Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT RSUD KABUPATEN SUMEDANG 2019

TNA menjadi langkah pertama yang dilakukan sebuah organisasi untuk melakukan
perubahan. Hal ini disebabkan TNA mencoba mendefinisikan kesenjangan atau gap yang terjadi
saat ini terkait dengan kinerja individu dan tuntutan organisasi. Informasi yang dikumpulkan
dalam menyusun TNA ini didasarkan atas tiga hal, yaitu masalah performance atau kinerja,
antisipasi adanya sistem, tugas, atau teknologi baru, serta adanya keinginan organisasi untuk
mendapatkan keuntungan dari berbagai peluang atau kesempatan. Ketiga hal tersebut merupakan
titik awal untuk membuat perubahan.
Perlu diingat, perubahan akan menimbulkan resistensi dari karyawan yang enggan
melakukan pelatihan. Kendala lain, karyawan tidak dapat mentransfer keterampilan atau
pelatihan yang baru diperoleh di tempat kerja. TNA seringkali mengungkap kebutuhan yang
sesuai dan tepat sasaran. Kendati training tidak selalu merupakan cara terbaik untuk menutup
celah tertentu antara tujuan organisasi dengan kinerja karyawan yang sesungguhnya, namun
TNA diharapkan dapat melihat semua permasalahan dan mencari solusi sebanyak mungkin
sebelum diputuskan solusi yang terbaik. Ketika dilakukan dengan benar, TNA menjadi investasi
yang bijak bagi organisasi. Ini dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Kebutuhan pelatihan setiap karyawan akan berbeda berdasarkan latar belakang karyawan,
untuk dilatih, dan status mereka saat ini dalam organisasi. Pada dasarnya, seorang kandidat untuk
pelatihan dapat berasal dari karyawan baru dan karyawan lama. Karyawan lama perlu
mendapatkan tantangan baru dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan.
Ada beberapa metode praktis yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data terhadap
kinerja karyawan, yaitu:
1. Pengamatan
Dalam pendekatan ini, kinerja karyawan itu sendiri adalah sumber informasi. Dari
pengamatan ini dapat dilakukan evaluasi kinerja karyawan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengidentifikasi baik untuk membangun kekuatan dan mengatasi kekurangan karyawan.
2. Wawancara
Wawancara diperlukan jika kebutuhan pelatihan sudah sangat mendesak. Tujuan utama
dari wawancara, yaitu memastikan data yang diterima sama dengan sumber yang beragam.
Wawancara memungkinkan untuk bertemu langsung dengan karyawan dan mendiskusikan
kesan-kesan karyawan terhadap kinerja mereka sendiri.
3. Kuesioner
Kuesioner dibuat sendiri dengan menuliskan semua pertanyaan yang ingin diketahui
tentang karyawan. Kuesioner dikirimkan kepada karyawan dan tunggu tanggapan mereka.
4. Job Description
Sebelum membuat deskripsi pekerjaan, dilakukan analisa pekerjaan dahulu yang harus
dilakukan. Analisis setiap jabatan termasuk semua tanggung jawab pekerjaan yang relevan.
Setelah tahap analisis pekerjaan selesai, dibuatlah suatu uraian pekerjaan dan analisa
kebutuhan sehingga memudahkan untuk mengukur jarak antara kemampuan karyawan yang
dimiliki sekarang dengan keterampilan yang harus dimiliki karyawan berdasarkan keinginan
organisasi.
5. Analisis Kesulitan dan Problem Solving
Dipandang perlu untuk melakukan analisa kesulitan yang kelak akan muncul.
Tujuannya agar permasalahan yang ada di karyawan bisa dikurangi melalui pelatihan.
6. Penilaian (Appraisal Review)
Penilaian diperlukan setelah didapatkan semua informasi, kebutuhan, dan bagaimana
penyelesaiannya. Komentar yang diberikan karyawan selama wawancara biasanya adalah
sesungguhnya sehingga seringkali dapat membantu dalam menetapkan kebutuhan. Umpan
balik pada saat penilaian wawancara menjadi berharga karena merupakan informasi yang
tepat waktu. Kebutuhan pelatihan bisa saja berbeda dari apa yang diinginkan karyawan, dan
pada sesi penilaian ini memungkinkan supervisor atau manajer untuk mengungkap penyebab
kelemahan karyawan dalam kinerja. Kekurangan-kekurangan inilah yang akan digaris
bawahi dan ditandai pada pelatihan.
7. Analisis Kebijakan Organisasi
Kebijakan organisasi akan mempengaruhi jumlah pelatihan yang ditawarkan.
Penjelasan tentang berbagai kebijakan harus tercantum dalam program pelatihan.
Berdasarkan langkah-langkah sebagaimana diungkapkan di atas, maka disusunlah
analisis kebutuhan diklat (Training Needs Assesment/TNA) di RSUD Kabupaten Sumedang pada
tahun 2019, sebagai berikut:
No Problem Kinerja Problem Kompetensi Diklat yang Dibutuhkan
1. Penanganan Kasus Kurangnya pemahaman perawat * BTCLS untuk perawat
Kegawatdaruratan belum optimal dalam tata laksana bantuan
hidup dasar
Kurangnya pemahaman perawat * ACLS untuk perawat
dalam tata laksana bantuan
hidup lanjut
Kurangnya pemahaman dokter * ACLS untuk dokter
dalam tata laksana
kegawatdaruratan jantung paru
Kurangnya pemahaman dokter * ATLS untuk dokter
dalam tata laksana
kegawatdaruratan akibat trauma
Kurangnya pemahaman * BONELS
terhadap tata laksana
kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal
Kurangnya pemahaman * PELS
terhadap tata laksana
kegawatdaruratan pediatrik
Kurangnya pemahaman staf * BHD
terhadap tata laksana
kegawatdaruratan
2. Pengadaan barang dan jasa belum Kurangnya pemahaman * Pengadaan barang
optimal terhadap teknis pengadaan dan jasa
barang dan jasa
3. Penanganan kasus intensif belum Kurangnya pemahaman * ICU
optimal terhadap tata laksana kasus
intensif dewasa
Kurangnya pemahaman * PICU
terhadap tata laksana kasus
intensif pediatric
Kurangnya pemahaman * NICU
terhadap tata laksana kasus
intensif neonatal
4. Komunikasi antara petugas RS Kurangnya pemahaman * Komunikasi Efektif
dengan pengguna layanan belum terhadap pentingnya komunikasi
optimal efektif
Komunikasi antar petugas RS Kurangnya pemahaman * Komunikasi Efektif
belum optimal terhadap pentingnya komunikasi
efektif
5. Penerapan hand hygiene di RS Kurangnya pemahaman * hand hygiene
belum optimal terhadap pentingnya hand
hygiene
6. Penerapan kriteria triage belum Kurangnya pemahaman staf * Triage
optimal terhadap kriteria triage
7. Penerapan Hak Pasien dan Kurangnya pemahaman staf * Hak Pasien dan
Keluarga belum optimal terhadap Hak Pasien dan Keluarga
Keluarga
8. Pemberian informed consent Kurangnya pemahaman * informed consent
belum optimal DPJP/PPA terhadap pemberian
informed consent
9. Belum optimalnya staf manajemen Kurangnya pemahaman staf * Manajemen Risiko
risiko dan pengelolaan limbah B3 laboratorium terhadap dan MFK
manajemen risiko dan
pengelolaan limbah B3
Kurangnya pemahaman staf * Manajemen Risiko
radiologi terhadap manajemen dan MFK
risiko dan pengelolaan limbah B3
10 Belum optimalnya tindakan Kurangnya pemahaman staf * Manajemen Risiko
. pencegahan penyakit yang terhadap tindakan pencegahan dan PPI
ditularkan melalui darah dan penyakit yang ditularkan melalui
komponen darah darah dan komponen darah
11 Belum optimalnya pemeliharaan Kurangnya pemahaman staf * MFK
. alat oleh staf terhadap pemeliharaan alat
laboratorium
Kurangnya pemahaman staf * MFK
terhadap pemeliharaan alat
radiologi
12 Belum optimalnya pemberian Kurangnya pemahaman staf * Risiko Tinggi dan ICU
. pelayanan pada pasien resiko terhadap pemberian pelayanan
tinggi dan pelayanan resiko tinggi pada pasien resiko tinggi dan
pelayanan resiko tinggi
13 Belum optimalnya penggunaan Kurangnya pemahaman staf * Risiko Tinggi dan ICU
. Early Warning System terhadap penggunaan Early
Warning System
14 Belum optimalnya pelayanan Kurangnya pemahaman staf * Manajemen Nyeri
. untuk mengatasi rasa nyeri terhadap pelayanan untuk
mengatasi rasa nyeri
15 Belum optimalnya staf medis Kurangnya pemahaman staf * Peresepan Obat
. dalam peresepan/permintaan medis terhadap
obat peresepan/permintaan obat
16 Belum optimalnya peningkatan Kurangnya pemahaman * PMKP
. mutu dan keselamatan pasien di Komite/Tim PMKP dan PJ Data
RS terhadap peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
Kurangnya pemahaman Direksi, * PMKP
Komite Medis, dan Komite
Keperawatan terhadap
peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
Kurangnya pemahaman semua * PMKP
staf terhadap peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
17 Belum optimalnya sistem Kurangnya pemahaman * PMKP
. manajemen data dan validasi data unit/komite/tim PMKP terhadap
sistem manajemen data dan
validasi data
18 Belum optimalnya kegiatan IPCN Kurangnya pemahaman * TOT IPCN/PPI dasar
di RS terhadap kegiatan IPCN dan lanjutan
Kurangnya pemahaman staf * PPI dasar
terhadap IPCN
Kurangnya pemahaman * PPI dasar dan
terhadap risiko infeksi dalam lanjutan
pengelolaan alkes dan alkes
habis pakai termasuk CSSD,
linen, sampah, gizi, dan kamar
jenazah
Kurangnya pemahaman * PPI
terhadap pentingnya
penggunaan APD
Kurangnya pemahaman * Materi edukasi PPI
terhadap pentingnya PPI bagi
pegawai baru/orientasi
19 Belum optimalnya penyusunan Kurangnya pemahaman akan * Clinical Pathway
. dan evaluasi PPK-CP pentingnya penyusunan dan PMKP
evaluasi PPK-CV
20 Belum optimalnya ketua K3RS Kurangnya pemahaman ketua * TOT K3RS
. dalam menjalankan tugasnya K3RS dalam menajalankan
tugasnya
21 Belum optimalnya kegiatan Kurangnya pemahaman staf * Disaster/MFK/K3RS
. penanggulangan kebakaran terhadap kegiatan
penanggulangan kebakaran
22 Belum optimalnya edukasi kepada Kurangnya pemahaman staf * Edukasi Staf
. staf tentang MFK terhadap MFK
23 Belum Optimalnya edukasi kepada Kurangnya pemahaman * Edukasi Pengunjung
. pengunjung, supplier, dan tenaga pengunjung, supplier, dan dan Vendor
kontrak dengan MFK tenaga kontrak terhadap MFK
24 Belum optimalnya Kurangnya pemahaman staf * Disaster dan simulasi
. penanggulangan kebakaran, terhadap penanggulangan kebakaran
manajemen risiko, pengelolaan kebakaran, manajemen risiko,
B3, dan bencana/disaster pengelolaan B3, dan
bencana/disaster
25 Belum optimalnya kegiatan dalam Kurangnya pemahaman * MFK
. menjalankan peralatan medis dan terhadap kegiatan dalam
tes berkala menjalankan peralatan medis
dan tes berkala
26 Belum optimalnya kegiatan untuk Kurangnya pemahaman * MFK
. menjalankan system utilitas sesuai terhadap optimalnya kegiatan
uraian tugas dan dilakukan tes untuk menjalankan system
secara berkala utilitas sesuai uraian tugas dan
dilakukan tes secara berkala
27 Belum optimalnya kegiatan untuk Kurangnya pemahaman * MFK
. memelihara peralatan medis terhadap optimalnya kegiatan
sesuai uraian tugas dan dilakukan untuk memelihara peralatan
tes secara berkala medis sesuai uraian tugas dan
dilakukan tes secara berkala
28 Belum optimalnya kegiatan untuk Kurangnya pemahaman * MFK
. memelihara system utilitas sesuai terhadap optimalnya kegiatan
uraian tugas dan dilakukan tes untuk memelihara system
secara berkala utilitas sesuai uraian tugas dan
dilakukan tes secara berkala
29 Belum optimalnya kegiatan Kurangnya pemahaman * Tim PONEK
. pelayanan PONEK terhadap kegiatan pelayanan
PONEK
30 Belum optimalnya pelayanan staf Kurangnya pemahaman * SIMRS
. SIMRS terhadap pelayanan SIMRS
31 Belum optimalnya kegiatan Kurangnya pemahaman * Tim HIV/AIDS
. peningkatan kemampuan teknis terhadap kegiatan peningkatan
tim HIV/AIDS sesuai standar kemampuan teknis tim HIV/AIDS
sesuai standar
32 Belum optimalnya kegiatan Kurangnya pemahaman * Tim TB DOTS
. pelayanan dan upaya terhadap kegiatan pelayanan
penanggulangan TBC dan upaya penanggulangan TBC
33 Belum optimalnya ketua komite Kurangnya pemahaman * Komite PPRA RS
. PPRA dalam pelayanan di RS pentingnya peran ketua PPRA RS
34 Belum optimalnya prosedur Kurangnya pemahaman * B3 RS
. terkait penerimaan dan terhadap prosedur terkait
penggunaan bahan berbahaya penerimaan dan penggunaan
baru bahan berbahaya baru

Mengetahui, Sumedang, 2 Januari 2019


Direktur Kepala Instalasi Diklat
RSUD Kabupaten Sumedang RSUD Kabupaten Sumedang

dr. Hilman Taufik Ws, MKes dr. Yosef Sholeh Komarulloh

Anda mungkin juga menyukai