Anda di halaman 1dari 24

Proposal

PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN


MELALUI PEMBUATAN BIOPORI DI RSUD DEPATI BAHRIN

DISUSUN OLEH :

1. PRIESTIANA MUGI R, Amd. KL

2. MEGA ANGGAYANI, AMKL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEPATI BAHRIN

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan lingkungan berperan
penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan
masyarakat. Hal ini diperkuat melalui pengaturan sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan, yang menjadi acuan utama dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di berbagai kegiatan diseluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini diselenggarakan melalui
upaya penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan
terhadap lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta
tempat dan fasilitas umum. Salah satu tempat dan fasilitas umum tersebut
adalah rumah sakit.
Menurut Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Bahrin yang
merupakan institusi pelayanan kesehatan sesuai dengan Permenkes No. 4
Tahun 2018 juga memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna
berupa rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sejalan dengan visi
RSUD Depati Bahrin yaitu menjadikan Rumah Sakit unggulan dengan
pelayanan prima dan bermartabat bagi Masyarakat Kabupaten Bangka dan
sekitarnya, maka dalam memberikan pelayanan prima salah satu hal yang
harus diperhatikan adalah ketersediaan air bersih. Sesuai dengan data
yang ada bahwa RSUD Depati Bahrin dalam menyediakan pelayanan
secara prima membutuhkan air bersih sebanyak 29.400liter/hari.
Pemenuhan kebutuhan air bersih ini didukung oleh ketersediaan
jumlah sumur bor sebanyak delapan buah yang berada pada area ruang
Tulip, ruang Garuda, ruang Haemodealisa (HD) Bawah, Laundry, Kamar
Jenazah, Rumah Dokter, Ruang Bersalin Very Important Person (VIP), dan
Mushola lama, serta sumur gali sebanyak dua buah. Akan tetapi pada
musim kemarau terdapat sumur bor tidak aktif sebanyak empat buah. Oleh
karena itu perlu dilakukannya pengaturan kesehatan lingkungan dengan
harus memiliki cadangan sumber air untuk mengatasi kebutuhan air dalam
keadaan darurat. Sejalan dengan pengaturan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit pada Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit bahwa Pengaturan Kesehatan lingkungan
bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah
sakit baik dari aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas maupun sosial,
melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dari faktor risiko lingkungan dan
mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.
Seiring dengan bertambahnya kegiatan pembangunan di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Depati Bahrin maka upaya
penyehatan lingkungan perlu diperhatikan. Menurut PermenLH No. 12
Tahun 2009 tentang Pemanfaat Air Hujan bahwa dengan semakin
meningkatnya kegiatan pembangunan mengakibatkan berkurangnya
daerah resapan air yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
mengamanatkan agar Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota menyusun rencana pendayagunaan air diantaranya
melakukan pencadangan air berdasarkan ketersediaannya. Berdasarkan
siklus hidrologi, air hujan yang turun dan jatuh di permukaan tanah akan
terdistribusi secara evapotranspirasi, infiltrasi/perkolasi dan melimpas
kemudian mengalir ke badan air. Padatnya bangunan di perkotaan
mengurangi luas lahan terbuka hijau mengakibatkan semakin besar debit
limpasan air hujan dan semakin sedikit debit air yang mengalami proses
infiltrasi ke dalam tanah (Damayanti, 2011).
Mengingat kebutuhan air terus meningkat dan sumber air utama
berasal dari curah hujan, diperlukan adanya upaya untuk meresapkan air
hujan yang efektif ke dalam tanah. Beberapa teknologi peresapan air ke
dalam tanah seperti kolam resapan (infiltration basin), parit resapan
(infiltration trench), dan sumur resapan (french droin) telah lama
diperkenalkan kepada masyarakat. Namun teknologi peresapan air
tersebut belum dapat diterapkan secara meluas karena berbagai alasan,
antara lain memerlukan tempat yang relatif luas, waktu yang relatif lama,
dan biaya yang tidak ekonomis. Dengan demikian, masih perlu
dikembangkan lagi alternatif teknologi peresapan air yang lebih tepat guna,
dipelihara dengan biaya lebih ekonomis, dan ramah lingkungan yaitu
dengan menggunakan lubang biopori. Salah satu cara yang digunakan
untuk mengelola air limpasan hujan sekaligus menanggulangi banjir
tersebut adalah dengan meresapkan air ke dalam tanah menggunakan
teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB). Yulia et al (2014).
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara
vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 s/d 30 cm dan kedalaman
sekitar 80 s/d 100 cm atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah
dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi
dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori yang
merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (Brata & Nelistya, 2008).
Lokasi LRB harus benar-benar diperhatikan agar hasilnya dapat
maksimal. LRB harus ditempatkan di lokasi yang dilalui aliran air serta tidak
membahayakan bagi manusia dan hewan peliharaan, memperhatikan
aspek keamanan, kerapian, dibuat di sekeliling batang pohon, kontur
taman, tepi taman dengan bidang kedap, dan sisi pagar (Brata & Nelistya,
2008).
Jumlah LRB di RSUD Depati Bahrin saat ini adalah 20 buah dengan
luas lahan RSUD Depati Bahrin adalah 28.615m2, luas bangunan 9.068m2.
Luas bangunan demikian sebaiknya minimal memiliki 28 buah biopori
berdasaran perhitungan dengan melihat intensitas hujan dan laju
peresapan air. Adapun rincian perhitungan sebagai berikut:
Rumus : Jumlah LRB =

intensitas h ujan ( mm/h ari ) xluas bidang kedap air (m 2)


laju peresapan air(liter / h ari)
(sumber: Tim Biopori IPB, biopori.com/jumlah.php)

Jumlah LRB di RSUD Depati Bahrin sebagai berikut :

93,04 ( mm/h ari ) x 9.068 (m2)


¿
30.143(liter/h ari)
= 27,99 buah

= 28 buah

Sesuai dengan Surat Edaran Bupati Kabupaten Bangka Nomor :


660/1558/DLNUP/2019 tanggal 2 Januari 2019 tentang Gerakan Sejuta
Biopori bahwa dalam rangka upaya konservasi air, peningkatan
ketersediaan cadangan air dalam tanah dan mencegah kekeringan pada
musim kemarau serta mengurangi timbulnya genangan pada musim hujan
Pemerintah Kabupaten Bangka menggalakkan Gerakan Sejuta Biopori di
seluruh wilayah Kabupaten Bangka khususnya setiap OPD dalam hal ini
RSUD Depati Bahrin untuk membuat lubang resapan biopori di lingkungan
kantor masing-masing.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka harus dibuat LRB dalam
upaya peningkatan kesehatan lingkungan. Sebagai seorang Sanitarian,
penulis tertarik menyusun rancangan aktualisasi dengan judul
”Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan Melalui Pembuatan Biopori
di RSUD Depati Bahrin”.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan kegiatan aktualisasi ini adalah
1. Penulis mampu menerapkan nilai-nilai dasar profesi ASN
sebagai bentuk kontribusi dalam memperkuat visi, misi, dan
nilai organisasi.
2. Penulis mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara
profesional sebagai pelayan masyarakat dan mengaktualisasi
nilai-nilai dasar ANEKA, serta peran dan kedudukannya di
Instalasi Sanitasi RSUD Depati Bahrin.

1.3 Gambaran Umum Unit Kerja


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Bahrin yang dulu dikenal
bernama RSUD Sungailiat adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Kabupaten Bangka yang berawal dari Rumah Sakit Paru milik misi khatolik
yang dinasionalisasikan. Depati Bahrin adalah salah satu Pejuang Nasional
yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung, yang namanya diabadikan dan
diresmikan sebagai nama RSUD pada 18 Januari 2018.
Berikut ini profil RSUD Depati Bahrin:
Identitas OPD
Nama Instansi (OPD) : RSUD Depati Bahrin Kabupaten Bangka
Kelas Rumah Sakit : Rumah Sakit Type C
Jumlah Tempat Tidur : 172 tempat tidur
Alamat : Jl. Jend. Sudirman No.195, Kel. Parit
Padang Kec. Sungailiat Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Kode Pos : 33215
No.Telepon/fax. : (0717)92489/(0717)92489
Alamat email : rsuddepatibahrin@gmail.com
Alamat web : http://rsud-depatibahrin.bangka.go.id/.
Motto : "Kesembuhan dan Kepuasan Anda adalah
Kebahagiaan Kami"
BAB I
KAJIAN PUSTAKA

2.1  PENGERTIAN BIOPORI


            Banyak orang yang belum mengetahui arti, makna atau pengertian dari
istilah ‘biopori’, tetapi ada juga yang sudah paham arti dari istilah tersebut,  dan
ada beberapa yang hanya sekedar tahu, tapi pemahamannya belum. Oleh
karena itu, penulis akan memaparkan pengertian dari istilah ‘biopori’ dalam
berbagai pendapat, yaitu:
1. Biopori menurut Griya (2008) lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk
akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-
akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur
mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran
pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut.
2.    Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (2008)  menjelaskan
biopori adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter 10-30 cm,
dimaksudkan sebagi lubang resapan untuk menampung air hujan dan
meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung
tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya
mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai.Dengan demikian,
mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah,
seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah sangat minim karena
tanahnya dipenuhi bangunan.
3.   Tim Biopori IPB (2007) menguraikan bahwa biopori adalah lubang-lubang di
dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di
dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah
lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi
tempat berlalunya air di dalam tanah.
4. Lubang Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor:P.70/Menhut-II/2008/Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan
dan Lahan, adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran
tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang terbentuk
akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. 
          Pengertian tentang ‘biopori’ dan ‘lubang biopori’ telah penulis jelaskan
dengan beberapa pendapat yang berbeda dari berbagai kalangan. Untuk lebih
memahami dari penjelasan diatas, penulis pada bagian ini akan menampilkan
beberapa gambar tentang biopori.
           Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah.Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori.Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan
kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.

2.2  MANFAAT BIOPORI


Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita mau
menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan
lebih memuaskan jika kita semua mau bergotong-royong untuk menerapkannya
secara bersama-sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka
semakin besar manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan
menyebutkan semua manfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan
adalah sebagai berikut
1.      Griya (2008) menguraikan manfaat biopori sebagai berikut:
a.       Mencegah banjir
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga
Jakarta.Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari
masalah tersebut. Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap
bangunan di Jakarta memiliki biopori berarti jumlah air yang segera
masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah terjadinya
banjir. Berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan
berkurangnya permukaan yang dapat meresapkan air kedalam tanah
di kawasan permukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang
karena berkurangnya laju peresapan air kedalam tanah akan
menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau.
b.      Tempat pembuangan sampah organic
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah
tersendiri di kota Jakarta. Kita dapat pula membantu mengurangi
masalah ini dengan memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi
sampah organik dan non organik.Untuk sampah organik dapat kita
buang dalam lubang biopori yang kita buat.
c.       Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan
makanan untuk organisme yang ada dalam tanah.Organisme
tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan
pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
d.      Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi mineral-
mineral yang kemudian dapat larut dalam air.Hasilnya, air tanah
2.  Tim Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori
sebagai  berikut:
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara
a)      Meningkatkan daya resapan air
            Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan
menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom
atau dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan
diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan
akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan
kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan
diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78,5 cm
2
setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100
cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.
            Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan
maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara
keberadaannya. Oleh karena itu, bidang resapan ini akan selalu
terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian
kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori
secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam
meresapkan air.
b)      Mengubah sampah organik menjadi kompos
            Lubang resapan biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan
sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai
sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah
didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses
seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai
bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik"
pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode
tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada
berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis
tanaman lainnya.Bagi mereka yang senang dengan budidaya
tanaman atau sayuran organik maka kompos dari LRB adalah
alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
c)      Memanfaatkan Peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
       Seperti disebutkan di atas, Lubang Resapan Biopori (LRB)
diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan
perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan
menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang
akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah.
Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga
atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga
keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap
terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk
pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat
tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah
memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada
periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam
lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak
cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca; berarti
mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas
dalam tanah.
2.3  PERENCANAAN LOKASI
            Dalam hal perancangan  pembuatan biopori, agar kinetik kerja biopori
lebih maksimal perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat. Jika kita
menempatkan biopori ditempat yang tepat, maka biopori tersebut akan lebih
leluasa dalam segi kinerjanya dan  hasil yang kita terima pun akan lebih
maksimal. Oleh karena itu, perlu perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi
pemasangan biopori.
Adapun Persyaratan Lokasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia /Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009 /Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran
Sungai (RTkRHL-DAS), menyebutkan untuk setiap 100  lahan idealnya Lubang
Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m.
Dengan kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung
7,8 liter sampah. Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-
30 hari, sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos
dalam waktu 2-3 bulan.
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Kegiatan


Menyusun kegiatan ini, maka akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai jabatan penulis. Jabatan saya adalah sebagai Sanitarian
Terampil di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Bahrin. Berdasarkan
Kepmenpan Nomor: 19/KEP/M.PAN/11/2000 Tentang Jabatan
Fungsional Sanitarian dan Angka Kreditnya, maka tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) Sanitarian sesuai dengan jenjang jabatan sebagai Sanitarian
Terampil, yaitu:
1. Sanitarian mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan kebersihan
dan penyehatan lingkungan di RSUD Depati Bahrin
2. Sanitarian bertanggung jawab atas terlaksananya kebersihan dan
sanitasi Rumah Sakit
3. Sanitarian melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap Cleaning
Service
4. Melakukan inspeksi sanitasi lingkungan RSUD Depati Bahrin
5. Pemberantasan vektor dan binatang pengganggu
6. Sterilisasi ruangan
7. Melakukan pengomposan
8. Melakukan penilaian kinerja Cleaning Service
9. Pemeriksaan parameter lingkungan
10. Pemantauan dan pengelolaan sampah medis dan non medis
11. Pengawasan incenerator
12. Pengawasan dan Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL);
3.2 Kegiatan, Tahapan Kegiatan
Tabel berikut merupakan kegiatan dan tahapan kegiatan yang akan dilakukan.

Tabel 3.2 Kegiatan & Tahapan Kegiatan Pemecah Isu


Konstribusi Terhadap Visi dan Penguatan Nilai-Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 6 7
1. Melakukan 1. Menyiapkan rancangan Melaksanakan konsultasi Melaksanakan konsultasi
konsultasi kegiatan, susunan rencana kepada mentor, dengan kepada mentor, secara
dengan mentor serta gagasan sebagai bahan bertanggung jawab serta bertanggung jawab,
mengenai diskusi yang akan menjadi menjunjung tinggi nilai kegigihan dan integritas
rancangan solusi terhadap isu yang ingin kesopanan maka proses maka akan mendukung
kegiatan yang dipecahkan kegiatan akan berjalan dengan nilai organisasi RSUD
akan baik sesuai dengan prinsip Depati Bahrin.
dilaksanakan 2. Mengatur janji dan melakukan pelayanan prima sehingga
pertemuan dengan mentor mendukung terwujudnya visi
untuk bimbingan mengenai organisasi yaitu “Menjadi
rancangan kegiatan aktualisasi Rumah Sakit unggulan dengan
3. Menjelaskan kepada mentor pelayanan prima dan
tentang kegiatan yang akan bermartabat bagi Masyarakat
dilakukan sekaligus melakukan Kabupaten Bangka dan
konsultasi dengan berdiskusi sekitarnya
dan meminta masukan serta
saran dari mentor terhadap
kegiatan yang akan
dilaksanakan
4. Meminta persetujuan mentor
mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan
2. Melakukan 1. Berkonsultasi, dan meminta Melakukan pengumpulan data Adanya Whole of
pengumpulan arahan mentor terkait baik secara primer ataupun Goverment (WoG), saling
data primer pengumpulan data primer dan sekunder, dengan bertanggung bersinergi dengan bidang
berupa titik data sekunder jawab, kerja keras maka proses lainnya yang ada di RSUD
lokasi biopori kegiatan akan berjalan dengan Depati Bahrin dan adanya
dan data 2. Mencari dan mendapatkan baik sehingga mendukung kerjakeras sebagai salah
sekunder data sekunder berupa terwujudnya visi organisasi yaitu satu bentuk nilai
berupa data masterplan rencana “Menjadi Rumah Sakit unggulan organisasi.
masterplan pengembangan RSUD Depati dengan pelayanan prima dan
rencana Bahrin ke bidang-bidang bermartabat bagi Masyarakat
pengembangan terkait Kabupaten Bangka dan
RSUD Depati 3. Melakukan diskusi dengan sekitarnya” dan mendukung misi
Bahrin Kepala Instalasi Sanitasi untuk RSUD Depati Bahrin
titik pembuatan biopori mewujudkan kualitas dan
4. Mengidentifikasi titik lokasi kuantitas sumber daya manusia
pembuatan biopori dengan yang profesional
survei lapangan
3. Membuat 1. Menyiapkan alat dan bahan Membuat rancangan/design Membuat
rancangan/desi 2. Membuat rancangan/design denah titik pembuatan biopori, rancangan/design denah
gn denah titik denah titik lokasi pembuatan dengan bertanggung jawab, titik pembuatan biopori,
lokasi biopori kerja keras maka proses secara bertanggung
pembuatan kegiatan akan berjalan dengan jawab, kegigihan dan
biopori di RSUD baik sehingga mendukung integritas maka akan
Depati Bahrin terwujudnya visi organisasi yaitu mendukung nilai
“Menjadi Rumah Sakit unggulan organisasi RSUD Depati
dengan pelayanan prima dan Bahrin.
bermartabat bagi Masyarakat
Kabupaten Bangka dan
sekitarnya” dan mendukung misi
RSUD Depati Bahrin
mewujudkan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia
yang profesional

3. Berkonsultasi dengan mentor


mengenai laporan hasil
survey titik lokasi pembuatan
biopori
4. Melakukan 1. Berkonsultasi dengan mentor Melaksanakan rancangan Melaksanakan rancangan
rancangan perihal membuat surat kegiatan dilakukan secara kegiatan pembuatan
kegiatan peminjaman bor biopori ke profesional dan bertanggung biopori, dilakukan secara
pembuatan Dinas Lingkungan Hidup maka proses kegiatan akan kerjakeras, kejjuran dan
biopori 2. Menyampaikan surat berjalan dengan baik sehingga intergitas sesuai dengan
peminjaman alat bor biopori mendukung terwujudnya visi nilai organisasi yaitu
ke Dinas Lingkungan Hidup organisasi yaitu “Menjadi keterbukaan, integritas
(DLH) Rumah Sakit unggulan dengan dan kejujuran
1. Menyiapkan alat dan bahan pelayanan prima dan
1. Melakukan pengukuran dan bermartabat bagi Masyarakat
pemotongan pipa PVC Kabupaten Bangka dan
2. Membuat lubang kecil pada sekitarnya dan selaras dengan
pipa PVC dan pada conblock misi mewujudkan kualitas dan
3. Menggali lubang bentuk kuantitas sumber daya manusia
silinder (misalnya dengan bor yang profesional menuju
tanah/linggis/bambu) dengan tatakelola pemerintahan yang
diameter 10 - 30 cm dengan baik
kedalaman 75 -100 cm atau
pada kasus muka air tanah
dangkal tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah
4. Mengisi lubang biopori dengan
sampah daun kering maksimal
25% dan sampah basah 75%
5. Melakukan 1. Melakukan monitoring Melaksanakan serangkaian Melakukan evaluasi
evaluasi keseluruhan lubang biopori evaluasi seharusnya harus kegiatan dalam
kegiatan yang sudah dibuat dilakukan dengan penuh pembuatan biopori,
pelaksanaan bertanggung jawab dilakukan secara terbuka,
pembuatan diselaraskan dengan visi jujur, integritas sesuai
biopori terhadap organisasi yaitu “Menjadi dengan nilai organisasi
kesesuaian Rumah Sakit unggulan dengan yaitu keterbukaan,
biopori pelayanan prima dan integritas dan kejujuran
bermartabat bagi Masyarakat
Kabupaten Bangka dan
sekitarnya
2. Meminta testimoni atas
keberadaan biopori kepada:
a. Direktur RSUD Depati
Bahrin
b. Mentor
c. Kepala Instalasi Sanitasi
RSUD Depati Bahrin
d. Pengunjung RSUD Depati
Bahrin
3. Membuat rangkuman hasil
testimoni

4. Menyampaikan laporan
rangkuman testimoni pada
mentor
6. Membuat 1. Menyiapkan seluruh data yang Membuat laporan aktualisasi Membuat laporan
Laporan dibutuhkan dengan bertanggung jawab aktualisasi, secara
Aktualisasi serta menjunjung tinggi nilai bertanggung jawab,
kesopanan maka proses kegigihan dan integritas
5. 2. Membuat rancangan laporan kegiatan akan berjalan dengan maka akan mendukung
aktualisasi baik sesuai dengan prinsip nilai organisasi RSUD
pelayanan prima sehingga Depati Bahrin.
mendukung terwujudnya visi
6. 3. Konsultasi kepada mentor organisasi yaitu “Menjadi
K terkait hasil laporan aktualisasi Rumah Sakit unggulan dengan
pelayanan prima dan
7. 4. Membuat laporan aktualisasi bermartabat bagi Masyarakat
M Kabupaten Bangka dan
sekitarnya

8. 5. Menyampaikan revisi dan


meminta persetujuan laporan
aktualisasi
3.3 Jadwal Rencana Kegiatan
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di RSUD Depati Bahrin pada tanggal 1 November 2019 sampai dengan 6 Desember
2019. Kegiatan aktualisasi akan dijabarkan dalam timeline kegiatan pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Jadwal Rencana Aktualisasi

Habituasi pada Bulan Portofolio/Bukti


November Desember Kegiatan
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Minggu Mingg Mingg Mingg Minggu ke-
ke-I u ke-II u ke-III u ke-IV I
1. Melakukan konsultasi 1. Menyiapkan rancangan kegiatan, 1. Adanya bahan
dengan mentor susunan rencana serta gagasan konsultasi
mengenai rancangan sebagai bahan diskusi yang akan berupa :
kegiatan yang akan menjadi solusi terhadap isu yang Identifikasi isu,
dilaksanakan ingin dipecah gagasan
pemecahan
isu yang
tertuang dalam
F1
2. Foto kegiatan
2. Mengatur janji dan melakukan 1. Foto kegiatan
pertemuan dengan mentor untuk 2. Terisinya kartu
bimbingan dengan mentor bimbingan
mentor dan
lembar
pengendalian
aktualisasi
3. Menjelaskan kepada mentor 1. Notulensi
tentang kegiatan yang akan Konsultasi
dilakukan sekaligus melakukan
konsultasi dengan berdiskusi dan
meminta masukan serta saran dari 2. Foto kegiatan
mentor terhadap kegiatan yang
akan dilaksanakan
4. Meminta persetujuan mentor 1. Lembar
mengenai kegiatan yang akan Persetujuan
dilaksanakan dari mentor
bahwa
menyetujui
pelaksanaan
kegiatan
2. foto kegiatan
2. Melakukan 1. Berkonsultasi dan meminta 1. Foto kegiatan
pengumpulan data arahan mentor terkait 2. Terisinya kartu
primer berupa titik pengumpulan data primer dan bimbingan
lokasi biopori dan sekunder mentor dan
sekunder berupa data lembar
masterplan rencana pengendalian
pengembangan RSUD aktualisasi
Depati Bahrin 2. Mencari dan mendapatkan data 1. Data
sekunder berupa masterplan masterplan
rencana pengembangan RSUD rencana
Depati Bahrin ke bidang-bidang pengembanga
terkait n RSUD
Depati Bahrin
2. Foto Kegiatan
3. Melakukan diskusi dengan 1. Foto
Kepala Instalasi Sanitasi untuk kegiatan
titik pembuatan biopori 2. Notulen
Konsultasi
4. Mengidentifikasi titik lokasi 1. Draft Layout
pembuatan biopori dengan survei titik
lapangan pembuatan
biopori
tambahan
RSUD Depati
Bahrin
2. Foto
Kegiatan
3. Membuat 1. Menyiapkan alat dan bahan Foto Kegiatan
rancangan/design 2. Membuat rancangan/design Foto Kegiatan
denah titik pembuatan denah titik pembuatan biopori
biopori di RSUD Depati 3. Berkonsultasi dengan mentor 1. Draft layout
Bahrin mengenai laporan hasil survey rancangan/des
titik lokasi pembuatan biopori ign denah titik
lokasi
pembuatan
biopori
2. Layout yang
sudah disetujui
3. Foto kegiatan
4. Terisinya kartu
bimbingan
mentor
4. Melakukan rancangan 1. Berkonsultasi dengan mentor 1. Draft surat
kegiatan pembuatan perihal membuat surat peminjaman
biopori peminjaman bor bioporri ke Dinas bor
Lingkungan Hidup 2. Surat
peminjaman
bor
3. Foto kegiatan
4. Terisinya kartu
bimbingan
mentor
2. Menyampaikan surat peminjaman 1. Foto kegiatan
alat bor ke Dinas Lingkungan 2. Tanda terima
Hidup surat
peminjaman

3. Menyiapkan alat dan bahan 1.Tersedia alat


dan bahan
yang cukup
dilengkapi
form ceklist
kebutuhan alat
bahan
2.Foto alat
bahan
4. Melakukan pengukuran dan Foto kegiatan
pemotongan pipa PVC

5. Membuat lubang kecil pada pipa Foto dan video


PVC dan pada conblock kegiatan
6. Menggali lubang bentuk silinder Foto dan video
(misalnya dengan bor kegiatan
tanah/linggis/bambu) dengan
diameter 10 - 30 cm dengan
kedalaman 75 -100 cm atau pada
kasus muka air tanah dangkal
tidak sampai melebihi kedalaman
muka air tanah
7. Mengisi lubang biopori dengan Foto dan video
sampah daun kering maksimal kegiatan
25% dan sampah basah 75%
5. Melakukan evaluasi 1. Melakukan monitoring Foto kegiatan
kegiatan pelaksanaan keseluruhan lubang biopori yang monitoring
pembuatan biopori sudah dibuat
terhadap kesesuaian
biopori 2. Meminta testimoni atas Video kegiatan
keberadaan biopori kepada:
a. Direktur RSUD Depati Bahrin
b. Kepala Instalasi
c. Mentor
d. Pengunjung RSUD Depati
Bahrin
3. Mencatat dan merangkum hasil foto kegiatan
testimoni dan rangkuman
testimoni
4. Menyampaikan laporan Foto kegiatan
rangkuman testimoni pada
mentor

6. Membuat Laporan 1. Menyiapkan seluruh data yang 1.Foto


Aktualisasi dibutuhkan dokumentasi
2.Lembar kerja

2. Membuat rancangan laporan 1. Foto


aktualisasi dokumentasi
2. draft laporan
aktualisasi
3. Konsultasi kepada mentor terkait 1. Foto kegiatan
hasil laporan rancangan 2. terisi lembar
pengendalian/
kartu
bimbingan
mentor
4. Membuat laporan aktualisasi 1. Foto kegiatan
2. Laporan
aktualisasi
5. Meminta persetujuan 1. Foto kegiatan
2. Lembar
persetujuan

Keterangan = tahap finalisasi pelaporan dan penyusunan kegiatan habituasi

= pelaksanaan kegiatan ,

Anda mungkin juga menyukai