1
“Mereka bertanya kepadamu (Muhamnmad) tentang berperang pada
bulan haram. Katakanlah berperang dalam bulan haram itu adalah
(dosa) besar. Tetapi menghalangi orang (masuk) Mesjidil Haram, dan
mengusir penduduk dari sekitarnya,lebih besar (dosanya) dalam
pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamaNya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalanya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. " ( Qs. Al-Baqarah,(2) : 217).
2
Maksudnya adalah diperbolehkannya berperang pada bulan
haram, dan firmanNya :
3
Berkata Abu AsSa'ud - semoga Allah merahmatinya - :
4
besar sedangkan apa yang dilakukan oleh para musuhNya dari
kalangan orang-orang musyrik adalah lebih besar daripada melakukan
peperangan pada bulan haram. Dibedakan antara memahami sesuatu,
aib dan hukuman, sehingga tidak sama antara apa yang dilakukan oleh
para waliNya atas dasar takwil dalam perbuatan yang mereka lakukan,
yakni membunuh pada bulan haram, sehingga keteledoran mereka
dimaafkan oleh Allah karena adanya tauhid pada diri mereka ditambah
lagi perbuatan yang mereka lakukan awalnya niatnya karena ketaatan
kepada Allah, hijrah mereka karena rasulNya dan lebih mementingkan
apa yang ada di sisi Allah. (Zadul Ma'ad, karya ibnu Qayyim Al-
Jauziyyah, 3/170).
5
Berkata Al-Qadhi Abu Ya'la - semoga Allah merahmatinya - :
Allah menamai bulan haram karena mempunyai dua makna, yaitu :
6
“Mereka bertanya kepadamu (Muhamnmad) tentang berperang pada
bulan haram. Katakanlah berperang dalam bulan haram itu adalah
(dosa) besar. Tetapi menghalangi orang (masuk) Mesjidil Haram, dan
mengusir penduduk dari sekitarnya,lebih besar (dosanya) dalam
pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamaNya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalanya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. " ( Qs. Al-Baqarah,(2) : 217).
7
maksudnya adalah larangan Allah untuk melakukan peperangan pada
bulan haram dan menahan tidak melakukan peperangan pada bulan
tersebut karena keharamannya.
8
dalam mengerjakan kebaikkan dan takwa dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh Allah sangat berat siksaNya." (Qs. Al-Maidah ayat 2)
9
Maka inilah nash yang secara dhahirnya telah lewat pembahasannya
mengenai tetapnya keharaman memulai peperangan melawan orang-
orang kafir pada bulan haram.
" Bulan haram dengan bulan haram dan (terhadap) sesuatu yang di
hormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barang siapa yang
menyerang kamu, maka seranglah dengan serangan yang setimpal
dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah bersama dengan orang-orang yang bertakwa "
(Qs. Al-Baqarah ayat 194)
10
mereka dihalang -halangi oleh orang-orang musyrik maka nabi pun
berdamai dengan mereka untuk kembali kemudian datang lagi pada
tahun depan sehingga mereka bisa menetap di Makkah selama tiga
hari dan tidak membawa senjata serta tidak mengeluarkan seseorang
pun dari penduduk Makkah. Ketika tahun berikutnya datang : para
sahabat kembali dan memasuki Makkah. Orang-orang musyrik
melakukan kekacauan dan melanggar perjanjian Hudaibiyah maka
Allah memudahkan bagi kaum muslimin untuk bisa memasuki Makkah
pada bulan yang orang-orang Makkah telah menghalangi para sahabat
pada bulan tersebut, Allah berfirman : " bulan haram dengan bulan
haram dan (terhadap) sesuatu yang di hormati berlaku hukum qisas..".
( Qs. Al-Baqarah ayat 194)
11
194 ini maksudnya adalah : jika mereka orang-orang musyrik
memerangi kalian pada bulan haram, mengoyak-ngoyak kehormatan
bulan haram maka perangilah mereka pada bulan haram seluruhnya. (
Fathul Qadir : 1/192)
12
bangsa Tsaqif dan mengusir bangsa Thaif pada bulan Dzul Qa'dah,
sebagaimana halnya pula Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengutus
Abu 'Amir dalam suatu misi penyerangan terhadap bangsa Authas
pada bulan Dzul Qa'dah. ( Lihat : Zadul Ma'ad karya ibnu Qayyim Al-
Jauziyyah, 3/340, 341)
13
Ahkamu Al-Qur'an Karya Al-Jashshahsh , 1/401, 402. 3/291. Zadul
Masir,1/ 237).
14
yang mana kaum musyrikin mengadakan perjalanan baik setiap
tempat dan waktu, sehingga ayat 217 surat Al-Baqarah yang khusus
telah dihapus dengan perintah yang lebih umum dalam surat AtTaubah
ayat 5.
15
Telah mutlak perintah memerangi mereka pada bulan haram
sehingga tidak terbatas oleh waktu kebolehan memerangi mereka
pada bulan haram, sedangkan keharaman memerangi mereka pada
bulan haram telah dihapus karena keumuman ayat. (Bahrur Ra'iq,
5/77).
16
3. Pendapat Pengikut Imam Al-Hanbali
17
Maka berkata AthThabari - semoga Allah merahmatinya - : ( Atha
berkata tentang ayat yang baku yang tidak memperbolehkan
memerangi orang-orang kafir pada bulan haram dan dia bersumpah
bahwa ayat-ayat yang dimaksud adalah ayat-ayat yang umum pada
jamannya, padahal ayat ini khusus, sedangkan ayat yang umum tidak
bisa menghapus ayat yang khusus berdasarkan kesepakatan. ( tafsir
AthThabari, 3/44).
19
Diantaranya : meneror dan memerangi orang-orang kafir pada
bulan haram sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam telah kembali dari Al-Hudaibiyah pada bulan Dzul Hijah
kemudian beliau tinggal di sana beberapa hari kemudian pergi
ke Khaibar pada bulan Muharram, begitu pun yang dikatakan
oleh AzZuhri dari Urwah dari Marwan dan Miswar bin
Makramah, demikian juga Berkata Al- Wakidi : beliau keluar
pada awal tahun ke-7 hijriah namun sebenarnya beliau keluar
pada bulan akhir Muharram tidak pada bulan awalnya dan
memenangkan peperangan Khaibar pada bulan Safar.
Maka yang paling kuat dari pendalilan ini : baiat Nabi kepada
para sahabatnya di samping pohon yang disebut baiat Ridwan
baiat untuk berperang dan agar mereka tidak mundur dari
medan peperangan, dan peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul
Qa'dah﹑ akan tetapi ini bukan dalil untuk permasalahan ini
karena ini hanya peristiwa baiat mereka karena terdengar siar
Utsman bin Affan meninggal terbunuh di Makkah, dan mereka
pun berkeinginan untuk memerangi orang-orang kafir Quraisy
yang dikabarkan telah membunuh Utsman bin Affan. Maka
oleh karena itulah dengan baiat para sahabat ini tidak ada
keraguan lagi dan tidak ada lagi perselisihan lagi bolehnya
memerangi orang-orang kafir pada bulan haram jika orang-
orang kafir yang memulai terlebih dahulu namun yang
menjadi perselisihan adalah mengenai mendahului
memerangi mereka : maka pendapat jumhur boleh
memerangi mereka terlebih dahulu pada bulan haram, di
mana jumhur mengatakan : keharaman memerangi mereka
terlebih dahulu pada bulan haram telah dihapus dan ini
pendapat imam yang empat - semoga Allah merahmati
mereka-.
20
Atha dan selainnya berpendapat kepada yang tidak
memansukh ayat tersebut dimana Atha bersumpah dengan
nama Allah : tidak halal berperang pada bulan haram, dan
tidak dihapus keharamannya oleh sesuatu.
Dan dalil yang paling kuat dari dua dalil ini adalah : dalil
pengusiran yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa
sallam terhadap bangsa Thaif di mana beliau mengusir mereka
pada akhir syawal, beliau mengepung mereka selama dua
puluh malam, dan selainnya pada bulan Dzul Qa'dah dan pada
bulan itu pula terjadi Fathu Makkah, menetap di Baqi selama
Ramadhan dan tinggal di Makkah selama 19 hari setelah Fathu
Makkah dengan mengqashar shalatnya. Maka beliau keluar
menuju suku Hawazin dan menetap di sana selama dua puluh
hari di bulan Syawal, sehinggga Allah memenangkan atas
beliau dari suku Hawazin, dan beliau membagi harta ghanimah
kemudian pergi menuju bangsa Thaif dan mengepung mereka
selama dua puluh hari, dan peristiwa ini tidak diragukan
berlangsung selama di bulan Dzul Qa'dah.
