Anda di halaman 1dari 9

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS


A. PENGERTIAN
Sirosis hepatitis adalah suatu penyakit di mana sikrosis mikro, anatomi pembuluh
darah dan seluruh struktur hati mengalami perubahan menjadi irregular, dan
terbentuknya jaringan ikat ( fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami
regenerrasi ( ngastiyah, 2005)

Sirosis hepatis adalah penyakit


hati kronis yang dicirikan dengan
distorik arsitek yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan
nodul-nodul regenerasi itu dapat
berukuran kecil (mikronocular  ) dan
besar ( makronocular) sirosis dapat
mengganggu sirkulasi darah intra
hepatic, dan pada kasus yang sangat
lanjut, menyebabkan kegagalan
fungsi hati yang secara bertahap ( price dan Wilson 2002 )
Sirosis hepatis adalah penyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, di ikuti dengan proliferasi jaringan ikat,degenerasi, dan regenerasi
sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati ( Arif Mansjoer
,dkk 2009)

B. ETIOLOGI
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
 Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
 Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
 Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis).
Penyebab sirosis hati beragam diantaranya :
 Virus hepatitis (B,C,dan D)
 Alkohol
 Kelainan metabolic
 Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
 Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
 Defisiensi alphal antitrypsin
 Glikogenesis type – IV
 Galaktosemia
 Triosenemia
 Koleostasis
 Sumbatan saluran vena hepatica
 Gangguan imunitas ( hepatitis lupord )
 Toksin dan obat-obatan (missal : metotetrexat,amioclaron, INH, dan Lain-lain)
 Operasi pintas pada obesitas
 Kreptogenik
 Malnutrisi
 Infraan childhood cirthosis

C. PATOFISIOLOGI
Infeksi hepititis virus tipe B atau tipe non A dan non B menimbulkan peradagan sel
hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler)
terjadi kolap lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya
septa fibrosa difus dan modul sel hati. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi
sirosis hati sama atau hampir sama. Septa bisa terbentuk dari sel retekulum penyangga
yang kolaps dan berubah menjadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah
porta yang satu dengan yang lainnya atau porta dengan sentral (bridging necrosis).
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk modul dengan berbagai ukuran dan ini
menyebabkan distorsi percabangan pembuluh darah hepatika dan  gangguan aliran darah
porta, dan menimbulkan hepertinsi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis
alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis
pada sel duktules, sinusoid, retikolo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan
kolagen berubah dari reversibel menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen
yang aseluler pada daerah porta dan perenkin hati.

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratyankerusakkan
yang terjadi dari pada etiologinya di dapat tanda dan gejala sebagai berikut (Arif Mansjoer
: 2009)
 Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia,mual,muntah,dan
diare.
 Demam, berat badan turun, cepat lelah
 Asites, hidrotoraks, dan edema
 Icterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan
 Hepatomegaly
 Kelainan pembuluh darah seperti koleteral-koleteral di dinding abdomen dan toraks.
 Kelainan endokrin

E. PENATALAKSANAAN
 Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan icterus, asites dan demam
 Menghindari penggunaan alcohol, pada penyakit Wilson diberikan D. penicillin 20
mg/kg BB/hari. Pada hepatitis kronik di berikan kortrkosteroid, untuk asites di
berikan diet rendah garam.
 Mengatasi infeksi dengan antibiotic di usahakan memakai obat-obatan yang jelas
tidak hepatotoksik
 Reboransia vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung
alcohol
 Pengendalian cairan asites, di harapkan terjadi penurunan BB 1 kg/hari, hati-hati bila
cairan terlalu banyak dalam suatu saat dapat mencetuskan ensefalopati hepatic.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Skah / biopsy hati = mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis,kerusakan jaringan hati
 Kolesistograpi / kolangiografi = memperlihatkan penyakit duktus empedu,yang
mungkin sebagai factor pridisposisi
 Esofagoskopi = dapat menunjukan adanya varises esofagor
 Potograpi = transhepatic perkuteineus, memperlihatkan sirkulasi system vena portal
G. PEMERIKSAAN LABORATURIUM
 Kenaikan SGOT, SPT, dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel rusak
 Kadar albumin (CHE) yang menurun kalau terjadi sel hati
 Pemeriksaan marker. Serologi pertanda virus untuk menentukan penyebab sirosis
hepatis seperti HbSAg,HBeAg,HBV DNA, HCV RNA, dan sebagainya.

H. KOMPLIKASI
 Pendarahan gastrointestinal
 Hipertensi portal menimbulkan varises oesofagos, dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul pendarahan
 Koma hepatikum
 Ulkus hepatikum
 Karsinoma hepatoselulir
 Kemungkinan timbul karena adanya hiferflasia noduler yang akan berubah menjadi
edenomata multiple dan akhirnya akan menjadi karsinoma yang multiple
 Infeksi misalnya:

a.Peritonitis
b.Pnemonira
c.Bronchopneumonia
d.TBC

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
o Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

o Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang
berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis hepatis.
Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping
asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.

o Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak berat pada
keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM, hipertensi,
ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang
memang bawaan dari keluarga pasien.

o Riwayat Tumbuh Kembang

Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan


seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit, seperti ada riwayat pernah
icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature, kelengkapan imunisasi, pada form
yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan riwayat tumbuh kembang.

o Riwayat Sosial Ekonomi


Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah mengalami
penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya mempengaruhi
perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak
sehat.
o Riwayat Psikologi

Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis dimungkinkan terjadi perubahan
tingkah laku dan kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi
dapat muncul akibat perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body
image akibat dari edema, gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive
(seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan
tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, &
Dirksen, 2000).

o Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran dan keadaan umum pasien


Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar (composmentis –
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan
fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap
penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan
pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.
 Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan
lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan
menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu
juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui
adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk
menentukan tingakat gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat dihitung
kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.
1. Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda
awal adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik,
konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan
pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya
pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis
hati dengan hipertensi portal.
2. Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :
-Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-
I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)
-Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.
3. Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya
vena kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya
spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput
medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema
palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan
hemoroid.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
o Hipertermi b.d Proses inflamasi
o Nyeri b.d distensi abdomen
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d antreksia dan gangguan gastrointestinal
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.

INTERVENSI
o Hipertermi b.d Proses inflamasi

Tujuan : hipertermi dapat teratasi dalam waktu < 6 jam setelah dilakukan perawatan
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal (36-37 ‘C)
Intervensi :
1)      Catat suhu tubuh secara teratur
Rasional : memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi
2)      Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan tingkat kenyamanan dan menurunkan panas melalui proses
konduksi serta evaporasi
3)      Motivasi asupan cairan
Rasional : memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris
4)      Berikan antibiotic seperti yang diresepkan
Rasional : meningkatkan konsentrasi antibiotic serum yang tepat untuk mengatasi
infeksi
5)      Hindari kontak dengan infeksi
Rasional : meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolic
o Nyeri b.d distensi abdomen

Tujuan : nyeri dapat teratasi atau terkontrol < 24 jam setelah di lakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : - Nyeri hilang atau terkontrol (skala 6)
- Klien merasa peningkatan kenyamanan
Intervensi :
1)      Kaji status nyeri
Rasional : perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi
2)      Berikan posisi yang nyaman
Rasional : membantu meminimalkan nyeri karena gerakan
3)      Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : mengurangi ketergantungan terhadap analgesic dalam mengurangi nyeri
4)      Berikan analgesic yang di resepkan
Rasional : menghilangkan rasanyeri dan meningkatkan penyembuhan
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d antreksia dan gangguan
gastrointestinal
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 1-3 shift dinas perawatan
Kriteria hasil : - Peningkatan berat badan
- Statis nutrisi baik
Intervensi :
1)      Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan
Rasional : motivasi sangat penting bagi penderita ansreksia
2)      Anjurkan sedikit makan tetapi sering
Rasional : makan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolelir oleh penderita anereksia
3)      Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajian
Rasional : meningkatkan selera makan dan sehat
4)      Pelihara hygiene oral sebelum makan
Rasional : mengurangi citra rasa yang tidak enak dan merangsang nafsu makan
5)      Kalaborasi
Rasional : sangat bermanfaat dalam pemberian diet
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1) Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2) Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
Rasional : Memberikan nutrien tambahan.
3) Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat
Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan
latihan dalam batas toleransi pasien.
4) Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai