Anda di halaman 1dari 39

Nenden Kurniasih Anggraeni

131411017

2A (Kelompok 4)

I. Tujuan
- Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam proses saponifikasi
- Menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif
yang ditambahkan
- Menganalisis produk sabun padat yang didapat

II. Dasar Teori


A. Definisi Sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam


monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada
sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan
pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun
dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan
gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati,
lilin, ataupun minyak ikan laut.

B. Bahan-bahan dalam Pembuatan Sabun Mandi

Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain
faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan
additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan
proses produksi aktual di lapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik
yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap
sama. Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak(nabati) atau asam lemak (fatty acid)

1|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya
digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga
alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan.

1. Minyak atau Lemak


- Minyak kelapa: menghasilkan sabun yang keras dengan busa gelembung yang
banyak dan daya bersihnya sangat tinggi sehingga cenderung membuat kulit
terasa kering;
- Minyak Sawit: sabunnya juga keras dan busanya sedikit.
- Minyak Zaitun: sabun yang dihasilkan cenderung empuk tetapi kemampuannya
melembabkan kulit sangat tinggi.
- Minyak kastor: sangat melembabkan kulit dan busanya sangat banyak, tetapi
sabun cenderung menjadi sangat lunak.
2. NaOH atau KOH
Bila soda api atau NaOH yang dipakai terlalu banyak, sabun akan menjadi
“keras” dalam arti bisa berbahaya bagi kulit karena bersifat terlalu basa/alkali
sehingga kulit menjadi hitam (korosi kulit). Minimal kulit akan kering dan bisa
terasa gatal-gatal. Bila jumlah soda apiyang dipakai kurang, akan ada minyak
yang tidak tersaponifikasi, artinya sabunnya mengandung minyak sehingga busa
yang dihasilkan tidak ada. Sampai batas tertentu ini bagus dan banyak pembuat
sabun yang dengan sengaja membuatnya demikian karena minyak membuat kulit
menjadi lembab. Istilah persabunannya adalah “super-fatting” dan biasanya
“super-fatting” antara 5% sampai 8% malah dianjurkan.
3. Air : sebagai katalis atau pelarut
4. Essensial dan Fragrance Oils : sebagai pengharum
5. Pewarna
6. Zat aditif : rempah, herbal, talk, tepung kanji atau maizena dapat ditambahkan
pada saat “trace”.

C. Jenis Sabun

2|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan sabun. Salah satunya adalah
penggolongan berdasarkan bentuk fisik dan fungsi.
1. Sabun batang
Terbuat dari lemak netral yang padat dan dikeraskan melalui proses
hidrogenasi. Jenis alkali yang digunakan adalah natrium hidroksida dan sukar
larut dalam air.
2. Sabun cair
Sabun jenis ini dibuat dari minyak kelapa jernih dan penggunaan alkali yang
berbeda yaitu kalium hidroksida. Bentuknya cair dan tidak mengental pada
suhu kamar.
3. Shower gel
Sabun dengan kandungan emulsi berupa cocamide DEA, lauramide DEA,
linoleamide DEA, dan oleamide DEA ini berfungsi sebagai substansi
pengental untuk mendapatkan tekstur gel.
4. Sabun antiseptik
Mengandung bahan aktif antibacterial, seperti triclosan, triclocarban /
trichlorocarbamide, yang berguna untuk membantu membunuh bakteri dan
mikroba, namun tidak efektif untuk menonaktifkan virus.

D. Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Secara latin sapon
= sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun
dan gliserol.
1. Reaksi pembuatan sabun
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and

3|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-
menarik listrik (gaya intermolekul dipoldipol) antara molekul-molekul air.
2. Pembuatan Sabun dalam Industri
- Saponifikasi Lemak Netral

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan


tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan
sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan
pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan
trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin

NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x


[MV(NaOH)/MV(KOH)]

Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul.


Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,
yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.
Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur
campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke
separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali
yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci
dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang
digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa-sisa larutan alkali
dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)
yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

- Pengeringan Sabun

4|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)
yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada
sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun
butiran atau lempengan. Jenis-jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga
multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun.
Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni
melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir
pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan
pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh
di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer
dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan
lebih efisien daripadadryer sistem tunggal.

- Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :

NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :

MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang


dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak. Operasi sistem ini meliputi
pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser
dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni.
Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke

5|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai.
Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial
elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi
sabun batangan.

- Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan


dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata
pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak
melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan
sabun batangan merupakan tahap akhir.