21
keadaannya merupakan bagian dari kesempurnaan perang
terhadap Hawazin, dan mereka semua memulai peperangan
terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan tatkala
memulai peperangan terhadap mereka Malik bin Auf
AnNadhariey bersama Tsaqif masuk menyelinap ke dalam
benteng kerajaan mereka.
Allah Ta'ala berfirman : dalam surat Al-Maidah dan ini
sebagian dari akhir turunnya Al-Qur'an - dan ayat ini tidak di
mansukh, yakni surat Al-baqarah ayat 217.
22
justru orang-orang musyrik lah yang memulai peperangan terhadap
kaum muslimin terutama pada kisah ibnu Al-Hadlrami. Mereka
mengatakan : Muhammad telah menghalalkan peperangan pada
bulan haram ! Maka Allah menurunkan wahyuNya dalam surat Al-
Baqarah ayat 217, dan tidak kuat dalilnya bahwa surat tersebut
dimansukh dan ulama pun tidak sepakat atas dimansukhnya ayat
tersebut: (Zadul Ma'ad, 3/391).
23
Ibnu Muflih - semoga Allah merahmatinya - mengisyaratkan
tentang pendapat dhaif yang menasakh ayat tersebut, dia berkata
bulan haram itu terjaga keharamannya berdasarkan keumumannya,
dan karena peperangan terhadap Thaif serta keyakinan mereka, serta
kegoncangan pendapat syaikh kami sehingga pendapatnya
mengandung kemungkinan serta dipilihnya sebagian ,ereka dalam Al-
Qur'an dan sunnah). ( Al-Furu' : 6/70)
24
Permasalahan Yang Ke Empat Belas
25
“wahai orang-orang yang beriman jangalah kalian mendahului
memerangi orang-orang musyrik disamping Mesjidil Haram hingga
mereka mendahului kalian didalamnya, maka jika mereka mendahului
memerangi kalian disamping Mesjidil Haram maka perangilah
mereka”. ( Tafsir Al-Qurthubi, 2/192).
26
Maksudnya Allah Ta'ala melarang kepada kaum muslimin
untuk memerangi orang-orang kafir, namun bila mereka memerangi
kalian di dalam Mesjidil Haram maka perangilah mereka, dan dari
perbuatan kalian ini jangan menjadi penyesalan bagi kalian karena
orang-orang kafir adalah orang-orang yang terlebih dahulu melanggar
dan mengoyak-ngoyak kehormatan Mesjidil Haram sedangkan
maksud kalian memerangi mereka adalah sebagai pertahanan dari
serangan mereka. ( Ruuhul Ma'ani, 2/75).
27
(dihapus) dengan surat Al-Baqarah ayat 192, maksudnya " hingga tidak
ada lagi fitnah (kesyirikan) dan dien ini hanya milik Allah, yakni kalimat
Laa ilaaha illallah, yang karena kalimat inilah orang-orang musyrik
memerangi Nabi Allah dan kepada kalimat inilah mereka di seru.
28
Ta'ala telah memansukh ayat ini dengan firman Allah dalam surat Al-
Baqarah ayat 192 dan surat AtTaubah ayat 5 dan ayat-ayat lain yang
memansukhnya.( Tafsir AthThabari, 2/193)
29
Pendapat Madhab Syafi'I :
30
Al-Mawardi: 289) mengenai kekhususan Al-Haram, dimana di
bahas didalamnya keharaman dari memerangi penduduk Al-Haram,
namun bila para bughat memerangi para penduduk Makkah
didalamnya maka diharamkan memerangi mereka para bughat namun
cukup para begal tersebut di penjara sampai mereka mau kembali
kepada ketaatan terhadap pemerintahan Islam yang sah dan mereka
dimasukkan kembali kedalam orang-orang yang dilindungi di dalam
negeri Al-Haram. Abu Al-Hasan berkata, berkata jumhur fuqoha :
orang-orang yang bughat di dalam Makkah di perangi jikalau
pemerintah Islam tidak bisa mencegah sikap bughat mereka, karena
memerangi para bughat adalah sebagian dari hak-hak Allah yang tidak
boleh digantikan, menjaga hak-hak Allah di dalam negeri Al-Haram
adalah perkara yang harus didahulukan.
31
manjanik dan selainnya jika memungkinkan memerangi mereka
dengan selain alat tersebut, namun yang masih diperselisihkan disini
adalah bila orang-orang kafir yang tinggal di negeri selain Negeri Al-
Haram : maka jawabannya diperbolehkan memerangi orang-orang
kafir di negri-negeri selain Negeri Al-Haram dengan persenjataan jenis
apa pun, hanya Allah yang lebih mengetahui. (syarah Muslim, 9/124,
125. dinukil oleh Al-Hafidz dalam Kitab Fathul Bari', 4/48).
32
Pendapat yang pertama : bahwa ayat ini telah di mansukh
33
dia berkata : saya adalah seseorang yang bermaksud datang ke
Mesjidil Aqsha ini dalam rangka mencari ilmu. Maka berkata
Al-Qadhi dengan bertanya kepada pemuda tersebut
mengenai permasalahan orang-orang kafir yang berlindung di
Negeri Al-Haram apakah mereka harus diperangi atau tidak ?
Maka difatwakan jangan membunuh dan memerangi mereka,
maka aku pun bertanya kepadanya tentang dalilnya, maka dia
berkata : dalilnya dalam surat Al-Baqarah ayat 191 " walaa
tuqaatiluuhum" maksudnya ayat tersebut menurutnya adalah
sebagai peringatan dilarangnya memerangi mereka dan dalil
ini adalah dalil yang jelas secara dhahirnya tentang larangan
dari memerangi mereka di dalam negeri Al-Haram. Maka Al-
Qadhi berpaling darinya dengan merujuk kepada pendapat
Asysyafi'i dan Maliki, dimana Al-Qadhi tidak melihat pendapat
dari keduanya kecuali bahwa ayat tersebut telah dimansukh
oleh surat AtTaubah ayat 5. Maka AshShaghaniey berkata
kepadanya ayat ini mempunyai makna umum sedangkan yang
yang diperbincangkan di sini mempunyai makna khusus.
Sehingga tidak diperbolehkan bagi seorang pun mengatakan
bahwa ayat umum menghapus ayat khusus. Berpalinglah Al-
Qadhi AzZanjabiey, berkata ibnu al-Arabi : jika orang-orang
kafir berlindung di Baitul Haram : maka tidak ada jalan baginya
karena nash ayat dan sunnah yang baku melarang dari
memerangi mereka didalamnya. ( Tafsir Al-Qurthubi, 2/352,
353).
34
* dari ibnu Abbas - semoga Allah meridhainya - berkata :
bersabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada hari penaklukkan
Makkah : " tidak ada hijrah setelah penaklukkan Makkah akan tetapi
yang ada adalah jihad dan niat, jika kalian diperintahkan untuk
berperang maka berperanglah. Karena negeri Al-Haram ini telah
diharamkan oleh Allah semenjak Allah telah menciptakan langit dan
bumi, dan negeri Al-Haram ini telah diharamkan oleh Allah hingga hari
kiamat, dan tidak dihalalkan berperang didalamnya seorang pun
sebelumku dan tidak pula dihalalkan bagiku kecuali sesaat di waktu
siang harinya. Maka negeri Al-Haram telah diharamkan oleh Allah
hingga hari kiamat. ( Hr. Bukhari, 1/651. Muslim, 2/986)
35
maka ingatlah Allah telah mengijinkan kepada RasulNya untuk
memerangi musuh-musuhNya dan tidak diijinkan kepada kalian.
Sesungguhnya Makkah hanya diijinkan bagiku hanya sesaat di waktu
siangnya, sehingga telah jelas keharamannya di waktu siangnya seperti
halnya di waktu sorenya, maka hendaklah orang yang hadir
menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir. (Hr. Al-Bukhari,
2/651. Muslim, 2/987).
