Anda di halaman 1dari 88

Laporan Perekonomian

Provinsi Sulawesi Selatan


Mei 2019
(terbit setiap triwulan)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI SULAWESI SELATAN
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:


Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Jenderal Sudirman No. 3
Makassar 90113, Indonesia
Telepon: 0411 – 3615188/3615189
Faksimili: 0411 – 3615170
KATA PENGANTAR

Kata
Pengantar

Laporan Perekonomian (sebelumnya disebut Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional atau KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup
aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah dan pengembangan akses
keuangan, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan
masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini disamping bertujuan untuk
memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial, serta
sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para
stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Dengan demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw
BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin berperan sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di
wilayah kerjanya.

Aktivitas ekonomi Sulsel pada triwulan I 2019 tercatat mengalami akselerasi yang lebih tinggi dari dari kinerja pada triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,6% (yoy), urutan kelima tertinggi di nasional setelah Maluku Utara (7,6%;
yoy), Kalimatan Utara (7,1%;yoy), Sulawesi Tengah (6,8%; yoy), dan Gorontalo (6,6%; yoy). Meskipun meningkat, angka
pertumbuhan pada triwulan I 2019 tersebut berada di bawah kisaran proyeksi Bank Indonesia. Kinerja perekonomian Sulsel
terutama ditopang oleh kuatnya konsumsi. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), dorongan terhadap pertumbuhan secara
signifikan datang dari LU Perdagangan Besar dan Eceran, serta Industri pengolahan. Sejalan dengan kinerja perekonomian,
laju inflasi terkendali dengan capaian 3,08% (yoy), turun dari 3,50% (yoy) di akhir 2018 meskipun inflasi tarif angkutan udara
meningkat sangat signifikan. Melanjutkan capaian di triwulan pertama, ekonomi Sulsel pada triwulan II 2019 dan
keseluruhan tahun 2019 kami perkirakan meningkat pada kisaran 7,0%-7,4% (yoy) dengan inflasi terkendali pada kisaran
target 3,5%±1% didukung oleh sinergi yang solid dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), serta stabilitas sistem
keuangan tetap terjaga. Pencapaian atas perkiraan tersebut tentu dapat memperbaiki tingkan kemiskinan dan kesenjangan
ke depan.

Dalam penyusunan kajian ini, kami memanfaatkan data sekunder yang diterbitkan atau yang disediakan oleh berbagai
institusi. Selain itu, kami juga menggunakan data primer dan informasi yang kami peroleh dari hasil survei dan liaison atau
hasil kunjungan ke sejumlah perusahaan besar di Sulsel. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing
pemikiran dan membantu dalam penyediaan data atau informasi yang lengkap, akurat dan terkini. Saran serta masukan
dari para stakeholders sangat kami harapkan agar ke depan kajian yang kami susun menjadi semakin lebih baik.

Makassar, 27 Mei 2019


KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Bambang Kusmiarso
Direktur Eksekutif

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan iii
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA


1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,
dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –
Coordination and Teamwork.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
iv Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
DAFTAR ISI

Daftar
Isi

KATA PENGANTAR III


DAFTAR ISI V
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 11
1.2. SISI PENGELUARAN 12
1.3. SISI LAPANGAN USAHA 17
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 21
BOKS 1.A EKONOMI DIGITAL SEBAGAI POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI SULSEL KE DEPAN 25
2. KEUANGAN PEMERINTAH 25
2.1 STRUKTUR ANGGARAN 26
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 27
2.3 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 30
3. INFLASI DAERAH 31
3.1. INFLASI UMUM 32
3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 33
3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 34
3.4. DISAGREGASI INFLASI 34
3.5. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 35
BOKS 3.A KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UDARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP INFLASI SULAWESI SELATAN 37
4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 40
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH 41
4.2. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 43
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 48
5.1. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 49
5.2. PENGELOLAAN UANG RUPIAH
5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI JUAL-BELI VALUTA ASING
BOKS 5.A Implementasi Transaksi Non Tunai di Lingkup Transaksi Keuangan Pemerintah Daerah

Provinsi Sulsel Terus Meluas ke Berbagai Sektor 55

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 59

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan v
DAFTAR ISI

6.1 TENAGA KERJA


6.2 PENDUDUK MISKIN 60
6.3 RASIO GINI 61
6.4 NILAI TUKAR PETANI 62
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 65
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 66
7.2 PROSPEK INFLASI 68
7.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BOKS 7.A KERJASAMA BANK INDONESIA DAN BMKG DALAM MENDORONG PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI CUACA 69
LAMPIRAN 70

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
vi Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan
Eksekutif

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan


Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan Perekonomian Sulsel triwulan I 2019 tumbuh 6,6% (yoy), meningkat dari
I 2019 tumbuh lebih tinggi pertumbuhan triwulan VI 2018 sebesar 6,5% (yoy). Kinerja ekonomi tersebut
dibandingkan periode ditopang oleh kuatnya konsumsi dan masih positifnya kontribusi investasi dan ekspor
sebelumnya dengan tekanan LN, meskipun relatif melambat. Dari sisi lapangan usaha, perdagangan dan industri
inflasi yang terkendali dan manufaktur merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan
stabilitas sistem keuangan laporan. Adapun tekanan inflasi relatif mereda pada triwulan I 2019 dengan mencatat
yang terjaga. Pada triwulan II angka 3,08% didukung rendahnya tekanan inflasi bahan makanan sejalan periode
dan keseluruhan tahun 2019 musim panen meskipun inflasi tarif angkutan udara melonjak signifikan. Paralel
aktivitas perekonomian dengan itu, stabilitas sistem keuangan daerah terjaga dengan tingkat NPL yang cukup
diperkirakan tetap akseleratif rendah serta sistem pembayaran yang solid, termasuk program elektronifikasi guna
dan semakin inklusif . mendorong keuangan inklusif. Capaian positif tersebut pada akhirnya termanifestasi
pada kemiskinan yang lebih rendah dan tingkat kesenjangan yang membaik antara lain
didukung NTP yang memberikan cukup insentif bagi petani, meskipun tingkat
kemiskinan sedikit meningkat.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan selanjutnya kami perkirakan lebih


tinggi dari kinerja triwulan I 2019, dan secara keseluruhan tahun 2019 akselerasi PDRB
akan berada pada kisaran 7,0% (yoy) s.d. 7,4% (yoy). Sejalan dengan itu, tantangan
pengendalian inflasi terutama datang dari komoditas bahan makanan terlebih pada
saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), namun dengan sinergi dan koordinasi
TPID, inflasi diperkirakan masih terkendali pada kisaran 3,5%±1% (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi, investasi dan ekspor Ekspansi ekonomi Sulsel pada triwulan I 2019 terutama ditopang tingkat konsumsi
luar negeri menjadi tumpuan yang solid dengan pangsa lebih dari setengah PDRB. Selain itu, investasi (PMTB) juga
kinerja pertumbuhan ekonomi berkontribusi signikan pada capaian pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019, meski
Sulsel di triwulan I 2019. mengalami perlambatan dari triwulan IV 2018. Demikian halnya ekspor barang dan
Sementara itu, lapangan jasa yang turut memberikan sumbangan positif pada kinerja triwulan I 2019. Adapun
usaha perdagangan dan dari sis Lapangan Usaha (LU), perdagangan dan industri manufaktur berperan sebagai
industri pengolahan menjadi penyokong utama ekspansi PDRB Sulsel pada triwulan pertama 2019 dengan tumbuh
motor utama pertumbuhan masing-masing 9,9% (yoy) dan 8,3% (yoy), termasuk informasi dan komunikasi dan
ekonomi Sulsel. kontruksi yang andilnya masing-masing 0,9% dan 0,8% pada pertumbuhan PDRB
triwulan 1 2019.

Prospek pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2019 diperkirakan lebih


terakselerasi. Dari sisi permintaan, selain komsumsi yang kinerjanya semakin
meningkat, pertumbuhan PDRB juga masih akan ditopang oleh investasi terutama
berlanjutnya proyek infrastruktur. Adapun kinerja ekspor luar negeri juga diperkirakan
meningkat di triwulan II 2019. Sementara dari sisi lapangan usaha, ekspansi ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF

Sulsel diperkirakan masih ditopang teruama oleh Lapangan Usaha Pertanian,


Kehutanan dan Perikanan seiring panen raya komoditas perkebunan dan curah hujan
yang bersahabat bagi penangkapan ikan, serta lapangan usaha perdagangan yang
memasuki HBKN Ramadhan dan Idul Fitri.

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBN/APBD


Daya dorong belanja APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada triwulan I
Provinsi Sulsel pada triwulan I
2019 sedikit meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun
2019 lebih tinggi dibanding
masih perlu ditingkatkan. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2019
periode yang sama tahun
tercatat mencapai Rp1,2 triliiun atau 12,1% dari pagu anggaran sebesar Rp9,6 triliun,
2018.
lebih tinggi dibanding triwulan I 2018 yang mencapai 8,1%. Penyerapan anggaran
didominasi oleh belanja operasional (pangsa 76,3%) dan belanja transfer (pangsa
23,5%), sementara untuk realisasi belanja modal mencapai Rp3,3 triliun (pangsa
0,3%).

Sementara itu, peningkatan juga terjadi pada realisasi belanja APBN yang
dialokasikan di Sulsel. Realisasi total belanja pada triwulan I 2019 sebesar Rp2,9
triliun atau 14,6% dari pagu anggaran sebesar Rp19,9 triliun, lebih tinggi dari
pencapaian triwulan I 2018 yang mencapai 13,7% atau Rp2,8 triliun. Dari sisi
komponen, Peningkatan terjadi pada komponen belanja pegawai, barang dan
bantuan sosial, sementara realisasi belanja modal pada triwulan I 2019 mencapai
7,6% (Rp349,6 miliar) lebih rendah dari triwulan I 2018 yang mencapai 12,2%
(Rp527,6 miliar)

Tekanan inflasi relatif mereda Tekanan inflasi menurun didorong disinflasi kelompok bahan makanan. Laju inflasi
pada triwulan I 2019 didukung Sulsel pada triwulan I 2019 tercatat 3,08% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
penurunan harga pada (3,50%, yoy), terutama karena penurunan harga kekelompok bahan makanan seiring
kelompok bahan makanan. datangnya musim panen dan normalisasi permintaan pasca-HBKN natal dan tahun
Namun, pada triwulan II baru. Disinflasi terutama terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya; bumbu-
tekanan diperkirakan bumbuan; dan buah-buahan antara lain komoditi cabe merah, bawang putih dan cabe
meningkat sejalan dengan rawit masing-masing 37,06%(yoy), 7,98%(yoy), dan 42,98%(yoy), sementara
periode HBKN meskipun inflasi komoditas tersebut pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi. Meskipun tarif
masih terkendali dalam angkutan udara, tarif pulsa ponsel dan biaya pengiriman mengalami inflasi di atas 6%,
kisaran target 3,5%±1% (yoy). namun dampaknya tertahan sehingga secara umum inflasi triwulan I 2019 tetap lebih
rendah.

Tekanan inflasi triwulan II 2019 diperkirakan meningkat sejalan memasuki HBKN


ramadhan dan idul fitri. Inflasi pada triwulan II 2019 diperkirakan datang dari
kelompok bahan makanan, terutama komoditas daging ayam ras dan kelompok
bumbu-bumbuan seperti bawang merah, cabai merah dan cabai rawit sejalan
terbatasnya pasokan, termasuk karena diperdagangkan antar daerah dan belum
masuknya masa panen. Selain itu, dari kelompok administered price tekanan inflasi
terutama ditimbulkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, sementara dari kelompok
inflasi inti terutama terkait kenaikan biaya sekolah.

Telah dilakukan berbagai upaya pengendalian oleh TPID terutama menghadapi


tekanan inflasi menjelang HBKN ramadhan dan idul fitri. TPID Sulsel telah menempuh
sinergi melakukan langkah-langkah upaya pengendalian yang sejalan dengan Key
Strategy 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan
Komunikasi Efektif) seperti Lorong Peduli Inflasi, program Smart Truck Inflation Control
untuk mobilisasi barang yang mengalami kelangkaan dari daerah penyangga, inspeksi
mendadak dan pasar murah, termasuk kerja sama dengan MUI, alim ulama, pemuka

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
2 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
RINGKASAN EKSEKUTIF

agama untuk menghimbau masyarakat tidak berlebihan dalam melakukan konsumsi


(belanja) di bulan ramadhan. Langkah-langkah tersebut diyakini efektif sehingga inflasi
terkendali dalam kisaran target 3,5%±1% (yoy).

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan di Sulsel Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Selatan tetap terjaga yang ditunjukkan dengan
tetap terjaga untuk NPL yang tetap stabil dan rendah. Tingkat NPL yang terjaga tersebut sebagai buah dari
mendukung pertumbuhan proses konsolidasi keuangan korporasi, yaitu melakukan deleveraging untuk
ekonomi yang semakin inklusif. memperbaiki rasio keuangannya. Indikasi terjadinya upaya konsolidasi juga diperkuat
dengan kenaikan DPK korporasi. Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi sektor
rumah tangga juga masih melambat sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga yang sedikit melambat. Kondisi di sektor korporasi dan rumah tangga tersebut
mendukung NPL terjaga dan stabil di level rendah (di bawah 5%).

Di sisi lain, penyaluran kredit kepada sektor UMKM justru meningkat menggambarkan
keberpihakan perbankan kepada sektor UMKM. NPL UMKM juga terjaga di bawah
threshold 5% yang menunjukkan sektor UMKM tetap pruden menjaga kesehatan
keuangannya.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi nontunai melalui Nilai transaksi keuangan melalui RTGS pada triwulan I 2019 mengalami peningkatan,
kliring nilainya semakin Sementara transaksi keuangan melalui SKNBI justru mengalami penurunan.
menurun, sementara nilai Transaksi RTGS meningkat menjadi Rp11,6 triliun dari Rp11,4 triliun pada triwulan IV
transaksi RTGS meningkat. 2018 namun dengan pertumbuhan secara tahunan (yoy) yang meningkat signifikan
Kebutuhan uang kartal tetap yaitu, menjadi 73,2% (yoy) dari 13,5% (yoy) pada triwulan IV 2018. Adapun nilai
mengalami net inflow ke Bank transaksi SKNBI terkontraksi sebesar 5,7% (yoy), lebih besar dari kontraksi pada
Indonesia. triwulan sebelumnya sebesar 2,2% (yoy). Selanjutnya, upaya peningkatan penggunaan
non tunai di Provinsi Sulsel dilakukan melalui implementasi program elektronifikasi
jalan tol, transaksi keuangan Pemerintah Daerah, bantuan sosial dan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Sementara itu jumlah uang yang diedarkan untuk
memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat, tercatat net inflow sebesar Rp4,03
triliun sesuai dengan peran Sulsel sebagai hub perdagangan kawasan timur Indonesia.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Penyerapan tenaga kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (selanjutnya disebut TPT) pada Februari 2019 di Sulsel
hingga Februari 2019 meningkat menjadi 5,42% dibandingkan awal tahun sebelumnya 5,39%. Jumlah
mengalami penurunan. penduduk miskin di Sulsel pada September 2018 turun menjadi 8,87% (779,6 ribu
Sebaliknya, tingkat kemiskinan orang) dari tahun sebelumnya sebesar 9,48% (826 ribu orang). Selain itu, tingkat
dan kesenjangan membaik kesenjangan di Sulsel pada September 2018 membaik, dengan gini ratio sebesar 0,388
sejalan dengan NTP yang dibandingkan posisi September 2017 sebesar 0,429. Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulsel
meningkat dan tetap kondusif berada pada teritori menguntungkan, atau di atas 100 pada triwulan I 2019 dengan
bagi usaha pertanian. rata-rata sebesar 103,04, lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya
102,98.

Prospek Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi Sulsel Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019 diperkirakan berada pada kisaran 6,6
pada triwulan III 2019 – 7,0% (yoy). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 diperkirakan
diprakirakan mengalami bergerak lebih rendah dari capaian pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Hal
moderasi dari kinerja triwulan ini didasari pada tidak adanya HBKN sebagai pendorong konsumsi RT serta pergeseran

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 3
RINGKASAN EKSEKUTIF

sebelumnya. Adapun tekanan pencairan gaji ke 13 dari bulan Juli ke bulan Juni menggeser belanja pemerintah dari
inflasi di triwulan III 2019 triwulan III ke triwulan II 2019. Pendorong PDRB triwulan III diperkirakan datang dari
mereda sejalan tidak adanya investasi yang masih kuat dan konsumsi RT terkait biaya pendidikan pada tahun ajaran
HBKN dan tidak ada lagi base baru. Dengan perkembangan tersebut, maka kami memperkirakan pertumbuhan
effect kenaikan tarif angkutan ekonomi pada 2019 berada pada kisaran 7,0% (yoy) s.d. 7,4% (yoy).
udara. Inflasi di triwulan III 2019 dan keseluruhan tahun 2019 diperkirakan masih dalam
rentang target inflasi nasional walau terdapat beberapa potensi tekanan inflasi.
Tekanan inflasi pada triwulan III 2019 diperkirakan mulai mereda sejalan dengan
berakhirnya HBKN. Faktor lainnya adalah hilangnya base effect dari kenaikan tarif
angkutan udara serta dampak penurunan batas atas transporasi udara. Di sisi lain,
tekanan inflasi inti juga diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan kenaikan
didorong oleh biaya sekolah dan seragam sekolah. Hal ini sejalan dengan dorongan
permintaan di tahun ajaran baru

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
4 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel
Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)


2016 2017 2018* 2019**
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I
MAKRO
Indeks Harga Konsumen
- Sulawesi Selatan 123,62 123,65 124,78 125,71 127,84 129,20 129,98 131,29 132,57 134,55 134,00 135,89 136,65
- Sulawesi Utara 123,92 124,31 124,02 125,64 128,79 128,77 128,26 128,71 130,23 133,23 130,02 133,64 133,43
- Gorontalo 120,50 121,65 120,98 121,78 123,79 126,14 126,32 127,07 127,29 128,51 128,58 129,80 129,28
- Sulawesi Tengah 124,42 125,53 126,24 127,09 129,46 132,10 132,06 132,59 132,97 136,87 135,39 141,15 140,40
- Sulawesi Tenggara 121,96 120,72 123,74 121,68 123,06 128,17 125,89 125,28 127,68 131,39 128,03 128,48 129,05
- Sulawesi Barat 122,23 123,74 123,94 125,52 127,24 128,92 129,55 130,28 130,57 132,37 135,39 132,62 131,82
Laju Inflasi Bulanan (%, qtq)
- Sulawesi Selatan 1,22 0,02 0,91 0,75 1,69 1,06 0,60 1,01 0,97 1,49 (0,41) 1,41 0,56
- Sulawesi Utara (1,02) 0,31 (0,23) 1,31 2,51 (0,02) (0,40) 0,35 1,18 2,30 (2,41) 2,78 (0,16)
- Gorontalo 0,23 0,95 (0,55) 0,66 1,65 1,90 0,14 0,59 0,17 0,96 0,05 0,95 (0,40)
- Sulawesi Tengah (0,64) 0,89 0,57 0,67 1,86 2,04 (0,03) 0,40 0,29 2,93 (1,08) 4,25 (0,53)
- Sulawesi Tenggara 1,35 (1,02) 2,50 (1,67) 1,13 4,15 (1,78) (0,48) 1,92 2,91 (2,56) 0,35 0,44
- Sulawesi Barat (0,45) 1,24 0,16 1,27 1,37 1,32 0,49 0,56 0,22 1,38 2,28 (2,05) (0,60)
0 0 0 0 0 0 0 0
Laju Inflasi Tahun Kalender (%, ytd)
- Sulawesi Selatan 1,22 1,25 2,17 2,94 1,69 2,77 3,39 4,44 0,98 2,48 2,06 3,50 0,56
- Sulawesi Utara (1,02) (0,71) (0,94) 0,35 2,51 2,49 2,09 2,44 1,18 3,51 1,02 3,83 (0,16)
- Gorontalo 0,23 1,19 0,63 1,30 1,65 3,58 3,73 4,34 0,17 1,13 1,19 2,15 (0,40)
- Sulawesi Tengah (0,64) 0,25 0,81 1,49 1,86 3,94 3,91 4,33 0,29 3,23 2,12 6,46 (0,53)
- Sulawesi Tenggara 1,35 1,96 2,83 2,69 0,91 4,45 3,31 2,96 0,34 3,26 2,20 2,55 0,29
- Sulawesi Barat (0,45) 0,78 0,94 2,23 1,37 2,71 3,21 3,79 0,22 1,60 3,92 1,80 (0,60)
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Selatan 5,70 4,30 3,07 2,94 3,42 4,49 4,17 4,44 3,70 4,14 3,09 3,50 3,08
- Sulawesi Utara 4,90 3,67 2,28 0,35 3,93 3,59 3,42 2,44 1,12 3,46 1,37 3,83 2,46
- Gorontalo 5,74 4,89 2,77 1,30 2,73 3,69 4,41 4,34 2,83 1,88 1,79 2,15 1,56
- Sulawesi Tengah 6,03 4,21 4,08 1,49 4,05 5,23 4,61 4,33 2,71 3,61 2,52 6,46 5,59
- Sulawesi Tenggara 4,75 4,37 3,28 3,07 2,40 6,17 3,49 2,96 2,39 1,79 1,70 2,55 2,60
- Sulawesi Barat 5,19 4,29 3,42 2,23 4,10 4,19 4,53 3,79 3,40 2,68 4,51 1,80 0,96
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008 63.116 67.457 71.257 67.593 68.004 72.022 76.034 72.848 72.997 77.277 81.427 77.542 77.784
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12.837 15.164 16.857 13.493 14.682 15.888 17.422 13.477 15.458 17.114 18.361 13.941 15.878
Pertambangan dan Penggalian 3.605 3.954 4.297 4.139 3.908 4.198 4.369 4.244 4.036 4.256 4.219 4.266 3.891
Industri Pengolahan 9.209 9.432 9.810 10.023 9.659 9.826 10.294 10.628 9.982 9.710 10.288 10.808 10.806
Pengadaan Listrik, Gas 60 64 66 67 66 66 69 72 67 72 76 78 73
Pengadaan Air 78 81 80 81 82 87 88 87 90 94 93 90 94
Konstruksi 7.610 7.888 8.161 8.330 8.142 8.593 8.842 9.181 8.803 9.164 9.835 10.069 9.409
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.939 9.572 10.313 9.537 9.592 10.553 11.304 11.030 10.691 11.911 12.669 11.861 11.747
Transportasi dan Pergudangan 2.416 2.438 2.612 2.384 2.447 2.588 2.837 2.803 2.765 2.953 3.097 2.963 2.872
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 887 903 924 942 948 1.002 1.050 1.082 1.085 1.146 1.187 1.194 1.153
Informasi dan Komunikasi 4.055 4.170 4.355 4.408 4.440 4.639 4.784 4.914 4.967 5.081 5.406 5.574 5.619
Jasa Keuangan 2.351 2.438 2.459 2.595 2.452 2.567 2.575 2.681 2.684 2.787 2.646 2.638 2.649
Real Estate 2.411 2.442 2.445 2.485 2.511 2.549 2.561 2.602 2.610 2.638 2.703 2.746 2.743
Jasa Perusahaan 277 281 291 294 295 305 316 322 325 335 347 356 348
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.860 3.000 2.698 2.779 2.865 2.996 3.027 3.038 2.990 3.253 3.387 3.485 3.338
Jasa Pendidikan 3.420 3.488 3.674 3.714 3.664 3.818 4.046 4.157 3.948 4.152 4.427 4.691 4.409
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.253 1.276 1.325 1.401 1.346 1.398 1.456 1.517 1.484 1.541 1.588 1.595 1.630
Jasa lainnya 849 866 888 919 907 949 992 1.012 1.012 1.069 1.100 1.186 1.125

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) **


1. Konsumsi 39.034 42.105 42.787 45.978 41.137 44.358 45.306 48.572 44.195 47.443 48.376 51.823 47.620
2. Investasi 24.359 25.562 26.614 27.235 26.151 27.672 28.865 29.018 29.145 30.287 30.042 30.212 29.670
3. Net Ekspor (1.311) (1.097) 1.038 (6.322) (35) (420) 8 (4.790) (343) (453) 3.009 (4.493) 494
Total PDRB (Rp Miliar) 63.116 67.457 71.257 67.593 68.004 72.022 76.034 72.848 73.014 77.314 81.486 77.542 77.784
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 7,24 8,02 6,80 7,67 7,75 6,77 6,70 7,78 7,37 7,35 7,17 6,47 6,56
Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) 229,37 276,31 325,41 336,67 261,13 267,31 307,30 346,80 302,99 350,29 383,65 411,77 303,49
Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) 163,02 187,21 226,87 247,29 178,55 302,04 382,81 335,35 386,30 640,55 426,44 801,12 502,04
Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) 122,68 210,55 150,13 270,62 200,95 210,17 229,61 188,86 164,35 215,14 167,94 181,50 167,63
Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) 284,74 329,06 275,21 407,15 291,66 391,26 376,91 453,54 290,64 453,51 481,56 371,05 352,16
Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta) 106,69 65,76 175,28 66,04 60,18 57,15 77,69 157,93 138,64 135,15 215,71 230,27 135,86
Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai
Catatan:
*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007
**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 5
TABEL INDIKATOR EKONOMI

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)


2016 2017 2018 2019
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I
BANK UMUM :
Total Aset (Rp Miliar) 120.832 122.711 123.190 125.955 130.863 130.564 129.565 134.100 132.433 136.333 139.503 142.448 143.850
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar) 78.342 82.097 82.025 82.396 81.891 85.232 83.874 87.322 85.385 87.794 90.331 92.813.524 92.366
Giro 12.894 12.203 11.802 10.388 12.434 12.532 12.562 10.726 12.013 12.447 12.669 11.324.297 13.089
Tabungan 38.589 42.611 41.800 44.994 41.400 43.973 43.308 50.161 47.161 48.402 49.043 53.314.347 49.803
Deposito 26.859 27.283 28.423 27.014 28.057 28.726 28.004 26.434 26.211 26.946 28.619 28.174.879 29.474
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar) 96.310 101.617 102.774 103.890 104.798 108.154 107.583 113.129 114.102 115.210 116.265 117.917 119.370
- Modal Kerja 37.510 39.518 39.653 39.952 40.620 42.311 41.776 44.569 43.940 44.528 45.324 45.756 45.207
- Investasi 20.041 20.796 20.204 20.221 19.830 19.946 19.773 19.842 20.251 20.915 20.012 20.022 21.097
- Konsumsi 38.759 41.303 42.917 43.718 44.347 45.898 46.034 48.717 49.911 49.767 50.929 52.139 53.065
LDR 122,94% 123,78% 125,30% 126,09% 127,97% 126,89% 128,27% 129,55% 133,63% 131,23% 128,71% 127,05% 128,54%
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar) 96.310 101.617 102.774 103.890 104.798 108.154 107.583 113.129 114.102 115.210 116.265 117.917 118.731
- Pertanian 2.681 2.933 2.998 3.280 3.279 3.514 3.624 4.386 4.533 4.748 4.966 5.232 5.343
- Pertambangan 430 399 372 336 340 333 316 303 308 312 325 381 452
- Industri pengolahan 7.239 7.993 8.104 7.582 7.494 7.555 7.477 7.015 6.980 6.991 7.524 7.413 7.413
- Listrik, Gas, dan Air 306 277 267 248 255 222 226 159 147 182 200 230 220
- Konstruksi 5.483 5.977 6.305 6.698 6.305 6.602 6.637 6.805 6.574 6.828 6.999 6.047 5.786
- Perdagangan 31.959 33.268 32.431 32.555 32.970 33.787 33.256 34.343 34.104 34.578 34.617 35.435 35.688
- Pengangkutan 2.824 2.738 2.730 2.627 2.420 2.508 2.441 2.698 3.064 3.190 1.996 2.115 2.223
- Jasa Dunia Usaha 4.117 4.085 4.234 4.278 4.715 4.889 4.709 5.659 5.570 5.632 5.652 5.685 5.418
- Jasa Sosial Masyarakat 2.462 2.587 2.392 2.518 2.640 2.819 2.838 3.014 2.883 2.971 3.048 3.224 3.414
- Lain-lain 38.809 41.359 42.941 43.767 44.378 45.926 46.060 48.747 49.937 49.778 50.939 52.155 52.773
Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar) 31.110 32.156 32.936 33.233 36.798 34.306 34.297 35.996 35.612 36.314 37.217 38.058 38.573
Kredit Mikro* (Rp Miliar) 8.698 8.993 9.050 9.277 9.234 9.800 9.950 10.604 11.022 11.399 11.929 11.864 12.368
- Modal Kerja 6.329 6.580 6.707 6.841 6.711 7.211 7.334 7.797 8.063 8.330 8.694 9.212 8.937
- Investasi 2.369 2.413 2.343 2.436 2.523 2.589 2.615 2.807 2.959 3.069 3.234 2.651 3.431
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
Kredit Kecil ** (Rp Miliar) 12.433 12.687 12.549 12.695 13.070 13.409 13.384 13.535 13.344 13.502 13.793 13.955 12.368
- Modal Kerja 7.265 7.540 7.713 7.817 8.341 9.116 9.114 9.593 9.426 9.580 9.834 9.967 9.934
- Investasi 5.169 5.147 4.836 4.878 4.729 4.293 4.270 3.942 3.918 3.922 3.958 3.988 4.080
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
Kredit Menengah *** (Rp Miliar) 9.979 10.476 11.336 11.260 14.495 11.097 10.964 11.857 11.247 11.413 11.496 12.239 12.191
- Modal Kerja 7.198 7.624 8.542 8.568 8.013 7.965 7.850 8.588 8.172 8.294 8.376 8.993 8.949
- Investasi 2.781 2.852 2.795 2.692 6.481 3.132 3.114 3.270 3.074 3.119 3.120 3.246 3.242
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
- -
NPL Total gross - Lokasi Bank (%) 3,36% 3,05% 3,00% 2,29% 2,43% 2,45% 2,54% 3,45% 4,35% 4,50% 4,41% 3,52% 3,59%
-
NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%) 4,43% 4,14% 4,07% 3,78% 3,70% 3,93% 4,05% 3,67% 3,99% 4,12% 4,16% 3,76% 4,07%

BANK UMUM SYARIAH


Total Aset (Rp Miliar) 7.018 6.687 6.633 6.718 6.703 6.708 6.365 6.812 6.967 7.184 7.306 7.716 7.714
- - -
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar) 3.517 3.630 3.872 3.972 3.967 3.921 3.680 4.291 4.362 4.362 4.613 4.889 4.926
Giro 339 390 429 366 357 326 353 429 387 413 495 439 507
Tabungan 1.761 1.793 1.886 2.020 2.008 2.037 2.053 2.211 2.209 2.236 2.339 2.585 2.575
Deposito 1.417 1.447 1.557 1.587 1.601 1.558 1.275 1.651 1.766 1.713 1.779 1.865 1.844
- - -
Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar) 5.817 5.744 5.668 5.851 5.911 5.994 5.831 5.848 5.936 5.997 5.930 6.279 6.420
- Modal Kerja 1.659 1.685 1.619 1.594 1.616 1.594 1.487 1.559 1.451 1.404 1.164 1.292 1.222
- Investasi 1.143 1.034 970 1.096 1.081 1.094 1.075 968 1.025 986 912 936 967
- Konsumsi 3.015 3.025 3.079 3.162 3.213 3.306 3.269 3.321 3.459 3.607 3.855 4.051 4.231
FDR 165,43% 158,23% 146,38% 147,30% 149,00% 152,85% 158,44% 136,28% 136,09% 137,48% 128,56% 128,42% 130,33%
Catatan:
* (<Rp50 juta)
** (Rp50 < X < Rp500 juta)
*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)
**** Angka sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
6 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

C. PERBANKAN (KREDIT LOKASI PROYEK, DPK LOKASI PROYEK)


2016 2017 2018 2019
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I
BANK UMUM
Total Aset (Rp Miliar) 120.832 122.711 123.190 125.955 130.863 130.564 131.222 134.100 132.433 136.333 139.503 142.448 143.850
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar) 78.002 81.674 81.640 81.971 81.536 84.852 84.675 86.809 84.924 87.352 89.878 92.305 91.896
Giro 12.881 12.178 11.788 10.376 12.420 12.519 11.981 10.649 11.962 12.428 12.640 11.305 13.062
Tabungan 38.342 42.311 41.544 44.678 41.157 43.702 44.658 49.842 46.884 48.117 48.777 53.045 49.570
Deposito 26.778 27.185 28.309 26.917 27.959 28.632 28.037 26.318 26.079 26.807 28.461 27.955 29.263
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 102.280 107.627 108.401 109.723 111.780 115.158 117.433 119.771 121.299 126.261 126.255 129.620 130.296
- Modal Kerja 38.920 40.809 40.590 40.842 41.856 43.281 43.853 45.317 44.925 46.954 47.927 49.346 48.471
- Investasi 22.507 23.420 22.771 23.079 23.597 23.931 24.455 23.660 24.428 27.322 25.306 25.993 27.007
- Konsumsi 40.853 43.398 45.040 45.802 46.327 47.945 49.125 50.795 51.946 51.985 53.021 54.281 54.818
LDR 131,13% 131,78% 132,78% 133,86% 137,09% 135,72% 138,69% 137,97% 142,83% 144,54% 140,47% 140,43% 141,79%
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 102.280 107.627 108.401 109.723 111.780 115.158 117.433 119.771 121.299 126.261 126.255 129.620 130.296
- Pertanian 2.368 2.616 2.592 2.852 2.858 3.110 3.415 3.604 3.750 3.909 4.095 4.434 4.575
- Pertambangan 407 431 402 390 397 381 374 343 433 443 450 565 583
- Industri pengolahan 7.984 8.674 8.398 8.039 7.844 8.145 7.472 7.357 7.443 7.670 8.623 9.107 9.178
- Listrik, Gas, dan Air 2.290 2.149 2.203 2.239 2.835 2.823 4.373 3.142 3.297 5.595 4.447 4.549 4.783
- Konstruksi 6.262 6.363 6.496 6.522 6.629 6.812 6.625 7.098 6.816 8.038 8.298 7.909 7.647
- Perdagangan 32.480 34.128 33.399 33.784 34.449 35.080 35.244 35.670 35.633 35.960 36.250 36.937 37.083
- Pengangkutan 2.501 2.433 2.414 2.314 2.152 2.224 2.269 2.535 2.876 3.070 1.821 1.982 2.087
- Jasa Dunia Usaha 4.637 4.804 5.022 5.165 5.570 5.725 5.550 6.127 6.103 6.497 6.255 6.676 6.206
- Jasa Sosial Masyarakat 2.449 2.574 2.412 2.567 2.690 2.882 2.957 3.069 2.977 3.082 2.983 3.165 3.330
- Lain-lain 40.902 43.456 45.064 45.851 46.358 47.976 49.155 50.824 51.971 51.996 53.031 54.295 54.824
Kredit UMKM - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 29.316 30.544 31.433 31.909 38.572 33.612 33.996 35.029 34.799 35.580 36.094 36.891 37.452
Kredit Mikro* (Rp Miliar) 8.368 8.740 8.788 8.999 8.978 9.563 10.135 10.415 10.947 11.419 11.777 11.727 12.291
- Modal Kerja 6.240 6.537 6.671 6.805 6.717 7.227 7.625 7.833 8.126 8.426 8.810 9.351 9.095
- Investasi 2.128 2.204 2.118 2.194 2.261 2.336 2.510 2.582 2.821 2.993 2.967 2.375 3.196
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
Kredit Kecil ** (Rp Miliar) 11.434 11.780 11.732 11.883 12.307 12.641 12.846 12.940 12.729 12.870 13.114 13.237 13.300
- Modal Kerja 7.194 7.425 7.649 7.744 8.238 9.006 9.248 9.469 9.309 9.457 9.704 9.812 9.820
- Investasi 4.239 4.355 4.082 4.139 4.069 3.636 3.598 3.471 3.420 3.413 3.410 3.425 3.479
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
Kredit Menengah *** (Rp Miliar) 9.515 10.023 10.914 11.027 17.288 11.407 11.016 11.674 11.124 11.291 11.202 11.928 11.861
- Modal Kerja 6.821 7.279 8.200 8.321 8.105 7.778 7.878 8.488 8.061 8.256 8.107 8.744 8.673
- Investasi 2.694 2.744 2.714 2.706 9.183 3.629 3.138 3.186 3.062 3.034 3.095 3.184 3.188
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
NPL Total gross - Lokasi Proyek (%) 3,46% 3,21% 3,19% 2,54% 2,64% 2,67% 2,73% 3,99% 4,85% 4,76% 4,71% 3,74% 3,63%
NPL UMKM gross - Lokasi Proyek (%) 4,39% 4,31% 4,15% 3,98% 3,56% 4,04% 4,05% 3,96% 4,22% 4,26% 4,33% 3,82% 4,12%

BANK UMUM SYARIAH


Total Aset (Rp Miliar) 7.018 6.687 6.633 6.718 6.703 6.708 6.938 6.812 6.967 7.184 7.306 7.716 7.714
- - - - -
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar) 3.462 3.569 3.794 3.865 3.870 3.829 4.086 4.175 4.220 4.212 4.443 4.650 4.694
Giro 338 387 428 364 356 324 416 428 384 408 486 429 497
Tabungan 1.742 1.770 1.864 1.967 1.979 2.011 2.090 2.176 2.167 2.194 2.294 2.527 2.525
Deposito 1.383 1.411 1.502 1.533 1.535 1.494 1.580 1.571 1.668 1.610 1.663 1.695 1.673
- - - - -
Pembiayaan - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 6.647 6.778 6.359 6.522 6.628 6.605 6.704 6.600 6.725 6.490 6.408 7.157 7.283
- Modal Kerja 2.503 2.679 2.252 2.192 2.192 2.012 1.992 1.973 1.815 1.723 1.473 1.783 1.700
- Investasi 1.240 1.198 1.145 1.313 1.300 1.352 1.326 1.208 1.317 1.059 1.012 1.274 1.295
- Konsumsi 2.904 2.901 2.962 3.017 3.136 3.241 3.385 3.419 3.593 3.709 3.922 4.100 4.288
FDR 191,98% 189,94% 167,61% 168,77% 171,27% 172,51% 164,07% 158,10% 159,36% 154,09% 144,22% 153,91% 155,17%
Catatan:
* (<Rp50 juta)
** (Rp50 < X < Rp500 juta)
*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)
**** Angka sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 7
TABEL INDIKATOR EKONOMI

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan: PDRB TD 2010 ; KTI adalah Kaimantan, Sulampua, Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat
Balinusra; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara Sementara
Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat
Sementara Sementara
Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah


Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

Keterangan: Data 2018: Data Februari 2018; Keterangan: Data 2018: Data Maret 2018;
*) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sumber: Badan Pusat Statistik,
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah diolah
Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
8 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 9
1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab 1
Pertumbuhan Ekonomi1

Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2019 bila diukur berdasarkan PDRB nilainya
masing-masing mencapai Rp118,1 triliun (ADHB) atau Rp72,8 triliun(ADHK), atau
tumbuh 6,6% (yoy) di triwulan I 2019, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan IV
2018 (6,5%; yoy).
Pada triwulan I 2019, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan konsumsi agregat
khususnya pada komponen konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah yang
tercatat tumbuh meningkat, serta masih tetap kuatnya konsumsi rumah tangga.
Persiapan pesta demokrasi serta peningkatan tunjangan ASN menjadi faktor
utama pendorong pertumbuhan di periode laporan.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2019 terjadi
pada sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang
meningkat didorong oleh kinerja lapangan usaha Industri Pengolahan;
Perdagangan Besar dan Eceran; Pengadaan Air; dan Jasa Kesehatan.
Dengan realisasi pada triwulan I 2019 tersebut, diperkirakan pada triwulan II
2019 pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan kisaran 7,0%-7,4% (yoy). Akselerasi
perekonoomian terutama berasal dari Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan seiring panen raya komoditas perkebunan dan curah hujan yang
kondusif untuk penangkapan ikan; Perdagangan Besar dan Eceran seiring
dengan masuknya bulan ramadhan dan HBKN Idul Fitri. Dari sisi pengeluaran,
penguatan perekonomian terutama karena meningkatnya konsumsi rumah tangga
dan investasi yang mulai direalisasikan paska pesta demokrasi.

1Pembahasan bab 1 menggunakan alur waktu Triwulan I 2019 (data realisasi BPS) dan Triwulan II 2019 (data proyeksi Bank Indonesia).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 10
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

1.1. Pertumbuhan Ekonomi


Pada triwulan I 2019, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan,
ekonomi Sulsel tumbuh 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 6,6% (yoy) pada triwulan IV 2018. Akselerasi
pertumbuhan tersebut terutama karena meningkatnya kinerja di beberapa lapangan usaha antara lain Lapangan Usaha
(LU) Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar. Di sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan investasi tetap
merupakan kontributor terbesar terhadap aktivitas perekonomian meskipun konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga
dan konsumsi pemerintah tumbuh tinggi.

Ekspansi ekonomi Sulsel diperkirakan berlanjut pada triwulan II 2019 sehingga tumbuh pada rentang 7,0% - 7,4%.
Peningkatan tersebut dari Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan
Eceran. Dari sisi pengeluaran, meningkatnya perekonomian karena konsumsi rumah tangga dan investasi. Naiknya
konsumsi rumah tangga sejalan dengan peningkatan aktivitas masyarakat saat bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan
Nasional (HBKN) Idul Fitri 1440 H.
% yoy
9 8.4
7.9 8.0
7.7 7.7 7.5 7.3 7.7 7.7 7.8
8 7.2 7.3 7.3 7.2
6.8 6.7 6.6
7 6.4 6.5 6.6 7.4
5.9
6 7.0

5
4
3
2
1
5.1 5.0 5.0 5.0 4.8 4.7 4.8 5.2 4.9 5.2 5.0 4.9 5.1 5.0 5.1 5.2 5.1 5.3 5.2 5.2 5.1
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* IIP
2014 2015 2016 2017 2018 2019

yoy Nasional yoy Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik


*) Angka sementara **) Angka sangat sementara P : Prediksi
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan triwulan IV 2018 menjadi yang tertinggi keenam di nasional.
Pertumbuhan tertinggi berada di Provinsi Maluku Utara (7,6%; yoy), DI. Yogyakarta (7,5%; yoy), Kalimatan Utara (7,1%;
yoy), Sulawesi Tengah (6,8%; yoy), dan Gorontalo (6,6%; yoy) (Grafik 1.2). Meski mengalami penurunan tren pertumbuhan
dalam beberapa tahun terakhir, namun pangsa perekonomian Sulsel masih mendominasi di Sulawesi, Maluku dan Papua
(Sulampua) mencapai 35,2%, dengan sumber pertumbuhan yang cenderung bervariasi dari sektor primer, sekunder, hingga
tersier. Adapun untuk provinsi dengan pertumbuhan tinggi di atas Sulsel (Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo)
cenderung bergantung kepada perkembangan sektor primer (Pertanian dan Pertambangan).

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Spasial Indonesia Triwulan I 2019


Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 11
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

1.2. Sisi Pengeluaran


Dari sisi pengeluaran, konsumsi yang solid menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan I
2019 termasuk konsumsi LNPRT dan pemerintah yang lebih akseleratif. Pada triwulan I 2019, konsumsi lembaga nonprofit
rumah tangga meningkat signifikan karena adanya persiapan pesta demokrasi. Konsumsi pemerintah yang tinggi juga
didorong oleh kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) di tahun 2019, dan pengeluaran terkait bantuan korban bencana
alam. Meski melambat, konsumsi rumah tangga tetap kuat yang didorong oleh berbagai faktor salah satunya adalah
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 8,03% dan didukung oleh inflasi tahun 2018 yang rendah (3,5%; yoy),
sehingga tetap menjaga daya beli masyarakat.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2019 diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut seiring dengan
naiknya konsumsi rumah tangga karena peningkatan daya beli masyarakat saat HBKN (bulan Ramadhan dan idul fitri)
sejalan dengan kenaikan gaji ASN dan pembayaran THR . Dari sisi Pemerintah, peningkatan penerimaan ASN tersebut
merupakan bagian dari belanja pegawai yang mendukung ekspansi konsumsi pemerintah. Adapun peningkatan konsumsi
LNPRT lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring telah dilaksanakannya pesta demokrasi pada awal triwulan laporan.
Selain itu, investasi juga diperkirakan mengalami akselerasi, termasuk masih berlanjutnya pelaksaan proyek infrastruktur.
Tabel 1.1. Pertumbuhan (%, yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)
2017 2018 2019*
Komponen 2015 2016
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.29 5.48 5.54 6.47 6.15 6.41 6.15 6.97 6.65 6.50 7.04 6.79 6.81
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.13 3.26 6.57 7.35 5.81 7.58 6.83 22.53 21.72 7.06 11.74 15.67 38.30
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8.09 (1.34) 4.65 (0.54) 4.78 2.75 2.71 7.78 6.11 7.90 4.45 6.21 9.39
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.08 7.02 7.38 8.28 8.49 8.62 8.21 8.69 6.42 3.95 4.18 5.72 3.35
5. Perubahan Inventori (579.81) (28.52) (32.01) (63.22) 123.00 (186.22) (35.30) 0.47 156.79 (99.75) 7.53 (59.78) (61.59)
6. Ekspor LN (7.57) (20.52) 8.84 (8.62) (4.19) 1.19 (1.12) 14.49 30.62 22.93 18.87 21.61 3.97
7. Impor LN (11.58) (2.12) 49.63 (3.69) 24.83 (27.55) 3.03 (3.36) 18.59 12.87 31.36 14.77 (3.50)
8. Net Ekspor Antar Daerah 5.92 (46.35) (87.14) (53.65) 81.29 (7.92) (26.99) 287.45 60.17 (304.30) (6.45) (21.42) (56.46)
PDRB 7.19 7.42 7.74 6.75 6.65 7.74 7.21 7.35 7.33 7.17 6.47 7.07 6.56
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia
*) Angka Sangat Sementara

1.2.1 Konsumsi
Pengeluaran konsumsi secara agregat tumbuh meningkat dan menjadi faktor naiknya pertumbuhan ekonomi di triwulan
I 2019. Pada triwulan I 2019, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga tumbuh 38,3% (yoy), naik signifikan dari periode
sebelumnya yang tumbuh 11,7% (yoy) sejalan persiapan pesta demokrasi . Selain itu, konsumsi pemerintah yang menguat
dari 4,5% (yoy) di triwulan IV 2018 menjadi 9,4% (yoy) karena adanya kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) di tahun
2019.

Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat meski tetap kuat pada triwulan I 2019. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,8%
(yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (7,0%; yoy), namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir
(5,9%; yoy). Tetap terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga karena masih tingginya aktivitas di awal tahun, seperti
persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi, potongan harga yang masih terjadi di awal tahun serta peningkatan UMP di
tahun 2019.Konsumsi rumah tangga yang tetap kuat tersebut terkonfirmasi dari masih tingginya pertumbuhan Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) yang tumbuh positif 3,2% atau 137 di triwulan I 2019.

Realisasi belanja pemerintah daerah yang meningkat pada triwulan I 2019 juga menjadi salah satu pendorong kenaikan
pertumbuhan. Realisasi belanja operasional APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan I 2019 sebesar Rp892,1 miliar atau 12,5%
dari target Rp7,1 triliun. Pencapaian nilai realisasi belanja ini lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp622,2 miliar atau 8,7% dari yang ditargetkan sebesar Rp7,2 triliun. Peningkatan tersebut dikarenakan komponen belanja
pegawai, barang, bunga dan hibah mengalami peningkatan realisasi dari yang ditargetkan di tahun 2019 dibandingkan
tahun 2018. Peningkatan belanja pegawai tersebut diperkirakan karena terdapat peningkatan tunjangan ASN di awal tahun.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
12 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan
% yoy
Growth yoy (%) - Skala Kanan %, yoy
150 40 Rp Triliun
60 30
140 30
50 25
130 20
40 20
120 10
30 15
110 0
20 10
100 (10)
10 5
90 (20)
0 0
80 (30) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Survei Konsumen Sumber: LBU, Lokasi proyek, diolah


Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Konsumsi

Penyaluran kredit konsumsi tercatat tumbuh melambat 18 50

% (yoy)
Rp Triliun
pada triwulan I 2019. Kredit konsumsi tumbuh 5,5% (yoy) 16
40
turun dari triwulan sebelumnya 6,9% (yoy). Penurunan 14
12 30
ekspansi kredit konsumsi berasal dari kredit KPR/KPA, 10
20
kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit 8
perlengkapan rumah tangga yang masing-masing 6 10
4
tumbuh 7,1% (yoy); 11,0% (yoy) dan 15,1% (yoy) pada 0
2
triwulan laporan dari triwulan sebelumnya masing- - (10)
masing 12,5% (yoy); 16,9% (yoy) dan 105,6% (yoy). I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Perlambatan kredit konsumsi sejalan dengan konsumsi
Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan
rumah tangga yang melambat.
Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi

1.2.2 Investasi
Investasi tumbuh melambat di triwulan I 2019. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikasi dari
kegiatan investasi tumbuh 3,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan IV 2018 (4,2%; yoy). Penurunan investasi
terlihat dari masih terbatasnya proyek baru baik dari pemerintah maupun swasta.

Menurunnya investasi berasal dari PMDN. Pada triwulan I 2019, PMDN terkontraksi lebih cukup dalam mencapai 90,3%
(yoy) dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya mencapai 23,7% (yoy). Salah satu proyek unggulan Sulsel tahun 2019
adalah PLTB Tolo I di Kab. Jeneponto, dimana Kab. Jeneponto mengalami bajir di bulan Januari 20192. Meski demikian,
pertumbuhan PMA meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah pusat dalam mendorong LU pertambangan 3.
Peningkatan PMA dapat menjaga investasi tidak turun lebih dalam.

Kinerja impor barang modal sebagai indikasi aktivitas investasi menunjukkan tren menurun di triwulan I 2019. Impor
barang modal tumbuh melambat meski masih dalam fase terkontraksi -35,5% (yoy) atau mencapai USD33,2 juta di periode
laporan. Menurunnya impor barang modal terjadi pada perlengkapan tansportasi dan industri. Meski demikian, penyaluran
kredit investasi di periode laporan membaik dengan tumbuh 10,6% (yoy) atau sebesari Rp27,0 triiliun dari triwulan
sebelumnya sebesar 9,9% (yoy) menopang kinerja investasi tetap positif. Penyaluran kredit investasi4 yang meningkat
disinyalir digunakan untuk pembelian perlengkapan pembangunan pada triwulan selanjutnya, agar proses pembangunan
dapat terus berjalan meski terkendala bencana.

2 http://www.tribunnews.com/regional/2019/01/26/gubernur-sulsel-tetapkan-tanggap-darurat-banjir-di-jeneponto-hingga-29-januari
3 Dinas Penanaman modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPM-PTSP)
4 https://nasional.kontan.co.id/news/membaiknya-kredit-investasi-jadi-katalis-positif-untuk-pertumbuhan-ekonomi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 13
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan
120 US$ Juta %, yoy 250 %, yoy
30 Rp Triliun 50
200
100
150 25 40
80
100 20 30
60 50 15 20
0
40 10 10
(50)
20 5 0
(100)
0 (150) 0 (10)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah


Grafik 1.6. Impor Barang Modal Grafik 1.7. Penyaluran Kredit Investasi

1,400 % yoy % yoy 300


PMDN
Secara total, investasi yang menurun diperkirakan
1,200 PMA - sisi kanan 250
terjadi secara temporer di awal triwulan laporan.
1,000 Total Investasi 200
Pembangunan listrik dan transportasi diperkirakan
800 150
dapat menstimulasi bisnis di Sulsel untuk membangun
600 100
dan menambah kapasitas produksi. Selain itu,
400 50
investasi di LU pertambangan juga diperkirakan masih
200 0
terus berjalan seiring masih terdapat beberapa
0 -50

-200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
-100
pembangunan smelter. Oleh karena itu, Bank
2015 2016 2017 2018 2019
Indonesia turut mengawal percepatan reformasi
struktural dan akan bekerjasama dengan pemerintah
Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.8. Pertumbuhan Proyek PMA dan PMDN Sulsel dan pelaku usaha.

1.2.3 Ekspor dan Impor


Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala Kanan
gNilai Ekspor - Skala Kanan
Ekspor Sulsel di triwulan I 2019 mengalami kinerja yang
900
Ribu Ton %; yoy
250
menurun. Pertumbuhan ekspor dengan tujuan luar
800 200
negeri (LN) mencapai 4,0% (yoy), melambat
700
150 dibandingkan dengan triwulan IV 2018 yang tercatat
600
500 100 tumbuh 18,9% (yoy). Penurunan ekspor luar negeri
400 50 seiring dengan kinerja negara mitra dagang yang
300
200
0
menurun terutama Jepang, Tiongkok dan Amerika
(50)
100 Serikat. Lebih rendahnya harga komoditas utama Sulsel
0 (100)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I juga turut menurunkan ekspor seperti nikel dan kakao.
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Net ekspor antar daerah menunjukkan kontraksi yang
Sumber: Bea Cukai, diolah
lebih dalam menjadi -56,5% (yoy) di periode laporan
Grafik 1.9. Volume Ekspor Nonmigas (Tabel 1.1), dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar
-6,45% (yoy).
Kinerja ekspor (LN) yang melambat di triwulan I 2019 tersebut terlihat dari turunnya ekspor Nikel. Hal ini dikarenakan
pangsa nikel yang mencapai 42% dari total keseluruhan ekspor periode laporan. Nilai ekspor nikel tercatat terkontraksi -
25,8% (yoy), turun cukup dalam dibandingkan dengan pertumbuhan di periode sebelumnya sebesar 9,2% (yoy) (Grafik
1.12). Penurunan nilai ekspor ini tidak terlepas dari lebih rendahnya harga komoditas nikel di pasar internasional. Sepanjang
triwulan I 2019, harga nikel mencapai USD12.411/mt atau terkontraksi lebih dalam -6,6% (yoy), dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai -1,2% (yoy) (Grafik 1.14).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
14 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekspor Nikel Matte gEkspor - Skala Kanan $/mt Nikel gHarga - Skala Kanan %, yoy
25,000.0 60
350 Juta USD %, yoy 120
100 40
300 20,000.0
80
250 20
60 15,000.0
200 40
0
150 20
10,000.0
0 (20)
100
(20)
50 (40) 5,000.0
(40)
0 (60)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0.0 (60)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
*Data sampai bulan April 2019
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank
Grafik 1.10. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.11. Perkembangan Harga Nikel

Ekspor beberapa komoditas unggulan Sulsel juga tumbuh terbatas. Pertumbuhan nilai ekspor komoditas biji kakao dan
udang segar tumbuh meningkat meski masih dalam fase kontraksi masing-masing menjadi -25,7% (yoy) dan -25,0% (yoy),
membaik dari triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh -56,4% (yoy) dan -40,6% (yoy). Rumput laut menjadi salah
satu komoditas ekspor yang mengalami pertumbuhan meningkat di triwulan laporan menjadi 23,1% (yoy) dari triwulan
sebelumnya -2,5% (yoy). Perekonomian global yang masih tidak menentu disertai dengan harga komoditas yang fluktuatif
menjadi salah satu penghambat kinerja ekspor LN.

Kinerja perekonomian negara-negara mitra dagang Sulsel turut memengaruhi kinerja ekspor Sulsel. Bila mengacu pada
Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Markit Survey, negara mitra dagang utama Sulsel seperti Jepang,
Tiongkok, Kora Selatan dan Zona Eropa mengalami penurunan bahkan dibawah batas tresholdnya (<50), sementara
Amerika Serikat meski menurun namun masih diatas angka 50 di triwulan I 2019 yang mengindikasikan bahwa industri
manufaktur negara tersebut masih berada dalam fase ekspansi.

Rumput Laut Ikan dan Lain-lain Udang Segar/Beku Biji Kakao Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan
62
200 Indeks
%, yoy
60
150
58
100
56
50
54
0
52
(50) 50
(100) 48
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
46
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Trading Economics, Markit Survey


Grafik 1.6. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.7. Purchasing Managers Index

Total Nilai Impor Total Volume Impor Impor luar negeri (LN) Sulsel di triwulan I 2019
450 US$ Juta 600
Ribu ton mengalami kontraksi. Impor LN terkontraksi dari
400
350
500 31,3% (yoy) menjadi -3,5% (yoy) di triwulan laporan.
300 400 Penurunan impor LN tersebut tercermin dari
250
300 penurunan nilai dan volume impor masing-masing
200
dari USD181,4 juta dan 371,0 ribu ton menjadi
150 200
100 USD167,6 juta dan 352,2 ribu ton. Masih
100
50 terbatasnya investasi bangunan menjadi salah satu
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
faktor utama penurunan impor LN (Tabel 1.1).
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.8. Volume Impor Nonmigas

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,
sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan I 2019. Pangsa nilai ekspor komoditas nikel

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 15
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

matte mencapai 41,7% terhadap ekspor luar negeri Sulsel, yang kemudian diikuti oleh ikan/udang dan biji coklat dan coklat
olahan dengan pangsa masing-masing 10,6% dan 8,5%. Untuk impor luar negeri, pangsa nilai impor gandum mencapai
27,3% di triwulan I 2019, kemudian disusul gula dan kembang gula (11,5%) serta mesin-mesin/pesawat mekanik (11,1%).
Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas
Nilai Ekspor Nilai Impor
No Komoditas (HS) Triwulan I 2019 Pangsa No Komoditas (HS) Triwulan I 2019 Pangsa
(USD) (USD)
1 Nikel 126,427,576 41.66% 1 Gandum 45,779,714 27.31%
2 Ikan dan Udang 32,151,578 10.60% 2 Gula dan Kembang Gula 19,278,818 11.50%
3 Biji Coklat dan Coklat Olahan 25,938,314 8.55% 3 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 18,606,768 11.10%
4 Biji-bijian berminyak dan Obat 20,537,795 6.77% 4 Plastik dan Barang dari plastik 16,359,502 9.76%
5 Buah-Buahan 18,050,937 5.95% 5 Sisa Industri Makanan 14,122,086 8.42%
6 Besi dan Baja 16,913,605 5.57% 6 Kendaraan dan Bagiannya 13,183,235 7.86%
7 Garam, belerang, kapur 14,792,321 4.87% 7 Produk Keramik 6,757,968 4.03%
8 Lak, Getah dan Damar 13,664,524 4.50% 8 Biji Coklat dan Coklat Olahan 5,411,505 3.23%
9 Daging dan Ikan Olahan 8,828,399 2.91% 9 Bahan Kimia anorganik 5,336,202 3.18%
10 Kayu, Barang dari Kayu 8,044,650 2.65% 10 Mesin dan Peralatan Listrik 4,445,596 2.65%
11 Lainnya 18,095,997 5.96% 11 Lainnya 18,352,741 10.95%
TOTAL EKSPOR 303,445,696 100.00% TOTAL IMPOR 167,634,134 100.00%
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Berdasarkan negara tujuan, Jepang masih menjadi negara tujuan utama ekspor Sulsel, sedangkan Argentina merupakan
negara utama penyedia barang-barang yang diimpor Sulsel. Di triwulan I 2019, nilai ekspor Sulsel ke Jepang mencapai
45,9% dari total ekspor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Tiongkok (17,4%), dan Amerika Serikat (10,4%). Sementara dari
sisi impor, sebagian besar barang yang masuk ke Sulsel berasal dari Argentina yang mencapai 19,9% dari total impor Sulsel,
yang kemudian diikuti oleh Tiongkok (17,7%) dan Singapura (14,4%).
Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.5. Negara Asal Utama Impor
Total Ekspor Total Ekspor
No Negara Tujuan Pangsa No Negara Asal Pangsa
FOB (USD) FOB (USD)
1 Jepang 139,194,060 45.87% 1 Argentina 33,445,019 19.95%
2 Tiongkok 52,962,016 17.45% 2 Tiongkok 29,705,704 17.72%
3 Amerika Serikat 31,675,158 10.44% 3 Singapura 24,228,475 14.45%
4 Malaysia 17,533,506 5.78% 4 India 18,161,673 10.83%
5 Australia 10,919,037 3.60% 5 Kanada 15,626,696 9.32%
6 Vietnam 7,250,178 2.39% 6 Italia 12,583,680 7.51%
7 Korea Selatan 6,039,320 1.99% 7 Rusia 8,825,106 5.26%
8 Jerman 4,928,314 1.62% 8 Amerika Serikat 4,522,591 2.70%
9 Taiwan 4,571,325 1.51% 9 Malaysia 4,466,927 2.66%
10 Singapura 2,961,965 0.98% 10 Pantai Gading 4,027,959 2.40%
11 Lainnya 25,410,816 8.37% 11 Lainnya 12,040,305 7.18%
TOTAL EKSPOR 303,445,696 100.00% TOTAL IMPOR 167,634,134 100.00%
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Surplus neraca perdagangan LN Sulsel mengalami penurunan. Surplus neraca perdagangan LN Sulsel pada triwulan I 2019
mencapai USD 135,8 juta, lebih rendah dari surplus pada periode sebelumnya yang tercatat USD230,3 juta (Grafik 1.18).
Surplus neraca perdagangan LN yang menurun tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor LN di hampir seluruh komoditas
utama seperti nikel, kakao dan udang.
Ekspor Luar Negeri Nonmigas
Impor Luar Negeri Nonmigas
Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan
800 700
US$ Juta US$ Juta
600 600

400 500
400
200
300
0
200
(200) 100
(400) 0
(600) (100)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Keterangan: *) Angka Sementara

Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.15. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
16 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

1.3. Sisi Lapangan Usaha


Pada triwulan I 2019, pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat terutama didorong oleh meningkatnya Lapangan
Usaha (LU) utama Sulsel seperti LU Industri Pengolahan serta Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan LU Industri
Pengolahan serta Perdagangan Besar dan Eceran naik masing-masing dari 1,7% (yoy) dan 8,1% (yoy) di triwulan IV 2018
menjadi masing-masing 8,3% (yoy) dan 9,9% (yoy). Usaha lain yang mengalami peningkatan adalah LU Pengadaan Listrik
(10,2%; yoy); Pengadaan Air (4,1%; yoy); serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (9,8%; yoy). Meski demikian, peningkatan
perekonomian Sulsel yang terbatas karena terdapat penurunan kinerja LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan akibat
banjir di 13 kabupaten di Sulsel termasuk di sentra pertanian.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2019 diperkirakan dalam tren meningkat. Peningkatan tren tersebut di
dorong oleh LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Konstruksi; Perdagangan Besar dan
Eceran; Transportasi dan Pergudangan; serta Penyediaan Akomodasi dan Makan minum. Meningkatnya Lapangan Usaha
Perdagangan Besar dan Eceran dipengaruhi oleh naiknya konsumsi masyarakat saat bulan Ramadhan dan HBKN (idul fitri),
serta cuti bersama di bulan Juni. Sementara untuk LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang meningkat sesuai dengan
jadwal panen raya pada komoditas perkebunan seperti kakao dan kopi, serta curah hujan menurun dan kondusif dalam
penangkapan ikan di laut pada subusaha perikanan.

Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan usaha Ekonomi


2017 2018 2019
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2015 2016
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I*
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.87 7.86 14.62 4.99 3.49 0.18 5.56 5.06 7.50 5.25 3.13 5.32 2.71
B Pertambangan dan Penggalian 7.42 1.22 7.67 5.41 0.97 1.83 3.80 3.99 2.12 -2.77 1.21 1.05 -3.61
C Industri Pengolahan 6.77 8.23 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03 3.34 -1.18 -0.06 1.70 0.94 8.26
D Pengadaan Listrik dan Gas -1.38 11.52 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10 1.11 8.55 9.55 9.51 7.26 10.24
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.34 5.44 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89 9.53 8.84 4.62 3.29 6.51 4.15
F Konstruksi 8.32 6.75 7.35 9.30 8.71 10.58 9.02 7.76 6.30 10.86 9.31 8.60 6.88
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.89 9.87 6.89 9.64 8.85 15.03 10.13 11.90 13.49 12.85 8.13 11.57 9.87
H Transportasi dan Pergudangan 6.82 7.75 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37 13.01 14.08 9.16 5.68 10.32 3.86
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.81 8.47 7.07 11.31 13.97 15.13 11.94 14.19 14.04 12.74 10.15 12.71 6.29
J Informasi dan Komunikasi 7.92 8.13 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52 11.88 9.53 13.01 13.42 11.99 13.13
K Jasa Keuangan dan Asuransi 7.41 13.63 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39 9.47 8.58 2.75 -1.62 4.67 -1.30
L Real Estate 7.39 6.37 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48 3.94 3.49 5.53 5.54 4.63 5.11
M,N Jasa Perusahaan 5.87 7.88 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44 10.16 9.84 9.54 10.54 10.02 6.80
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.88 -0.22 0.20 -0.13 12.19 9.29 5.20 4.34 8.58 11.86 14.73 9.96 11.64
P Jasa Pendidikan 7.25 6.86 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72 7.73 8.75 9.40 12.85 9.77 11.68
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.31 8.45 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80 10.26 10.27 9.06 5.13 8.59 9.83
R,S,T,U Jasa lainnya 8.99 9.81 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58 11.67 12.60 10.87 17.16 13.13 11.16
PDRB 7.19 7.42 7.74 6.73 6.63 7.75 7.20 7.35 7.33 7.17 6.47 7.07 6.56
PDRB Non Tambang 7.17 7.84 7.75 6.81 6.99 8.14 7.41 7.55 7.65 7.77 6.79 7.44 7.15

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia


*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.


Kinerja Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menurun pada triwulan laporan. Gambaran kinerjanya
terlihat dari penurunan pertumbuhan sehingga hanya mencapai 2,7% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar
3,1% (yoy). Turunnya kinerja LU Pertanian tersebut dikarenakan daerah sentra pertanian utama mengalami banjir seperti
Kab. Sidrap, Soppeng, Maros, Gowa dan Wajo. Secara total, terdapat 13 kabupaten yang terkena bencana banjir dan
berdampak pada 13.792 hektar sawah5. Selain itu, harga komoditas perkebunan seperti kakao dan kopi menurun. Harga
kakao tumbuh melambat dari 6,3% (yoy) menjadi 2,1% (yoy) pada triwulan I 2019.

Perlambatan ekspansi Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tidak terlihat dari kinerja di sub usaha
kehutanan (perkebunan). Volume ekspor komoditas kakao sebagai salah satu indikator sub usaha perkebunan tumbuh
meningkat menjadi 25,7% (yoy) di triwulan I 2019, dari -11,1% (yoy) di triwulan IV 2018 . Secara volume, total volume
ekspor kopi juga tercatat tumbuh 138,2% (yoy) meningkat dari periode sebelumnya yang tumbuh 70,9% (yoy).

5 https://sulawesi.bisnis.com/read/20190123/540/881583/banjir-berimbas-terhadap-13.792-ha-lahan-padi-di-maros-dan-gowa

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 17
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

35 YOY 200% Kakao gHarga - Skala Kanan


Juta Ton 3.5 $/kg %, yoy 40
30 150%
3.0 30
25 100%
20
2.5
20 50%
10
15 0% 2.0
0
10 -50% 1.5
(10)
5 -100% 1.0
(20)
- -150% 0.5 (30)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
0.0 (40)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Pertumbuhan - Skala Kanan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank


Grafik 1.16. Volume Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Grafik 1.17. Harga Internasional Kakao

Kinerja sub usaha perikanan juga menjadi salah satu faktor turunnya kinerja LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Penurunan kinerja di subusaha perikanan dapat diindikasikan dengan penurunan nilai ekspor komoditas perikanan. Secara
nilai, ekspor ikan melambat menjadi 5,7% (yoy) pada triwulan I 2019 dibandingkan periode sebelumnya (24,2%; yoy). Meski
demikian, ekspor ikan mengalami sedikit perbaikan dari sisi volume dengan tumbuh sebesar -1,4% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang mencapai -1,5% (yoy). Penurunan kinerja perikanan diperkirakan karena gelombang laut yang masih
cukup tinggi hingga 1,25 meter (atau tingkat sedang) sehingga memengaruhi nelayan melaut dan berdampak pada
terbatasnya pasokan ikan laut tujuan ekspor.

7 JutaTon YOY 60% 50 Juta USD YOY 30%


40% 45
6 20%
20% 40
5 35 10%
0%
4 30 0%
-20%
25
3 -40% -10%
20
-60%
2 15 -20%
-80% 10
1 -100% -30%
5
0 -120% 0 -40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.18. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.19. Nilai Ekspor Komoditas Ikan

Pertumbuhan LU Pertanian Sulsel yang melambat juga tercermin dari pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan.
Di triwulan I 2019, kredit yang disalurkan ke usaha pertanian tumbuh 22,0% (yoy) atau mencapai Rp4,6 triliun. Angka
pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,0% (yoy).

Pertanian gKredit Pertanian - Skala Kanan


%, yoy
5.0 Rp Triliun 90
4.5 80
4.0 70
3.5 60
3.0
50
2.5
40
2.0
1.5 30
1.0 20
0.5 10
0.0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah


Grafik 1.20. Perkembangan Kredit di Lapangan usaha Pertanian

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
18 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian


Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tumbuh negatif. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh -3,61% (yoy), lebih
rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya 1,2% (yoy). Jumlah produksi nikel matte yang menurun menjadi faktor
utama LU Pertambangan terkontraksi. Total produksi nikel matte pada triwulan laporan mencapai 13.080 metrik ton atau
terkontraksi cukup dalam mencapai -23,7% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy).
Menurunnya produksi nikel matte pada triwulan laporan karena adanya kombinasi aktivitas pemeliharaan yang telah
direncanakan dan masalah tanur listrik yang tidak terencana. Selain itu, harga nikel yang menurun juga menjadi salah satu
faktor penyebab penurunan di usaha pertambangan.

Produksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan Penjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

25 80 25 60
Ribu

Ribu
50
20 60 20 40
40 30
15 15
20 20
10 10
10
0 0
5 (20) 5 (10)
(20)
0 (40) 0 (30)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Industri Pengolahan Nikel Sumber: Industri Pengolahan Nikel


Grafik 1.21. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.22. Penjualan Nikel dalam Matte

Pertumbuhan usaha pertambangan dan penggalian juga sejalan dengan penyaluran kredit di usaha ini yang melambat.
Di triwulan I 2019, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke lapangan usaha tambang sebesar 34,6% (yoy) atau
mencapai Rp583,2 miliar, turun dari triwulan sebelumnya sebesar 64,6% (yoy) (Grafik 1.28). Hal ini mengindikasikan bahwa
kebutuhan pembiayaan pada LU Pertambangan dan Penggalian menurun sejalan dengan penurunan kinerja pada lapangan
usaha ini.

100 (% yoy) Pertambangan gKredit Pertambangan - Skala Kanan


%, yoy
80 0.7 Rp Triliun 80

60 0.6 60
0.5
40 40
0.4
20 20
0.3
0 0
0.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II-17.0
III IV I II III IV I II III IV I II*
(20) 0.1 (20)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
(40) 0.0 (40)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
(60) Nikel Batu Bara Tembaga
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah


Grafik 1.23. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.24. Kredit Lapangan usaha Pertambangan

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan


Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh akseleratif. Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan I 2019
tumbuh 8,3% (yoy), meningkat dari triwulan IV 2018 yang mencapai 1,7% (yoy). Kinerja Industri Menengah dan Kecil (IBS)
yang naik di triwulan I 2019 karena terdapat peningkatan di usaha barang galian bukan logam menjadi 1,9% (yoy) dari
triwulan sebelumnya 1,5% (yoy). Peningkatan produksi semen sejalan peningkatan ekspor terutama pada negara Tiongkok,
Taiwan, Australia dan Timor Leste.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 19
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

IMK IBS
25 %, yoy 450 Juta USD YOY 80%
20 400 60%
15 350
40%
10 300
5 250 20%
0 200 0%
(5) 150
-20%
(10) 100
(15) 50 -40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0 -60%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Ekspor Industri Pertumbuhan - Skala Kanan

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.25. Pertumbuhan Industri Grafik 1.26. Nilai Ekspor Hasil Industri

Di sisi lain, kinerja industri pengolahan yang meningkat Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan - Skala Kanan
%, yoy
tidak sejalan dengan kredit yang disalurkan perbankan 10.0 Rp Triliun 60
9.0 50
ke lapangan usaha ini. Kredit yang disalurkan ke industri 8.0 40
pengolahan tercatat tumbuh melambat menjadi 23,3% 7.0 30
6.0 20
(yoy) atau Rp9,2 triliun dari triwulan sebelumnya yang 5.0 10
4.0 0
tumbuh 23,8% (yoy). Industri barang galian bukan logam 3.0 (10)
ini diperkirakan mendapatkan pembiayaan dari 2.0 (20)
1.0 (30)
perusahaan induknya, sehingga tidak membutuhkan 0.0 (40)
pendanaan dari perbankan. Adapun tetap kuatnya I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
pertumbuhan industri pengolahan ditopang oleh
pertumbuhan kredit ke industri makanan yang digunakan
untuk meningkatkan inventory sebelum datangnya bulan Sumber: LBU
Grafik 1.27. Kredit Industri Pengolahan
Ramadhan dan HBKN (idul fitri).

1.3.4 Lapangan Usaha Konstruksi


Pada triwulan I 2019, Lapangan Usaha Konstruksi melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,
lapangan usaha ini tumbuh 6,9% (yoy) melambat dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai 9,3% (yoy).
Perlambatan pada LU Konstruksi terjadi sesuai dengan pola historisnya. Selain itu, penyebab lain perlambatan usaha ini
karena curah hujan yang masih berada pada level menengah sehingga berpotensi menghambat pelaksanaan pembangunan
fisik seperti pembuatan pondasi yang membutuhkan cuaca kering selama 3 hari berturut-turut. Sesuai data BKPM, nilai
proyek PMDN terkontraksi -90,3% (yoy) atau Rp140,3 miliar dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp539,5 miliar.

Penyaluran kredit konstruksi mengalami peningkatan. Berbeda dengan kondisi di lapangan usaha lain, penyaluran kredit
konstruksi tumbuh 12,2% (yoy) atau Rp 7,6 triliun di triwulan laporan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
11,4% (yoy) sehingga tidak sejalan dengan LU Konstruksi yang melambat. Peningkatan kredit konstruksi diperkirakan karena
perusahaan tengah melakukan persiapan seperti pembelian bahan bangunan yang akan digunakan pada triwulan II 2019.

Ribu Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton) Konstruksi gKredit Konstruksi - Skala Kanan
gRealisasi - Skala Kanan %, yoy %, yoy
900 20 Rp Triliun
9.0 40
800 15 8.0 35
700 7.0 30
10 6.0
600 25
5 5.0
500 20
4.0
400 0 15
3.0
300 2.0 10
(5)
200 1.0 5
100 (10) 0.0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
0 (15)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah


Grafik 1.28. Pengadaan Semen Grafik 1.29. Kredit kepada Lapangan usaha Konstruksi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
20 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

1.3.5 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Di triwulan laporan,
lapangan usaha ini tumbuh 9,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat 8,1%
(yoy). Hal tersebut berbeda dengan pola historisnya selama 3 tahun terakhir. Faktor utama yang mendorong kinerja LU
Perdagangan Besar dan Eceran adalah adanya persiapan pelaksanan pesta demokrasi yang terjadi di bulan April 2019. Selain
itu, pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan juga terkonfirmasi dari penyaluran kredit perdagangan yang meningkat.
Kredit ke lapangan usaha perdagangan tercatat mencapai Rp37,1 triliun atau tumbuh 4,1% (yoy), meningkat dibandingkan
pertumbuhan di triwulan IV 2018 yang tumbuh 3,5% (yoy).

Perdagangan gKredit Perdagangan - Skala Kanan %, yoy


40.0 Rp Triliun 40
35.0 35
30.0 30
25.0 25
20.0 20
15.0 15
10.0 10
5.0 5
0.0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Laporan Bank, diolah


Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Perdagangan

1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Lapangan Usaha Pertambangan


Pertumbuhan ekonomi non tambang memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada
triwulan I 2019, pertumbuhan ekonomi non tambang tercatat tumbuh terakselerasi mencapai 7,1% (yoy) dibandingkan
periode sebelumnya yang mencapai 6,8% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan di periode
laporan merupakan salah satu faktor penahan perekonomian Sulsel dari penurunan kinerja yang lebih dalam. Sejalan
dengan pertumbuhan secara total, laju pertumbuhan ekonomi non pertambangan yang meningkat juga ditopang oleh LU
Industri Pengolahan dan LU Perdagangan Besar dan Eceran.

Dari sisi rasio komponen lapangan usaha, Lapangan Usaha Pertanian, Perikanan dan Kehutanan masih mendominasi
PDRB non tambang. Pangsa lapangan usaha tersebut sebesar 21,5%, diikuti dengan Perdagangan Besar dan Eceran 15,9%;
Industri Pengolahan sebesar 14,6%, dan Konstruksi 12,7%. LU Perdagangan Besar dan Eceran yang meningkat seiring
dengan adanya persiapan pesta demokrasi, peningkatan UMP 8,03% dan tunjangan ASN sehingga menopang peningkatan
daya beli masyarakat . Selain itu, pertumbuhan industri pengolahan yang meningkat sejalan dengan persiapan industri
sebelum bulan Ramadhan dan HBKN (idul fitri) yaitu dengan meningkatkan persedian.

Pada triwulan II 2019, lapangan usaha non pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat berada pada kisaran 7,2%-
7,6% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi pada di hampir semua lapangan usaha. Pertumbuhan LU Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan diperkirakan meningkat seiring masih terdapat panen raya pada komoditas perkebunan seperti kakao, dan
subusaha perikanan yang membaik didukung curah hujan yang kondusif untuk kegiatan penangkapan ikan. Adapuan LU
Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan minum merupakan LU
yang mendapatkan manfaat dari peningkatan aktivitas masyarakat saat bulan ramadhan dan HBKN (idul fitri).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 21
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

20 % yoy
Pertambangan dan Penggalian
PDRB
15 PDRB Non-Tambang

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

(5) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


Sumber: BPS, diolah BI
Grafik 1.10. Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
22 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Boks 1.A. Ekonomi Digital Sebagai Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Ke Depan
Kecepatan perubahan teknologi merubah paradigma konsumen dalam berbelanja. Hal ini tercermin pada tren konsumsi
yang perlahan tapi pasti bergeser dari konsumsi ritel konvesional menjadi belanja pada marketplace (online). Perubahan
tersebut tercermin dari beberapa kejadian nasional dimana toko ritel dengan merk terkenal terpaksa menutup gerai untuk
menghindari kerugian lebih lanjut. Survei beberapa lembaga riset independen menunjukkan pergeseran tersebut
disebabkan lebih mudahnya masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai barang yang hendak dibeli.

13% 14%

46%
27% 44%
28%

14% 13%
Grafik 1.A.1. Jenis Konsumsi Rumah Grafik 1.A.2. Jenis Konsumsi Rumah Tangga
Tangga Sulawesi Selatan Tahun 2010 Sulawesi Selatan Tahun 2017

Konsumsi rumah tangga masih kuat di Sulawesi Selatan, dan ada indikasi bergesernya tren konsumsi ke arah ekonom
digital dan e-commerce. Hal ini terlihat dari mulai bergesernya konsumsi rumah tangga dari konsumsi makanan dan
minuman non restoran kepada konsumsi yang sifatnya lebih kepada gaya hidup. Dalam hal ini, konsumen tidak memilih
durable goods sebagai porsi utama pergeseran sebagaimana tercermin dari pangsa konsumsi durable goods yang menurun.
Konsumen Sulawesi Selatan terindikasi memilih konsumsinya kepada unsur leissure (seperti traveling dan makan di
restoran) serta kebutuhan jasa lainnya. Pergeseran tersebut juga diimbangi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga
yang terus membaik (Grafik 1.A.3).
Kelas menengah di Sulsel semakin meningkat dengan potensi akses ke internet yang besar. Kelas menengah semakin
meningkat terindikasi dari pertumbuhan pendapatan perkapita yang meningkat signifikan hingga 9,41% pada 2017 (Grafik
1.A.4). Kepemilikan gawai setiap satu penduduk adalah 2 gawai yang terhubung dengan internet. Sejalan dengan hal
tersebut, mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu sebesar hampir setengah dari total jumlah
pengguna internet di Indonesia (49%)6. Hampir 90% dari pengguna internet tersebut adalah aktivis dunia maya melalui
media sosial.
%,yoy 10 %,yoy
12%
9
10%

8%
8
6%

4% 7

2%
6
0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
5
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Durable Goods Leissure Expense
Service Spending Food Beverage Non Restaurant g. Konsumsi RT g. PDRB per Kapita

Grafik 1.A.3. Pertumbuhan Jenis Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.A.4. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Sulawesi Selatan Dibandingkan Pertumbuhan Pendapatan per Kapita
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

Ke depan, pertumbuhan ekonomi digital dan e-commerce akan semakin berkembang, dengan ruang untuk Sulsel yang
masih sangat terbuka. Perkembangan transaksi ekonomi melalui dunia digital diperkirakan terus berkembang sejalan
dengan pertumbuhan bisnis marketplace dan on line. Kadin menyatakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada
tahun 2017 mencapai 22% lebih tinggi daripada India (20%) maupun dunia (14%). Dari hasil kajian Bank Indonesia, pangsa

6 Hasil survei Profil Pengguna Internet Di Indonesia (2014)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 23
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

pasar Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk e-commerce masih sangat rendah, baru sekitar 1% dibandingkan transaksi
kawasan Jawa (95,3%) maupun Sumatera (3,7%).

Gambar 1.A.1 Kondisi Interkoneksi di Indonesia Grafik 1.A.5. Pertumbuhan E-Commerce


Sumber: UN, US Cencus Bureau, AP JII Sumber: kadin-indonesia.or.id

Peluang pariwisata, perdagangan, dan jasa hotel restoran adalah potensi yang dapat diraih Sulsel melalui ekonomi digital
dan e-commerce. Jumlah wisatawan terus bertambah dan Sulsel harus mampu menangkap peluang kejenuhan konsumen
pada destinasi yang cenderung mainstream. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penciptaan destinasi wisata yang
sifatnya unik dan menunjukkan ciri khas Sulsel. Dalam contoh singkat, generasi adalah kaum yang memiliki daya beli tinggi
dan haus akan sesuatu yang baru, sehingga akan ikut mempromosikan keunikan ke media sosial. Peluang lainnya adalah
dengan menggunakan aplikasi augmented reality untuk menunjang kemudahan akses pariwisata dan perdagangan.
Teknologi augmented reality adalah teknologi yang diprediksi memenuhi semua jenis smartphone di tahun 2022.

Grafik 1.A.6. Perkembangan Wisatawan Ke Sulawesi Selatan Gambar 1.A.2.Penerapan Teknologi Augmented Reality dalam
Sumber: BPS Berbelanja
Sumber: Anekdotal information

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
24 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2
Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2019 tercatat mencapai
Rp1,2 triliiun atau 12,1% dari pagu anggaran sebesar Rp9,6 triliun, lebih tinggi
dibanding periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 8,1%. Sebagian
besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa
76,3%) dan belanja transfer (pangsa 23,5%), sementara untuk realisasi belanja
modal mencapai Rp3,3 triliun (pangsa 0,3%).

Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel
juga meningkat. Pada triwulan I 2019, total belanja telah terealisasi sebesar
Rp2,9 triliun atau 14,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp19,9 triliun.
Peningkatan komponen belanja terjadi pada komponen belanja pegawai,
barang dan bantuan sosial.

Ke depan realisasi APBD dan APBN di Sulsel, memiliki peran strategis dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel 2019, terutama stimulus pertumbuhan
yang berbentuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan untuk
mendorong perekonomian daerah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 25
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

2.1 Struktur Anggaran


2.1.1 Pendapatan
2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Struktur pendapatan Provinsi Sulsel didominasi oleh pendapatan transfer sebesar 64,5. Hingga triwulan I 2019, nilai
pendapatan yang bersumber dari transfer pemerintah pusat mencapai Rp1,2 triliun atau 22,2% dari total nilai realisasi
pendapatan sebesar Rp5,5 triliun. Sebagian besar pendapatan transfer direalisasikan dalam bentuk Dana Alokasi Umum
(DAU). Sumber pendapatan kedua berasal dari realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang hingga triwulan I 2019 mencapai
Rp675,3 miliar (pangsa 35,5%), dengan sumber pendapatan utama berasal dari pendapatan pajak daerah yang nilainya
mencapai Rp624,6 miliar dengan porsi 92,5% dari PAD. Sementara sumber pendapatan lain berasal dari lain-lain
pendapatan yang sah.

1 0 0 1 0.01 Rp miliar
100%
(0%) (0%) (0%) (0%) (0%) 421.01 0.30
90% (0%)
(22%)
80% Rp599 Rp634 Rp699
Rp940 Rp1,229
70% (54%) (51%) (51%) Rp1,389
(60%) (65%)
60% (69%) Rp836
50% (44%)
40%
30% Rp510 Rp597 Rp664
Rp623 Rp655 Rp675
20% (46%) (49%) (49%) Rp631
(40%) (34%) (35%)
10% (31%)
0%
Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016 Tw I-2017 Tw I-2018 Tw I-2019
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pendapatan Transfer
Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel, diolah
Grafik 2.1. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Realisasi APBD Provinsi Sulsel sampai triwulan I 2019 mencapai 20,1% dari target yang dianggarkan atau relatif stabil
dari triwulan I 2018. Secara persentase realisasi, pendapatan APBD pada triwulan I 2019 mencapai 20,1% (Rp1,90 triliun),
relatif stabil dari capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 20,0% (Rp1,91 triliun). Komponen
yang mengalami peningkatan realisasi berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan transfer. Pada komponen
PAD, peningkatan didorong oleh pajak daerah karena program pemerintah seperti Samsat Lorong, Samsat Mobile Banking
dan Samsat Sipakainge’ yang menjadi layanan unggulan di tahun 2019 7. Realisasi komponen pajak daerah meningkat dari
18,07% di triwulan I 2018 menjadi 18,11% di triwulan I 2019.

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

7 anekdotal

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
26 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

(Rp Miliar)
ANGGARAN REALISASI s/d TRIWULAN I 2018 REALISASI s/d TRIWULAN I 2019
ANGGARAN
URAIAN PERUBAHAN
NOMINAL % REALISASI 2019 NOMINAL % REALISASI
2018
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,975.73 655.13 16.48% 3,917.73 675.31 17.24%
- Pendapatan Pajak Daerah 3,462.10 625.67 18.07% 3,449.10 624.61 18.11%
- Pendapatan Retribusi Daerah 89.08 14.42 16.19% 91.09 14.38 15.79%
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 109.49 - 0.00% 142.71 - 0.00%
- Lain-lain PAD yang Sah 315.05 15.04 4.77% 234.84 36.33 15.47%
PENDAPATAN TRANSFER 5,538.29 836.49 15.10% 5,531.51 1,229.19 22.22%
- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 310.81 - 0.00% 310.81 60.33 19.41%
- DAU 2,509.48 836.49 33.33% 2,509.48 836.49 33.33%
- DAK 2,702.00 - 0.00% 2,695.23 332.36 12.33%
- Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 16.00 0.00 0.00% 16.00 - 0.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 32.61 421.01 1291.05% 32.89 0.30 0.90%
JUMLAH PENDAPATAN 9,546.63 1,912.64 20.03% 9,482.14 1,904.80 20.09%
Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited); %Realisasi triwulan I 2018 dilakukan penyesuaian dari anggaran perubahan
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Sementara itu, realisasi Dana Alokasi Keuangan (DAK) pada triwulan I 2019 mengalami peningkatan. Realisasi DAK
meningkat dari 0% di triwulan I 2018 menjadi 12,3% di triwulan I 2019. Peningkatan tersebut diperkirakan karena terdapat
perubahan kebijakan APBN 2019 yang dialokasikan untuk transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) 8. Selain itu, perubahan
lainnya pada DAK adalah DAK dipergunakan untuk mengurangi kesenjangan layanan dasar publik dengan fokus pada daya
saing SDM, termasuk pendidikan, pengentasan stunting, infrastruktur daerah, penguatan pengelolaan dana desa melalui
distribusi yang adil dan merata serta penajaman prioritas penggunaanya.

2.1.2 Belanja
2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Selama beberapa tahun terakhir, belanja operasional mendominasi struktur belanja Provinsi Sulsel. Hingga triwulan I
2019, total realisasi belanja mencapai Rp1,2 triliun dengan nilai realisasi belanja operasional mencapai Rp892,1 miliar
(pangsa 76,3%) lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp622,2 miliar (pangsa 79,7%). Selanjutnya
pangsa tertinggi belanja pada belanja transfer 23,5% (atau Rp274,4 miliar) dan belanja modal 0,3% (atau Rp3,3 miliar).

Rp miliar
Rp31 Rp201 Rp87
100% Rp243 Rp218 Rp155 Rp274
(6%) (26%) (14%) (26%) (30%) (20%) (23%)
90%
Rp0
80% Rp1 Rp3
(0%) Rp3
70% (0%) (0%)
Rp1 (0%)
60% Rp9 Rp1
(0%) (0%)
50% (1%)
40% Rp892
Rp527 Rp574 Rp542 Rp682 Rp497 Rp622 (76%)
30% (69%)
(94%) (73%) (86%) (74%) (80%)
20%
10%
0%
Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016 Tw I-2017 Tw I-2018 Tw I-2019
Belanja Transfer Belanja Modal Belanja Operasional
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel
Grafik 2.2.Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase dan nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2019 meningkat dibandingkan triwulan I 2018.
Realisasi belanja di triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp1,2 triliun atau 12,1% dari yang ditargetkan sebesar Rp9,6 triliun.
Pencapaian realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp780,2 miliar atau 8,1%

8 https://finansial.bisnis.com/read/20181210/10/867963/ini-perubahan-kebijakan-transfer-daerah-dana-desa

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 27
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

dari yang ditargetkan sebesar Rp9,7 triliun. Dengan realisasi belanja sampai triwulan I 2019 tersebut, maka terdapat surplus
pada APBD Provinsi Sulsel sebesar Rp735,0 miliar.

Persentase dan nilai realisasi belanja operasional lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Total pos
belanja operasional pada triwulan I 2019 terealisasi Rp892,1 miliar (12,5%), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar Rp622,2 miliar (8,7%). Baik persentase maupun nilai realisasi belanja operasional yang lebih
tinggi terjadi pada seluruh komponen kecuali belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan yang belum terealisasi.

Secara presentase, realisasi belanja modal meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I
2019, presentase realisasi belanja modal telah mencapai 0,30% (Rp3,27 miliar) dari yang ditargetkan sebesar Rp1,1 triliun,
meningkat dibandingkan persentase realisasi pencapaian pada triwulan I 2018 sebesar 0,29% (Rp3,27 miliar) dari yang
ditargetkan sebesarRp1,1 triliun.
Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel
(Rp Miliar)
ANGGARAN REALISASI s/d TRIWULAN I 2018 REALISASI s/d TRIWULAN I 2019
ANGGARAN
URAIAN PERUBAHAN
NOMINAL % REALISASI 2019 NOMINAL % REALISASI
2018
BELANJA
BELANJA OPERASIONAL 7,183.13 622.21 8.66% 7,158.94 892.06 12.46%
- Belanja Pegawai 3,165.18 378.11 11.95% 3,191.79 390.00 12.22%
- Belanja Barang 1,808.02 71.36 3.95% 1,748.98 99.46 5.69%
- Belanja Bunga 1.50 - 0.00% 11.50 0.92 8.02%
- Belanja Hibah 1,987.82 172.75 8.69% 2,007.51 401.68 20.01%
- Belanja Bantuan Sosial 0.60 - 0.00% 0.60 - 0.00%
- Belanja Bantuan Keuangan 220.01 - 0.00% 198.56 - 0.00%
BELANJA MODAL 1,140.26 3.27 0.29% 1,090.38 3.27 0.30%
- Belanja Tanah 0.40 n.a n.a 0.35 - 0.00%
- Belanja Peralatan & Mesin 351.17 n.a n.a 317.96 2.10 0.66%
- Belanja Gedung dan Bangunan 433.67 n.a n.a 411.97 1.19 0.29%
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 264.59 n.a n.a 278.37 0.03 0.01%
- Belanja Aset Tetap Lainnya 70.67 n.a n.a 66.68 - 0.00%
- Aset Lainnya 10.23 n.a n.a 6.84 - 0.00%
- Belanja BLUD 9.53 n.a n.a 8.21 0.46 5.65%
BELANJA TIDAK TERDUGA 2.80 - 0.00% 20.00 - 0.00%
JUMLAH BELANJA 8,326.19 625.49 7.51% 8,269.32 895.33 10.83%

TRANSFER 1,347.12 154.73 11.49% 1,354.74 274.42 20.26%

TOTAL BELANJA 9,673.31 780.22 8.07% 9,624.06 1,169.76 12.15%


SURPLUS / (DEFISIT) -126.69 1,132.42 -893.88% (141.92) 735.04 -517.92%

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 192.34 - 0.00% 217.57 183.84 84.50%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 65.65 34.00 51.79% 75.65 34.00 44.94%
JUMLAH PEMBIAYAAN 126.69 (34.00) -26.84% 141.92 149.84 105.58%
Keterangan: NA (not available); %Realisasi triwulan I 2018 dilakukan penyesuaian dari anggaran perubahan
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Nilai realisasi transfer kepada Kabupaten/Kota juga tercatat meningkat. Realisasi transfer sampai dengan triwulan I 2019
tercatat Rp274,4 miliar (20,3%), lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp154,7 miliar (11,5%). Transfer tersebut dapat
digunakan untuk pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang
diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah masing-masing.

2.2 Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel


2.2.1 Struktur Realisasi Belanja
Realisasi belanja pegawai masih mendominasi belanja pada APBN Sulsel. Pada triwulan I 2019, realisasi belanja pegawai
mencapai 20,2% atau Rp1,5 triliun dari pagu sebesar Rp7,3 triliun, dimana realisasi pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan
dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,1% atau Rp1,3 triliun dari pagu sebesar Rp7,4
triliun. Realisasi belanja APBN Sulsel triwulan I 2019 tersebut didominasi belanja pegawai 50,6% dari total belanja dana
APBN, dengan pangsa lebih tinggi dari triwulan I 2018 (48,1%). Demikian pula pangsa belanja barang dan belanja bansos

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
28 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

lebih tinggi dari pangsa triwulan I 2018. Adapun untuk pangsa belanja modal triwulan I 2019 mencapi 12,0% (Rp349,6 miliar)
lebih rendah dari triwulan I 2018 yaitu 19,0%.

100% Rp49.89 Rp132.93 Rp4.06 Rp6.66 Rp4.24 Rp7.79


Rp315.41
(3,1%) (7,3%) (15,1) (0,2%) (0,3%) (0,2%) (0,3%)
90% Rp397.22 Rp396.90 Rp349.62
Rp120.85 Rp120.36 Rp527.65
Rp280.56 (16,7%) (16,2%) (12,0%)
80% (6,7%) (5,8%) (19%)
(17,4%)
70% Rp304.79 Rp451.39 Rp421.96 Rp607.01 Rp686.09 Rp908.15 Rp1,076.72
(18,9%) (24,9%) (20,2%) (25,5%) (28%) (32,7%)
60% (37,1%)

50%
40%
Rp978.42 Rp1,104.11 Rp1,226.54 Rp1,370.43
30% Rp1,358.31 Rp1,469.53
(60,6%) (61%) (58,8%) (57,6%) Rp1,336.47
(55,5%) (50,6%)
20% (48,1%)

10% Rp miliar
0%
Tw I 2013 Tw I 2014 Tw I 2015 Tw I 2016 Tw I 2017 Tw I 2018 Tw I 2019
Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah


Grafik 2.3. Proporsi Belanja APBN di Sulsel

2.2.2 Perkembangan Realisasi Belanja


Realisasi belanja dana APBN Sulsel pada triwulan I 2019 menunjukkan kinerja yang membaik dibandingkan dengan
triwulan I 2018. Pada triwulan I 2019, realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai 14,6% atau sebesar Rp2,9 triliun, lebih
tinggi dari pencapaian triwulan I 2018 yang mencapai 13,7% atau Rp2,8 triliun. Persentase realisasi per jenis belanja APBN
di Sulsel yang lebih tinggi terutama terjadi pada belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan sosial. Persentase
belanja barang pada triwulan I 2019 mencapai 13,5% (Rp1,1 triliun) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya 10,6% (Rp908,1 miliar) di triwulan I 2018. Demikian pula, belanja bansos mengalami peningkatan baik secara
presentasi maupun nominal yang disalurkan sebesar Rp7,8 miliar (20,1%) di triwulan I 2019 dari triwulan I 2018 yang
mencapai Rp4,2 miliar (14,2%). Realisasi belanja pegawai APBN di Sulsel yang meningkat karena terdapat kenaikan
tunjangan kinerja pada Aparatur Sipil Negara (ASN)9.

Di sisi lain, realisasi belanja modal mengalami penurunan. Realisasi belanja modal pada triwulan I 2019 mencapai 7,6%
(Rp349,6 miliar) lebih rendah dari triwulan I 2018 yang mencapai 12,2% (Rp527,6 miliar). Menurunnya realisasi belanja
modal diperkirakan karena baru mulainya kontrak kerja/program baru 10, serta terdapat beberapa pembangunan yang tidak
tepat waktu, sehingga berdampak pada penyerapan belanja modal. Sementara itu, pelaksanaan transfer untuk Dana Desa
telah terealisasi di bulan Februari 2019. Dana desa 2019 disalurkan melalui tiga tahap yaitu tahap 1 sebesar 20%, tahap 2
sebesar 40% dan tahap 3 sebesar 40%. Pencairan Tahap 1 mempersyaratkan sudah tersedianya Peraturan Desa dan APBDes
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Tahap 2 memiliki persyatan seperti memberikan laporan realisasi dan konsolidasi
dana desa tahun sebelumnya. Sementara itu, pencairan pada tahap 3 mensyaratkan telah disampaikannya laporan dari
pencairan tahap 1 dan tahap 211. Dengan tahapan tersebut, masih terdapat kendala penyaluran dana desa karena masih
adanya daerah yang berproses dalam administrasi penyaluran, penyusunan Perda APBD, dan peraturan kepala daerah
sebagai salah satu persyaratan dalam penyaluran dana desa 12.

Tabel 2.3. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel Tahun 2019 Per Jenis Belanja
Rp miliar

9 https://www.liputan6.com/bisnis/read/3900143/tunjangan-pns-naik-belanja-pemerintah-melonjak-di-awal-2019
10 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4479613/masih-rendah-belanja-modal-kl-bakal-dipelototi-sri-mulyani
11 https://www.liputan6.com/news/read/3937438/tiga-tahap-penyaluran-dana-desa-yang-harus-diketahui-masyarakat
12 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4474647/sri-mulyani-sudah-kucurkan-transfer-daerah-dan-dana-desa-rp-126-t

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 29
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

ANGGARAN REALISASI TRIWULAN I 2018 REALISASI TRIWULAN I 2019


ANGGARAN
U R A I A N PERUBAHAN
NOMINAL % REALISASI 2019 NOMINAL % REALISASI
2018
Belanja Pegawai 7,371.30 1,336.47 18.1% 7,264.79 1,469.53 20.2%
Belanja Barang 8,564.40 908.15 10.6% 7,967.06 1,076.72 13.5%
Belanja Modal 4,342.67 527.65 12.2% 4,619.21 349.62 7.6%
Belanja Bantuan Sosial 29.85 4.24 14.2% 38.75 7.79 20.1%
JUMLAH BELANJA 20,308.22 2,776.51 13.7% 19,889.81 2,903.66 14.6%
Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR), Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah

2.3 Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB


Rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) masih dalam tren
menurun13 sejak 6 tahun terakhir. Rasio pada triwulan I 2019 tercatat 0,57 sedikit menurun dibanding triwulan I 2018 yang
terhitung 0,60. Sementara rasio realisasi pendapatan transfer terhadap PDRB ADHB meningkat dari semula 0,8 di triwulan
I 2018 menjadi 1,0 pada triwulan I 2019. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemerintah provinsi dalam menggali
sumber pendapatan asli daerah cenderung menurun. Pada satu sisi, ketergantungan pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat meningkat yang terlihat dari rasio pendapatan transfer yang meningkat. Oleh karena itu, perlu dicermati
lebih lanjut, terkait kemandirian pemerintah provinsi Sulsel dalam membiayai program pembangunan dan pelayanan publik
seiring dengan meningkatya transfer pemerintah pusat.
1.6 3.20 0.60
% % %
1.4 1.42 3.10
0.49 0.50
1.2 3.00 0.47
3.09 0.45
1.07 1.04 2.90 0.41 0.40
1.0 1.01
0.92 0.89 2.80
0.8 0.77 0.30 0.30
3.05
0.85 2.70 3.03
0.6 0.87
2.60 0.19 0.20
0.4 0.16
0.65 2.50
0.71 0.60 0.57 0.10
0.2 2.79 2.61 2.64 2.92
0.86 2.40
0.0 2.30 0.00
Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016 Tw I-2017 Tw I-2018 Tw I-2019 Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016 Tw I-2017 Tw I-2018 Tw I-2019
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Belanja Operasi Belanja Modal - sisi kanan
Sumber: KFR-Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, BPKAD Provinsi Sulsel, diolah Sumber: KFR-Kanwil DJPB Prov. Sulsel, BPKAD Prov. Sulsel, diolah BI
BI Grafik 2.5. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB
Grafik 2.4. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB

Rasio realisasi belanja operasional dan belanja modal APBD di Sulsel terhadap PDRB ADHB meningkat di triwulan I
201914. Peningkatan rasio belanja operasional terhadap PDRB ADHB menjadi 2,9% dari periode yang sama tahun
sebelumnya 2,6%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran realisasi belanja pemerintah sebagai kontributor perekonomian
mengalami perbaikan di periode laporan. Meski demikian, rasio belanja modal terhadap perekonomian menurun dari 0,4%
menjadi 0,3% sehingga perlu terus didorong. Diharapkan pemerintah dapat mendorong perekonomian Sulsel.

13 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan total PDRB ADHB.
14 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan total PDRB ADHB .

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
30 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
3. INFLASI DAERAH

Bab 3
Inflasi Daerah

Laju inflasi Sulsel pada triwulan I tahun 2019 tercatat 3,08% (yoy), lebih rendah
dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2018 yang tercatat 3,50% (yoy), namun
tetap berada dalam sasaran inflasi 2019. Inflasi pada triwulan I 2019
didorong oleh kenaikan pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara akibat arus balik
pasca libur HBKN dan anak sekolah.

Pada triwulan II 2019, tekanan inflasi diperkirakan lebih meningkat namun


masih dalam rentang sasaran Bank Indonesia. Faktor yang mendorong antara
lain peningkatan permintaan jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H selain itu
dikarenakan tekanan perdagangan antar daerah dan masa panen yang belum
terjadi pada rentang waktu tersebut. Ke depan, inflasi tahun 2019 akan
diarahkan pada rentang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 3,5+1%
(yoy). Oleh karena itu, Bank Indonesia dan TPID akan terus memastikan upaya
stabilitas harga untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 31
BAB 3INFLASI DAERAH

3.1. Inflasi Umum


Tekanan inflasi Sulsel cenderung lebih terbatas
selama triwulan I 2019. Tren penurunan laju
inflasi Sulsel berlanjut pada triwulan I 2019
dengan mencatatkan angka 3,08% (yoy), lebih
rendah dibandingkan angka di akhir triwulan IV
2019 yang mencapai 3,50% (yoy). Secara umum,
turunnya tekanan inflasi dari kelompok bahan
makanan, terutama cabai dan hortikultura pasca
panen raya merupakan pendorong utama
disinflasi pada triwulan I 2019. Selain itu, tekanan
inflasi administered price juga lebih rendah
sejalan dengan based effect kenaikan tarif dasar Sumber: Badan Pusat Statistik
listrik pada tahun 2017 dan tidak adanya Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan Berdasarkan Waktu

penyesuaian tarif dasar listrik hingga akhir


triwulan I 2019. Secara paralel, inflasi inti (core
inflation) yang lebih rendah juga mendukung
disinflasi di triwulan I 2019, terutama dari
penurunan harga emas perhiasan.

Adapun pendorong inflasi selama triwulan laporan utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dipicu
penyesuaian biaya operasional dan pemeliharaan. Inflasi juga turut didorong oleh penurunan pasokan kelompok ikan
tangkap seperti layang dan cakalang yang dipengaruhi oleh penurunan frekuensi melaut para nelayan akibat cuaca yang
kurang kondusif.

Peningkatan tekanan inflasi diperkirakan terjadi pada triwulan II 2019, meskipun masih terkendali dalam rentang sasaran
Bank Indonesia. Tekanan inflasi diprakirakan berasal dari meningkatnya harga pangan bergejolak (volatile foods) pada
Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H yang terjadi pada Mei dan Juni 2019, terutama komoditas daging ayam ras dan kelompok
bumbu-bumbuan seperti bawang merah, cabai merah dan cabai rawit sejalan terbatasnya pasokan, termasuk karena
diperdagangkan antar daerah dan belum masuknya masa panen. Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok administered price
khususnya tarif angkutan udara secara persisten dalam tiga tahun berturut-turut terus mengalami peningkatan seiring
dengan periode hari besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri dan masa liburan anak sekolah. Sedangkan untuk inflasi
inti, pembiayaan sekolah dan perkuliahan juga diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi merespon dimulainya tahun ajar
baru pada Juli 2019.

3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa15


Pada triwulan I 2019, inflasi dipengaruhi oleh peningkatan dari seluruh kategori barang dan jasa, kecuali kelompok bahan
makanan yang mengalami disinflasi cukup dalam. Kenaikan tertinggi berasal dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan yang mengalami peningkatan menjadi 6,61% (yoy) pada triwulan I 2019, dari 5,58%(yoy) pada triwulan IV 2018.
Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada tarif angkutan udara yang naik hingga 118,22% (yoy), lebih tinggi dari
kenaikan pada triwulan IV 2018 sebesar 66,72% (yoy). Peningkatan tarif angkutan udara menjadi faktor pendorong utama
walaupun terjai perubahan ketentuan tarif batas oleh maskapai16. Selain itu, komoditas lain yang juga mengalami
peningkatan signifikan yakni tarif pulsa ponsel dan biaya pengiriman barang dimana pada triwulan I mengalami peningkatan
masing-masing menjadi 6,94%(yoy) dan 6,24%(yoy) pada triwulan I 2019, dari 6,94%(yoy) dan 0,71%(yoy) pada triwulan IV
2018. Kenaikan harga tersebut seiring dengan investasi untuk peningkatan kapasitas dan kualitas spektrum 4G, terutama
Telkomsel di wilayah Sulampua serta biaya perbaikan jaringan yang pembiayaannya dibebankan kepada konsumen. Dengan
demikian kenaikan tarif pulsa ponsel yang signifikan di awal tahun merupakan shock yang bersifat temporer. Adapun

15 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi


16
Permenhub No.72/2019 dan No.20/thn 2019 tentang penentuan tarif batas

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
32 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

kenaikan untuk biaya pengiriman barang terjadi sejalan dengan kenaiakan tarif Surat Muatan Udara (SMU) atau kargo udara
oleh maskapai.

Disinflasi pada kelompok bahan makanan pada awal 2019 didukung oleh tertahannya kenaikan harga pada subkelompok
daging dan hasil-hasilnya; bumbu-bumbuan; dan buah-buahan. Penurunan harga terbesar terjadi pada kelompok bumbu-
bumbuan yang turun hingga 7,81%(yoy), sementara pada triwulan IV 2018 mengalami inflasi sebesar 14,19%(yoy). Deflasi
tersebut disebabkan oleh komoditas cabai merah, bawang putih, dan cabai rawit yang pada triwulan I 2019 harganya
terkontraksi masing-masing 37,06%(yoy), 7,98%(yoy), dan 42,98%(yoy), sementara komoditas tersebut pada triwulan IV
2018 mengalami inflasi di kisaran 5% (yoy) s.d. 14% (yoy). Penurunan harga didorong oleh normalisasi permintaan pasca
HBKN Natal dan tahun baru, sertai melimpahnya hasil panen cabai merah dan cabai rawit sejalan kondisi cuaca yang
mendukung. Selain itu, ketersediaan pasokan yang mencukupi juga ditopang oleh lancarnya distribusi bawang putih dari
pelabuhan Surabaya.
Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)

Bahan Makanan
Tahun Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
Makanan Jadi

I 8,01 4,57 3,43 6,03 2,28 3,54 0,89 4,61


II 6,22 4,63 3,60 2,61 1,99 3,33 3,96 4,36
2013
III 10,76 4,70 4,76 2,77 3,23 3,66 12,01 7,24
IV 6,97 4,47 6,06 2,36 3,71 1,39 11,58 6,22
I 4,76 5,39 6,25 3,73 3,79 1,33 10,31 5,88
II 6,15 5,38 5,96 5,65 5,22 1,38 7,91 5,92
2014
III 1,97 5,80 6,32 4,12 5,28 1,97 0,87 3,72
IV 16,02 6,21 6,87 3,24 5,08 1,85 10,15 8,61
I 12,87 6,34 7,33 4,51 5,75 2,18 4,35 7,13
II 15,01 6,54 7,84 4,86 5,52 2,35 6,00 8,06
2015
III 16,11 6,23 6,48 6,95 5,28 2,63 7,20 8,36
IV 8,78 5,48 4,13 6,01 5,02 2,57 (0,99) 4,48
I 12,46 4,82 3,40 5,89 3,87 2,25 2,80 5,70
II 9,46 5,26 2,75 6,36 3,14 2,10 (0,76) 4,30
2016
III 6,51 4,01 2,63 3,13 2,51 0,78 (0,48) 3,07
IV 6,36 3,63 2,76 2,97 2,65 0,83 (0,87) 2,94
I 3,94 4,28 3,52 1,89 2,74 0,81 3,61 3,42
II 5,19 3,72 5,85 2,05 2,36 0,82 5,47 4,49
2017
III 3,55 3,77 5,55 2,60 3,00 4,23 4,46 4,17
IV 3,29 3,70 6,07 4,66 3,36 4,26 4,85 4,44
I 5,23 3,11 4,55 3,95 2,83 4,32 0,95 3,70
II 7,77 3,56 2,38 4,29 3,40 4,65 1,95 4,14
2018
III 5,42 3,41 2,40 2,80 2,80 1,02 1,52 3,09
IV 5,18 3,27 1,60 1,80 2,75 1,25 5,58 3,50
I 2,16 3,47 1,75 2,68 3,17 1,38 6,61 3,08
2019
II* 3,15 3,49 1,63 2,93 2,88 1,40 6,72 3,33

Keterangan: *) Data hingga April 2019


Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada April 2019, tekanan inflasi mengalami peningkatan terutama pada kelompok bahan makanan, sandang dan
transpor. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 3,15%(yoy) dari 2,16%(yoy) pada Maret
2019. Kenaikan inflasi bahan makanan tersebut dikontribusi oleh kelompok daging dan hasil-hasilnya dan ikan segar
yang masing-masing sebesar 7,77%(yoy) dan 5,37%(yoy) pada April 2019 lebih tinggi dari inflasi Maret 2019 yang
masing-masing mencapai 7,76%(yoy) dan 4,14%(yoy). Inflasi kelompok daging dan hasil-hasilnya terutama didorong
oleh daging ayam ras dan telur ayam ras menyusul kenaikan harga pakan jagung serta belum efektifnya penerapan
kebijakan harga khusus untuk daging ayam ras mengacu pada regulasi Kemendag sejak awal tahun17. Adapun kenaikan

17
Surat Edaran Nomor 82/M-DAG/SD/1/2019 tanggal 29 Januari 2019.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 33
BAB 3INFLASI DAERAH

harga pada kelompok ikan segar didorong oleh berkurangnya pasokan ikan tangkap seperti tongkol/ambu-ambu dan
cakalang/sisik seiring dengan menurunnya hasil tangkap nelayan akibat cuaca buruk.

3.3 Inflasi Menurut Kota IHK18


Andil inflasi Kota Makassar terhadap inflasi Sulawesi Selatan tercatat masih dominan dibandingkan dengan zona
lainnya. Makassar memiliki porsi hingga 78% terhadap inflasi Sulawesi Selatan sejalan dengan aktivitas ekonomi Sulsel
yang masih berpusat di sekitar kota Makassar. Selain aktivitas ekonomi, lebih beragamnya jenis konsumsi di kota
Makassar membuat komoditas penyebab inflasi di Makasar cenderung unik dibandingkan zona lainnya. Sebagai contoh,
angkutan udara hanya dicatatkan di zona Makassar karena dominasi angkutan udara yang tinggi. Adapun kontribusi
zona lainnya terhadap inflasi Sulsel relatif terbatas yaitu Parepare (7%), Palopo, (6,4%), Watampone (5,8%), dan zona
Bulukumba (2,8%). Dilihat dari kontributor inflasi pada triwulan I 2019, maka zona Makassar merupakan kontributor
utama tekanan inflasi Sulsel disusul Bulukumba dan Palopo.

Sumber: Badan Pusat Statistik


Grafik 3.2 Persentase Bobot Kota Pembentuk Inflasi Grafik 3.3 Sumber Tekanan Inflasi Berdasarkan Wilayah
Sulawesi Selatan

Peningkatan tekanan harga yang disebabkan oleh tarif angkutan udara secara umum di seluruh kota IHK. Pada triwulan
I 2019, tarif angkutan udara menjadi penyumbang utama inflasi Sulsel, terutama berasal dari inflasi di Kota Makassar. Inflasi
masih terjadi pada komoditas hortikultura dan sayuran meski lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Hal tersebut didukung dari ketersediaan pasokan dari panen yang terjadi di triwulan I 2019 disertai cuaca yang relatif
kondusif.

Secara spasial, inflasi April 2019 dalam rentang sasaran 3,5±1% (yoy) pada 4 zona kota IHK, sedangkan 1 zona
mengalami inflasi di bawah 3,5±1% (yoy)19 . Zona yang mengalami inflasi di bawah 3,5±1% (yoy) adalah Parepare 2,38%
(yoy). Adapun 4 zona lainnya mengalami inflasi dalam rentang 3,5±1% (yoy). Zona Makassar mengalami inflasi 3,56% (yoy)
dengan faktor pendorong utama antara lain komoditas cabai rawit, bawang merah dan minuman ringan. Zona Palopo
mencatat inflasi sebesar 2,57% (mtm) dipengaruhi oleh komoditas tomat sayur, cakalang dan bawang merah. Selanjutnya
zona Watampone mengalami inflasi 2,52% (yoy) dengan faktor pendorong inflasi adalah komoditas tomat sayur, telur
ayam ras dan bawang merah. Sementara zona Bulukumba tercatat inflasi 2,52% (yoy) karena bawang merah, tomat sayur
dan bawang putih.

18Mulai Januari 2014, inflasi Sulsel dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.
19 Sampai dengan April 2019.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
34 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

Gambar 3.2 Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Spasial April 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 3.2. Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi Per Zona Inflasi
Inflasi (mtm)
Kota Makassar Andil Kota Parepare Andil Kota Palopo Andil Kab Bulukumba Andil Bone Andil
Cabai Rawit 0,14% Bawang Merah 0,13% Tomat Sayur 0,12% Bawang Merah 0,20% Tomat Sayur 0,16%
Bawang Merah 0,10% Tomat Buah 0,07% Cakalang/Sisik 0,10% Tomat Sayur 0,08% Telur Ayam Ras 0,07%
Bawang Putih 0,08% Bawang Putih 0,05% Selar/Tude 0,08% Bawang Putih 0,06% Bawang Merah 0,06%
Tomat Buah 0,06% Gula Pasir 0,04% Bawang Merah 0,04% Kol Putih/Kubis 0,04% Bandeng/Bolu 0,05%
Tomat Sayur 0,04% Tomat Sayur 0,02% Layang/Benggol 0,04% Rekreasi 0,04% Emas Perhiasan 0,05%
Cakalang/Sisik 0,03% Ayam Hidup 0,02% Daging Ayam Ras 0,04% Gula Pasir 0,03% Daging Ayam Ras 0,04%
Cabai Merah 0,02% Cabai Rawit 0,02% Telur Ayam Ras 0,03% Terong Panjang 0,03% Kangkung 0,04%
Minuman Ringan 0,02% Daging Ayam Ras 0,02% Udang Basah 0,03% Cabai Rawit 0,02% Asam 0,03%
Cumi-cumi 0,01% Kol Putih/Kubis 0,02% Bawang Putih 0,03% Pasta Gigi 0,02% Bawang Putih 0,03%
Jeruk 0,01% Nangka Muda 0,02% Teri 0,02% Tomat Buah 0,02% Cabai Rawit 0,03%
Deflasi (mtm)
Daging Ayam Ras -0,04% Beras -0,18% Cabai Rawit -0,08% Selar/Tude -0,09% Cakalang/Sisik -0,08%
Bandeng/Bolu -0,02% Bandeng/Bolu -0,12% Telur Itik -0,04% Kembung/Gembun -0,05% Telepon Seluler -0,05%
Kangkung -0,02% Tarip Listrik -0,04% Tarip Listrik -0,04% Telur Ayam Ras -0,04% Layang/Benggol -0,05%
Beras -0,01% Wortel -0,03% Pisang -0,02% Tarip Listrik -0,03% Tarip Listrik -0,03%
Tarip Listrik -0,01% Kembung/Gembung -0,02% Susu Kental Manis -0,002% Teri -0,03% Kembung/Gembung -0,02%
Anggur -0,01% Udang Basah -0,02% Cabai Merah -0,002% Mujair -0,02% Beras -0,01%
Kembung/Gembung -0,01% Telur Itik -0,02% Jaket -0,001% Daging Ayam Ras -0,02% Wortel -0,01%
Wortel -0,01% Bahan Bakar Rumah Tangga -0,02% Terong Panjang -0,001% Bandeng/Bolu -0,02% Sawi Hijau -0,01%
Apel -0,01% Cakalang/Sisik -0,01% Kentang -0,001% Kangkung -0,01% Gula Pasir -0,01%
Tempe -0,01% Tempe -0,01% Udang Basah -0,01% Kacang Hijau -0,01%
Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan komoditasnya, andil komoditas volatile food mendominasi seluruh zona inflasi di Sulawesi Selatan. Secara
umum komoditas yang rentan terhadap perubahan cuaca seperti cabai rawit, bawang merah, dan tomat sayur mengalami
kenaikan harga yang signifikan di seluruh zona. Kurangnya ketersediaan pasokan karena cuaca yang masih buruk di tengah
naiknya permintaan pada saat perayaan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan persiapan jelang Ramadhan. Adapun kenaikan
harga bawang putih yang terjadi di seluruh kabupaten/kota IHK di Sulawesi Selatan disebabkan oleh pasokan yang tidak
tersedia akibat keterlambatan impor.

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi


Dalam rangka pengendalian inflasi di Sulsel, TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota terus meningkatkan koordinasi
secara intensif. Sejak triwulan I 2018, sinergi program kerja pengendalian inflasi terus difokuskan pada implementasi
strategi 4K yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif(Tabel 3.3).

Sinergi dan koordinasi yang erat di Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menjadi kunci sukses pengendalian inflasi
triwulan I 2019 yang masih terjaga pada kisaran target. Pada awal tahun 2019, TPID Sulsel telah menetapkan roadmap
Pengendalian Inflasi tahun 2019-2021 dan program kerja pengendalian inflasi 2019. Sesuai arahan TPIP, pengendalian inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 35
BAB 3INFLASI DAERAH

pada tahun 2019 akan difokuskan pada ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi dengan tetap menjalankan program
kerja yang disepakati untuk keterjangkauan harga dan komunikasi efektif. Seiring dengan hal tersebut, koordinasi yang
dilaksanakan TPID Sulsel bersama dengan stakeholder dikhususkan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir
tahun melalui projeksi kebutuhan konsumsi dan produksi komoditas utama di Sulawesi Selatan seperti beras, bawang
merah dan bandeng. Ke depan, ketersediaan beras diperkirakan akan mampu terpenuhi melalui serapan beras Bulog
sejalan program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dan kelancaran distribusi melalui peresmian Pasar Induk
Beras (PIB) Pare-pare yang akan dilaksanakan pada 2019. Adapun ketersediaan pasokan komoditas bawang merah akan
didukung dengan penyediaan Controlled Atmosphere Storage (CAS) sebanyak 20 unit dengan kapasitas penyimpanan
sebanyak 120 ton, dan selanjutnya melalui CAS diharapkan harga bawang merah dapat stabil sehingga dapat memberikan
ekspektasi positif terhadap konsumen maupun pelaku usaha. Selanjutnya pasokan untuk bandeng serta jenis ikan budidaya
lainnya dapat lebih terjaga melalui penguatan CAS yang telah tersedia di beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) seperti TPI
Untia dan TPI Paotere.

Upaya pengendalian harga terus diperkuat, terutama menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H. Koordinasi penentuan
langkah strategis jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H dilakukan baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Berdasarkan koordinasi tersebut, telah dilaksanakan kegiatan sidak pasar dan pasar murah. Sidak pasar dilaksanakan oleh
Dinas Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota secara rutin serta
dilaporkan ke TPID Sulsel. Dalam hal pelaksanaan pasar murah, TPID Kota Makassar melakukan sinergi bersama stakeholder
distributor utama yakni Bulog Subdivre Kota Makassar dan PT Charoen Pokphand untuk melaksanakan pasar murah pada
saat Ramadhan hingga jelang Idul Fitri 1440 H. Selanjutnya untuk skala yang lebih luas TPID Provinsi Sulawesi Selatan telah
melakukan pasar murah di beberapa kabupaten/kota termasuk Kota Makassar dan Kabupaten Bantaeng. Kemudian untuk
menjaga ekspektasi masyarakat agar tidak berbelanja berlebihan, TPID Provinsi Sulawesi Selatan aktif mempublikasikan
aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dan SIGAP (Sistem Informasi Harga Pangan). Selain itu TPID Kota
Makassar juga giat memperkenalkan aplikasi Sembakota’ yang berisi update harga sembako di pasar utama yang ada di
Kota Makassar.

Tabel 3.3 Tabel Kegiatan TPID pada Triwulan I 2019 dan awal triwulan II 2019

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
36 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 37
Boks 3.A Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Dampaknya Terhadap Inflasi Sulawesi
Selatan

Tekanan inflasi di wilayah Sulampua dari komoditas angkutan udara cenderung lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di
Indonesia. Kenaikan rata-rata di wilayah Sulampua mencapai 77% (yoy) di posisi Maret 2019. Kenaikan tersebut khususnya
disumbang oleh Sulawesi Selatan yang mengalami kenaikan 118% (yoy), Maluku Utara dengan kenaikan 11% (yoy), dan
Maluku dengan kenaikan 110% (yoy). Seluruh provinsi di wilayah Sulampua mengalami kenaikan lebih dari 40% (yoy) kecuali
pada provinsi Sulawesi Utara yang mengalami kenaikan harga angkutan udara kurang dari 10% (yoy).

Grafik 3A.1 Inflasi Spasial dari Komoditas Angkutan Udara

Kenaikan tarif angkuran udara yang cukup tinggi disebabkan oleh komponen biaya angkutan udara yang terpengaruh
oleh faktor eksternal. Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada harga avtur (bahan bakar pesawat terbang)
membuat maskapai penerbangan terpaksa mem-pass through kenaikan harga yang signifikan kepada konsumen. Pasalnya,
biaya avtur mencapai 51% dari biaya operasional penerbangan yang mana biaya tersebut merupakan 74% dari total biaya
maskapai. Selain faktor harga avtur, nature business dari bisnis maskapai juga mengalami mismatch currency juga menjadi
salah satu faktor kenaikan harga tiket angkutan udara yang tinggi.

Grafik 3A.2 Struktur Umum Biaya Angkutan Udara Grafik 3A.3 Sub Biaya Operasional Angkutan Udara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 38
BAB 3INFLASI DAERAH

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 39
4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan
UMKM

Bab 4
Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Selatan tetap terjaga yang


ditunjukkan dengan NPL yang tetap stabil dan rendah. Terjaganya NPL
tersebut merupakan dampak dari konsolidasi keuangan korporasi, yaitu
melakukan penurunan penggunaan utang untuk memperbaiki rasio
keuangannya. Penurunan utang korporasi masih dalam batas wajar guna
mengurangi biaya bunga. Upaya konsolidasi juga terindikasi dari kenaikan
DPK dari korporasi. Dari sisi rumah tangga, pertumbuhan kredit konsumsi
juga masih melambat sejalan dengan moderasi konsumsi rumah tangga.
Kedua kondisi tersebut membuat NPL terpantau stabil dan berada di
bawah batas aman sebesar 5%.
Di tengah akselerasi kredit yang melambat, penyaluran kredit kepada
sektor UMKM terpantau meningkat yang menunjukkan keberpihakan
perbankan kepada sektor UMKM. NPL UMKM juga berada di bawah
ambang batas 5% yang menunjukkan sektor UMKM terus menjaga
kesehatan keuangannya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 40
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1. Stabilitas Keuangan Daerah


4.1.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga20
Konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih lambat pada triwulan I bergerak sejalan dengan perlambatan pertumbuhan
kredit. Pertumbuhan kredit riil konsumsi rumah tangga (kredit konsumsi rumah tangga dikurangi inflasi) menunjukkan
perlambatan. Pertumbuhan kredit konsumsi riil di triwulan I 2019 tercatat tumbuh sebesar 1,04% (yoy) atau lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,36% (yoy). Perlambatan tersebut lebih disebabkan perlambatan
pertumbuhan kredit nominal di tengah stabilnya inflasi di kuartal pertama 2019.

Perlambatan penyaluran kredit konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan DPK rumah tangga. Rumah
tangga ditengarai melakukan perubahan alokasi pendapatannya ke bentuk simpanan dibandingkan konsumsi. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan DPK rumah tangga yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK
rumah tangga tumbuh sebesar 8% (yoy) pada triwulan I 2019 atau naik signifikan dari sebelumnya yang tumbuh sebesar
6,4% (yoy). Pertumbuhan khususnya terjadi pada segmen deposito dengan pertumbuhan sebesar 12,2% (yoy) disusul
tabungan dengan pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy).

Sumber: BPS Sumber: BPS, Bank Indonesia

Grafik 4.1 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Kredit Riil Grafik 4.2 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Kredit Riil
Rumah Tangga Rumah Tangga

Perlambatan kredit konsumsi rumah tangga yang diimbangi dengan peningkatan DPK mengindikasikan rumah tangga
jauh lebih pruden dalam melakukan pengelolaan keuangan. Lebih pruden-nya rumah tangga dalam mengelola
keuangannya tercermin dari tingkat NPL yang stabil pada level di bawah 2,5%. Kondisi NPL tersebut jauh lebih rendah dari
thresshold 5% yang mengindikasikan kualitas kredit yang memburuk di suatu wilayah. Terjaganya kualitas kredit tersebut
sejalan dengan prilaku rumah tangga yang mengandalkan penerimaannya untuk melakukan konsumsi. Hasil sruvei
konsumen Bank Indonesia menunjukkan prilaku rumah tangga yang lebih memprioritaskan pendapatannya untuk menutup
kebutuhan konsumsi ketimbang mengandalkan kredit.

Grafik 4.3 Non Performing Loan Kredit Konsumsi Grafik 4.4 Proporsi Belanja Rumah Tangga

20 Di dalam sistem keuangan, Rumah Tangga memiliki dua fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan penerima dana dari institusi keuangan. Kondisi keuangan
Rumah Tangga berfluktuatif sepanjang waktu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi
pembiayaan/kredit yang dilakukan oleh Rumah Tangga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 41
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 4.5 Indeks Keyakinan Konsumen

Ke depan, rumah tangga diperkirakan akan tetap pruden dalam melakukan konsumsi sejalan dengan lebih moderatnya
keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi. Indeks keyakinan konsumen menunjukkan penurunan optimisme
rumah tangga dibandingkan sebelumnya. Penurunan optimisme konsumen khususnya terjadi pada indeks kondisi ekonomi
saat ini yang dianggap tidak sebaik perkiraan sebelumnya. Namun demikian, indeks keyakinan konsumen tetap berada pada
teritori optimis namun dalam magnitude yang lebih rendah. Indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama pada 6
bulan mendatang menunjukkan angka yang berada di atas 100 (di level 144,5 pada Mei 2019) namun dalam pertumbuhan
yang melambat.

4.1.2 Asesmen Sektor Korporasi


Korporasi di Sulawesi Selatan terindikasi melakukan konsolidasi keuangan untuk menyehatkan balance sheet dan rasio
keuangannya. Hal ini ditandai dengan kecenderungan penyaluran kredit modal kerja yang melambat. Kredit modal kerja
tercatat tumbuh melambat menjadi 7,9% (yoy) dari posisi triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,9% (yoy). Kecenderungan
penggunaan modal kerja yang lebih moderat tersebut sejalan dengan rasio profitabilitas korporasi yang menurun sehingga
korporasi ditengarai mulai mengefisiensikan penggunaan utang untuk menekan biaya bunga.

Di sisi lain, korporasi diperkirakan masih optimis dalam melakukan investasi di tengah dinamika ekonomi global sejalan
dengan penyaluran kredit investasi yang lebih tinggi. Penyaluran kredit investasi tumbuh 10,6% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,9% (yoy). Faktor fundamental ekonomi Sulawesi Selatan yang kuat diperkirakan
menjadi alasan utama pelaku usaha masih berniat melakukan ekspansi walau realiasi investasi pada triwulan I 2019 belum
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Bank Indonesia memperkirakan akselerasi investasi akan mulai terjadi di
triwulan II 2019, khususnya pasca pemilu usai.

Sumber: Bloomberg

Grafik 4.6 Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 4.7 Rasio Profitabilitas Korporasi Sulawesi Selatan

Upaya korporasi melakukan konsolidasi juga tercermin dari pertumbuhan DPK korporasi. DPK korporasi di Sulawesi
Selatan tumbuh 22% (yoy) pada triwulan I 2019, meneruskan tren pertumbuhan DPK di triwulan IV 2018 yang tumbuh 18%
(yoy). Pertumbuhan paling signifikan terjadi komponen jangka pendek seperti giro dan tabungan. Hal ini mengindikasikan
korporasi siap untuk ekspansi dalam waktu dekat bila insentif investasi dirasa sudah meyakinkan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
42 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 4.8 Perkembangan DPK Korporasi Sulawesi Selatan

Dilihat dari sisi lapangan usaha, penyaluran kredit korporasi yang tumbuh paling signifikan terjadi pada sektor tradable.
Kredit pada sektor tradable (pertanian, pertambangan, dan industri) masih cenderung ekspansif. Namun pangsa yang tidak
dominan membuat pertumbuhan kredit secara keseluruhan relatif tertahan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan
kredit pada sektor non tradable. Lapangan usaha pengangkutan merupakan lapangan usaha yang mengalami penurunan
penyaluran kredit. Hal ini ditengarai sebagai dampak dari semakin maraknya bisnis transportasi daring yang membuat
margin usaha menurun sehingga memberikan tekanan profil risiko. Selain itu, kenaikan tarif angkutan udara yang signifikan
terjadi di Sulawesi Selatan diperkirakan turut andil dalam penurunan penyaluran kredit kepada lapangan usaha ini.
Deselerasi kredit juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi sejalan dengan telah rampungnya beberapa proyek
pemerintah. Adapun lapangan usaha perdagangan cenderung stabil dalam hal penyaluran kredit.

Grafik 4.9 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Tradable Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Non Tradable

Langkah pruden yang diambil korporasi mampu menahan NPL berada di bawah thresshold 5%. Di tengah perlambatan
konsumsi rumah tangga yang membuat inventory turnover korporasi juga menurun, langkah korporasi melakukan
konsolidasi keuangan membuat risiko kredit korporasi tetap terjaga. NPL kredit korporasi stabil pada kisaran 3,4% dengan
NPL kredit investasi yang menurun dari sebelumnya 5% di triwulan IV 2018 menjadi 3,9% di triwulan I 2019. Ke depan,
stabilitas sistem keuangan dari sisi korporasi diperkirakan tetap terjaga selaras dengan langkah korporasi yang masih
menjaga rasio keuangannya dalam level aman.

Grafik 4.11. Non Performing Loan Korporasi Menurut Penggunaan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 43
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1.3 Asesmen Sektor Institusi Keuangan (Perbankan)21


Dalam fase rumah tangga yang lebih selektif dan konsolidasi keuangan korporasi, kredit yang disalurkan oleh perbankan
Sulawesi Selatan juga cenderung melambat. Pertumbuhan kredit tumbuh melambat menjadi 7,4% (yoy) pada triwulan I
2019 dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,2% (yoy). Pertumbuhan kredit yang melambat disebabkan oleh deselerasi
kredit konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,1% (yoy) di triwulan pertama 2019. Angka tersebut mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada posisi 6,9% (yoy). Selain kredit rumah tangga, kredit modal kerja juga
mengalami deselerasi sejalan dengan konsolidasi keuangan korporasi. Namun Bank Indonesia memperkirakan kondisi
investasi akan membaik sejalan dengan masih terakselerasinya kredit investasi.

Di sisi lain, langkah pruden rumah tangga dan konsolidasi keuangan korporasi membuat penghimpunan DPK oleh
perbankan Sulawesi Selatan menjadi meningkat. Pertumbuhan DPK meningkat menjadi 8,2% (yoy) pada triwulan I 2019
dari posisi sebelumnya sebesar 6,3% (yoy) di triwulan IV 2018. Peningkatan pertumbuhan khususnya terjadi pada
komponen deposito dan giro. Pertumbuhan deposito sebesar 12,2% (yoy) di triwulan I 2019 khususnya disumbangkan oleh
korporasi sejalan dengan konsolidasi keuangan yang sedang dilakukan. Selain faktor tersebut, rumah tangga yang lebih
pruden dalam melakukan konsumsi juga mengalihkan pendapatannya pada DPK yang memiliki tenor lebih panjang. Pada
segmen giro, masih tertahannya belanja pemerintah membuat pertumbuhan giro di perbankan juga mengalami
peningkatan. Giro tercatat tumbuh 9,2% (yoy) dari posisi sebelumnya di triwulan IV 2018 yang tumbuh sebesar 6,2% (yoy).

Grafik 4.12. Perkembangan Penyaluran Kredit oleh Perbankan Grafik 4.13. Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dalam fase konsolidasi korporasi dan perbankan, indikator perbankan Sulsel masih menujukkan pertumbuhan yang baik.
Rasio intermediasi masih menunjukkan angka lebih dari 100% yang berarti penyaluran kredit oleh perbankan Sulawesi
Selatan jauh melebihi DPK yang berhasil dihimpun di wilayah tersebut. Rasio LDR pada triwulan I 2019 adalah 142% atau
cenderung stabil dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, risiko kredit bermasalah masih berada di bawah thresshold 5%.
Posisi non performing loan (NPL) pada triwulan berjalan tercatat sebesar 3,6% atau membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 3,7%. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan risiko kredit khususnya dari sisi loan at risk
(LaR) yang menunjukkan peningkatan.

21Data perbankan lokasi bank

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
44 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 4.14. Rasio Intermediasi dan Risiko Kredit

4.2. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM


Penyaluran kredit kepada sektor UMKM tetap meningkat di tengah konsolidasi korporasi Sulawesi Selatan. Keberpihakan
perbankan terhadap sektor UMKM terus meningkat sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mendorong penyaluran
kredit kepada sektor UMKM. Pertumbuhan kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 7,6% (yoy) di triwulan I 2019, lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,3% (yoy). Pertumbuhan khususnya terjadi pada
jenis kredit investasi dimana kredit investasi UMKM naik 6% (yoy) dari posisi triwulan sebelumnya yang mengalami
kontraksi sebesar -2,8% (yoy).

Berdasarkan sub segmennya, kredit skala kecil dan menengah merupakan kredit yang mengalami peningkatan signifikan.
Kredit usaha kecil tumbuh 4,5% (yoy) pada triwulan I 2019 dari sebelumnya yang tumbuh 2,3% (yoy). Adapun kredit usaha
skala menengah tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan laporan dari sebelumnya sebesar 2,2% (yoy). Peningkatan tersebut
menunjukkan kegiatan usaha di Sulawesi Selatan banyak diakselerasi oleh bisnis UMKM.

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah
Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.16. Perkembangan Sub Kredit UMKM

Dari sisi lapangan usahanya, kredit UMKM sektor perdagangan, industri, dan pengangkutan merupakan katalis.
Penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut tumbuh masing-masing sebesar 7%; 16%; dan 43%(yoy). Eskalasi pada ketiga
sektor tersebut sejalan dengan pertumbuhan dari sisi lapangan usaha yang menunjukkan pertumbuhan. Hanya sektor
pertambangan, listrik gas dan air, serta konstruksi yang mengalami penurunan penyaluran kredit. Penurunan kredit pada
ketiga sektor tersebut lebih disebabkan proyek yang sudah selesai sehingga terjadi pelunasan dan outstanding kreditnya
menjadi turun.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 45
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Tabel 4.1 Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertumbuhan kredit UMKM yang meningkat tetap diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terjaga. Rasio NPL kredit
UMKM tetap berada di bawah ambang batas 5% walaupun sedikit mengalami peningkatan. NPL tercatat sebesar 4,1%
pada triwulan I 2019 atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada posisi 3,8%. Ke depan,
Bank Indonesia bersama pihak terkait akan terus mendorong perkembangan UMKM dengan tetap menjaga kualitas
kreditnya.

Grafik 4.16. Rasio NPL Kredit UMKM Grafik 4.17. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
46 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 47
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH

Bab 5
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah

Nilai transaksi keuangan melalui RTGS pada triwulan I 2019


mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya aktivitas
ekonomi Sulsel di triwulan I 2019. Upaya peningkatan penggunaan
non tunai di Provinsi Sulsel dilakukan melalui implementasi program
elektronifikasi jalan tol, transaksi keuangan Pemerintah Daerah,
bantuan sosial dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sementara itu jumlah uang yang diedarkan untuk memenuhi
kebutuhan permintaan masyarakat, tercatat net inflow sebesar
Rp4,03 triliun sesuai dengan peran Sulsel sebagai hub perdagangan
kawasan timur Indonesia.
Sementara untuk transaksi jual-beli valuta asing yang diawasi oleh
Bank Indonesia, pada triwulan I 2019 menunjukkan proporsi
penjualan valas lebih tinggi dibandingkan pembelian, dikarenakan
adanya peningkatan kebutuhan valas oleh aktivitas hedging yang
dilakukan perusahaan diawal tahun.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 48
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran


5.1.1 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Pada triwulan I 2019, nominal transaksi non tunai melalui layanan RTGS mengalami peningkatan mencapai dari Rp11,4
triliun pada triwulan IV 2018 menjadi Rp11,6 triliun dengan pertumbuhan yang meningkat secara signifikan yaitu, dari
13,5% (yoy) menjadi 73,2% (yoy). Meningkatnya transaksi RTGS secara nominal sejalan dengan meningkatnya transaksi
berdasarkan volumenya tercatat sebesar 1,1% (yoy) atau sebanyak 5.542 transaksi. Meningkatnya transaksi RTGS tersebut
diperkirakan sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi terutama pada sektor perdagangan, konsumsi RT dan industri.
Kenaikan UMP dan persiapan HKBN juga mendorong perdagangan dalam level yang akseleratif.

14.000 160%
12.000 120%
10.000
80%
8.000
40%
6.000
0%
4.000
2.000 -40%

- -80%
I II III IV I II III IV I
2017 2018 2019
Nominal (Rp Miliar) Volume (Transaksi) g. Nominal (yoy) g. Volume (yoy)

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi RTGS

5.1.2 Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)


Transaksi non tunai yang dilakukan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Provinsi Sulsel mengalami
penurunan pada triwulan I 2019, baik nominal maupun jumlah warkat. Secara nilai, transaksi kliring terkontraksi sebesar
5,7% (yoy), lebih besar dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,2% (yoy). Dari sisi jumlah warkat, transaksi
kliring juga menyusut mencapai 13,9% atau sebanyak 246 ribu warkat, lebih sedikit dari triwulan IV 2018 yang mencapai
282 ribu warkat, atau tumbuh negatif 9,7% (yoy). Secara rata-rata harian, transaksi kliring hanya turun sedikit (3,7%, yoy)
dari rata-rata tahun 2018, yaitu sekitar Rp190 miliar. Penurunan ini merupakan siklus musiman di akhir tahun akibat
switching temporer bulanan ke transaksi tunai untuk penyelesaian transaksi, realisasi anggaran, pembayaran tunjangan
kinerja akhir tahun untuk instansi pemerintah dan perusahaan swasta, yang juga bertepatan dengan momen hari besar
keagamaan dan tahun baru.
Tabel 5.1. Perputaran Kliring Kredit (Transfer Dana)
2016 2017 2018 2019
URAIAN I II III IV I II III IV I II III IV I
Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 18,23 19,31 15,60 16,46 14,88 11,36 12,85 13,30 12,45 11,79 12,88 13,01 11,74
- Lembar (ribuan) 346,87 360,79 327,99 353,25 328,45 278,64 300,06 311,77 285,58 269,21 287,29 281,52 246,03
Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 0,30 0,31 0,26 0,26 0,24 0,21 0,20 0,21 0,20 0,21 0,21 0,20 0,19
- Lembar (ribuan) 5,69 5,73 5,47 5,61 5,30 5,26 4,76 5,03 4,61 4,81 4,63 4,40 4,03
Sumber: Bank Indonesia

Sebagai informasi, KPwBI Provinsi Sulsel memiliki wilayah kerja kliring debit yang mencakup 4 (empat) Koordinator
Pertukaran Warkat Debit (KPWD) yaitu di Kota Makassar, Parepare, Watampone, dan Palopo. Jumlah bank peserta yang
mengikuti kegiatan PWD di Makassar adalah 61 Bank, sedangkan untuk di ketiga wilayah lainnya adalah 12 Bank. Keempat
KPWD tersebut memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan pertukaran warkat debit di wilayahnya masing-masing. Rata-
rata harian jumlah warkat debit kliring selama triwulan I 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Perputaran Kliring Kredit (Transfer Dana)
Rata-rata Harian Jumlah Warkat Rata-rata Harian Jumlah Warkat
Wilayah Kerja Penyelenggara Kliring
Debit Kliring Penyerahan Debit Kliring Pengembalian
Kota Makassar KPWBI Provinsi Sulsel 1.886 57
Kota Pare-pare PT. BNI KC Pare-pare 40 1
Kabupaten Watampone PT. Bank Mandiri KC Watampone 33 2
Kota Palopo PT. BRI KC Palopo 90 2
Sumber: Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 49
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1.3 Perkembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi


Sejalan dengan peningkatan transaksi RTGS, volume dan nilai transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu
ATM/D tercatat meningkat. Volume transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu ATM/D pada bulan Maret 2019
tercatat mencapai 14,7 juta transaksi, meningkat sebesar 8,1% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu,
nominal transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu ATM/D tercatat mencapai Rp16,2 triliun, meningkat sebesar
4,9% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan jumlah
kartu ATM/D pada bulan Maret 2019 yang mencapai 4.634.121 kartu, meningkat sebesar 1,4% (mtm) dibandingkan bulan
sebelumnya. Sebanyak 80,6% transaksi masih berupa tarik tunai dan transfer interbank, sementara transaksi belanja
(merchant dan online) masih sangat minim sejalan preferensi penggunaan tunai yang masih tinggi.

20.000.000

16.000.000 Mar-19 4.634.121

12.000.000

8.000.000 Feb-19 4.569.715


4.000.000

- Jan-19 4.542.576
Jan-19 Feb-19 Mar-19

Vol Transaksi Nom Transaksi (Rp Juta) 4.450.000 4.500.000 4.550.000 4.600.000 4.650.000

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.2. Volume dan Nominal Transaksi ATM/D Grafik 5.3. Jumlah Kartu ATM/D

100%
90% 17,2% 16,4% 17,4%
80%
70%
39,6% 39,9% 40,3%
60%
50%
40% 2,6% 1,6% 2,0%
30%
20% 40,6% 42,0% 40,3%
10%
0%
Jan-19 Feb-19 Mar-19

Tunai Belanja Online Interbank Antarbank

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.4. Pangsa Jenis Transaksi ATM/D Berdasarkan Nominal

Seiring dengan menurunnya kredit konsumsi dan meningkatnya tarif angkutan udara serta beragamnya alternatif
pembayaran non tunai, transaksi kartu kredit mengalami penurunan baik nominal maupun volume, sejalan dengan
turunnya jumlah kartu. Volume transaksi menggunakan kartu kredit pada triwulan I 2019 tercatat sebanyak 1,2 juta
transaksi, turun sebesar 4,8% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara paralel, nominal transaksi kartu kredit turun sebesar
2,7% (qtq), atau tercatat sebesar Rp1,3 triliun. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh menurunnya kepemilikan jumlah kartu
kredit sebesar 2,1% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut mendorong penurunan NPL kartu kredit menjadi 3,3%
dari triwulan IV 2018 sebesar 3,4%, mengindikasikan adanya perbaikan kualitas kredit masyarakat.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
50 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

1.320.000 1.180.000 3,5%


3,5%
1.280.000
1.160.000 3,4%
1.240.000 3,4%
3,4%
1.200.000 3,3% 3,3%
1.140.000
1.160.000 3,3%
3,2%
1.120.000 1.120.000
IV I 3,2%
IV I
2018 2019
Nom Transaksi (Rp Juta) Vol Transaksi Jumlah Kartu Kredit (rhs) 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.5. Volume dan Nominal Transaksi serta Jumlah Kartu Kredit Grafik 5.6. NPL Kartu Kredit

Perluasan jangkauan layanan keuangan pada masyarakat terus didorong melalui penyelenggaraan Layanan Keuangan
Digital (LKD). Berdasarkan rasio ketersediaan layanan keuangan dibandingkan jumlah penduduk produktif (usia 15 s.d. 64
tahun) di Provinsi Sulsel, rasio ketersediaan layanan keuangannya sedikit menurun menjadi 1 : 2.285 (satu mesin ATM dapat
melayani sejumlah 2.285 penduduk produktif) dari 1 : 2.232. Meskipun demikian, jumlah mesin ATM pada triwulan I 2019
meningkat 4,4% (yoy) mencapai 3.477 mesin. Apabila ditinjau dari jumlah agen LKD, terjadi peningkatan yang signifikan
sebesar 174,2% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya. Jumlah Agen LKD pada triwulan I 2019
mencapai 35.279 Agen LKD. Rasio ketersediaan layanan keuangannya menunjukkan perbaikan dari 1 : 582 (satu Agen LKD
dapat melayani sejumlah 582 penduduk produktif) pada triwulan I 2018 menjadi 1 : 225 pada triwulan I 2019. Hal ini
mengindikasikan peningkatan jumlah Agen LKD secara optimal dapat mengakomodir kebutuhan layanan non tunai
masyarakat. Aspek ini perlu menjadi perhatian bagi pemangku kebijakan dan industri keuangan agar dapat meningkatkan
jangkauan layanan keuangan bagi masyarakat, terutama yang berada di Provinsi Sulsel dengan topografi daerah yang
beragam mulai dari lereng hingga pegunungan. Dilihat dari nominal transaksinya, jumlah uang elektronik dan nominal
transaksi pada Agen LKD meningkat sangat signifikan masing-masing sebesar 1.514,9% (yoy) dan 493,7% (yoy) dibandingkan
pada triwulan sebelumnya.

3.500 2.300 3.500 2.300

3.450 2.280 3.450 2.280

3.400 2.260 3.400 2.260

3.350 2.240 3.350 2.240

3.300 2.220 3.300 2.220

3.250 2.200 3.250 2.200


I II III IV I I II III IV I
2018 2019 2018 2019
Jumlah Mesin ATM Jumlah Mesin ATM
Rasio Mesin ATM thd Jumlah Penduduk Produktif (rhs) Rasio Mesin ATM thd Jumlah Penduduk Produktif (rhs)

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.7. Jumlah Mesin ATM dan Rasionya Terhadap Jumlah Grafik 5.8. Jumlah Agen LKD dan Rasionya Terhadap Jumlah Penduduk
Penduduk Produktif Produktif

Jumlah Agen Jumlah Uang Elektronik Nom Transaksi (rhs)


Ribu
500 80
Thousands

Billions

400 60
300 40
200 20
100 -
- (20)
I II III IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019


Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.9. Jumlah Agen, Jumlah Uang Elektronik dan Nominal Transaksi Agen LKD

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 51
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Berbagai upaya terus dilakukan Bank Indonesia guna mendorong transaksi non tunai sehingga meningkatkan inklusivitas
keuangan, dan terciptanya less cash society. Selain infrastruktur penunjang elektronifikasi yang sebarannya belum merata,
tantangan utama dalam implementasi elektronifikasi di tingkat daerah adalah mengubah mindset masyarakat untuk
terbiasa bertransaksi non tunai. Koordinasi dan sinergi Bank Indonesia dengan stakeholder terkait di Provinsi Sulsel terus
dilakukan guna mendorong penggunaan transaksi non tunai di sektor-sektor baru maupun perluasan di sektor yang sudah
implementasi elektronifikasi. Berbagai upaya peningkatan penggunaan non tunai tersebut tetap dilakukan melalui antara
lain implementasi program elektronifikasi jalan tol, transaksi keuangan Pemerintah Daerah, bantuan sosial dan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).

Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Makassar resmi terapkan 100% pembayaran Uang Elektronik (UNIK) sejak November 2018.
Guna meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna jalan tol, koordinasi dan sinergi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulsel dengan BUJT, Perbankan dan merchant (Indomaret, Alfamidi dan Alfamart) difokuskan pada
peningkatan ketersediaan fasilitas layanan top up di merchant. Survei Bank Indonesia pada Februari 2019 menunjukan
bahwa 100% dari 120 merchant yang berlokasi di sekitar jalan tol tersebut telah menyediakan layanan top up. Namun
demikian, kelancaran top up masih terkendala oleh kartu akses yang terblokir (41%), EDC yang bermasalah (29%), EDC tidak
online (13%) dan kendala teknis lainnya seperti pengetahuan SDM kasir yang belum optimal. Rapat koordinasi terkait
monitoring dan evaluasi secara berkala telah dilakukan dalam rangka meningkatkan layanan bagi masyarakat. Pemanfaatan
Agen LKD juga menjadi komplementer penyedia layanan top up.

Peningkatan elektronifikasi serta keuangan inklusif di Provinsi Sulsel juga didukung oleh implementasi bantuan sosial
non tunai. Pada triwulan I 2019, progres implementasi bantuan sosial non tunai di Sulsel yang terdiri dari Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) masing-masing tercatat sebesar 85,4% untuk penyerapannya dan
100% untuk penyalurannya. Penyerapan BPNT (penarikan laporan bulan April 2019) pada triwulan I 2019 tercatat sebanyak
196.745 KPM dengan nilai sebesar Rp21,6 miliar di 11 kabupaten/kota. Penyerapan yang mencapai 85,4% tersebut lebih
tinggi dibandingkan penyerapan secara nasional yaitu, 80,5%. Perluasan penyaluran BPNT ke 13 kabupaten/kota sisanya
akan dilakukan pada bulan Juni, Agustus dan Oktober 2019.

Pada triwulan I 2019, penyaluran PKH di Provinsi Sulsel telah mencapai 100% KPM di seluruh kabupaten/kota 22.
Mengingat penyerapan PKH tidak dapat diukur dari realisasi penggunaan saldo rekening tabungan kartu Combo karena
telah tercampur dengan dana yang ada di rekening KPM yang berasal dari sumber lain, progres implementasi bantuan sosial
non tunai PKH diukur berdasarkan penyalurannya. Belanja bansos pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang terpantau melalui Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) online menunjukan pencairan dana bantuan PKH mencapai
298.038 KPM, atau setara Rp408,6 miliar, meningkat sebesar 166,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2018. Hal ini
sejalan dengan adanya kebijakan baru yang menyatakan bahwa mulai tahun 2019 penyaluran bansos PKH bersifat non-flat
di berdasarkan kondisi masing-masing KPM. Beberapa tantangan dalam perluasan bansos non tunai antara lain adalah
verivali data KPM yang belum real time, sehingga terdapat lag dalam penggunaan data KPM tersebut saat penyalurannya;
banyaknya daerah blank spot sehingga menghambat pencairan dana PKH dan BPNT; dan sebaran ATM serta Agen Bank
yang sangat minim dibandingkan wilayah lainnya secara nasional. Dengan demikian, dibutuhkan inovasi dalam mengatasi
kendala tersebut salah satunya adalah pemanfaatan teknologi V-SAT dan EDC Offline untuk daerah blank spot serta
pembaharuan aplikasi e-PKH untuk update data KPM secara real time.

450.000 100% 30.000 100,00%


Juta
Juta

400.000
25.000
350.000 95,00%
300.000 20.000
250.000 90,00%
99% 15.000
200.000
85,00%
150.000 10.000
100.000
80,00%
50.000 5.000
- 98%
- 75,00%
I II III IV I
I II III IV I
2018 2019
2018 2019
Nominal Penyaluran (SP2D) Nominal Penyaluran % Penyaluran
Nominal Penyaluran Nominal Penyerapan % Penyerapan thd Penyaluran

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

22
Terdapat 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulsel

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
52 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Grafik 5.10. Penyaluran Bantuan Sosial PKH Grafik 5.11. Penyerapan Bantuan Sosial BPNT

Bank Indonesia Sulsel juga mendorong elektronifikasi di sektor pendidikan melalui program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) non tunai. Perluasan penggunaan dana BOS non tunai sejalan dengan keberhasilan pelaksanaan pilot project
penggunaan dana BOS secara non tunai dan selesainya proses perizinan aplikasi BOS non tunai Bank Sulselbar pada Januari
201923. Selanjutnya, perluasan akan dilakukan sampai dengan sekolah tingkat SMA/K di seluruh kabupaten/kota yang
implementasinya menunggu Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Dinas Pendidikan
Provinsi Sulsel. Tingkat penyerapan (belanja dana BOS secara non tunai) sekolah terhadap jumlah penyalurannya pada
triwulan I 2019 mengalami perbaikan mencapai 40,1% dari triwulan IV 2018 yang hanya mencapai 25,5%. Beberapa jenis
transaksi pembayaran yang masih dilakukan secara tunai adalah pembayaran honor insidentil kepada mitra yang tidak
memiliki rekening bank, sedangkan pembayaran honor, pembelian alat tulis sekolah, tagihan koran serta tagihan lainnya
sudah dilakukan secara non tunai.

2.000 60%
Juta

54%
1.600 50%
45%
40% 40%
1.200 37%
35%
30%
800 26%
20%
400
10%
-
IV I II III IV I 0%
2017 2018 2019 IV I II III IV I

Penyaluran Penyerapan 2017 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.12. Penyaluran dan Penyerapan Dana BOS Grafik 5.13. % Penyerapan Terhadap Penyaluran Dana BOS

Pengembangan dan perluasan elektronifikasi di Provinsi Sulsel juga dilakukan dalam pengelolaan keuangan Pemerintah
Daerah dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan transparan, serta guna meningkatkan pendapatan
daerah secara optimal. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia Provinsi Sulsel terus melakukan koordinasi dan fasilitasi
antara Pemerintah Daerah dan Bank Sulselbar selaku bank pemegang kas daerah. Pada Februari 2019, telah dilakukan
integrasi sistem keuangan Pemerintah Provinsi Sulsel24 dengan Cash Management System (CMS) Bank Sulselbar yang
berbasis internet. Dengan demikian, OPD di lingkup Pemprov Sulsel akan terintegrasi dengan Bank Sulselbar melalui aplikasi
Transaksi Non Tunai (TNT) atau Electronic Surat Perintah Bayar (e-SPB). Dengan aplikasi tersebut, monitoring penggunaan
dana menjadi lebih mudah, bahkan dapat dilakukan melalui ponsel. Selain itu, hingga Maret 2019, Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar telah memasang 63 (enam puluh tiga) tapping box dalam rangka mendukung peningkatan
penerimaan pajak daerah, khususnya pajak hotel, hiburan dan restoran. Sementara itu, Kota Makassar juga telah
mengimplementasikan E-Parking melalui penggunaan mesin Terminal Parkir Elektronik (TPE) yang per Maret 2019 telah
dipasang pada 25 (dua puluh lima) titik pada 3 (tiga) ruas jalan. Hadirnya layanan pembayaran parkir elektronik di Kota
Makassar merupakan yang pertama di Wilayah Sulampua, yang diharapkan mampu menghadirkan kemudahan dan
kepraktisan transaksi non tunai bagi masyarakat dan pengelola parkir. Selain itu, keberhasilan elektronifikasi di Kota
Makassar juga diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi kabupaten/kota lain di wilayah Sulampua.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 53
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.2 Pengelolaan Uang Rupiah: Perkembangan Aliran Uang Kartal24


Aliran uang kartal di Sulsel tetap menunjukkan net inflow, sejalan dengan pola historisnya. Pada triwulan I 2019, aliran
uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp6,49 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar Rp4,97 triliun atau naik
sebesar 11,75% (yoy) (Grafik 5.3). Adapun aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mengalami penurunan dari
Rp4,81 triliun menjadi Rp2,45 triliun pada triwulan I 2019, meskipun secara tahunan meningkat sebesar 12,25% (yoy)(Grafik
5.4). Dengan demikian, net inflow pada triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp4,03 triliun lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar Rp150 miliar (Grafik 5.5). Kondisi net inflow tersebut diperkirakan terjadi karena Sulsel
merupakan hub perdagangan di kawasan timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar cenderung masuk ke
Sulsel.
Rp Triliun Inflow Growth = sisi kanan %, yoy Rp Triliun Outflow Growth = sisi kanan %, yoy
7 70
7 70
60
6 60
50 6
50
5 40 40
5
4 30 30
4 20
20
3 10 3 10
0
2 0
2 (10)
(10)
1 (20)
(20) 1
(30)
0 (30) 0 (40)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.14. Aliran Uang Kartal Inflow Grafik 5.15. Aliran Uang Kartal Outflow
6 Rp Triliun Net Inflow
5
4
3
2
1
0
-1
Net Outflow
-2
-3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.16. Selisih Inflow dan Outflow

24
Termasuk data distribusi uang kartal melalui layanan kas titipan.Terdapat 4 (empat) kas titipan BI di Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Bulukumba
dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari, Kota Parepare dengan plafon sebesar Rp 200 miliar per hari, Kota Palopo dengan plafon sebesar Rp200
miliar per hari dan Kabupaten Bone dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
54 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.3. Perkembangan Transaksi Jual-Beli Valuta Asing (Valas)


Provinsi Sulsel menjadi pemasok valas pada triwulan I 2019, meskipun jumlahnya relatif terbatas. Berdasarkan pantauan
Bank Indonesia terhadap aktivitas pedagang valas, penjualan valas pada triwulan I 2019 di Sulsel mencapai Rp724,77 miliar,
sedikit lebih tinggi dibandingkan pembelian valas Rp711,31 miliar. Namun demikian, baik transaksi penjualan maupun
pembelian valas mengalami penurunan, dengan persentase penurunan berturut-turut sebesar 12,18% (yoy) dan 7,41%
(yoy). Transaksi pembelian valuta asing biasanya terkait aktivitas hedging yang dilakukan oleh perusahaan diawal tahun
atau aktivitas wisata ke luar negeri oleh masyarakat. Sementara itu, penjualan valuta asing terkait aktivitas ekspor dan
investasi di Sulsel, termasuk wisatawan asing yang membutuhkan dana rupiah dalam kegiatannya.

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah


Grafik 5.17. Transaksi Pembelian Valas Grafik 5.18. Transaksi Penjualan Valas

Dari sisi jenis mata uang, sebagaimana gambaran secara nasional, perdagangan valas masih didominasi oleh mata uang
US Dollar, disusul Singapura Dollar, China Yuan, Ringgit, Riyal, dan Euro. Pada triwulan I 2019, penjualan USD dan SGD
masih mendominasi dengan share masing-masing 31,26% dan 30,20%. Demikian pula halnya untuk transaksi pembelian,
USD dan SGD juga mencatat porsi tertinggi masing-masing sebesar 32,76% dan 29,18%.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 55
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Boks 5.A Implementasi Transaksi Non Tunai di Lingkup Transaksi Keuangan Pemerintah
Daerah Provinsi Sulsel Terus Meluas ke Berbagai Sektor
Ditinjau dari sistem pengelolaan keuangan daerahnya, seluruh Pemda di Provinsi Sulsel telah menerapkan sistem
keuangan yang berbasis elektronik sesuai dengan PP No. 12 Tahun 2019 Pasal 222 (1). 48% Pemda (12 Pemda)
menerapkan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagai sistem keuangannya, 16% Pemda (4 Pemda) menerapkan Sistem Informasi Manajemen
Anggaran dan Akuntansi Keuangan Daerah (SIMAKDA) yang dikembangkan Murfa Surya Mahardika Group (MSM Group),
12% Pemda (3 Pemda) menerapkan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang dikembangkan
Kemendagri, sisanya menerapkan sistem pengelolaan keuangan yang dikembangkan masing-masing Pemda. 84% Pemda
(21 Pemda) telah memiliki regulasi terkait implementasi
transaksi non tunai. 68% Pemda (17 Pemda) telah menerapkan
24% SP2D online untuk penggunaan dana yang bersumber dari
12% RKUD/APBD. SP2D online ini merupakan sebuah sistem berupa
16% CMS, namun belum berbasis internet. Di samping itu, 96%
Pemda (24 Pemda) telah menerapkan Aplikasi TNT (e-SPB)
untuk penggunaan dana yang sudah bersumber langsung dari
masing-masing SKPD. E-SPB ini merupakan sebuah sistem
48%
berupa CMS yang sudah berbasis internet, sehingga
monitoring penggunaan dana dapat dilakukan lebih fleksibel
SIMAKDA SIMDA SIPKD Lainnya melalui ponsel. Payroll untuk seluruh ASN telah dilakukan
Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah secara non tunai melalui Teller maupun CMS dengan basic
Grafik 5.A.1 Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah feature (SP2D online).

Ditinjau dari komponen APBDnya, seluruh Pemda di Provinsi Sulsel telah melakukan 100% proses penerimaan maupun
belanjanya secara non tunai lebih tinggi dibandingkan dengan progres elektronifikasi secara nasional. Meski demikian,
masih terdapat beberapa transaksi pemerintah yang dikecualikan dari transaksi non tunai seperti uang perjalanan dinas
Pimpinan Daerah termasuk anggota DPRD, uang persediaan untuk suku cadang/servis kendaraan dinas, pembayaran
biaya kontribusi yang menggunakan mata uang asing serta transaksi-transaksi lainnya dengan batasan transaksi tertentu
seperti honor pihak ketiga sampai dengan Rp5 juta atau Rp10 juta sesuai dengan Peraturan Daerah masing-masing
Pemda.

100% 100%
Pajak Reklame Izin Gangguan
53% 32%
100% 100%
Pajak Hiburan Izin Mendirikan Bangunan
53% 38%
100% 100%
Pajak Restoran Tempat Rekreasi
53% 32%
100% 100%
Pajak Hotel Terminal
53% 32%

100% 100%
PKB Pelayanan Parkir
85% 41%

100% 100%
PBB Pelayanan Pasar
65% 44%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sulsel Nasional Sulsel Nasional

Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah
Grafik 5.A.2 Progres Elektronifikasi Pajak Daerah Sulsel vs Nasional Grafik 5.A.3 Progres Elektronifikasi Retribusi Daerah Sulsel vs
Nasional

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
56 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

100% 100%
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Pegawai 85%
94%
100%
Belanja Bantuan Sosial
100% 88%
Belanja Barang dan Jasa
91% 100%
Belanja Subsidi
85%
100%
Belanja Modal 100%
91% Belanja Pegawai
94%

85% 90% 95% 100% 70% 80% 90% 100%

Sulsel Nasional Sulsel Nasional

Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah
Grafik 5.A.4 Progres Elektronifikasi Belanja Langsung Sulsel vs Grafik 5.A.5 Progres Elektronifikasi Belanja Tidak Langsung Sulsel vs
Nasional Nasional

Secara umum, transaksi penerimaan dan pengeluaran Pemda masih didominasi menggunakan Teller dengan pangsa
masing-masing sebesar 82% dan 34%. Hal ini sejalan dengan kendala infrastruktur pendukung (baik jaringan dan sebaran
ATM) dan minimnya pemahaman masyarakat terkait penggunaan non tunai. Apabila ditinjau dari status buku Bank
pemegang kas daerahnya, Bank Sulselbar telah menyandang status buku II, dimana berdasarkan Surat Edaran OJK
No.27/SEOJK.03/2016, perolehan perizinan untuk kanal-kanal pembayaran tidak menjadi hambatan untuk implementasi
elektronifikasi (kecuali untuk uang elektronik dapat dilakukan co-branding dengan Bank lain). Bank Sulselbar sendiri telah
memperoleh izin untuk internet banking, SMS banking, mobile banking, phone banking serta uang elektronik dengan
menggandeng Bank Mandiri sebagai partner untuk co-brandingnya. Dengan demikian, tantangan kedepan adalah lebih
kepada peningkatan pemahaman masyarakat terkait penggunaan kanal-kanal pembayaran tersebut serta perluasan
sebaran penyediaan kanal pembayaran melalui kerjasama yang masif dengan merchant-merchant.

SMS Banking 2% SMS Banking 0%

Mobile Banking 5% Mobile Banking 0%

Internet Banking 2% Internet Banking 32%

CMS 0% CMS 33%

EDC 3% EDC 0%

ATM 6% ATM 0%

Teller 82% Teller 34%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah Sumber: Laporan Pemerintah Daerah, diolah
Grafik 5.A.6 Penggunaan Kanal Pembayaran Pada Transaksi Grafik 5.A.7 Penggunaan Kanal Pembayaran Pada Transaksi Belanja
Penerimaan Pemerintah Pemerintah

Tabel 5.A.1 Perizinan Produk Perbankan Berdasarkan Status Buku Bank

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 57
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumber: OJK, diolah

Keterbatasan infrastruktur menjadi tantangan lain dalam penerapan elektronifikasi tersebut, mengingat Provinsi
Suslel memiliki topografi daerah yang bermacam-macam mulai dari lereng, dataran dan lembah sehingga penerimaan
sinyal kuat menjadi terbatas, begitu juga dengan sebaran infrastruktur ATM dan Kantor Cabangnya. Masih terdapat
38% desa/kota yang belum menerima sinyal atau menerima sinyal yang lemah di Provinsi Sulsel (BPS, 2014). Di samping
itu, sebaran jaringan kantor bank, ATM dan Agen Bank masih minim di Provinsi Sulsel, yaitu masing-masing 20 Kantor
Cabang, 72 ATM dan 237 Agen Bank per 1.000km2 sehingga mempengaruhi kemajuan elektronifikasi transaksi di Pemda.
Gambar 5.A.2 Sebaran Akses Keuangan dan Infrastruktur

SULSEL

Sumber: Bank Indonesia

Inovasi dan perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah terus dilakukan guna mewujudkan pemerintahan yang
transparan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya serta meningkatkan PAD. Baru-baru saja Kota
Makassar melakukan pemasangan alat tapping box. Hingga bulan Maret 2019, Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
telah memasang 63 (enam puluh tiga) alat tapping box dalam rangka mendukung peningkatan penerimaan pajak daerah,
khususnya pajak hotel, hiburan dan restoran. Di samping itu, Makassar telah implementasi integrasi sistem informasi
terintegrasi yaitu e-Planning dan e-Budgeting dalam rangka mendukung e-Government mulai November 2018 sebagai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
58 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

upaya mencapai smart auditing untuk perencanaan, penganggaran dan pemantauan realisasi APBD. Selain itu, E-Parking
juga telah diimplementasikan di Kota Makassar per bulan Maret 2019 menggunakan mesin Terminal Parkir Elektronik
(TPE) yang di pasang pada 25 (dua puluh lima) titik pada 3 (tiga) ruas jalan. Hadirnya layanan pembayaran parkir
elektronik menggunakan uang elektronik BRI dan Bank Mandiri di wilayah Kota Makassar merupakan yang pertama di
Wilayah Sulampua, yang diharapkan mampu menghadirkan kemudahan dan kepraktisan transaksi non tunai bagi
masyarakat dan pengelola parkir.
Gambar 5.A.3 Launching Implementasi E-Parking Kota Makassar

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 59
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,42%


per Februari 2019, lebih tinggi dibandingkan Februari 2018
sebesar 5,39%.
Jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2018
meningkat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya, baik penduduk miskin di wilayah
perkotaan maupun pedesaan. Disisi lain, ketimpangan Sulsel
pada September 2018 membaik, dengan gini ratio sebesar
0,388 dibandingkan posisi September 2017 sebesar 0,429.
Tingkat kesejahteraan petani tetap baik, tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan I 2019 tetap berada diatas batas optimis (100).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 60
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1. Tenaga Kerja


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
28 Februari Agustus Februari
mencapai 5,42% per Februari 2019 meningkat KEGIATAN UTAMA
2018 2018 2019
dibandingkan Februari 2018 sebesar 5,39%. Secara Angkatan Kerja 4.174.181 3.988.029 4.159.838
nominal jumlah pengangguran terbuka Sulsel naik dari a. Bekerja 3.949.296 3.774.924 3.934.557
224,88 ribu orang per Februari 2018 menjadi 225,28 b. Menganggur 224.885 213.105 225.281
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,36% 63,02% 65,29%
ribu orang per Februari 2019 atau mengalami Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,39% 5,34% 5,42%
peningkatan sebesar 0,18% (yoy). Peningkatan Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
pengangguran mengindikasikan perlambatan
ekonomi pada triwulan I 2019 yang berdampak
terhadap penyerapan tenaga kerja. Disisi lain, jumlah
angkatan kerja juga mengalami penurunan sebesar
14.343 orang atau turun sebesar -0,34% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sektor pertanian masih menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar pada periode Februari 2019. Sektor pertanian
menyerap 38,47% dari total tenaga kerja 3,94 juta orang. Angka ini turun -0,37% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Penurunan tenaga kerja sektor pertanian disebabkan adanya pengaruh penerapan mekanisme alat-alat
pertanian modern combine harvester (alat panen gabah) sehingga pekerja buruh musim panen diawal tahun 2019
berkurang. Sementara itu, lapangan usaha perdagangan, industri pengolahan dan konstruksi mengalami kenaikan jumlah
tenaga kerja, berturut-turut sebesar 13,39%, 4,36% dan 2,21% (yoy) (Tabel 6.2).
Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Februari 2017 Agustus 2017 Februari 2018 Agustus 2018 Februari 2019
Lapangan Pekerjaan Utama Growth
Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa
(yoy)
A Pertanian 1,544,614 40.63% 1,391,639 38.67% 1,617,680 40.96% 1,426,501 37.79% 1,513,552 38.47% -6.44%
B Pertambangan 41,840 1.10% 28,447 0.79% 41,647 1.05% 24,283 0.64% 26,162 0.66% -37.18%
C Industri Pengolahan 279,668 7.36% 279,246 7.76% 304,224 7.70% 341,716 9.05% 317,478 8.07% 4.36%
D Pengadaan Listrik dan Gas 12,378 0.33% 11,292 0.31% 22,990 0.58% 9,217 0.24% 12,597 0.32% -45.21%
E Pengadaan Air 10,916 0.29% 7,136 0.20% 9,544 0.24% 9,586 0.25% 11,942 0.30% 25.13%
F Konstruksi 245,679 6.46% 232,673 6.47% 236,673 5.99% 254,738 6.75% 241,897 6.15% 2.21%
G Perdagangan Besar dan Eceran 666,962 17.55% 674,127 18.73% 652,232 16.52% 720,352 19.08% 739,575 18.80% 13.39%
H Transportasi dan Pergudangan 150,205 3.95% 156,112 4.34% 136,237 3.45% 156,019 4.13% 135,578 3.45% -0.48%
I Penyediaan Akomodasi 137,489 3.62% 118,521 3.29% 154,251 3.91% 134,126 3.55% 142,047 3.61% -7.91%
J Informasi dan Komunikasi 20,029 0.53% 21,546 0.60% 15,245 0.39% 20,069 0.53% 26,473 0.67% 73.65%
K Jasa Keuangan dan Asuransi 44,737 1.18% 35,924 1.00% 41,745 1.06% 47,853 1.27% 51,241 1.30% 22.75%
L Real Estat 890 0.02% 5,079 0.14% 801 0.02% 8,594 0.23% 2,367 0.06% 195.51%
M,N Jasa Perusahaan 19,482 0.51% 31,577 0.88% 28,630 0.72% 35,023 0.93% 51,544 1.31% 80.03%
O Administrasi Pemerintahan 239,782 6.31% 206,819 5.75% 262,878 6.66% 207,003 5.48% 257,238 6.54% -2.15%
P Jasa Pendidikan 246,833 6.49% 228,271 6.34% 253,103 6.41% 207,913 5.51% 233,565 5.94% -7.72%
Q Jasa Kesehatan 68,997 1.82% 74,101 2.06% 76,317 1.93% 68,630 1.82% 70,185 1.78% -8.03%
R,S,T,U Jasa Lainnya 70,906.00 1.87% 96,153 2.67% 95,099 2.41% 103,301 2.74% 101,116 2.57% 6.33%
Total 3,801,407 100% 3,598,663 100% 3,949,296 100% 3,774,924 100% 3,934,557 100% -0.37%
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat menurun, seiring dengan penurunan jumlah angkatan kerja.
TPAK turun dari 66,36% pada Februari 2018 menjadi 65,29% pada Februari 2019. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019
mencapai 4,16 juta orang, lebih rendah dari periode Februari 2018 sejumlah 4,17 juta orang. Secara sektoral, penurunan
TPAK diperkirakan terjadi karena penurunan angkatan kerja di sektor pertanian yang memiliki pangsa penyerapan tenaga
kerja terbesar. Kondisi demikian, dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan
kerja yang menunjukkan hasil serupa (Grafik 6.2).

28 BPS mengeluarkan perhitungan tenaga kerja 2 kali dalam setahun, yaitu Februari (yang rilis pada bulan Mei) dan Agustus (yang rilis pada November)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 61
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Sumber : BPS, diolah BI Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia


Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

6.2. Penduduk Miskin29


Berdasarkan data September 201830, jumlah penduduk miskin di Sulsel turun dibandingkan September 2017. Jumlah
penduduk miskin pada September 2018 mencapai 779,6 ribu orang atau 8,87% dari total penduduk Sulsel, membaik
dibandingkan kondisi September 2017 yang berjumlah 826 ribu orang (9,48%). Penurunan jumlah penduduk miskin
signifikan terjadi di daerah pedesaan, sejalan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang membaik pada September 2018 karena
meningkatnya penerimaan petani, dimana sebagian besar penduduk perdesaan memiliki pekerjaan di sektor pertanian.
Dilihat dari pangsanya, jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 78,36% dari total penduduk miskin Sulsel,
sedangkan selebihnya 21,64% berada di perkotaan.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi
Menurut Provinsi September 2018

Secara spasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel pada September 2018 relatif cukup rendah dibandingkan
provinsi lain se-Sulawesi. Jumlah penduduk miskin Sulsel berada pada urutan kedua terendah (8,87%) setelah Sulawesi
Utara (7,90%) (Grafik 6.3). Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi untuk wilayah Sulawesi tercatat 15,83%
terdapat di Provinsi Gorontalo.

29 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. BPS mengeluarkan perhitungan
kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan September) dan September (yang rilis pada Januari).
30 BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan Juli) dan September (yang rilis pada Januari).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
62 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.3. Rasio Gini31


Ketimpangan di Provinsi Sulsel mengalami penurunan. Nilai gini ratio Sulsel pada September 2018 sebesar 0,388 membaik
dibandingkan September 2017 yang mencapai 0,429, sejalan dengan peningkatan jumlah nominal Dana Desa yang
disalurkan, yang selanjutnya melibatkan program padat karya di 21 kabupaten. Secara tren selama 3 tahun terakhir, angka
gini ratio Sulsel cenderung menurun. Jika dibandingkan provinsi lain di Sulawesi, nilai gini ratio Sulsel pada posisi September
2018 tersebut berada pada peringkat keempat terendah di Sulawesi. Penurunan ketimpangan tersebut sejalan dengan
penurunan jumlah penduduk miskin di desa dan tren kenaikan nilai tukar petani.
Tabel 6.3. Nilai Gini Ratio di Pulau Sulawesi
2015 2016 2017 2018
Provinsi
Mar-15 Sept-15 Mar-16 Sept-16 Mar-17 Sept-17 Mar-18 Sept-18
Sulawesi Selatan 0.424 0.404 0.426 0.400 0.407 0.429 0.397 0.388
Gorontalo 0.420 0.401 0.419 0.410 0.430 0.405 0.403 0.417
Sulawesi Tenggara 0.399 0.381 0.402 0.388 0.394 0.404 0.409 0.392
Sulawesi Utara 0.368 0.366 0.386 0.379 0.396 0.394 0.394 0.372
Sulawesi Tengah 0.374 0.37 0.362 0.347 0.355 0.345 0.346 0.317
Sulawesi Barat 0.363 0.362 0.364 0.371 0.354 0.339 0.370 0.366
Indonesia 0.408 0.402 0.397 0.394 0.393 0.391 0.389 0.384
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

6.4. Nilai Tukar Petani32


Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I 2019 masih berada diatas batas optimis 100. Rata-rata NTP Sulsel pada triwulan
I 2019 sebesar 103,04, lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya 102,98 (Grafik 6.4) dan secara tahunan
mengalami peningkatan 1,70% (yoy). Rata-rata indeks yang diterima petani mengalami peningkatan dari 137,29 pada
triwulan IV 2018 menjadi 137,93 pada triwulan I 2019 (Grafik 6.6). Disisi lain, rata-rata Indeks yang dibayar petani pada
triwulan I 2019 juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebesar 133,33 menjadi 133,86 (Grafik 6.5).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI


Grafik 6.4. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani

Pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada triwulan I 2019 tumbuh cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari
NTP triwulan I 2019 yang meningkat 102.98 atau sebesar 1,70% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 1,64%
(yoy). Tingkat kesejahteraan petani yang tetap baik, tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan I 2019 selalu
berada diatas batas optimis (100). Untuk terus mendorong kesejahteraan petani, perlu dilakukan upaya berkelanjutan,
seperti memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan ke pedesaan agar barang-barang yang diperlukan lebih mudah
didistribusikan kepada masyarakat.

31 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol)
dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna.
32 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib), angka di atas 100 mengindikasikan
bahwa kegiatan produksi petani (hulu atau on farm), menghasilkan gabah misalnya, masih menguntungkan. NTP dapat dianggap sebagai early warning
system untuk mengantisipasi dari kondisi tidak ada lagi orang yang mau berusaha sebagai petani ketika NTP terus berada di bawah 100 karena usaha di
sektor pertanian (on farm) tidak lagi menguntungkan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 63
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah


Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
64 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7
Prospek Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019 diperkirakan berada pada


kisaran 6,6 – 7,0% (yoy). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi triwulan
III 2019 diperkirakan bergerak lebih rendah dari capaian pertumbuhan
ekonomi triwulan sebelumnya. Hal ini didasari pada beberapa faktor
seasonal (musiman) seperti hilangnya faktor pendorong HBKN pada
konsumsi RT serta pergeseran pencairan gaji ke 13 dari bulan Juli ke bulan
Juni. Pergeseran pencairan gaji ke 13 membuat sektor fiskal diperkirakan
mengalami pergeseran pertumbuhan ke triwulan II 2019. Di sisi lain, faktor
pendorong ekonomi pada triwulan III diperkirakan masih berasal dari
alokasi belanja rumah tangga pada sektor pendidikan menjelang tahun
ajaran baru dan masih kuatnya investasi. Selain itu, kegiatan ekspor impor
diperkirakan masih akan cenderung stabil seperti perkiraan pada triwulan II
2019.
Inflasi di triwulan III 2019 dan keseluruhan tahun 2019 diperkirakan masih
dalam rentang target inflasi nasional walau terdapat beberapa potensi
tekanan inflasi. Tekanan inflasi pada triwulan III 2019 diperkirakan mulai
mereda sejalan dengan berakhirnya HBKN. Faktor lainnya adalah
hilangnya base effect dari kenaikan tarif angkutan udara serta dampak
penurunan batas atas transporasi udara. Di sisi lain, tekanan inflasi inti juga
diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan kenaikan didorong oleh
biaya sekolah dan seragam sekolah. Hal ini sejalan dengan tarikan
permintaan di tahun ajaran baru.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 65
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan bergerak pada rentang 6,8 – 7,2% (yoy) dengan kecenderungan
mendekati batas bawah. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 diperkirakan bergerak lebih rendah
dari capaian pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Hal ini didasari pada beberapa faktor seasonal (musiman) seperti
hilangnya faktor pendorong HBKN pada konsumsi RT serta pergeseran pencairan gaji ke 13 dari bulan Juli ke bulan Juni.
Pergeseran pencairan gaji ke 13 membuat sektor fiskal diperkirakan mengalami pergeseran pertumbuhan ke triwulan II
2019. Di sisi lain, faktor pendorong ekonomi pada triwulan III diperkirakan masih berasal dari alokasi belanja rumah tangga
pada sektor pendidikan menjelang tahun ajaran baru dan masih kuatnya investasi. Selain itu, kegiatan ekspor impor
diperkirakan masih akan cenderung stabil seperti perkiraan pada triwulan II 2019.

Sumber: BPS,diolah. Ket.: Proyeksi oleh BI


Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

Path pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2019 diperkirakan berada pada rentang 7,0 – 7,4% (yoy) sejalan
dengan konsolidasi keuangan korporasi. Konsolidasi keuangan korporasi didefinisikan sebagai langkah pengurangan
penggunaan utang untuk menyehatkan kondisi keuangan yang direpresentasikan melalui rasio keuangan. Selain faktor rasio
keuangan korporasi, pertumbuhan yang lebih moderat diperkirakan merupakan dampak langsung dari kenaikan tarif
angkutan udara yang mengalami kenaikan signifikan. Kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 118% (yoy) di bulan
April membuat lapangan usaha transportasi dan pergudangan serta lapangan usaha perdagangan menghadapi tantangan
berat. Namun demikian, dengan fundamental ekonomi yang kuat, ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan akan memasuki
fase pemulihan di tahun 2020 sejalan dengan new normal harga tike angkutan udara yang sudah diadaptasi oleh pelaku
ekonomi. Berakhirnya konsolidasi keuangan korporasi juga diperkirakan akan membuat kredit diperkirakan tumbuh lebih
baik sebelum memasuki fase ekspansi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
66 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran


Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 masih akan bertumpu pada konsumsi RT. Konsumsi RT diperkirakan tumbuh pada
rentang 5,3 – 5,7% (yoy) atau cenderung lebih lambat dibandingkan perkiraan triwulan sebelumnya yang berada pada
rentang 6,7 – 7,1% (yoy). Lebih moderatnya pertumbuhan triwulan III disebabkan oleh hilangnya faktor pendorong utama
pada belanja RT, yaitu HBKN. Hal tersebut juga senada dengan pencairan THR dan gaji ke 13 yang seluruhnya dicairkan pada
triwulan II sehingga membuat faktor katalisator pertumbuhan triwulan III relatif lebih terbatas. Pada sisi belanja
pemerintah, realisasi belanja modal dan pegawai relatif stabil dengan triwulan sebelumnya sehingga pertumbuhan belanja
pemerintah diperkirakan juga akan mengalami moderasi sebagai dampak base effect.

Dari sisi investasi, pertumbuhan diperkirakan cenderung stabil pada rentang 6,5 – 6,9% (yoy). Di tengah kecenderungan
korporasi melakukan langkah konsolidasi keuangan, investasi diarahkan pada kebutuhan untuk merivatilisasi mesin
produksi. Masih stabilnya investasi tersebut sejalan dengan langkah korporasi besar pertambangan di Sulawesi Selatan
yang masih melakukan peremajaan mesin produksi sehingga membuat produksi relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Di sisi transaksi luar negeri, kinerja ekspor diperkirakan masih stabil seperti triwulan sebelumnya dengan impor yang
lebih melandai. Pertumbuhan ekspor diperkirakan berada pada rentang 8,6% - 9% (yoy) sejalan dengan perkembangan
harga komoditas. Harga komoditas yang masih cenderung stabil diperkirakan mengompensasi kinerja produksi nikel yang
mengalami gangguan. Di sisi lain, ekspor pada komoditas ikan dan udang diperkirakan akan mengompensasi sebagian nilai

Sumber: Survei Bank Indonesia Sumber: World Bank; Proyeksi: Quarterly Global Output, UOB
Grafik 7.2. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.3. Perkembangan Harga Internasional Bijih Besi

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha


Pertumbuhan pada triwulan III akan bertumpu pada stabilnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian di tengah
moderatnya sektor tradable. Dengan peran terhadap ekonomi yang mencapai ampir seperempat PDRB Sulsel, stabilnya
pertumbuhan pertanian diperkirakan mengompensasi konsumsi RT (tercermin dari perdagangan) yang diperkirakan
tumbuh lebih moderat. Selain itu, dampak perbaikan mesin produksi pertambangan diperkirakan akan meningkatkan
pertumbuhan lapangan usaha pertambangan pascakontraksi di awal tahun. Dari sisi industri, pertumbuhan diperkirakan
masih cenderung stabil dengan triwulan sebelumnya.

Pada sektor nontradable, pertumbuhan bertumpu pada lapangan usaha konstruksi di tengah lapangan usaha
perdagangan dan lapangan usaha transportasi yang melambat. Lapangan usaha konstruksi masih didorong oleh
penyelesaian proyek pemerintah yang memasuki tahap akhir. Di sisi lain, lapangan usaha perdagangan diperkirakan tumbuh
melambat sehubungan dengan hilangnya faktor HBKN yang merupakan pendorong konsumsi RT. Lapangan usaha
perdagangan diperkirakan masih akan didorong oleh tahun ajaran baru sehingga pertumbuhan diperkirakan melambat
tidak terlalu dalam. Demikian juga dengan lapangan usaha transportasi yang diperkirakan melambat sejalan dengan musim
mudik yang telah usai.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 67
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)

Sumber: BPS,diolah Keterangan : p) Proyeksi BI

7.2 Prospek Inflasi


Inflasi di triwulan III 2019 dan keseluruhan tahun 2019 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi nasional walau
terdapat beberapa potensi tekanan inflasi. Tekanan inflasi pada triwulan III 2019 diperkirakan mulai mereda sejalan
dengan berakhirnya HBKN. Faktor lainnya adalah hilangnya base effect dari kenaikan tarif angkutan udara serta dampak
penurunan batas atas transporasi udara. Di sisi lain, tekanan inflasi inti juga diperkirakan relatif stabil dengan
kecenderungan kenaikan didorong oleh biaya sekolah dan seragam sekolah. Hal ini sejalan dengan tarikan permintaan di
tahun ajaran baru.

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan terjaga melalui fungsi TPID di seluruh Kabupaten/Kota sehingga inflasi tahun
2019 berada pada rentang sasaran 3,5+1% (yoy). Tekanan inflasi volatile food diperkirakan sedikit meningkat walaupun
masih dalam level yang terjaga akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat saat HBKN (bulan Ramadhan dan idul fitri)
ditengah telah berlalunya musim panen di triwulan II 2019. Selain itu, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) se-Sulsel juga terus meningkatkan koordinasi melalui pemanfaatan Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS) yang lebih optimal, rapat teknis dan kebijakan high level meeting untuk memantau dan menjaga
ketersediaan pangan, inspeksi mendadak (sidak) pada kebutuhan pangan strategis, dan penyediaan pangan dengan harga
terjangkau melalui pasar murah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
68 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Sumber: BPS, diolah. Ket: angka proyeksi oleh BI


Grafik 7.4. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel

Untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi barang, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi/Kabupaten/Kota di Sulsel terus meningkatkan koordinasi. Koordinasi menjadi sangat penting mengingat
peningkatan tekanan inflasi dipicu oleh permasalahan harga dan distribusi pasokan bahan pangan. Pada permasalahan
harga, TPID Provinsi tengah mengembangkan SOP Pengendalian Harga dengan tujuan agar (1) TPID lebih mudah untuk
mengawasi kenaikan harga, khususnya harga pangan; dan (2) bagi konsumen, dapat meningkatkan akses harga pangan
yang terpadu sehingga ekspektasi masyarakat lebih terjaga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 69
LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
2017** 2018** 2019**
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2013 2014 2015 2016
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 46,45 51,10 54,10 58,35 14,68 15,89 17,42 13,48 61,47 15,46 17,11 18,36 13,94 64,87 15,88
B Pertambangan dan Penggalian 13,24 14,71 15,80 16,00 3,91 4,20 4,37 4,24 16,72 4,04 4,26 4,22 4,27 16,78 3,89
C Industri Pengolahan 30,55 33,29 35,55 38,47 9,66 9,83 10,29 10,63 40,41 9,98 9,71 10,29 10,81 40,79 10,81
D Pengadaan Listrik, Gas 0,20 0,23 0,23 0,26 0,07 0,07 0,07 0,07 0,27 0,07 0,07 0,08 0,08 0,29 0,07
E Pengadaan Air 0,30 0,30 0,30 0,32 0,08 0,09 0,09 0,09 0,34 0,09 0,09 0,09 0,09 0,37 0,09
F Konstruksi 26,03 27,67 29,97 31,99 8,14 8,59 8,84 9,18 34,76 8,80 9,16 9,84 10,07 37,87 9,41
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 30,19 32,36 34,92 38,36 9,59 10,55 11,30 11,03 42,48 10,69 11,91 12,67 11,86 47,13 11,75
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,45 8,56 9,14 9,85 2,45 2,59 2,84 2,80 10,68 2,77 2,95 3,10 2,96 11,78 2,87
H Transportasi dan Pergudangan 2,95 3,19 3,37 3,66 0,95 1,00 1,05 1,08 4,08 1,08 1,15 1,19 1,19 4,61 1,15
J Informasi dan Komunikasi 13,77 14,56 15,71 16,99 4,44 4,64 4,78 4,91 18,78 4,97 5,08 5,41 5,57 21,03 5,62
K Jasa Keuangan 7,63 8,07 8,66 9,84 2,45 2,57 2,58 2,68 10,28 2,68 2,79 2,65 2,64 10,75 2,65
L Real Estate 7,93 8,56 9,20 9,78 2,51 2,55 2,56 2,60 10,22 2,61 2,64 2,70 2,75 10,70 2,74
M,N Jasa Perusahaan 0,94 1,00 1,06 1,14 0,30 0,31 0,32 0,32 1,24 0,33 0,34 0,35 0,36 1,36 0,35
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,29 10,53 11,36 11,34 2,87 3,00 3,03 3,04 11,93 2,99 3,25 3,39 3,49 13,11 3,34
P Jasa Pendidikan 11,92 12,47 13,38 14,30 3,66 3,82 4,05 4,16 15,69 3,95 4,15 4,43 4,69 17,22 4,41
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,02 4,43 4,85 5,25 1,35 1,40 1,46 1,52 5,72 1,48 1,54 1,59 1,60 6,21 1,63
R,S,T,U Jasa lainnya 2,74 2,94 3,21 3,52 0,91 0,95 0,99 1,01 3,86 1,01 1,07 1,10 1,19 4,37 1,13
PDRB 217,59 233,99 250,80 269,42 68,00 72,02 76,03 72,85 288,91 73,00 77,28 81,43 77,54 309,24 77,78

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)
2017** 2018** 2019**
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2013 2014 2015 2016
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 57,37 68,47 19,46 22,80 24,54 27,07 21,49 95,90 95,90 25,08 27,66 29,13 22,15 104,01 25,61
B Pertambangan dan Penggalian 17,88 21,18 4,61 5,37 5,49 5,73 5,88 22,47 22,47 5,34 5,83 5,87 5,66 22,70 5,02
C Industri Pengolahan 35,49 41,65 12,57 13,67 13,92 14,63 15,23 57,45 57,45 14,48 14,14 14,99 15,84 59,45 15,97
D Pengadaan Listrik, Gas 0,18 0,20 0,05 0,06 0,07 0,07 0,07 0,27 0,27 0,07 0,07 0,08 0,08 0,30 0,08
E Pengadaan Air 0,35 0,35 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11 0,43 0,43 0,11 0,12 0,12 0,12 0,47 0,12
F Konstruksi 31,52 36,02 11,19 12,29 13,14 13,62 14,33 53,39 53,39 13,90 14,98 16,43 17,29 62,60 16,27
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 33,63 37,62 11,66 13,00 14,42 15,52 15,45 58,38 58,38 14,95 16,74 17,84 16,91 66,44 16,87
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,43 11,83 3,86 3,96 4,26 4,69 4,61 17,51 17,51 4,51 4,95 5,23 5,08 19,76 5,22
H Transportasi dan Pergudangan 3,56 4,11 1,21 1,32 1,40 1,47 1,51 5,70 5,70 1,53 1,62 1,68 1,70 6,53 1,65
J Informasi dan Komunikasi 13,79 14,59 4,15 4,70 4,91 5,09 5,23 19,93 19,93 5,33 5,47 5,91 6,08 22,78 6,13
K Jasa Keuangan 9,60 10,82 3,38 3,68 3,93 3,99 4,19 15,80 15,80 4,24 4,45 4,29 4,30 17,28 4,32
L Real Estate 9,90 11,52 3,70 3,92 4,01 4,06 4,15 16,15 16,15 4,16 4,22 4,34 4,43 17,14 4,46
M,N Jasa Perusahaan 1,15 1,30 0,40 0,43 0,45 0,47 0,49 1,85 1,85 0,50 0,51 0,54 0,55 2,11 0,54
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 12,24 13,63 4,19 4,33 4,55 4,63 4,69 18,19 18,19 4,61 5,12 5,34 5,58 20,65 5,36
P Jasa Pendidikan 13,89 15,50 4,54 4,94 5,22 5,72 5,88 21,76 21,76 5,49 5,92 6,31 6,70 24,43 6,31
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,68 5,51 1,73 1,90 1,99 2,09 2,20 8,19 8,19 2,17 2,27 2,36 2,39 9,19 2,45
R,S,T,U Jasa lainnya 3,18 3,72 1,18 1,29 1,37 1,44 1,47 5,57 5,57 1,48 1,59 1,65 1,79 6,51 1,70
PDRB 258,84 298,03 340,39 379,63 97,79 103,78 110,39 106,97 418,93 107,94 115,65 122,11 116,65 462,34 118,09

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
2017 2018* 2019**
No Komponen 2014 2015 2016
I II III IV** TOTAL I II III IV TOTAL I
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 127,67 134,42 141,79 36,45 37,41 38,13 38,51 150,51 39,00 39,90 40,61 41,22 160,73 41,65
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,92 2,95 3,05 0,79 0,81 0,82 0,84 3,25 0,97 0,98 0,87 0,94 3,76 1,34
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23,51 25,41 25,07 3,89 6,14 6,36 9,22 25,61 4,21 6,54 6,87 9,67 27,35 4,63
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 89,71 96,96 103,77 26,15 27,67 28,86 29,57 112,26 28,42 29,45 30,10 30,85 118,82 29,41
5 Perubahan Inventori (0,97) 4,66 3,33 0,69 0,31 1,74 (0,59) 2,15 0,74 0,81 0,00 (0,63) 0,87 0,27
6 Ekspor 60,31 54,05 36,38 11,14 10,88 11,11 9,78 42,91 11,12 3,74 4,04 4,48 15,75 3,41
7 Impor 69,16 67,65 43,97 11,11 11,20 10,99 14,48 47,79 11,42 (1,15) 1,85 3,36 11,85 2,45
PDRB 233,99 250,80 269,42 68,00 72,02 76,03 72,85 288,91 73,02 77,31 81,49 77,54 309,24 77,78

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Triliun)
2017 2018* 2019**
No Komponen 2014 2015 2016
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 165,19 185,59 204,37 53,97 55,92 57,22 58,29 225,40 59,91 62,01 64,08 65,15 251,15 66,51
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,86 4,27 4,63 1,23 1,27 1,29 1,32 5,11 1,56 1,59 0,14 1,55 6,15 2,25
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 31,70 36,40 37,37 5,83 9,36 9,75 14,27 39,21 6,69 10,55 11,40 16,12 44,83 7,77
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 113,16 125,99 141,29 36,24 38,67 40,44 41,73 157,07 40,24 42,12 43,84 45,75 171,94 43,76
5 Perubahan Inventori (1,55) 5,64 4,85 0,97 0,47 2,53 (1,04) 2,94 1,32 1,43 0,01 (1,13) 1,54 0,23
6 Ekspor 78,01 73,41 52,05 16,66 15,53 16,61 15,10 63,89 16,76 5,55 6,35 6,55 23,30 5,10
7 Impor 90,73 90,90 64,86 17,11 17,44 17,44 22,70 74,69 17,83 (2,31) 1,02 4,94 19,31 3,85
PDRB 299,63 340,39 379,70 97,79 103,78 110,39 106,97 418,93 108,65 116,29 123,06 116,65 462,34 118,09
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)
Kategori 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017P 2018P 2019P 2020P
Penduduk (Jiwa) 8.034.776 8.115.638 8.190.222 8.342.047 8.432.163 8.520.304 8.606.375 8.690.294 8.771.970 8.851.240 8.928.004
PDRB per Kapita (Juta Rp) 21,31 24,31 27,67 31,01 35,34 39,17 43,68 48,21 52,71
Sumber : Badan Pusat Statistikm, Keterangan: P merupakan proyeksi Penduduk dari BPS

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 70
LAMPIRAN

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)


Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Makanan
Perumahan,
Jadi, Pendidikan,
IHK Bahan Air, Listrik, Transpor dan
Umum Minuman, Sandang Kesehatan Rekreasi, dan
(Akhir Periode) Makanan Gas, dan Komunikasi
Rokok, dan Olahraga
Bahan Bakar
Tembakau

2012

Triwulan I 132,89 156,33 139,19 128,22 149,63 129,86 120,33 105,61


Triwulan II 133,44 156,50 140,33 129,03 150,10 130,61 120,60 105,92
Triwulan III 135,69 161,48 143,21 129,73 154,94 130,98 121,38 106,22
Triwulan IV 136,14 158,86 144,70 130,72 158,05 132,02 124,35 106,72
2013

Triwulan I 139,01 168,84 145,55 132,61 158,64 132,82 124,59 106,55


Triwulan II 139,26 166,24 146,83 133,67 154,02 133,21 124,61 110,11
Triwulan III 145,51 178,85 149,93 135,89 159,22 135,20 125,82 118,97
Triwulan IV 144,60 169,92 151,18 138,64 161,74 136,89 126,08 119,08
2014

Triwulan I 109,16 111,25 108,80 109,10 108,00 105,49 103,66 110,65


Triwulan II 109,71 111,33 109,77 109,58 108,46 107,25 103,72 111,33
Triwulan III 111,72 114,94 112,34 111,74 110,06 108,51 105,35 111,29
Triwulan IV 116,89 125,03 114,11 114,88 110,82 109,25 105,45 121,49
2015
Triwulan I 116,94 125,83 115,15 117,40 114,32 112,29 105,70 115,08
Triwulan II 118,55 128,30 116,95 118,18 113,74 113,18 106,16 118,01
Triwulan III 121,06 133,46 119,33 118,99 117,71 114,24 108,12 119,30
Triwulan IV 122,13 136,01 120,36 119,63 117,48 114,73 108,16 120,29
2016
Triwulan I 123,62 141,22 121,28 121,08 119,52 115,87 108,29 118,70
Triwulan II 123,65 140,14 123,09 121,43 120,97 116,73 108,39 117,11
Triwulan III 124,78 142,15 124,12 122,12 121,39 117,10 108,96 118,73
Triwulan IV 125,71 144,66 124,73 122,94 120,97 117,78 109,05 119,24
2017
Triwulan I 127,84 146,78 126,47 125,35 121,77 119,05 109,17 122,99
Triwulan II 129,20 147,41 127,67 128,53 123,45 119,49 109,27 123,52
Triwulan III 129,98 147,20 128,79 128,89 124,55 120,61 113,57 124,03
Triwulan IV 131,29 149,41 129,34 130,41 126,61 121,74 113,69 125,03
2018
Triwulan I 132,57 154,46 130,40 131,06 126,58 122,41 113,88 124,16
Triwulan II 134,55 158,86 132,22 131,59 128,75 123,55 114,35 125,92
Triwulan III 134,00 155,17 133,18 131,98 128,03 123,99 114,73 125,91
Triwulan IV 135,89 157,15 133,56 132,49 128,89 125,08 115,11 132,00
2019
Triwulan I 136,65 157,80 134,93 133,35 129,98 126,29 115,45 132,37
Sumber: BPS, diolah

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK


2016 2017 2018 2019
Kota Inflasi 2016 2017 2018
I II III IV I II III IV I II III IV I
Makassar 124,40 124,16 125,50 126,44 126,44 128,69 129,79 130,61 132,10 132,10 133,28 135,21 134,60 136,70 136,70 137,68
Palopo 121,60 122,65 123,02 123,78 123,78 125,56 127,41 127,48 128,67 128,67 130,86 133,43 133,08 134,06 134,06 133,99
Parepare 119,77 120,53 120,52 122,09 122,09 122,84 124,60 125,44 126,28 126,28 126,87 128,08 129,54 128,76 128,76 129,41
Bone (Watampone) 118,27 119,46 120,08 120,27 120,27 122,81 126,06 126,73 126,93 126,93 128,87 131,76 132,24 132,88 132,88 131,83
Bulukumba** 127,18 128,21 129,02 130,24 130,24 132,34 134,85 136,31 136,31 136,31 138,72 140,64 140,66 141,56 141,56 142,30

Sumber: BPS, diolah

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK
2016 2017 2018 2019
Kota Inflasi 2016 2017 2018
I II III IV I II III IV I II III IV I
Makassar 6,38 4,63 3,36 3,18 3,18 3,45 4,53 4,07 4,48 4,48 3,57 4,18 3,02 3,48 3,48 3,30
Palopo 4,47 4,05 3,07 2,74 2,74 3,26 3,88 3,63 3,95 3,95 4,22 4,72 4,39 4,19 4,19 2,39
Parepare 3,82 2,12 1,56 2,11 2,11 2,56 3,38 4,08 3,43 3,43 3,28 2,79 1,55 1,96 1,96 2,00
Bone (Watampone) 1,94 2,67 2,02 1,50 1,50 3,84 5,52 5,54 5,54 5,54 4,93 4,52 4,35 4,69 4,69 2,30
Bulukumba** 2,16 2,12 0,84 1,48 1,48 4,06 5,18 5,65 4,66 4,66 4,82 4,29 3,19 3,85 3,85 2,58
Sumber: BPS, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 71
LAMPIRAN

C. Perbankan
Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)
DPK KREDIT
Periode LDR
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
2013
Tri wul a n I 7.770 29.321 15.211 52.302 25.980 12.232 30.158 68.371 130,72%
Tri wul a n II 8.092 30.068 15.297 53.457 26.659 14.486 31.793 72.937 136,44%
Tri wul a n III 9.221 32.076 16.062 57.359 26.160 15.769 33.085 75.014 130,78%
Tri wul a n IV 7.845 35.007 17.592 60.444 27.231 14.494 33.663 75.388 124,72%
2014
Tri wul a n I 7.990 32.446 17.726 58.162 27.257 14.642 33.974 75.874 130,45%
Tri wul a n II 9.730 33.168 18.504 61.402 29.062 15.467 34.807 79.336 129,21%
Tri wul a n III 9.693 34.828 19.819 64.339 29.847 15.457 35.159 80.463 125,06%
Tri wul a n IV 7.995 37.428 20.690 66.112 31.442 16.241 35.877 83.560 126,39%
2015
Tri wul a n I 10.154 34.147 22.118 66.420 32.776 16.482 36.045 85.304 128,43%
Tri wul a n II 11.820 34.881 22.166 68.867 34.627 16.500 36.436 87.563 127,15%
Tri wul a n III 12.471 37.491 22.472 72.433 34.876 17.476 37.558 89.911 124,13%
Tri wul a n IV 13.165 42.211 23.091 78.467 36.730 20.538 37.713 94.982 121,05%
2016
Tri wul a n I 12.894 38.589 26.859 78.342 37.510 20.041 38.759 96.310 122,94%
Tri wul a n II 12.203 42.611 27.283 82.097 39.518 20.796 41.303 101.617 123,78%
Tri wul a n III 11.802 41.800 28.423 82.025 39.653 20.204 42.917 102.774 125,30%
Tri wul a n IV 10.388 44.994 27.014 82.396 39.952 20.221 43.718 103.890 126,09%
2017
Tri wul a n I 12.434 41.400 28.057 81.891 40.620 19.830 44.347 104.798 127,97%
Tri wul a n II 12.532 43.973 28.726 85.232 42.311 19.946 45.898 108.154 126,89%
Tri wul a n III 11.995 44.899 28.138 85.032 42.853 19.358 47.047 109.258 128,49%
Tri wul a n IV 10.726 50.161 26.434 87.322 44.569 19.842 48.717 113.129 129,55%
2018
Tri wul a n I 12.013 47.160 26.210 85.383 43.939 20.251 49.910 114.101 133,63%
Tri wul a n II 12.447 48.402 26.946 87.794 44.528 20.915 49.767 115.210 131,23%
Tri wul a n III 12.669 49.043 28.619 90.331 45.324 20.012 50.929 116.265 128,71%
Tri wul a n IV 11.324 53.314 28.175 92.813.524 45.756 20.022 52.139 117.917 127,05%
2019
Tri wul a n I 13.089 49.803 29.474 92.366 44.943 21.021 52.766 118.731 128,54%

Tabel C.2. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Proyek Pelapor) dan Kredit (Lokasi Proyek) Bank Umum (Rp Miliar)
DPK KREDIT
Periode LDR
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
2013
Triwulan I 7.759 29.206 15.182 52.147 28.671 12.725 30.622 72.019 138,11%
Triwulan II 8.086 29.942 15.271 53.299 27.484 17.402 32.197 77.083 144,62%
Triwulan III 9.211 31.943 16.050 57.204 27.822 18.289 33.503 79.613 139,17%
Triwulan IV 7.836 34.840 17.563 60.239 29.217 17.089 34.203 80.509 133,65%
2014
Triwulan I 7.984 32.314 17.705 58.003 28.996 17.088 34.752 80.836 139,37%
Triwulan II 9.714 33.024 18.489 61.226 31.057 17.232 35.865 84.154 137,45%
Triwulan III 9.681 34.652 19.797 64.131 31.697 18.030 36.523 86.250 134,49%
Triwulan IV 7.975 37.212 20.661 65.849 33.125 18.632 37.195 88.952 126,39%
2015
Triwulan I 10.125 33.960 22.093 66.178 34.244 19.119 37.404 90.768 128,43%
Triwulan II 11.807 34.683 22.145 68.635 37.014 19.431 37.954 94.399 137,54%
Triwulan III 12.454 37.256 22.416 72.126 37.017 19.865 39.137 96.019 133,13%
Triwulan IV 13.150 41.907 23.019 78.076 38.556 22.774 39.933 101.263 129,70%
2016
Triwulan I 12.881 38.342 26.778 78.002 38.920 22.507 40.853 102.280 131,13%
Triwulan II 12.178 42.311 27.185 81.674 40.809 23.420 43.398 107.627 131,78%
Triwulan III 11.788 41.544 28.309 81.640 40.590 22.771 45.040 108.401 132,78%
Triwulan IV 10.376 44.678 26.917 81.971 40.842 23.079 45.802 109.723 133,86%
2017
Triwulan I 12.420 41.157 27.959 81.536 41.856 23.597 46.327 111.780 137,09%
Triwulan II 12.519 43.702 28.632 84.852 43.281 23.931 47.945 115.158 135,72%
Triwulan III 11.981 44.658 28.037 84.675 43.853 24.455 49.125 117.433 138,69%
Triwulan IV 10.649 49.842 26.318 86.809 45.317 23.660 50.795 119.771 137,97%
2018
Triwulan I 11.961 46.884 26.078 84.924 44.925 24.428 51.945 121.298 142,83%
Triwulan II 12.428 48.117 26.807 87.352 46.954 27.322 51.985 126.261 144,54%
Triwulan III 12.640 48.777 28.461 89.878 47.927 25.306 53.021 126.255 140,47%
Triwulan IV 11.305 53.045 27.955 92.305 49.346 25.993 54.281 129.620 140,43%
2019
Triwulan I 13.062 49.570 29.263 91.896 48.471 27.007 54.818 130.296 141,79%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
72 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Tabel C.3. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Kredit (Lokasi Bank)
Periode Industri Listrik, Gas, Jasa Dunia Jasa Sosial Total
Pertanian Tambang Konstruksi Perdagangan Angkutan Lain-lain
Pengolahan dan Air Usaha Masyarakat

2013
Tri wul a n I 1.403 447 5.335 133 2.565 19.933 2.631 3.240 1.619 31.065 68.371
Tri wul a n II 1.396 449 5.579 116 2.780 22.957 2.763 3.433 1.650 31.814 72.937
Tri wul a n III 1.385 444 5.631 121 2.966 23.360 2.864 3.414 1.733 33.096 75.014
Tri wul a n IV 1.400 397 4.186 191 3.034 24.132 2.923 3.550 1.780 33.794 75.388
2014
Tri wul a n I 1.405 377 3.918 218 3.043 24.334 2.960 3.747 1.828 34.043 75.874
Tri wul a n II 1.499 560 4.210 245 3.666 25.587 2.950 3.598 1.968 35.053 79.336
Tri wul a n III 1.435 537 4.283 232 4.173 25.748 2.951 3.581 2.115 35.408 80.463
Tri wul a n IV 1.506 509 4.747 350 4.366 27.033 2.820 3.662 2.340 36.226 83.560
2015
Tri wul a n I 1.630 427 5.035 382 4.746 27.920 2.782 3.733 2.473 36.174 85.304
Tri wul a n II 1.788 390 5.109 413 4.902 29.003 2.693 4.037 2.681 36.547 87.563
Tri wul a n III 2.303 383 5.304 398 5.417 29.373 2.672 4.024 2.388 37.648 89.911
Tri wul a n IV 2.461 410 7.487 379 5.491 31.424 2.781 4.221 2.549 37.777 94.982
2016
Tri wul a n I 2.681 430 7.239 306 5.483 31.959 2.824 4.117 2.462 38.809 96.310
Tri wul a n II 2.933 399 7.993 277 5.977 33.268 2.738 4.085 2.587 41.359 101.617
Tri wul a n III 2.998 372 8.104 267 6.305 32.431 2.730 4.234 2.392 42.941 102.774
Tri wul a n IV 3.280 336 7.582 248 6.698 32.555 2.627 4.278 2.518 43.767 103.890
2017
Tri wul a n I 3.279 340 7.494 255 6.305 32.970 2.420 4.715 2.640 44.378 104.798
Tri wul a n II 3.514 333 7.555 222 6.602 33.787 2.508 4.889 2.819 45.926 108.154
Tri wul a n III 3.748 326 6.830 160 6.810 33.836 2.525 5.056 2.891 47.076 109.258
Tri wul a n IV 4.386 303 7.015 159 6.805 34.343 2.698 5.659 3.014 48.747 113.128
2018
Tri wul a n I 4.533 308 6.979 147 6.574 34.104 3.064 5.569 2.883 49.937 114.101
Tri wul a n II 4.748 311 6.991 182 6.828 34.578 3.190 5.632 2.971 49.778 115.210
Tri wul a n III 4.966 325 7.524 200 6.999 34.617 1.996 5.652 3.048 50.939 116.265
Tri wul a n IV 5.232 381 7.413 230 6.047 35.435 2.115 5.685 3.224 52.155 117.917
2019
Tri wul a n I 5.343 452 7.413 220 5.786 35.688 2.223 5.418 3.414 52.773 118.731

Tabel C.4. Penyaluran Kredit (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Kredit (Lokasi Proyek)
Periode Industri Listrik, Gas, Jasa Dunia Jasa Sosial Total
Pertanian Tambang Konstruksi Perdagangan Angkutan Lain-lain
Pengolahan dan Air Usaha Masyarakat

2013
Tri wul a n I 1.373 590 6.116 996 3.835 20.344 2.317 3.446 1.479 31.523 72.019
Tri wul a n II 1.356 584 5.570 1.357 4.043 23.549 2.379 4.511 1.515 32.219 77.083
Tri wul a n III 1.354 599 5.720 1.484 4.405 24.050 2.459 4.289 1.740 33.513 79.613
Tri wul a n IV 1.374 611 4.314 1.579 4.231 25.010 2.600 4.656 1.800 34.334 80.509
2014
Tri wul a n I 1.388 586 4.063 1.554 4.175 25.246 2.522 4.613 1.867 34.821 80.836
Tri wul a n II 1.510 555 4.592 1.031 4.564 26.941 2.584 4.374 1.890 36.112 84.154
Tri wul a n III 1.454 543 5.153 1.886 4.968 26.883 2.517 4.043 2.031 36.772 86.250
Tri wul a n IV 1.530 470 5.501 2.022 5.169 28.161 2.420 3.976 2.160 37.544 88.952
2015
Tri wul a n I 1.675 401 5.830 2.093 5.596 28.761 2.407 4.046 2.425 37.532 90.768
Tri wul a n II 1.779 411 6.487 2.340 5.761 30.356 2.343 4.249 2.610 38.063 94.399
Tri wul a n III 1.837 376 6.226 2.436 6.259 30.678 2.381 4.187 2.409 39.228 96.019
Tri wul a n IV 2.173 400 8.460 2.572 6.346 31.985 2.442 4.409 2.480 39.996 101.263
2016
Tri wul a n I 2.368 407 7.984 2.290 6.262 32.480 2.501 4.637 2.449 40.902 102.280
Tri wul a n II 2.616 431 8.674 2.149 6.363 34.128 2.433 4.804 2.574 43.456 107.627
Tri wul a n III 2.592 402 8.398 2.203 6.496 33.399 2.414 5.022 2.412 45.064 108.401
Tri wul a n IV 2.852 390 8.039 2.239 6.522 33.784 2.314 5.165 2.567 45.851 109.723
2017
Tri wul a n I 2.858 397 7.844 2.835 6.629 34.449 2.152 5.570 2.690 46.358 111.780
Tri wul a n II 3.110 381 8.145 2.823 6.812 35.080 2.224 5.725 2.882 47.976 115.158
Tri wul a n III 3.415 374 7.472 4.373 6.625 35.244 2.269 5.550 2.957 49.155 117.433
Tri wul a n IV 3.604 343 7.357 3.142 7.098 35.670 2.535 6.127 3.069 50.824 119.771
2018
Tri wul a n I 3.749 433 7.442 3.297 6.816 35.633 2.875 6.102 2.976 51.970 121.298
Tri wul a n II 3.909 443 7.670 5.595 8.038 35.960 3.070 6.497 3.082 51.996 126.261
Tri wul a n III 4.095 450 8.623 4.447 8.298 36.250 1.821 6.255 2.983 53.031 126.255
Tri wul a n IV 4.434 565 9.107 4.549 7.909 36.937 1.982 6.676 3.165 54.295 129.620
2019
Tri wul a n I 4.575 583 9.178 4.783 Kajian Ekonomi
7.647 37.083 dan Keuangan
2.087 Regional
6.206 Provinsi Sulawesi54.824
3.330 Selatan| Periode
130.296 Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 73
LAMPIRAN

Tabel C.5. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Bank)
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Umum
Periode Modal Modal Modal Modal
Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi
Kerja Kerja Kerja Kerja
2013
Tri wul a n I 12,56 10,74 12,20 12,31 12,89 14,04 7,21 8,21 23,67 12,40 12,05 12,85
Tri wul a n II 12,77 10,57 12,12 12,01 12,71 13,89 8,12 8,37 20,92 12,38 11,65 12,74
Tri wul a n III 12,94 10,79 12,11 12,72 12,99 13,83 9,14 9,16 21,14 12,80 12,02 12,72
Tri wul a n IV 13,00 11,08 12,18 13,04 13,53 13,91 10,20 10,06 20,92 12,99 12,57 12,78
2014
Tri wul a n I 13,10 11,15 12,24 13,23 13,67 14,06 10,49 10,68 22,14 13,13 12,71 12,86
Tri wul a n II 13,26 11,44 12,41 13,51 13,53 14,05 10,08 10,72 22,94 13,33 12,75 12,97
Tri wul a n III 13,48 11,61 12,44 13,62 13,53 14,10 10,26 10,81 23,49 13,50 12,81 13,00
Tri wul a n IV 13,46 11,57 12,61 13,48 13,78 14,17 10,77 11,14 23,13 13,44 12,93 13,13
2015
Tri wul a n I 13,81 12,12 11,45 14,04 15,29 14,74 10,03 11,38 23,11 13,25 13,13 13,59
Tri wul a n II 13,42 10,40 13,00 12,91 13,75 14,61 6,83 9,64 28,49 12,98 12,14 13,61
Tri wul a n III 13,28 10,26 13,22 13,01 13,69 14,62 8,84 11,46 28,73 13,09 12,00 13,76
Tri wul a n IV 12,95 9,53 13,31 12,86 13,34 14,72 9,52 11,89 28,40 12,86 11,30 13,82
2016
Tri wul a n I 12,36 10,15 13,22 13,13 13,70 14,41 8,74 10,63 22,34 12,67 12,00 13,57
Tri wul a n II 11,91 10,01 12,90 12,85 13,54 14,28 8,47 11,44 23,74 12,29 11,77 13,28
Tri wul a n III 11,58 9,65 12,51 12,73 13,29 14,19 8,55 11,73 21,90 12,07 11,55 13,18
Tri wul a n IV 11,33 9,36 12,44 12,66 13,20 14,05 8,50 11,71 10,30 11,89 11,36 13,08
2017
Tri wul a n I 11,09 9,08 12,34 12,14 12,76 13,79 8,64 11,61 9,91 11,56 10,99 12,93
Tri wul a n II 11,10 9,45 12,23 12,02 12,49 13,51 8,52 11,59 12,38 11,50 11,04 12,73
Tri wul a n III 10,99 9,28 12,02 11,75 12,07 13,29 8,82 11,18 12,44 11,31 10,77 12,53
Tri wul a n IV 11,00 9,43 11,96 11,37 11,88 13,13 8,03 11,01 10,89 11,13 10,51 12,26
2018
Tri wul a n I 10,82 9,28 11,82 11,21 11,63 12,94 8,47 10,92 10,26 10,96 10,29 12,10
Tri wul a n II 10,45 9,31 11,82 11,15 11,47 12,80 8,35 10,89 9,79 10,76 10,22 12,06
Tri wul a n III 10,22 9,36 11,58 11,01 11,26 12,54 8,18 11,10 10,10 10,50 10,16 11,82
Tri wul a n IV 10,40 9,82 11,40 10,97 11,23 12,46 9,19 11,13 10,21 10,60 10,42 11,66
2019
Tri wul a n I 10,49 9,48 11,30 11,17 11,13 12,43 8,50 10,93 10,14 10,73 10,14 11,58

Tabel C.6. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Proyek)
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Umum
Periode Modal Modal Modal Modal
Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi
Kerja Kerja Kerja Kerja
2012
Tri wul a n I 13,04 9,94 13,01 12,92 13,14 14,34 8,28 10,28 22,85 12,93 11,76 13,57
Tri wul a n II 12,86 9,78 12,93 12,45 13,21 13,87 8,10 9,89 23,69 12,63 11,65 13,36
Tri wul a n III 12,71 9,62 12,55 12,40 13,01 14,02 8,56 9,57 23,59 12,54 11,47 13,15
Tri wul a n IV 12,24 10,88 12,44 11,99 12,97 13,84 8,11 8,42 23,30 12,11 12,09 13,00
2013
Tri wul a n I 12,16 10,65 12,38 12,07 12,80 14,13 6,71 8,40 22,74 12,05 11,94 13,03
Tri wul a n II 12,66 10,25 12,25 11,74 12,58 13,93 6,76 8,47 21,41 12,16 11,32 12,86
Tri wul a n III 12,81 10,32 12,26 12,54 12,85 13,81 7,29 9,24 20,90 12,56 11,55 12,83
Tri wul a n IV 12,93 10,45 12,35 12,92 13,43 13,80 6,79 10,11 20,93 12,77 12,00 12,88
2014
Tri wul a n I 13,03 10,53 12,42 13,11 13,59 13,97 9,30 10,71 21,87 13,03 12,19 12,99
Tri wul a n II 13,15 10,76 12,63 13,34 13,68 14,11 7,68 10,73 22,62 13,13 12,31 13,17
Tri wul a n III 13,36 10,50 12,70 13,50 13,72 14,19 6,50 10,81 26,08 13,23 12,15 13,28
Tri wul a n IV 13,37 10,37 12,90 13,15 13,76 14,29 7,20 11,14 26,76 13,13 12,13 13,45
2015
Tri wul a n I 13,39 10,34 12,86 13,17 13,74 14,44 7,13 11,10 27,50 13,13 12,11 13,46
Tri wul a n II 13,43 10,39 13,00 12,91 13,76 14,61 6,83 9,64 28,49 12,98 12,15 13,61
Tri wul a n III 13,29 10,25 13,22 13,01 13,70 14,62 8,84 11,46 28,73 13,09 12,00 13,76
Tri wul a n IV 12,96 9,51 13,31 12,86 13,35 14,72 9,52 11,89 28,40 12,86 11,29 13,82
2016
Tri wul a n I 12,30 9,54 13,46 12,94 13,51 14,65 8,76 10,63 28,18 12,56 11,37 13,89
Tri wul a n II 11,88 9,46 13,13 12,63 13,21 14,56 6,08 11,44 28,48 12,16 11,16 13,60
Tri wul a n III 11,54 9,15 12,83 12,56 13,04 14,39 5,74 11,73 26,35 11,95 11,03 13,47
Tri wul a n IV 11,31 8,96 12,77 12,63 12,80 14,30 7,27 11,71 24,08 11,88 10,81 13,38
2017
Tri wul a n I 11,08 8,75 12,68 12,09 12,33 14,07 8,75 11,61 22,50 11,54 10,44 13,25
Tri wul a n II 11,08 8,81 12,50 11,90 12,01 13,79 6,03 11,59 20,23 11,40 10,36 13,00
Tri wul a n III 10,96 8,29 12,29 11,66 11,68 13,36 4,73 10,20 19,56 11,20 9,91 12,73
Tri wul a n IV 10,98 8,77 12,16 11,34 11,50 13,13 7,88 9,58 17,67 11,11 9,94 12,44
2018
Tri wul a n I 10,77 8,67 12,01 11,15 11,27 12,94 7,28 7,21 16,94 10,91 9,74 12,28
Tri wul a n II 10,47 8,66 12,03 11,11 11,23 12,83 6,46 7,33 17,96 10,70 9,66 12,27
Tri wul a n III 10,17 8,53 11,79 10,98 11,31 12,47 5,09 7,20 17,08 10,42 9,59 11,99
Kajian Ekonomi dan Keuangan8,89
10,34 Regional11,62
Provinsi Sulawesi
10,77 Selatan
10,95| Periode Mei 2019
12,44 7,24 6,76 16,64 10,49 9,71 11,85
742019 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
Tri wul a n I 10,43 8,70 11,52 10,92 10,82 12,33 7,10 6,72 15,89 10,59 9,51 11,75
LAMPIRAN

D. Ekspor dan Impor

Tabel D.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)

2017 2018 2019


Komoditas Ekspor Utama Pangsa Pangsa
Pangsa Growth (yoy)
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 2017 Q1 Q2 Q3 Q4 Pasar Q1 Pasar
Pasar
1 Nikel 143,94 147,94 156,82 180,63 629,33 53,22% 170,45 204,16 204,98 197,31 47,92% 126,43 41,66% -25,83%
2 Ikan dan Udang 28,76 32,00 32,81 34,54 128,10 10,83% 30,42 27,27 36,92 42,89 10,42% 32,15 10,59% 5,69%
3 Biji Coklat dan Coklat Olahan 24,83 22,25 36,51 30,06 113,66 9,61% 16,74 17,05 25,79 31,89 7,75% 25,94 8,55% 54,91%
4 Biji-bijian berminyak dan Obat 13,80 13,06 16,06 26,46 69,38 5,87% 18,35 24,64 29,57 24,33 5,91% 20,54 6,77% 11,91%
5 Buah-Buahan 16,32 12,43 12,11 17,62 58,49 4,95% 15,12 9,25 12,49 17,40 4,23% 18,05 5,95% 19,38%
6 Besi dan Baja - - 0,94 - 0,94 0,08% - - 0,90 8,13 1,98% 16,91 5,57% 0,00%
7 Garam, belerang, kapur 5,08 8,84 9,73 9,05 32,70 2,77% 8,75 16,54 12,00 18,35 4,46% 14,79 4,87% 69,01%
8 Lak, Getah dan Damar 0,99 0,52 1,60 1,96 5,08 0,43% 0,72 5,04 9,72 16,40 3,98% 13,66 4,50% 1801,26%
9 Daging dan Ikan Olahan 4,85 5,74 14,83 10,54 35,97 3,04% 6,52 8,07 14,19 10,71 2,60% 8,83 2,91% 35,33%
10 Kayu, Barang dari Kayu 11,01 11,66 8,84 16,77 48,27 4,08% 13,51 14,71 14,81 19,50 4,74% 8,04 2,65% -40,47%
11 Lainnya 11,54 12,86 17,03 19,18 60,61 5,13% 22,39 23,57 22,27 24,85 6,04% 18,14 5,98% -18,96%
Nilai Ekspor Sulsel 261,13 267,31 307,30 346,80 1.182,54 100,00% 302,99 350,29 383,65 411,77 100,00% 303,49 100,00% 0,17%

Sumber: Bea Cukai, diolah


Ket: 10 besar komoditas ekspor sepanjang triwulan I 2019

Tabel D.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)
2017 2018 2019
NEGARA TUJUAN EKSPOR Pangsa
Pangsa
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Pasar
Pasar
1 Jepang 154,28 160,31 172,78 198,25 685,62 57,98% 183,55 217,31 223,34 214,25 139,19 45,87%
2 Tiongkok 16,42 16,67 29,14 33,75 95,98 8,12% 22,29 33,74 46,21 50,07 52,96 17,45%
3 Amerika Serikat 31,36 29,58 34,64 36,87 132,45 11,20% 26,79 26,08 36,16 50,71 31,68 10,44%
4 Malaysia 16,40 18,99 15,41 17,04 67,83 5,74% 12,99 8,40 11,50 16,68 17,53 5,78%
5 Australia 3,10 3,69 7,56 3,14 17,49 1,48% 7,70 7,60 8,29 8,84 10,92 3,60%
6 Vietnam 7,62 5,57 6,87 12,12 32,17 2,72% 9,65 6,56 3,46 10,83 7,25 2,39%
7 Korea Selatan 2,83 2,02 7,04 6,72 18,61 1,57% 5,47 6,04 5,87 8,69 6,04 1,99%
8 Jerman 2,85 2,49 3,60 4,15 13,09 1,11% 3,57 1,85 3,82 2,82 4,93 1,62%
9 Taiwan 1,57 2,71 4,02 2,22 10,51 0,89% 1,56 1,53 3,95 5,00 4,57 1,51%
10 Singapura 1,32 1,93 1,95 1,88 7,08 0,60% 2,35 2,79 3,10 4,32 2,96 0,98%
11 Lainnya 23,37 23,36 24,29 30,66 101,68 8,60% 27,09 38,39 37,95 39,55 25,41 8,37%
Nilai Ekspor Sulsel 261,13 267,31 307,30 346,80 1.182,54 100,00% 302,99 350,29 383,65 411,77 303,45 100,00%
Sumber: Bea Cukai, diolah
Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang triwulan I 2019

Tabel D.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)
2016 2017 2018 2019
Komoditas Impor Utama Pangsa
Pangsa Pangsa
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 2017 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Pasar
Pasar Pasar
1 Gandum 35,84 37,99 31,65 38,25 143,73 19,06% 38,27 26,97 40,34 38,67 144,24 17,39% 33,65 25,07 44,07 28,53 45,78 27,31%
2 Gula dan Kembang Gula 0,19 0,26 0,54 0,70 1,68 0,22% 0,83 30,70 39,70 33,02 104,25 12,57% 22,62 53,29 28,28 35,50 19,28 11,50%
3 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 35,07 51,66 41,10 75,79 203,62 27,01% 60,89 42,91 21,54 14,17 139,51 16,82% 20,08 17,55 12,58 17,81 18,61 11,10%
4 Plastik dan Barang dari plastik 0,36 0,84 2,67 1,73 5,61 0,74% 0,56 0,90 1,43 1,88 4,76 0,57% 0,82 1,42 2,14 3,12 16,36 9,76%
5 Sisa Industri Makanan 13,57 15,38 23,50 15,69 68,14 9,04% 13,00 21,65 17,28 23,38 75,30 9,08% 16,93 30,46 28,18 27,53 14,12 8,42%
6 Kendaraan dan Bagiannya 0,09 0,11 1,63 0,28 2,12 0,28% 0,11 0,17 0,34 0,46 1,07 0,13% 0,06 4,63 0,72 0,05 13,18 7,86%
7 Produk Keramik 4,06 3,08 2,17 3,61 12,92 1,71% 4,15 3,91 5,77 4,71 18,54 2,24% 5,88 3,79 6,63 2,88 6,76 4,03%
8 Biji Coklat dan Coklat Olahan 1,80 2,02 6,25 4,18 14,25 1,89% 3,36 3,90 5,09 0,70 13,04 1,57% 0,48 4,57 3,37 4,55 5,41 3,23%
9 Bahan Kimia anorganik 3,35 2,13 0,07 2,39 7,93 1,05% 0,14 2,53 3,15 4,08 9,90 1,19% 0,40 3,82 5,07 0,60 5,34 3,18%
10 Mesin dan Peralatan Listrik 1,62 1,14 5,84 53,19 61,79 8,20% 37,86 16,43 43,84 35,69 133,82 16,13% 34,19 38,29 6,86 9,40 4,45 2,65%
11 Lainnya 26,72 95,96 34,71 74,81 232,20 30,80% 41,78 60,10 51,13 32,12 185,13 22,32% 29,31 32,24 30,03 51,54 18,35 10,95%
Nilai Nilai Impor Sulsel 122,68 210,55 150,13 270,62 753,98 100,00% 200,95 210,17 229,61 188,86 829,58 100,00% 164,42 215,14 167,94 181,50 167,63 100,00%
Sumber: Bea Cukai, diolah
Ket: 10 besar komoditas impor sepanjang triwulan I 2019

Tabel D.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 75
LAMPIRAN

2017 2018 2019


NEGARA ASAL IMPOR
Pangsa Pangsa
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Pasar Pasar
1 Argentina 10,87 17,93 15,49 20,54 64,83 7,81% 16,37 19,92 25,19 24,25 33,45 19,95%
2 Tiongkok 126,89 74,32 34,05 49,78 285,05 34,36% 27,75 29,58 38,55 47,07 29,71 17,72%
3 Singapura 1,06 31,07 14,65 37,80 84,57 10,19% 24,49 48,96 22,68 11,37 24,23 14,45%
4 India 0,66 3,59 0,17 0,50 4,92 0,59% 0,79 5,17 0,27 0,22 18,16 10,83%
5 Kanada 9,15 12,43 8,38 18,02 47,98 5,78% 8,38 7,20 8,85 6,60 15,63 9,32%
6 Italia 0,02 0,00 0,00 0,50 0,53 0,06% 0,17 0,00 0,02 2,82 12,58 7,51%
7 Rusia 7,43 29,78 0,45 5,72 43,38 5,23% 1,97 4,81 1,34 15,00 8,83 5,26%
8 Amerika Serikat 10,08 5,87 13,08 2,84 31,87 3,84% 11,56 3,18 2,38 6,90 4,52 2,70%
9 Malaysia 2,95 2,69 3,80 0,92 10,36 1,25% 5,66 3,79 3,89 4,40 4,47 2,66%
10 Pantai Gading - 1,68 0,67 - 2,35 0,28% - 1,07 2,50 - 4,03 2,40%
11 Lainnya 31,82 30,81 138,88 52,23 253,74 30,59% 67,26 91,46 62,26 62,86 12,04 7,18%
Nilai ImporNilai
Sulsel
Impor Sulsel 200,95 210,17 229,61 188,86 829,58 100,00% 164,42 215,14 167,94 181,50 167,63 100,00%
Sumber: Bea Cukai, diolah
Ket: 10 besar negara impor sepanjang triwulan I 2019

E. Sistem Pembayaran

Tabel E.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)

Jumlah yoy
Periode
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 5,30 2,35 2,95 20,16% 36,73% 9,61%
II 4,07 3,83 0,24 25,78% 32,72% -31,43%
2014
III 5,56 5,64 -0,08 14,19% 6,17% -82,13%
IV 4,31 4,10 0,21 5,51% -1,49% -358,75%
2014 19,24 15,91 3,32 15,94% 13,10% 31,83%
I 6,18 2,26 3,93 16,72% -3,70% 32,93%
II 3,83 4,06 -0,22 -5,81% 5,97% -193,72%
2015
III 5,70 5,99 -0,29 2,55% 6,24% 265,41%
IV 3,83 3,96 -0,12 -10,96% -3,43% -159,93%
2015 19,55 16,27 3,29 1,66% 2,22% -0,99%
I 6,51 1,49 5,02 5,20% -34,03% 27,76%
II 3,47 5,02 -1,55 -9,55% 23,64% 589,17%
2016
III 6,55 2,59 3,96 14,83% -56,85% -1473,25%
IV 4,29 2,08 2,21 12,03% -47,43% -1884,56%
2016 20,82 11,17 9,64 6,46% -31,31% 193,23%
I 4,57 1,29 3,28 -29,73% -13,45% -34,56%
II 3,34 3,18 0,16 -3,56% -36,60% -110,48%
2017
III 5,58 2,10 3,48 -14,84% -18,76% -12,28%
IV 3,68 1,99 1,69 -14,34% -4,24% -23,83%
2017 17,17 8,56 8,61 -17,51% -23,36% -10,74%
I 5,80 2,25 3,55 26,94% 74,78% 8,16%
II 5,44 6,08 -0,64 62,72% 91,15% -493,93%
2018
III 5,63 6,23 -0,61 0,92% 196,53% -117,54%
IV 4,97 4,81 0,15 35,04% 141,62% -90,87%
2018 21,84 19,38 2,45 27,19% 126,28% -71,49%
2019 I 6,49 2,49 4,00 11,82% 10,45% 12,69%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
76 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Tabel E.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Juta)
Jumlah yoy
Periode
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 144,0 2198,6 -2054,6 388,7% 685,7% 720,6%
II 39,5 3221,8 -3182,3 -47,7% 314,3% 353,2%
2014
III 227,8 3928,2 -3700,4 186,1% 295,8% 305,3%
IV 13,3 2072,4 -2059,1 -86,8% -21,1% -18,5%
2014 424,6 11421,0 -10996,4 48,9% 144,2% 150,4%
I 3,5 1738,0 -1734,5 -97,5% -20,9% -15,6%
II 5,3 3660,0 -3654,7 -86,5% 13,6% 14,8%
2015
III 34,4 2019,3 -1985,0 -84,9% -48,6% -46,4%
IV 2,7 5836,8 -5834,1 -79,9% 181,6% 183,3%
2015 45,9 13254,2 -13208,3 -89,2% 16,1% 20,1%
I 2,0 4449,5 -4447,4 -43,0% 156,0% 156,4%
II 3,1 6433,7 -6430,6 -41,5% 75,8% 76,0%
2016
III 55,5 3542,0 -3486,5 61,4% 75,4% 75,6%
IV 63,1 3982,5 -3919,4 2266,1% -31,8% -32,8%
2016 123,7 18407,7 -18284,0 169,5% 38,9% 38,4%
I 112,1 3401,4 -3289,4 5442,6% -23,6% -26,0%
II 10,8 3852,0 -3841,2 247,7% -40,1% -40,3%
2017
III 0,9 2859,0 -2858,1 -98,4% -19,3% -18,0%
IV 0,0 3345,8 -3345,8 -100,0% -16,0% -14,6%
2017 123,8 13458,2 -13334,5 0,0% -26,9% -27,1%
I 1,0 2031,3 -2030,3 -99,1% -40,3% -38,3%
2018 II 5,4 4061,0 -4005,8 -50,4% 5,4% 4,3%
III 0,8 5106,0 -5105,3 -14,2% 78,6% 78,6%
IV 2,1 2314,7 -2312,5 0,0% -30,8% -30,9%
2018 9,3 13513,0 -13453,9 -92,5% 0,4% 0,9%
2019 I 18,86 5577,92 -5559,06 1733,8% 174,6% 173,8%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 77
LAMPIRAN

Tabel E.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Lembar & Rp Triliun)
Volume yoy
Periode Nilai (Rp Triliun)
(lembar) Volume Nilai
I 37.461 0,56 6,03% 12,16%
II 38.646 0,57 5,40% 12,54%
2012
III 39.105 0,58 0,67% 7,17%
IV 40.567 0,61 0,55% 6,02%
2012 155.779 2,31 3,04% 9,32%
I 36.457 0,56 -2,68% -0,13%
II 34.774 0,58 -10,02% 1,24%
2013
III 37.895 0,87 -3,09% 51,00%
IV 41.130 1,05 1,39% 73,51%
2013 150.256 3,06 -3,55% 32,30%
I 29.191 0,67 -19,93% 21,02%
II 28.625 0,64 -17,68% 10,62%
2014
III 30.355 0,68 -19,90% -22,79%
IV 32.940 0,81 -19,91% -23,34%
2014 121.111 2,79 -19,40% -8,70%
I 34.547 0,89 18,35% 31,93%
II 38.973 1,03 36,15% 61,26%
2015
III 53.395 1,62 75,90% 139,45%
IV 86.793 4,28 163,49% 431,65%
2015 213.708 7,81 76,46% 179,88%
I 132.841 8,92 284,52% 901,91%
II 151.191 10,50 287,94% 921,91%
2016
III 132.118 7,04 147,44% 335,36%
IV 146.241 7,28 68,49% 70,15%
2016 562.391 33,74 163,16% 331,75%
I 137.126 6,54 3,23% -26,66%
II 131.837 5,93 -12,80% -43,56%
2017
III 147.734 6,92 11,82% -1,64%
IV 158.824 7,35 8,60% 0,87%
2017 575.521 26,73 2,33% -20,76%
I 149.197 6,99 8,80% 6,87%
II 145.269 6,70 10,19% 13,14%
2018
III 132.236 5,56 -10,49% -19,68%
IV 139.697 6,16 -12,04% -16,12%
2018 566.399 25,42 -1,58% -4,93%
2019 I 122.837 5,68 -17,67% -18,67%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
78 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

H. Daftar Istilah
Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari
resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk
meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing,
dan risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan
2013-2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat
menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan
protocol tanggung jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,
atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang
pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 79
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,
dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar
keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-
through negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau
untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap
sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang
tanpa risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah
pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate Tata kelola yang baik


governance

Growth-supporting Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi


funding facility

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
kemiskinan

Indeks keparahan Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin


kemiskinan

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
80 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan
kelangsungan usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau
bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan
secara simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter

Pagu hutang / debt Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu
ceiling

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan
pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,
bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan
pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang
selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-
bank ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Mei 2019
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 81
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur
pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Mei 2019
82 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai