Anda di halaman 1dari 19

Oseana, Volume XLIII, Nomor 2 Tahun 2018 : 48 - 65 ISSN 0216-1877

MORFOLOGI, KLASIFIKASI, DAN SEBARAN CUMI-CUMI


FAMILI LOLINGINIDAE

Oleh
Diah Anggraini Wulandari1)

ABSTRACT
MORPHOLOGY, CLASIFICATION, AND DISTRIBUTION OF SQUID
FAMILY LOLINGINIDAE. Squids are one of Indonesian export commodities that is
produced in frozen, salted, dried or canned, however the information about
biology,ecology, habitat and distribution of squid are little known. Squid have ten
tentacles equipped with suction, and generates ink to defend against their enemies.
Squids are demersal or semi-pelagic animal that lives in the waters column up to a
depth of 400 m with diurnal movements. Squids reproduce sexually and by deocious.
Squids with family Lolinginidae (genus Lolious) are distributed across the Indonesian
waters with temperatures of 8 to
32 oC and salinity of 8.5 to 30 ppm. Familly Lolinginidae is grouped into several
genera included Afrololigo, Allotheuthis, Dorytheuthis, Heterololigo, Loliolus,
Lollinguncula,
Pickfordiateuthis, Sepioteuthis, dan
Urotheuthis
PENDAHULUAN
1)
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Perairan Indonesia memiliki
potensi sumberdaya perairan laut yang
cukup besar, diantaranya adalah ikan
pelagis, karang, udang, lobster, dan
cumi- cumi. Kontribusi hasil tangkapan
cumi- cumi sangatlah sedikit
dibandingkan dengan produksi total
perikanan Indonesia yaitu hanya 0,8%
(Prima & Puspasari, 2011). Produksi
cumi-cumi pada tahun 2010 tercatat
mencapai
34.925.401 kg, kemudian menunjukkan
peningkatan yang cukup tajam pada
tahun 2011 sebesar 48.803.318 kg, dan
tahun 2012 sebesar 58.145.503 kg.
Produksi cumi-cumi di Indonesia
diperkirakan mencapai 58,25 ribu ton
per tahun (KKP, 2013). Peningkatan
48
ekspor ini ternyata masih jauh lebih hasil tangkapan utama selain ikan, dan
kecil dari kebutuhan pasar dunia sebagai lobster, namun disisi lain, pengetahuan
contoh negara Amerika pada tahun 2010 masyarakat mengenai kelompok cumi-
membutuhkan 640 ribu ton, Jepang 580 cumi masih sangat terbatas sehingga
ribu ton, sedangkan produksi dalam masyarakat perlu mengenal terkait
negeri hanya mampu menghasilkan morfologi, jenis dan sebaran cumi-cumi
58,25 ribu ton (KKP, 2013). Tingginya khusus nya di Indonesia.
permintaan pasar terhadap cumi-cumi Cumi-cumi merupakan salah satu
sebagai komoditas ekspor Indonesia jenis Filum Molusca, Kelas Cephalopoda
menjadikan cumi-cumi sebagai salah satu
yang tidak bertulang belakang. Molusca dibandingkan dengan tubuh sotong
merupakan hewan bertubuh lunak, maupun gurita, dengan sirip berbentuk
sebagian anggotanya dilindungi dengan belah ketupat, sedangkan sotong (Sepia
cangkang dari zat kapur dan sebagian sp) memiliki tubuh berbentuk bulat agak
lainnya tanpa cangkang (Kusnadi et al., pendek dengan panjang 30-35 cm, sirip
2008). Chepalopoda berasal dari kata melingkari seluruh badan dan bagian
cephal: kepala, poda: kaki, yang berarti belakang tubuh bulat. Warna sotong
memiliki kaki (tentakel) di bagian bervariasi tetapi umumnya coklat atau
kepala. Beberapa jenis cephalopoda kuning kecokelatan dengan garis-garis
memiliki nilai komersial dan merupakan di punggung (Hartati, 2004). Gurita
salah satu sumberdaya hayati penting umumnya berbentuk agak bulat dan
dalam sektor perikanan laut misalnya pendek, tidak memiliki sirip. Bagian
cumi-cumi (squid), sotong (cuttlefish), utama dari tubuh gurita menyerupai
dan gurita (octopus) (Roper et al., 2006). gelembung dengan lengan berjumlah
Perbedaan mendasar antara delapan dan dilengkapi dengan selaput
cumi-cumi (squid), sotong (cuttlefish) renang (Budiyanto & Sugiarto, 1997).
dan gurita (octopus) yaitu cumi- Perbedaan morfologi cumi-cumi, sotong
cumi memiliki tubuh lebih panjang dan gurita dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan bentuk morfologi a) cumi-cumi (squid), b) sotong (cuttlefish),


c) Gurita (octopus) (Budiyanto & Sugiarto, 1997).

