Saponifikasi PDF
Saponifikasi PDF
131411017
2A (Kelompok 4)
I. Tujuan
- Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam proses saponifikasi
- Menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif
yang ditambahkan
- Menganalisis produk sabun padat yang didapat
Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain
faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan
additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan
proses produksi aktual di lapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik
yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap
sama. Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak(nabati) atau asam lemak (fatty acid)
C. Jenis Sabun
D. Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Secara latin sapon
= sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun
dan gliserol.
1. Reaksi pembuatan sabun
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
- Pengeringan Sabun
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
- Penyempurnaan Sabun
D. Tabel Pengamatan
E. Pengolahan Data
7.1 Percobaan 1
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂
𝝆 = 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 massa = 𝝆 x volume
= 17,896 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 17,896 𝑔𝑟
𝑴𝒐𝒍 𝒎𝒊𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒘𝒊𝒕 = = 𝑔𝑟 = 0,066 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73
𝑚𝑜𝑙
Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40
𝑚𝑜𝑙
= 30,32/55,044x 100%
= 55,08%
Perhitungan analisis alkali bebas
Titrasi HCl (duplo)
ke-1 : 10,1 ml
ke-2 : 10,3 ml
10,1+10,3
VHCl = = 10,2 mL
2
𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 0,04
Kadar alkali bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
10,2 𝑥 0,5 𝑥 0,04
=
1 𝑥 100%
= 0,00204 %
𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,200
Asam lemak bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
20,15 𝑥 0,5 𝑥 0,200
=
5 𝑥 100%
= 0,00403%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
= 16,1064 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 16,1064 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,059 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73 𝑚𝑜𝑙
Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,200
Asam lemak bebas =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑥 100%
16,5 𝑥 0,5 𝑥 0,200
=
5 𝑥 100%
= 0,0033 %
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak dan alkali yang
menghasilkan produk utama sabun dan hasil samping berupa gliserol. Dengan kata lain,
saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun. Disebut lemak jika pada suhu ruang dia
berbentuk padat dan disebut minyak jika pada suhu kamar berbentuk cair. Minyak atau lemak
biasanya disebut trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada
gugus gliserol . Pada praktikum kali ini trigliserida yang digunakan berasal dari minyak atau
lemak nabati yaitu minyak kelapa sawit yang memiliki komposisi asam lemak sebagai berikut.
Alkali yang biasa digunakan pada saponifikasi merupakan basa anorganik yang bersifat
water soluble (NaOH atau KOH). Penggunaan alkali dari NaOH akan dihasilkan sabun keras
sedangkan alkali dari KOH akan dihasilkan sabun cair. Jadi, penggunaan alkali pada saponifikasi
sesuai dengan produk sabun yang diinginkan. Pada praktikum ini, digunakan alkali dari NaOH
untuk mendapatkan produk sabun keras.
Reaksi saponifikasi merupakan reaksi yang menyerap kalor yaitu perubahan yang akan
mengalirkan kalor ke dalam sistem (endoterm). Proses pemanasan pada saponifikasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
Pemanasan secara tidak langsung (indirect heating) adalah merupakan metode di mana
produk yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas dengan cara mensirkulasikan heat
transfer medium (disebut juga sebagai heat carrier) antara heater dengan produknya (heat
consumer).
Komposisi minyak kelapa sawit dan NaOH yang digunakan berdasarkan perbandingan
tersebut adalah 20 mL minyak kelapa sawit dengan 10 gram NaOH/10 mL air. Selain dilakukan
percobaan sesuai persamaan stoikiometri, juga dilakukan percobaan untuk variasi komposisi
minyak. Pada percobaan kedua, minyak dibuat kekurangan menjadi 18 mL. Pada proses
pemanasan saponifikasi juga dilakukan variasi, dimana pada percobaan pertama indirect heating
dan pada percobaan kedua direct heating.
Tahapan awal dilakukan dengan melarutkan NaOH ke dalam 10 mL air mendidih yang
kemudian ditambahkan kedalam reaktor berisi minyak yang dipanaskan pada suhu 550C dengan
Selain itu untuk analisa asam lemak bebas dilakuka dengan melarutkan 5 gr sabun
dengan 50 mL etanol yang dipanaskan hingga semua sabun terlarut. Kemudian didinginkan
sampai hangat kuku. Larutan berwarna kuning dan jika didinginkan terlalu lama larutan akan
membeku karena sifat dari pelarut etanol dia akan membuat sabun menjadi keras. Hal yang
dilakukan untuk menganalisa yaitu dengan titrasi menggunakan titran NaOH 0,5 N dan
tambahkan indikator pp 2 tetes ke dalam larutan sehingga berubah warna menjadi kuning kepik-
pink yang keruh. Hal ini masih menandakan adanya asam lemak bebas yang tidak bereaksi.
Diperoleh volume titran (duplo) 20, 15 mL yaitu sampai larutan berubah menjadi kuning kepink-
pink yang bening sehingga diperoleh kadar asam lemak bebas sebesar 0,00403. Yield yang
diperoleh pada sabun pertama 55,08% sedangkan yield sabun kedua 63,71%.
Pada percobaan kedua, dimana komposisi minyak dibuat menjadi 18 mL dengan direct
heating pada suhu 570C terlihat perbedaan ketika sabun dianalisa baik untuk alkali bebas
maupun asam lemak. Warna larutan yang dihasilkan dari melarutkan sabun dengan etanol adalah
putih. Hal ini menunjukkan bahwa teori persamaan stoikiometri dimana salah satu reaktan dibuat
kekurangan (dalam hal ini minyak) akan dihasilkan warna yang lebih putih. Terkait dengan
pembuatan sabun transparan dimana minyak yang digunakan lebih sedikit dari perbandingan
komposisi sehingga dihasilkan warna yang bening. Sedangkan ditinjau dari metoda
pemanasannya, tidak ada perbedaan yang signifikan karena perbedaan suhu pemanasan pada
percobaan 1 dan 2 tidak terlalu jauh yaitu hanya 20C. Pada percobaan kedua, praktikum hanya
lebih cepat saja dalam mencapai kondisi operasinya karena pemanasannya langsung sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Ditinjau dari kadar alkali diperoleh 0,00244% dengan pH 11,39. Hal
ini menunjukan sabun kedua lebih banyak mengandung alkali bebas. Sedangkan kadar asam
lemak bebasnya 0,0033%. Dibandingkan dengan sabun pertama kadar asam lemak bebas sabun
kedua lebih kecil sesuai dengan komposisi bahan baku yang dikurangi menjadi 18 mL.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok lain (kelompok 3), dalam percobaannya sabun
kedua yang mereka dapatkan memadat didalam reactor setelah penambahan garam halus NaCl
dan suhu operasinya 900C. Hal ini disebabkan suhu operasi melebihi suhu opimumnya sehingga
menyebabkan sabunnya memadat pada saat itu juga yang akhirnya menurunkan hasil (kualitas
2. Suhu (55-650C)
Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil. Hal ini
terjadi karena saponifikasi merupakan reaksi yang eksotermis. Karena suhu yang
terlalu tinggi akan mengoksidasi minyak sehingga terjadi kerusakan minyak dimana
warna minyak menjadi kecoklatan. Selain itu juga suhu yang terlalu tinggi akan
mempercepat pengerasan dimana ketika alkali dicampurkan timbul reaksi pengerasan
sabun dalam reaktor.
3. Metoda pemanasan
Indirect heating akan lebih stabil untuk penjagaan suhu tetapi waktu yang dibutuhkan
lama sedangkan direct heating akan lebih cepat tetapi untuk penjagaan suhu tidak
stabil.
5. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.
Oktober 2014].
Oktober 2014].
Oktober 2014].
No Gambar Keterangan
1. Penimbangan 0,1 gram NaCl
Data Persiapan
Proses Pencampuran
Bahan Tempat Pengamatan Keterangan
Saat pelarutan
10 gr NaOH + 10 menghasilkan panas Aquadest yang
mL aquadest Beaker Glass (Reaksi bersifat ditambahkan pada
(Larutan NaOH) eksotermis) dan NaOH kondisi suhu 70oC
larut
Campuran mula-mula Pengadukan kontinyu
membentuk 2 layer selama ±10 menit.
Lar. NaOH + 25
kemudian dengan Kondisi pencampuran
mL Minyak Beaker Glass
pengadukkan cukup lama dalam keadaan panas
Kelapa
berubah menjadi seperti (70oC) melalui
susu kental pemanasan langsung
Pengadukkan kontinyu
Campuran menjadi selama 10 menit,
+ NaCl Beaker Glass
menggumpal/memadat kondisi pencampuran
dalam keadaan panas
A.Pengolahan Data
Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Kelapa Sawit :
= 269,73 g/mol
Percobaan I
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 39.37 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/mL
Volume minyak kelapa sawit = 25 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑥 𝑣 olume
= 22.37 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 22.37 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,0829 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73
𝑚𝑜𝑙
Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙
Percobaan II
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 34.09 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/mL
Volume minyak kelapa sawit = 20 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑥 𝑣 olume
= 17,896 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 17,896 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,066 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 269,73 𝑚𝑜𝑙
Mol NaOH :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 = = 𝑔𝑟 = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 40 𝑚𝑜𝑙