Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. FAKTOR MANUSIA

1. Kecakapan

Kemampuan ABK (Anak Buah Kapal) dalam menangani overflow pada saat loading

baik itu di terminal maupun STS ( ship to ship ). Cargo overflow merupakan terminologi

atau istilah di dunia maritim yang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu muatan yang

meluap. Cargo overflow dapat terjadi apabila jumlah muatan melebihi dari kapasitas volume

maksimum dari suatu tangki pada kapal tanker. Apabila muatan tersebut meluap sehingga

akan keluar dari tangki muatan dan dapat menyebabkan suatu bahaya keselamatan dan juga

dapat menimbulkan suatu bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Berdasarkan Tanker

Safety Guide Oil tanker suatu sistem untuk memperingatkan bahaya overflow pada tangki

yang dimuati itu diperlukan sesuai dengan petunjuk dari IBC Code. Sistem ini harus bekerja

apabila suatu prosedur operasional yang normal gagal dalam menghentikan tingkat cairan

dalam tangki melebihi batas kondisi penuh. Titik aktivasi ditetapkan pada 95% high level

alarm dan 98% High high Level alarm dari kapasitas tangki. Pengoperasian sistem

diperlukan untuk menjadi peringatan yang independen yaitu High Level Alarm seperti yang

telah dijelaskan di atas. Pada saat aktivasi secara otomatis, sistem harus memberikan alarm

secara visual dan bersuara sehingga terdengar dan dapat diketahui bahwa kondisi tangki

berada pada level 95% dari kapasitas maksimum dan dalam waktu yang cukup untuk

melakukan tindakan shutdown yang berurutan dari pompa darat dan/atau katup, serta katup

kapal. Operasi dari shutdown ini bisa secara otomatis atau melalui operator.
Menurut STCW table A-II/I STCW convention with resolution 1995 (1995:37)

menjelaskan bahwa terdapat sistem pengontrolan dalam pengoperasian kapal dan

perlindungan bagi orang-orang di atas kapal pada level pengoperasian dengan melihat

beberapa aspek seperti kecakapan (competence) pengetahuan-pemahaman, keahlian, cara

untuk memperlihatkan kecakapan tersebut dan kriteria untuk mengevaluasi kecakapan.

a. Kecakapan dalam hal ini pastikan complience dengan syarat-syarat pencegahan

pencemaran.

b. Pengetahuan, Pemahaman dan Keahlian Perlu dimonitor dalam hal sebagai berikut :

1) Langkah-langkah pencegahan pencemaran dari lingkungan laut dan arti polusi.

2) Pengetahuan dari tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran di lingkungan

laut dan langkah anti polusi.

3) Langkah-langkah anti polusi dan semua peralatan yang berkaitan.

c. Cara untuk Memperlihatkan Keahlian.

Adalah dengan cara diadakan ujian dan penilaian dari keterangan yang diperoleh dari

satu atau lebih, dari yang tercantum di bawah ini.

a) Terbukti dalam pengalaman berlayar

b) Terbukti dalam pelatihan pengalaman di kapal

d. Kriteria untuk mengevaluasi kecakapan

Langkah-langkah untuk mengontrol pengoperasian kapal dan memastikan

compliance sesuai dengan ketentuan MARPOL secara penuh diamati.

2. Pelatihan dan Pengembangan

a. Menurut Sofyan Efendi


1) Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan

keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kera.

(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003.

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap,

dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang

dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

2) Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul

tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi,

lembaga atau instansi pendidikan,

b. Menurut (Hani Handoko:2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah

berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal

ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan

rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan

sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih

luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap

dlan sifat-sifat kepribadian.

c. (Gomes:2003:197) Mengemukakan pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki

performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi

tanggungjawabnya. Menurutnya istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah

pengembangan, perbedaannya kalau pelatihan langsung terkait dengan performansi kerja

pada pekerjaan yang sekarang, sedangkan pengembangan tidaklah harus, pengembangan

mempunyai skcope yang lebih luas dandingkan dengan pelatihan.


1) Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi

yang berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu

yang bersangkutan saat ini ( current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan

suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau

fungsi saat ini.

2) Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan

dan keahhan individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan

datang. Sasaran dan program pengembangan menyangkut aspek yang lebih luas yaitu

peningkatan kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin

terjadi tanpa direncanakan(unplened change) atau perubahan yang direncanakan

(planed change). (Syafaruddin:2001:2 17).

d. Hal serupa dikemukakan (Hadari:2005:208). Pelatihan adalah program- program untuk

memperbaiki kernampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan atau

berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau perusahaan. Sedangkan

pengembangan karir adalah usaha yang diakukan secara formal dan berkelanjutan dengan

difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja. Dan

pengertian ini menunjukkan bahwa fokus pengernbangan karir adalah peningkatan

kemampuan mental tenaga kerja.

lstilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dan program di

dalam dan luar pekerjaan karvawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan

promosi karir. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja

(vocational) yang dapat digunakan dengan segera. (Sjafri :2003: 135).


3. Personality

a. Hasil penelitian All port (dalam Guilford, 1959) menyimpulkan  bahwa istilah kata

kepribadian memiliki paling sedikitnya lima puluh pengertian. Kata kepribadian yang

lebih dikenal dengan istilah personality berasal dari kata personal. Pada mulanya kata

persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh  para pemain sandiwara

dalam memainkan peranan- peranannya pada zaman Romawi dan bisa juga menunjukkan

pada sesuatu yang digambarkan mengenai peran diri oleh individu dibalik topeng

(Guilford, 1959).

b. Jung (dalam Smith & Vetter, 1982) menjelaskan bahwa perkataan personality

dilukiskan sebagai wajah manusia dalam keberadaannya dimasyarakat. Selanjutnya

dijelaskan bahwa personal merupakan cara individu dengan sadar menempatkan diri

keluar (ke dunia sekitar). Personal  merupakan kompromi antara individu dan

masyarakat antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar tentang

bagaimana seharusnya orang berbuat. Jung berpendapat bahwa sepanjang hidup manusia

selalu memakai topeng ini untuk menutupi kehidupan batiniahnya. Manusia hampir tidak

pernah berlaku wajar sesuai dengan hakekat dirinya sendiri, sehingga manusia tidak lagi

mengenal siapakah dirinya, bakat dan kemampuannya tetapi bila orang

mau melepaskan topengnya dengan melihat.

B. FAKTOR ORGANISASI DI ATAS KAPAL

1. Penanggung jawab pekerjaan / kegiatan :

Adapun struktur organisasi di kapal MT.SEA TANKER I adalah sebagai berikut:

Ships crew Organization Structures

MASTER
DECK DEPARTEMENT ENGINE DEPARTEMENT

Chief officer Chief engineer

Bosun Deck cadet 1St 2nd Engine


engineer engineer cadet

AB/
E/R
Ratings COOK
Ratings

Penanggung jawab pekerjaan diatas kapal tentunya adalah perwira jaga di bawah

pengawasan kapten. Peristiwa terjadi overflow pada saat loading di terminal universal

(OMU) Jetty 15 yaitu pada jam 11.00 jaga Chief officer dimana masalah yang terjadi

adalah meluapnya minyak dari tanki 2 port yang pada saat itu kapal lagi muat di Tanks

3W. Sehingga crew yang jaga di Deck pada saat itu tidak menyadari bila alarm “Hight

Level Alarrn” berasal dari Tanks 2 kiri yang kemudiian boatswain meriset dan mematikan

alarm tersebut.

2. Beban kerja /tingkat kerumitan pekerjaan.

Pada umumnya mengenai pekerjaan bongkar muat baik itu dilakukan di Terminal

atau Ship to Ship tidaklah begitu rumit karna kegiatan itu sangat rutin dilaksanakan diatas

kapal,tetapi harus membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan yang tinggi terutama pada

saat memuat baik itu di Terminal atau Ship to Ship.Menyangkut kejadian overflow Di

MT. SEA TANKER I pada saat loading diterminal dalam tingkat kerumitan penanganan
pekerjaannya cukup besar karna menyangkut mengenai MARPOL,dan semua crew

terlibat bahu membahu untuk membersihkan tumpahan minyak diatas deck.

Pada saat Overflow terjadi crew yang Jaga di Deck dengan segera

menginformasikan ke Chief officer untuk selanjutnya diberitahukan ke darat untuk

memberhentikan pemuatan karna telah terjadi overflow kemudian dengan cepat crew

membersihkan tumpahan minyak di deck dengan menggunakan SOPEP ( Shipboard

Oil Pullution Emergancy Plane ) yang telah tersedia di deck sebelum pemuatan

dilaksankan. Adapun prosedur penanganan overflow menurut Sopep ialah sebagai berikut

1. Hentikan pengoperasian pemuatan atau pembongkaran secepat mungkin dan

bunyikan alarm

2. Lakuakan rencana darurat untuk menghadapi tumpahan minyak

3. Identifikasi sumber tumpahan, jenis dan cara penaganannya

4. Pertimbangkan untuk membuka dan mengerinkan tangki yang kosong

5. Hentikan pengoperasian sampai kebocoran diperbaiki / dipisahkan dan dibersihkan.

6. Pertimbangkan bantuan darat.

7. Sebarkan oil boom untuk mencegah penyebaran dan melindungi sebanyak mungkin

minyak yang tersebar dengan oil dispersant.

3. Jam kerja /Jam Istirahat

Pada pengaturan jam kerja dan jam istirahat juga sangat berpengaruh saat terjadi

suatu masalah di kapal yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Biasanya kalau terjadi

masalah kerusakan yg cukup parah dan butuh tenaga yg banyak, sehingga kadang-kadang
kita harus melibatkan seluruh ABK agar bisa menangani masalah dengan cepat, maka jam

istirahat crew yang sudah diganti akan terganggu.

4. Team work termasuk bridge atau engine resource management

Konsep Bridge Team Management kita perlu dipahami bahwa dalam pelaksanaana adalah

bagaimana suatu pelayaran dilakukan dengan selamat (safety ) tidak perduli siapapun

penanggung jawab (person incharge) yang melakukan dinas jaga.

Secara umum dikatakan bahwa Bridge Team Management adalah implementasi cara

kerja yang harus dilakukan berdasarkan standar IMO yang di tentukan oleh Maritime

Organizations. Maksudnya adalah semua personel yang terlibat harus menggunakan cara

terbaik dari semua sumberdaya manusia dan material yang ada di atas kapal dalam mencapai

tujuan yang di tetapkan.

C. FAKTOR KAPAL.

1. Rancangan/Desain/Arsitektur Kapal

Pada kapal MT.SEA TANKER I adalah salah satu jenis kapal Tanker yang dirancang

khusus untuk menyaplay bahan bakar Marine Fuel Oil (MFO) terhadap kapal-kapal yang

berkunjung atau transit di Singapore yang lazim di sebut “Bunker barges“. Seperti yang

dikemukakan oleh Capt.E.W. Manikom, M.mar dalam bukunya cargo handling & Stowage

Umumnya kapal-kapal Tanker yang berbobot mati kurang dari 6.000 Ton dikategorikan

sebagai Bunker Barges yaitu yang banyak disingapore,walaupun kenyataanya justru kapal –

kapal yang berbobot mati kurang dari 6.000 Ton lebih berhasil guna untuk pengiriman
muatan “ minyak Jadi “ antara pelabuhan di Asia Tenggara. Mempunyai ciri –ciri peralatan

di antaranya:

1. Discharge line : Jalur muatan keluar dari dalam tangki atau jalur

pembongkaran.

2. Drop line : Pipa yang berfungsi sebagai jalan nya muatan yang masuk ke

dalam tangki atau jalur muatan.

3. Suction valve : Kran yang berungsi untuk menghisap muatan pada saat

pembongkaran dan bisa digunakan sebagai jalur muatan pada

saat pemuatan.

4. Striping valve : Kran yang berfungsi untuk menghisap sisa muatan dalam

tangki. Kran ini baru digunakan pada saat dilaksanakan

pengeringan tangki.

5. Crosss valve : Kran yang menghubungkan antara jalur pipa yang satu dengan

yang jalur pipa yang lain atau antara tangki muatan yang satu

dengan tangki muatan yang lain.

6. Manifold valve : Kran dari pipa cabang yang dihubungkan ke pipa utama dan

dapat dipakai penghubung selang darat dengan pipa muatan di

kapal.

7. Master valve : Kran yang digunakan untuk bongkar muatan sebagai

penghubung dan pemisah line cargo dengan suction valve

didalam tangki.

8. Mainhole : Lubang penghubung antara deck kapal dengan tanki kapal yang

digunakan anak buah kapal untuk turun ke dalam tangki.


9. Droping valve : Adalah valve yang dapat menghubungkan dua jalur atau lebih

dari pipa-pipa kapal.

10. Loading arm : Merupakan lengan pemuat sebagai alat yang menghubungkan

pipa kapal dan darat saat pemuatan maupun pembongkaran.

11. PV valve : Yaitu kran yang berhubungan dengan peranginan

harus dalam posisi terbuka.

2. Perawatan

Maintenance peralatan sangat di butuhkan dalam mempermuda penggunaan alat

tersebut. Utamanya valve valve pada saat memuat muatan premium, valve yang

digunakan akan mengalami pengendapan pada valvenya sehingga valve tersebut susah

untuk di operasikan. Sehinga pada saat toping up terkadang muatan sudah hampir penuh

namun karena valve penutup dan valve pengalihan susah dioperasikan sehingga dapat

menimbulkan overflow.

Adapun tujuan pelaksanaan perawatan dan perbaikan kapal, yang dipaparkan oleh

Capt.Bruce Rumangkang, Msi dalam bukunya tentang ‘’Teknik Perawatan dan Perbaikan

Kapal’’ adalah:

a. Kapal dapat dioperasikan secara teratur dan keselamatan terjamin

meningkatkan kemampuan kapal.

b. Sistem berjalan dengan biaya yang lebih efisien.

c. Menjamin kesinambungan perawatan karena dapat diketahui yang sudah dan akan

dikerjakan

d. Melaksanakan pekerjaan secara sistematis dan ekonomis


e. Dalam keadaan crew yang berbeda/berganti system tetap berjalan

f. Sebagai umpan balik untuk perawatan akan datang

g. Untuk fasilitas informasi, kearsipan, system inventaris suku cadang.

Adapun jenis-jenis pelaksanaan perawatan dan perbaikan kapal ada yang bersifat

rutin, bersifat Darurat dan bersifat tahunan. Begitupun juga di kapal kami, Dimana

perusahaan telah menerapkan PMS (Planing Maintenance System) di kapal yang mana

perawatan rutin telah dilakukan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan peralatan yang

diberikan perusahaan karena Perawatan peralatan di kapal tanker khususnya

(bunker barges) yang baik dan rutin akan meminimalisir masalah-masalah dan kerusakan

seperti valves,wire boom rutin diberi gemuk (grease) dan engsel-engselnya diberi

pelumas. Dari semua uraian tadi juga harus disadari bahwa pada perawatan terdapat

keterbatasan pada crew/anak buah kapal,yaitu :

a. Crew kapal terbatas pengetahuannya tentang perawatan dan perbaikan kapal

b. Pengalaman crew kapal tentang perawatan dan perbaikan kapal kurang

c. Jumlah crew diatas kapal terbatas/kurang

d. Crew kapal disibukkan dengan kegiatan bongkar muat

e. Waktu kapal di terminal terbatas/sangat mepet

f. Cuaca buruk, crew tidak dapat melakukan kerja di deck/out door.

2. Usia kapal

Masih menurut Capt. Bruce Rumangkang, Msi bahwa dengan adanya persaingan

yang ketat antara kapal baru dan kapal lama, harus diusahakan agar:

a. Tidak sering tertunda (Off Hire)

b. Tepat waktu
c. Laik laut/laik muat

d. Memenuhi ketentuan biro klasifikasi

e. Efisiensi (tidak rugi).

. Kapal yang masih tergolong baru tidak dapat menjamin bahwa semua peralatannya

bisa dipakai dalam jangka yang sangat lama karena masing-masing mempunyai tugas dan

fungsi masing-masing begitupun pada bagian peralatan bongkar muat dikapal, bagian

yang paling cepat bermasalah yaitu pada bagian cargo pump,valves, boom begitu juga

pada bagian peralatan seperti pipe line yang ada pada main deck. Usia kapal sangat

mempengaruhi kekuatan dan konstruksi bangunan kapal karena kapal yang usianya

sangat tua akan mempunyai bagian-bagian plat atau besi yang berkarat pada bagian yang

tidak terkena cat dan sering terkena air laut sehingga menyebabkan plat menjadi semakin

tipis dan akhirnya keropos, kena air laut karena rata-rata posisi penempatannya pada

bagian luar sebelah kiri dan kanan kapal.

Anda mungkin juga menyukai