36
Shallallahu alaihi wa sallam kadang berpegang kepada permasalahan
bolehnya membunuh orang kafir walaupun dia berlindung di dalam Al-
Haram. Maka jawabannya adalah : bahwa yang dilakukan oleh beliau
mengandung kemungkinan atas kekhususan beliau, sebagaimana
sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam : " tidak dihalalkan bagi
seorang pun sebelumku dan tidak dihalalkan bagi seorang pun
sesudahku, dan ini hanya dihalalkan bagi ku sesaat di waktu siang
harinya. ( Syarah Umdatul Ahkam, 3/37)
37
telah diharamkan oleh Allah". Kemudian beliau bersabda : " Makkah
itu haram karena disucikan oleh Allah", kemudian beliau bersabda
pula" dan Makkah itu tidak dihalalkan bagiku kecuali sesaat di waktu
siang harinya" maka inilah tiga alasan mengapa Makkah diharamkan,
dan inilah nash yang tidak mengandung kemungkinan lagi untuk
ditakwil.
38
katakanlah kepadanya : " sesungguhnya Allah telah mengijinkan
kepada rasulNya untuk memerangi mereka dan tidak diijinkan bagi
kalian, namun ijin ini hanya diberikan kepadaku hanya sesaat di waktu
siang harinya saja, sehingga keharamannya sekarang seperti
keharamannya pada masa awalnya, maka hendaklah orang yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir." maksudnya adalah jelas
sekali.
39
beliau. Dan peperangan yang diijinkan Allah kepada RasulNya adalah
secara mutlak namun realitanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
tidak pernah memerangi orang-orang kafir Makkah dengan
menggunakan manjanik dan selainnya, dan juga : sedangkan hadits
yang melarang membunuh orang-orang kafir di dalam negeri Al-Haram
tersebut adalah keharaman yang selamanya dengan keharaman yang
mutlak termasuk keharaman menumpahkan darah didalamnya).
(Syarah Umdatul Ahkam, karya ibnu Daqiqil ied, 3/25, 26. Dan telah
dinukil oleh Al-Hafidz dalam Kitab Fathul Bari', 4/48).
40
yang khusus, yakni orang-orang musyrik diperangi dimana saja kalian
menemui mereka kecuali di dalam negeri Al-Haram, di dukung pula
dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : " bahwa Makkah
tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku, namun Makkah hanya
dihalalkan bagiku sesaat di siang harinya. " dan ini hadits shahih,
adapun hujjah mereka yang menasakh ayat dengan peristiwa
pembunuhan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terhadap ibnu
Khathal padahal dia berlindung di kain Ka'bah, maka bisa dijawab
bahwa ini hanya perbuatan khusus bagi Rasulullah dan telah dihalalkan
olehNya bagi beliau shallallahu alaihi wa sallam saja. (Fathul Qadir,
1/191).
41
Hanya Amru bin Sa'id yang fasik dengan berpaham syiah yang
telah berpaling dari nash Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dengan akal hawa nafsunya (Lihat Shahih Muslim, 2/987) dimana dia
berkata : " sesungguhnya Al-Haram ini tidak melindungi orang-orang
yang bermaksiat" maka dibantah ucapannya bahwa Al-Haram tidak
melindungi bagi orang yang telah bermaksiat dari siksa Allah,
walaupun tidak melindunginya dari menumpahkan darahnya : tidak
berlaku keharaman dengan dinisbahkan kepada dua darah,
keharaman darahnya cuma disamakan dengan darah burung dan
hewan bahaim, dan tidak tersisa perlindungan bagi orang yang
bermaksiat pada masa Ibrahim shalawat dan salam baginya dari Allah
sampai Islam lahir. Sebagaimana halnya pula tidak terjaga darah
Muqayyis bin Shababah, ibnu Khathal dan yang orang-orang selain dari
keduanya yang bersikap sama dan pada hari itu pembunuhan terhadap
mereka adalah hari yang bukan hari yang haram bahkan hari yang
halal. Tatkala telah selesai peperangan maka berlaku pula
sebagaimana halnya Allah telah menciptakan langit dan bumi, yakni Al-
Haram diharamkan lagi untuk menumpahkan darah.