49
MORFOLOGI DAN ANATOMI memiliki cangkang yang terbuat dari sel
CUMI-CUMI FAMILI kapur. Secara umum, biologi cumi-cumi
LOLINGINIDAE Famili Lolinginidae tidak jauh berbeda
Cumi-cumi merupakan salah satu dengan jenis chepalopoda lainya. Cumi-
jenis chepalopoda bertubuh lunak, dan cumi memiliki kepala dan kaki yang
dapat dibedakan dengan jelas. Organ
mata terdapat di kepala dengan ukuran paparan benua sampai kedalaman 700
yang besar, tentakelnya dilengkapi m. Pergerakan cumi- cumi dilakukan
dengan alat penghisap yang berfungsi secara diurnal, yaitu pada
sebagai kemudi ketika berenang. Selain
itu juga tentakel digunakan untuk
mempertahankan diri dan menangkap
mangsa (Kusnadi et al., 2008). Sistem
pergerakannya menggunakan sifon yang
mengatur sirkulasi air untuk dilewatkan
ke insang. Sifon menyeprotkan air keluar
dengan cepat sehingga memberikan daya
dorong, cumi-cumi bergerak sesuai arah
yang diinginkan dengan cara mengatur
posisi sifon. Sistem ini disebut dengan
sistem jet prepultion (Nontji, 2002).
Cumi-cumi bersifat dioecious dan
melakukan reproduksi dengan kopulasi.
Pada individu jantan terdapat modifikasi
lengan yang disebut hectocotylus, yang
berfungsi untuk menyuntikkan sperma ke
dalam mantel individu betina (Rocha et
al., 2001).
Cumi-cumi memiliki ciri-
ciri mantel memanjang, ramping,
berujung tumpul, sirip berbentuk belah
ketupat, panjang sirip dan panjang
mantel bervariasi. Panjang mantel
maksimum 400 mm, namun secara
umum panjang mantel cumi-cumi yaitu
200 mm (Chodrijah & Budiarti, 2011).
Cumi-cumi menangkap mangsanya
menggunakan tentakel, selain itu hewan
ini dapat mengelabui musuhnya dengan
menyemprotkan cairan tinta berwarna
gelap atau merubah warna kulitnya
(Roper et al., 2006). Cumi-cumi
merupakan penghuni demersal atau
semipelagik pada daerah pantai dan
50
siang hari akan berkelompok dekat dasar
perairan dan akan menyebar pada kolom
perairan ketika malam hari. Cumi-cumi
tertarik pada cahaya (fototaksis positif),
oleh karena itu sering ditangkap dengan
menggunakan bantuan cahaya (Jereb &
Roper, 2010).
Cumi-cumi Lolinginidae memiliki
lima pasang lengan, dengan satu pasang
lengan yang lebih panjang dibandingkan
lainnya dan disebut tentakel. Lengan
paling dorsal atau paling atas disebut
dengan lengan I kemudian diikuti dengan
lengan II yang terletak di latero dorsal,
lengan III yang letaknya latero-ventral
dan lengan yang terletak di bagian
paling ventral. Setiap lengan memiliki
alat peghisap (sucker) dengan diameter
kurang dari 2 mm (Roper, 1984). Setiap
alat penghisap memiliki 17 hingga 28
gigi tajam berbentuk segitiga, dengan
lengan kiri IV jantan memiliki
hectocotylus yang berfungsi untuk
memasukan spermatofora dalam tubuh
betina. Tentakel pada cumi-cumi
berfungsi untuk menangkap mangsa
terletak diantara lengan III dan IV,
panjang dan kuat. Pada bagian ujung
tentakel melebar dan menebal, terdapat
duri-duri isap yang disebut dengan gada
(tentacular club). Gada dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu dactylus yang
terletak di bagian ujung yang meruncing,
manus yang terletak di bagian tengah
yang melebar, dan carpus yang terletak
pada bagian pangkal (Nateewathana,
1992). Morfologi dan bagian-bagian
tubuh cumi-cumi dapat dilihat pada
Gambar 2.