6|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


ALAT : BAHAN :
 Penangas air 1 buah  Minyak kelapa sawit 20 ml
 Erlenmeyer 3 buah  Alkali (NaOH/KOH) 10 gr
 Magnetic stirrer 1 buah  Air mendidih 10 ml
 Thermometer 2 buah  NaCl 0,1 gram
 Beaker glass volume 250 ml 2  Amylum 0,5 gram
buah  Bahan pewangi tambahan
 Beaker glass volume 50 ml 2 buah  Indicator pp
 Buret 1 buah  HCl 0,5 N
 NaOH 0,1 N

III. Alat dan Bahan

7|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


V. Prosedur Kerja
A. Proses Pembuatan Sabun

8|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


B. Analisa Alkali Bebas

C. Analisa Asam Lemak Bebas

D. Tabel Pengamatan

E. Pengolahan Data

9|Laporan Praktikum Satuan Proses 2


VI. Tabel Data
6.1 Percobaan 1
A. Persiapan
No Bahan Berat / Volume Massa Molekul Rumus
1 Minyak nabati 20 ml 854 gram/mol C55H98O6
2 NaOH 10 gram/10 ml 40 gram/mol NaOH
3 NaCl 0,1 gram 58,5 gram/mol NaCl
4 Amilum 0,5 gram 178 gram/mol C12H22O11
5 Parfum 0,04 cc - -

B. Proses Pencampuran (Pemanasan secara tidak langsung)


No Bahan Tempat Pengamatan Keterangan
1 10 gran NaOH + Gelas Larutan NaOH berwarna Pencampuran dilakukan dengan
10 ml Aquadest kimia 50 bening pengadukan dan pemanasan
ml secara tidak langsung
2 Minyak + NaOH Reaktor Larutan berubah wujud Penambahan NaOH setetes demi
(B) menjadi kental dan setetes disertai dengan
berwarna kekuning- pengadukan selama 10 menit dan
kuningan pemanasan secara tidak langsung
T = 55oC
3 Larutan B + NaCl Reaktor Larutan masih berwujud Pencampuran dilakukan dengan
(C) kental dan berwarna putih pengadukan selama 10 menit dan
kekuningan pemanasan secara tidak langsung
pada suhu konstan
4 Larutan C + Reaktor Larutan semakin kental dan Pencampuran dilakukan dengan
amilum (D) berwarna putih kekuningan pengadukan selama 10 menit dan
pemanasan secara tidak langsung
pada suhu konstan
5 Larutan D + Reaktor Larutan semakin kental Pencampuran dilakukan dengan
parfum menyerupai pasta, berwarna pengadukan selama 10 menit dan

10 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


putih kekuningan dan pemanasan secara tidak langsung
berbau harum pada suhu konstan
Tabel Hasil Analisis
A. Alkali Bebas
Proses Tempat Pengamatan Keterangan
Pencampuran 1 gr Pemanasan
Campuran dipanaskan
sampel + 20 ml Labu erlenmeyer 50 ml sampai larutan
sampai larutan homogen.
alkohol netral homogen
Didinginkan hingga larutan
Pendinginan Labu erlenmeyer 50 ml -
tidak terlalu panas.
Terjadi perubahan warna
Penambahan
Labu erlenmeyer 50 ml dari kuning menjadi warna -
indikator PP
pink keunguan.
Terjadi perubahan warna Duplo
Titrasi dengan
Labu Erlenmeyer 50 ml dari waran pink keunguan V1 HCl = 10,1 ml
HCl 0,5 N
menjadi kuning kembali. V2 HCl = 10,3 ml

B. Asam Lemak Bebas


Proses Tempat Pengamatan Keterangan
Pencampuran 5 gr Pemanasan
Campuran dipanaskan
sampel + 50 ml Labu Erlenmeyer 50 ml sampai larutan
sampai larutan homogen
alkohol netral homogen
Didinginkan hingga larutan
Pendinginan Labu Erlenmeyer 50 ml -
tidak terlalu panas
Terjadi perubahan warna
Penambahan
Labu Erlenmeyer 50 ml dari kuning menjadi kuning -
indicator PP
kuning kepink-pink keruh.

11 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


6.2 Percobaan 2
A. Persiapan
No Bahan Berat / Volume Massa Molekul Rumus
1 Minyak nabati 18 ml 854 gram/mol C55H98O6
2 NaOH 10 gram/10 ml 40 gram/mol NaOH
3 NaCl 0,1 gram 58,5 gram/mol NaCl
4 Amilum 0,5 gram 178 gram/mol C12H22O11
5 Parfum 0,04 cc - -

B. Proses Pencampuran (Pemanasan secara langsung)


No Bahan Tempat Pengamatan Keterangan
1 10 gran NaOH + Gelas Larutan NaOH berwarna Pencampuran dilakukan dengan
10 ml Aquadest kimia 50 bening pengadukan dan pemanasan
ml secara langsung
2 Minyak + NaOH Reaktor Larutan berubah wujud Penambahan NaOH setetes demi
(B) menjadi kental dan setetes disertai dengan
berwarna putih pengadukan selama 10 menit dan
pemanasan secara langsung T =
55oC
3 Larutan B + NaCl Reaktor Larutan masih berwujud Pencampuran dilakukan dengan
(C) kental dan berwarna putih pengadukan selama 10 menit dan
pemanasan secara langsung pada
suhu konstan
4 Larutan C + Reaktor Larutan semakin kental dan Pencampuran dilakukan dengan
amilum (D) berwarna putih pengadukan selama 10 menit dan
pemanasan secara langsung pada
suhu konstan

12 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


5 Larutan D + Reaktor Larutan semakin kental Pencampuran dilakukan dengan
parfum menyerupai pasta, berwarna pengadukan selama 10 menit dan
putih dan berbau harum pemanasan secara langsung pada
suhu konstan

Tabel Hasil Analisis


C. Alkali Bebas
Proses Tempat Pengamatan Keterangan
Pencampuran 1 gr Pemanasan
Campuran dipanaskan
sampel + 20 ml Labu erlenmeyer 50 ml sampai larutan
sampai larutan homogen.
alkohol netral homogen
Didinginkan hingga larutan
Pendinginan Labu erlenmeyer 50 ml -
tidak terlalu panas.
Terjadi perubahan warna
Penambahan
Labu erlenmeyer 50 ml dari putih keruh menjadi -
indikator PP
warna pink keunguan.
Terjadi perubahan warna
Titrasi dengan V HCl = 12,2 ml
Labu Erlenmeyer 50 ml dari warana pink keunguan
HCl 0,5 N
kembali ke warna awal.

D. Asam Lemak Bebas


Proses Tempat Pengamatan Keterangan
Pencampuran 5 gr Pemanasan
Campuran dipanaskan
sampel + 50 ml Labu Erlenmeyer 50 ml sampai larutan
sampai larutan homogen
alkohol netral homogen
Didinginkan hingga larutan
Pendinginan Labu Erlenmeyer 50 ml -
tidak terlalu panas
Terjadi perubahan warna
Penambahan
Labu Erlenmeyer 50 ml dari putih keruh menjadi -
indicator PP
pink keunguan.

13 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


Terjadi perubahan warna
Titrasi dengan V NaOH = 16,5
Labu Erlenmeyer 50 ml dari pink keunguan keruh
NaOH 0,5 N ml
menjadi pink bening
VII. Pengolahan Data

7.1 Percobaan 1

Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 30,32 gram


Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit = 20 ml

Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa sawit :

Tabel data berat ekuivalen asam lemak


No. Jenis Asam Lemak Berat Ekuivalen (g/mol)
1. Asam laurat 200
2. Asam oleat 282
3. Asam stearate 284
4. Asam palmitat 256
5. Asam miristat 228
6. Asam palmitoleat 254
7. Asam linoleat 280

14 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


8. Asam linolenat 278
9. Asam arakidonat 304

 Berat molekul rata-rata minyak kelapa sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)
= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)
= 269,73 g/mol

 Mol minyak kelapa sawit :

𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂
𝝆 = 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆  massa = 𝝆 x volume

Massa = 0,8948 g/mL x 20 mL

= 17,896 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 17,896 𝑔𝑟
𝑴𝒐𝒍 𝒎𝒊𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒘𝒊𝒕 = = 𝑔𝑟 = 0,066 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73
𝑚𝑜𝑙

 Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40
𝑚𝑜𝑙

 Mol sodium stearat (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH  3Sodium Stearat + Gliserol
m: 0,066 mol 0,250 mol - -
r : 0,066 mol 0,198 mol 0,198 mol 0,066 mol
s : - 0,052 mol 0,066 mol 0,066 mol

15 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


 Berat sodium stearate (sabun) yang terbentuk secara teoritis :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟
Massa = 0,198 mol x 278 gr/mol
Massa = 55,044 gr

 Yield sabun yang diperoleh :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Yield = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

= 30,32/55,044x 100%
= 55,08%
 Perhitungan analisis alkali bebas
Titrasi HCl (duplo)
ke-1 : 10,1 ml
ke-2 : 10,3 ml
10,1+10,3
VHCl = = 10,2 mL
2

𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 0,04
Kadar alkali bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
10,2 𝑥 0,5 𝑥 0,04
=
1 𝑥 100%
= 0,00204 %

pH sabun yang terbentuk :

Konsentrasi NaOH = 0,00204 % = 2,04 x 10-3

pOH = -log(OH-) pH = 14 – 2,69= 11,31 (basa)


-3
= -log(2,04 x 10 )
= 3-log(2,04)
= 2,69

 Perhitungan analisis asam lemak bebas

16 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


Titrasi NaOH (duplo)
ke-1 : 20,2 ml
ke-2 : 20,1 ml
20,2+20,1
VNaOH = = 20,15 mL
2

𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,200
Asam lemak bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
20,15 𝑥 0,5 𝑥 0,200
=
5 𝑥 100%
= 0,00403%

17 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


7.1 Percobaan 2

Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 31,35 gram


Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit = 18 ml
Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa sawit :

Tabel data berat ekuivalen asam lemak


No. Jenis Asam Lemak Berat Ekuivalen (g/mol)
1. Asam laurat 200
2. Asam oleat 282
3. Asam stearate 284
4. Asam palmitat 256
5. Asam miristat 228
6. Asam palmitoleat 254
7. Asam linoleat 280
8. Asam linolenat 278
9. Asam arakidonat 304

 Berat molekul rata-rata minyak kelapa sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)

18 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)
= 269,73 g/mol

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
 𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Mol minyak kelapa sawit  𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌𝑥𝑣 olume

Massa = 0,8948 g/mL x 18 mL

= 16,1064 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 16,1064 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,059 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73 𝑚𝑜𝑙

 Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙

 Mol sodium stearat (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH  3Sodium Stearat + Gliserol
m: 0,059 mol 0,250 mol - -
r : 0,059 mol 0,177 mol 0,177 mol 0,059 mol
s : - 0,073 mol 0,177 mol 0,059 mol

 Berat sodium stearate (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟
Massa = 0,177 mol x 278 gr/mol
Massa = 49,206 gr

19 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


 Yield sabun yang diperoleh :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖 ℎ 𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Yield = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑥 100%
= 31,35/49,206x 100%
= 63,71%
 Perhitungan analisis alkali bebas
Titrasi VHCl = 12,2 ml
𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 0,04
Kadar alkali bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
12,2 𝑥 0,5 𝑥 0,04
=
1 𝑥 100%
= 0,00244 %

pH sabun yang terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 0,00244% = 2,4 x 10-3

pOH = -log(OH-) pH = 14 – 2,61 = 11,39 (basa)


= -log(2,44 x 10-3)
= 3-log(2,44)
= 2,61

 Perhitungan analisis asam lemak bebas


Titrasi VNaOH = 16,5 ml

𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,200
Asam lemak bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
16,5 𝑥 0,5 𝑥 0,200
=
5 𝑥 100%
= 0,0033 %

20 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


VIII. Pembahasan

NENDEN KURNIASIH ANGGRAENI (131411017)

Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak dan alkali yang
menghasilkan produk utama sabun dan hasil samping berupa gliserol. Dengan kata lain,
saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun. Disebut lemak jika pada suhu ruang dia
berbentuk padat dan disebut minyak jika pada suhu kamar berbentuk cair. Minyak atau lemak
biasanya disebut trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada
gugus gliserol . Pada praktikum kali ini trigliserida yang digunakan berasal dari minyak atau
lemak nabati yaitu minyak kelapa sawit yang memiliki komposisi asam lemak sebagai berikut.

Alkali yang biasa digunakan pada saponifikasi merupakan basa anorganik yang bersifat
water soluble (NaOH atau KOH). Penggunaan alkali dari NaOH akan dihasilkan sabun keras
sedangkan alkali dari KOH akan dihasilkan sabun cair. Jadi, penggunaan alkali pada saponifikasi
sesuai dengan produk sabun yang diinginkan. Pada praktikum ini, digunakan alkali dari NaOH
untuk mendapatkan produk sabun keras.

Reaksi saponifikasi merupakan reaksi yang menyerap kalor yaitu perubahan yang akan
mengalirkan kalor ke dalam sistem (endoterm). Proses pemanasan pada saponifikasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:

21 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


1. Proses Pemanasan Langsung

Pemanasan secara langsung (direct heating) merupakan metode di mana produk


yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas langsung dari gas panas hasil pembakaran
bahan bakar atau dengan menggunakan elemen listrik.

2. Proses Pemanasan Tidak Langsung

Pemanasan secara tidak langsung (indirect heating) adalah merupakan metode di mana
produk yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas dengan cara mensirkulasikan heat
transfer medium (disebut juga sebagai heat carrier) antara heater dengan produknya (heat
consumer).

Trigliserida + 3NaOH panas 3RCOONa + Gliserin

Berdasarkan persamaan stoikiometri, perbandingan komposisi minyak dan alkali NaOH


adalah 1:3. Persamaan reaksi penyabunan secara umum sebagai berikut.

Komposisi minyak kelapa sawit dan NaOH yang digunakan berdasarkan perbandingan
tersebut adalah 20 mL minyak kelapa sawit dengan 10 gram NaOH/10 mL air. Selain dilakukan
percobaan sesuai persamaan stoikiometri, juga dilakukan percobaan untuk variasi komposisi
minyak. Pada percobaan kedua, minyak dibuat kekurangan menjadi 18 mL. Pada proses
pemanasan saponifikasi juga dilakukan variasi, dimana pada percobaan pertama indirect heating
dan pada percobaan kedua direct heating.

Tahapan awal dilakukan dengan melarutkan NaOH ke dalam 10 mL air mendidih yang
kemudian ditambahkan kedalam reaktor berisi minyak yang dipanaskan pada suhu 550C dengan

22 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


indirect heating. Kelebihan menggunakan indirect heating, suhu akan lebih stabil dibanding
dengan direct heating. Kelemahannya, untuk meningkatkan suhu mencapai kondisi operasi yang
diinginkan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak efisien. Suhu untuk kondisi
proses saponifikasi dijaga konstan karena jika suhu terlalu tinggi, minyak akan teroksidasi yang
menyebabkan kerusakan pada minyak ditandai dengan adanya perubahan warna minyak menjadi
coklat. NaOH ditambahkan kedalam minyak tetes demi tetes untuk menghindari terjadinya
pengeresan sabun pada reaktor. Setelah semua NaOH sudah ditambahkan, campuran diaduk
untuk menghomogenisasi selama 10 menit. Pada kondisi ini diperoleh campuran berwarna putih
kekuningan keruh yang kental. Kemudian, ditambahkan bahan pendukung seperti 0,1 garam
halus (NaCl) dan 0,5 amilum kedalam reaktor. Penambahan 0,1 garam harus disertai pengadukan
selama 10 menit. Garam halus atau NaCl berfungsi untuk mengendapkan sabun dengan produk
sampingnya berupa gliserin. Selain itu, penambahan NaCl juga bertujuan agar sabun yang
dihasilkan keras. Namun, jika penambahan NaCl terlalu tinggi, maka produk sabun yang
dihasilkan akan terlalu keras. Campuran yang dihasilkan bewarna putih kekuningan dan kental.
Selanjutnya, penambahan 0,5 gr amilum bertujuan sebagai pemberi massa (jadi sabun itu lebih
berat), mengentalkan larutan, dan menambah daya cuci sabun serta mengurangi kelembaban
sabun. Kondisi ini pun dilakukan pengadukan selama 10 menit dan diperoleh campuran yang
semakin sulit diaduk (sangat viskos) dan bewarna kuning pucat. Untuk mendapatkan sabun yang
wangi, ditambahkan bahan pendukung lainnya berupa parfum sebanyak 0,04 cc yang
homogenkan selama 10 menit. Kemudian sabun dicetak dan dilakukan analisa terhadap alkali
bebas dan asam lemak bebas. Sabun yang diperoleh tidak langsung mengeras ketika proses
selesai. Sabun baru mengeras sekitar 3 hari kemudian.

Analisa terhadap alkali bebas dilakukan dengan melarutkan 1 gr sabun dengan 20 mL


etanol dengan pemanasan sampai sabun terlarut. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning
(orange) kemudian didinginkan dan ditambahkan 2 tetes indikator pp sehingga warna menjadi
merah muda. Hal ini menandakan bahwa masih ada alkali bebas didalam sabun yang dihasilkan.
Selanjutnya, dilakukan titrasi asam basa dengan titran HCl 0,5 N. Diperoleh volume titran rata-
rata 10,2 mL (duplo) yaitu sampai larutan menjadi kuning kembali (orange) sehingga diperoleh
kadar alkali bebas sebesar 0,00204%. Berdasarkan literatur, baku mutu sabun yang aman itu
memiliki kadar alkali bebasnya maksimal 0,01%. Hal ini berarti menandakan bahwa kandungan
alkali bebas pada sabun yang dihasilkan aman. Namun, biar bagaimana pun sabun yang

23 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


dihasilkan tidak sepenuhnya aman karena disisi lain nilai pH dari sabun yang dihasilkan masih
tinggi yaitu 11,31.

Selain itu untuk analisa asam lemak bebas dilakuka dengan melarutkan 5 gr sabun
dengan 50 mL etanol yang dipanaskan hingga semua sabun terlarut. Kemudian didinginkan
sampai hangat kuku. Larutan berwarna kuning dan jika didinginkan terlalu lama larutan akan
membeku karena sifat dari pelarut etanol dia akan membuat sabun menjadi keras. Hal yang
dilakukan untuk menganalisa yaitu dengan titrasi menggunakan titran NaOH 0,5 N dan
tambahkan indikator pp 2 tetes ke dalam larutan sehingga berubah warna menjadi kuning kepik-
pink yang keruh. Hal ini masih menandakan adanya asam lemak bebas yang tidak bereaksi.
Diperoleh volume titran (duplo) 20, 15 mL yaitu sampai larutan berubah menjadi kuning kepink-
pink yang bening sehingga diperoleh kadar asam lemak bebas sebesar 0,00403. Yield yang
diperoleh pada sabun pertama 55,08% sedangkan yield sabun kedua 63,71%.

Pada percobaan kedua, dimana komposisi minyak dibuat menjadi 18 mL dengan direct
heating pada suhu 570C terlihat perbedaan ketika sabun dianalisa baik untuk alkali bebas
maupun asam lemak. Warna larutan yang dihasilkan dari melarutkan sabun dengan etanol adalah
putih. Hal ini menunjukkan bahwa teori persamaan stoikiometri dimana salah satu reaktan dibuat
kekurangan (dalam hal ini minyak) akan dihasilkan warna yang lebih putih. Terkait dengan
pembuatan sabun transparan dimana minyak yang digunakan lebih sedikit dari perbandingan
komposisi sehingga dihasilkan warna yang bening. Sedangkan ditinjau dari metoda
pemanasannya, tidak ada perbedaan yang signifikan karena perbedaan suhu pemanasan pada
percobaan 1 dan 2 tidak terlalu jauh yaitu hanya 20C. Pada percobaan kedua, praktikum hanya
lebih cepat saja dalam mencapai kondisi operasinya karena pemanasannya langsung sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Ditinjau dari kadar alkali diperoleh 0,00244% dengan pH 11,39. Hal
ini menunjukan sabun kedua lebih banyak mengandung alkali bebas. Sedangkan kadar asam
lemak bebasnya 0,0033%. Dibandingkan dengan sabun pertama kadar asam lemak bebas sabun
kedua lebih kecil sesuai dengan komposisi bahan baku yang dikurangi menjadi 18 mL.

Berdasarkan hasil percobaan kelompok lain (kelompok 3), dalam percobaannya sabun
kedua yang mereka dapatkan memadat didalam reactor setelah penambahan garam halus NaCl
dan suhu operasinya 900C. Hal ini disebabkan suhu operasi melebihi suhu opimumnya sehingga
menyebabkan sabunnya memadat pada saat itu juga yang akhirnya menurunkan hasil (kualitas

24 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


sabun). Hal ini juga berlaku pada percobaan sabun pertama pada suhu operasi 700C. Namun,
pada sabun pertama, pemadatan terjadi ketika penambahan amilum.

Berdasarkan hasil percobaan dan perbandingan haisl percobaan dapat disimpulkan


beberapa faktor yang mempengaruhi saponifikasi antara lain:

1. Komposisi bahan baku (minyak atau lemak dan alkali)


- Penggunaan jumlah NaOH yang kurang dalam reaksi saponofikasi akan
menyebabkan terbentuknya residu /sisa asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal
ini akan menyebabkan sabun akan terkesan licin, lebih lembut, dan lembab.
Sebaliknya, penggunaan jumlah NaOH yang berlebih dalam reaksi saponifikasi
menyebabkan tidak adanya residu/asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal ini
menyebabkan sabun akan keras. Selain itu juga konsentrasi alkali mempengaruhi
reaksi saponifikasi. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen sedangkan jika
basanya encer, maka reaksinya membutuhkan waktu yang lebih lama.
- Penggunaan jumlah minyak atau lemak yang berlebih memberikan efek pada
sabun yang menjadi keruh dan sebaliknya.

2. Suhu (55-650C)
Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil. Hal ini
terjadi karena saponifikasi merupakan reaksi yang eksotermis. Karena suhu yang
terlalu tinggi akan mengoksidasi minyak sehingga terjadi kerusakan minyak dimana
warna minyak menjadi kecoklatan. Selain itu juga suhu yang terlalu tinggi akan
mempercepat pengerasan dimana ketika alkali dicampurkan timbul reaksi pengerasan
sabun dalam reaktor.
3. Metoda pemanasan
Indirect heating akan lebih stabil untuk penjagaan suhu tetapi waktu yang dibutuhkan
lama sedangkan direct heating akan lebih cepat tetapi untuk penjagaan suhu tidak
stabil.

25 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


4. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A.

5. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.

26 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. “Saponifikasi”. http://id.wikipedia.org. [27 Oktober 2014].

Anonim. 2012. “Komposisi dan Jenis Sabun”. http://www.femina.co.id. [27

Oktober 2014].

Anonim. 2009. “Saponifikasi” http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com. [27

Oktober 2014].

Pertiwi. 2013. “Proses Pembuatan Sabun”. http://wiwinprtw.blogspot.com. [27

Oktober 2014].

27 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


LAMPIRAN FOTO

No Gambar Keterangan
1. Penimbangan 0,1 gram NaCl

2. Penimbangan 10 gram NaOH

3. Pemanasan minyak kelapa sawit 20 ml pada


penangas air

4. Penambahan NaOH 10 gram yang telah


dilarutkan ke dalam air mendidih

28 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


5. Penambahan 0,1 gram NaCl yang telah
ditimbang disertai pengadukan

6. Penambahan amilum 0,5 gram yang telah


ditimbang. Pengadukan berjalan dengan
menggunakan magnetic stirrer.

7. Penambahan bahan pewangi tambahan


disertai pengadukan

8. Menimbang sabun yang terbentuk

29 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


9. Pemanasan ethanol 20 ml dengan 1 gram
sabun untuk analisa alkali bebas

10. Titrasi menggunakan HCl 0,5 N setelah


dtambahkan indikator pp

11. Sabun 5 gram dipanaskan dengan 50 ml


ethanol untuk analisa asam emak bebas dan
ditambah indikator pp untuk titrasi

12. Hasil titrasi menggunakan NaOH 0,5 N

30 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


LAMPIRAN

(Hasil Percobaan Kelompok 3)

Data Persiapan

Bahan Berat/Volume Massa Molekul Rumus


Larutan Natrium Hidroksida 100 mL 40 gr/mol NaOH
Minyak Kelapa/ Asam
25 ml 854 gr/mol C55H98O6
Stearat
Natrium Klorida 0,1 gram 58,5 gr/mol NaCl
Amylum 0,5 gram 178 gr/mol C12H22O11
Parfum - - -

Proses Pencampuran
Bahan Tempat Pengamatan Keterangan
Saat pelarutan
10 gr NaOH + 10 menghasilkan panas Aquadest yang
mL aquadest Beaker Glass (Reaksi bersifat ditambahkan pada
(Larutan NaOH) eksotermis) dan NaOH kondisi suhu 70oC
larut
Campuran mula-mula Pengadukan kontinyu
membentuk 2 layer selama ±10 menit.
Lar. NaOH + 25
kemudian dengan Kondisi pencampuran
mL Minyak Beaker Glass
pengadukkan cukup lama dalam keadaan panas
Kelapa
berubah menjadi seperti (70oC) melalui
susu kental pemanasan langsung
Pengadukkan kontinyu
Campuran menjadi selama 10 menit,
+ NaCl Beaker Glass
menggumpal/memadat kondisi pencampuran
dalam keadaan panas

31 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


(75oC)
Pengadukkan kontinyu
selama 10 menit,
+ Amilum Beaker Glass Campuran memadat kondisi pencampuran
dalam keadaan panas
(70oC)
 Untuk percobaan kedua, dilakukan dengan komposisi sesuai dengan prosedur. Dan
percobaan kedua ini tidak dilakukan penambahan amylum, karena kondisi campuran
yang terlalu memadat.

Proses Analisa Alkali Bebas


Proses Tempat Pengamatan

1.03 gram irisan sabun + 20 mL alkohol Erlenmeyer Sabun melarut setelah


dipanaskan dan dibantu
Dilakukan pemanasan larutan Erlenmeyer dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah
Larutan dititrasi dengan HCl 0.5 N (+
Erlenmeyer dari orange pucat menjadi
Ind.PP)
bening.

Data Titrasi Analisa Alkali Bebas (Duplo)


Data ke-
Data Titrasi 1 2
1 - 1 2
Volume HCl 0.5 N (mL) 8.9 - 9.3 9.7
Volume Rata-rata HCl 0.5 N (mL) 8.9 9.5
Massa Irisan Sabun (Gram) 1.03 - 1.00 1.01
Massa Rata-rata Irisan Sabun
1.03 1.005
(Gram)
Proses Analisa Asam Lemak Bebas

32 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


Proses Tempat Pengamatan
Sabun melarut setelah
5 gram irisan sabun + 20 mL alkohol Erlenmeyer
dipanaskan dan dibantu
Dilakukan pemanasan larutan Erlenmeyer dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah
Larutan dititrasi dengan NaOH 0.5 N
Erlenmeyer dari pink pucat ke warna awal
(+ Ind.PP)
larutan.

