak dijumpai
DNA, protein, asam lemak tak jenuh, pada usia lanjut angka kejadian pada
seperti dalam membran sel, dan dengan studi Kennedy, 1977 didapatkan 20%
gugus SH. pada pria dan 12% wanita berusia 65
Sebab penyakit pada lanjut usia tahun keatas. Vargas dkk., 1994
pada umumnya lebih bersifat endogen menemukan 17,7% pria dan 11,1%
daripada eksogen. Hal ini disebabkan wanita usia 65-74 tahun serta 8,6% pria
karena menurunnya fungsi berbagai alat dan 16,1% wanita usia 75 tahun keatas.
tubuh karena proses menjadi tua. Sel – PJK dengan manifestasi miokard
sel parenkim banyak diganti dengan infark ditemukan 31,1% usia 60-69 tahun
sel - sel penyangga (jaringan fibrotik), dan 12,8% pada usia 70-79 tahun
produksi hormon menurun, produksi (Darmajo B,1992). Keluhan angina
enzim menurun dan sebagainya. pektoris berupa nyeri dada spesifik pada
Dalam rangka ini produksi zat- usia lanjut biasanya lebih ringan di
zat untuk daya tahan tubuh seorang tua banding usia menengah. Pada miokard
akan mundur. Maka dari itu faktor infark akut (MIA) keluhan angina
penyebab infeksi ( eksogen ) akan lebih pektoris spesifik Caird (1985)
mudah menyerang. menemukan hanya 29% kasus dan Pathy
Dengan makin lanjutnya usia (1967) sebelumnya mendapatkan
seseorang maka kemungkinan keluhan khas pada MIA hanya 19%.
terjadinya penurunan anatomik dan Mayoritas MIA pada usia lanjut

39
JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 36-46

simptom atipikal 40% kasus dan 31% Keempat faktor tersebut diduga
asimptomatik.7,9,11 akan mengubah struktur dan faal
Patofisiologi PJK adalah jantung sehingga menurun kemampuan
multifaktor diantaranya ada faktor jantung yang pada akhirnya memicu
predis posisi dan faktor-faktor resiko gagal jantung.9,11
komorbid lingkungan antara lain DM,
dislipidemia, hipertensi, rokok, obesitas, Penyakit Jantung Hipertensif
hiperurisemia Arterosklerosis pembuluh Komplikasi hipertensi pada
darah koroner dapat disebabkan oleh jantung terhadap kelompok usia lanjut
obesitas dan dislipidemia disertai cukup tinggi yaitu PJK dan gagal
komorbiditas dengan penyakit lain jantung. Prevalensi penyakit jantung
seperti DM, hipertensi akan hipertensif/hypertensive heart diseases
meningkatkan insiden PJK. (HHD) adalah 34% (Darmajo B.,1980);
Meskipun demikian masih 15,2% (WHO,1990). Dengan kriteria
banyak faktor lain yang mempengaruhi hipertensi yang baru JNC VI atau JNC
PJK, sehingga apapun penyebabnya PJK VII (Joint Nasional Comitte on Detection,
terjadi karena tidak ada keseimbangan Evaluation & Treatment of High Blood
antara pasokan dan kebutuhan sirklasi Pressure) mungkin akan ditemukan lebih
darah koroner dan jaringan tinggi lagi.11
miokard. Kasus hipertensi derajat 1
sistolik 140-159 atau diastolik 90-99
Congestive Heart Failure (CHF) cukup banyak, ditambah lagi banyak
Gagal Jantung Kongestif (CHF) penderita lansia menderita hipertensi
pada usia lanjut diperkirakan 1-1,5%. sistolik terisolasi dimana sistolik
Tahun 1999 di USA 962.000 penderita meningkat tetapi diastolik kurang dari
CHF dirawat di rumah sakit dan dari 90 mmHg.
jumlah tersebut 757.000 penderita Patofisiologi terjadinya HHD
(78,7%) berusia lebih dari 65 tahun. adalah dimulai dari hipertensi yang
Kebanyakan CHF disebabkan berturut- tidak terkendali memicu kelainan pada
turut oleh PJK, hipertensi. Faktor miokardium dan koroner. Selanjutnya
presipitasi CHF antara lain adalah MIA, akan terjadi hipertensi ventrikel kiri
Aritmia, kelebihan intake Natrium dan (LVH) dan PJK. Adanya faktor LVH dan
cairan, sepsis, obat-obat dan lain-lain. PJK dapat memicu terjadinya gagal
Patofisiologi gagal jantung pada jantung dan aritmia kordis.
usia lanjut dikaitkan dengan perubahan
yang mempengaruhi langsung pada Aritmia kordis, kelainan katup dan
kapasitas curah jantung dalam kardiomiopati
menghadapi beban: 1) Menurunnya Pada usia lanjut sering dijumpai
respons terhadap stimulasi beta aritmia apakah mempunyai koreksi
adrenergik, 2) Dinding Pembuluh darah penyakit jantung atau variasi
menjadi lebih kaku pada usia lanjut, 3) normal/tanpa adanya penyakit jantung
Terjadi kekakuan pada jantung sehingga organic. Dilaporkan 40% penderita usia
compliance jantung berkurang dan 4) lanjut dengan aritmia tanpa kelainan
Metabolisme energi di mitokondria jantung (Rials,1994), penulis lain
berubah pada usia lanjut. melaporkan 5-10% aritmia ditemukan

40
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

pada EKG istirahat pada kelompok usia Selain perubahan-perubahan


diatas 60 tahun. anatomis, terjadi juga perubahan
Dengan treadmill ditemukan 39% fisiologis sistem pernafasan. Perubahan
kasus dan bila menggunakan monitor tersebut antara lain : 1) Gerak
EKG 24 jam ditemukan aritmia pernafasan menurun, menjadi lebih
mencapai lebih dari 80%. Aritmia sering dangkal dan mulai timbul sesak nafas.
merupakan respons fisiologik terhadap Hal ni disebabkan oleh perubahan
anemia, febris, rasa nyeri, dehidrasi dan bentuk, ukuran rongga dada dan
lain-lain. Aritmia yang sering dijumpai kelemahan otot-otot pernafasan, 2)
pada usia lanjut adalah Ventrikel Extra distribusi gas menurun disebabkan
Sistole (VES), Supra Ventrikel Extra perubahan struktur anatomis bronkhus
Sistole (SVES), Ventrikel Takhi kardi dan bronkhiolus serta terjadi
(VT), Supra-Ventrikular Takhi kardi penimbunan udara alveoli; 3) volume
(SVT), Atrium Fibrilasi (AF). Pada usia dan kapasitas paru menurun, 4)
lanjut 85 tahun keatas aritmia akibat gangguan mekanisme transportasi gas
disfungsi organik jantung kebanyakan di sistem pernafasan menurun, 5)
karena PJK, prevalensinya meningkat 5- Gangguan pengaturan ventilasi paru
13%.9 menurun akibat sensitivitas
Kardiomiopati pada usia lanjut kemoreseptor sentral dan perifer
merupakan salah satu penyebab gagal menurun. Penyakit paru pada usia yang
jantung kongestif, kausanya tidak paling sering dijumpai adalah
diketahui pasti.11 tuberculosis, pneumonia, penyakit paru
Penyakit katup jantung pada obstruktif (PPOM) dan karsinoma paru
usia lanjut berkaitan dengan sklerotik (CaP).19
katup jantung. Prevalensi terbanyak
adalah aorta stenosis (AS) dan Mitral Tuberkulosis
Stenosis (MS). Kelainan katup ini dapat Penyakit tuberculosis (TBC)
merupakan etiologi gagal jantung. dilaporkan sebagai penyakit infeksi
nomer dua setelah pneumonia yang
Sistem Respirasi mempunyai resiko kematian tinggi pada
Sistem respirasi sudah mencapai usia lanjut dibanding usia muda dan
kematangan pertumbuhan pada usia 20 - insiden cukup tinggi di rumah sakit.
25 tahun, setelah itu mulai menurun TBC pada usia lanjut sering datang ke
fungsinya. Elastisitas paru menurun, rumah sakit dengan gejala yang tidak
kekakuan dinding dada meningkat, begitu jelas.
kekuatan otot dada menurun. Semua ini Awalnya gambaran klinis
berakibat menurunnya rasio ventilasi – penderita bronchitis atau pneumonia
perfusi dan pelebaran gradient alveolar yang tidak memberikan respons yang
arteri untuk oksigen. baik terhadap terapi antibiotika.
Disamping itu, terjadi Gambaran klinis lain sesak nafas, berat
penurunan gerak silia di dinding sistem badan menurun, gangguan psikologis
respirasi, penurunan refleks batuk dan anxietas atau depresi, sedangkan
reflek fisiologik lain, yang gambaran klinis klasik seperti
menyebabkan peningkatan hemoptisis, batuk produktif, demam,
kemungkinan terjadinya infeksi akut keringat malam jarang ditemukan.
pada saluran nafas bawah.4,8,9,10 Diagnostik lebih jelas dengan

41
JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 36-46

pemeriksaan radiologis dengan NHANES III, 2002 pada survey di USA


ditemukan adanya infiltrat, fibrosis, mendapatkan 13,9% prevalens pada
kalsifikasi, efusi pleura, pnemotorak dan kelompok orang dewasa. Data dari US
cavitasi.19,20 National Center for Health Statistic PPOM
mencapai 16 juta terdiri dari 14 juta
Pneumonia bronchitis kronis dan 2 juta menderita
Pneumonia merupakan penyakit emfisema.
infeksi paru yang prevalensinya cukup Pada tahun 1998 dari 20% semua
tinggi. Di ruang gawat akut geriatrik penderita yang perlu dirawat di rumah
RSCM tahun 2002 ditemukan nomer sakit 20% penderita usia diatas 65 tahun
satu diantara 10 penyakit terbanyak adalah PPOM. Angka kematian tahun
yang masuk yaitu 61% penderita wanita 1995 sampai 1998 dari PPOM di USA
dan 28,5% laki-laki di RS Karyadi mencapai 90%. Prevalensi PPOM
16,2%.19 Gambaran klinis pneumonia bersama dengan asma berdasar Survey
pada usia lanjut kebanyakan Kesehatan Rumah Tangga Depkes R.I.
bronkhopnemonia, hanya 10-30% 1992 menduduki peringkat ke-6.
dengan gambaran pneumonia lobaris. Gambaran klinis berupa bronchitis dan
Perjalanan penyakit pneumonia imfisema. Apabila dominasi klinis ke
serangan perlahan-lahan biasanya arah emfisema maka masuk tipe pink
batuk-batuk produktif, subyektif, puffer tetapi bila dominansi lebih ke arah
anoreksia dan astnemia sistemik. bronchitis kronis maka masuk tipe blue
Keadaan klinis tersebut lama-kelamaan bloater.19,20,21
dehidrasi dan penurunan kesadaran bila Keluhan yang sering dijumpai
tidak ditangani secara adekuat. adalah sesak nafas pada saat istirahat
Pemeriksaan fisik paru atau beraktifitas, batuk-batuk, nafas
ditemukan gambaran seperti pada usia berbunyi mengi (wheezing). Pada
lebih muda yaitu adanya suara nafas pemeriksaan fisik dijumpai ekspirasi
bronchial, ronkhi basah sedang sampai memanjang, vesikuler melemah, kadang
kasar nyaring sesuai adanya infiltrat dan terdengar ronkhi basah halus dan
pada perkusi bias redup atau pekak wheezing. Pemeriksaan penunjang
tergantung pada konsolidasi infiltrat. rontgen paru dan spirometri diperlukan
Untuk penegakan diagnosis dan untuk memastikan diagnostik.
pengelolaan yang adekuat diperlukan
pemeriksaan radiologi atau rontgen Sistem urogenital dan tekanan darah
paru, pemeriksaan kultur spectrum Pada usia lanjut ginjal
mikro-organisme dan analisis gas darah. mengalami perubahan, antara lain
Pada rontgen paru dapat dijumpai terjadi penebalan kapsula Bowman dan
gambaran infiltrat, penebalan pleura dan gangguan permeabilitas terhadap cairan
efusi pleura secara bersamaan.19,21 yang akan difiltrasi. Nefron secara
keseluruhan mengalami penurunan
Penyakit Paru Obstruktif Menahun dalam jumlah (jumlah nefron pada
(PPOM) akhir rentang hidup rata-rata tinggal
PPOM adalah penyakit akibat tersisa sekitar 50% dibanding usia 30
menurunnya aliran udara pada sistem tahun) dan mulai terlihat atrofi. Pada
pernafasan kronik progresif disebabkan usia lanjut kreatinin juga tidak
oleh bronchitis kronis atau emfisema. menggambarkan keadaan fungsi ginjal,

42
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

oleh karena jumlah protein tubuh dalam Infeksi Saluran Kemih (ISK)
massa otot (yang merupakan Prevalensi ISK pada lanjut usia
kontributor utama kadar kreatinin meningkat dibanding usia lebih muda.
darah) sudah menurun. Pada usia 40-60 tahun dilaporkan hanya
Secara umum pembuluh darah 3,2%, tetapi pada usia 65 tahun atau
sedang sampai besar pada usia lanjut lebih mencapai 20%. ISK pada usia
sudah mengalami berbagai perubahan. lanjut seringkali asimptomatik terlebih
Terjadi penebalan intima (akibat proses lagi pada wanita. ISK dapat berupa
aterosklerosis) atau tunika media (akibat uretritis, sistitis atau pielonefritis.
proses menua) yang pada akhirnya
menyebabkan kelenturan pembuluh Sistem Syaraf Pusat
darah tepi meningkat.5,6,11 Berat otak akan menurun
sebanyak sekitar 10% pada penuaan
Gagal Ginjal Akut dan Kronik antara umur 30 sampai 70 tahun.
Gagal Ginjal Akut (GGA) pada Disamping itu meningen
usia lanjut berbeda etiologi dengan usia menebal, giri dan sulci otak berkurang
dewasa. Pada usia dewasa etiologi GGA kedalamannya. Akan tetapi kelainan ini
antara lain crescentic glomerulonepritis tidak menyebabkan gangguan patologik
(31%), Nefritis interstitiel akut (18,6%), yang berarti. Yang bersifat patologis
tubuler nekrosis akut dengan nefrotik adalah adanya degenerasi pigmen
sindrom (7,5%), ateroemboli (7,1%), light substantia nigra, kekusutan neurofibriler
chaim cast nepropati (5,9%), paska infeksi dan pembentukan badan-badan Hirano.
(5,5%) (Bailey & Sands J.M,2005). Pada Pada pembuluh darah terjadi penebalan
usia lanjut 50% disebabkan karena intima akibat proses aterosklerosis dan
dehidrasi dan imbalans elektrolit, diikuti tunika media sebagai akibat proses
40% karena obstruksi oleh hipertrofi menua. Akibat sering terjadi gangguan
prostat atau nephrolithiasis. Obstruktif vaskularisasi otak berakibat terjadinya
GGA pada usia lanjut prevalensi sekitar TIA, stroke dan dementia vaskuler.5,6,10
5% dari semua kasus ARF. Gejala
oliguria dan azotemia terjadi lebih lama Sistem Serebrovascular
pada usia lanjut.17 Penyakit Cerebral pada usia
Gagal Ginjal Kronik (GGK) pada lanjut yang terbanyak adalah stroke.
usia lanjut penyebab tersering adalah Stroke adalah cedera otak akibat
hipertensif nefrosklerosis, fokal terganggu/kurangnya aliran darah ke
segmental glomerulosklerosis, otak. Brown (1992) mendapatkan stroke
interstitial nefritis dan amiloidosis. Pada akibat intra infark serebri 85%, perdarah
GGK terminal usia lanjut ternyata lebih infra serebral (10%) pendarahan
dari 40% berkaitan dengan nefropati subarach nord 5%. Wolfson, Katzruan
diabetik. Pada GGK terminal (Chronic melaporkan transient ischemic attact (TIA)
Kidney Diseases/CKD derajat 5 dengan 78% dapat timbul setelah usia diatas 55
klirens kreatinin kurang dari 15), pilihan tahun dan 35% TIA tersebut akan
terapi hemodialis (HD) atau chronic mendapat serangan stroke dalam kurun
ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) waktu 5 tahun.
dan yang lebih agresif adalah Stroke dibagi menjadi 2 jenis
transplantasi ginjal. yaitu: 1) Stroke hemorhagik yang paling
sering terjadi sekitar 80% dari seluruh

43
JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 36-46

kasus stroke. 2) Stroke non hemoragik, - Semua penderita usia lanjut dengan
sekitar 20% kasus stroke. data rekam medik diagnostik dan
pemeriksaan penunjang tidak ada
atau tidak lengkap.
Tujuan dan Manfaat Penelitian - Semua penderita usia lanjut yang
1. Memperoleh data awal prevalensi tidak menderita penyakit organik.
gangguan fungsi organ yang banyak
terjadi pada pasien-pasien geriatri.
2. Mendapatkan informasi jenis organ Hasil dan Diskusi
yang paling sering mengalami Telah didapat sampel sebanyak
gangguan fungsi pada geriatri. 620 penderita yang sesuai kriteria. Pada
3. Untuk mengetahui adakah tabel 1 dapat dilihat distribusi pasien
pengaruh kemiskinan terhadap geriatrik dengan gangguan fungsi organ
gangguan fungsi organ pada berdasarkan jenis kelamin, dimana
geriatri. ditemukan lebih banyak laki-laki sebesar
50,32%, sedangkan perempuan sebesar
49,68%. Angka ini menunjukkan bahwa
Bahan dan Cara meskipun kelompok laki laki geriatri
Desain penelitian yang lebih banyak mengalami gangguan
digunakan adalah metode survei yang fungsi organ dari kelompok perempuan,
bersifat deskriptif potong lintang.12,13 tetapi tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Pengumpulan data dimulai dari
mengumpulkan semua data pasien
berusia 60 tahun atau lebih, yang Tabel 1
dirawat di ruang perawatan Penyakit Distribusi pasien geriatrik dengan
Dalam RSUD Koja, periode 1 Juli 2001- gangguan fungsi organ berdasarkan
30 Juni 2005, yang mengalami gangguan jenis kelamin.
fungsi organ. Data sekunder diagnostik, Jenis frekuens Presentasi
jenis kelamin, keluarga dengan surat kelamin i
tidak mampu (STM) Departemen Sosial Perempuan 308 49,68%
atau Lurah didapat dari rekam medis Laki-laki 312 50,32%
RSUD Koja. Total 620 100%
p>0.05

Kriteria Inklusi dan Ekslusi Pada Tabel 2 dapat dilihat


Kriteria Inklusi : distribusi pasien geriatrik dengan
- Semua penderita usia lanjut yaitu gangguan fungsi organ berdasarkan
penderita usia 60 tahun atau lebih STM. Pada pasien dengan STM
- Penderita usia lanjut dengan data sebesar 78,55%, sedangkan pasien tanpa
diagnostik penyakit organik STM (non STM) 21,45%. Terdapat
- Penderita dengan data penunjang perbedaan bermakna gangguan fungsi
kelainan organik laboratorium, organ pada kelompok STM dan non
rontgen, EKG, USG dan CT Scan STM (p<0,05). Hal ini menunjukkan
dalam rekam medik. bahwa pasien yang diduga mempunyai
masalah sosial ekonomi cenderung
Kriteria Eksklusi : mengalami gangguan fungsi organ pada

44
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

usia lanjut, kemungkinan disebabkan SNH 89 46,11%


oleh pola hidup yang tidak sehat, serta SH 77 39,90%
kemampuan mendapat pelayanan TIA 27 13,99%
kesehatan juga kurang. Total 193 100%

Tabel 2 Pada tabel 5 dapat dilihat


Distribusi pasien geriatri dengan distribusi penyakit paru pada geriatrik,
gangguan fungsi organ berdasarkan ditemukan lebih banyak PPOM dengan
STM persentase sebesar 51,22%, KP sebesar
Frekuensi Presentase 26,22% dan bronkopneumoni 22,56%.
STM 487 78,55% Tabel 5
Non STM 133 21,45% Distribusi Penyakit Paru pada Geriatri
Total 620 100% Penyakit Frekuensi Persentase
P<0,05 PPOK 84 51,22%
TBC 43 26,22%
Pada tabel 3 dapat dilihat Bronkopneu 37 22,56%
distribusi gangguan fungsi organ pada moni
pasien geriatri, ditemukan terbanyak Total 164 100%
31,13% pasien mengalami penurunan
fungsi pada organ serebral diikuti Pada tabel 6 dapat dilihat
pasien yang mengalami penurunan distribusi penyakit jantung pada
fungsi pada organ paru 26,45%, geriatrik, ditemukan Dekompensatio
selanjutnya pasien yang mengalami Kordis terbanyak dengan persentase
penurunan fungsi organ jantung 21,61% 47,01%, HHD sebanyak 17,91%, IMA
dan 20,81% mengalami penurunan sebanyak 11,19% dan Angina Pectoris
fungsi organ ginjal. sebanyak 8,22%.

Tabel 3 Tabel 6
Distribusi gangguan fungsi organ pada Distribusi Penyakit Jantung pada
geriatrik geriatri
Organ Frekuensi Persentase Penyakit Frekuensi Persentase
Serebral 193 31,13% DC 63 47,01%
Paru 164 26,45% HHD 24 17,91%
Jantung 134 21,61% PJK 21 15,67%
Ginjal 129 20,81% IMA 15 11,19%
Total 620 100% Angina 11 8,22%
pectoris
Pada tabel 4 dapat dilihat Total 134 100%
distribusi penyakit serebral pada
geriatrik, ditemukan stroke non Pada table 7 dapat dilihat
haemorragic sebesar 39,90% dan TIA distribusi penyakit ginjal pada geriatrik,
sebesar 13,99%. ditemukan lebih banyak Chronic Kidney
Tabel 4 Diseases (CKD) sebesar 46,51%,
Distribusi penyakit Serebral pada kemudian ISK sebanyak 22,48%, ARF
geriatri sebanyak 12,40%, nefropati diabetik
Penyakit Frekuensi Persentase

45
JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 36-46

sebanyak 13%, dan pielonefritis 4. Setiati S.,Murti KH.,Roosherse. Proses


sebanyak 8,51%. menua dan implikasi klinis. Dalam:
Tabel 7 Sudoyo AW. ed. Buku Ajar I. Penyakit
Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan
Distribusi Penyakit Ginjal pada Geriatri
Dept. Penyakit Dalam FKUI, 2006; 1345-
Penyakit Frekuensi Persentasi 1350.
CKD 60 46,51% 5. Resnick NM. Geriatric Medicine. In:
ISK 29 22,48% Brounwald, Fauci AS, etal. ed. Harisson’s
ARF 16 12,40% Principle of Int. Medicine 5th ed. N. York:
Nefropati 13 10,10% McGraw-Hill, 2001; 36-45.
diabetic 6. Lawrence, et.all Current: Medical
Pielonefritis 11 8,51% Diagnosis and Treatment 40th edition
New York: McGraw – Hill 2005; pp.904-10
Total 129 100%
7. Van den Hogan PC. The relation between
blood pressure and mortality due to
coronary heart disease among men in
Kesimpulan deferent parts of the world. N. Engl. J.
Dari data ini dapat disimpulkan Med. 2000; 342:11-16.
bahwa pasien geriatri dengan gangguan 8. Carverley PMA Inhaled Corticosteroid
fungsi organ yang dirawat di Ruang are benefical in chronic obstructif
Perawatan Penyakit Dalam RSUD Koja Pulmonary disease. Am I Respir Crit Care
periode 1 juli 2001 – 30 juni 2005 lebih Med 2000; 161: 341-344.
9. American Thoracic Society : Standarts for
banyak berjenis kelamin laki – laki
diagnosis and care of patients with
dibanding perempuan dengan dugaan chronic pulmonary disease. Am I Kespir
mempunyai masalah ekonomi dengan Crit care Med 1995; 152 supll ; S77.
STM lebih banyak dari non STM 10. Braunwald E New York: Fauci AS Kasper
dimana organ yang paling sering DL et al, eds. Harrison’s Manual of
terkena adalah serebral, kemudian paru, International Medicine 15th Ed.New York
jantung dan ginjal. Pada organ serebral McGraw-Hill Int. Ed: 138-145.
penyakit yang paling sering diderita 11. Darmojo RB. Penyakit kardiovaskuler
pada lanjut usia. Dalam: Darmojo RB,
adalah stroke non haemorragic (46,11%),
Martono HH, ed. Geriatri. Jakarta:BP
pada organ paru penyakit yang tersering FKUI, 1999; 242-261.
adalah PPOM (51,22%). Pada organ 12. Wawolumaya C Survei Epidemiologi
jantung penyakit yang terbanyak adalah Sederhana, seri no. I. Jakarta. Panorama.
Dekompensatio kordis (47%) dan pada 2001; 3-17
organ ginjal penyakit yang paling sering 13. Budiarto, Eko: Metodologi Penelitian
diderita adalah CKD (46,51%). Kedokteran: sebuah Pengantar; EGC 2004;
58 – 68
14. http : // www. Geriatric. Com
15. http : // www_ The free Dictionary. Com
Daftar Pustaka
//gr. Aspx
1. Darmojo RB, Demografi usia lanjut.
16. http : // www. Davita. Com
Dalam:Darmojo RB & Jakarta: BPFKUI;
17. Santoso M, Sari MP : Pola Penyakit Gagal
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Ginjal Pada Penderita DM di ruang
edisi ke 3; 2004; 33 – 66
Penyakit Dalam RSUD Koja Periode
2. Hardywinoto, Setiabudi T Panduan
Tahun 2001-2005, Meditek Vol 14, No 36,
Gerontologi Jakarta: Gramedia Pustaka
2006 : 39-43.
Utama, 2001; 21 – 27
18. Martono HH.Penatalaksanaan stroke
3. Mangoenprasodjo A S Sehat di Usia Tua
sebagai manifestasi penyakit sistemik
Jakarta: Thinkfresh 2004; 5 – 13.
dalam; Darmojo RB., Martono HH, ed.

46
Pola Gangguan Fungsi Organ pada Pasien Geriatri
di RSUD Koja Jakarta, Periode Juli 2001 – Juni 2005
(Santoso M, Kusdiantomo, Stefanie RS)

Buku ajar Geriatri; Jakarta:BP FKUI, 1999; gerontology. New York: Mc Graw-Hill,
263-352. 2003; 475-482.
19. Rahmatullah P. Penyakit paru pada usia 21. Thannical B., Torws G.diffase
lanjut dalam Darmojo RB.,Martono HH, Parenchymal leng diseases in the ederly
ed. Geriatri; Jakarta: BP FKUI, 1999; 339- population. In: Hazzard WR.,Blan JP.etal,
352 ed. Principles of Geriatric Medicial an
20. Saksena S., Reddy VJ. Cardiac Arithmia in gerontology. New York: McGraw-Hill,
elderly people,advances in diagnosis & 2003; 535-540
treatment. In: Hazzard WR., Blass JP. etal,
ed. Principlesof geriatric medicine and

47
48

Anda mungkin juga menyukai