Anda di halaman 1dari 7

SURAT AL-BAQARAH: 194-195 (Jangan

Jerumuskan Dirimu Ke Dalam Kebinasaan)


0
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash.
Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertaqwa,[194]. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik. [195]
MAKNA GLOBAL AYAT

Ayat 194

Masih dalam kerangka redaksi sebelumnya, ayat ini mensugesti kaum Mukminin yang dimusuhi
(tertindas) untuk berperang melawan musuh-musuh mereka. Ayat ini juga menginformasikan kepada
mereka bahwa siapa saja yang memerangi mereka dalam bulan Haram, maka hendaklah mereka
memeranginya pula di bulan Haram itu; dan siapa saja yang memerangi mereka saat sedang berihram,
maka hendaklah mereka memeranginya di saat ia sedang berihram pula. Demikianlah, pada sesuatu yang
patut dihormati, berlaku hukum qishaash dan perlakuan balik yang sama. Jadi, siapa saja yang dimusuhi
(diserang), maka hendaklah mereka menyerangnya, seimbang dengan serangannya terhadap mereka.
Allah juga memerintahkan kepada mereka agar bertakwa kepada-Nya dan menginformasikan bahwa Dia
bersama akan mereka selama mereka bertakwa kepada-Nya dengan memberikan ketepatan (dalam
tindakan dan perkataan), pertolongan dan bantuan.

Ayat 195*

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kaum Mukminin agar menginfakkan harta mereka di jalan jihad
untuk dengan menyiapkan perbekalan, memudahkan perjalanan satuan-satuan perang khusus dan para
pejuang serta melarang mereka untuk meninggalkan infak di jalan Allah -yang tidak lain adalah jihad-
sebab bilamana mereka meninggalkan infak dan jihad, maka itu sama dengan orang yang menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. Hal ini dikarenakan, bila musuh yang selalu mengintai melihat
mereka tidak lagi berjihad, maka mereka akan menyerang dan memerangi mereka bahkan bisa
mengalahkan mereka sehingga karenanya mereka akan binasa.

Di samping itu, Allah juga memerintahkan mereka agar berlaku baik dalam seluruh perbuatan-perbuatan
mereka. Berlaku baik dalam perbuatan artinya menekuninya, memperbagusnya dan membersihkannya
dari segala ketimpangan dan kerusakan. Allah juga berjanji kepada mereka bahwa jika mereka berlaku
baik dalam perbuatan-perbuatan mereka tersebut, maka Dia akan menolong membantu dan menolong
mereka.

Firman-Nya, Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik ; siapa saja yang dicintai Allah, maka Dia akan memuliakan dan menolongnya, tidak akan
menghina dan mengerdilkannya. (Aysar at-Tafaasiir, al-Jazaairi)
Tafsir Syaikh Nashir as-Sady Atas Ayat 195

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya agar berinfak (membelanjakan harta) di
jalan Allah, yaitu mengeluarkan harta di jalan-jalan menuju Allah. Yakni setiap jalan kebaikan seperti
bersedekah kepada si miskin, kerabat atau memberikan nafkah kepada orang yang menjadi tanggungan.

Yang paling agung dan hal pertama yang termasuk kategori itu adalah infak dalam jihad fi sabilillah.
Sesungguhnya, berinfak dalam hal itu merupakan jihad dengan harta yang juga wajib, sama seperti jihad
dengan badan. Infak tersebut banyak sekali mashlahatnya seperti membantu dalam memperkuat barisan
kaum Muslimin, melemahkan syirik dan para pelakunya, mendirikan dienullah dan memperkuatnya.

Jadi, jihad fi sabilillah tidak akan terealisasi kecuali dengan adanya infak sebab infak ibarat roh (nyawa)
baginya, yang tidak mungkin ada tanpanya. Dengan tidak berinfak di jalan Allah, itu artinya membatalkan
jihad, memperkuat musuh dan menjadikan persekongkolan mereka semakin menjadi. Dengan begitu,
firman Allah SWT, Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan menjadi
seperti alasan atas hal itu. Menjatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan (teks arabnya, al-Ilqaa bi al-
Yad) kembali kepada dua hal: Pertama, meninggalkan apa yang seharusnya diperintahkan kepada seorang
hamba, jika meninggalkannya itu mengandung konsekuensi -atau hampir mendekati- binasanya badan
atau jiwa dan mengerjakan apa yang menjadi sebab kebinasaan jiwa atau roh. Termasuk juga ke dalam
kategori ini beberapa hal pula, di antaranya: meninggalkan jihad fi sabilillah atau berinfak di jalannya di
mana konsekuensinya adalah menjadikan musuh berkuasa, tipuan diri untuk berperang, bepergian yang
mengandung resiko, ke tempat yang banyak binatang buas atau ularnya, memanjat pohon, bangunan yang
berbahaya dan semisalnya. Ini dan semisalnya termasuk kategori orang yang menjatuhkan diri sendiri ke
dalam kebinasaan. Di antara hal lain yang termasuk menjatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan
adalah melakukan maksiat terhadap Allah SWT dan berputus asa untuk bertaubat.
Ke-dua, meninggalkan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah di mana meninggalkannya
merupakan bentuk kebinasaan bagi jiwa dan agama.

Manakala infak di jalan Allah tersebut merupakan salah satu jenis berbuat baik (Ihsan), maka Allah
menyuruh berbuat baik secara umum. Dia berfirman, Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. Ini mencakup semua jenis berbuat kebaikan sebab Dia tidak
mengaitkannya dengan sesuatu tanpa harus adanya sesuatu yang lain, sehingga termasuk di dalamnya
berbuat baik dengan harta seperti yang telah dikemukakan di atas.
Termasuk juga, berbuat baik dengan kehormatan diri berupa pemberian syafaat (pertolongan) dan
sebagainya. Termasuk pula, beramar maruf nahi munkar, mengajarkan ilmu yang bermanfaat,
membantu orang yang sedang dalam kesusahan, menjenguk orang sakit, melawat jenazah, menunjuki
jalan kepada orang yang tersesat, membantu orang yang mengerjakan suatu pekerjaan, bekerja untuk
orang yang tidak bisa melakukannya dan bentuk kebaikan lainnya yang diperintahkan Allah SWT.
Termasuk juga berbuat baik (ihsan) dalam beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang
disebutkan Rasulullah SAW dalam haditsnya mengenai apa itu ihsan, Bahwa kamu menyembah Allah
SWT seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.
Siapa saja yang memiliki sifat-sifat seperti di atas, maka ia termasuk orang yang Allah sebut, Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga). (QS.Yunus:26) Allah SWT akan
selalu bersamanya; memberikannya ketepatan (dalam tindakan dan perkataan), membimbingnya dan
menolongnya dalam segala hal. (Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan Fi Tafsiir Kalaam al-Mannaan karya
Syaikh Naashir as-Saidi berkenaan dengan ayat tersebut)
Pendapat Ulama Lain

Ibn Hajar al-Asqalani


Setelah memaparkan makna bahasa dari kata al-Halaak dan at-Tahlukah (kebinasaan), Ibn Hajar di
dalam kitabnya atas syarah al-Bukhari, Fat-h al-Bari mengatakan, Kemudian mushannif (Imam al-
Bukhari) menyebutkan hadits Hudzaifah mengenai ayat ini, ia mengatakan, Ayat ini turun mengenai
infak, maksudnya tidak mengeluarkan infak di jalan Allah. Apa yang dikatakannya (Hudzaifah) ini
penafsirannya terdapat dalam hadits Abu Ayyub yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, an-Nasai, Abu
Daud, at-Turmudzi, Ibn Hibban dan al-Hakim dari jalur Aslam bin Imran, ia berkata, Ketika kami
berada di Konstantinopel, datang barisan besar pasukan Romawi, lalu ada seorang prajurit muslim
membendung barisan Romawi tersebut lalu menyusup ke barisan tersebut, kemudian kembali lagi. Maka
orang-orang pun berteriak, Subhanallah, ia telah menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan (nekad
masuk ke barisan musuh-red).! Maka berkatalah Ayyub, Wahai manusia, sesungguhnya kalian
menakwil ayat ini dengan takwil seperti ini. Padahal ayat ini turun mengenai kami, orang-orang Anshar.
Yakni, ketika Allah telah memuliakan agama-Nya dan sudah banyak pendukungnya, kami berkata di
antara sesama kami secara sembunyi-sembunyi, Sesungguhnya harta kita telah hilang. Andai kata kita
tinggal (berdiam) dan memperbaiki apa yang telah hilang itu tentu lebih baik (maksudnya,
mengumpulkan harta benda dan menyibukkan diri dengannya, wallahu alam-red). Maka Allah pun
menurunkan ayat ini. Jadi, maksud kebinasaan di sini adalah tinggal (berdiam) seperti yang kami maksud
itu.
Dan penakwilan ayat tersebut seperti itu juga telah valid berasal dari Ibn Abbas dan beberapa orang dari
kalangan Tabiin.
Selanjutnya, setelah memaparkan hadits semakna dengan hadits Ayyub, Ibn Hajar mengomentari,
Membatasi ayat ini hanya sebatas itu perlu ditinjau kembali sebab yang menjadi tolok ukur adalah
makna umum dari suatu lafazh (bukan hanya kekhususan sebabnya-red). (Fat-h al-Baari, Ibn Hajar)
Imam al-Qurthubi
Setelah memaparkan beberapa hadits terkait dengan ayat di atas, termasuk hadits Abu Ayyub, Imam al-
Qurthubi di dalam kitab tafsirnya mengatakan, Abu Ayyub menginformasikan kepada kita bahwa
menjerumuskan diri sendiri ke dalam kebinasaan itu adalah dengan meninggalkan jihad di jalan Allah
SWT dan ayat tersebut turun mengenai hal itu. al-Qurthubi juga menyebutkan makna lainnya dengan
berpijak pada beberapa hadits tertentu mengenai ayat tersebut di antaranya; berdiam mengurusi dan
memperbaiki harta, takut menjadi beban orang lain, tidak bersedekah dan berinfak untuk orang-orang
yang lemah, berbuat dosa, berinfak di jalan yang haram dan lainnya. (Tafsir al-Qurthubi)

Imam ath-Thabari
Imam ath-Thabari berkata, Firman-Nya, Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan bersifat umum mencakup semua hal yang telah disebutkan karena lafazhnya dapat menerima
hal itu.
Selanjutnya, ath-Thabari memaparkan perbedaan pendapat para ulama mengenai hukum tindakan seorang
Muslim dari pasukan kaum muslimin yang mengorbankan dirinya untuk menggempur pasukan musuh
yang jumlahnya banyak tetapi hal itu dapat memperkuat barisan kaum muslimin (memiliki implikasi yang
baik) sementara niatnya ikhlash karena Allah semata. (Tafsir ath-Thabari)

PETUNJUK AYAT

Ada beberapa petunjuk dari ayat di atas:


Perlunya menghormati bulan Haram dan seluruh hal yang patut dihormati (Hurumaat)
Boleh melakukan qishash dan membalas dengan setimpal terhadap orang yang memusuhi, sama seperti
yang ia lakukan
Membalas serangan dan kejahatan orang yang memusuhi, yang zhalim dan memulainya dengan
kezhaliman dan permusuhan pula
Allah senantiasa bersama orang-orang yang beriman, bertakwa dan berbuat kebaikan
Keutamaan berbuat baik karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (Aysar at-Tafaasiir, al-
Jazaairi)
* Diriwayatkan, bahwa Abu Ayyub al-Anshori RA pernah berkata, Ayat ini diturunkan atas kami, kaum
Anshor. Yaitu, tatkala Allah menolong Rasul-Nyya dan menggunggulkan agama-Nya, kami berkata,
Mari kita tinggal bersama harta benda dan memperbaikinya maka turunlah firman Allah SWT, Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah. (ayat) Dan maksud dari kata menjatuhkan diri dalam
kebinasaan (dari firman-Nya, Wa La Tulquu Bi Aydiikum Iia at-Tahlukah) adalah dalam sikap kita tinggal
bersama harta benda kita (dengan meninggalkan jihad-red).
Al Baqarah 195

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan


janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [195]

Anda mungkin juga menyukai