Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENGAKUAN PENDAPATAN PADA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

Studi Kasus pada Bank BNI

Oleh

Wibowo Prihardianto dan Iriyadi

Dosen Akademi Manajemen Kesatuan

ABSTRAK Selain meningkatnya jumlah bank syariah, pada


saat ini pula terjadi peningkatan kinerja oleh
Tujuan penelitan adalah untuk melihat dan beberapa bank syariah di Indonesia. Dalam harian
menganalisi masalah perbedaan pengakuan Kompas (Rabu, 1 Oktober 2003, 25) diberitakan
pendapatan antara Bank Syariah dengan Bank bahwa BNI Syariah terpilih sebagai The Most
Konvensional. Hasil penelitian menunjukkan Profitable Islamic Bank, Bank Syariah Mandiri
Perbedaan utama antara Bank Konvensional dengan terpilih sebagai The Fastest Growing Islamic
Bank Syariah, yaitu bahwa pada Bank Konvensional Banking, dan BII Syariah terpilih sebagai The Most
menerapkan sistem bunga bagi penerima pinjaman Inovative Islamic Bank. Pemeringkatan (rating) ini
(nasabah kredit) sedangkan Bank Syariah berdasarkan kinerja bank-bank syariah dan
menerapkan sistem bagi hasil. Perbedaan itulah perkembangannya pada semester I tahun 2003 yang
yang menjadi pembahasan utama skripsi ini. dilakukan oleh Majalah Modal (Ekonomi dan Bisnis
Perbedaan sistem bagi hasil dan sistem bunga yang Syariah) bekerja sama dengan Karim Business
dibahas pada skripsi ini, yaitu mengenai cara Consulting (KBC). Bahkan, pada saat ini akan
pengakuan maupun perhitungan pendapatan. Dalam dikembangkan suatu standar khusus untuk perbankan
pengakuan pendapatan bagi hasil pada Bank Syariah syariah semacam Basel Accord II yang pada waktu ini
berdasarkan pada keuntungan/kerugian nasabah diterapkan oleh bank konvensional. Menurut Deputi
sehingga dasar perhitungan besarnya bagi hasil juga Gubernur Bank Indonesia Maulana Ibrahim Basel
ditentukan oleh keuntungan nasabah dan Bank Accord II merupakan pedoman internasional yang
Syariah akan mengakui pendapatan tersebut secara berlaku bagi perbankan nasional dalam mengelola
kas. Pada Bank Konvensional pengakuan pendapatan resiko pasar nasional maupun internasional (Bisnis
diakui secara akrual dan tidak berdasarkan Indonesia, 3 Oktober 2003, B3). Apalagi setelah
keuntungan/kerugian, serta dasar perhitungan dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
bunga pula ditentukan oleh persentase tertentu dari pada tanggal 16 Desember 2003 bahwa bunga bank
total dana yang dipinjamkan kepada nasabah. itu haram menimbulkan dampak positif bagi
perbankan syariah seperti masyarakat semakin
Keywords: Manajemen Perbankan; Bank Syariah; gencar menanamkan dananya pada bank syariah
Bank Konvensional. sehingga semakin meningkatnya dana dari pihak
ketiga.
PENDAHULUAN
METODOLOGI PENELITIAN
Sistem perbankan di Indonesia beberapa tahun
yang lalu di dominasi oleh bank konvensional yang Pengumpulan data merupakan sisi penting dalam
tidak berdasarkan prinsip syariah (tidak sesuai rangka mendukung penyusunan skripsi ini. Oleh
dengan kaidah Islam). Namun, perubahan pandangan karena itu, metode yang digunakan dalam
terhadap bank syariah dan dampak dari krisis melakukan suatu penelitian haruslah sesuai dengan
moneter, banyak bank konvensional yang mendirikan penelitian itu sendiri agar menimbulkan suatu
divisi usaha syariah maupun pendirian bank umum kejadian yang berkesinambungan diantara keduanya
syariah itu sendiri. Awalnya, di Indonesia hanya tersebut.
memiliki satu bank umum syariah, walaupun Adapun cara atau metode penelitian yang
pendirian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) maupun dilakukan dalam laporan penelitian dengan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sudah ada, menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu
tetapi unit lembaga keuangan tersebut hanya suatu metode dalam rangka kegiatan pengumpulan
melakukan aktivitas perbankan dengan lingkup yang data yang bertujuan untuk menguji hipotesis atau
masih sempit. Akhirnya, sekitar tahun 1999 di menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan
Indonesia mempunyai dua bank umum syariah dan waktu sekarang.
saat ini setidaknya ada 14 bank konvensional yang
membuka layanan syariah.
PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan ini diperoleh dari selisih


antara harga perolehan dengan harga
A. Jenis-Jenis Pendapatan Bank BNI pasar ketika surat berharga itu dijual.
Pendapatan merupakan pemasukan yang d) Pendapatan lainnya
diperoleh perusahaan akibat dari penjualan produk Pendapatan ini berasal dari fee based
maupun jasa yang dihasilkan, dimana arus kas masuk income, seperti biaya kiriman uang dan
tersebut mengakibatkan meningkatnya ekuitas biaya inkaso.
perusahaan yang bukan berasal dari konstribusi e) Pendapatan administrasi
pemodal. Bank BNI memperoleh imbalan atau Pendapatan ini bersumber dari biaya
pendapatan atas jasa yang diberikan kepada pemeliharaan tabungan dan atm.
masyarakat dalam bentuk pemberian fasilitas b. Pendapatan Non-Operasional
penyimpanan maupun penyaluran dana dari Pendapatan ini bersumber dari kredit yang
masyarakat atau aktivitas lainnya yang berguna bagi sudah dianggap tak tertagih, namun akhirnya
kelancaran peredaran uang. nasabah penerima pinjaman tersebut mampu
Dalam aktivitas pemberian fasilitas tersebut, melunasi pinjamannya. Sumber pendapatan
Bank BNI yang merupakan salah satu bank di lainnya berasal dari keuntungan pelepasan
Indonesia yang menjalankan dual banking system, aktiva tetap.
yaitu menjalankan kegiatan usaha secara
konvensional dan syariah, memperoleh 2. Jenis Pendapatan BNI Syariah
pendapatannya dari berbagai sumber yang berbeda.
Untuk memahami jenis pendapatan yang diperoleh Pada prinsipnya antara jenis pendapatan BNI
Bank BNI Konvensional dan Syariah, uraian berikut Konvensional dan Syariah tidak jauh berbeda.
ini akan memberikan gambaran tentang jenis Perbedaan yang dominan bisa dilihat dari
pendapatan tersebut. transaksi akad yang dimiliki BNI Syariah. Jenis
pendapatannya dapat dikelompokkan menjadi
1. Jenis Pendapatan BNI Konvensional pendapatan operasional dan pendapatan non-
operasional. Berikut ini uraian mengenai
Pada umumnya pendapatan yan akan diperoleh pendapatan operasional dan non-operasional BNI
Bank BNI dikelompokkan atas pendapatan Syariah.
operasional dan pendapatan non-operasional. a. Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional tersebut terbagi lagi atas 1) Pendapatan Operasional Utama
pendapatan operasional utama dan pendapatan a) Marjin murabahah
operasional lainnya. Gambaran atas jenis Pendapatan ini berasal dari selisih
pendapatan Bank BNI Konvensional adalah antara harga perolehan aktiva dengan
sebagai berikut : keuntungan yang disepakati bersama
a. Pendapatan Operasional antara pihak bank dengan nasabah.
1) Pendapatan Operasional Utama, terdiri b) Pendapatan bagi hasil mudharabah dan
atas: musyarakah
a) Pendapatan bunga Merupakan keuntungan yang diperoleh
Pendapatan bunga diperoleh dari bank berasal dari pembiayaan yang
pinjaman yang diberikan bank kepada diberikan kepada nasabah dimana
masyarakat dalam bentuk kredit modal keuntungan tersebut dibagikan
kerja, investasi maupun konsumtif. berdasarkan nisbah bagi hasil menurut
b) Pendapatan provisi dan komisi kesepakatan di awal perjanjian.
Pendapatan ini bersumber dari nasabah c) Pendapatan Sertifikat Wadiah Bank
yang telah mendapatkan jasa dari bank Indonesia
berupa pemberian pinjaman dana. Pendapatan ini berupa bonus atas
2) Pendapatan Operasional Lainnya, terdiri investasi BNI Syariah pada Bank
atas Indonesia.
a) Pendapatan provisi, komisi, dan fee 2) Pendapatan Operasional Lainnya, terdiri
Pendapatan ini berasal dari transaksi atas
letter of credit dan kartu kredit yang a) Pendapatan jual beli surat berharga
diterbitkan Bank BNI. Pendapatan ini berasal dari penerbitan
b) Pendapatan transaksi valuta asing obligasi, dimana pendapatan yang akan
Pendapatan ini diperoleh dari selisih diperoleh berupa bagi hasil.
kurs pertukaran antara tanggal transaksi b) Pendapatan administrasi
dengan tanggal penyelesaian. Bersumber dari pendapatan administrasi
c) Pendapatan jual beli surat berharga pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah.

2 Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006


PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

b. Pendapatan Non-Operasional Dari uraian jenis-jenis pendapatan Bank BNI


Pendapatan non-operasional diperoleh BNI Konvensional dan BNI Syariah berserta sumbernya,
Syariah melalui keuntungan pelepasan aktiva, maka berikut ini disajikan tabel perbandingan jenis
hibah atau piutang yang sudah dianggap tak pendapatannya agar lebih memperjelas perbedaan
tertagih, tetapi akhirnya nasabah mampu jenis pendapatan kedua bank tersebut.
melunasi piutangnya.

BNI
BNI KONVENSIONAL
JENIS SYARIAH
NO.
PENDAPATAN Sumber Pendapatan Sumber
Pendapatan
1. Pendapatan Operasional
a) Operasional
Utama Kredit debitur -
1) Pendapatan bunga Kredit debitur -
2) Provisi & komisi - Keuntungan pembiayaan
3) Marjin murabahah - Keuntungan/kerugi
4) Pendapatan bagi hasil an pembiayaan
mudharabah dan - Investasi SWBI
musyarakah Transaksi Letter Of Credit -
5) Bonus SWBI (L/C), Kartu kredit
b) Operasional Lainnya Selisih kurs -
1) Pendapatan provisi,
komisi, fee Selisih harga perolehan Bagi hasil obligasi
2) Pendapatan transaksi dengan harga pasar
valas Biaya kiriman uang, inkaso -
3) Pendapatan jual beli Biaya pemeliharaan Pemberian
surat berharga tabungan dan ATM pembiayaan
4) Pendapatan lainnya
5) Pendapatan
administrasi
2. Pendapatan Non-  Keuntungan  Keuntungan
Operasional pelepasan aktiva pelepasan
tetap aktiva tetap
 Kredit yang  Pembiayaan
tertagih yang tertagih
kembali. kembali
 Pendapatan
hibah

Tabel 1. Perbandingan Jenis Pendapatan BNI Konvensional dan Syariah

B. Kebijakan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Akuntansi Perbankan Umum dan Syariah yang
Bunga dan Bagi Hasil dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
dan juga berpedoman terhadap Ketetapan Bank
Dalam mengakui pendapatan bunga maupun bagi Indonesia dalam Pedoman Akuntansi Perbankan
hasil pada Bank BNI Konvensional dan Syariah (PAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
berdasarkan atas kebijakan akuntansi yang (PAPSI). Berikut ini merupakan uraian atas kebijakan
diterapkan perusahaan dan mengacu terhadap akuntansi Bank BNI terhadap pengakuan pendapatan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kebijakan bunga maupun bagi hasil.
akuntansi ini diterapkan guna mendukung kelancaran
aktivitas perusahaan dalam hal pengakuan 1. Kebijakan Akuntansi Pengakuan Pendapatan
pendapatan. Bunga
Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Tri
Murtiasih, SE sebagai Analis Akuntansi Divisi Usaha Kebijakan akuntansi ini berkaitan dengan
Syariah Bank BNI bahwa Bank BNI Konvensional bagaimana pengakuan pendapatan bunga atas
dalam mengakui pendapatan bunga dan BNI Syariah kredit yang dikelompokkan sebagai kredit lancar
dalam mengakui pendapatan bagi hasil berpedoman (performing) dan kredit kurang lancar
terhadap Standar Akuntansi Keuangan mengenai
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006 3
PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

(nonperforming). Hal tersebut dapat ditentukan syariah lainnya tergantung atas keuntungan dan
sebagai berikut : kerugian yang diperoleh debitur (nasabah yang
a. Pendapatan bunga yang digolongkan mendapat pinjaman dana dari bank) dalam
performing diakui berdasarkan konsep akrual. mengelola dana yang telah diterimanya, sehingga
Kebijakan ini dilakukan, karena pengembalian hal inilah yang membedakan dengan bank
pokok pinjaman beserta bunga dapat konvensional. Penjelasan mengenai kebijakan
terlaksana sesuai dengan waktu yang telah akuntansi pengakuan pendapatan bagi hasil atas
ditentukan. pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut
b. Pendapatan bunga atas pinjaman yang a. Pengakuan Keuntungan
diberikan atau aktiva produktif lainnya yang 1) Pada saat nasabah memperoleh keuntungan
diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) atas usaha yang dikelolanya, maka bank
diakui pada saat pendapatan tersebut diterima akan mengakui pendapatan bagi hasil pada
(cash basis). Hal ini dilakukan, karena kredit saat terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah
yang digolongkan nonperforming kemampuan (pembagian bagi hasil) yang telah
untuk mengembalikan pokok pinjaman beserta disepakati bersama pada saat awal
bunga tidak terlaksana dengan baik sehingga perjanjian. Kebijakan ini dilakukan agar
bank akan mengakui pendapatan apabila uang pendapatan bagi hasil yang diterima secara
kas sudah diterima. pasti sudah dimiliki.
c. Pada saat pinjaman diklasifikasikan sebagai 2) Bagian keuntungan bagi pihak bank tidak
bermasalah, bunga yang telah diakui tetapi dibayarkan oleh nasabah, maka pihak bank
belum tertagih akan dibatalkan akan mengakuinya sebagai piutang jatuh
pengakuannya. Selanjutnya bunga yang tempo kepada mudharib (nasabah).
dibatalkan tersebut diakui sebagai tagihan Sehingga, bank akan mengakui keuntungan
kontijensi, yaitu pendapatan bunga kredit bagi hasil sampai nasabah membayar
dalam penyelesaian. Penyesuaian ini dilakukan keuntungan yang tertunda tersebut.
oleh bank dimaksudkan agar tidak terjadi b. Pengakuan Kerugian
kekeliruan dalam perolehan pendapatan 1) Bank akan mengakui kerugian pada periode
bunga. terjadinya kerugian dan akan mengurangi
d. Penerimaan tunai atas pinjaman yang pembiayaan mudharabah. Pengakuan
diklasifikasikan sebagai diragukan atau macet kerugian pada saat terjadinya dan
dipergunakan terlebih dahulu untuk melakukan pengurangan pembiayaan
mengurangi pokok pinjaman. Kelebihan dari mudharabah ini dilakukan bank agar tidak
pokok pinjaman diakui sebagai pendapatan terjadi penyimpangan dalam perolehan
bunga dalam laporan laba rugi. Kebijakan ini pendapatan bagi hasil maupun penyajian
dilakukan dengan tujuan untuk laporan pembiayaan mudharabah.
mengembalikan dana yang berasal dari pihak 2) Kerugian akibat kelalaian nasabah, maka
ketiga dan agar modal perusahaan tetap kerugian tersebut dibebankan pada
terjaga. pengelola dana (nasabah) dan bank akan
mengakuinya sebagai piutang jatuh tempo.
2. Kebijakan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Kebijakan ini dilakukan oleh bank karena
Bagi Hasil nasabah telah menyalahgunakan
kepercayaan bank.
Dalam kebijakan akuntansi ini berkaitan dengan 3) Kerugian yang diakibatkan penghentian
pengakuan pendapatan bagi hasil untuk perjanjian sebelum masa perjanjian
pembiayaan dengan akad mudharabah. Pada BNI berakhir, maka bank akan mengakuinya
Syariah pembiayaan mudharabah ini bersifat sebagai pengurangan pembiayaan
muqayyadah, artinya bank memberikan batasan mudharabah. Hal ini dilakukan agar tidak
kepada nasabah mengenai tempat, cara dan terjadi kesalahan pencatatan dalam
obyek investasinya. Pada pembiayaan penyajian pembiayaan mudharabah yang
mudaharabah muqayyadah ini nasabah dapat telah disalurkan.
diperintahkan untuk tidak mencampuri dana bank Dari uraian diatas mengenai perbedaan
dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan pengakuan pendapatan bunga pada bank
dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa konvensional dan bagi hasil pada bank syariah,
jaminan atau mengharuskan nasabah untuk maka tabel berikut ini akan memberikan
melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak gambaran atas perbedaan pengakuan pendapatan
ketiga. tersebut.
Pada umumnya pengakuan pendapatan bagi hasil
yang diterapkan BNI Syariah dan juga bank-bank

4 Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006


PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

Pendapatan Pendapatan
Uraian
Bunga Bagi Hasil
Kredit atau pembiayaan
Diakui pada saat
untuk bank syariah yang
Diakui secara akrual terjadinya hak bagi
digolongkan sebagai
hasil sesuai nisbah.
performing (lancar)
Kredit/pembiayaan
yang diklasifikasikan
Diakui secara kas Diakui secara kas
nonperfoming (kurang
lancar)
Bunga kredit Diakui sebagai tagihan Diakui sebagai piutang
nonperforming atau kontijensi (pendapatan jatuh tempo kepada
keuntungan yang dalam penyelesaian) nasabah
tidak dibayarkan
kepada nasabah
Akan ditanggung oleh
Kerugian yang dialami
nasabah dan diakui
nasabah karena kelalaian (-)
sebagai piutang jatuh
nasabah tersebut.
tempo.
Keterangan : ( - ) pada bank konvensional dalam pengakuan pendapatan bunga tidak berkaitan
dengan keuntungan maupun kerugian.

C. Penerapan Pengakuan Pendapatan Bunga dan 1. Metode Perhitungan Bagi Hasil


Bagi Hasil
Sistem bagi hasil adalah suatu sistem pengelolaan
Untuk mengetahui bagaimana penerapan dana dalam perekonomian Islam. Perhitungan
pengakuan pendapatan bunga maupun bagi hasil nisbah bagi hasil didasarkan pada mufakat pihak
secara riil, uraian berikut ini akan memberikan suatu bank syariah bersama nasabah yang
gambaran mengenai penerapan pengakuan menginvestasikan dana. Berikut ini merupakan
pendapatan tersebut : uraian perhitungan bagi hasil untuk nasabah
penyimpan dana di bank syariah :

DPKM (Dana Pihak Ketiga Mudharabah),


A yaitu Dana nasabah dengan akad Rp 97.000.000
mudharabah
DPKM yang dapat disalurkan pada
B Rp 92.150.000
pembiayaan = DPKM x (1 – GWM)
C Dana Bank Rp 27.850.000
D Pembiayaan yang disalurkan (B + C) Rp 120.000.000
E Pendapatan dari penyaluran pembiayaan Rp 7.159.126
F Pendapatan investasi dari 1000 DPKM 56,67
GWM : Simpanan wajib pada Bank Indonesia sebesar 5 %.
Rumus Pendapatan Investasi dari 1000 DPKM :

B 1
F= x E x x 1000
D A
Contoh :
Ibu Dara memiliki Tabungan Mudharabah di bank syariah sebesar Rp 10 juta dengan nisbah bagi hasil
nasabah : bank = 45 : 55, dengan masa pengendapan selama satu bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan dari setiap 1000 DPKM dalam tabel diatas, maka bagi hasil yang
akan diterima ibu Dara bulan ini dapat dihitung sebagai berikut :

F Pendapatan investasi dari 1000 DPKM 56,67


G Saldo rata-rata harian Ibu Dara (Rupiah) Rp 10.000.000,00
H Nisbah nasabah 45,00
I Porsi bagi hasil untuk nasabah bulan ini : Rp 255.015,00
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006 5
PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

Rumus Porsi Bagi Hasil Untuk Nasabah :

G H
I = x F x
1000 100

Dengan demikin ibu Dara pada bulan tersebut akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp 255.015,00 (belum
dikenakan pajak).

2. Catatan Akuntansi yang Digunakan

Suatu kejadian masalah yang masih diasumsikan dapat dibuktikan dengan adanya fakta yang terjadi. Oleh
karena itu, penulis memberikan gambaran mengenai perlakuan praktik akuntansi penerapan pengakuan
pendapatan bunga pada Bank BNI Konvensional maupun bagi hasil pada BNI Syariah dengan penguraian
contoh soal berikut ini :
KASUS I
PT. Abadi Selamanya pada bulan Juli mendapatkan pinjaman dari Bank Konvensional sebesar Rp
1.200.000.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
 Plafond : Rp 1.200.000.000,00
 Tingkat Suku Bunga : 16 % p.a
 Jangka Waktu : 60 bulan
 Provisi : 0,5 % dari total pinjaman
Pencatatan Akuntansi Bank Konvensional :
1) Pokok pinjaman yang dibayarkan PT. Abadi Selamanya per bulannya :
= Total pinjaman : jangka waktu
= Rp 1.200.000.000,00 : 60 bulan
= Rp 20.000.000,00
2) Bunga yang harus dibayarkan PT. Abadi Selamanya.
Sebelum mengetahui bunga yang harus dibayarkan PT. Abadi Selamanya per bulan, maka perlu
diketahui pendapatan bunga yang diperoleh bank konvensional per tahun :
= Total pinjaman x Persentase bunga
= Rp 1.200.000.000,00 x 16 %
= Rp 192.000.000,00
maka, besarnya bunga yang dibayarkan PT. Abadi Selamanya per bulan adalah sebesar Rp 16.000.000
(Rp 192 juta : 12 bulan).
3) Besarnya provisi yang dibayarkan
Bank menetapkan provisi 0,5 % dari total pinjaman, maka provisi yang harus dibayarkan :
= Total Pinjaman x Persentase Provisi
= Rp 1.200.000.000,00 x 0,5 %
= Rp 6.000.000,00

Jurnal
A. Pada Saat Pemberian Kredit
Db Kredit yang diberikan Rp 1.200.000.000
Kr Kas / rekening nasabah Rp 1.200.000.000
B. Pada Saat Menerima Provisi Kredit dari Debitur
Db Kas/Rekening Rp 6.000.000,00
Kr Pendapatan provisi kredit Rp 6.000.000,00
C. Pembayaran Pokok Pinjaman Beserta Bunga Pada Bulan Agustus
Db Kas/rekening Rp. 36.000.000,-
Kr Kredit yang diberikan Rp. 20.000.000,-
Kr Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp.16.000.000,-

Kasus II
Pada bulan Juli Bank Syariah menyetujui pemberian fasilitas modal kerja PT. Express Sekali sebesar Rp 1,2
miliar dengan perincian sebagai berikut :
 Plafond : Rp 1.200.000.000,00
 Objek Bagi Hasil : Pendapatan

6 Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006


PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

 Nisbah :
40 % PT. Express dan 60 % Bank
 Jangka Waktu :
60 bulan
 Pelunasan :
Pengembalian pokok di akhir periode
Keterangan :
Tahap I dibelikan 5 minibus sebesar Rp 750.000.000, (pada 25 Juli),
nilai perolehan Rp 725.000.000,00
Tahap II diberikan secara tunai pada tanggal 5 Oktober
Pencatatan Akuntansi Bank Syariah :
A. Penarikan Tahap Pertama Tanggal 25 Juli
Db Aktiva mudharabah Rp 725.000.000,00
Kr Rekening supplier Rp 725.000.000,00
Db Pembiayaan mudharabah Rp 750.000.000,00
Kr Aktiva mudharabah Rp 725.000.000,00
Kr Pendapatan penyerahan aktiva Rp 25.000.000,00
B1. Pengumuman Pendapatan Sebesar Rp 84.000.000,00 bulan Agustus (total Rp 140.000.000,00) akhir
bulan di jurnal :
Db Tagihan pendapatan bagi hasil
mudharabah Rp 84.000.000,00
Kr Pendapatan bagi hasil mudharabah Rp 84.000.000,00
Pendapatan bulan Agustus yang masuk tabel bagi hasil 0
B2. Pembayaran Pendapatan Pada Pertengahan September
Db Rekening nasabah Rp 84.000.000,00
Kr Tagihan pendapatan bagi hasil
mudharabah Rp 84.000.000,00
Pendapatan bulan September yang masuk tabel bagi hasil
Rp 84.000.000,00 – 0 ↔ Rp 84.000.000,00
B3. Penarikan Tahap II Tanggal 5 Oktober
Db Pembiayaan mudharabah Rp 450.000.000,00
Kr Kas/rekening nasabah Rp 450.000.000,00
C. Pengumuman Pendapatan Sebesar Rp 117.000.000,00 bulan Nopember (total Pendapatan Rp
195.000.000,00)
Db Tagihan pendapatan bagi hasil
mudharabah Rp 117.000.000,00
Kr Pendapatan bagi hasil mudharabah Rp 117.000.000,00
Pendapatan bulan Nopember yang masuk tabel bagi hasil 0
Awal bulan Desember yang disetor hanya Rp 97.000.000,00
Db Rekening nasabah Rp 97.000.000,00
Kr Tagihan pendapatan bagi hasil
mudharabah Rp 97.000.000,00
Pendapatan yang masuk tabel bagi hasil Rp 97.000.000,00
D. Bulan ke-40 Perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 50.000.000,00
Tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah
E. Saat Jatuh Tempo
Penyelesaian Tunggakan Bagi Hasil
Db Rekening nasabah Rp 20.000.000,00
Kr Tagihan pendapatan bagi hasil
mudharabah Rp 20.000.000,00
Pendapatan yang masuk tabel bagi hasil Rp 20.000.000,00
Penyelesaian Pokok
Db Rekening nasabah Rp 1.200.000.000,00
Kr Pembiayaan mudharabah Rp 1.200.000.000,00
F. Tidak Melunasi Pembiayaan Pada Saat Jatuh Tempo
Db Piutang kepada mudharib Rp 1.200.000.000,00
Kr Pembiayaan mudharabah Rp 1.200.000.000,00
Catatan :
Khusus untuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) mengacu kepada PPAP Syariah

Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006 7


D. Pengaruh Perbedaan Metode Pengakuan Sedangkan pada nasabah bank syariah pembagian
Pendapatan Terhadap Penyajian Laporan Laba bagi hasil berdasarkan keuntungan usaha yang
Rugi diperolehnya. Dari contoh kasus tersebut debitur
bank syariah mendapatkan keuntungan pada bulan
Berdasarkan uraian penulis terhadap Bank BNI Agustus dan Nopember dan pembagian bagi hasilnya
mengenai cara pengakuan pendapatan bunga dan dilaksanakan pada bulan September dan Desember
bagi hasil dan juga penerapan praktek akuntansi atas kepada pihak bank yang masing-masing sebesar Rp
pemberian kredit maupun pembiayaan dengan 84 juta dan Rp 117 juta, sehingga jumlah
konsep akad mudharabah dalam contoh kasus yang keuntungan yang diterima pihak bank sebesar Rp 201
telah diuraikan diatas, maka dengan mengacu pada juta di tahun pertama. Perbedaan dalam
hal tersebut dapat diketahui mengenai pebedaan perhitungan pendapatan yang diterima oleh bank
pengakuan dan perhitungan pendapatan yang konvensional dan bank syariah ini terjadi karena
berpengaruh terhadap penyajian laporan laba rugi. pendapatan bagi hasil bank syariah berdasarkan atas
Berdasarkan contoh kasus diatas, nasabah bank keuntungan. Apabila dalam memperhitungkan
konvensional diwajibkan membayar bunga di tahun pendapatan tersebut dikondisikan dalam keadaan
pertama sebesar Rp 192 juta dengan perhitungan Break Event Point (BEP) dan kerugian, maka tabel
sebagai berikut : dibawah ini akan memberikan gambaran atas
= Jumlah pinjaman x Persentase bunga perolehan pendapatan kedua jenis bank tersebut,
= Rp 1,2 miliar x 16 % yaitu sebagai berikut :
= Rp 192.000.000

BANK BANK
NO. KONDISI
KONVENSIONAL SYARIAH
1. Untung Rp 192.000.000 Rp 201.000.000
2. Break Event Point (BEP) 192.000.000 -
3. Rugi 192.000.000 -
Tabel 3. Perbandingan Perolehan Pendapatan Bank Konvensional dan Syariah

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui kerugian, nasabah tersebut tidak wajib
pengaruh perbedaan perhitungan bunga dan bagi membagikan bagi hasil kepada pihak bank.
hasil terhadap penyajian laporan laba rugi, yakni Kecuali, jika nasabah mengalami kerugian,
sebagai berikut : walaupun tidak ada penambahan bagi hasil di
1. Pada bank konvensional dalam kondisi laporan laba rugi, namun nasabah tersebut
nasabah mengalami keuntungan, kerugian, diwajibkan membayar denda kepada pihak
maupun Break Event Point (BEP) tetap bank. Denda tersebut tidak dimasukkan
diwajibkan untuk membayar bunga, sehingga sebagai pendapatan di laporan laba rugi,
akan berpengaruh terhadap penambahan karena denda tersebut bukan merupakan
pendapatan bunga pada laporan laba rugi. keuntungan bank.
Seperti pada tabel tersebut penambahan Pencatatan akuntansi terhadap pengakuan
pendapatan bunga tetap dalam kondisi pendapatan bunga yang dijalankan bank
apapun, kecuali ada hal-hal tertentu yang konvensional menggunakan dasar akrual sedangkan
menyebabkan nasabah tidak mampu pada bank syariah dalam rangka memperhitungkan
membayar bunga. bagi hasil menggunakan dasar kas. Adapun mengenai
2. Pada bank syariah penambahan pendapatan pengaruh metode pengakuan pendapatan antara
bagi hasil pada laporan laba rugi terjadi jika kedua bank tersebut terhadap penyajian laporan
debitur mendapatkan keuntungan. Sehingga, laba rugi dapat digambarkan sebagai berikut dengan
walaupun dalam kondisi Break Event Point memperhatikan kelebihan dan kelemahan
(BEP), yaitu suatu kondisi dimana suatu usaha pencatatan akuntansi yang digunakan :
tidak mengalami keuntungan maupun
PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

PENCATATAN BANK KONVENSIONAL


AKUNTANSI Kelebihan Kelemahan
 Pendapatan yang akan  Prediksi pendapatan yang akan
diterima dapat diprediksi, diterima adakalanya tidak sesuai.
Acrual
sehingga nilai pendapatan  Kecenderungan mengalami kerugian
Basis
yang tercatat di laporan laba cukup besar, karena pendapatan diakui
rugi konstan. sebelum kas diterima.
BANK SYARIAH
Kelebihan Kekurangan
 Pendapatan yang diperoleh  Pendapatan yang akan diperoleh sulit
riil, karena pendapatan diprediksi, sehingga pendapatan yang
Cash
diakui setelah kas diterima akan disajikan di laporan laba rugi
Basis
tidak konstan. Adakalanya mengalami
keuntungan besar atau sebaliknya.
Tabel 4. Pengaruh Pengakuan Pendapatan Terhadap Laporan Laba Rugi

KESIMPULAN DAN SARAN keuntungan yang besar, pihak bank hanya


memperoleh pendapatan bunga yang tetap
Dari pembahasan mengenai perbedaan sesuai kesepakatan di awal perjanjian.
pengakuan pendapatan antara bank syariah dengan Namun, jika nasabah mengalami kerugian,
bank konvensional dalam kaitannya dengan pihak bank tidak menanggung kerugian yang
penyajian laporan laba rugi pada bab-bab dialami nasabah. Tetapi, sebaliknya hal
sebelumnya, maka penulis dapat mengambil tersebut berbeda dengan pengakuan bagi
kesimpulan serta memberikan saran atas hasil, karena dalam pengakuan pendapatan
permasalahan tersebut yang berguna bagi penulis bagi hasil disesuaikan dengan keuntungan
maupun perusahaan. ataupun kerugian yang diperoleh nasabah,
maka apabila nasabah memperoleh
A. Kesimpulan keuntungan yang besar akan berimbas pada
pendapatan yang diperoleh bank juga besar,
1. Dalam pengakuan pendapatan bagi hasil atas namun kerugian yang terjadi akan ditanggung
pembiayaan dengan konsep akad mudharabah, bersama oleh nasabah maupun pihak bank.
BNI Syariah menetapkan pembagian bagi hasil 3. Pengakuan pendapatan bunga kredit yang
sesuai dengan kesepakatan dimuka antara dikategorikan performing (lancar) pada BNI
nasabah (debitur) dengan BNI Syariah dimana Konvensional diakui secara akrual, namun
pembagian bagi hasil tersebut disesuaikan sebaliknya jika kredit dikategorikan kurang
dengan keuntungan maupun kerugian usaha lancar (non-performing) diakui secara kas
yang dijalankan oleh nasabah. Sehingga, sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia dalam
pendapatan yang diperoleh pihak bank tidak Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia dan
konstan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya juga Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
karena berdasarkan atas keuntungan dan (PSAK) No. 31 mengenai Akuntansi Perbankan
kerugian nasabah. Sedangkan dalam yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan
pengakuan pendapatan bunga pada BNI Indonesia (IAI).
Konvensional pihak bank menetapkan besarnya 4. Pengakuan pendapatan bagi hasil pada BNI
persentase atas bunga yang akan diterima Syariah dalam memperhitungkan bagi hasil
bank yang disesuaikan dengan jumlah dana menggunakan dasar kas sesuai dengan
yang dipinjam oleh nasabah. Sehingga Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
besarnya pendapatan bunga yang diterima Laporan Keuangan Bank Syariah yang
pihak bank konstan dan dapat diprediksi dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
sebelumnya. Besarnya persentase bunga atas (IAI). Namun, pada hakikatnya asumsi dasar
kredit tersebut juga ditetapkan oleh pihak konsep akuntansi bank syariah sama dengan
bank tergantung atas kemungkinan resiko asumsi dasar konsep keuangan secara umum
ketidaktertagihan pembayaran kredit dan yaitu konsep dasar kelangsungan usaha (going
bunga oleh nasabah. concern) dan dasar akrual.
2. Karena pengakuan pendapatan bunga tidak 5. Pengaruh perbedaan perhitungan pendapatan
berdasarkan keuntungan maupun kerugian bunga dan bagi hasil dapat dikondisikan
yang dialami oleh nasabah dalam mengelola melalui keuntungan, kerugian maupun kondisi
usahanya, maka apabila nasabah memperoleh Break Event Point. Jika, pada kondisi
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006 9
PRIHARDIANTO DAN IRIYADI, Kajian Pengakuan Pendapatan pada Bank Syariah dan Konvensional

mengalami keuntungan maka akan Standards For Islamic Intitutions. Bahrain,


berpengaruh terhadap penambahan 1998.
pendapatan bunga dan bagi hasil pada laporan Dahlan Siamat. Manajemen Lembaga Keuangan. Ed.
laba rugi bank, bila kondisi Break Event Point 3. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI, 2001.
dan kerugian pada bank konvensional terjadi Gatot Supramono, SH. Perbankan dan Masalah
penambahan pendapatan bunga, tetapi pada Kredit. Ed. Revisi. Jakarta : Djambatan, 1996.
bank syariah tidak terjadi peningkatan Hendriksen, Eldon S. Teori Akuntansi.
pendapatan bagi hasil pada laporan laba rugi, Diterjemahkan Oleh Wim Liyono. Ed. 4.
karena bagi hasil diberikan jika adanya Jakarta : Erlangga, 1997.
keuntungan. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi
5. Pengakuan pendapatan bunga dengan dasar Keuangan Per 1 April 2002. Jakarta : PT.
akrual, maka pengaruhnya terhadap laporan Salemba Emban Patria, 2002.
laba rugi terlihat pada penyajian pendapatan Meigs, Walter B., Robert F. Meigs. Financial
bunga yang bersifat konstan. Sebaliknya, pada Accounting. Ed. 8. McGraw Hill, inc. 1995.
bank syariah dalam rangka memperhitungkan Muhamad. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat
bagi hasil diakui secara kas maka pedapatan Kontemporer. Ed. 1. Yogyakarta : UII Press,
bagi hasil yang disajikan di laporan laba rugi 2000.
tidak konstan. Muhammad Syafii’ Antonio. Bank Syariah Dari Teori
Ke Praktik. Jakarta : Gema Insani Press, 2002.
Redaksi Sinar Grafika. Undang-Undang Perbankan
B. Saran 1998 (Undang-Undang No. 10 Tahun 1998).
Cet. 2. Jakarta : Sinar Grafika, 1999.
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan.
terhadap perusahaan, yaitu agar perusahaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Cet.
senantiasa menerapkan prosedur pengakuan 1. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
pendapatan bunga maupun bagi hasil sesuai dengan 2001.
ketetapan Bank Indonesia yang mengacu kepada Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
PSAK No. 31 mengenai Akuntansi Perbankan dan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan
PSAK NO. 59 mengenai Akuntansi Perbankan Syariah. Syariah Indonesia 2003. Cet. 1. Jakarta :
Ikatan Akuntan Indonesia, 2003.
DAFTAR PUSTAKA Warkum Sumitro, SH, MH. Asas-Asas Perbankan Islam
dan Lembaga-Lembaga Terkait. Ed. Revisi.
Accounting and Auditing Organization For Islamic Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2002.
Financial Intitutions. Accounting and Auditing

10 Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 8, April 2006

Anda mungkin juga menyukai