51
Gambar 2. Morfologi dan bagian-bagian lengan. a) morfologi cumi-cumi, b) dan c)
gada (tentacular club), e) hectocotylus, f) alat penghisap pada lengan 3.
(sumber: a, www.exploringnature.org, b dan c, Roper et al., 2009, d dan e ,
Nateewathana 1992).
KLASIFIKASI JENIS CUMI-CUMI mantel maksimum 937 mm, berwarna
FAMILI LOLINGINIDAE DAN coklat kemerahan, bagian punggung
SEBARANNYA gelap, dan bervariasi tergantung pada
Kelas Lolinginidae memiliki ciri- tingkah lakunya (Vecchione et al., 2005).
ciri kulit transparan, lensa mata tertutup Lolinginidae dapat ditemukan di perairan
oleh aquiferouspore. Sirip pada cumi- demersal, dekat dengan pantai, beberapa
cumi Kelas Lolinginidae menempel pada spesies terdapat di perairan yang
daerah lateral mantel dengan dua tentakel dangkal seperti teluk, muara, ekosistem
penghisap. Cumi-cumi betina memiliki lamun maupun terumbu karang hingga
saluran telur tunggal dengan kelenjar kedalaman lebih dari 700 m (Jereb &
nidamental yang melekat pada substrat. Roper, 2010). Klasifikasi taksonomi
Famili Lolinginidae berukuran kecil dari jenis cumi-cumi Lolinginidae dapat
hingga besar, dengan ukuran panjang dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi taksonomi dari jenis cumi-cumi Lolinginidae (Jereb & Roper,
2010).
Genus Sub Genus Species
Loligo forbesii, reynaudii, vulgaris
Afrololigo mercatoris
Allotheuthis africana, media, subulata
Doryteuthis Doryteuthis plei, roperi
Amerigo gahi, ocula, opalescens, pealeii, surinamensis
sanpaulensis
Heterololigo bleekeri
Loliolus Loliolus affinis, hardwickei
Nipponololigo beka, japonica, sumatrenensis, uyii
Lolliguncula Loliguncula argus, brevis, panamensis
Loliolopsis Diomedeae Pickfordiateuthis
bayeri, pulchella, vossi Sepioteuthis
australis, lessoniana, sepioidea Uroteuthis Uroteuthis
bartschi
Aestuariolus Moctiluca
Photololigo abulati, arabica, bengalensis, chinensis,
duvaucelli, edulis, machelae, robsoni, sibogae,
singhalensis, vossi, Pickfordi, reesi
Genus Loligo Lamarck, 1798 vulgaris jantan 2,3 kg dan 1,23 kg pada
Genus Loligo memiliki ciri-ciri L. vulgaris betina. Daerah distribusi L.
tentakel lebar, berukuran kecil hingga vulgaris yaitu Samudera Atlantik Timur
besar dengan panjang mantel maksimum dari 55 °LU- 0° LS di sekitar Kepulauan
937 mm. Genus Loligo ditemukan di Inggris, Laut Utara, Skagerrak, Kattegat
Samudera Atlantik Timur dan Laut dan Laut Baltik Barat, lepas pantai
Mediterania. Jenis spesies dari genus Barat daya Afrika, Perairan Mediterania.
Loligo antara lain Loligo forbesii, Loligo Loligo vulgaris dapat ditemukan di
reynaudii, Loligo vulgaris. wilayah perairan beriklim sedang di
kedalaman 200-500 m, suhu 12,5°
a. Loligo vulgaris hingga
Loligo vulgaris memiliki ciri- 20 °C, dengan kisaran salinitas 30-38
ciri mantel panjang, agak ramping, sirip psu. Loligo vulgaris umumnya memiliki
berbentuk belah ketupat, posterior sedikit habitat pelagis, namun selama musim
cekung. Cincin penghisap terdiri dari 30 bertelur berada pada perairan demersal
gigi yang tidak beraturan, panjang dan melakukan migrasi ke utara dari
mantel maksimum pada L. vulgaris bulan Mei hingga Juli (Vecchione et
jantan yaitu al.,
640 mm sedangkan pada betina yaitu 2008a). Pemijahan dilakukan sepanjang
485 mm. Berat badan maksimum L. tahun dengan dua puncak musim, dan
banyak ditemukan di Laut Utara dan di Laut Yunani. Potensi fekunditas lebih
dari 70.000 telur. Tingkat fekunditas dengan panjang spermatophore berkisar
cenderung bervariasi bergantung 7,5 hingga 18 mm (Jereb & Roper,
pada ukuran L. vulgaris betina dan 2010). Morfologi Loligo vulgaris dapat
spermatophore L. vulgaris jantan. dilihat pada Gambar 3.
Jumlah maksimum spermatopore lebih
dari 1000

Gambar 3. Morfologi Loligo vulgaris a) penampakan dorsal, b) lengan Hectocotylus,


c) tentacular club (Sumber: Jereb & Roper, 2009).
b. Loligo forbesii (Steenstrup, 1856) mantel maksimum L. forbesii yaitu 937
Loligo forbesii memiliki ciri- mm dengan berat 8,3 kg pada L. forbesii
ciri mantel panjang, agak ramping, jantan dan 462 mm dengan berat 2,2 kg
panjang sirip tiga perempat dari mantel, pada L. forbesii betina. Umumnya
perbatasan posterior sedikit cekung. ukuran panjang mantel cumi-cumi
Cincin penghisap pada tentacular jenis ini yaitu 200-300 mm (Hastie et
club terdiri dari 13-18 gigi tajam dan al., 2009). Morfologi L. forbesii dapat
berbentuk kerucut. Ukuran panjang dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Morfologi Loligo forbesii a) penampakan ventral, b) dorsal, c) lengan


hectocotylus, d) tentacular club (Jereb & Roper, 2010).
Distribusi geografis L. forbesii panjang mantel 90-250 mm sedangkan
yaitu Atlantik utara bagian timur 20 betina memiliki panjang mantel 100-180
°LU - 60 °LU, berkisar dari Kepulauan mm. Pemijahan L. reynaudii terjadi di
Faeroe, sepanjang pantai Eropa barat, perairan pantai dengan kedalaman <60
barat ke Kepulauan Azore dan selatan ke m pada musim semi hingga musim panas
Kepulauan Canary, di sepanjang Afrika (September–Februari) dengan suhu 9-12
barat. L forbesii merupakan spesies °C. Potensi fekunditas L. reynaudii yaitu
yang hidup di perairan subtropis dengan sekitar 17.000 telur dengan lebar 2,0 mm
suhu kurang dari 8,5 °C. Loligo forbesii dan panjang 2,8 mm. Telur
terdapat di perairan dengan kedalaman membutuhkan sekitar 25 hari untuk
50–700 m, dan ditemukan paling banyak menetas pada suhu
di kedalaman 100 hingga 200 m. 14 °C dan 16 hari pada suhu 21-22 °C
c. Loligo reynaudii Orbigny (Vecchione et al., 2008a). Morfologi L.
reynaudii dapat dilihat pada Gambar 5.
Loligo reynaudii Orbigny
memiliki nama lain Loligo vulgaris Distribusi geografis L. reynaudii
reynaudii. Loligo reynaudii memiliki yaitu di Perairan Afrika Selatan, timur
ciri-ciri mantel memanjang dan kecil, Atlantik Selatan dan barat daya
panjang sirip lebih dari panjang mantel. Samudera Hindia, tersebar dari Namibia
Tentakel terdiri lebih dari 36 baris cincin hingga ke Cape Agulhas. Loligo
penghisap (sucker) masing masing cincin reynaudii terdapat di sepanjang landas
penghisap terdiri dari 16 hingga 20 gigi kontinen hingga kedalaman 200 m.
tajam. Ukuran panjang mantel Loligo reynaudii bermigrasi ke utara di
maksimum 400 mm dengan berat lebih Afrika barat daya untuk tumbuh dan
dari 1 kg. Loligo reynaudii jantan mencari makan, kemudian kembali ke
biasanya memiliki perairan pantai timur untuk bertelur
(Lipinski et al.,
1990).

Gambar 5. Karakteristik dan morfologi L. reynaudii a) penampakan dorsal, b) lengan


hectocotylus, c) tentacular club (Jereb & Roper, 2010).
Genus Afrololigo Morfologi Afrololigo mercatoris dapat
Afrololigo mercatoris (Adam, 1941) dilihat pada Gambar 6.
Afrololigo mercatoris memiliki Afrololigo mercatoris betina
ciri–ciri mantel lebar, berbentuk bulat memiliki panjang mantel maksimum 50
secara posterior, sirip bulat dan pendek, mm pada A. mercatoris betina dan 35
lebar kedua sirip sekitar 55 hingga 65 % mm pada A. mercatoris jantan. Daerah
dari panjang mantel dengan pinggiran persebaran A. Mercatoris yaitu Samudera
posterior cembung, kepala pendek, Atlantik bagian tengah timur di daerah
tentakel kecil, cincin penghisap terdiri sekitar pantai barat Afrika dari Rio de
dari 15 hingga 25 gigi tajam, besar Oro (Mauritania) ke Lüderitz Bay.
dan runcing dibagian distal. Lengan Habitat A. mercatoris terdapat pada
hectocotylus pada bagian ventral terdiri kedalaman kurang dari 50 m di daerah
dari 6 sampai 12 pasang cincin pasir dan berlumpur.
penghisap (Sucker) (Vacchione et
al., 2008a).

Gambar 6. Morfologi Afrololigo mercatoris a) Penampakan dorsal, b) Lengan


hectocotylus, c) Tentacular club (Jereb & Roper, 2010).
Genus Alloteuthis Spesies ini tersebar luas di seluruh Laut
a. Alloteuthis media (Linnaeus, Tengah, termasuk Laut Marmara. Habitat
1758) A. media terdapat di daerah berpasir dan
Alloteuthis media memiliki ciri- berlumpur, ditemukan di permukaan
ciri kecil, runcing, berukuran kurang sampai kedalaman 200 m. Alloteuthis
dari 10 mm, sirip berbentuk hati, sudut media bermigrasi ke perairan dangkal
lateral membulat, tentakel panjang dan pada bulan Maret hingga April, dimana
kuat. Daerah distribusi A. media yaitu pemijahan terjadi di perairan berpasir
di Perairan Laut Atlantik utara bagian dan padang lamun (Anderson et al.,
timur dan Laut Tengah sekitar 20 °LU 2006). Morfologi dan daerah distribusi
sampai 60 °LU di Atlantik bagian timur. A. media dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. a) Morfologi dan b) daerah distribusi Alloteuthis media (Jereb & Roper,
2010).
b. Alloteuthis africana pada cumi-cumi betina (Vecchione et
Alloteuthis africana memiliki ciri- al., 2008b). Daerah distribusi Alloteuthis
ciri mantel panjang dan kecil, bagian africana yaitu Atlantik timur dari 20 - 25
ekor memanjang dan meruncing. Sirip °LU. Alloteuthis africana ditemukan di
berbentuk oval, lengan pendek, tidak lepas pantai Afrika Barat pada
memiliki alat penghisap pada lappet kedalaman
buccal, bagian ekor A. africana jantan 20– 00 m dengan suhu 16-26 °C. Umur
lebih panjang dibandingkan betina. A. africana diperkirakan kurang dari satu
Cincin penghisap terdiri dari 20-30 gigi tahun, dengan usia A. africana jantan
tumpul. Alloteuthis africana berukuran rata-rata kurang dari 8 bulan (Anderson
sedang dengan panjang mantel et al., 2008). Bentuk morfologi dan
maksimum 205 mm pada cumi-cumi daerah distribusi A. africana dapat dilihat
jantan, dan 175 mm pada Gambar 8.

Gambar 8. Morfologi Alloteuthis africana a) jantan, b) betina dan c) daerah distribusi.


c. Alloteuthis subulata (Lamarck, 1798 )
Alloteuthis subulata memiliki dari sekitar 60 °LU sampai 20 °S, Laut
ciri-ciri mantel memanjang, ekor panjang Baltik, Laut Utara dan Laut Celtic, ke
dan runcing, berbentuk belah ketupat pantai barat Irlandia, selatan Sahara, dan
dengan posterior cekung, sirip lebih Laut Mediterania. Alloteuthis subulata
panjang daripada mantel, tidak memiliki ditemukan di kedalaman 50 hingga 500
alat penghisap (sucker) pada lappet m (Jereb & Roper, 2010).
buccal, tentakel pendek, halus, dan kecil. Genus Doryteuthis
Jenis cumi-cumi ini memiliki ukuran
Subgenus Doryteuthis terdiri
kecil hingga sedang dengan panjang
dari 5 jenis spesies yaitu Doryteuthis
mantel maksimum 184 mm pada cumi-
plei, Doryteuthis roperri, Doryteuthis
cumi jantan, 140 mm pada cumi-cumi
gahi, Doryteuthis ocula, Doryteuthis
betina. Daerah distribusi A. subulata
opalescens, Doryteuthis pealeii.
antara lain Samudra Atlantik Timur,
Morfologi kelima spesies tersebut dapat
dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Morfologi subgenus Doryteuthis a) D. plei, b) D. roperri, c) D. gahi d)


D. ocula e) D. opalescens f) D. pealeii (Jereb & Roper, 2010).
a. Doryteuthis plei atas dari Tanjung Hatteras. Cumi-cumi
Doryteuthis plei memiliki ciri- jenis ini banyak ditemukan di permukaan
ciri mantel panjang, ramping, berbentuk hingga kedalaman 370 m (Perez et al.,
silinder, penghisap di bagian dorsal lebih 2002).
kecil dibandingkan bagian ventral, lappet
b. Doryteuthis roperri
buccal ventral terdapat cincin penghisap,
Doryteuthis roperi memiliki ciri-
bagian punggung berwarna coklat
ciri mantel panjang, ramping, berbentuk
kemerahan. D. plei memiliki panjang
silindris, beberapa spesies memiliki
mantel maksimum 370 mm pada cumi-
sirip berbentuk oval. Tentakel pendek
cumi jantan, dan 260 mm pada cumi-
dan kuat, kromatofor berwarna coklat
cumi betina. Daerah distribusi D. plei
kemerahan di bagian mantel. Doryteuthis
adalah Samudera Atlantik Barat, di
roperi memiliki mantel dengan panjang
landas kontinen dan Perairan Lerang
maksimum 72 mm. Daerah distribusi
bagian
spesies ini yaitu di daerah barat dan Teluk Meksiko (Jereb & Roper,
Samudera Atlantik disekitar Laut Karibia 2009).
c. Doryteuthis gahi memiliki ukuran kecil hingga sedang
Doryteuthis gahi sering disebut dengan panjang mantel maksimum 190
juga Loligo gahi. Doryteuthis gahi mm, rata–rata panjang mantel cumi-cumi
memiliki ciri-ciri mantel agak panjang, jenis ini yaitu 140-170 mm. Doryteuthis
sirip pendek, tentakel panjang, dan kecil, opalescens endemik di wilayah
lengan memanjang terutama di bagian California Canada, dan Meksiko
ventral dan lengan ventrolateral, cincin (Zeidberg et al.,
penghisap terdiri dari 6 atau 7 gigi yang 2006).
lebar dan rata (Arkhipkin et al., 2006). f. Doryteuthis pealeii
Cumi-cumi jenis ini berukuran sedang, Doryteuthis pealeii memiliki
panjang mantel maksimum yaitu 340 mm ciri-ciri mantel panjang, agak ramping,
pada cumi betina dan 400 mm pada cumi berbentuk silindris, ujung posterior
jantan. Daerah distribusi D. gahi terletak tajam. Gladius panjang, agak lebar, mata
di Samudera Atlantik Timur dari Chili besar, warna coklat kemerahan, bagian
Selatan dan barat daya Atlantik Ocean punggung lebih gelap. Cumi-cumi jenis
dari Teluk San Matias hingga Tierra ini berukuran sedang hingga besar,
del Feugo. Doryteuthis gahi banyak panjang mantel maksimum 465 mm
ditemukan hingga kedalaman 300 - 600 pada cumi-cumi jantan dan 303 mm pada
m (Vega et al., 2002). cumi-cumi betina. Daerah distribusi D.
d. Doryteuthis ocula pealeii yaitu di daerah Samudra Atlantik
Doryteuthis ocula memiliki ciri- barat Teluk Meksiko dan Laut Karibia
ciri mantel lurus kearah posterior, (Vacchione et al., 2008).
panjang sirip 45-55% panjang Genus Heterololigo (Natsukari, 1984;
mantel, mata besar, lengan hectocotylus Vacchione et al., 2008d)
dimodifikasi, tentakel kuat dan lebar.
Doryteuthis ocula memiliki panjang Heterololigo bleekeri
mantel maksimum 127 mm. Daerah Heterololigo bleekeri memiliki
distribusi spesies ini terletak di Atlantik ciri-ciri mantel sangat panjang dan
Barat, Laut Karibia, di sekitar Kuba. kecil. Sirip posterior besar, tebal, dengan
Doryteuthis ocula ditemukan di panjang dua pertiga dari panjang mantel.
kedalaman 250 hingga 360 m Tentakel pendek, memiliki cincin
(Vecchione et al., 2008c). penghisap yang kecil terdiri dari 30 gigi
tumpul. Heterololigo bleekeri memiliki
e. Doryteuthis opalescens
ukuran sedang sampai besar dengan
Doryteuthis opalescens memiliki
panjang mantel maksimum 380 mm
ciri-ciri mantel ramping, lebar 20-33%
pada H. bleekeri jantan dan 301 mm
dari panjang mantel, panjang sirip sama
H. bleekeri betina. Umumnya panjang
dengan lebarnya, kantung tinta berbentuk
mantel berkisar antara 200 hingga 250
memanjang, cincin penghisap terdiri dari
mm (Okutani et al., 2005). Daerah
9-12 gigi tumpul. Doryteuthis
opalescens distribusi H. bleekeri terletak di Jepang
(Kyusu selatan ke Selat Kuril), perairan
Hokkaido, Pantai Korea, Cina Timur
Laut dan Laut Kuning. Spesies ini dapat dan Roper, 2006). Bentuk morfologi dan
ditemukan di perairan dengan kedalaman daerah distribusi H. bleekeri dapat dilihat
hingga 150 m dengan suhu 7-15 ° C pada Gambar 10.
(Jereb

Gambar 10. a) Morfologi dan b) daerah distribusi Heterololigo bleekeri.


Genus Loliolus trabeculate ventral. Loliolus hardwickei
a. Loliolus (Loliolus) hardwickei berukuran kecil dengan panjang mantel
maksimum berukuran 88 mm (Vacchione
Loliolus hardwickei memiliki et al., 2008). Bentuk morfologi L.
ciri-ciri mantel pendek, sirip besar dan hardwickei dapat dilihat pada Gambar
berbentuk hati dengan tepi anterior dan 11. Daerah distribusi L. hardwickei
lateral membulat. Cincin penghisap terletak di Samudera Hindia, dari Teluk
terdiri dari 2-7 gigi besar, batang Persia bagian utara di sepanjang pantai
penghisap ventral membesar dan India, Burma (Myanmar), dan di seluruh
menyatu seluruhnya dengan membran Indonesia.

Gambar 11. Morfologi Loliolus hardwickei a) jantan, b) betina, c) hectocotylus, d)


tentacular.
b. Loliolus (Loliolus) affinis
Loliolus affinis memiliki ciri- Daerah distribusi cumi-cumi jenis ini
ciri sirip besar dan berbentuk hati, yaitu di perairan pesisir wilayah Indo–
kepala lebar dan pendek, mata besar, Malayan, dari timur Teluk Benggala ke
membran pelindung ventral lebar dan Laut Andaman, Thailand, Indonesia, dan
menebal. Tentakel relatif lebih pendek Kamboja (Okutani et al., 2005). Spesies
dibandingkan cumi-cumi jenis lain. ini ditemukan di habitat pantai dangkal
Loliolus affinis berukuran kecil dengan dengan kedalaman 13-15 m. Ukuran
panjang mantel maksimal 47 mm. panjang mantel maksimum yaitu 22 mm
pada L. affinis jantan.

Gambar 12. Morfologi a) dorsal, b) hectocotylus dan c) daerah distribusi L. Affinis.


c. Loliolus (Nipponololigo) beka 87 mm, ditemukan di perairan pesisir
Loliolus beka memiliki ciri-ciri dan muara khususnya teluk. Daerah
mantel pendek, sirip berbentuk belah distribusi cumi-cumi jenis ini terletak di
ketupat, lebar sirip setengah dari panjang daerah beriklim tropis antara lain
mantel, Lengan hectocotylus pada L. Samudra Pasifik barat, sepanjang Asia
beka jantan lebih panjang dari betina. Tenggara, Perairan pesisir dari Jepang
Cincin penghisap dilengkapi dengan 18- Selatan dan pulau Hainan ke Teluk
20 gigi tajam. Loliolus beka berukuran Thailand dan Laut Andaman (Okutani et
kecil dengan panjang mantel maksimum al., 2005). Bentuk morfologi dan daerah
distribusi Loliolus beka dapat dilihat
pada Gambar 13.
Gambar 13. a) Morfologi dan b) daerah distribusi Loliolus beka (Jereb & Roper, 2010).
d. Loliolus (Nipponololigo) japonica dari Laut Kuning, Timur Laut Cina ke
(Hoyle, 1885 ; Vacchione, 2008e) Perairan Vietnam selatan, utara Jepang
Loliolus japonica memliki ciri–ciri dan selatan Hokkaido. Pemijahan
mantel berukuran kecil, panjang sirip berlangsung selama musim panas dan
setengah dari panjang mantel. Panjang gugur di kedalaman antara 1-10 m
mantel L. japonica maksimum 130-150 (Okutani et al., 2005). Bentuk morfologi
mm. Daerah distribusi L. japonica di dan daerah distribusi Loliolus japonica
sekitar Samudra Pasifik bagian barat dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Morfologi Loliolus japonica a) dorsal, b) hectocotylus, c) tentacular club,


d) daerah distribusi (Jereb & Roper, 2010).
e. Loliolus (Nipponololigo ) ketupat. Panjang sirip 65% dari panjang
sumatrensis mantel, kepala kecil dengan mata yang
Loliolus sumatrensis memiliki relatif besar. Cincin penghisap terdiri
ciri- ciri mantel pendek, sirip berbentuk dari
belah 6-15 gigi tajam. Loliolus sumatrensis
berukuran kecil dengan panjang mantel Laut Andaman ke pantai timur India
maksimum 120 mm (Vecchione et dan Kepulauan Maldives (Okutani et
al., al., 2005) Bentuk morfologi dan daerah
2008e). Daerah distribusi spesies ini distribusi Loliolus sumatrensis dapat
yaitu perairan selatan Jepang dan Korea dilihat pada Gambar 15.
Selatan, Sumatera, Cina, Thailand,
Filipina, Indonesia, Teluk Benggala,

Gambar 15. Morfologi a) ventral, b) tentacular club dan c) daerah distribusi L


.sumatrensis.
f. Loliolus (Nipponololigo ) uyii daerah beriklim tropis Indo-West Pacific
Loliolus uyii memiliki ciri-ciri Ocean, di barat daya Jepang, Taiwan,
mantel pendek dan lebar, panjang sirip Laut Cina Timur dan Selatan. Spesies
60% dari panjang mantel. Lengan cincin ini ditemukan di kedalaman 50 m (Jereb
penghisap terdiri dari 3-6 gigi tajam & Roper, 2010). Bentuk morfologi dan
dengan panjang mantel maksimum 113 daerah distribusi Loliolus uyii dapat
mm. Daerah distribusi Loliolus uyii yaitu dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Morfologi a) ventral, b) tentacular club, c) daerah distribusi Loliolus Uyii.
PENUTUP Famili Lolinginidae memiliki ciri
mantel memanjang, ramping, dengan
sirip sebagian besar berbentuk belah
ketupat, panjang sirip bervariasi dan based on molecular and
terdapat pada perairan dengan kedalaman morphometric data. Journal of
hingga 700 m, bersifat diurnal dan peka Experimental Marine Biology
terhadap cahaya (fototaksis positif). and Ecology, 364: 99–109.
Famili Lolinginidae diklasifikasikan ke
dalam 10 genus, namun hanya dua genus Arkhipkin, A. I., V. V Laptikhovsky, A.
dari Famili Lolinginidae yang tersebar di M. Sirota and R. Grzebielec.
seluruh Perairan Indonesia yaitu Loliolus 2006. The role of the Falkland
dan Uretheuthis. Current in the dispersal of the
squid Loligo gahi along the
DAFTAR PUSTAKA Patagonian Shelf. Estuarine,
Coastal and Shelf Science, 67
Adam, W. 1941. Cephalopoda. In: (1–2): 198–204.
Résultats scientifiques des
Chodrijah, U. dan Budiarti T. W. 2011.
croisières du Navire-école
Beberapa aspek biologi cumi-
Belge “Mercator”. Volume
cumi jamak (Loligo duvaucelli)
III. Mémoires du Musée
yang didaratkan di Belanakan,
Royal d’Histoire Naturelle de
Subang – Jawa barat. BAWAL.
Belgique, series 2, 21: 83–162.
3(6) : 357-362
Anderson, F. E., V. Laptikhovsky, A.
Pilsits and G. Bello. 2006. Budiyanto, A. dan H. Sugiarto. 1997.
Phylogeny and population Catatan mengenai si tangan
genetics of Alloteuthis delapan (Gurita/Octopus spp).
(Loliginidae) and discovery of Oseana. 22(3): 25 – 33
criptic species. In: Cephalopod Hartati, S. 2004. Panduan Pembelajaran
Life Cycles. Cephalopod Biologi. Mediatama, Surakarta:
International Advisory Council 15-30
2006, Hobart, Tasmania: 34.
Hastie, L. C., G. J. Pierce, J. Wang,
Anderson, F. E., A. Pilsits, S. Clutts, V. I. Bruno, A. Moreno, U.
Laptikhovsky, G. Bello, E. Piatkowski and J. P. Robin.
Balguerias, M. Lipinski, C. 2009. Cephalopods in the
Nigmatulin, J. M. F. Pereira, north-eastern Atlantic: species,
U. Piatkowski, J. P. Robin, A. biogeography, ecology,
Salman and M. G. Tasende. exploitation and conservation.
2008. Systematics of Oceanography and marine
Alloteuthis biology: an annual review, 47:
(Cephalopoda: Loliginidae) 111–190.
Jereb, P. M. Vecchione, and C. F. E.
Roper.
2010. Family Loliginidae. In P.
Jereb and C. F. E. Roper, eds.
Cephalopods of the world. Bulletin, 57: 1–40.
An annotated and illustrated
catalogue of species known Natsukari, Y. 1984. Taxonomical
to date. Vol 2. Myopsid and and morphological studies
Oegopsid Squids. FAO Species on the loliginid squid. V.
Catalogue for Fishery Re-description of the type
Purposes. specimen of Loligo sumatrensis
4 (2):38–117. d’Orbigny, Japanese Journal
of Malacology, 43:260–263.
Jereb, F. and Roper, C. F. E. 2006.
Cephalopods of the Indian Nontji, A. 2002. Laut Nusantara.
Ocean. A review. Part I. Djambatan. Jakarta: 93-110
Inshore Squids (Loliginidae) Okutani, T. 2005. Cuttlefishes and
collected during the squids of the world. National
International Indian Ocean Cooperative Association of
Expedition. Journal of Fish. Squid Processors, Tokyo: 253
119(1): 91–136
Perez, J. A. A., D. C. Aguiar de and
[KKP]. Kementerian Kelautan dan U.C. Oliveira. 2002. Biology
Perikanan Republik Indonesia. and population dynamics of
2013. Statistik Ekspor long-finned squid Loligo plei
Perikanan 2013, 2012, dan (Cephalopoda: Loliginidae)
2011. Direktorat Jendral in southern Brazilian waters.
Pengolahan dan Pemasaran Fisheries Research, 58: 267–
Hasil Perikanan. http://www. 279.
kkp.go.id.
Prima, A. P. dan R. Puspasari. 2011.
[KKP]. Kementerian Kelautan dan Model Produksi dan Laju
Perikanan. 2013. Informasi Tangkap Kapal Bouke Ami
Cumi-cumi. Direktorat yang Berbasis di PPN
prasarana Perikanan Tangkap. Kejawanan, Cirebon Jawa
http://www.kkp.go.id Barat. Pusat Penelitian
Lipinski, M. R. 1990. The distribution of Pengelolaan dan Konservasi
cephalopods in South African Sumber Daya Ikan. Jakarta.
waters and world-wide. South Roper, C. E. F., M. J. Sweeney and
African Comm. Fishermen, 2: Nauen. 1984. Cephalopods of
10–11. The Word. An annotated and
Nateewathana, A. 1992. Taxonomic illustrated catalogue of interest
studies on Loliginid squids to fisheries. FAO
(Cephalopoda: Loliginidae) Fisheries Synopsis. 3:112-127
from the Andaman Sea coast Rodger, R. W. A. 1991. Fish facts
of Thailand. Phuket Marine an ikkustrated guide to
Biological Centre Research commercial
species. Van Norstrand
Reinhold. New York: 162-163.
Vecchione, M. 2008b. Alloteuthis
Rocha, F. A. Guerra dan A. F. Gonzalez. Wulker, 1920. http://tolweb.
2001. A review of reproductive org/Alloteuthis/. In: The Tree
strategies in cephalopods. of Life Web Project. Diakses
Biological Review. 76 (1): 291- pada tanggal 7 Juli 2018.
304.
Vecchione, M. 2008c. Doryteuthis
Sheri A. 2016. Squid (Giant) Naef, 1912. http://tolweb.org/
Architeuthis dux. Doryteuthis/ in:The Tree of
http://www. exploringnture.org. Life Web Project. Diakses pada
Diakses pada 22 Juli 2018. tanggal 7 Juli 2018
Vega, M. A., F. J. Rocha, A. Guerra and Vecchione, M. 2008d. Heterololigo
C. Osorio. 2002. Natsukari, 1984. Heterololigo
Morphological differences bleekeri (Keferstein, 1866).
between the Patagonian squid http://tolweb.org/Jeterp;p;ogp_
Loligo gahi populations from bleekeri/. In: The Tree of Life
the Pacific and Atlantic Web Project. Diakses pada
oceans. Bulletin of Marine tanggal 7 Juli 2018
Science, 71(2): 903–
Vecchione, M. 2008e. Loliolus
913.
Steenstrup,
Vecchione, M., E. Shea, S. Bussarawit, 1856. Version 04 March 2008
F. Anderson, D. Alexeyev, (under construction).
C. C. Lu, T. Okutani, M. http:// tolweb.org/Loliolus/. In:
Roeleveld, C. Chotiyaputta, The Tree of Life Web Project.
C. F. E. Roper, E. Jorgensen Diakses pada tanggal 7 Juli
and N. Sukramongkol. 2005. 2018
Systematics of Indo-West
Zeidberg, L. D., W. M. Hamner, N. P.
Pacific Loliginids. Phuket
Nezlin and A. Henry. 2006.
Marine Biological Center
The fishery for California
Research Bulletin. 66(1): 23–
market squid (Loligo
26.
opalescens) (Cephalopoda:
Vecchione, M. 2008a. Loligo Lamarck, Myopsida). Fishery Bulletin,
1798. Inshore squid http:// 104: 46–59
tolweb.org/Loligo/ In: The Tree
of Life Web Project. Diakses
pada tanggal 7 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai