Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HANDOVER


KEPERAWATAN

Oleh
Kelompok B
Kelas F / 2015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
MANAJEMEN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HANDOVER


KEPERAWATAN
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Oleh :
Prasetyo Panji N. NIM 142310101117
Rizky Amalia NIM 152310101065
Winda Sari NIM 152310101078
Ana Septianadi F NIM 152310101153
Novian Dwi Roessanti NIM 152310101164
RR. Hermitha Maharani N. NIM 152310101169

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian timbang terima (Handover)

Timbang terima atau operan merupakan suatu cara menyampaikan dan


menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kondisi klien. Timbang terima
dilakukan dengan 3 siklus yaitu dari petugas yang dinas pagi melaporkan apa saja
yang telah dan dilakukan dan tugas apa yang harus dilanjutkan kepada petugas
yang dinas sore, kemudian setelah melakukan tugasnya petugas yang dinas sore
akan melakukan imbang terima pada petugas yang dinas malam, dan petugas
dinas malam juga akan melakukan timbang terima pada petugas yang dinas pagi
keesokan harinya. Timbang terima ini sangat penting dilakukan guna mencapai
asuhan keperawatan yang komprehensif (Noprianty, 2018). Timbang terima
adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu
pengasuh yang lain. Pengasuh dalam proses timbang terima ini termasuk dokter
jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar,
dan perawat praktisi berlisensi (Kamil, 2011).

Timbang terima dalam keperawatan merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan oleh perawat dalam lingkungan pelayanan keperawatannya dalam
wujud perilaku kerja dimana didalamnya terdapat aktivitas berdiskusi, mencatat,
berkomunikasi dengan sejawat dan pasien. Pelaksanaan Handover dilakukan
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima ini harus dilakukan seefektif mungkin di setiap
pergantian shift mulai tahap persiapan, pelaksanaan hingga post handover
(Istiningtyas dan Wulandari, 2018).

2. Jenis-jenis timbang terima (Handover)

Ada beberapa jenis timbang terima antar satu petugas ke petugas dalam
memberikan jasa perawatan kesehatan pada pasien (Kamil, 2011), antara lain
sebagai berikut :

1. Handover interdisiplinary
Handover interdisiplinary merupakan timbang terima yang terjadi antara
perawata dan dokter, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Handover intradisiplinary
Handover intradisiplinary merupakan timbang terima yang terjadi antar
sesama perawat atau sesama dokter.

Serah terima pasien juga dapat terjadi antar fasilitas kesehatan, misalnya
antar rumah sakit dan antar beberapa organisasi penyedia pelayanan kesehatan
lainnya, termasuk pelayanan kesehatan di rumah, tempat penampungan, dan
fasilitas perawatan jompo. Serah terima pasien dalam pelaksanaannya
memungkinkan untuk melibatkan penggunaan teknologi seperti perekam audio,
catatan terkomputerisasi, faximil, dokumen tertulis, dan komunikasi lisan. Hal
tersebut bertujuan untuk mempermudah proses timbang terima dan dapat
dijadikan tanggung gugat ketika suatu saat terjadi kesalahan (Kamil, 2011).

3. Masalah dan kendala timbang terima (Handover)

Faktor internal dan eksternal yang menimbulkan masalah serta hambatan


yang terjadi pada individu, kelompok, dan organisasi dalam proses serah terima
terbagi sebagai berikut (Hughes, 2008) :

1. Faktor ekternal dan internal individu kelompok


a. Komunikasi
Masalah komunikasi yang sering terjadi dalam proses timbang terima
adalah berkaitan dengan bahasa. Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa
dapat disalahpahami atau salah ditafsirkan oleh peraat ketika menerima
laporan. Penggunaan singkatan dan akronim yang unik dalam setiap
pelayanan keperawatan yang berbeda dapat membingungkan perawat
dalam bekerja. Strategi untuk menghindari kesalahan tersebut dapat
dicegah dengan :
1) Serah terima pasien dilakukan secara face-to-face.
2) Standarisasi bentuk, daftar, atau alat sehingga semua pengguna akan
memahami informasi dari konteks yang sama.
3) Memberikan peluang untuk mengajukan pertanyaan dan klarifikasi
kembali selama serah terima.
4) Biasakan membaca kembali dan mengulang kembali untuk
mengurangi kesalahan komunikasi.
5) Berbicara sederhana, jelasm langsung, dan spesifik dalam
mendeskripsikan pasien dan situasi terkini.
6) Hindari penggunaan singkatan, istilah, atau jargon yang tidak
dipahami secara bersama.
7) Memberikan definisi pada istilah yang ambigu.
8) Memungkinkan untuk meninjau ringkasan yang relevan dan
informasi saat ini.
b. Gangguan
Masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor situasional seringkali dapat
berkontribusi menyebabkan gangguan dalam proses timbang terima.
Strategi untuk mengurangi kesalahan dan miningkatkan keselamatan
yaitu dengan cara melaksanakan serah terima pasien di
lokasi/lingkungan yang dapat menimalka gangguan.
c. Interupsi
Kesalahan interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan
perawatan kesehatan. Strategi untu mengurangi kesalahan tersebut yaitu
dengan cara membatasi dan mencegah interupsi dan menyediakan
cakupan tugas yang jelas selama serah terima pasien guna mendukung
transisi informasi yang terfokus.
d. Kebisingan
Latar belakang suara yang berasal dari pager, telepon, handphone, suara
peralatan, alarm, dan saat berbicara berkontribusi dalam peningkatan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat menimbulkan salah tafsir
saat terjadi timbang terima. Strategi untuk mencegah terjadinya kesalah
tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1) Menyediakan lokasi/lingkungan timbang terima pasien yang
memungkinkan mereka jelas dalam mendengarkan informasi.
2) Menggunakan kebiasaan “membaca kembali” dan “mengulang
kembali” untuk mengurangi kesalahan komunikasi.
e. Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi pada perawat saat bekerja terutama
dikarenakan shift yang berkepanjangan. Strategi untuk mencegah dan
meningkatkan keselamatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
membatasi jumlah jam kerja guna mengurangi kelelahan dan kesalahan.
f. Memori
Memori jangka pendek dan penyimpangan yang terbatas dapat terjadi
ketika proses timbang terima pasien. Untuk mencegah kesalahan dalam
kondisi tersebut caranya yaitu sebagai berikut :
1) Desai sistem untuk mengurangi ketergantungan memori.
2) Gunakan formulir pracetak informasi pasien untuk akurasi dan
kelengkapan informasi dalam kegiatan timbang terima.
3) Menyediakan layanan kesehatan dengan akses data yang baik untuk
mengurangi ketergantungan pada memori saat terima pasien.
g. Pengetahuan / pengalaman
Masalah yang sering terjadi pada saat timbang terima dilihat dari aspek
pengetahuan/pengalaman, dikarenakan :
1) Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan
kemampuan yang berbeda.
2) Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan timbang
terima.
3) Perawat pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang
lebih selama proses timbang terima pasien.

Strategi untuk mengurangi kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1) Dukung perawat pemula dengan program orientasi dan


pembimbingan.
2) Menyediakan program pendidikkan berkelanjutan pada strategi
serah terima pasien yang efektif.
3) Menyediakan konsultan pengalaman untuk perawat yang kurang
berpengalaman karena mereka mungkin belum memiliki keahlian
untuk pemecahan masalah.
4) Memberikan informasi komprehensif, tapi menghindari overload
selama serah terima.
h. Komunikasi tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak terbaca, dapat
menimbulkan kesalahan dalam komunikasi. Strategi yang dapat
dilakukan untuk mencegah hal tersebut yaitu :
1) Menggunakan strategi elektronik untuk mengurangi masalah pada
catatan pasien yang tidak terbaca.
2) Menggunakan standar proses untuk memastikan informasi penting
yang akan dan telah dikomunikasikan dalam serah terima.

2. Faktor organisasi
a. Budaya organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian pada
keselamtan pasien, misalnya staf yang enggan untuk melaporkan
masalah atau tidak merasa nyaman mengajukan pertanyaan bila ada hal
yang belum jelas saat terima. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut yaitu :
1) Mendukung pengembangan budaya dalam menjaga keselamatan
pasien, dimana pelaporan kesalahan dan masalh terkait budaya
dapat di dorong dan di terima sebagai keunikan.
2) Mendorong pengembangan “learning culture” dan “a just culture”.
b. Hirakhi
Struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka. Hal ini
memungkinkan perawat merasa tidak nyaman mengajuka pertanyaan
untuk mengklarifikasi informasi atau mungkin merasa terintimidasi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan tersebut yaitu :
1) Mempromosikan budaya keamanan pelayanan dengan mendukung
komunikasi terbuka.
2) Mengembangkan protokol atau kebijakan yang mendukung budaya
saling menghormati, kolaborasi.
3) Memberikan pendidikan untuk semua tingkat hirarki penyedia layanan
kesehatan pada strategi komunikasi yang efektif.
c. Sistem dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan laporan lengkap akan
mengurangi waktu untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat
serah terima pasien. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kesalahan yang ditimbulkan yaitu :
1) Yakinkan bahwa ada waktu untuk menyelesaikan laporan serah terima
pasien.
2) Mengakui bahwa serah terima pasien membutuhkan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan interaktif.
3) Mengembangkan operasional yang efisien dalam pengambilan data
pada waktu yang tepat dengan informasi yang akurat yang akan
disampaikan pada perawat penerima.
d. Pengiriman pasien (dalam organisasi perawatan kesehatan)
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan meningkatkan kebutuhan
untuk serah terima pasien sehingga berdampak pada keselamatan pasien.
Strategi untuk mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan cara :
pertimbangkan model perawatan kesehatan dengan desain yang
meminimalkan pengiriman pasien, dan sertakan perawat dalam desain
proses serah terima pasien. Keterbatasan ruang untuk serah terima
pasien. Masalah lingkungan yang tidak kondusif dapat menimbulkan
masalah dalam proses timbang terima. Strategi untuk mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan yaitu dengan menyertakan
penyedia layanan kesehatan dalam desain lingkungan kerja sehingga
kebutuhan ruang yang memadai dan konfigurasinya dapat teridentifikasi.
e. Keterbatasan teknologi dan penggunaan catatan dan laporan
manual/kesulitan mengakses informasi penting.
Kurangnya teknologi dapat membuat catatan dalam bentuk kertas
menjadi tebal, di tambah dengan beberapa laporan yang harus dirujuk
untuk serah terima ke unit atau fasilitas kesehatan lain. Strategi untuk
mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan cara :
1) Desain sistem elektronik yang mendukung dalam kemudahan
pengambilan data yang akurat dan tepat waktu. b)
2) Menyediakan proses perencanaan yang memadai, infrastruktur,
sumber daya manusia, dan pendidikan untuk keberhasilan
mengimplementasikan serah terima pasien berbasis dukungan
perangkat elektronik.
f. Keterbatasan tenaga.
Kekurangan tenaga dapat berkontribusi untuk kesenjangan dalam
penyampaian informasi saat serah terima pasien. Strategi untuk
mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan cara :
1) Mengalokasikan sumber daya manusia yang memadai untuk
mendukung dan memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
2) Memantau proses serah terima pasien untuk peluang perbaikan ke
arah yang lebih baik.
g. Garis tanggung jawab.
Saat situasi serah terima pasien, mungkin ada staf yang merasa belum jelas
akan tanggung jawabnya kepada pasien atau situasi yang sedang
berlangsung. Jika tanggung jawab untuk perawatan pasien dan tindak
lanjut tidak jelas digambarkan, maka dapat menyebabkan staf tersebut
"meraba-raba" tentang tanggungjawabnya. Strategi untuk mengurangi
kesalahan yaitu dapat dilakukan dengan cara :
1) Bila perlu gunakan pemaksaan untuk menunjukkan tanggung jawab
staf dalam proses serah terima pasien.
2) Ambigu dalam transfer tanggung jawab.
3) Jelas mendefinisikan tanggung jawab pada saat transisi pergantian
shift.

4. Elemen Timbang Terima


5. Metode Timbang Terima
6. Proses Timbang Terima (Hand Over)

Proses timbang terima yang dilakukan di dalam penelitian Istiningtyas dan


Wulandari (2018) tepatnya di Rumah Sakit Umum Daerah dihasilkan
yaitu :

1. Pelaksanaan handover rawat inap hanya dilakukan di nurse station


2. Hand over idak dilakukan tepat waktu
3. Penyampaian saat hand over sesui dnegan buku handover (berisi nama pasien;
diagnosa medis; keluhan; diet dan terapi medis) yang disampaikan saat handover
4. Pelaksanaan handover tidak menyampaikan masalah keperawatan serta tindakan
mandiri perawat.
5. Handover terkadang hanya dilakukan saat pagi dan siang hari.
Menurut Nursalam (2014) prosedur timbang terima atau hand over dapat dijelaskan
dalam bagan dibawah ini :

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


1. Timbang terima dilaksanakan
setiap pergantian sif/ operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi
lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelagasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. aspek umum yang Perawatan
meliputi: M1 s/d M5 Nurse Pelaksana dan
Persiapan .....Menit
b. jumlah pasien station Perawat
c. identitas pasien dan Asisten
diagnosis medis
d. data (keluhan/subjektif
dan objektif)
e. masalah keperawatan
yang masih muncul
f. intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
g. intervensi kolaboratif dan
dependen
h. rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan
program lainnya).
Pelaksana Nurse Station ...Menit Nurse Kepala ruang,
an 1. Kedua kelompok dinas sudah Station Perawatan
siap (sif jaga). Ruang Pelaksana dan
2. Kelompok yang akan /Bed Perawat
bertugas menyiapkan buku Pasien Asisten
catatan.
3. Kepala ruang membuka acara
timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat oleh
perawat jaga (NIC).
5. Perawat jaga sif selanjutnya
dapat melakukan klarifkasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal- hal
yang telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
Di Bed Pasien
1. Kepala ruang menyampaikan
salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
2. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan, serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan.
3. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserah terimakan
kepada petugas berikutnya.
1. Diskusi.
2. Pelaporan untuk timbang
terima dituliskan secara
Kepala ruang,
langsung pada format timbang
Post- Perawatan
terima yang
timbang Pelaksana dan
ditandatangani oleh PP yang
terima Perawat
jaga saat itu dan PP yang jaga
Asisten
berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruang.
3. Ditutup oleh KARU

Selain itu dalam jurnal juga dijelaskan bahwa prosedur handover sudah ada namun
belum bisa terlaksana sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hasil wawancara dari
perawat pelaksana mengatakan bahwa perawat tidak pernah dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruang dalam melaksanakan handover dan kepala ruang belum pernah memberikan
sosialisasi tentang standar handover yang benar kepada perawat pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Hughes, R. 2008. Agency for healthcare research and quality u.s. department of
health and human services, 54. Patient Safety and Quality
Istiningtyas, A. dan Y. Wulandari. 2018. Hubungan kepemimpinan kepala ruang
dengan pelaksanaan handover. KesMadaSka
Kamil, H. 2011. Handover dalam pelayanan keperawatan. Idea Nursing Journal.
4(2):144–152.
Noprianty, R. 2018. Modul Praktikum Nursing Management. Edisi 1. Yogyakarta:
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai