Anda di halaman 1dari 9

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

GERUSAN LOKAL DISEKITAR ABUTMENT JEMBATAN LABUAN

Nina Bariroh Rustiati *

Abstract
Scouring occurs naturally as a part of the morphologic changes of river and as the result of man-
made structures. Experience has shown all too often that scouring can progressively undermine
the foundation of a structure. The aim of research is to know the local scouring depth around the
abutment of Labuan’s bridge at flooding condition. An also analyses the scour protection by
using riprap methods. The result of research is indicate that the scouring at 1.345 m in depth for
the Garde and Raju’s equation in 50 years period and1.169 m in 25 years. For the Hoffmans’s
equation the depth of scouring is 1.323 m in 50 years and 1.224 m in 25 years. The protection
method of local scouring by riprap for each layer filter is 0.28 m. with the rock’s size at first layer is
80 mm, the second one is 50 mm and the last layer is 300 mm. The riprap dimension obtained 30
m at length, 12 m in width and 1.4 m at height, the size of rock is 30.27 cm.
Keyword: local scouring, abutment, riprap method

Abstrak
Secara alamiah, gerusan dihasilkan sebagai bagian dari perubahan morfologi sungai dan hasil
bangunan buatan manusia. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa gerusan secara
progresif merusak pondasi bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedalaman
gerusan lokal disekitar abutment jembatan Labuan pada kondisi banjir. Serta untuk menganalisa
metode perlindungan gerusan menggunakan riprap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
persamaan dari Garde dan Raju dihasilkan kedalaman gerusan 1.345 m untuk kala 50 tahun dan
1.224 m untuk kala 25 tahun. Sedangkan dari Hoffmans diperoleh 1.323 m untuk 50 tahun dan
1.224 m untuk 25 tahun. Metode perlindungan untuk gerusan lokal dengan riprap adalah tebal
masing-masing filter 0.28 m, dengan ukuran batuan pertama 80 mm, kedua 50 mm dan ketiga
300 mm. Dimensi riprap panjang nya 30 m, lebar 12 m dan tinggi 1.4 m. Ukuran batuan 30.27 cm
Kata kunci: gerusan lokal, abutment, metode riprap

1. Pendahuluan jembatan. Walaupun terletak ditepi


Salah satu komponen dasar sungai, namun sebagaimana halnya
transportasi adalah jembatan. pilar jembatan, dasar sungai di sekitar
Jembatan mempunyai fungsi abutment dapat pula mengalami
memperlancar transportasi antara dua gerusan yang diakibatkan oleh
tempat. Struktur jembatan umumnya perubahan pola aliran, karena struktur
terdiri dari dua bagian penting yaitu abutment selalu berhubungan langsung
struktur bagian atas dan struktur bagian dengan aliran sungai. Jembatan yang
bawah berupa pilar dan abutment. melintas di atas suatu sungai
Abutment adalah bagian konstruksi mempengaruhi karakteristik aliran,
jembatan yang terletak ditepi sungai utamanya aliran balik (back water)
yang merupakan pangkal jembatan yang diakibatkan terhambatnya aliran
yang berfungsi sebagai tumpuan beban akibat abutment jembatan.

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 157 - 165

Peningkatan arus yang melintas di menjadi sangat kompleks. Karakteristik


bawah jembatan dan aliran turbulen sungai/ saluran dapat dibagi dua yaitu
yang terbentuk adanya tebing sungai fase cair (liquid phase) dan fase padat
menghasilkan gerusan lokal (local (solid phase). Fase cair direpresentasikan
scouring) yang membahayakan struktur oleh rapat massa sediment (r),
jembatan. Abutment jembatan yang kekentalan zat cair (μ), kecepatan
berada dalam aliran air menyebabkan rerata aliran (U) dan kecepatan gesek
terhambatnya aliran selain juga akibat aliran (u*). Sedang untuk fase padat
adanya abutmen jembatan. Perubahan yang perlu dipertimbangkan adalah
aliran akibat adanya abutment ukuran butiran sediment (d30, d50, d65
jembatan mengakibatkan peningkatan dan d90), bentuk partikel sediment, berat
arus disekitar pilar. Peningkatan ini massa sediment (rs), kecepatan endap
membawa dampak tergerusnya sediment (W) dan adanya kemungkinan
sedimen ataupun material yang sifat kohesi antar partikel. Semua
terendapkan di sekitar abutment. parameter tersebut sangat bervariasi
Gerusan lokal yang terjadi di sekitar dan tergantung dari sample yang
abutment adalah kejadian turunnya diambil untuk dianalisa lebih lanjut.
dasar sungai di sekitar abutment akibat Graf (1971) menyebutkan bahwa
adanya system pusaran (vortex system) pergerakan partikel sedimen dapat di
yang timbul akibat terhalangnya aliran tengarai dengan :
oleh abutment. Aliran yang menuju
u*
abutment akan membentuk aliran a. Apabila nilai  0.10 maka terjadi
vertikal kearah dasar yang selanjutnya W
menyebabkan terkikisnya dasar sungai angkutan sediment bed load
di sekitar abutment. Mengingat bahaya (angkutan sedimen dasar)
yang ditimbulkan akibat gerusan lokal ini u*
b.Apabila nilai  0.40 maka terjadi
maka berbagai upaya dilakukan untuk W
pengamanan maupun pengendalian angkutan sediment suspended
gerusan lokal antara lain perlindungan load (angkutan sedimen
dengan metode riprap. Untuk itu melayang)
diperlukan suatu kajian untuk Graf dan Altinakar (1998) juga
mengidentifikasi gerusan lokal di sekitar menyebutkan bahwa aliran air pada
abutment guna pencegahan kerusakan sungai dengan dasar bergerak
yang berlanjut runtuhnya jembatan (movable bed) memiliki kemungkinan
sekaligus pengendalian gerusan lokal terhadap lajunya angkutan sedimen.
yang terjadi. Gerak sedimen yang dapat berupa
erosi, deposisi dan angkutan sedimen
Objek penelitian: tidak saja akan merubah aliran tetapi
Yang menjadi objek penelitian ini juga merubah dasar sungai/saluran
adalah abutmen jembatan Labuan yakni tinggi elevasi dasar, kemiringan
yang terletak kurang lebih 30 Km kearah dasar dan kekasaran butiran penyusun
Utara dari Kota Palu, Sulawesi Tengah. dasar sungai/saluran.
Dengan panjang jembatan sekitar 30 m Dalam aliran sedimen, fase
dan bentang 5 m. padat yang begerak sebagai :
a. Muatan dasar (bed load), qsb, debit
sedimen per satu satuan lebar
2. Tinjauan Pustaka (m3/d.m). Terjadi saat partikel
2.1 Pengertian angkutan sedimen berada dekat sekali dengan dasar,
Sungai merupakan saluran alam partikel bergerak menggelincir,
yang memiliki alran tidak permanent berputar atau (sedikit) melompat.
dan tak seragam (unsteady and non Model pergerakan ini terjadi pada
uniform flow). Karenanya permasalahan partikel yang relatif besar.
yang timbul akibat fluktuasi aliran

158
Gerusan Lokal di Sekitar Abutment Jembatan Labuan
(Nina Bariroh Rustiati)

b. Muatan suspensi (suspended load), Tegangan gesek dasar (to)


qss, terjadi pada partikel yang adalah gaya akibat gesekan pada
berada agak dekat dengan dasar. dasar yang merupakan gaya
Partikel bergerak dengan penghambat terhadap gaya
melompat (sedikit/banyak) dan pendorong (gaya hidrostatika, gaya
berkeliling seputar aliran. Model tekanan atmosfir dan berat massa air)
pergerakan ini terjadi pada partikel pada aliran. Berdasar prinsip
yang relatif lebih kecil. kesetimbangan (equilibrium concept)
c. Muatan dasar dan suspensi. Lebih gaya pendorong sama dengan gaya
dikenal dengan muatan total (total penghambat sehingga tegangan gesek
load), qs = qsb + qss, terjadi pada dasar dapat dirumuskan sebagai berikut
partikel yang berada pada :
sepanjang garis kontak dengan  0  w  g  h  S f ………………..(1)
dasar.
d. Muatan cuci (wash load), qsw,
Shields (1936) memasukkan
terjadi pada partikel yang hampir
kecepatan geser dasar (u*) dalam
tidak pernah berada dekat dasar,
mengembangkan persamaan angkutan
partikel ini selalu berada pada
sediment untuk butiran seragam pada
tampang melintang aliran. Model
dasar rata dan hubungan antara
pergerakan ini terjadi pada partikel
tegangan geser dasar (t*) tak
yang relatif halus.
berdimensi dengan gesekan atau
bilangan Reynold butiran (Re) sebagai
2.2. Mekanisme angkutan sedimen berikut :
Karena adanya perubahan 0  u *d m 
aliran, timbul gaya-gaya yang bekerja *   f  ……..(2)
pada material butiran sedimen. Gaya-
 s   d   
gaya ini mempunyai tendensi untuk
menggerakkan material sedimen. Untuk Gambar 1. adalah grafik dari
material kasar (pasir dan batuan) gaya Shield yang menunjukkan hubungan
yang melawan gaya-gaya aliran antara kecepatan geser dasar (ū) dan
tergantung dari berat material sedimen. ukuran butiran (dm) dimana akan
Sedangkan untuk material halus (lanau menggambarkan apakah suatu butiran
dan lempung) gaya yang melawan material akan mengalami erosi,
aliran lebih disebabkan oleh kohesi dari sedimentasi atau bergerak (transport).
pada berat material.
Pada waktu gaya-gaya aliran 2.3. Proses Gerusan lokal disekitar
yang bekerja pada material butiran abutment
sedimen mencapai nilai tertentu, Gerusan (scouring) adalah suatu
dimana apabila gaya itu akan gejala alamiah yang diakibatkan oleh
bertambah sedikit akan menggerakkan gerakan aliran air yang mengalami
material butiran, maka kondisi ini hambatan di suatu sungai. Kebanyakan
dinamakan kondisi kritik material butiran bagian yang tergerus adalah material
sedimen. Parameter aliran pada kondisi endapan, disamping juga batu-batu
tersebut seperti tegangan gesek dasar besar dan kecil. Beberapa percobaan
(t0) dan kecepatan aliran (u) juga menunjukkan bahwa gerusan seringkali
mencapai kritik. Apabila gaya-gaya menyebabkan kerusakan struktur
aliran dibawah nilai kritik maka butiran bangunan (jembatan) secara progresif.
sedimen tidak bergerak, dasar saluran Dikarenakan perlindungan terhadap
mengalami “rigid bed”, sedangkan gerusan biasanya sangat mahal, maka
apabila gaya–gaya aliran berada di dicari jalan untuk mengontrol proses
atas nilai kritik, maka butiran sedimen yang terjadi guna mengurangi resiko
akan bergerak, dasar saluran keruntuhan. Gerusan terjadi secara
mengalami “movable bed”. alamiah sebagai bagian dari

159
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 157 - 165

perubahan morfologi sungai dan juga (mobile bed), sehingga gerusan di


merupakan akibat dari konstruksi buatan sekitar pilar merupakan konsekuensi dari
manusia. Dalam perkembangan sejarah padanya. Intensitas dari gerusan yang
kehidupan, perubahan aliran sungai diartikan dalam tinggi gerusan
akibat dibangunnya suatu konstruksi tergantung dari aliran, sedimen dari
bangunan air oleh manusia telah dasar, bentuk geometri dan alinemen
membawa dampak yang signifikan dari pilar.
terhadap morfologi aliran sungai.. Mekanisme gerusan lokal ini
Gerusan lokal disekitar pilar tergantung secara mendasar pada
jembatan merupakan fenomena perilaku pusaran tumit kuda (horse-shoe
kompleks yang merupakan hasil interaksi vortex) karena arus bawah yang terjadi
aliran turbulen 3 dimensi di sekitar di depan pilar. Saat kapasitas gerusan
jembatan dan sedimen dasar sungai yang terjadi karena kecepatan pusaran
yang tererosi. Pilar yang terisolasi akibat cukup kuat dan mampu membawa
perubahan aliran ini akan merubah partikel dasar maka proses gerusan
permukaan dasar sungai yang bergerak terjadi.

Gambar 1. Hubungan antara diameter butiran dan kecepatan

Gambar 2. Profil Aliran disekitar abutment jembatan

160
Gerusan Lokal di Sekitar Abutment Jembatan Labuan
(Nina Bariroh Rustiati)

Kedalaman gerusan tergantung Persamaan Garde dan Raju


dari beberapa variable yaitu (1997) digunakan pada gerusan lokal
karakteristik aliran, material butiran disekitar pilar dan abutmen jembatan
sedimen, aliran dalam saluran dan untuk aliran clear-water scour dan live-
bentuk abutmen : bed scour, menghitung kedalaman
gerusan
d s  f  w ,, g, d m ,  s , h0 , u, b …….(3) n*
d m 4.0  U 
 1234   …………(7)
Jika persamaan di buat tidak b   gh0 
berdimensi, maka persamaan di atas
menjadi Dengan nilai h1 h2 h3 h4 merupakan
ds  ub u 2 h d  koefisien ukuran butiran, lebar abutmen,
 f , , 0 , m , sudut datang dan bentuk geometri
b   gb b b  ……….(4)
  abutmen. Sedangkan Hoffmans (1995)
memberikan nilai yang cukup besar
 u*b  h d  untuk memprediksikan kedalaman
ds u 2
 f , s , 0 , m ,   …(5) gerusan pada kondisi live-bed scour
b 

,
 
 g   s  b b 

h 
d s  h0  (1  m) 2 / 3  1  K .b tanh 0  …8)

  B
 b 
ds  u*b u 2 h d 
 f , , 0 , m ,   ………. (6)
b   gd b b 
 

Tqbel 1. Variasi nilai η1 (koefisien ukuran butiran) dan n (fungsi ukuran sedimen
dan geometri halangan) terhadap d (distribusi ukuran butiran)
d(mm) 0.29 0.45 1 2.15 4 7.5 10.5
η1 1 1.09 1.15 1.0 0.85 0.66 0.54
N 0.68 0.75 0.85 0.93 1.05 0.9 0.85

Gambar 3. Pengaruh koefisien η3 terhadap sudut datang aliran

161
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 157 - 165

Tabel 2. Koefisien bentuk abutmen


Shape η4
Rectangular 1.00
Circular (or semicircular) 0.81- 0.90
Lenticular nose ( 2 : 1) 0.80
( 3 : 1) 0.70
( 4 : 1) 0.56
Joukowsky ( 5 : 1) 0.67
Ellliptic nose ( 2 : 1) 0.80
( 3 : 1) 0.75
Triangular nose 150 appex angle 0.38
300 0.52
600 0.64
900 0.75
1200 0.80
1500 0.86

2.4. Penanggulangan Gerusan Hubungan empiris antara kecepatan


Tindakan pencegahan terjadinya kritik atau kecepatan awal gerak butiran
gerusan lokal disekitar abutmen padat dengan ukuran batuan yang digunakan
dilakukan dengan mengurangi efek dalam rip-rap adalah:
erosi pada aliran dan pusaran tumit
kuda (horse-shoes vortex). Kedalaman U kr  4.92 dr ………………….(10)
gerusan maksimum pada lubang
gerusan merupakan faktor kritik
keruntuhan pilar dan abutmen Dalam penyusunan batuan rip-
jembatan. Beberapa percobaan rap, hendaknya ditambahkan lapisan
membuktikan bahwa ada beberapa filter sebagai lapisan pelindung untuk
metode untuk mengurangi tingginya mencegah masuknya air melalui sela-
gerusan lokal di pilar dan abutmen sela batuan rip-rap yang kemudioan
jembatan. akan menggerus lapisan dasar rip-rap.
Metode yang paling umum Simon dan Sentürk (1976)
adalah membuat rip-rap yakni dengan mengemukakan bahwa lapisan filter
menempatkan batu-batuan kedalam terdiri dari dua macam yakni sand
lubang gerusan yang paling potensial. gravel filter dan plastic filter cloth. Tebal
Ukuran rip-rap dihitung dengan lapisan filter sangat tergantung dari
menggunakan kriteria stabilitas dari lapisan rip-rap tidak boleh kurang dari 6-
Izbash atau Shield, apabila kecepatan 9 inc(15-23 cm). Tebal lapisan dapat
aliran kritik maksimum (U*cr max) ditentukan sebesar kurang dari 1.5 dari
diketahui. Dengan menggunakan teori lapisan rip-rap. Susunan butiran untuk
potensial, tegangan geser maksimum filter dapat mengikuti batasan berikut :
dan kecepatan aliran maksimum di d50( filter)
dekat pilar atau abutmen tipe silinder,  40 ………………….(11)
Bonosoundas (1973) menganjurkan d50(base)
dimensi rip-rap dengan lebar 6d,
panjang 7b, ketebalan b/3, dimana b d ( filter)
5 15  40 ………………...(12)
adalah lebar pilar dan d adalah dimensi d15(base)
batuan. Ukuran minimum batuan dr
(cm) adalah: d15( filter)
5 …………………..(13)
d85(base)
dr = 6 – 3.3U + 4U2 ……………...(9)

162
Gerusan Lokal di Sekitar Abutment Jembatan Labuan
(Nina Bariroh Rustiati)

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kecepatan aliran (U) : 2.93 m/dt


3.1 Hasil penelitian Distribusi ukuran material dasar : d15 =
Gerusan dengan air bersedimen (live- 1.3 mm ;d50 = 8 mm ; d85 = 19 mm
bed scour) Tinggi poer : 1.35 m

a. Persamaan Garde dan Raju a. filter untuk rip-rap


Parameter yang diketahui :
d50( filter)
Lebar abutmen =4m  40
Panjang abutmen = 10 m d50(base)
Kedalaman aliran (h) = 0.4396 m
Kecepatan aliran (U) = 2.9323 m/dt d50( filter)
n  40
d m 4.0  U  8
 1234  
b   gh0 
d50(filter) < 320 mm
d m  d s  h0
Diambil d50(filter) = 300 mm
B  b 147  4 Cek : 300/8 = 37.5 < 40 (ukuran
   0.9
B 147 batu dapat digunakan)
0.892
dm 4.0  2.9323 
 (0.64)(1)(1.05)(1)   b. filter untuk rip-rap
0.4396 0.9  9.81 0.4396 
dm d ( filter)
 4.44  0.672  1.3610  4.06079 5 15  40
0.4396 d15(base)
h0  d s
 4.06079
h0 d ( filter)
5 15  40
1.3
d s  1.34552m
direncanakan d15(filter) = 50 mm
b. Persamaan Hoffmans
Parameter yang diketahui : Cek : 5 < 50/1.3 = 38.46 < 40
Lebar abutmen =4m (ukuran batu dapat digunakan)
Kedalaman aliran (h) = 0.4396 m
Lebar sungai (B) = 147 m c. filter untuk rip-rap
m = b/B = 4/147 = 0.0272 d15( filter)
Faktor koreksi bentuk abutmen/pilar 5
d85(base)
(KB) = 3.0

h  d15( filter)
d s  h0  (1  m) 2 / 3  1  K .b tanh 0 

5
  B
 b  19
direncanakan d15(filter) = 80 mm
 0.4396
 0.4396 (1  0.02725) 2 / 3  1  3.0  4 tanh 
   4  Cek : 80/19 = 4.21 < 5 (ukuran
 1.32264m batu dapat digunakan)

d. Dimensi Rip-rap
c. Strategi bentuk perlindungan Lebar = 6 * ½b = 6 * ½*4 = 12 m
terhadap abutmen/pilar jembatan Panjang = 7*b = 7*4 = 28 m
Perhitungan desain rip-rap Menurut Bonosoundas (1973) rip-
Parameter yang diketahui : rap ditempatkan didepan
Lebar abutmen (b) :4m abutmen, oleh karena itu dimensi
Panjang abutmen (l) : 10 m panjang rip-rap direncanakan
Lebar sungai (B) : 147 m sepanjang 30 m.

163
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 157 - 165

3.2 Pembahasan ulang 25 tahun sebesar 1.224 m. Dimensi


Hasil pengukuran di lapangan riprap yang disarankan untuk
yakni di abutmen Jembatan Labuan perlindungan gerusan dengan debit
menunjukkan sangat kecilnya gerusan banjir rencana panjang 30 m, lebar 12
lokal yang terjadi. Bahkan selama m, ukuran batuan 303 mm dan tebal
pengamatan dilakukan (3bulan) hampir rirap 1.40 m.
tidak ada gerusan lokal. Hal ini
disebabkan debit aliran yang melewati 4. Kesimpulan
abutmen terbagi dalam beberapa ruas Berdasarkan hasil perhitungan
gosongan-gosongan pasir dan kerikil. dan penelitiAn tersebut diatas maka
Disamping rendahnya curah hujan yang dapat diambill beberapa kesimpulan
turun juga mempengaruhi besarnya bahwa :
debit yang mengalir, mengakibatkan a) Gerusan lokal yang terjadi di sekitar
material yang terbawa aliran dengan abutment adalah kejadian turunnya
mudah terendapkan di daerah sebelah dasar sungai di sekitar abutment
hilir jembatan. Hal inilah yang akibat adanya system pusaran
mengakibatkan kecilnya gerusan lokal (vortex system) yang timbul akibat
yang terjadi di sekitar abutmen. Hasil terhalangnya aliran oleh abutment.
perhitungan menunjukkan bahwa untuk b) Tindakan pencegahan terjadinya
kala ulang 25 tahun besarnya curah gerusan lokal disekitar abutmen
hujan 101,582 mm, sedangkan untuk padat dilakukan dengan
kala ulang 50 tahun besar curah hujan mengurangi efek erosi pada aliran
113,353 mm. Kecepatan aliran terukur dan pusaran tumit kuda (horse-shoes
untuk beberapa titik sample 2.93 m/dt. vortex). Kedalaman gerusan
Disamping kedalaman aliran yang maksimum pada lubang gerusan
sangat rendah yakni 0.4396 m. merupakan faktor kritik keruntuhan
Sedangkan penelitian ini didasarkan pilar dan abutmen jembatan.
pada perhitungan dengan debit banjir c) Metode yang paling umum adalah
rencana yakni sebesar 189,81 m3/dt membuat rip-rap yakni dengan
untuk kala ulang 50 tahun dan 166.631 menempatkan batu-batuan
m3/dt untuk kala ulang 25 tahun. kedalam lubang gerusan yang
Dimana data hujan diperoleh stasiun paling potensial.
pencatat curah hujuan dari kantor d) Dimensi riprap yang disarankan
Badan Meterologi dan Geofisika Mutiara untuk perlindungan gerusan dengan
Palu. Data hujan yang diperoleh debit banjir rencana panjang 30 m,
sebanyak 20 tahun mulai tahun 1984 lebar 12 m, ukuran batuan 303 mm
hingga tahun 2003. Perhitungan debit dan tebal rirap 1.40 m.
banjir rencana menggunakan metode
Melchior didasarkan pada luasan
daerah Pengaliran Sungai Labuan. LUas 5. Daftar Pustaka
DAS Labuan 131.438 km2 dengan Breusers, H.N.C., Raudkivi, A.J., 1991,
panjang sungai utama 26.15 km, Scouring, A.A. Balkema Publisher,
kemiringan daar sungai rata-rata Netherland
0.04253. Untuk perhitungan gerusan lokal Garde, R.J., Raju, K.G.R., 1977,
dengan menggunakan persamaan dari Mechanics of Sediment
Garde dan Raju, diperoleh kedalaman Transportation and Alluvial Stream
gerusan maksimum untuk kala ulang 50 Problems. Wiley Western limited,
tahun sebesar 1.345 m dan kala ulang New Delhi
25 tahun sebesar 1.169 m. sedang
perhitungan dengan persamaan dari Graf, W.H., Altinakar, M.S., 1998, Fluvial
Hoffmans diperoleh kedalaman gerusan Hydraulics, John Wiley and Sons
maksimum yang terjadi untuk kala ulang Publisher, Weinheim
50 tahun sebesar 1.322 m dank ala

164
Gerusan Lokal di Sekitar Abutment Jembatan Labuan
(Nina Bariroh Rustiati)

Hoffmans, G.J.C.M., Verheij, H.J., 1997, Mardjikoen, P., 1987, Diktat Kuliah
Scour Manual, A.A. Balkema Angkutan Sedimen, Fakultas
Publisher, Netherland Teknik Sipil, Universitas
Gadjahmada, Yogyakarta
Kironoto, B.A., 1998, Diktat Kuliah
Hidrolika Angkutan Sedimen, Raudkivi, A.J., 1976, Loose Boundary
Program Pascasarjana, Fakultas Hydraulics, University of Auckland,
Teknik Sipil, Universitas New Zealand
Gadjahmada, Yogyakarta
Simons, D.B., Sentürk, F., 1976, Sediment
Legono, D., 1998, Diktat Kuliah Teknik Transport Technology, Water
Sungai, Program Pascasarjana, Resourches Publication, Colorado
Fakultas Teknik Sipil, Universitas
Gadjahmada, Yogyakarta

Lampiran lampiran:
Lampiran 1. Skema pergerakan partikel sediment

Partikel washload

Partikel suspended

bedload

Lampiran 2. Sketsa desain perlindungan abutment

165

Anda mungkin juga menyukai