42
Maka Inilah Pendapat Yang Mengharamkan Memulai
Penyerangan Terhadap Orang-Orang Kafir Di Dalam Negeri Al-Haram
(Makkah) : diantaranya pendapat pengikut Imam Hanafi dan pengikut
Imam Hanbali, diantaranya pendapat mereka adalah :
43
Bila kaum muslimin mendapati mereka mengacau di dalam
Makkah maka mereka di usir, ditangkap, tidak boleh dibunuh berbeda
bila mereka masuk ke dalam Makkah dalam rangka berburu maka dia
tidak boleh di bunuh, bila pemburunya berakal maka diperbolehkan
menahannya sedangkan membunuhnya adalah tercela.
44
maka tidak diperbolehkan membunuhnya "di dalam Makkah" (
selainnya boleh. Pent) namun tidak diberi makan, dan tidak diberi
minum, dan tidak diberi tempat, dan tidak dibeli barang dagangannya
hingga mereka keluar dari Makkah. Namun menurut pendapat Imam
AsyYsyafi'i - semoga Allah merahmatinya - mereka dibunuh meskipun
di dalam Makkah.
45
mereka telah melenyapkan dan mengoyak-ngoyak kehormatan
didalamnya, begitu pun juga apabila orang-orang kafir masuk ke dalam
Makkah dalam rangka memerangi maka mereka harus diperangi, jika
mereka memerangi kaum muslimin didalamnya maka tidak mengapa
kaum muslimin membalasnya dengan membunuhnya atau
memenjarakannya. ( Bada'iu AshShana'i, 7/102-114)
46
Maka inilah dhahir dalam permasalahan ini dan pendalilan
mereka berdasarkan khabar yang masyhur (maksudnya hadits : "
bahwa Makkah itu tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku dan
tidak dihalalkan bagi seorang pun sesudahku) hadits ini telah
dishahihkan oleh ibnu Al-Jauziey dalam tafsirnya, berkata kepadanya
Al-Qafal dan Al-Maruzi dari AsySyafi'i. (Al-Furu' 6/69 dan pembahasan
lebih jelasnya dalam Al-Mabdu', (9/56, 57)
47
saya ( Abu Abdillah Al-Muhajir) berkata : berikut dalil-dalil
tentang keharaman (kesucian) Madinah, diantaranya adalah :
48
* Dari Ali bin Abi Thalib - semoga Allah meridhainya - berkata :
barangsiapa yang mengatakan bahwa kami tidak memiliki
sesuatu yang kami baca selain kitabullah dan sahifah ini (kata Abu
Ibrahim; lembaran yang digantungkan di sarung pedangnya)
maka sungguh dia telah berdusta. Didalamnya juga tertulis unta
dan hewan-hewan sembelihan lain ( sebagai diyat ). Juga tertulis
bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang
Madinah : " Madinah adalah tanah haram antara wilayah 'Air
hingga Tsaur. Jadi barangsiapa yang membuat pelanggaran di
Madinah atau melindungi orang yang melakukan pelanggaran
maka dia akan terkena kutukkan dari Allah, kutukkan para
malaikat dan semua manusia serta Allah tidak menerima taubat
dan tebusan orang tersebut kelak pada hari kiamat. " (Hr. Al-
Bukhari, 2/661. Muslim, 2/995-998).
49
Sebagaimana pula Imam AnNawawi - semoga Allah
merahmatinya - mengenai hadits tersebut telah disimpan dalam
kitabnya dalam Bab : keutamaan Madinah dan do'a Nabi shallallahu
alaihi wa sallam yang didalamnya terdapat barokah, serta penjelasan
tentang kesuciannya dan keharaman melakukan kejahatan
didalamnya, larangan menebang pepohonan didalamnya, dan
penjelasan tentang hukum dan batasan kesuciannya). (Muslim, 2/991)
50
Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah - semoga Allah
merahmatinya - : Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah menjadikan
kesucian Madinah sejauh mata memandang dan Madinah adalah
tanah haram yang berada di antara dua gunung dan di antara tanah
yang tersusun dari bebatuan hitam, sebagaimana Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Madinah tanah Al-Haram di
antara dua gunung, yaitu Makkah."
51
Inilah Hadits : yang harus dipegang kuat yang menjelaskan
keharaman memulai peperangan di dalam Madinah sebagaimana
keharaman melakukan peperangan di dalam Makkah.
52