Data Titrasi Analisa Asam Lemak Bebas (Duplo)


Data ke-
Data Titrasi 1 2
1 2 1 2
Volume NaOH 0.5 N (mL) 20.7 21.00 14.10 13.8
Volume Rata-rata NaOH 0.5 N (mL) 20.85 13.95
Massa Irisan Sabun (Gram) 5.00 5.00 5.00 5.05
Massa Rata-rata Irisan Sabun
(Gram)

33 | L a p o r a n Praktikum Satuan Proses 2


Laporan Praktikum Saponifikasi 34

A.Pengolahan Data
Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Kelapa Sawit :

Tabel Data Berat Ekuivalen Asam Lemak


No. Jenis Asam Lemak Berat Ekuivalen
1. Asam laurat 200 g/mol
2. Asam oleat 282 g/mol
3. Asam stearate 284 g/mol
4. Asam palmitat 256 g/mol
5. Asam miristat 228 g/mol
6. Asam palmitoleat 254 g/mol
7. Asam linoleat 280 g/mol
8. Asam linolenat 278 g/mol
9. Asam arakidonat 304 g/mol

 Berat Molekul Rata-Rata Minyak Kelapa Sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)
= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)

Politeknik Negeri Bandung


Laporan Praktikum Saponifikasi 35

= 269,73 g/mol

 Percobaan I
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 39.37 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/mL
Volume minyak kelapa sawit = 25 mL

 Mol Minyak Kelapa Sawit :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑥 𝑣 olume

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,8948 g/mL x 25 mL

= 22.37 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 22.37 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,0829 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73
𝑚𝑜𝑙

 Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙

 Mol Sodium Stearat (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH  3Sodium Stearat + Gliserol
m: 0,0829 mol 0,2500 mol - -
r: 0,0829 mol 0,2487 mol 0,2487 mol 0,0829 mol
s: - 0,0013 mol 0,2487 mol 0,0829 mol

 Berat Sodium Stearate (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟

Politeknik Negeri Bandung


Laporan Praktikum Saponifikasi 36

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,2487 mol x 278 gr/mol


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 69,1386 gr

 Yield Sabun Yang Diperoleh :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 ℎ 𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Yield = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑥 100%
= 39.37/55,044 x 100%
= 56.9436 %

 Perhitungan Analisis Alkali Bebas


𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 0.04
Kadar Alkali Bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡
𝑥 100 %
8.9 𝑥 0.5 𝑥 0.04
=
1.03
𝑥 100 %
= 17.28 %

pH Sabun Yang Terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 17.28 % = 1.728 x 10-2

pOH = -log(OH-) pH = 14 – 1.7265 = 12.2375


= -log(1.728 x 10-2)
= 2-log(1.728)
= 1.7625

 Perhitungan Analisis Asam Lemak Bebas


𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0.2
Asam Lemak Bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡
𝑥 100 %
20.85 𝑥 0.5 𝑥 0.2
=
5
𝑥 100 %
= 41.7 %

Politeknik Negeri Bandung


Laporan Praktikum Saponifikasi 37

 Percobaan II
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 34.09 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/mL
Volume minyak kelapa sawit = 20 mL

 Mol Minyak Kelapa Sawit :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑥 𝑣 olume

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,8948 g/mL x 20 mL

= 17,896 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 17,896 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,066 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73 𝑚𝑜𝑙

 Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙

 Mol Sodium Stearat (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH  3Sodium Stearat + Gliserol
m: 0,066 mol 0,250 mol - -
r: 0,066 mol 0,198 mol 0,198 mol 0,066 mol
s: - 0,052 mol 0,066 mol 0,066 mol

 Berat Sodium Stearate (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,198 mol x 278 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 55,044 gr

Politeknik Negeri Bandung


Laporan Praktikum Saponifikasi 38

 Yield Sabun Yang Diperoleh :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏 𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 ℎ 𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Yield = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑥 100%
= 34,09/55,044 x 100%
= 61,9322 %

 Perhitungan Analisis Alkali Bebas


𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 0.04
Kadar alkali bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡
𝑥 100 %
9.5 𝑥 0.5 𝑥 0.04
=
1.005
𝑥 100 %
= 18.9054 %

pH Sabun Yang Terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 18.91 % = 1.891 x 10-2

pOH = -log(OH-) pH = 14 – 1.7233 = 12.27867


= -log(1.891 x 10-2)
= 2-log(1.891)
= 1.7233

 Perhitungan Analisis Asam Lemak Bebas


𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0.2
Asam Lemak Bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡
𝑥 100 %
13.95 𝑥 0.5 𝑥 0.2
=
5.025
𝑥 100 %
= 27.7612 %

Politeknik Negeri Bandung


Laporan Praktikum Saponifikasi 39

Politeknik Negeri Bandung

Anda mungkin juga menyukai